Respon Pertumbuhan Beberapa Jenis Tanaman Lokal terhadap Pemberian Asam Humat den Pupuk NPK pada Jarak Tanam Berbeda di Lahan Bekas Operasional Tambang Minyak PT. Caltex Pacific Indonesia, Riau

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS TANAMAN
LOKAL TERHADAP PEMBERIAN ASAM HUMAT DAN
PUPUK NPK PADA JARAK TANAM BERBEDA DI LAHAN
BEKAS OPERASIONAL TAMBANG MINYAK
PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA, RIAU

OLEH :
ANNA JULIARTI

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PZRTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
ANNA JULIARTI. Respon Pertumbuhan Beberapa Jenis Tanaman Lokal terhadap
Pemberian Asanl Humat dan Pupuk NPK pada Jarak Tanam Berbeda di Lahan Bekas
0pertt:ional Tambang Minyak PT. Caltex Pacific Indonesia, Riau. Dibimbing oleh
YADI SETIADI dan CECEP KUSMANA.
Pemberian asam humat dan pupuk NPK dapat mempengaruhi pertumbuhan
tinggi dan diamater beberapa jenis tanaman lokal dalam rangka kegiatan merestorasi
lahan bekas operasional tambang minyak PT. Caltex Pacific Indonesia , Riau. Dalam

penelitian ini dipelajari pengaruh berbagai perlakuan terhadap pertumbuhan beberapa
jenis tanaman lokal dan untuk mengetahui jenis tanaman lokal terbaik ditentukan dari
parameter-parameter yang diukur.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hanya perlakuan jenis tanaman dan
pemberian pupuk saja yang dapat meningkatkan perturnbuhan tinggi, sedang
perlakuan pemberian asam humat dan jarak tanam tidak dapat meningkatkan
pertumbuhan tinggi. Hasil uji lanjut Duncan diketahui bahwa kombinasi T2J2H 1P2
( jenis Mallotus sp., jarak tanam 4m x 4m. tanpa pemberian asam humat, pupuk NPK
jenis FRF ) dan T3J2HlP2 ( jenis T. orientalis, jarak tanam 4m x 4m, tanpa
pemberian asanl humat, pupuk NPK jenis FRF ) dapat meningkatkan perturnbuhan
tinggi. Selanjutnya perlakuan jenis tanaman, jarak tanam, pemberian asam humat dan
pupuk NPK tidak meningkatkan respon pertumbuhan diameter.
3enis M h~poleucuadalah jenis terbaik yang direkomendasikan untuk kegiatan
merestorasi lahan bekas operasional tambang minyak, selain jenis-jenis MulIotus sp.,
T. orientalis, C: pubescens dan F. microcarpa dilihat dari parameter pertambahan
pertumbuhan tinggi, diameter dan luas penutupan tajuk yang semakin meningkat dan
penurunan prosentase hidup yang semakin menurun.

SURAT PERYATAAN


Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul "Respon Pertumbuhan
Beberapa Jenis Tanaman Lokal terhadap Pemberian Asam Humat dan Pupuk NPK
pa& Jarak Tanam Berbeda di Lahan Bekas Operasional Tambang Minyak PT. Caltex
Pacific Indonesia ,Riau" adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Judul Tesis

: Respon Pertumbuhan Beberapa Jenis Tanaman Lokal terhadap

Pemberian Asarn Hurnat dean Pupuk NPK pada Jarak Tanam
Berbeda di Lahan Bekas Operasional Tambang Minyak PT..
Caltex Pacific Indonesia, Riau
Narna

: Anna Juliarti

NRP


: P. 14500006

Program Studi

: Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Cecev Kusmana, MS
Anggota

Ketua
Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan
. Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana,
Tanggal lulus: 28 April 2003


3. Direktur Program Pascasarjana

Manuwoto, MSc

.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 1 Juli 1969 di Semarang, sebagai allak
keempat dari keluarga Muluk Suhada dan Siti Taslimah.
Pada tahun 1988 Penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Semarang, kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Jalur
Penelusuran Minat Dan Bakat (PMDK) dan pada tahun 1992 lulus dari Fakultas
Kehutanan IPB.
Pada tahun 1998 Penulis mulai bekerja sebagai Dosen Tetap di Universitas
Lancang Kuning Pekanbaru dan melalui beasiswa PEMDA Riau pada tahun 2000
Penulis melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Program
Pascasarjana, untuk mengambil program Magister Sains (S2).
Untuk menyelesaikan studinya pada program S2 tersebut, Penulis melakukan

penelitian untuk tesis berjudul : " RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA JENIS
TANAMAN LOKAL TERHADAP PEMBERIAN ASAM HUMAT DAN PUPUK
NPK PADA JARAK TANAM BERBEDA DI LAHAN BEKAS OPERASIONAL
TAMBANG MINYAK PT. CALTEX PACIFIC INDONESIA, RIAU", di bawah
bimbingan Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Prof. Dr. Ir Cecep Kusmana, MS sebagai anggota.

PRAKATA
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
Kegiatan penelitian dengan judul "Respon Perturnbuhan Beberapa Jenis
Tanaman Lokal terhadap Pemberian Asam Hurnat dan Pupuk NPK pada Jarak Tanam
Berbeda di Lahan Bekas Operasional Tambang Minyak Di PT. Caltex Pacific
Indonesia, Riau ", merupakan tahapan yang harus dilewati penulis dalam
menyelesaikan studi di Program Pascasarjana IPB.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi,
M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS selaku pembimbing yang telah
memberi bimbingan dan nasehat selama Penulis melaksanakan penelitian sarnpai
pada penulisan tesis, juga kepada Ibu Dr. Ir. Lailan Syaufina, M.Sc sebagai dosen
penguji, yang telah memberikan kritikan dan saran demi kesempunaan tesis ini.

Di sarnping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Pimpinan PT. Caltex
Pacific Indonesia dan PT. I-Iatfindo beserta para stafnya atas bantuan dan fasilitas
yang diberikan.
Ungkapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada teman-teman di
Hasbiya " dan seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Bogor, April 2003

Anna Juliarti

"

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................
DAFTAR GAMBAR............................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................


I. PENDAHULUAN .............................................................
1 . 1 . Latar belakang ............................................................

..

1.2. Tujuan Penelltian........................................................
1.3. Perurnusan Masalah.....................................................
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................

- Hipotesis
.
..................................................................

1.3.

I1. TINJAUAN PUSTAKA....................................................
2.1. Reklarnasi Lahan .........................................................
2.2. Revegetasi .................................................................
2.3. Jenis Tanaman Lokal .....................................................
Macaranga hypoleuca.................................................

Vitexpubescens ...........................................................
Ficus microcarpa ..............................................................
....................................................
Trema orientalis
......................................................................
Mallotus sp
2.4. Asam Hurnat..............................................................
2.5. Pemupukan...............................................................
2.6. Jarak Tanam..............................................................

I11. METODOLOGI PENELITIAN ..........................................

3.1 .Tempat dan Waktu Penelitian..........................................
3.2.Alat dan Bahan Penelitian..............................................
3.3 Metode Pengambilan Data.............................................

..

3.4.Metode Analisis Data ...................................................
IV . KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN..........................

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................
5.1. Hasil Pengamatan.......................................................

5.2. Pembahasan..............................................................
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................

