Hubungan Karakteristik Anggota Kelompok Masyarakat dengan Keterlibatannya dalarn Jaringan Komunikasi Pembinaan Teknis serta Partisipasi dalarn Program Industri Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA) di Lampung Tengah

HUBUNGAN KARAKI'ERISTIK ANGGOTA KELOMPOK
MASYARAKAT DENGAN KETERLIBATANIWA DALAM
JARINGAN KOMUNIMSI PEMBINAAN TEKNIS SERTA
PAR'f'ISIPASI DALAM PROGRAM INDUSTRI
TEPUNG TAPIOKA R A W A T (ITTAJU)
DI LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD ZULKARNAIN

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT YERTANIAN BOGOR
2002

HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KELOMPOK
MASYARAKAT DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM
JARINGAN KOMUNIKASI PEMBINAAN TEKNIS SERTA
PARTISIPASI DALAM PROGRAM INDUSTRI
TEPUNG TAPIOKA RAKYAT (ITTARA)
DI LAMPUNG TENGAH

MUHAMMAD ZULKARNAIN


Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister SaJns pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

PROGRAM PASCASARJANA
PNSTITUT PERTANIAN BBGOR
2002

ABSTRAK

MZULKARNAIN. "Hubungan Karakteristik Anggota Kelompok Masyarakat
dengan Keterlibatannya dalam Jaringan Komunikasi Pembinaan Teknis serta Partisipasi
dalam Program Industri Tepung Tapioka Rakyat (IlTARA) di Lampung Tcngah"
(dibawah bimbingan SJAFRI MANGKUPRAWIRA set>agai ketxi, AMIRUDDIN
SALEH, dm SUTISNA RIYANTO sebagai anggota).
Pelaksanaan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Kabupatcn Lampung Tengah
telah berlangsung selama 3 tahun. Keberhasilan program tersebut selain bergantung pada
unsur pembinanya, juga peranan anggota dalam kelompok dm keterlibatannya dalarn

jaringan komunikasi hrnrt mempengaruhinya. Suatu program yang baik juga dipengaruhi
oleh ciri inovasi program dan tingkat kesesuaian program.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) karakteristik terpilih anggota
pokmas IT1TAR.A; (2) karakteristik kelmpok masyarakat RTARA; (3) hubungan antara
karalderistik terpilih anggota dm karakteristik kelompok rnasyarakat dengan
keterlibataol~yadalam program ITTARA; serta (4) hubungan antara keterlibatan anggota
pokmas dalam jaringan komunikasi pembinaan teknis dengan partisipasi dalam program
ITTARA.
Populasi penelitian addab anggota pokmas yang kelompoknya mendapat bantuan
modal operasional dari Pemeriutah daerah (APBD I dan APBD II) dan berada di
Kabupaten Larnpung Ten&. Kelompok terpilih diambil secara purposive sampling, dan
sampel dilakukan dengan cara quota sampling.
Data yang dikumpulkan mengguaakan kuesimer, dianalisis saara deskriptif dan
uji koetisien korelasi peringkat Spearman (Spearman rank correlation).
Hasil penelitian mnnrnjukkan bahwa tlngkat partisipasi mots pokmas terhadap
inovasi dalam Rogrmi ITTARA sudah &p aktif dalam tahzp kegiatan perenalaan
dan pelaksanaan, berupa mcningkatnya pengetahuan, keterampilan. penerirrnaan serta
penerapan Program ITTARA.
Asp& keterlibatan dalam jaringan komunikasi pembinaan tekais yang
berhubungan nyata dan positif adalah kcterdedahan pada media massa, akses terhadap

jaringan komunikasi Iokal clan partisipasi sosial. Pada aspek kesesiraian program adalab
is4 metode, dan kredibilitas sumber, serta kelima aspek ciri-ciri inovasi program, seluruh
aspknya berhubungan nyata dan positif dengan partisipasi &lam Program IITARA.
Keterlibatan dalarn jaringan komunikasi pembinaan teknis yang mendukung
partisipasi dalam Program ITTARA meliputi keterdedahan pada media massa, akses
terhadap jaringan komunikasi lokal, dan partisipasi sosial berbubungan nyata dan positif
terhadap seluruh aspek dalam karakteristik kelompok.
Beberapa aspek karakteristik anggota pokrnas memiliki hubungan nyata dengan
keterlibatan dalanl jaringan komunikasi pembinaan teknis terdiri dari peubah umur,
pendapatan, lama bertani ubikayu, Iuas tanah, cara mengolah tanah dan skala usaha.
Untuk hubungan antam peubah kekrlibatan dalam jaringan komunikasi
pcrnbinaan teknis dengan tingkat kesesuaian program yang nyata dan positif terdiri dari
isi, rnetode, kredibilitas surnber. Sedangkan faktor pendekatan komunikasi tidak
menunjukkan hubu~agangyata.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
1


HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA KELOMPOK
MASYARAKAT DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM JARINGAN
KOMUNIKASI PEMBINAAN TEKNIS SERTA PARTISIPASI DALAM
PROGRAM INDUSTRI TEPUNG TAPlOKA RAKYAT (ITTARA) DI
LAMPUNG TENGAH
adalah benar merupakan has3 karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan.

Semua sumber data i n f o m i yang dipnakan telah diiyatakan secara jelas dan
dapat diperiksakan kebenarannya.

MUHAMMAD ZULKARNAIN
Penulis

Judul Tesis

: Hubungan Karak.teristik Anggota Kelompok Masyarakat

Narna

dengan

Keterlibatannya dalarn Jaringan Komunikasi Pembinaan Teknis serta
Partisipasi dalarn Program Industri Tepung Tapioka Rakyat
(ITTARA) di Lampung Tengah
: Muhammad Zulkamain

NRP

: 97312

Program Studi : Komunikasi P e m b a n m Pertanian dan Pedesaan

Menyetujui

Dr. Ik. Sjatii Maqkuvrawira
Ke*

k
4

Ir. Sutisna h ~ a n t o MS.

.

Menyetujui
2. Ketua Program Studi Komunikasi
Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

4J2-4
\

Dr. Ir. Aida Vita~alaS. Hubeis

Tanggal Lulus : 7 Pebruari 2002

3. Direhr Program Pascasaijana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 7 Maret 1970, anak
keempat dari enam bersaudara. Ayahanda penulis bernama Haji Mursyid Arsyad,
SH. dan lbunda bernama Sutilah. Penulis telah berkeluarga dan mempunyai 1

(satu) istri dan 2 (dua) orang putra.
PenuIis memmatkan Program Diploma 3 tahun pada Akademi
Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Tanjungkarang tahun 1991, Program Strata
1 pada Sekolah Tinggi Ilmu Admi~strasi-LembagaAdministrasi Negara (STIA-

LAN) Jakarta Jurusan Program Manajemen Pernbangunan Perkotaan dan Daerah
(NPPD), tahun 1996.
Pada tahun 1997, penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan pada Program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor dengan
memilih program Str~di Komunikasi Pembangum Pertanitin dan Pedesaan

(W).
Jabatan terakhir yang dipegang penulis adalah Staf Pcmeriksa Bidang
Pemerintahan Daerah pada Inspektur Pembantu Bidang Pemerintahan Badan
Pengawasan Daerah Propinsi Lampung.

