Profil PT. Gresik Migas

Profil PT. Gresik Migas

1. Sejarah & Status PT. Gresik Migas PT. Gresik Migas didirikan berdasarkan

d. Rasio Aktivitas Usaha

Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 2 Rasio aktivitas usaha menggambarkan aktivitas

Tahun 2006 Tanggal 7 Agustus 2006, dan dicatat yang dilakukan BUMD dalam menjalankan

dalam Lembaran Daerah Tahun 2006 Nomor 2 operasinya. Rasio ini digunakan untuk mengetahui

Tanggal 7 Agustus 2009. Akta Pendirian kecepatan beberapa perkiraan menjadi penjualan atau

Perseroan Terbatas PT. Gresik Migas dicatatkan kas. Rasio aktivitas usaha diukur dengan cara:

pada Notaris Arief Hidayat, SH., M.Si Surabaya

1. Rasio Perputaran Persediaan (Inventory pada tanggal 29 Nopember 2007 Nomor 43 dan Turnover Ratio )

Pengesahan Badan Hukum PT. Gresik Migas Rasio ini menunjukkan berapa kali jumlah

oleh Menteri Hukum dan Ham R.I. Nomor AHU- persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun.

08065.AH.01.01. tanggal 19 Pebruari 2008. Sehingga rasio ini mampu menggambarkan

kemampuan dalam memutarkan barang dagangannya.

2. Tujuan Pendirian

Semakin tinggi nilai rasio ini berarti semakin baik

a. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah karena dianggap kegiatan penjualan berjalan dengan

b. Memanfaatkan dan mengembangkan potensi cepat. Standar yang baik untuk rasio ini minimal 10

sumber daya alam yang tersedia di kali. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Kabupaten Gresik

c. Meningkatkan

dan mengembangkan perekonomian daerah

d. Memperluas kesempatan berusaha dan

2. Rasio Perputaran piutang (Receivable Turnover

lapangan kerja

Ratio )

e. Menyelenggarakan kemanfaatan umum Rasio ini menunjukkan besarnya modal kerja

berupa penyediaan barang dan jasa, yang yang ditanamkan sebagai piutang. Semakin tinggi

tinggi dan memadai bagi nilai rasio ini menunjukkan modal kerja yang

bermutu

pemenuhan hajat hidup orang banyak. ditanamkan dalam piutang rendah. Standar yang baik

untuk rasio ini minimal enam kali. Rasio ini

3. Visi, Misi dan Motto

dirumuskan sebagai berikut:

Visi: “Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ternama di Indonesia yang bergerak di sektor hilir dan hulu

3. Rasio Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset

migas.”

Turnover Ratio )

Rasio ini merupakan alat ukur efisiensi BUMD

Misi:

dalam menggunakan

1) Usaha Hilir Migas yang mencakup menghasilkan penjualan. Semakin tinggi nilai rasio ini

aktiva

tetapnya untuk

pengolahan, pengangkutan, penyimpan-an maka semakin baik, artinya kemampuaan aktiva tetap

dan niaga ;

menciptakan penjualan tinggi. Standar yang baik

2) Usaha-usaha di setor Hulu Migas ; untuk rasio ini minimal 10 kali Suwandi (1985, hal

3) Kerjasama dengan Badan Usaha Milik 59). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Daerah/ Negara (BUMD/BUMN) dan Badan Usaha Swasta (investor) yang bergerak

dalam Migas ;

Motto

2. Acid Test Ratio (Quick Ratio) PT. Gresik Migas sebagai BUMD Pemerintah

Rasio ini hanya membandingkan Kabupaten Gresik adalah “GRESIK LEBIH

aktiva yang sangat likuid dengan hutang BAIK” yang bermakna filosofi:

lancar. Berdasarkan Tabel 1 nilai rata-rata Gresik

= wilayah asal kerja rasio cepat yang dimiliki PD. RPH Surabaya Lebih baik

= optimis bahwa hari esok harus pada tahun 2011 yaitu 126,31% artinya lebih baik dari hari ini

setiap Rp 1,00 hutang lancar PD. RPH Surabaya mampu menjamin Rp 126,31

4. Bidang Usaha

aktiva

lancar

yang dimiliki tanpa

a. Niaga gas bumi melalui pipa dan Dedicated memperhitungkan persediaan. Nilai rata-rata Hilir.