DAFTAR GAMBAR

No .

Halaman

1. Layout pet& contoh pada lahan tananl di Duri ........................

14

2 . Komposisi jenis lokal pada jar& 4mx2m dan jarak 4mx4m .........

16


3. Rata-rata prosentase hidup tanaman lokal selama 6 bulan ............

23

4. Rata-rata tinggi tanaman lokal selarna 6 bulan .........................

25

5 . Rata-rata diameter tanarnan lokal selama 6 bulan .....................

27

6. Rata-rata luas penutupan tajuk tanaman lokal selama 6 bulan .......

29

DAFTAR TABEL

No .


Halaman

1 . Rata-rata prosentase hidup tanaman lokal (%) selama 6 bulan......

22

2 . Rata-rata tinggi tanaman lokal (cm) selama 6 bulan ..................

24

3 . Rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap
pertumbuhan tinggi dan diameter jenis tanaman lokal ................

25

4. Rata-rata diamater tanaman lokal (mm) selama 6 bulan ..............

27

5. Rata-rata luas penutupan tajuk (cm2) selama 6 bulan .................

28

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1. Hasil analisis tanah awal.. ............... .................................

42

2. Rekapitulasi hasil pengukuran parameter selama 6 bulan.. ..........

42

3. Profil jenis-jenis tanaman lokal.. ........................................

43

4. Hasil uji lanjut Duncan interaksi keempat perlakuan.. ................

44

5. Vitexpubescens yang terserang hama dan Ficus microcarpa yang

45

terserang penyakit.. ...................... .................................

6.

Gambar bagian lahan yang tergenang air.. ........................... ..

45

7.

Petunjuk umum untuk level kritis, kecukupan dan toksik beberapa
unsur hara di dalarn tanah.. .............. . ................................

46

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Kagiatan portambangan minyak merupakan salah satu contoh kegiatan yang
dapat merusak tanah dan tumbuhan yang sangat ekstrem.

Siregar (1998)

menyatakan bahwa karakteristik yang paling menonjol pada lahan kritis yang
rusak berat, seperti laha11pasca pertambangan adalah lapisan tanah atas yang tipis
bahkan hilang. Selain iru kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat
menyebabkan buruknya sistem tata air dan aerasi yang secara langsung dapat
membawa dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar.
PT Caltex Pacific Indonesia, Riau merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertambangan minyak bumi yang menghadapi masalah
dalam ha1 melakukan kegiatan restorasi, yaitu kualitas tanah menurun akibat
hilangnya vegetasi, lapisan top soil dan kompaknya tanah akibat operasional
pertambangan minyak ini.
Hasil analisis tanah di lapangan menunjukkan bahwa pH tanah bersifat
masam, yaitu berkisar antara 4.7 - 5.7, menyebabkan larutnya unsur Mn dan Fe
dalam jumlah yang dapat meracuni tanaman, tekstur tanah liat, drainase jelek dan
miskin aerasi serta defisiensi unsur N, P, K, Ca, Zn dan Cu.
Seperti diketahui bahwa tanah tropika di Sumatra umurnnya berjenis Podsolik
Merah Kuning (PMK) >-angkesuburannya rendah. Pertumbuhan tanaman pada
tanah tersebut dibatasi oleh satu atau lebih faktor-faktor yang berinteraksi,
terrnasuk (1) pH rendah: (2) keracunan Al, Mn dan Fe; (3) kekurangan Ca, Mg, P

dan Mo; (4) laju penguraian bahan organik sangat lambat (Notohadiprawiro,
1983).
Salah satu teknik dalam upaya mereklamasi lahan bekas operasional
pertambangan minyak ini adalah dengar1 penanaman kembali jenis-jenis tananlan
pionir cepat tumbuh, toleran terhadap keasaman tanah dan adaptif. Jenis-jenis
Macaranga hypoleuca, Mallotus sp., Trema orientalis, Vitex pubescens dan Fit-11s
microcarpa, telah dikenal sebagai tanaman pionir yang dapat beradaptasi pada
kondisi tersebut. Untuk mengatasi masalah defisiensi unsur makro diperlukan
pemberian pupuk NPK. Di samping itu untuk meminimalisasi toksisitas unsur Fe
dan Mn diperlukan asarn humat. Keberhasilan dari kegiatan tersebut di atas
diharapkan dapat mengurangi erosi tanah, mempercepat pertumbuhan dan
penutupan tajuk tanaman yang pada gilirannya dapat mengurangi masalah
penurunan kualitas tanah di PT Caltex Pacific Indonesia, Riau.

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh pemberian asam hurnat dan pupuk NPK pada jarak
tanam berbeda terhadap kecepatan perturnbuhan beberapa jenis tanaman lokal.

2. Mengetahui jenis tanaman lokal terbaik dilihat dari parameter-paremeter yang
diukur.

1.3. Perurnusan Masalah
Kegiatan pasca penambangan minyak menimbulkan dampak lingkungan
yang tidak sedikit yaitu dapat menyebabkan erosi tanah, hilangnya keragaman
jenis tanaman dan satwa, dan tanah yang kompak.

Penanaman kembali

(revegetasi) adalah salah satu cara untuk merestorasi lahan yang terdegradasi.

Kegiatan penanaman tersebut harus memperhatikan seleksi jenis dan tindakan
silvikultur yang akan dilakukan di lahan bekas operasional pertarnbangan minyak.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana respon pertumbuhan beberapa jenis tanaman lokal terhadap jarak

tanam, pemberian asam humat dan pupuk NPK.
2. Jenis tanaman lokal mana kiranya yang paling cocok ditinjau dari parameterparameter yang diukur

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang jenis dan
perlakuan apa yang dapat membantu mempercepat pertumbuhan jenis lokal yang
ditanam.
1.5. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Perlakuan pemberian asam humat dan pupuk NPK pada jarak tanam berbeda
akan memberikan peningkatan pertumbuhan beberapa jenis tanaman lokal .
2. Terdapat jenis tanaman lokal terbaik yang- mempunyai pertumbuhan cepat

(diameter dan tinggi), luas penutupan tajuk paling lebar dan prosentase hidup
yang tinggi.

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reklamasi Lahan

Menurut Dirjen RRL Departemen Kehutanan, Dirjen Umum Deptamben
dan Kantor Menteri Negara dan Lingkungan Hidup (1993), reklamasi adalah
usaha memperbaiki (memulihkan kembali) lahan yang rusak sebagai akibat
kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan kemampuannya. Kegiatan reklamasi tersebut meliputi dua tahap, yaitu :

+

PemuIihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu
ekologinya

+

Mempersiapkan lahan bekas tambaxig yang sudah diperbaiki ekologinya
untuk pemanfaatan selanjutnya
Sasaran akhir dari reklamasi adalah untuk memperbaiki lahan bekas

tambang agar kondisinya aman, stabil dan tidak mudah tererosi sehingga dapat
dimanfaatkan kembali
Menurut Parotta (1 993), tujuan dari rehabilitasi ekosistem hutan yaitu untuk
menyediakan, mempercepat dan melangsungkan proses suksesi alami selain
untuk menambah produktifitas biologis, mengurangi laju erosi tanah,
menambah kesuburan tanah, dan menambah kontrol biotik terhadap aliran
biogeokimia dalam ekosistem yang ditutupi tanarnan.
2.2. Revegetasi