PRAKATA

Pertama-tama penulis memanjatkan rasa puji dan syukur kepada Allah
SWT, karena dengan berkat Rakhmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada
program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatm ini penulis rncngucapkan terirna kasih kepada
Bapak Dr.Tr. Sjafri P'langkuprawira selaku Ketua Komisi Pembimbig dan kepada
Bapak Ir. Amiruddin Saleh, MS., serta Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. selaku
anggota Komisi Pembimbing atas segala arahan, bimbiigan serta koreksi, dan
petunjuk yang diberiksn. Demikian pula penulis menghaturkan terima kasih
kepada Ibu Dr.Ir. Aida =tayala.

S. Hubeis, selaku Ketua Program Studi

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, dan Ibu ProfDr. Sjafiida
Manuwoto selaku Direktur Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, atas
segala kesenlpatan serta izin yang telah diberikan kepada penulis guna melakukan

penelitian dalam rangka penyusunan tesis ini.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Gubernur Larnpung
beserta seluruh jajaran Sekretariat Pemerintah Propinsi Lampung, atas bantuan
moril serta materiil kepada penulis. Dernikian Mnya rekan-rekan di KMP

angkatan 1997, 1998, dan 1999, yang dengan penuh perhatian serta dorongannya
yang tiada hentinya memberikan support kepada penulis untuk menyelesaikan

studi ini.

Terima kasih yang tulus, penulis haturkan kepada Ayahanda H. Mursyid
Arsyad, SH. serta Ibunda Hj. Sutilah Mursyid dan Bapak Mertua Bidawi Hasan
Basri serta Ibunda Rismini yang telah memberikan penuh kasih sayang serta doa
untuk kesuksesan studi penulis. Tak lupa juga penulis haturkan terima kasih yang
'

sangat dalam kepada Tina istriku dan kedua anak-anakku Karina d m Bima yang
tercinta, yang setiap malam selalu memanjatkan doa kepada ALLAH SWT agar
penulis dapat rnenyeiesaikan studi ini.
Dengan penuh kesadaran sebagai manusia yang ttsk lepas dari kekhilafan,
penulis mengakui bahwa di dalam t&is ici masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis rnengharapkan kritikan yang objektif d m membangun guna
lebih menyemp.~&

tesis ini.


Padz akhirnya, penulis berhsrap semoga tulisan ini dapat memenuhi maksud
tugas yang diberikan dan bennanfaat adanya.

Bandar Lztmnpung, 6 Pebruari 2002

Penulis,

DEDICATION :
To Ibu Tina, Karina, and Bima,
whose love, support and
encouragement made the long
hours of this writing much shorter.

DAFTAR IS1
Halaman

ABSTRAK .........................................................................

i


RIWAYAT HII)I.JP ................................................................

11

PRAKATA ........................................................................................

UI

DAFTAR IS1 ......................................................................

v

..
...

DAFTAR TAl3EL ................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

viii

Latar Belakang .............................................................................. 1
Permasalahan ................................................................................

4

Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
Kegunaar~Penelitian ..................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA .........................................................

8

Program ITTARA ....................................................................... 8
Program ITTARA sebagai Proses Komunikasi ................................. 9

Proses Adaptasi Inovasi ............................................................... 13
KERANGKA PEMMIRAN DAN HIPOTESIS ............................... 29
Kerangka Pernikiran ........................................................................ 29
Hipotesis .........................................................................................33
METODE PENELITL4N .......................................................... 34
Rancangan Penelitian ...................................................................... 34
Populasi dm SampeI ....................................................................... 34
Pengumpulan Data .......................................................................... 36
Keabsahan dan Keterandalan Instrumen ............................................. 36
halisis Data ................................................................................... 38
Definisi Operasiond Peubah ...........................................................

39

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

46

Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ......................................................46
Deskripsi Program ITTARA ................................................................ 47
Karakteristik Anggota Pokmas ITTARA ............................................. 56
Karakteristik Kelompok ......................................................................-63
Tingkat Kesesuaian Program ................................................................69
Ciri-ciri Inovasi Program ...................................................................... 75
Partisipasi dalarn Program ITTARA ....................................................81
Hubungan antara Karakteristik Anggota Pokmas ITTARA dengan
Keterlibatannya dalam Jaringan Komunikasi Pembinaan Teknis ......

86

Hubungan antara Kamkteristik Kelompok dengan Keterlibatannya
dalam Jaringan Komunikasi Pembinaan Tekrnis ................................. 89
Hubungan antara Ketedibatan Anggota Pokmas ITTARA dalam
Jaringan Komunikasi P e m b i i Teknis dengan Partisipasi
dalam Program Ittara .......................................................................... 91
Hubungan antara Ketertibatan Anggota Pokmas ITTARA dalam
Jaringan Komunikasi Fembinaan Teknis dengan Tigkat
KesesuzJan Program.............................................................. 94

Hubungan antara Tingkat Kesesuaian Program dengan Partisipasi
dalam Program ITTARA ................................................................ %
Hubungan antara Ciri-ciri Inovasi dengan Partisipmi dalam Prognun
ITTARA .................................................................................. 100
KESlh4PUZm DAN SARAN ................................................... 107

Kesimpulan ............................,........................................................... 107
Sara ...................................................................................................

108

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 109
LAMPIRAN ............................................................................................

1 12

DAFTAR TABEL
Halaman

Sebaran responden anggota pokrnas XTTARA dilokasi penelitian .......... ...
Sebaran responden menurut karakteristik pribadi ......................................
Jenis pelatihan/kursus/magangbagi pengelola ITTARA ...........................
Sebaran responden menurut karakteristik usaha ......., ........................ ..... ..
Skor total penilaian responden terhadap karakteristik kelompok .. . ... . . . ..
Penilaian responden terhadap karakteristik kelompok.... .. .. .. . . ......... ..
Skor total penilaian responden terhadap tingkat kesesuaian program ......
Penilaian responden terhadap tingkat kesesuaian program ........................
Skor total penitaian responden terhadap ciri-ciri inovasi.. ..... .... .. . . . ... ...
Penilaian responden terhadap ciri-ciri inovasi ................................. .. .. . . ..
Skor total penilaian responden terhadap partisipasi dalam program
ITTARA.. . ... .. . ........ . . .. . . . ... . . .. .. . .. . . ... . .. . .. . .. ...... . . . . . ..... .. . .. . . . . ...
Penilaian responden terhadap partisipasi dalam program 1 T T . M ...
Hubungan antara karakteristik anggota dengan keterlibatan dalam
jaringan komunikasi pembinaan teknis .......................................... ... . . ..
Hubungan antara karakteristik kelompok dengan keterlibatan dalam
jaringan kornunikasi pernbinaan teknis ........................................... . . ..
Hubungan antara keterlibatan dalam jar'ingan komunikasi
pembinaan teknis dengan partisipasi dalam Program ITTARA . ..... . . . .
Hubungan antara keterlibatan dalarn jaringan komunikasi
pembinaan teknis dengan tingkat kesesuaian program .. . . .. ... . . . . . . ... ...
Hubungan antara tingkat kesesuaian program dengan
partisipasi dalarn Program ITTARA ..................... ..... .. ......... . . ... .. . . .. ..
.