rasio cepat yang dimiliki PD. RPH Surabaya

b. Pengelolaan Sumur Minyak Tua. diatas standart minimum yaitu sebesar 150 %

c. Usaha pengembangan CNG, LNG, LPG dan Kasmir (2008), Pada tahun 2012 nilai rasio PLTG.

ini mengalami penurunan menjadi 119,7%.

d. Usaha-usaha di hulu migas berupa partisipasi Pada tahun 2012 PD. RPH Surabaya tidak di perusahaan KKKS dalam bentuk

mampu memenuhi standart minimum yang Participating Interest (PI).

ditetapkan karena nilai rasio cepat yang dimiliki tidak mencapai 150%, sehingga PD.

5. Kinerja Keuangan RPH Surabaya memiliki kekurangan untuk

a. Rasio Likuiditas menjamin aktiva lancar sebesar 23,69% Rasio

likuiditas

menunjukkan

kemampuan BUMD untuk memenuhi

3. Cash Ratio

kewajiban jangka pendek yang mampu Merupakan rasio yang menunjukkan dibiayai oleh aktiva lancar yang dimiliki oleh

kemampuan perusahaan untuk membayar BUMD. Hasil perhitungan rasio likuiditas

hutang jangka pendek dengan kas yang dihitung dengan menggunakan rasio lancar

tersedia dan efek yang dapat segera (Current Ratio), Acid Test Ratio dan rasio

diuangkan (0bligasi). Pada tahun 2011 nilai kas (Cash Ratio) dapat dilihat Tabel 1.

rasio kas yang dimiliki PT. Gresik Migas

Tabel 1. Hasil Perhitungan Rasio Likuiditas PT. Gresik Migas Tahun 2011-2012

Periode Acid Test

Sumber: Laporan Keuangan PT. Gresik Migas 2011-2012 (diolah)

sebesar 27,63 % sedangkan pada tahun 2012

1. Rasio Lancar (Current Ratio) menurun menjadi 18,15 %. Berdasarkan Rasio ini menunjukan kemampuan

standart yang telah ditetapkan oleh BI, maka lembaga

nilai cash Ratio PT. Gresik Migas termasuk kewajiban

kategori “Sehat”, dikarenakan dalam jangka dimilikinya. Semakin tinggi nilai rasio ini

pendek perusahaan dapat membayar hutang maka semakin tinggi pula kemampuan

dalam bentuk oblogasi cepat untuk likuiditasnya. Dari Tabel. 1, nilai rasio lancar

diuangkan, dan sudah lebih dari seratus yang dimiliki PT. Gresik Migas tidak

persen.

memenuhi standar karena menurut Kasmir (2008), standart untuk rasio ini minimal 200

b. Rasio Solvabilitas

solvabilitas menunjukkan tahun 2011 sebesar 127,9 % sedangkan pada

% sedangkan nilai PT. Gresik Migas pada

Rasio

kemampuan PT. Gresik Migas untuk memenuhi tahun 2012 sebesar 119,3 %. Hal ini

kewajiban keuangannya, baik kewajiban jangka menunjukkan bahwa PT. Gresik Migas

maupun jangka panjang. Hasil belum mampu untuk membayar kembali

pendek

perhitungan rasio solvabilitas dihitung dengan kewajiban jangka pendek yang dimiliki,

menggunakan rasio: Rasio Modal Sendiri dengan karena memiliki tingkat rasio lancar kurang

Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio), Rasio dari 200%.

Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio ), Rasio Total Hutang dengan Total Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) dan

Rasio Hutang dengan Total Aktiva (Debt Ratio) dapat dilihat Tabel 2.

1. Rasio Modal Sendiri dengan Total Aktiva (Equity to Total Asset Ratio) Rasio ini menggambarkan besarnya modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai total aktiva. Berdasarkan Tabel 2 nilai rasio modal sendiri dengan total aktiva yang dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu 31,33, artinya setiap Rp 1,00 total aktiva mampu dijamin dengan Rp 31,33 modal sendiri. Pada tahun 2012 nilai rasio modal sendiri dengan total aktiva yang dimiliki PT. Gresik Migas yaitu 33,06, artinya setiap Rp 1,00 total aktiva mampu dijamin dengan Rp 33,06 modal sendiri. Nilai rasio modal sendiri dengan total aktiva yang dimiliki PT. Gresik Migas belum mampu memenuhi standar minimum yaitu sebesar 50 % Suwandi (1985, hal 59). Untuk menjamin total aktiva dengan modal sendiri, maka PT. Gresik Migas harus mengusahakan kegiatan atau produk yang menarik minat pelanggan.