Menurut Setiadi (1991), penglujauan adalah berbagai usaha manusia untuk
memulihkan lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan

tersebut dapat kembali berfungsi secara optimal. Di lain pihak, Setiawan (1993)
mendetinisikan penghijauan sebagai suatu usaha yang meliputi kegiatankegiatan penanaman tanaman keras, rerumputan, serta pembuatan teras dan
bangunan pencegah erosi lainnya di areal yang tidak termasuk areal hutan
negara atau di areal lain yang berdasarkan rencana tata guna tanah tidak
diperuntukkan sebagai hutan.
Lamb (1994) menyatakan bahwa revegetasi merupakan salah satu teknik
vegetasi dalam upaya reklamasi lahan-lahan bekas tambang yang bertujuan: (a)
memperbaiki lahan-lahan labil dan mengurangi erosi permukaan; (b) dalam
jangka panjang memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan kondisi lahan ke
arah y'ulg lebih produktif.
Lovejoy (1988) dan Lugo (1988) dalan~Parotta (1993) menyatakan bahwa
penghijauan dengan spesies-spesies pohon dan tumbuhan bawah yang terpilih
dapat memberikan peranan penting dalam merehabilitasi hutan tropika. Telah
banyak penelitian menunjukkan bahwa penghijauan dengan jenis-jenis lokal dan
eksotrk yang telah beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuh terdegradasi
dapat memulihkan kondisi tanah tersebut dengan cara menstabilkan tanah,
penambahan bahan tanah melalui penambahan produksi serasah di lantai hutan.
Menurut Montagnini (1 999, serasah yang dihasilkan oleh tanarnan revegetasi
dapat b h e r a n sebagai mulsa untuk memperbaiki keseimbangan siklus nutrisi
dalam lahan revegetasi.
Tanaman revegetasi dapat menyediakan mikrohabitat bagi tumbuhan dan
hewan lain, memberikan perlindungan dan proteksi terhadap kondisi ekstrim

6

dari luar (fluktuasi suhu dan kelembaban udara) serta menyediakan iklim mikro
yang nyaman.

Dapat dipastikan bahwa p e n m a n kualitas mikroklimat

merupakan alasan utama mengapa spesies pohon dan semak beregenerasi secara
lambat (Pameroy dan Sevice, 1992). Knowles dan Parotta (1995) menyatakan
bahwa revegetasi dapat mengkatalisasi proses suksesi pada lahan yang telah
mengalami degradasi kualitas tempat tunlbuh. Lingkungan yang nyaman di
bawah tegakan revegetasi dapat memacu pertumbuhan vegetasi lokal masuk ke
dalamnya.
2.3. Jenis Tanaman Lokal

Kerusakan dan degradasi lahan hutan yang diakibatkan oleh kegiatan
penebangan hutan, penambangan. pertanian dan perumahan menyebabkan
terjadinya erosi, degradasi daerah tangkapan air, kehilangan biodiversity
( Kuarak et al., 2000), berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan vegetasi,

iklim mikro, dan kerusakan ekologi (Bruce et al., 1995; Fisher 1995; Lugo
1997; Parotta et al., 1997).

Untuk menurunkan ancaman dan gangguan

terhadap lingkungan, salah satu usahanya adalah dengan revegetasi. Jenis-jenis
tanaman yang dipercaya dapat survive pada lokasi bekas penambangan minyak
adalah jenis-jenis lokal dibandingkan dengan jenis eksotik. Hal ini disebabkan
karena jenis-jenis tanaman lokal lebih adaptif terhadap lingkungan dan iklim
mikro setempat. Di samping itu (khususnya daerah pertambangan dan area
tererosi) jenis tanaman lokal lebih kuat berkompetisi akibat invasi grasses

( Parotta, 2000), kecepatan perturnbuhannya relatif cepat, planting stock-nya

melimpah dan mudah dipropagasi.
Beberapa jenis tanaman lokal yang direkomendasikan untuk program
restorasi lahan bekas tarnbang minyak PT. Caltex Pacific Indonesia adalah
Macaranga hypoleuca, Vitex pubescens., Ficus microcarpa , Trema orientalis,
dan Mallotus sp ( Hatfindo, 2002)
Macaranga hypoleuca
Pohon yang berfamili Euphorbiaceae ini mempunyai tinggi 30-40 m dan
besar batangnya 50-70 cm, sering hidup di Sumatra yang merupakan hutanhutan sekunder di dataran rendah (Heyne, 1987).
Macaranga terdiri dari 250 jenis dan merupakan jenis pionir dengan daur
hidup 15 - 20 tahun. Jenis ini sering ditemukan berkelompok dan rnembentuk
tegakan murni dan sedikit ditemukan di hutan primer. Dilaporkan jenis ini
hidup di hutan rawa ( M. recurvata ) dan hutan swamp-peat sekunder ( M.
pruinosa).
Macaranga dapat dipropagasi dengan benih. Untuk M tanarius 54500
benih keringkg. Jenis ini berkecambah 50% dalam 24 -72 hari, sedangkan
jenis M. triloba berkecambah 80% dalarn 19

-

37 hari. Jenis M tanarius

dipercaya sebagai naungan untuk meningkatkan regenerasi alami di lahan kritis.
Hanya sedikit jenis Macaranga yang mempunyai diameter 50 cm, misalnya M
hypoleuca ( Prosea, 1995).

Vitexpubescens
Sering dikenal dengan nama Laban (Sumbar), Heyas (Sunda dan termasuk
dalam famili Verbenaceae, dimana pohon tinggi hingga 25 m, tumbuh pda
tanah gersang. Pohon ini tersebar di seluruh Asia tropis, tidak pernah turnbuh
berkelompok, kecuali pada banyak hutan jati.

Batang umurnnya bengkok,

bercabang tidak teratur sehingga tidak pernah menghasilkan kayu dalam ukuran
panjang ( Heyne, 1987).
Vitex sering ditemukan di hutan dataran rendah dan hutan deciduous yang
mempunyai ketinggian tempat, 2000 m. V: pinnata ditemukan di hutan primer
dan termasuk jenis pionir yang mampu hidup di padang alang-alang dan rumput
bekas terbakar ( di Kalimantan).
Vitex muda tumbuh dengan kecepatan sedang. Vitex altissima di Burma
mempunyai peningkatan diameter tahunan rata-rata 0,6 cm, sedangkan jenis V:
glabrata sebesar 0,8 cm. Jenis ini akan meningkat perturnbuhannya setelah 3 4 bulan sejak ditanam dan termasuk jenis tahan api (Prosea, 1995)
Ficus microcarpa
Heyne

1987, tumbuhan ini termasuk dalam famili Moraceae dan

merupakan raksasa rimba, tingginya sampai 40 meter-an. (Van Steenis 1975),
daun penumpu tunggal, bentuk lanset tersebar bertangkai cukup panjang, tepi
rata, dari atas hijau tua dan mengkilat, dari bawah lebih muda dan buram. Buah
Ficus kerapkali duduk berpasangan, kuning kehijauan, 1-1.5 cm panjangnya.
Ficus ditemukan di hutan hujan dataran rendah dengan ketinggian tempat

