UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

  

Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007

JMP Online Vol 2, No. 9, 1000-1007.

  © 2018 Kresna BIP.

  Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) e-ISSN 2550-0481

   p-ISSN 2614-7254

  UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERSTRUKTUR KOMPETENSI DASAR MENYELESAIKAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN MEMFAKTORKAN PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMKN 1 DLANGGU Totok Sugianto SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto

  INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

  Dikirim : 21 September 2018 Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Revisi pertama : 22 September 2018 prestasi belajar siswa terhadap matematika sehingga Diterima : 24 September 2018 pelajaran Matematika tidak dianggap sebagai mata Tersedia online : 27 September 2018 pelajaran yang sulit dimengerti oleh siswa.

  Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran Kata Kunci : Matematika , Lembar Kerja Siswa, LKS Berstruktur terdiri dari empat tahap yaitu : perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi. Sasaran penelitian ini adalah peserta didik kelas

  Email : totoksugianto086@gmail.com

  X SMK Negeri 1 Dlanggu Tahun pelajaran 2015 / 2016, data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, dan lembar observasi .

  Dari hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata prestasi hasil belajar peserta didik mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II yaitu ; siklus I = 65,49 dengan persentase ketuntasan belajar 71 % dan siklus II = 74,96. persentase ketuntasan belajar 89 %Sementara itu hasil belajar aspek afektif juga mengalami peningkatan yaitu ; siklus I = 11,05, dan siklus II = 11,71.yang menurut table konversi Rafting Scale (Sugiyono : 2007) kategori tinggi.

  Simpulan dari penelitian ini adalah penggunaan LKS Berstruktur dalam materi pemfaktoran di kelas X TKJ

  1 SMK Negeri 1 Dlanggu yang dibuat sesuai dengan karakteristik materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika dan juga dapat meningkatkan aktivitas siswadalam proses pembelajaran.

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007 PENDAHULUAN Latar Belakang

  Pembelajaran yang konvensional membuat siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Tidak jarang kita dapati siswa yang pada saat proses pembelajaran mempunyai aktifitas sendiri yang lain dengan tujuan pembelajaran. Ini jarang sekali kita perhatikan mengapa mereka berbuat seperti itu. Kita para guru hanya menegur saja tanpa mencoba mengerti mengapa mereka sampai membuat aktivitas sendiri. Ada beberapa alasan kenapa mereka beraktifitas sendiri. mungkin siswa bosan dengan cara kita mengajar karena aktifitas hanya itu-itu saja. Mendengar, mencatat, mengerjakan soal, ulangan. Atau mungkin mereka dari awal tidak suka dengan matematika sehingga matematika dianggap suatu pelajaran yang sulit dimengerti. Ini membuat mereka mempunyai aktivitas sendiri diluar proses pembelajaran. Kita jarang sekali mencoba mengerti tentang kondisi ini. Kita para guru banyak yang beranggapan yang penting saya sudah melaksanakan tugas saya. Siswa harus ikut dengan aturan saya. Sehingga siswa yang tidak mengikuti aturan yang ditetapkan guru tersebut dianggap siswa yang nakal. Paradigma ini harus kita rubah.

  Kurikulum 2013 mengisyaratkan perlu adanya perubahan dalam proses pembelajaran. Pada kurikulum 2013 diharapkan proses pembelajaran tidak terfokus pada guru pengajar. Peran guru hanya sebagai motivator dalam proses pembelajaran. Guru bukan lagi segala-galanya. Ini yang harus disadari dan dilakukan oleh para guru. Pada kurikulum 2013 dalam proses belajar-mengajar harus ada perubahan perubahan. Salah satu ciri dalam prubahan ini adalah bagaimana seorang guru dapat mempersiapkan dengan cermat sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana secara menarik dan lebih banyak melibatkan siswa dan pembelajaran menjadi bermakna. (sebagai anggota) masyarakat yang berbeda-beda.