2. Rasio Modal Sendiri dengan Aktiva Tetap (Equity to Fixed Asset Ratio) Rasio ini menggambarkan proporsi aktiva tetap yang dibiayai modal sendiri. Berdasarkan Tabel 2, nilai rasio modal sendiri dengan aktiva tetap yang dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu 3.850,65, artinya setiap Rp 1,00 aktiva tetap mampu dijamin dengan Rp 3.850,65 modal sendiri. Pada tahun 2012 nilai rasio modal sendiri dengan aktiva tetap yang dimiliki yaitu 708,95, artinya setiap Rp 1,00 total aktiva mampu dijamin dengan Rp 708,95 modal sendiri. Nilai rasio modal sendiri dengan aktiva tetap yang dimiliki PT. Gresik Migas sudah mampu memenuhi standar minimum yaitu sebesar 150 %. Hal ini berarti PT. Gresik Migas sudah mampu menjamin aktiva tetap dari modal sendiri yang dimiliki.

3. Rasio Total Hutang dengan Total Modal Sendiri (Debt Equity Ratio) Hasil perhitungan rasio total hutang dengan total modal sendiri PT. Gresik Migas

dapat dilihat pada Tabel 2. Rasio ini menggambarkan jumlah total hutang yang dijamin dengan modal sendiri. Nilai rasio total hutang dengan total modal sendiri PT. Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu sebesar 219,19, artinya setiap Rp 1,00 total hutang yang dipinjam PT. Gresik Migas dapat dijamin dengan Rp 219,19 modal sendiri yang dimiliki PT. Gresik Migas. Pada tahun 2012 nilai rasio total hutang dengan total modal sendiri PT. Gresik Migas yaitu 202,50 artinya setiap Rp 1,00 total hutang yang dipinjam dapat dijamin dengan Rp 202,50 modal sendiri yang dimiliki PT. Gresik Migas. Berdasarkan Tabel 2, nilai rasio total hutang dengan total modal sendiri PT. Gresik Migas pada tahun 2011-2012 melebihi standar minimum yaitu 67 %. Pada tahun 2011-2012 nilai rasio total hutang dengan total modal sendiri yang dimiliki PT. Gresik Migas menurun. Hal ini disebabkan menurunnya pos hutang bank dan modal sendiri, namun penurunan yang terjadi masih menempatkan PT. Gresik Migas diatas standar minimum yaitu 67%, karena rasio total hutang dan total modal sendiri yang dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2011- 2012 masih diatas standar minimum 67%, yaitu sebesar 219,19% dan 202,50%.

4. Rasio Hutang dengan Total Aktiva

(Debt Ratio)

Rasio ini menggambarkan jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin total hutang. Berdasarkan Tabel 2, nilai rasio total hutang dengan total aktiva yang dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu 68,67, artinya setiap Rp 1,00 total hutang tetap mampu dijamin dengan Rp 68,67 total aktiva. Pada tahun 2012 nilai rasio total hutang dengan total aktiva yang dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2012 yaitu 66,94, artinya setiap Rp 1,00 total hutang tetap mampu dijamin dengan Rp 66,94 total aktiva.

Berdasarkan Tabel 2, nilai rasio jumlah aktiva yang digunakan untuk menjamin total hutang PT. Gresik Migas pada tahun 2011-2012 masuk dalam standar minimum yaitu 50 %. Hal ini menunjukkan PT. Gresik Migas mempunyai aktiva yang

Tabel 2. Perhitungan Rasio Solvabilitas PT. Gresik Migas Tahun 2011-2012

Periode RMSTA (%) RMSAT (%) RTHTMS (%)