1500 m. Beberapa jenis lainnya ditemukan pada ketinggian 1500 - 2750 m atau
jarang di atas 3200 rn. Beberapa jenis Ficus bersifat epifit atau pencekik

Trerna orientalis
Tumbuhan ini termasuk daiarn famili Ulrnaceae dan merupakan jenis pohon
pionir yang tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang dengan baik pada
tanah terbuka serta kondisi mikroklimat dan tanah yang ekstrim ( VazquesYanes, 1998). Perrnukaan dam bagian atas kasar, berdaun kecil. Tingginya
sarnpai 40 m. Di daerah dataran rendah dan di daerah pegunungan rendah
mempunyai tinggi 10-18 m, batang tegak dan bundar; mahkota d a m tinggi dan
tidak lebat. Tumbuhan ini tersebar di seluruh nusantara.
Vasquez-Yanes (1998) menyatakan bahwa jenis cepat tumbuh dan selalu
hijau ini adalah hasil dari beberapa faktor : (I) pucuk-pucuk daun berkembang
secara kontinyu membentuk heliophyle baru, (2) daun-dam yang tanggal akan
segera digantikan, sehingga akhirnya jenis ini menghasilkan serasah dengan
melimpah.
Prosea (1995) menyatakan bahwa T. orientalis ditemukan di dataran rendah
.

tropika basah, khususnya di Malesia barat dengan ketinggian 2000 m. Curah
hujan tahunan 1000 - 2000 rnm dan rata-rata suhu tahunan 20' C - 27' C. Jenis
ini toleran terhadap kebasaan dan salinitas, tet6i tidak tahan terhadap

waterlogging. Dikatakan juga bahwa jenis ini tidak tahan terhadap api.
Mallotus sp.
Pohon yang tingginya hingga 30m ini terkenal dari Sumatera dan Jawa
(Heyne, 1987). Jenis pohon ini termasuk jenis pionir dan cepat tumbuh.

-

Pertumbuhan ke atas (tinggi) dan ke samping (diameter) seimbang. Dapat
tumbuh pada areal yang kurus hara. Daunnya lebar dan banyak. Kulit batang
bagian dalam kadang-kadang dipakai sebagai bahan pengikat.

Daunnya

mengandung zat penyamak dan sedikit alkaloida.
Mallotus adalah jenis intoleran dan termasuk pionir yang hidup di hutan
hujan evergreen primer, tetapi sebagian di hutan sekunder dan beberapa
diantaranya hidup di lahan terbuka, misalnya di savana. Ketinggian tempat di
atas 2000 m (Prosea, 1995).
2.4. Asam Humat

Asam humat diyakini berasal dari dekomposisi lignin atau karbohidrat
tanaman yang membusuk. Sehingga asam hurnat biasanya kaya akan karbaon
(41% - 57%). Namun bahan ini juga dapat mengandung nitrogen dan bahan
organik (Tan, 1991; Robinson, 1995).
Asam humat adalah molekul berantai panjang dimana molekulnya benvarna
gelap dan larut dalam larutan alkalin.
Istilah asam humat berasal dari Berzelius pada tahun 1830, yang
menggolongkan fiaksi humat tanah dalam : (1) Humic acid yaitu Sraksi yang
larut dalam basa, tidak larut dalam asam dan alkohol, (2) Asarn krenik dan
apokrenik /asam fblvat (larut dalam air) dan (3) Humin (bagian yang tidak
larut).
Asam humat mempunyai peranan yang penting dalam menyokong
kehidupan mikroorganisme di dalam tanah. Asam humat ini berguna untuk

meningkatkan kapqitas penyimpanan air, aerasi tanah, persentase total nitrogen
dalam tanah ,menstimulasi perturnbuhan akar dan meningkatkan respirasi akar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Riniarti (2002) dinyatakan bahwa
pemberian asam humat pada beberapa semai Dipterocarpaceae sebanyak 2000
ppm pada semai berumur 1 minggu dapat meningkatkan pertumbuhannya.
Selanjutnya Chen dan Aviad (1990) dalam Goenadi (1999), menyatakan bahwa
asam hurnat berperan dalam aktifitas enzim, walaupun mekanismenya masaih
belum diketahui secara pasti. Sladky ( anonim, 1998) menambahkan bahwa
asam humat dapat menyebabkan peningkatan dan kerapatan khlorofil, sehingga
akan meningkatkan laju fotosintesis, yang selanjutnya akan meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
2.5. Pemupukan

Pemupukan bertujuan mengubah persediaan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil yang diperoleh
(Syarief, 1985), juga untuk memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan
zat-zat kepada tanah sehingga dapat menyediakan bahan makanan bagi
tanaman.
Elliott et all ( 2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk NPK yang
terbaik adalah dengan dosis 50 - lOOg yang diaplikasikan pada saat penanaman
dan setelah penanaman selama dalam 1 musim penghujan dapat meningkatkan
pertumbuhan ke-6 jenis pohon lokal yang ditanam pada lahan hutan
terdegradasi di Thailand.

Dalam penelitian ini menggunakan pupuk dasar NPK untuk menambah
kebutuhan akan uns1.r. N (nitrogen), P (fosfor) dan K (kalium). Fungsi utarna
dari unsur N adalah untuk merangsang pertumblrhan tanaman secara
keseluruhan dan pembentukan hijau daun yang berperan dalam proses
fotosintesisi. Unsur P berperan penting dalam memacu pertumbuhan akar dan
pembentukan sistem perakaran, membantu percepatan asimilasi dan respirasi
sekaligus mempercepat pembungaan dan pemasakan buah atau bi-ji. Sedangkan
unsur K berperan penting dalam mengatur metabolisme karbohidrat, nitrogen
dan sintesa protein, mempercepat jaringan merismatik, mengaktitkan beberapa
enzim, dan menambah resistensi tanaman (Setyamidjaya, 1986).
2.6. Jarak Tanam

Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu faktor yang rnempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Jarak tanam berhubungan dengan persaingan dalam
kebutuhan cahaya, unsur hara dan ruang tumbuh. Jarak tanam yang optimum
akan menghasilkan tegakan yang baik dalam bentuk, ukuran dan kualitas
pohon.
Menurut Nurjanah N (1990) dikatakan bahwa penanaman pada jar& tanam
3m x 3m dapat meningkatkan pertumbuhan diamater semai Casuarina

equisetifolia terbesar ( 2 1,37 cm) dibandingkan pada jarak tanam lainnya, yaitu
l m x 3mdan2mx 3m.

111.