  Untuk itu guru diharapkan mengenali hal ini untuk bisa menerapkan strategi pembelajaran, organisasi kelas dan pemanfaatan sumber belajar yang efektif (Depdiknas, 2008). Hal ini sudah disadari oleh guru. Dalam memperoleh ciri khas itu sebenarnya para guru sudah melakukan melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Dengan teman-teman sejawat kita berusaha membuat bahan ajar yang berupa LKS. LKS diharapkan membantu guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran. Tetapi kalau kita cermati Lembar Kegiatan siswa (LKS) yang kita buat melalui MGMP hanya berisi ringkasan materi dan daftar kumpulan pertanyaan yang harus dikerjakan siswa. Dengan memiliki LKS (Biasanya sudah dibukukan), seakan- akan siswa sudah memiliki semua hal tentang materi tersebut. Padahal seharusnya LKS dipergunakan untuk mempermudah guru dalam melakukan proses belajar mengajar bukan sebagai buku materi pelajaran.

  Siswa kita dari mulai SD sudah terbiasa dengan metode pembelajaran yang konvensional yaitu : guru menerangkan, siswa mencatat, memberikan tugas, mengadakan ulangan harian. Kita jarang sekali mencoba membangkitkan kreatifitas siswa misalnya siswa kita berikan suatu tujuan pembelajaran suatu materi pembelajaran dan siswa hanya kita membimbing saja dan kita memberi bahan yang mereka perlukan. Kalau sudah terbiasa dengan itu maka kita tinggal memberi tujuan pembelajaran dan siswa mencari sendiri bahan-bahan atau materi pelajaran yang

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007

  mereka perlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kalau itu sering kita lakukan maka kreatifitas anak akan terbentuk dan dalam proses belajar mengajar siswa akan menjadi subyek belajar dan guru hanya bertindak sebagi fasilitator saja (Depdiknas : 2 : 2008)

  Kita selalu beranggapan guru adalah sumber segala-galanya. Kita jarang berfikir bahwa siswa juga bisa mendapatkan ilmu dari sumber yang lain. Paradigma ini harus kita rubah. Saat ini kita harus pandai berimprovisasi bagaimana caranya agar tehnik pembelajaran menjadi lebih menarik dan banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, maka guru dapat mengembangkan bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diberikan. Salah satunya adalah dengan membuat Lembar kerja siswa (LKS) yang kita sesuaikan dengan karakteristik yang kita inginkan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran sehingga dalam proses pembelajaran lebih variatif dan menarik.

  Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah cara menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berstruktur untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Kompetensi Dasar Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Memfaktorkan pada Siswa Kelas X TKJ 1 di SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto ?.

  Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah Meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap Matematika Kompetensi Dasar Menyelesaikan Persamaan Kuadrat siswa kelas X TKJ 1 di SMK Negeri 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

  KAJIAN PUSTAKA Pengertian bahan Ajar

  Menurut buku 1 Pengembangan Bahan Ajar SMA (Depdikbud, 2008), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan guru / instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis.

  Dalam Webside Dikmenjur dikemukakan bahwa bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi/substansi pelajaran (teaching substansi) yang disusun secara sitematis, menampilkan sosok yang utuh yan akan dikuasai siswa dalam suatu pelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sitematis sehingga secara akumulatif dapat menguasai semua kompeensi secara utuh dan terpadu.

  Jenis-Jenis Bahan Ajar

  Menurut Pedoman Bahan Ajar (Depdikbud, 2008 ) Jenis-jenis bahan ajar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007 1.

  Bahan Ajar Cetak Bahan ajar cetak adalah bahanaajar yang berupa cetak yang digunakan oleh seorang guru dalam membantu proses belajar mengajar. Bahan ajar cetak bisa berupa : a.

  Buku Buku adalah bahan tertulis buah karya dari seorang pengarang b. Hand Out

  Hand out adalah bahan tertulis yang disiapkan seorang guru untuk

  memperkaya pengetahuan peserta didik. Hand out biasannya diambilkan dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai peserta didik.

  2. Modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa bimbingan guru sehingga sebuah modul palinng tidak haus berisi : 1) Petunujk Belajar , 2) Kompetensi yang akan dicapai, 3 ) Informasi pendukung, 4 ) Latihan – latihan, 5 ) Petunjuk kerja dan 6 ) Evaluasi.