RTHTA (%) 2011

31,33 % 3850,65 % 219,19 % 68,67 % 2012

33,06 % 708,95% 202,50 % 66,94 % Sumber: Laporan Keuangan PT. Gresik Migas 2011-2012 (diolah)

cukup untuk membiayai seluruh hutang- mampu menghasilkan laba dan modal sendiri hutang hal ini dikarenakan rasio yang

yang dimilikinya karena rasio tingkat didapatkan telah mencapai lebih dari 50%

pengembalian modal sendiri PT. Gresik persen yang disyaratkan, sedangkan BUMD

Migas sudah lebih dari 15% yaitu sebesar ini telah mencapai antara 66 sampai 68

103,65% dan 103,65%. persen, artinya aktiva yang ada terjamin untuk membayar total hutang yang

3. Net Margin Ratio ditanggung.

Hasil perhitungan rasio laba bersih PT. Gresik Migas dapat dilihat pada Tabel

c. Rasio Rentabilitas

4.3. Nilai rasio laba bersih yang dimiliki PT. Rasio

Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu sebesar kemampuan PT. Gresik Migas memperoleh laba

rentabilitas

menggambarkan

5,58 persen artinya setiap Rp 1,- penjualan melalui semua kemampuan dan sumber yang ada

mampu menghasilkan laba sebesar Rp 5,58 selama periode tertentu. Hasil perhitungan rasio

artinya margin laba bersih dari hasil rentabilitas dihitung dengan menggunakan rasio:

penjualan hanya 5,58 selebihnya merupakan Operating Margin Ratio, Return on Equity, Net

harga pokok penjualan dan biaya. Pada tahun Margin Ratio, Operating Ratio, Return On Asset

2012 nilai rasio laba bersih yang dimiliki PT. dan Return On Investment dapat dilihat pada

Gresik Migas yaitu sebesar 3,58 persen Tabel 3.

artinya setiap Rp 1,- penjualan mampu

Tabel 3. Hasil Perhitungan Rasio Rentabilitas PT. Gresik Migas Tahun 2011-2012

Periode OMR (%)

ROA (%) ROI (%) 2011

Sumber: Laporan Keuangan PT. Gresik Migas 2011-2012 (diolah).

1. Operating Margin Ratio menghasilkan laba sebesar Rp 3,58 artinya Laba usaha (laba operasi) adalah laba

margin laba bersih dari hasil penjualan hanya dari kegiatan utama perusahaan. Oleh karena

3,58% selebihnya merupakan harga pokok itu sudah seharusnya laba ini memberikan

penjualan dan biaya. hasil lebih besar dibanding dari laba yang

Berdasarkan Tabel 3, pada tahun bukan utama. Nilai OMR PT. Gresik Migas

2011, PT. Gresik Migas sudah mampu pada tahun 2011 sebesar 7,04 % sedangkan

memenuhi standart minimum rasio ini yaitu pada tahun 2012 menurun menjadi 4,95 %.

sebesar 4 % (Suwandi, 1985) karena Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

memiliki rasio laba bersih sebesar 5,58%, penurunan laba operasi pada tahun 2011 ke

sedangkan pada tahun 2012 PT. Gresik tahun 2012.

Migas belum mampu memenuhi standart minimum yang ditetapkan sebesar 4 %,

2. Return on Equity karena memiliki rasio laba bersih sebesar Hasil perhitungan rasio tingkat

3,58%. Pada tahun 2012 terjadi penurunan pengembalian modal sendiri PT. Gresik

jumlah laba maupun jumlah penjualan Migas dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai rasio

dibandingkan tahun 2011 sebesar 2%. tingkat pengembalian modal sendiri yang dimiliki PD. RPH Surabaya pada tahun 2011

4. Operating Ratio yaitu sebesar 103,65 persen artinya setiap Rp

operasi menggambarkan 1,- modal sendiri mampu menghasilkan laba

Rasio

operating assets dalam sebesar Rp 103,65,-. Pada tahun 2012 nilai

perputaran

hubungannya dengan penjualan bersih dan rasio tingkat pengembalian modal sendiri

aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. yang dimiliki PT. Gresik Migas yaitu sebesar