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan bekas operasional tambang minyak PT Caltex
Pacific Indonesia, seluas 1,6 ha (200m X 80m) yang terletak di Kabupaten Duri,
Riau. Waktu penelitian adalah enam bulan, yaitu mulai bulan Mei sampai
November 2002.
3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah lahan bekas operasional
tambang minyak dengan material lahan adalah campuran sub surface soil dari
berbagai lokasi, 5 jenis semai tanaman lokal , yaitu : Macaranga hypoleztca
( 700 bibit), Vitex pubescens (160 bibit), Ficus micl-ocarpa (300 bibit), Trema

orientalis (160 bibit), dan Mallotus sp.(180 bibit), pupuk NPK jenis SRF dan

FRF serta asam humat dalam bentuk hurnega 6%.
Alat yang digunakan adalah traktor, caliper, pita ukur, wadah plastik, oven,
timbangan dan kamera digital.
3.3. Metode Pengambilan Data
3.3.1. Plot Contoh pengamatan

Lokasi penelitian merupakan lahan dengan gangguan tingkat moderat
dengan luasan 1,6 ha (200m X 80m), yang terbagi menjadi 40 unit contoh
dengan ukuran masing-masing 20m X 20m

yang terbagi ke dalam 40

kombinasi perlakuan dengan 5 kali ulangan. Layout unit contoh dapat dilihat
pada Garnbar 1.

t-Selatan

Gambar 1. Layout petak contoh pada lahan tanam di Duri
Keterangan : J1 :jar& tanam 4m x 2m
52 :jarak tanam 4m x 4m
H 1: tanpa pemberian asam humat
H2: dengan pemberian asam hurnat
P 1 : pupuk NPK j enis SRF
P2 : pupuk NPK jenis FRF

+
Utara

Pada setiap unit contoh akan ditanam jenis tananlan lokal dengan komposisi
jenis : Macaranga hypoleuca berjumlah 700 bibit, Vitex pubescens berjurnlah
160 bibit, Ficus microcurpa berjumlah 300 bibit, Trema orientalis berjumlah
160 bibit, dan Mallotus sp. berjumlah 180 bibit. Tinggi bibit rata-rata setinggi
50-70 cm. Komposisi jenis tanaman revegetasi dapat dilihat pada Gambar 2.

3.3.2. Penanaman
Bibit-bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit berumur kurang
lebih 4-6 bulan dengan tinggi kurang lebih 50-70 cm. Penanaman dilakukan
pada lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm. Pemberian pupuk NPK
jenis SRF dan FRF sebanyak 150 gramllubang. Asam humat sebanyak 1 liter
diencerkan dalam 20 liter air. dan diberikan sebanyak 1 liter/ lubang.

3.3.3. Contoh Tanaman
Seluruh tanaman dalam setiap unit contoh diukur dengan parameterparameter, yaitu :diameter, tinggi tanaman, prosentase hidup tanaman dan luas
penutupan tajuk.
Pengambilan data seluruh tanaman tersebut di atas dilakukan setiap bulan,
kecuali untuk penutupan tajuk dilakukan setiap dua bulan selama 6 bulan
penelitian.

3.3.4. Pengumpulan Data
Parameter-Parameter yang dihitung :

Jarak Tanam 4 x 2 m
F

F

F

-----

F

-

-

-'dm

Barat

Selatan
Jarak Tanam 4 x 4 m
I

I

I

I

I

I

I
I

I
I

I
I

4

Ma,

MT

I
I
T

4

I

I
I
Ma4

I

MT
T

I

4

I

I

MY==
I
I

.I--Timur

I

I

I

I
I

Selatan

'--dm--

I

Keterangan :
M : M hiypoleuca
Ma : Mallotus sp.
T : T. orientalis
V : V.pubescens
F : F. microcarpa

I

I

Gambar 2. Komposisi jenis lokal pada jarak 4m x 2m dm jarak 4mx 4m.

Dari tiap unit contoh, dihitung prosentase hidup tiap-tiap jenis tanaman.
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
Prosentase Hidup = 7 tanaman hidup X 100%

C tanaman yang ditanam
Tinggi dan Diameter Tanaman

Pengukuran tinggi dan diameter setiap jenis dilakukan secara sampling pada
setiap unit contoh, dimana pengukuran tinggi diukur dengan menggunakan
pitarneter, dimulai dari dasar tanah. Pengukuran diamater diukur dengan
menggunakan kaliper pada pangkal batang.
Penutupan Tajuk

Pengukuran penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan pitamcter pada
setiap jenis tanaman, dimana luasan penutupan tajuk diasumsikan sania dengan
luas lingkaran dengan rumus :

L

=

114 n (( dl + d2)/2 )2

Dimana : L = luas penutupan tajuk
dl= diameter ke-1 proyeksi tajuk ke tanah
d2= diameter ke-2 proyeksi tajuk ke tanah yang diukur secara tegak
lurus terhadap diameter ke- 1

3.4. Metode Analisis Data
Data yang dianalisis adalah pertumbuhan tinggi dan diameter tanarnan lokal.

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Faktorial5 x 2 x 2 x 2 dalarn
acak lengkap dengan 5 x ulangan. Adapun perlakuan terdiri dari 4 faktor, yaitu :
1. Faktor Jenis Tanaman (T), dengan 5 taraf :

T1 = Macaranga hypoleuca
T2 = Mallotus sp.
T3 = Trema orientalis
T4 = Vitex pubescens
T5 = Ficus microcarpa
2. Faktor Jarak Tanam (J), dengan 2 taraf :
J1 = jarak tanam 4m x 2m
52 =jar& tanam 4m x 4m

3. Faktor Asam Humat (H), dengan 2 taraf, yaitu:
H 1 = tanpa asam humat/kontrol
H2 = dengan asam humat
4. Faktor Pupuk (P), dengan 2 taraf, yaitu:
PI

= Pupuk NPK jenis

SRF (Slow Release Fertilizer)

P2 = Pupuk NPK jenis FRF (Fast Release Fertilizer)
Persamaan model yang digunakan adalah:

Yijklm

=

+ ai + pj + (ap)ij + 6k + (a6)ik + (P6)jk + yl +(ay)il + (Py)jl + (6y)kl +

(ap8)ijk + ( apy)ij~+ (a6y)ikl+(P6y)jkl+ (ap6~)ijkl+Eijklm
Dimana :

Untuk mengetahui taraf-taraf perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap
respon yang diamati, dilakukan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test

(DMRT) dengan taraf 95%.
menggunakan program SAS.

Pengolahan data akan dilakukan dengan

=

nilai pengamatan (respon akibat pengaruh jenis tanarrian taraf ke-i,
jarak tanam taraf ke-j, asam humat taraf ke-k, pupuk ke-1, ulangan
ke-m

=

nilai rata-rata sesungguhnya

= pengaruh

aditif dari jenis tanaman ke-i

= pengaruh

aditif dari jarak tanam ke-j

= pengaruh

interaksi dari jenis tanaman d m jarak tanam

= pengaruh aditif dari asam humat

ke-k

= pengaruh

interaksi dari jenis tanaman dan asam hurnat

= pengaruh

interaksi dari jar& tanam dan asam humat

= pengaruh aditif dari pupuk

ke-1

=pengaruh interaksi dari jenis tanaman dan pupuk
= pengaruh

interaksi dari jarak tanam dan pupuk

= pengaruh

interaksi dari asam humat dan pupuk

= pengaruh

interaksi dari jenis tanaman, jarak tanam dan asam humat

= pengaruh

interaksi dari jenis tanaman, jarak tanam d m pupuk

=pengaruh interaksi dari jenis tanaman, asam humat dan pupuk
=pengaruh interaksi dari jar& tanam, asam humat dan pupuk

(aP6y)ijkr
=pengaruh interaksi dari jenis tanaman, jar& tanam, asam humat dan
PUP&
&ijklm

= pengaruh galat percobaan

Untuk mengetahui taraf-taraf perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap
respon yang diarnati, dilakukan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test
(DMRT) dengan taraf 95%.
menggunakan program SAS.

Pengolahan data akan dilakukan dengan

IV.