Hubungan mtara ciri-ciri inovasi dengan partisipasi dalam program
ITTARA ............................................. .. ... . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. ..
Aspek-aspek partisipasi dan titik lemah faktor-faktor yang
rnempengaruhinya........................................................... ...... .. . . .. . . . ....

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

Diagram alur pikir penelitian ....................................................

32

2.

Struktur organisasi pokmas ITTARA .......................................

49

3.

Struktur organisasi Ti Pembina Teknis ITTARA ........................

51

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1.

Rekapitulasi data hasil penelitian ..................................................... 109

2.

Variabel dan Pengukurannya .................. .................................

118

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ubikayu (Manihot esculenta cranzt) merupakan salah satu jenis komoditas
tanaman pangan penting selain padi dan jagung, karena banyak digunakan sebagai

bahan balcu industri dan telah menghasilkan devisa yang cukup besar. Selain
bahan baku industri, ubikayu juga dapat dikonsurnsi langsung terutarna oleh
kelompok masyarakat miskin di pedesaan. Tanaman ubikayu merupakan jenis
tanaman yang dapat tumbuh pada lahan-lahan marjinal dan dengan curah hujan
rendah, s r t a tidak menuntut penguasaan teknologi yang ntmit.
Propinsi Lampu~gsebagsi daerah agraris t&-end sebagai sentra produksi
ubiiayu di Indonesia, selain terkenal dengan daerah kornoditas pertanian rempahrempah seperti kopi, lada, kayu manis, cengkeh dan sebagainya. Keberadaan
pertanian ubiiyu dengan total luas lahan produksi meliputi separuh dari lahan

kering fbngsional tanaman pangan ini s e l w f 600.000 hektar, dengan tingkat
produktivitas rata-rata 13,l ton ubikayu basah per hektarnya, rnaka angka total
produksiya addah sebanyak 3.687.702 ton ubikayu basah per tahunnya. Tigkat
produktivitas tersebut sebenarnya rnasih dapat ditingkatkan sampai dengan 30 ton

per hehamya, jika saja petani ubikayu mampu melakukan usahatani dengan
penggunaan teknologi yang lebih baik. (Distan Propinsi Lampung 1999).

Berdasarkan fakta dan kondisi tersebut di atas, Perrierintah Daerah Propinsi
Lampung menggrllirkan suatu kebijakan dalanl upaya melepas belenggu
ketidakberdayaan kaum petani ubiicayu. Salah satu program yang dikernbangkan
adalah dengan

mengadakan

sebuah

program

unggulanny'a, yaitu Industri

Tepung Tapioka Rakyat (ITTARA). Hal ini berawal ketika pada tahun 1998,

terdapat 5 200.000 KK petani ubikayu yang menggarap lahan seluas

+ 282.343

hektar, nasibnya tidak menentu, selalu dalam lingkaran kerniskinan dan
ketidakpastian. Sernentara hasil budidaya ini terus meningkat seiring dengan

perluasan lahan pertanian ubikayu. Upaya tersebut merupakan implementasi dari
Instruksi Gubernur (INGUB) Nombr : Inst.001/B .VI.HK/1998 tentang Gerakan

Massal Upaya Perungkatan Pendapatan Petani, dengan disertai p e m b i i petani
untuk mmhgkatkan rnutu sumberdaya manusia dan kegiatan ekonomi, khususnya
industi k d di wilayah pedesaan, yang pada akhirnya akan mendorong gerakan
kembali ke desa.
Program ini merupakan bargian dari program payung yaitu yang disebut
"Desaku Maju Sakai Sambayan

- Gerakan Kembali Ke Desaw (DMSS-GKD).

Tujuan yang ingin dicapai dari program ITTARA yaitu (1) Meningkatkan nilai
tambah, harga jual dan p d a p a t a n petani ubikayu; (2) Meningkatkan kemampuan

petani ubikayu dalam penguasaan teknologi budidaya dan pengolabiannya meialui
pengolahan produk ITTARA (tepung tapioka) dan manajemen usaha; (3)
Menumbuhkembangkan kegiatan pada skala pedesaan ymg dapat menciptakan
lapangan kerja; dan (4) Membuka peluang bagi petani ubiiyu guna menekan
ketergantungannya terhadap pabrik tepung tapioka skala besar.
Dalam ran&

untuk menunjang keberMan pelaksanaan program

ITTARA tersebut, Pemerintah Daerah Propinsi Lampung telah membentuk Tim
Pembina Teknis yang bertugas untuk m e l a k u b p e m b i i teknis operasional
pengelolaan ITTARA kepada seluruh petani ubiiyu yang dibentuk dalam wadah
pokmas-pokmas. Salah satu tugas yang diemban oleh Tim Pembina Teknis addah
dengan melakukan kegiatan pembinaan teknis kepada para petani guna

3

meningkatkan kualitas sumberdaya petani itu sendiri berupa peningkatan
pengetahuan, pemahaman, dan motivasinya dalam penyelenggaraan ITTARA.
Program ITTARA ini merupakan sutltu proses penyampaian pesan dari
Pemerintah Dwrah sebagai pembina, kepada anggota pokrnas ITTARA dengan
cara mengkornunikasii pesan-pesan untuk menyamakah persepsi program
kepada anggota pokmas, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan
motivasinya dalam menyukseskan program

ITTaRA dan tujuan yang ingin

diapai dapat berhasil.
Ditinjau dari sudut struktur pengelolaan, program ITTARA menampilkan
suatu pusat pengambilan keputusan yang bang sehingga tingkat pengambilan
keputusan manajemen tidak hanya pada individu semata, melainkan mempunysi
siht kolektif Ada beberapa paket teknologi pertanian wperti halnya ITTARA,
yang harus diiaksanakan oleh para petani anggota poknnas secara kelompok dan
ada pula yang harus dikerjakan antar kelompok (Setyanto dalam Ludiro 1997).
Sejalan dengan itu menurut Arief (1996) dengan keberadaan kelompok
masyarakat diharapkan akm menjadi wadah bad anggotanya M
a
m memperoleh
informasi mernperoleh pengalaman belajar dan bekerjasama dalam menerapkan
suatu program atau suatu teknologi pertanian. Hal inilah yang menyebabkah
pentingnya kerjasama para petani anggota pokmas dalam mengelola ITTARA.
Tetapi di lain pihak program yang diturunkan dari atas (pemerintah) menurut
Koentjaraningrat dalarn Sastropoetro (1996) kadang-kadang tidak dipaharni
madaatnya clan oleh masyarakat dianggap merupakan kewajiban rutin yang tidak

btsa d i d a r k a n , sehingga tumbuhnya partisipasi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.

