Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)

FAKTOR FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH
MENGEMBALIKAN PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM
(Studi pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang
Cipulir dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor III)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh :
ANNEKE PUTRI MEILASARI
NIM: 109046100184

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM
STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN
HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M


ABSTRAK
Anneke Putri Meilasari. 109046100184. Faktor Faktor Yang Menghambat
Nasabah Dalam Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah
Mandiri (Studi pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri KC Ciledug, KC Cipulir
dan KCP Bintaro Sektor III). Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan
Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 1435 H/2014 M.
Bank Syariah Mandiri melalui outlet Warung Mikronya merupakan pelopor
penyaluran pembiayaan segmen UMKM dengan berbasis syariah di Indonesia,
dengan porsi penyaluran pembiayaan segmen UMKM yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam penyaluran pembiayaannya,Warung Mikro BSM menerapkan
prinsip kehati-hatian sebagaimana yang telah diatur dalam UU no.21 tahun 2008
tentang perbankan. Namun pada praktiknya, masih terdapat sejumlah pembiayaan
bermasalah pada kantor cabang ataupun kantor cabang pembantu Warung Mikro
BSM. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menghambat
nasabah mengembalikan pembiayaannya, serta strategi yang ditawarkan Warung
Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kualitatif dimana penulis menarik kesimpulan dari fenomena
yang terjadi berdasarkan wawancara terstruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang menghambat pengembalian
pembiayaan Warung Mikro BSM berasal dari dua faktor, yaitu faktor Bank dan faktor
nasabah. Faktor Bank yang menjadi menyebab terhambatnya pengembalian
pembiayaan adalah kurang mendalam pada analisa pembiayaan mikro, promosi yang
kurang tepat, tidak adanya pendampingan usaha secara rill. Sedangkan dari faktor
nasabah disebabkan oleh miss management, adversity maupun lainnya. Strategi yang
ditawarkan Warung Mikro BSM untuk menangani hambatan nasabah dalam
menyelesaikan pembiayaannya adalah melalui penagihan secara intensif,
restrukturisasi pembiayaan, pelelangan agunan suka rela, klaim jaminan (untuk kasus
tertentu), dan Write Off.

Kata Kunci

: Pembiayaan, Warung Mikro, Bank Syariah Mandiri, NPF.

Pembimbing : Ahmad Chairul Hadi, MA
Daftar Pustaka : Tahun 2002 sampai tahun 2014

iv


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat dan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis diberikan kekuatan dan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penelitian skripsi ini, penulis mengambil judul “FAKTOR
FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH

MENGEMBALIKAN

PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”. Adapun penulisan skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi strata satu (S1)
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis tidak lupa mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan
mendorong penulis dalam pembuatan skripsi ini, karena tanpa mereka penulis
menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik. Maka
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatulah Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Muamalat dan
Mu’min Rauf, M.Ag. selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.

vi

3. Ahmad Chairul Hadi, MA selaku Dosen Pembimbing dalam penelitian
skripsi ini yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
penulis.
4. PT Bank Syariah Mandiri dan seluruh karyawan yang telah membantu
penulis dalam mendapatkan informasi terkait pembahasan, khususnya
segenap karyawan PT Bank Syariah Mandiri KC Ciledug, KCP Bintaro
Sektor III dan KC Cipulir.
5. Pimpinan beserta seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan
Hukum serta Perpustakaan Utama yang telah memberikan fasilitas untuk
mengadakan studi perpustakaan.
6. M. Fuad Hadziq, M.Si dan Djaka Badranaya,S.Ag.,ME selaku dosen
penguji skripsi yang telah membimbing dan memberikan pengarahan
kepada penulis untuk perbaikan skripsi ini.
7. Dosen dan karyawan Fakultas Syariah dan Hukum Universias Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
pengetahuan dan bantuan kepada penulis.
8. Ibu Rosmiati selaku orang tua tunggal yang sangat luar biasa, menjadi
pahlawan yang tak pernah lelah dan lupa dalam mencintai, mendoakan,
mendukung baik moril maupun materil dan mengusahakan yang terbaik
untuk penulis.
9. H. Syamsudin selaku kakek yang selalu mendukung baik moril maupun
materil dan mendoakan yang terbaik untuk penulis.