KEADAAN UMUM LOKLASI PENELITIAN

A. Geografis

Areal penelitian terletak antara 2'30' LU - 0' 17' LU atau 100' 52' BT - 102'.
Secara administratif daerah penelitian berada di desa Simpang Padang, kecarnatan
Mandau, kabupaten Bengkaiis, propinsi Riau.
B. Fisiografis

Jenis tanah yang dijurnpai di areal penelitian adalah Podsolik Merah Kuning.
Daerah ini memiliki hujan rata-rata 809 - 4.078 mm4h dengan temperatur udara
berkisar antara 26' C - 32' C. Menurut Schmid dan Ferguson daerah dengan tipe
iklim demikian termasuk dalam tipe iklim A (Handoko, 1995).
C. Vegetasi

Vegetasi di areal penelitian didominasi oleh kombinasi alang-alang ( Imperata
cylindrica ) dan jenis herba Melastoma malabatricum dan Lantana cammara.
Areal ini pernah ditanarni pohon jenis exotik seperti Sungkai (Peronema
canescens), Jati (Tectona grandis), Sengon (Paraserianthesfalcataria) dan Mente
(Anacardium occidentale), tetapi mayoritas (97%) jenis-jenis pohon tersebut mati.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENGAMATAN
5.1.1. Prosentase Hidup Tanaman

Besarnya rata-rata prosentase hidup kelima jenis pohon pionir yang diuji
setiap bulannya relatif mengalami penurunan. Sampai akhir penelitian (bulan
ke-6), jenis Macaranga hypoleuca dan Trema orientalis menunjukkan
penurunan prosentase hidup tanaman tiap bulan yang semakin menurun,
sedangkan jenis-jenis tanaman lain, yaitu jenis Mallotus sp., Vitex pubescens
dan Ficus microcarpa menunjukkan p e n m a n prosentase hidup tanaman yang
berfluktuasi.

Secara ringkas rata-rata prosentase hidup untuk masing-masing

jenis dapat dilihat pada Tabel 1.
Kenyataan di lapangan menunjukkan jenis F. microcarpa paling survive,
karena jenis ini pada akhir penelitian mempunyai prosentase hidup yang masih
tinggi (97%), narnun p e n m a n prosentase hidup setiap bulan semakin
meningkat.
Tabel 1. Rata-rata prosentase hidup tanaman lokal (%) selama 6 bulan.
enis tanaman

bulan

1(

d

6

Dari data rata-rata prosentase hi.Iup kelima jenis pohon di atas, terlihat
mulai bulan ke-3 menunjukkan kondisi stabil.

Semakin bertambah umur,

jumlah kematian setiap jenis tanaman mengalami penurunan.

Gambar 3
.

menunjukkan rata-rata prosentase hidup jenis tanaman lokal selama 6 bulan.
Profil setiap jenis tanaman disajikan pada Lampiran 2.

1

2

3

4

6

bulan

I

-- -- - --

+M.hyp&uca
V. pubescens
L
I

+--

-W-

Mabtus
F. mfcmarpus-

-+

Trema orientalis
-

Gambar 3. Rata-rata prosentase hidup tanaman lokal selama 6 buian.
5.1.2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tinggi setiap jenis tanaman lokal yang ditanam mempunyai
kecepatan tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata
pertumbuhan tinggi mengalami kenaikan. Pada Tabel 2 memperlihatkan bahwa
jenis M hypoleuca dan T. orientalis mempunyai pertambahan tinggi yang

-

cenderung meningkat. Berbeda dengan kedua jenis tanaman lain, yaitu V:
pubescens

dan F. microcarpa, mempunyai pertambahan. tinggi yang

berfluktuasi, sedangkan jenis

Mallotus sp.

bahkan memperlihatkan

pertambahan tinggi yang menurun dengan drastis, meskipun rata-rata
perturnbuhari tinggi untuk jenis ini setiap bulan mengalami kenaikan lebih
besar dibandingkan dengan keempat jenis tanaman lainnya.

Rata-rata tinggi

tanaman lokal selama 6 bulan tertera pada Tabel 2 di bawah ini.

Untuk mengetahui besarnya rata-rata tinggi tanaman dapat dilihat pada
Gambar 4 di bawah ini.

Dari hasil analisis sidik ragam memperlihatkan hanya perlakuan jenis
tanaman, pemberian pupuk NPK, interaksi antara jenis tanaman dengan pupuk
NPK serta interaksi antara perlakuan jenis tanaman, jar& tanam, pemberian asam
humat dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan tinggi
tanaman.

Sedangkan perlakuan jarak tanam, pemberian asam humat dan

interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap respon pertumbuhan tinggi
tanaman.

bulan
Trema orientalis

- -Y -- V. pubescens
-

Gambar 4. Rata-rata tinggi tanaman lokal selama 6 bulan
Rekapitulasi analisis sidik ragam untuk pertumbuhan tinggi disajikan pada
Tabel 3.
Tabel 3. Rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap
perturnbuhan tinggi dan diameter jenis tanaman lokal.
perlakuan

parameter
tinggi

jenis tanaman (T)
jarak tanaman (J)
asam humat (H)
pupuk NPK (P)
TxJ
TxH
TxP
JxH
JxP
Hx P
TxJxH

tn
tn
t

tn
tn
tn
tn
tn
tn

diameter
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

TXJXP
TxHxP
JxHxP
TxJxHxP

I

tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn

'*

J

Keterangan :
*
: nyata (p0.05)
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa interaksi antara keempat
perlakuan memperlihatkan bahwa hanya kombinasi T2J2HlP2 (jenis Mallotus
sp., jarak tanam 4m x 4m, tanpa pemberian asam hurnat dan pupuk NPK jenis
FRF) dan T3J2HlP2 (jenis Trema orientalis, jarak tanam 4m x 4m, tanpa
pemberian asam humat dan pupuk NPK jenis FRF) yang berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan tinggi tanaman lokal. Hasil uji lanjut ini disajikan pada
Lampiran 3.
5.1.3. Pertumbuhan Diameter Tanaman

Perturnbuhan diameter untuk setiap jenis tanaman pionir yang ditanam
mengalami peningkatan setiap bulannya.

Besarnya pertambahan diameter

ketiga jenis tanaman, yaitu jenis M hypoleuca, I? pubescens dan l? microcarpa
mengalami peningkatan, sedangkan jenis MalIotus sp. dan Trema orientalis
mempunyai pertarnbahan diameter yang fluktuatif.

Sama halnya dengan

perturnbuhan tinggi, jenis Mallotus sp. juga mempunyai rata-rata diameter
tertinggi di akhir penelitian, yaitu sebesar 32,2 mrn jika dibandingkan dengan
keempat jenis lainnya. Data lengkap besarnya rata-rata diameter tanaman lokal
selama 6 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata diameter tanaman lokal (mm) selama 6 bulan.
enis tanaman

bulan
21

1

6

Peningkatan secara signifikan pertumbuhan diameter pada kelima jenis
tanaman tersebut, dimulai pada bulan ke-2 penelitian. Secara jelas dapat
diterangkan pada Gambar 5 di bawah ini.

3

4

bulan
-

-

- -

+M.hypoieuca +Mabtus
.