Untuk itulah peran komunikasi yang menjernbatani antara Pemerintah

Daerah melalui T i Pembina Teknis dengan masyarakat petani adalah sangatlah
penting, selain komunikasi di antara sesama anggota pokmas,

karena dengan

pertukaran informasi di antara mereka a h dapat meningkatkan pemahaman
secara baik clan pada akhirnya akan mempengaruhi perilakunya dalam

berpartisipasi dalam program ITTARA ini.
Oleh karena itu sangat menarik untuk dilakukan penelitian tentang
partisipasi anggota pokmas dalam jaringan komunikasi pnbinaan teknis program

ITTARA Mengingat penelitian sernam ini Mum Qiakukarr oleh Pemerintah

Daerah Propinsi Lampung, khususnya penelitian pada tingkat kelompok petani
ubiiyu.

Permasaianan
Telah dirnaklurni bahwa sistem komunikasi dan informasi dalam suatu
program biasanya rnasih bersifat formal vertikal dengan pendekatan linier. Oleh
karena itu banyak pendapat para ahli komunikasi M w a pendekatan ini dianggap
kurang efektif &am rangka penyebaran informasi yang bertujuan untuk merubah
perilaku.
Suatu informasi dalam suatu program tidak akan begitu saja diterima atau
ditolak oleh para petani, ha1 ini disebabkan karena suatu informasi yang mereka
terirna seringkali menimbulkan ketidakpastian. Petani ini biasanya membutuhkan
peneguhan dan keyakinan baru terhadap informasi yang bersifat baru. Suatu
infonnasi justru akan dapat mereka terima apabila datang dari teman dekat atau
orang-orang yang mereka percaya atau kenal sebelumnya. Pertukaran informasi

,

tentang inovasi itu berlangsung secara sirkulair yang melibatkan jaringan
komunikasi interpersonal antar anggota kelompok masyarakat.
Peranan pokmas selain sebagai pemerata informi d m penyerap informasi
masyarakat, juga merupakan salah satu wadah dalam ikut meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Hal tersebut sudah terlihat dengan nyata keberadaannya, sehingga
keberadaan pokmas jelas sangat diperlukan. Dalam kaitan dengan keberadaannya
dan keterlibattln tersebut, pokmas tidak terlepas dari perkembangan teknologi
inovasi ITTARA, yang terkait juga dengan proses penerapannya.
Jaringan komunikasi merupakan aktiivitas komunikasi yang membentuk

suatu rangkamn jalinan keterhubungan dan interaksi. Proses pertukaran informasi
yang merupakan inti dari aktivitas komunikasi antara anggota pokmas dalam suatu
wilayah kelompok inilah yang memungkinkan suatu informasi program ITTARA
dapat menyebar dan diserap. Disarnping faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi
ketnampuan berkomunikasi seseorang adalah faktor-Mtor kiuakteristik individu
petani anggota pokmas.

Berdasarkan uraian di atas, rnaka permasalahan yang hendak diteliti dan
dipelajari adalah m e n y e t hal-hal sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakteristik anggota pokmas ITTARA di Kabupaten Larnpung

Tengah ?
2. Bagaimana kdcteristik kelompok rnasyarakat WTARA di Kabupaten Lampung

Tengah 7
3. Bagaimana hubungan antara karszkteristik anggota d m karakteristik kelompok

dengan keterlibatan anggota dalam jaringan komunikasi pembinaan teknis
program ITTARA di Kabupaten Lampung Tengah ?

4. Bagaimana hubungan keterlibatan anggota pokrnas dalam jaringan komunikasi

pembinaan teknis dengan partisipasinya dalam program ITTARA di Kabupaten
Lampung Tengah ?

Tujuan Penelitian
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menjawab pe-

yang diijukan, dengan kata lain untuk mencari jawab

terhadap pertnasalahan-permasalahan yang diajukan. Dalam ha1 ini penelitian
dilakukan untuk menjawab p e d a h a n yang berkaitan dengan partisipasi
anggota pokmas dalam program

ITTARA di Kabupaten Lampung Tengah,

melalui jaringan komunikasi yang mereka lakukan.
Dengan demikian, sesuai permadahan yang telah diajukan sebelumnya,

rnaka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk menganalisis karakteristik anggota pokmas ITTARA di Kabupaten

Lampung Tengah.
2. Untuk mengadisis karakteristik pokmas ITTARA di Kabupaten Lampung

Tengah.
3. Untuk menganalisis hubungan antans karakteristik anggota dan kmkteristik

pokmas ITTARA dengan keterlibatannya dalarn jaringan komunikasi
pembinaan teknis program ITTARA di Kabupaten Lampung Tengah.
4. Untuk menganalirsis hubungm mtara keterlibatan anggota pokmas dalarn

jaringan komunikasi p e m b i i ~teknis dengan partisipasinya Man program
ITTARA di Kabupaten Lampung Tengah.

Kegunaan Penelitian
Ada beberapa d i t dan kegunaan pokok dari hasil penelitian ini, yang
secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penelitian ini d i i a p k a n mampu memberikan masukkan bagi para praktisi,

dalam ha1 ini adalah bagi aparat pemerintah daerah yang bertugas untuk
membina dan mengembangkan pokmas-pokmas dalam pelaksanaan program
ITTARA. Oleh karena penelitian ini berusaha mengungkap berbagai
permasalahan yang ber1.c:naan dengan aktivitas anggota pokmas dalam suatu
jaringan komunikasi pembinaan teknis, khususnya untuk melihat bagairnana
partisipasinya dalam p e l h a a n program ITTARA.
2. Hasii penelitian ini dihampkan sebagai bahm masukkan dalam merumuskan

kebijakan p e m b i i terhadap perkembangan pokmas ITTARA di Kabupaten
Lampung Tengah khususnya dan Propinsi Lampung pada umurnnya di masa
mendatang.
3. Penditian mengenai jaringan komunikasi p e m b i i teknis program ITTARA

pada tingkat individu anggota pokmas yang dilakukan ini merupakan tipe
penelitian yang belum pernah diihkan. Oleh karenanya sumbangan terhadap
teori-teori komunikasi akan dapat diharapkan dari hasii penelitian demikian,

minimal hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai bandingan dengan
penelitian-penelitian yang akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA
I

Program ITITAM

Pokok perrnasalahan dengan digulirkannya program Industri Tepung
Tapioka Rakyat (ITTARA) pada tahun 1999 addah dalam rangka mengentaskan
kerniskinan di Propinsi Lampung, meldui pembentukkan kelompok usaha
masyarakat di bidmg pertanian khususnya peningkatan produk ubikayu. Cara
yang dilakukan adalah dengan mendirikan usaha masyarakat dalam bentuk
Industri Tepung Tapioka Rakyat. Untuk teknis o p e r a s i o ~ y adibentuk

