64 memulihkan keseimbangan, dan mendatangkan rasa damai
dalam masyarakat; dan d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
Berbagai tujuan hukum pidana baik yang dipaparkan oleh para ahli hukum pidana maupun yang dirumuskan dalam RUU-
KUHP lebih mendeskripsikan mengenai tujuan yang bersifat pengayoman pada masyarakat dan mengembalikan
menyembuhkan pelaku pelanggar atau penjahat pada jalan yang benar tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Artinya, tujuan hukum pidana Indonesia juga melindungi korban suatu tindak kejahatan seperti kejahatan perkosaan, terutama
dalam bentuk pemidanaan terhadap pihak yang dinyatakan bersalah sebagai pelaku tindak pidana. Penghukuman yang
dijatuhkan pada pelaku ini merupakan salah satu hak yang dituntut oleh pihak korban. Korban yang sudah dirugikan secara
fisik dan psikologis menuntut para penegak hukum untuk memberikan hukuman yang setimpal dengan perbuatan pelaku.
2. Pengertian Perlindungan Korban
a. Menurut Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Sanksi Dan Korban, perlindungan
adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi danKorban yang
wajib dilaksanakan oleh LPSK Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau Lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini.
65 b. Pengertian Perlindungan Korban dapat dilihat dari 2 dua
makna: 1 Diartikan sebagai perlindungan hukum untuk tidak menjadi
korban kejahatan berarti perlindungan Hak Asasi Manusia HAM atau kepentingan hukum seseorang.
2 Diartikan sebagai perlindungan untuk memperoleh
jaminansantunan hukum atas penderitaankerugian orang yang menjadi korban identik dengan penyantunan
korban. Bentuk santunan itu dapat berupa pemulihan nama baikrehabilitasi, pemulihan keseimbangan batin
antara lain dengan pemaafan, pemberian ganti rugi seperti restitusi, kompensasi, jaminansantunan kesejahteraan
sosial dan sebagainya
76
. Adapun tujuan dari perlindungan korban adalah sebagai
berkut: a. Memberikan rasa aman kepada korban, khususnya pada saat
memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana
77
; b. Memberikan dorongan dan motivasi kepada korban agar tidak
takut dalam menjalani proses peradilan pidana; c. Memulihkan rasa percaya diri korban dalam hidup
bermasyarakat; d. Memenuhi rasa keadilan, bukan hanya kepada korban dan
keluarga korban, tapi juga kepada masyarakat; e. Memastikan perempuan bebas dari segala bentuk kekerasan;
76
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 56
77
Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban
66 f. Menempatkan kekerasan berbasis jender sebagai bentuk
kejahatan yang serius dan merupakan pelanggaran Hak Asasi Manusia;
g. Mewujudkan sikap yang tidak mentolerir kekerasan berbasis jender;
h. Penegakan hukum yang adil terhadap pelaku kekerasan terhadap perempuan perkosaan.
3. Perlindungan Korban Kejahatan Dalam Hukum Pidana Di Indonesia