- -

-

----

----

-

-

--

-

-

V. pubescens +i+
F. microcarpus

Trema orientalis

sp.
-

- - --

-

.

--

-

Gambar 5. Rata-rata diameter tanaman lokal selama 6 bulan.

Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa tidak terdapat satupun
perlakuan dan interaksinya yang berpengaruh nyata terhadap respon

pertumbuhan diamater tanaman lokal. Untuk lebih lengkapnya dapat diketahui
pada Tabel 3.
Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata, namun ada kecenderungan
bahwa semakin bertambah umur tanaman semakin bertambah diameter.
5.1.4. Penutupan Tajuk (cm2)
Rata-rata luas penutupan tajuk tiap jenis tanaman yang diukur 2 bulan sekali
pada umurnnya mengalami peningkatan, terutama jenis ~\lallotussp.. Jenis ini
mempunyai rata-rata luas penutupan tajuk terbesar, yaitu 12622,79 cm2 di akhir
penelitian. Begitu juga yang dialami oleh jenis M hypoleuca dan F. microcarpa
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Namun jika dilihat dari
pertambahan luas penutupan tajuk, jenis V. pubesce~ls dan T. orientalis
mengalami penurunan yang cukup berarti pada akhir penelitian. Untuk
mengetahui rata-rata luas penutupan tajuk tanaman lokal selama 6 bulan dapat
dilihat pada Tabel 5 dan distribusinya pada Gambar 6 di bawah ini.
Tabel 6. Rata-rata luas penutupan taj* tanaman lokal (cm') selama 6 bulan.
)enis tanaman

I

bulan

4

bulan

--

V. pubescens

+F. micmarpus
-

Gambar 6. Besamya rata-rata luas penutupan tajuk tanaman lokal selama 6 bulan.

4.2. PEMBAHASAN

Pemilihan jenis merupakan salah satu kegiatan utama dalam penanaman.
Jenis-jenis pohon yang paling tepat ditanam pada lahan bekas operasional
tambang minyak adalah jenis lokal (native species), karena jenis-jenis setempat
adalah jenis terbaik yang sudah beradaptasi dalam waktu yang cukup lama dan
sudah teruji kemampuannya menghadapi ganggan dan hambatan turnbuh dari
alam.

Parotta (2000) menyatakan bahwa j enis lokal, khususnya daerah

pertambangan dan area tererosi, lebih kuat berkompetisi dengan grasses,
kecepatan perturnbuhannya relatif cepat, planting stock-nya melimpah dan
mudah dipropagasi.

Jenis-jenis pohon yang ditanam di areal penelitian

diantaranya jenis Macaranga hypoleuca, Mallotus sp., Vitex pubesces, Trema
orientalis dan jenis Ficus microcarpa ( Hatfindo, 2002).

Seperti yang

dilaporkan pada penelitian yang dilakukan oleh Hoang Van Son (2000),
dinyatakan bahwa jenis Mallotus microcarpus dan Trema orientalis ditemukan
pada areal bekas ladang berpindah melalui proses regenerasi hutan secara alami.
Ficus semicordata, seperti dilaporkan oleh Kuarak et a1 (2000), ditanam dalarn
rangka kegiatan restorasi hutan menggunakan jenis lokal (native species) di
Thailand.
Prosentase hidup tanaman menjadi indikator bagi kualitas tempat tumbuh,
adaptasi tanaman, teknik dan manajemen yang telah digunakan.
Dari kelima jenis pionir ini, F. microcarpa mempunyai rata-rata prosentase
hidup terbesar, yaitu 97,4096 di akhir penelitian. Ini menunjukkan bahwa jenis
ini mempunyai adaptasi yang tinggi sejak mulai ditanam dibandingkan jenis
yang lain. Namun jenis ini mengalami penurunan prosentase hidup yang
semakin meningkat setiap bulan. Ini diduga bahwa jenis ini terserang penyakit
mulai bulan ke-4 (Lampiran 5).

Untuk mengetahui besarnya p e n m a n

prosentase hidup sampai akhir penelitian dapat diketahui pada Lampiran- 2.
Jenis yang terbaik adalah -\I hypoleuca dan 2: orientalis yang setiap bulannya
mengalami penurunan prosentase hidup yang semakin menurun. Secara umurn
dari kelima jenis pohon yang ditanam relatif cukup adaptif. Ini terlihat dari
mulai stabilnya rata-rata prosentase hidup mulai bulan ke-3 pengamatan.
Jenis M hypoleuca di awal penelitian mempunyai penurunan prosentase
hidup yang besar, yaitu pada bulan ke-1 , turun dari 100% menjadi 72,65%. Ini

diduga bahwa jenis ini perlu naungan yang besar pada tingkat semai, meskipun
pada bulan ke-3 mulai dapat beradaptasi. Ini dibuktikan deqan mulai stabilnya
penurunan besarnya rata-rata prosentase hidup. Faktor keterlambatan waktu
menanam juga mempengaruhi banyaknya semai yang mati di awal penelitian.
Ini dikarenakan semai M. hypoleuca yang ditanam mempunyai tinggi lebih dari
50 cm dan umur tanaman saat ditanam melebihi waktu tanarn, sehingga tanah
dalarn polibag sudah kompak dan sulit beradaptasi dengan lingkungannya.
Umurnnya tanaman saat ditanam berumur 3-4 bulan. Faktor lain yang diduga
mempengaruhi besarnya kematian jenis ini adalah kejenuhan air (water
saturation), dimana beberapa unit contoh tergenang air, sehingga akar jenis ini
tidak dapat turnbuh dengan baik dan akhirnya mengalami kematian. Kondisi
lahan yang tergenang air dapat dilihat pada Lampiran 6.
Jenis Mallorus sp. mengalami pertumbuhan tinggi yang sangat cepat, yaitu
setinggi 190,12 cm di akhir penelitian. Jenis ini termasuk jenis cepat turnbuh
@st growing). Jika dilihat dari daunnya yang lebar dan berjumlah banyak,
diduga bahwa Mallotus sp. mengalami proses fotositesa yang optimum dengan
memanfaatkan cahaya rnatahari yang ada sehingga perturnbuhan tinggi dapat
dicapai maksimal. Namun jika dilihat dari besarnya pertarnbahan tinggi tiap
bulannya, jenis ini justru mengalami penurunan yang drastis.