  3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran lembaran yang berisi tugas- tugas yang harus dikerjakan siswa. Lembar Kerja Siswa dapat digunakan oleh semua mata pelajaran. Tugas-tugas lembar kerja bisa berupa teritis atau tugas praktis. Keuntungan menggunakan lembar kerja adalah memudahkan guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Bagi siswa dengan adanya Lembar Kerja Siswa secara tertulis.

  4. Brosur Brosur adalah bahan/informasi mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdir dari beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid. Brosur biasanya berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang suatu perusahaan atau organisasi

  5. Bahan Ajar Visual Jenis-jenis bahan ajar visual meliputi : a. Wallcard

  Wallcard adalah bahan cetak biasanya berupa bagan atau siklus, proses

  atau grafis yang bermakna yang menunjukan posisi tertentu. Wallcard harus didesain agar memenuhi sebagai bahan ajar antara lain memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa b. Foto atau Gambar

  Foto atau gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. foto atau gambar dapat digunakan sebagai bahan ajar hanya harus didesain dengan baik agar setelah selesai melihat foto atau gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang akhirnya dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar.

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007 c.

  Model / Maket Model/maket adalah miniatur dari suatu benda dalam bentuk kecil dengan perbandingan tertentu sehingga mirip dengan benda aslinya. Model atau maket yang didesain akan dapat memberikan makna bagi peserta didik 6. Bahan ajar dengan / Audio

  Bahan ajar dengar adalah bahan ajar yang hanyaa memerlukan alat pendengaran dalam pencapainnya. Bahan ajar dengar yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran bisa berupa Kaset, Kompac disk / piringan hitam, Radio.

  7. Bahan Ajar Pandang Dengar (Audio Visual) Bahan ajar dengar adalah bahan ajar yang memerlukan indrapenghlihat dan pendengar dalam penyampaiannya. Bahan ajar ini bisa berupa 1) Video, 2) orang atau nara sumber, 3) bahan ajr interaktif multimedia

  

Penggunaan lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berstruktur dalam Pembelajaran

Matematika

  Penggunaan LKS Berstruktur sebagai bahan ajar dalam pelajaran matematika sangat membantu para guru dalam proses pembelajaran. Anak lebih dapat belajar mandiri pean guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Dalam menyiapkan LKS menurut buku I Pengembangan Bahan Ajar SMA (Depdikbud : 2008) dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1.

  Analisa Kurikulum Analisis kurikulum yang di makalah materi-materi mana yang memerlukan penggunaan LKS. Analisa materi ini bisa dengan melihat materi pokok dan pengalaman belajar materi yang diajarkan. Penyusunan Peta Kebutuhan LKS

  Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang diperlukan. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan.

  3. Menentukan Judul LKS Judul LKS ini ditentukan atas dasar kompetensi – kompetensi dasar , materi pokok dan pengalaman belajar yang didapat dari kurikulum .

  4. Struktur LKS Struktur LKS dalam pedoman Penulisan LKS ( Depdikbud : 2008) sebagai berikut : a.

  Judul b.

  Petunjuk Belajar c. Kompetensi yang dicapai d.

  Informasi Pendukung e. Tugas – Tugas f. Langkah Kerja g.

  Penilaian

  Lembar Kerja Siswa (LKS) Berstruktur

  LKS Berstruktur yang penulis susun untuk para siswa adalah berupa latihan- latihan soal yang secara bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007

  Tahap 1 : berisi contoh soal yang dikerjakan lengkap 100% Tahap 2 : berisi contoh soal yang dikerjakan 80 % Tahap 3 : berisi contoh soal yang dikerjakan 60 % Tahap 4 : berisi contoh soal yang dikerjakan 50 % Tahap 5 : berisi contoh soal yang dikerjakan 20 % Tahap 6 : berisi soal

  • – soal yang dikerjakan siswa secara mandiri Tujuan dari tahapan
  • – tahapan atau struktur ini adalah untuk membentuk pemahaman siswa tentang materi yang dimaksudkan yaitu pemfaktoran kuadrat. Dan kemudian dilanjutkan dengan latihan latihan dan evaluasi yang harus dikerjakan siswa.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di SMKN 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto pada tanggal 1 September dan 30 September 2015. Subjek pada penelitian adalah siswa kelas X TKJ 1 SMKN 1 Dlanggu Kabupaten Mojokerto.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini penulis menggunakan satu kelas yaitu kelsas X TKJ 1 sebagai sampel dan dilakukan penilaian sebagai berikut :