Semakin tinggi rasio operasi berarti 73,16 persen artinya setiap Rp 1,- modal

menunjukkan bahwa perusahaan dapat sendiri mampu menghasilkan laba sebesar

memanfaatkan aktiva lancar yang dimiliki Rp 73,16,-

dalam meningkatkan penjualan bersih. Berdasarkan Tabel 3, pada tahun

Dalam tabel 5.6 dapat dilihat bahwa pada 2011-2012, PT. Gresik Migas sudah mampu

tahun 2011 rasio operasi mencapai -1,57 dan memenuhi standart minimum rasio ini yaitu

pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 15 % (Suwandi, 1985). Nilai rata-

menjadi -1,70. Hal ini berarti perusahaan rata tingkat pengembalian modal sendiri PT.

sudah lebih mampu dalam memanfaatkan Gresik Migas pada tahun 2011-2012 sudah sudah lebih mampu dalam memanfaatkan Gresik Migas pada tahun 2011-2012 sudah

tahun berikutnya dikwatirkan pengembalian investasi akan semakin berat dan dalam

5. ROA (Return On Asset) menghasilkan laba juga akan semakin ROA (Return on Assets) adalah rasio

menurun.

yang digunakan

untuk

mengukur

kemampuan manjemen perusahaan dalam

Strategi Perbaikan Kinerja BUMD Berbasis

memperoleh keuntungan (laba) secara

Enterpreuner.

keseluruhan. Semakin besar ROA suatu Mengingat pentingnya peran perusahaan perusahaan, semakin besar pula tingkat

daerah dalam pengembangan perekonomian daerah, keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut

maka dalam menjalankan usahanya perusahaan daerah dan semakin baik pula posisi perusahaan

dituntut untuk lebih profesional dalam pengelolaannya tersebut dari segi penggunaan aset. Pada

agar benar-benar menjadi kekuatan ekonomi yang tahun 2011 nilai ROA PT. Gresik Migas

handal. Terdapat faktor kunci strategis untuk sebesar 41 % sedangkan pada tahun 2012

perbaikan Kinerja BUMD PT. Gresik Migas Berbasis mengalami penurunan menjadi 33,47 %.

Entrepreneurship Di Lingkup Pemerintah Provinsi Penurunan

Jawa Timur, yaitu:

peningkatan simpanan pihak ketiga yang

1. Kemampuan sumberdaya manusia BUMD, baik cukup tinggi. Berdasarkan standart yang

dari jajaran Direksi, Badan Pengawas, Pimpinan telah ditetapkan oleh BI, maka nilai ROA

dan Karyawan, terutama terkait penguatan jiwa PT. Gresik Migas termasuk kategori “Sehat”.

enterpreunership meliputi aspek kepercayaan Ini berarti bahwa PT. Gresik Migas sudah

diri, orientasi terhadap tugas dan hasil, mampu memperoleh keuntungan secara

keberanian dalam mengambil risiko, pola dan keseluruhan dengan memanfaatkan aset yang

gaya kepemimpinan, kreatifitas dan orisinilitas dimiliki.

produk/jasa dan fokus pada masa depan BUMD;

2. Kejelasan landasan hukum dan ketegasan aturan

6. Return On Investment (ROI) main terkait pembentukan BUMD, agar mampu Hasil perhitungan rasio tingkat

meminimalisir campur tangan dan intervensi pengembalian investasi PT. Gresik Migas

dalam bentuk apapun dari para pemangku dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai rasio tingkat

jabatan atau kalangan pemerintah. Terutama pengembalian investasi yang dimiliki PT.

menyangkut keputusan manajemen sumber daya Gresik Migas pada tahun 2011 yaitu sebesar

manusia (kebutuhan dan kualifikasi sumberdaya 32,47 persen artinya setiap Rp 1,- total aktiva

manusia dalam BUMD); mampu menghasilkan laba sebesar Rp 32,47.

3. Aspek manajemen keuangan BUMD, meliputi: Pada tahun 2012 nilai rasio tingkat

(a) mekanisme dan kejelasan penganggaran pengembalian investasi yang dimiliki PT.