T
i
m

Pembii Propinsi, yang dikoordinasikan oleh Dinas Iioperir~dag Propinsi
Lampuns, yang beranggotakan Dinas/Instansi terkait berdssarkan Surat P e ~ t a h
Tugas Gubernur Lampung Nomor : 841.11040610511999 tanggal 22 Pebruari 1999
dan Surat Gubernur Lampung Nornor : 46511 53610511999 tanggal 6 Juli 1999.
Sebagai tindak lanjut dari surat penugasan tersebut, rnaka dalam awal tahun
2000 telah dibentuk sebanydc 46 unit ITTAIta di Kabupaten Lampung Tengah
(Dinas Koperindag 2000). Dipilihnya Kabupaten Lampung Tengah sebagai lokasi

potemial pengembangan ITTARA, &karenakan pertimbangan potensi wilayah,
keragaman kelompok dan sarana produksi yang ada.
Dengan terbentuknya 46 unit kelompok, maka telah diupayakan pelatihanpelatihan teknis yang mengarah kepada penguasaan teknologi, manajemen dan
pemasaran, serta pengaturan pola tanam ubikayu sebagai bahan baku ITTARA.
Dengan cara memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tani terpilih untuk
dididii d m diiatih, yang nantinya a h d i p k a n mereka secara profesional

menjadi manajer ITTAW operator mesin dan tenaga kerja lain dalarn
pengelolaan dan pengoperasian ITTARA. Oleh karena itu, maka secara m u m

pembinaan tersebut dimaksudkan untuk dapat : 1) Mengoptimalisasikan budidaya
ubikayu; 2) Pengelolaan mesin pengolahan, 3)sDapat mengendalikan mutu bahan
baku dan hasid olahan; 4) Pengolahan limbah; 5) P e d a a t a n tepung tapioka
sebagai bahan baku industri hilir; dan 6) Manajemen usahatani dan industri.
Pada dasarnya pembinaan teknis progrim ITTARA adalah merupakan
kegiatan untuk memotivasi dan menggerakkan masyarakat petani ubiiyu yang
tergabung dalam kelompok-kelornpok masyarakat agar mereka mau dan mampu
meningkatkan groduktivitas mereka melalui suatu usaha industri kecil skala
pedesaan, yang pada akhimya akan dapat meningkatkan pendapatan, kemampuan

dan keterampilan mereka. Untuk mencapai hasil tersebut, partisipasi masyarakat
menjadi kunci keberhasiian pelaksanaan program ITTARA.
Upaya penumbuhan partisipasi adalah proses men&

dan mengolah

inspirasi dan prakarsa masyadat, yang diwujudkan dengan memproses keinginan
dan harapan rnasyarakat menjadi prakarsa dalam bentuk perencanaan yang
dirumuskan sendiri oleh masyarakat. (Depdagri dalam Madrie 1999)
Untuk menarik partisipasi masyarakat dalam program ITTAM, diperlukan
suatu cara penumbuhan partisipasi masyarakat dalam upaya p e m b i i teknis
baik dalam tahap perencanaan, maupun pelaksanaan, evaluasi serta pemanfiaam
hasilnya.

Program JITARA sebagai Proses Komuaikasi
Komunikasi menurut Rogers dan Agarwala (1976) adalah proses di mana
gagasan-gagasan pernikiran diirimkan dari sumber kepada penerinur dengan
tujuan untuk merubah perilakunya. Unsur-unsur komunikasi meliputi sumber,

pesan, saluran, penerirna, efek dan umpan balik. Hal yang ini senada dikemukakan
oleh Effmdy galam Somantro (1998) bahwa komunikasi adalah *proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu
atau mengubah sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan maupun
tidak langsung melalui media. Komponen-komponen komunikmi ini rneliputi
komunikator, pesan, media komunikasi, komunikan, dan efek.
Program ITTARA tidak lain merupakan suatu proses komunikasii karena
didalamnya terdiri dari T i Pembina Teknis sebagai sumber pesan, melalui suatu
kegiatan

pemKi

sebagai proses

penyampaian

pesan

dan

sebagai

komunikannya adalah anggota pokmas.
Narnun dalam proses penyampaian pesan yang tunrnnya dari pemerintah
dalam bentuk suatu program tersebut masih b e r s i t liier dan top &wn. Telah
diakui secara luas bahwa model komunikasi linier konvensional tidak Iagi
mencenninkan realitas clan tidak pula terbukti keberhasilannya dalam strategi
komunikasi yang diterapkan di negara-negara dunid ketiga (Open dalam Ludiro
1997).
Kelernahan program ITTARA sebagai suatu proses model komunikasi b i e r
adalah komunikasi dianggap d a g a i suatu p r o w yang pasif mekanistis, bergerak
dari satu arah, dari amber ke penerima pesan. Menurut McQuail dm Wmdhal
sumber dianggap sebagai pitak yang aktif sementara penerima dianggap sebagai
pihak yang pasif (Hirawan 1998). Dalam pandangan tersebut juga dianggap : (1)
informasi hanyalah merupakan substansi fisik dan, (2) individu-individu di dalam
pikirannya terpisah-pisah, se-

menurut Rogers dm Kincaid (1981) adalah :

1) Suatu p a n h g a n komunikasi yang linier, satu arah (biasanya vertikal)
dan bukannya bersifat siklikal, bukan berproses dua arah terus-menew.

'

2) Sumber kesalahan terletak pada dependensiiya di antara para partisipan

dan d i n g keterkaitan di antara mereka.
3) Ada kecenderungan melihat objek-objek komunikasi kelewat sederhana,
objek-objek yang secara fisik terpisah dan mengabaikan konteks di mana
objek tadi berada.
4) Terlalu memusatkan perhatian semata-mata terhadap pesan dan
mengabaikan hat-hal yang paling penting sehubungan dengan pesan tadi
seperti : tanda baca, dan hal-hal lain yang memberikan kejelasan dan
waktu di mana pesan-pesan tadi disampaikan.
5) Kecenderungan menganggap bahwa fbngsi utama komunikasi adalah
persuasi, dan tidak menganggap h g s i - f i g s i lain seperti pengertian
bersama, kesepakatan bersama dan tindakan-tindakan bersama.
6) Terlalu memusatkan pada efek psikologis, dengan menganggap bahwa
keberadaan individu-individu secara terpisah, sehingga kurang
memperhatikan efek sosial dan hubungan individu-individu lainnya
dalarn jaringan sosial.
7) Percaya pada azas satu arah mekanistis daripada azas kebersamaan yang
menjadi ciri sistem inf'ormasi antar manusia sebenamya yang bersifat
sibemetik.
Idealnya suatu program yang diperkenalkan kepada masyarakat hendaknya
menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses yang interaktif dua arah. Berlo
menganggap komunikasi di antara sumber dan penerirna ini sebagai
"transceivers", karena keduanya mengirirn dan m e n e r h pesan (Berlo 1960;
Gonzales ddam Jahi 1992).
Konsep komunikasi yang demikian jika dilakukan pada program ITTARA
dapat menjelaskan bahwa proses komunikasi sebenamya merupakan proses.
pertukaran Fesan atau antar individu dalam suatu sistem sosial (kelompok) akan
membentuk suatu jaringan komunikasi.
Proses pertukaran informasi antara T i pembii Teknis dengan anggota
pokmas yang merupakan inti dari aktivitas komunikasi p e m b i i teknis program
ITTARA yang memungkinkan suatu ide baru yang diperkmakan dapat terdifbsi
dan teradopsi, meldui jaringan-jaringan icomunikasi yang terjadi baik di dalam
maupun ke luar kelornpok Dengan jaringan komunikasi p e m b ' i teknis