  1. Penilaian Proses Belajar Penilaian ini dilakukan untuk melihat tinggi dan rendahnya aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan LKS. Penilaian ini dilakukan dengan menggunakan Daftar Pengamatan dan dinilai dengan menggunakan konversi skor menurut Rafting Scale (Sugiyono, 2008) denga tabel konversi sebagai

  

Tabel 1. Tabel Konversi Skor

No Rata-Rata Skor Konversi

  1 1,0 - 3,8 Rendah Sekali 2 3,9 - 6,7 Rendah 3 6,8 - 9,6 Sedang 4 9,7 Tinggi

  • – 13,5 5 13,6 - 15 Tinggi Sekali Sumber : Sugiyono (2008)

  Dengan skor untuk ceklist masing-masing : Skor : 5 jika minat, perhatian dan aktivitas sangat tinggi 4 jika minat, perhatian dan aktivitas tinggi 3 jika minat, perhatian dan aktivitas sedang 2 jika minat, perhatian dan aktivitas rendah 1 jika minat, perhatian dan aktivitas sangat rendah

  2. Penilaian Hasil Belajar Penilaian hasil belajar ini dillakukan dengan melihat hasil belajar siswa dengan menggunakan ulangan harian. Untuk siswa yang mempunyai nilai hasil belajar lebih dari atau sama dengan 60 dinyatakan tuntas dalam belajar.

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007 Siklus I 1.

  Perlakuan Kepada Siswa pada Siklus I Pada siklus I Semua siswa mendapatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Guru menerangkan bagaimana karakteristik LKS yang diberikan pada siswa, dengan cara membahas soal contoh pada LKS. Siswa mempelajari dan melanjutkan menentukan akar-akar persamaan kuadrat dengan memfaktorkan .

  2. Temuan Pada Siklus I Pada siklus I diperoleh temuan-temuan yang ditemukan penulis sebagai berikut: a.

  Penilaian Proses belajar Pada tahap pertama diadakan penilaian terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar didapat bahwa aktivitas siswa terhadap pelajaran relative tinggi yakni diperoleh rata-rata 11,05 yang termasuk kategori tinggi dari pengamatan rata-rata semua siswa aktif dalam menyelesaikan soal-soal yang ada di LKS yang disajikan guru. Tidak ada yang mempunyai aktivitas lain selain mengerjakan LKS.

  b.

  Penilaian Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh siswa 71 % siswa tuntas dalam belajar dengan nilai rata-rata kelas 65,49 ketuntasan ini masih tergolong belum tuntas secara klasikal. Rendahnya hasil belajar ini karena siswa kesulitan dalam memfaktorkan

  2

  2

  soal-soal jenis ax + bx + c = 0. Sehingga untuk jenis persamaan kuadrat ax + bx

  • c = 0 memerlukan penjelasan khusus dari pengajar/Guru dan memerlukan latihan yang relatif banyak untuk membimbing siswa memahami karakteristik persamaan

  2 kuadrat jenis ax + bx + c = 0.

  Secara umum penggunaan LKS cukup membantu guru dalam proses belajar disempurnakan pada siklus II

  Siklus II 1.

  Perlakuan terhadap Siswa pada Siklus II Pada siklus I Relatif banyak siswa yang belum dapat menyelesaikan

  2

  pemfaktoran persamaan kuadrat bentuk ax + bx + c = 0. Pada siklus II Siswa yang

  2

  belum mampu menyelesaikan persamaan kuadrat bentuk ax + bx + c = 0 didata dan dikelompokkan menjadi 6 kelompok dan pada masing masing kelompok dimasukkan siswa-siswa yang sudah memahami cara menyelesaikan persamaan

  2

  kuadrat bentuk ax + bx + c = 0. Sehingga pada kelompok tersebut bisa terjadi diskusi antar anggota kelompok.