BUMD; (b) transparansi dan keterbukaan dalam Gresik Migas yaitu sebesar 24,19 persen

keuangan; (c); akuntabilitas artinya setiap Rp 1,- total aktiva mampu

pengelolaan

berdasarkan kinerja, sehingga muncul kerangka menghasilkan laba sebesar Rp 24,19. Hal ini

kerja baru dengan nama “Anggaran Berbasis berarti laba yang dihasilkan PT. Gresik

Kinerja (Performance Budget )”; (d) adanya Migas sudah lebih tinggi daripada total

lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, aktiva, sehingga pengembalian investasi

profesional, dan mandiri serta dihindarinya dapat lebih cepat dilakukan.

duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan Berdasarkan Tabel 3, PT. Gresik

(double accounting)

Migas pada tahun 2011 dan 2012 sudah

4. Kelayakan dan keberlanjutan usaha atau unit mampu memenuhi standart minimum rasio

bisnis BUMD baik produk maupun sektor jasa ini yaitu sebesar 4 %. Hal ini menunjukkan

diukur berdasarkan kinerja internal dan PT.

eksternal. Terdapat beberapa hal strategis, yaitu: menghasilkan laba dari total aktiva. Nilai

(a) BUMD yang dinilai memiliki kinerja baik rasio tingkat pengembalian investasi yang

tetap berkosentrasi terhadap usaha atau bisnis dimiliki PT. Gresik Migas pada tahun 2011-

yang dijalankan, namun tetap melaksanakan 2012 menunjukkan penurunan yang sangat

upaya meminimalkan biaya dan operasi yang tajam. Hal ini menunjukkan keadaan yang

tidak efisien untuk mengontrol kualitas dan semakin buruk yang mengindikasikan

distribusi produk. Pertumbuhan melalui strategi kemampuan PT. Gresik Migas dalam

konsentrasi dapat dicapai melalui integrasi memperoleh laba dari total aktiva yang

vertikal dengan cara mengambil alih fungsi ditanamkannya semakin menurun. Hal ini

supplier (backward integration) atau dengan cara dapat ditujukan penurunannya sekitar 8,18

mengambil alih fungsi distributor (forward persen selama dua tahun, hal ini seharusnya

integration); dan (b) BUMD yang dinilai kurang diwaspadai

oleh PT

Gresik

Migas

memiliki kinerja yang baik di dorong untuk memiliki kinerja yang baik di dorong untuk

kemandirian, akuntabilitas dan kewajaran cukup kuat, akan tetapi lemah dari aspek eksternal, dimana nilai daya tarik bisnisnya

DAFTAR PUSTAKA

sangat rendah, sehingga perlu penciptaan produk baru atau layanan jasa yang lebih profesional.

Arman Hakim, Bustanul Arifin, Mokh.Suef,2007. Berdasakan kesimpulan di atas maka,

Membangun Spirit keberlanjutan suatu usaha harus memperhatikan

Entrepreneurship,

Teknopreneurship . Yogyakarta: Penerbit Andi. stategi yang spesifik yaitu meninmgkatkan kualitas

Http://Repository.Unhas.Ac.Id/Bitstream/Handle/1234 sumberdaya manusia, konsentrasi pada bisnis yang

56789/1346/Skripsi%20sri%20wahyuni.Pdf?Se ada namun diperlukan inovasi baru agar pelanggan

quence=2 .(diambil pada 21 Oktober 2012). tidak jenuh, serta pelayanan yang prima.

Junaidi. 2002. Kontribusi Penerapan Balanced Scorecard Terhadap Peningkatan Kinerja

SIMPULAN

Perusahaan (Studi Kasus Di Perusahaan Jasa Perantara

Asuransi-Pt.Xyz) . Berdasarkan hasil dan pembahasan dari

Http://Eprints.Binus.Ac.Id/10466/1/Abbstrak02 penelitian ini, dapat diambil kesimpulan pertama,

-46.Pdf. (diambil pada 28 Oktober 2012). kinerja BUMD PT. Gresik Migas di Provinsi Jawa

Kiswara, Hanuma. 2006. Analisis Balance Scorecard Timur diukur melalui metode konvensional/Analisis

Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Rasio mengindikasikan hasil yang cukup baik.