12

tersebut dapat dietahui hubungan sosial antar anggota dalam kelompok dan Tim
Pembina Teknis yang berinteraksi karena adanya proses komunikasi interpersonal
Dalam kaitan tersebut, Setiawan dalam Suranto (1997) menegaskan bahwa
berbagai pengertian dan persetujuan melalui proses komunikasi merupakan syarat

utarna keberhaslan ddam meningkatkan adopsi suatu inovasi program
pemerintah. Melalui saling pengertian dan tindakan bersarna mempunyai
konsekuensi yang penting terhadap apa yang dipikirkan dan dikerjakan oleh para
anggota suatu sistem jaringan untuk meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan
tersebut.
Beberapa hal yang dapat dirakukan dalam jaringan k o m t m h i p e m b i i
telcnis untuk meningkatkan partisipmi anggota dalam program ITTARA adalah
untuk : (1) m e n d d e n t i h i klik dalam suatu kelompok, (2) mengidentifikasi
peranan khusus seseorang dalam jaringan misalnya sebagai liaisons, bridges, dm
isolated; dan (3) mengukur berbagai indikator (ideks) stnrktur komunikasi,
seperti keterhubungan klik, keterbukaan klik, keintegrasian klik dan lain
dagainya.
Berkaitan dengan proses komunikasi dalam p e m b i i teknis program
ITTARA, Rogers menjelaskan dengan menggunakan teori belajar sosial dari

Bandura bahwa ide dari teori ini adalah individu belajar dari orang lain dengan
cara gengamatan secara rnoaklling, yaitu seseorang mengamati apa yang
diejakan orang itu, dan kemudian mereka mengerjakan

m t u

yang sama.

modeNing ini dapat tetjadi pada seseorang individu yang berada dalam jaringan
komunikasi personalnya (Rogers 1983). Demikian halnya dengan pembinaan
teknis program ITTARA, sebaiknya tidak hanya memberikan pesan saja,

melainkan juga harus dapat memberikan contoh keberhasiian dari program yang
diperkenalkan kepada anggota pokmas, sehingga mereka akan mau dan ikot
berpartisipasi dalam program tersebut.
Dari pengertian di atas, dapat diambii matu kesimpulan tentang pengertian
jaringan komunikasi pembinaan teknis dalam meningkatkan partisipasi anggota
dalam program ITTARA adalah suatu rangkaian hubungan di antara individuindividu dalarn suatu sistem sosial sebagai akibat dari terjadinya pertukivan
i n f o m i di antara individu-indlvidu baik di ddam maupun di luar kelompoknya,
shin& meabentuk pola-pola atau model-model jaringan komunikasi tertentu.

Proses Adaptasi Inovasi
Inovasi diartikan sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru atau objekobjek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat atau
individu (Rogers dm Shoemaker 1971). Namun inovasi juga diartikan tid&
sekedar sebagai sesuatu yang dinilai baru atau sesuatu yang dapat mendorong
terjadinya pernbaharuan dalm masyarakat (Lionberger clan Gwin 1982)
Lebih jauh Rogers dan Shoemaker (1971) mengemukakan bahwa inovasi
adalah suatu gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang
sejauh diiubungkan dengan tingkahlaku manusia. Kebaruan inovasi tersebut
diukur secara subjektif menurut pandangan individu. Penerimaan atau penolakan
terhadap inovasi addah keputusan p g dibuat oleh meorang sebagai proses
mental sejak seseorang mengetahui inovasi sampai keputusan menerirna atau
menolaknya, kemudian rnengukuhkmnya. Inovasi ini disebarkan kepada individu

atau kelompok dalam sistem sosiai tertentu dalam proses yang disebut komunikasi
#

inovasi.
Suatu inovasi dikatakan suatu ide barn menurut Rogers (1983) jika
rnemenuhi beberapa syarat, yaitu :

advantage, atau keunggulan komparatif yaitu sampai
sejauhmana inovasi dianggap lebih baik dari yang sudah ada. Inovasi
akan cepat diadopsi jika memberikan keuntungan lebii bila dibandhgkan
dengan tekno'logi yang sudah ada sebelumnya.
2) Compatability, yaitu kesesuaian dengan yang telah ada. Inovasi akan
lebih cepat diiopsi jika mempunyai kecocokan dengan nilai-nilai atau
kebiasaan yang sudah ada sebe1wnnya.
3) Complexity7 yaitu tingkat- kerumitan inovasi untuk dipahami. Inovasi
akan lebih cepat diadopsi jika tidak rumit.
4) Triahbility, yaitu dapat diujicobakan. Inovasi akan lebih cepat dapat
diadopsi jika inovasi teiisebut mudah untuk dicoba pada situasi dan
kondisi yang ada.
5) Obsembility, yaitu dapat diamati. Inovasi akan mudah diterirna j i b
dengan cepat &pat d i i t hasilnya.
1 ) Relative

Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), proses adopsi adalah proses
kebutuhan terhadap inovasi yang meliputi lima tahap :
1) Tahap kesadaran (awareness stage) yaitu szseorang mengetahui adanya
ide-ide baru tetapi kurang memiliki i n f o m i tentang ide-ide tersebut;
minat
2) Tahap rminat (interest stage) yaitu seseorang mulai men&
terhadap inovasi dm rnencari lebih banyak mengenai inovasi tersebut;
3) Tahap penilaian (evaluation stage) yaitu seseorang mengadakan
penilaian terhadap ide-ide baru clan d i u h g k a n dengan situmi d i y a .
saat itu dan masa yang akan datang serta menentukan akan mencoba atau
tidak;
4) Tahap percobaan (trial stage) di rnana seseorang telah menerapkan ide
baru d u n skala kecil untuk menentukan kegunaan, sesuarjl atau tidak
dengan situasi dirinya;
5) Tahap penerimaan (adoglion stoge) yaitu m r a n g telah menggudcan
ide-ide baru secara bertahap dalam skala yang lebih has.