Jenis M

hypoleuca dan T. orientalis mempunyai pertambahan tinggi yang semakin
meningkat mengikuti urnur tanaman. Kedua jenis tersebut paling baik dilihat
dari pertambahan tinggi yang semakin meningkat, dibandingkan dengan ketiga
jenis lain yang pertambahan tingginya lebih fluktuatif. Dari pengamatan yang

dilakukan di lapangan, daun jenis Vitex pubescens, 40% diserang oleh hama,
yaitu ulat pemakan d a m sehingga pucuk daun akan habis dan kemudian patah.
Meskipun tidak mengalami kematian dan pucuk baru akan muncul kembali,
namun akan mempengaruhi besarnya tinggi rata-rata perplot pengamatan.
Sedang jenis Mallotus sp., kemungkinannya pada bulan ke-4 mengalami puncak
pertambahan tinggi dan kemudian menjadi relatif stabil (Tabel 2 ).
Berdasarkan hasil analis sidik ragam ( Tabel 3 ) diketahui bahwa perlakuan
jenis tanaman, pemberian pupuk, interaksi keduanya serta interaksi keempat
perlakuan (jenis tanaman, jarak tanam, asam humat dan pupuk NPK) dapat
meningkatkan respon pertumbuhan tinggi, sedang pengaruh jarak tanam dan
asam humat tidak dapat meningkatkan respon pertumbuhan tinggi tanaman.
Untuk perlakuan jar& tanam, ini diduga bahwa pada areal revegetasi pada jarak
4m x 2m dan 4m x 4m tidak berpengaruh terhadap respon perturnbuhan tinggi.
Ini terlihat dari pengamatan penulis bahwa jarak keduanya tidak mempengaruhi
tumbuh dan kembangnya tanaman lokal yang ditanam, karena dengan jarak
tersebut tanaman belum mengalami persaingan untuk mendapatkan cahaya, air,
ruang dan unsur hara yang dibutuhkan. Demikian pula pemberian asam hurnat
juga tidak mempengaruhi respon pertumbuhan tinggi tanaman. Faktor yang
diduga kuat adalah kemasaman tanah yang tinggi ( tingginya kadar A1 dalam
tanah), sehingga akan dapat meracuni tanaman.

Ini didukung dengan

pernyataan Ogawa (2000) bahwa perturnbuhan tanaman buruk pada pH rendah
terutarna disebabkan oleh keracunan Al. Pengaruh stres A1 ini menyebabkan
perubahan morfologi akar, sehingga akar tidak dapat memanfaatkan asam

hunlat secara optimal. Huang et al., 1992; Xu et al.,1991 diacu dalam Hayes
dan Naidu., 1998 menyatakan bahwa terhambatnya pertumbuhan tanarnan pada
~ ' H' yang
pH rendah terutama disebabkan karena toksisitas ion ~ 1 dan
menyebabkan terbatasnya penyerapan unsur Cu dan Mg.

Plaster (1992)

menyatakan bahwa pH di bawah 5.0, unsur Fe, A1 dan Mn terlarut dalam
junllah yang cukup untuk meracuni pertumbuhan beberapa tanaman.

Di

sanlping itu pada kondisi tanah masam banyak unsur dalam keadaan tidak
tersedia ( P ), kurangnya Ca, Mg, Mo dan kandungan Mn, Fe yang berlebihan
(Hakim et al, 1986). Besarnya kandungan unsur hara tanah di areal penelitian
dapat dilihat pada Lampiran 1. Di samping hal di atas, faktor lainnya adalah
kejenuhan air (water saturation), dimana lahan dalam keadaan tergenang air,
asam humat yang diberikan tidak efektif untuk diserap akar. Hasil uji lanjut
Duncan ( Lampiran 4 ) memperlihatkan bahwa kombinasi T2J2HlP2 (jenis
MaIIotus sp., jarak tanam 4m x 4, tanpa pemberian asam humat dan pupuk NPK
jenis FRF) dan T3J2HlP2 (jenis i? orientalis, jarak tanam 4m x 4m, tanpa
pemberian asam humat dan pupuk NPK jenis FRF) dapat meningkatkan respon
pertumbuhan tinggi tanaman lokal.
Pertumbuhan diameter terbesar juga dicapai jenis Mallotus sp., yaitu
sebesar 32,2 mm.

Perturnbuhan ke samping dan ke atas menunjukkan

peningkatan yang signifikan. Jenis ini termasuk jenis pohon intoleran sehingga
dengan maksimal dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesanya. Jika dilihat dari besarnya pertambahan diameter, jenis ini justru
mengalami penurunan yang cukup berarti pada bulan ke-5. Ini diduga bahwa

pertumbuhan maksimal yang dicapai jenis ini terjadi pada bulan ke-4, dan
kemudian mengalami kestabilan.

Di akhir penelitian, Vitex pubescens

mempunyai rata-rata diameter terkecil, yaitu sebesar 1,79 mm.

Ini diduga

bahwa dengan dimakannya pucuk dam oleh ulat, akan mempengaruhi banyak
dan besarnya daun yang merupakan tempat tanaman melakukan proses
fotosintesa, sehingga fotosintat yang dihasilkan menurun dan berakibat pada
menurunnya pertumbuhan diameter. Jenis M hypoleuca dan F. microcarpa
merupakan jenis yang terbaik dilihat dari pertambahan diamater yang semakin
meningkat setiap bulannya. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui tidak
terdapat satupun perlakuan dan interaksinya yang dapat meningkatkan
pertumbuhan diameter tanaman. Meskipun secara statistik tidak berbeda nyata,
namun ada kecenderungan bahwa semakin bertambah umur tanaman semakin
bertarnbah besarnya diameter.
Tajuk tanaman berfimgsi melindungi tanah dari hujan dan mengurangi erosi
akibat limpasan permukaan.

Tajuk juga memberikan sumbangan dalarn

memperbaiki kondisi tanah melalui jatuhan serasah yang merupakan surnber
organik. Selain itu, penutupan tajuk juga akan mempengaruhi perubahan iklim
rnikro pada lahan revegeyi dengan menurunnya suhu dan meningkatnya
kelembaban.
Dari hasil pengukuran luas penutupan tajuk setiap tanaman yang dilakukan
tiap 2 bulan, menunjdckan bahwa jenis Mallotus sp. mempunyai rata-rata luas
penutupan tajuk terbesar, yaitu 12622,79 cm2 di akhir penelitian. Jika dilihat
dari pertambahan luas penutupan tajuk, jenis Mallotus sp., M hypoleuca dan F.

microcarpa mengalami pertambahan luas penutupan tajuk yang semakin
meningkat seiring dengan bertambahnya urnur tanaman.

Tidak demikian

dengan jenis V. pubescens dan T. orientalis mengalami pertarnbahan luas
penutupan tajuk yang menwun cukup berarti pada bulan ke-6.

Ini diduga

berhubungan dengan terserangnya hama pada jenis V. pubescens dimulai bulan
ke-4, dimana daun-daunnya habis dimakan ulat, sehingga pertumbuhan tajuk
tanaman berkurang drastis. Terserangnya hama pada jenis V: pubescens dapat
dilihat pada Lampiran 5.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1. Kesimpulan

1. Dari parameter yang diukur, jenis tanaman dan pemberian pupuk NPK dapat
meningkatkan respon

pertumbuhan tinggi, sedangkan jarak tanam dan

pemberian asam humat tidak meningkatkan respon pertumbuhan tinggi.
Interaksi

keempat

perlakuan

tersebut juga

meningkatkan

respon

pertumbuhan tinggi, terutarna kombinasi T2J2HlP2 (jenis Mallotus sp.,
jarak tanam 4m x 4m, tanpa pemberian asam humat dan pupuk FRF) dan
T3J2H1P2 (jenis T. orientalis, jarak tanam 4m x 4m, tanpa pemberian asam
humat dan pupuk FRF).
2. Semua perlakuan, yaitu jenis tanarnan, pemberian pupuk NPK, jarak tanam
dan asam humat dan interaksinya tidak meningkatkan respon pertumbuhan
diamater.

3. Jenis Macaranga sp adalah jenis pionir yang paling cocok ditanam pada
areal bekas operasional tambang minyak bumi dibandingkan keempat jenis
lain. Meskipun begitu keempat jenis lain masih dap