(Studi Kasus Pada Pt Astra Honda Motor) Kesimpulan kedua, terdapat 4 (empat) strategis untuk

Http://Eprints.Undip.Ac.Id/26355/1/Jurnal.Pdf. perbaikan kinerja BUMD, yaitu: (1) Kemampuan

(diambil pada 23 Oktober 2012). sumberdaya manusia pengelola BUMD, termasuk

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen penguatan jiwa enterpreneurship; (2) Kejelasan

Kontemporer Untuk Pelipatganda Kinerja landasan hukum dan ketegasan aturan main terkait

Keuangan Perusahaan. Salemba Empat. pembentukan BUMD; (3) Aspek manajemen

Yogyakarta.

keuangan BUMD; dan (4) Kelayakan dan M Nasir, 1999 Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia keberlanjutan usaha atau unit bisnis BUMD baik

Indonesia

produk maupun sektor jasa diukur berdasarkan kinerja Putri. 2008. Analisis Pengukuran Kinerja Perusahaan internal dan eksternal.

Dengan Konsep Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada Pt Bank Tabungan Negara

Saran

Cabang) Solo. Untuk meningkatkan kinerja BUMD PT.

(Persero)

Http://Etd.Eprints.Ums.Ac.Id/67/1/B_200_040 Gresik Migas di Provinsi Jawa Timur, sekaligus

_053.Pdf. (diambil pada 21 Oktober 2012 mengimplemetasikan 4 (empat) strategi yang telah di

Wahyuni. 2011. Analisis Balanced Scorecard Sebagai tetapkan, maka ada beberapa hal yang perlu di

Alat Pengukuran Kinerja Pada Pt. Semen sarankan, yaitu:

Bosowa Maros.

1. Bagi pemerintah daerah: (a) adanya keberanian Zudia. 2010. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi dan ketegasan meminimalisir berbagai bentuk,

Dengan Menggunakan Konsep Balanced praktik dan pola-pola yang menimbulkan political

Scorecard Pada Pt Bank Jateng Semarang. cost ; (b) menyusun SOP yang jelas terkait pola

Http://Eprints.Undip.Ac.Id/23070/1/Skripsi_An rekruitmen sumberdaya pengelola BUMD; (c)

alisis_Penilaian_Kinerja_Organisasi_Dengan_ pemerintah konsisten untuk mendorong BUMD

Menggun.Pdf. (diambil pada 28 Oktober 2012). lebih mandiri dan profesional, tanpa intervensi; (d) pemerintah memberikan penghargaan pada pengelola yang berhasil membawa BUMD Go Public.

2. Bagi manajemen BUMD: (a) menciptakan lingkungan kerja yang lebih kondusif dan selalu berorientasi terhadap tugas dan masa depan; (b) menumbuhkan

entrepreneurship terhadap pengelola BUMD serta memberikan reward terhadap kreatifitas yang dihasilkan oleh setiap individu; (c) memberikan batasan para birokrasi dalam pemilikan saham dan membuka kesempatan seluas-luasnya

mengakses saham di BUMD; dan (d) seluruh pimpinan diarahkan untuk menerapkan Good

Dokumen yang terkait

Ekspresi Cathepsin-D Lebih Tinggi pada Adenokarsinoma Folikuler Tiroid Dibandingkan Adenoma Folikuler Tiroid

0 0 5

Hubungan Ekspresi Protein Gene Product (PGP9.5) dalam sel Cancer Associated Fibroblasts (CAFs) dengan Derajat

0 0 7

Pengaruh Penambahan Bakteri Probiotik yang Dipacu dengan Prebiotik Ubi Jalar Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Shigella dysenteriae Secara In Vitro

0 0 5

Daya Bunuh Hand Sanitizer Berbahan Aktif Alkohol 59 dalam Kemasan Setelah Penggunaan Berulang terhadap Angka Lempeng Total (ALT)

0 2 6

Pengaruh Penambahan Bakteri Probiotik yang Dipacu dengan Prebiotik Ubi Jalar Terhadap Penurunan Jumlah Bakteri Shigella dysenteriae Secara In Vitro

0 0 6

Keyword : Trigona spp., Staphylococcus aureus resistent Abstrak: Infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus menjadi masalah

0 0 6

12 Tahun 2002 tentang Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Pelelangan Hasil Hutan, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2003 tentang Retribusi Tera, Te

0 1 190

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

0 0 8

PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Development Of Community Forest In South Kalimantan Province

0 0 8

OPTIMALISASI SIMDA DALAM MEWUJUDKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG LEBIH BERKUALITAS Simda Optimization in The Making of Financial Management Kutai District East Kalimantan Province To Be More Qualit

0 1 14