Menurut Bulz w o n dalarn Abdurachman 1998) satu unsur lagi yang
ditambahkan, yaitu 6) input complementer, yaitu tersedianya sama pelecgkap
untuk menerapkan inovasi tersebut.

Keberhasilan suatu inovasi tergantung pada tingkat penerapan inovasi oleh
anggota pokmas sebagai komunikan dan pengaruh yang terjadi. Penerapan yang
telah dicapai, akan menyebabkan perubahan perilaku yang mencakup
pengetahuan, sikap dan keterarnpilan. Pada dasarnya perubahan perilaku itulah
yang menjadi tujuan akhir (Abdurachman 1998). Pendapat ini senada dengan
pendapat Steiner dalam Schrarnrn dan Porter (1973), yang dinyatakan bahwa
model tipe-tipe efek perilaku sebagai akibat dari dikenainya pesan tertentu terdiri
dari : (1) kognitifl yang meliputi alam fikiran, (2) afektifl meliputi alam emosi,
s i i p dan perasaan, (3) konatx yang meliputi motif atau keinginan langsung.
Proses penerimaan pesan pada komurikasi inovasi diienal sebagai proses
adopsi. Proses ini terjadi pada d i i individu rnaupun kelompoknya. Menurut
Slamet (Setyanto 1993), proses adopsi adalah proses yang tejadi sejak pertarna
kali sewrang mendengar hal yang baru sampai seseorang tersebut mengadopsi
(mnenerima, menerapkan, menggurmkm hal-hal b m tersebut). Penerimaan atau
yenolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat oleh sesearang.
Pengadopsian suatu inovasi memedukan jmgka waktu tertentu.
Rogers dan Shoemaker (197 1) menambahkan bahwa keputusan individu
untuk menerima atau menolak suatu inovasi rnerupakan proses mental pada diri
individu melalui tahapan :
,)Tahap pengenalan (hawledge) yang tejadi ketika seorang individu atau

pembuat keputusan lainnya membuka diri pada keberadaan inovasi dan
memperoleh beberapa pengertian mengenai b g s i inovasi;
proses ketika individu membentuk
2) Tahap persuasi (permation)
sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi;
3) Tahap keputusan (decision), yaitu ketika individu sedang dalam situasi
mmentukan pilihan apakah akan m e n k atau menolak inovasi;

4) Tahap pelaksanaan (implementation), yang terjadi ketika individu

menentukan suatu inovasi untuk digunakan;
5) Tahap konfirmasi (confirmation), tefjadi ketika individu rnencoba
memperkuat keputusan inovasi, tetapi hisa terjadi pula menarik
keputusan yang sudah diarnbilnya jika isi pesan bertentangan dengan
inovasi.
Keputusan individual erat kaitannya denean keputusan kolektif dalarn
menerima atau menolak inovasi. Rogers dan Shoemaker &dam H a d (1987)
mengemukakan paradigma proses pengambiian keputusan kolektif meldui lima
tahapan yaitu :
(1) Stimulasi, rninat k w a h kebutuhan terhadap ide-ide baru oleh stimulator

(2)
(3)

(4)

(5)

(pada saat ini anggota belum menganggap penting sebuah inovasi);
Inisiasi ide-ide baru kedalarn sistem sosial oleh inisiator (Mam konteks
iri inisiasi adalah prosgs ide bam mulai diperhatikm);
Legitha4 ide baru oleh legitimator (adalah sub proses dalam
pembuatan keputusan secara kolektif terhadap pengakuan inovasi);
Keputusan mtuk bertindak yaitu keputusan untuk mdaksanakan
penggunaan ide baru c;:eh 3istem sosial (anggota sistem sosial mulai
terlibat di dalam pengmbifan keputusan);
Tidakan atau pelaksanaan penerapan ide baru di msyarakat (oleh
anggota sosid).

Slamet (Setyanto 1993) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kecepatan adopsi addah sifat-sifat inovasi, jenis-jenis keputirsan
inovasi ciri sistem sosial, kegiatan promosi oleh penyuluh (pembina), interaksi
individu dalam kelompk, sumber informasi, dan faktor internal dalam kelompok.
Soekartawi (1996) menyatakan bahwa ada 3 (tiga) ha1 yang diperlukan d o n
adopter dalam kaitannya dengan proses adopsi inovasi, yaitu : (1) adanya pihak
lain yang telah melaksanakan gagasan dcses; (2) adanya proses adopsi yang
berjalan secara sistematis; dan (3) adanya hasil inovasi yang sukses d a l p artian
telah memberikan keunti~igan, sehingga informi tersebut dapat memberi
dorongan kepada d o n adopter untuk melaksanakan adopsi inovasi. Pertirnbangan

'

sebelum adopsi dimulai adalah (a) identitas calon adopter, yaitu kernampuan
melaksanakan adopsi inovasi yang ditentukan oleh rasa aman atau kuatir, nilai-#
nilai sosial yang dimilii status sosial, derajat kekosmopolitannya, sikap mental,
keterarnpilan melaksanakan, dan derajat pemimpin pendapat, (b) persepsi situasi,
yaitu norma sistem sosial, kendala sosial ekonorni yang dihadapi dan karakteristik '
sumberdaya yang dimiliki.
Menurut Roger dan Shoemaker (1971) keputusan adopsi inovasi dapat
dildcukan secam sendiri (optional), secara kelompok (wllectiv~)dan seam
kekuasaan (auton'ty). Adopsi inovasi a h cepat tejadi jika keputusan diambii
secara individu, inovasi yang dikomunikasikan secara interpersonal akan lebii
cepat diadopasi daripada yang disalurkan melalui media massa (Slamet dalam
Setyanto 1993). Studi tentang adaptasi membahas tentang penyesuaian did
manusia yang cenderung ditekankan terhadap kelenturan respon seseorang
terhadap lingkungan atau sesuatu yang lain. Penyesuaiaa tersebut meliputi aspek
psikologis, perilaku dan penyesuaian kebudayaan terhadap lingkungan (Morgan
dalam Arief 1996)
Soekartawi (1996) menyatakan bahwa ciri sistem sosial tempat petani itu
berada akan berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Masyarakat modern relatif
lebih cepat melaksanakan adopsi inovasi dibanding dengan yang tradisional.
Masyarakat dengan individu yang kosmopolit akan lebii cepat melaksanakan
adopsi dibandingkan dengan lokalit. Semakin giat Tim Pembii Teknis
melaksanakan pembinaan dengan mengedkan program ITTARA kepada para
petani u b h y u sebagai anggota pokmas, maka akan semakin cepat adopsi inovasi

yang dilakukan masyarakat petani ubikayu.