  2. Hasil yang Diperoleh pada Siklus II a.

  Penilaian Proses Belajar Pada siklus II ini aktivitas siswa relatif tinggi dengan rata-rata 11,71.

  Dengan berdiskusi antar siswa, siswa sudah mulai memahami apa yang harus mereka lakukan dan berusaha untuk mengerjakan lebih cepat dengan teman yang lain.

  b.

  Penilaian Hasil Belajar

  2 Kelemahan yang terjadi pada siklus I , untuk soal jenis ax + bx + c = 0

  memerlukan pengulangan agar siswa memahami karakteristik soal. Siswa

  Totok Sugianto / JMP Online Vol. 2 No. 9 September (2018) 1000-1007

  mengalami kesulitan dalam memfaktorkan tetapi dengan diskusi antar siswa dan bantuan guru dan latihan yang relatif banyak. Soal jenis 3 dan diperoleh nilai ketuntasan Hasil belajar siswa cukup tinggi 87 % denga rata rata nilai kelas 74,96 atau tuntas secara klasikal dengan rata-rata kelas. Peningkatan ini terjadi karena untuk soal-soal LKS 03 jumlah siswa yang menguasai relatif lebih banyak dan evaluasi yang dilakukan bersifat mengulang sehingga terjadi peningkatan nilai hasil belajar siswa Siswa mendapat hasil tersebut relatif tanpa campur tangan guru. Guru hanya sebagi fasilitator saja.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Dari hasil pengamatan dan perhitungan diatas dapat diperoleh bahwa penggunaan LKS dalam materi pemfaktoran di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Dlanggu yang dibuat sesuai dengan karakteristik materi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata matematika. LKS yang dibuat dalam lembaran-lembaran (tidak dibukukan lebih menarik bagi siswa karena mereka merasa mendapatkan tantangan tersendiri dibanding LKS yang telah dibukukan. Hasil yang merekan peroleh dapat mereka simpan sendiri sebagai bahan belajar.

  Saran

  Penggunaan LKS ternyata mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, maka hendaknya para guru lebih aktif dan bervariasi dalam menggunakan bahan ajar khususnya Lembar Kerja Siswa (LKS). Yang pada akhirnya akan tumbuh kreatifitas siswa. Siswa akan lebih mandiri dalam belajar dan peran guru lambat laun

DAFTAR PUSTAKA

  Depdiknas. 2008. Pedoman Khusus Silabus dan Penilaian. Jakarta Depdiknas. 2008. Pedoman Umum Pengembangan Silabus. Jakarta Depdiknas. 2007. Pedoman Penyusunan LKS dan Skenario Pembelajaran Sekolah

  Menegah Atas, Jakarta

  Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

  Menyenangkan. Bandung: PT Rosda Karya

  Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpha Betha

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA KELAS V Ester Widi Sayuti

1 2 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) DENGAN SIMULASI MEDIA MONOPOLI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Syamsul Arifin

0 0 14

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA DALAM TEMA 8 KELAS 4 SD Faisal Miftakhul Islam

0 1 16

PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR TEMA 8 SUBTEMA 1 MUATAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

0 0 10

PENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK XI IBB SMAN2 SIDOARJO PADA MATERI PERSEBARAN HEWAN DAN TUMBUHAN MELALUI PETAINLEK Soegiarto SMA Negeri 2 Sidoarjo

0 0 9

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK ROUND ROBIN PADA SISWA KELAS VIB SD NEGERI 004 TELUK BINJAI Yusniar SD Negeri 004 Teluk Binjai

0 1 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PROGRAM JTV PADA MATERI SPLDV PADA KELAS VIII-3 SMPN 5 PENAJAM PASER UTARA Fitrawati SMPN 5 Penajam Paser Utara

0 0 11

PENERAPAN PERMAINAN BONEKA MAGNET DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERBAHASA PADA ANAK TUNA GRAHITA DI KELAS B TK NEGERI PEMBINA 3 KUALA TUNGKAL Siti Aisyah TK Negeri Pembina 3 Kuala Tungkal

0 0 13

PENGARUH METODE TAKE AND GIVE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK Marsya Naqiya Azzahra

0 2 9

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA Bambang Winarto SMK Negeri 3 Probolinggo

0 1 11