Tim Pembii Teknis sebagai sumber informasi sangat berpengaruh dalam
proses adopsi inovasi. Pada tahap kesadaran sumber informasi yang terpenting
selain Tim Pembina Teknis tersebut adalah melalui media cetak seperti brosur,
majalah, koran, tetangga petani yang tinggal di sekitarnya. Sedangkan pada tahap
minat, diperlukan kemudahan untuk berkomunikasi dengan swnber informasi,
sehingga peranan media massa dan agen pembaharu adalah sangat penting. Pada
tahap evaluasi, petani memerlukan alasan yang kuat untuk melakukan adopsi,
sehingga peranan keluarga, teman, tetangga sangat penting untuk membantu
meyakinkan bahwa adopsi inovasi diperlukan. P a tahap mencoba, informasi
mengenai adopsi inovasi 1631 banyak berasal dari teman-ternan Qalarn
kelompoknya Pada tahap mengadopsi, mendemonstrasikan inovasi yang telah
dicoba adalah sangat penting.
Beranjak dari pendapat tersebut di atas, maka proses adaptasi adalah proses
penyesuaian diri seseorang terhadap suatu yang baru akibttt dari adanya perubahan
yang dialaminya. Diubungkan dengan proses adopsi, adaptasi baru sampai pada
tahap ke empat, yaitu seseorang telah meneragkan ide baru dalam skala kecil
untuk menyesuaikan dengan situasi dirinya tentang kegunaan ide baru tersebut.
Tingkat adaptasi seseorang terhadap suatu inovasi ditentukan oleh tingkat
partisipasi dan perubahan perilaku. Dusseldorf (Suryawati dalw Shiddieqy
2001) menyatakan bahwa partisipasi timbul sebagai efek khusus komunikasi yang

menyangkut kesediaan memberikm hak, kesediaan memikul tanggungjawab dan
kesediaan berbagi manfaat dalatn pembangunan. Berio (1960) menyatakan bahwa
efek komwikasi dipengaruhi oleh persepsi seseorang. Sejalan dengan pernyataan

tersebut, Sastropoetro (1996), menyatakan bahwa persepsi merupakan landasan
psikologis pembentukan partisipasi.
Rogers (1983), menyatakan peubah perilaku komunikasi antara lain adalah
keterdedahan terhsrdap saluran komunikasi interpersonal, keterdedahan terhadap
media massa dan partisipasi sosial, keterhubungan dengan sistern sosial, derajat
kekosmopolitan, kontak dengan agen pernbaharu, mencari informasi tentang
inovasi, pengetahuan dan kepemimpinan. Lebii lanjut beliau mengemukakan
bahwa pedaku komunikasi masyarakat berhubungm erat dengan partisipasinya

dalam menerapkan suatu program.
Dengan melihat proses adaptasi inovasi terhadap program ITTARA yang
merupakan ide baru, maka diharapkan dapat mendorong terjadinya pembaharuan
dalam masymakat. Terutama dalam pengelolaan manajemen usahatani ITTARA,
sehingga dapat berkembang ITTARA secara mandiri.

Selain sumber p e w dan pesan yang disampaikan, adalah karakteristik
individu, dan keterlibatan dalam jaringan komunikasi p e m b i i teknis, yang
juga merupakm faktor yang sangat penting ddam keberhasidan suatu program.

Karakteristik lndividu
Profil petmi di pedzsaan berkaitan dengan karakteristik individu petani dalarn
proses komunikasi dalam jaringan komunikasi pernbiiaan teknis, di mana menurut
Berlo (1960) karakteristik tersebut mencakup : (1) Keterampilan berkomunikasi,
yaitu kemampuan mendengar, membaca, dan berpikir terhadap pesan yang

disampaikan oleh sumber pesan (komunikator), (2) sikap, yaitu sikap positif dan
negatK baik terhadap dirinya send'i terhabap sumber pesan, maupun terhadap isi

pesan yang dimpailcan, (3) tingkat pengetahuan, yaitu pemahaman tentang isi

pesan yang disampaikan, terutama penggunaan bahasa pesan dan kepentingan dari
isi pesan; dan (4) sistem sosial budaya, yaitu status sosi4 kexmggotaan dalam
kelompok dan perilaku kebiasaan dalam menerima dan rnenafsirkan pesan.
Karakteristik individu akan sangat menentukan tingkat pemahaman individu
terhadap infonnasi serta akan sangat menentukan pula kemarnpuan mereka untuk
mengadopsi suatu inovasi. Karakteristik anggota pokmas ITTARA yang dimaksud
dalam penelitian ini addah : p e n d i d i i non formal, umur, pendapatan, lamanya
berusahatani ubiiyu, status pengusahaan lahan, pola usaha, dan pekerjaan di luar

bertani. ~ a ini
i sejah dengan hasid penelitian Danudiredja (1998) yang
menunjukkan bahwa karakteristik personal meliputi umur, pendidikan formal,
pendidikan non formal, pendapatan, lamanya berusahatani dan ketededahan pada
media massa, berhubungan dengan adopsi program P3DT di Kabupaten Sukaburni
Jawa Barat.
Umur
Umur diduga berhubungan dengan aingkat pemahaman dan motivasi
weorang berdasarkan hasil penelitian Abusamad (Istina 1998), bahwa umur
berhubungan sangat nyata dengan persepsi dan partisipasi petani kejasama dalarn sistem usahatani. Selanjutnya penelitian Yayah (Shiddieqy 1999) juga nlendapatkan
data bahwa umur berhubungan erat dengan pernahaman PNS tentang Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 1994. Selain penelitian tersebut, Soekartawi (1996)
juga menyatakarr bahwa sernakin muda usia sesmrang cendaung scrnakin responsif
terhadap p e m b a b a n . Artinya umur berkorelasi dengan pengetahuan, sikap dan
perilaku seseorang. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang tersebut mendorong

motivasi individu. Motivasi individu yang tumbuh karena dorongan dari dalam dan
h i luar terjadi karena adanya kebutuhan rasa arnan, keinginan adanya pengakuan
dan penghargaan.
Pendidikan Non Formal

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseomg cenderung semakin tanggap
terhadap perubahan. Soekartawi (1996) menyatakan bahwa petani yang usianya

lebih muda cenderung lebih cepat mengadopsi suatu inovasi, sebaliknya petani yang
umurnya lebih tua cenderung lambat dalam.-;,lengadopsi suatu inovasi. Dalam hal
ini kemungkinan pengadopsi l e b i awal bisa saja pada orang yang usianya lebih
muda (Gonzales dalam Jahi 1992).
Pendapatan
Menurut Rogers dan Shoemaker (19711, kira-kira dua per tiga dari
penyelidikan menegaskan terdapatnya hubungan yang positif antara orang yang
lebih inovatif dengan status sosial ekonominya (tennasuk penciapatan). Hal tersebut
dikemukakm pula oleh Lionberger dan Gwin (1982) bahwa seseorang yang
memiliki kedudukan pada masyarakat pertanian lebih reaktii terhadap sesuatu
gagasan dan cara-cara baru.
Penelitian-penelitian lain juga menunjukkan bahwa status ekonorni seseorang

akan sangat berpengamh pada kemarnpuan adopsi inovasi perta