vii

10. Bapak Harry Aditya Chandra, Ahmad Yani, Uur hery selaku paman dan
Ibu Marwati selaku bibi, serta Kak Rully Juliansyah selaku sepupu yang
turut membantu dan mendukung penulis untuk kelancaran perkuliahan
penulis.
11. Ayu Wulandari selaku kakak dan Muhammad Fauzan Rhadiansyah selaku
adik yang selalu memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis.
12. Bu Nyoman, Pak Harso dan segenap guru SMAN 34 yang telah
membimbing serta membantu hingga penulis dapat melanjutkan
pendidikan hingga tingkat strata satu, penulis tidak akan pernah

melupakan kalian yang telah berperan dalam pengembangan diri penulis.
13. Irfan, Dini, Qisti, Reza Nufa, Mizan, Frizan, Anggit, Dina Asy’fina, Mala,
Fina, Dinar, Fitri, Kurnia, Ardila, Aisyah, Rizka, Anggreani, Soesilowati
dan seluruh teman-teman kuliah, teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN)
atas segala bantuan, kritikan, saran, motivasi, kasih sayang yang tak
terhingga yang mewarnai hidup selama masa perkuliahan.
14. Eka, Dwi, Bayu, Andri, Dian, Denis, Janwar, dan semua teman-teman
penulis yang selalu memberikan tawa canda penghilang penat dan
motivasi kepada penulis.
15. Dan semua pihak yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu, yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil dan juga doa hingga
terselesaikannya skripsi ini.

viii

Penulis berharap bagi siapapun yang membaca skripsi ini mendapatkan
manfaat untuk menambah wawasan dan memotivasi rasa ingin tahu yang lebih
terhadap ilmu perbankan syariah dan ilmu-ilmu terapan lainnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis
mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 5 Januari 2014
Penulis

Anneke Putri Meilasari

ix

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ......................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 6
F. Teknik Penulisan ................................................................................ 7
G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah .................................................. 10
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ............................ 10
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ................................. 10

x

B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 12
2. Macam Macam Pembiayaan ......................................................... 13
3. Analisis Pembiayaan ..................................................................... 14
4. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ................................... 16
5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan .................................... 22

C. Non Performing Financing
1. Pengertian Non Performing Financing ......................................... 32
2. Restrukturisasi Pembiayaan .......................................................... 33
D. Review Studi Terdahulu ....................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian .......................................................................... 40
B. Metode Analisis ................................................................................... 40
C. Jenis dan Sumber Penelitian................................................................. 41
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 42
E. Objek Penelitian ................................................................................... 43
BAB IV WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI
A. Latar Belakang Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ........................ 44
B. Landasan Hukum Warung Mikro Bank Syariah Mandiri .................... 45
C. Sasaran Pembiayaan Warung Mikro .................................................... 46
D. Cakupan Pembiayaan Segmen Mikro .................................................. 47
xi

E. Fitur Produk Pembiayaan Segmen Mikro ............................................ 47
F. Persyaratan Pemohon ........................................................................... 60
G. Margin .................................................................................................. 65

H. Pemberian Limit Pembiayaan .............................................................. 65
I. Analisa Pembiayaan ............................................................................. 66
J. Struktur Organisasi Warung Mikro ...................................................... 69
BAB V PEMBAHASAN
A. Profil Responden .................................................................................. 70
1. Profil Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ................................ 70
2. Profil Nasabah ............................................................................... 79
B. Faktor Penghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan ................ 87
1. Faktor Nasabah .............................................................................. 87
2. Faktor Bank ................................................................................... 89
C. Strategi Warung Mikro BSM Menangani Hambatan dan Kendala
Nasabah Menyelesaikan Pembiayaannya ............................................ 91
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 94
B. Saran ..................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97
LAMPIRAN

xii


DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 – 2012 ........................... 1
Tabel 4.1 Margin Warung Mikro ............................................................................ 65
Tabel 5.1 Profil Warung Mikro BSM KC Ciledug, KC Cipulir dan KCP Bintaro
Sektor III ................................................................................................. 70
Tabel 5.2 Pembagian Jumlah Responden ............................................................... 79

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Warung Mikro .................................................... 69
Gambar 5.1 Perkembangan penyaluran pembiayaan/outstanding Warung
Mikro KC Ciledug ............................................................................. 72
Gambar 5.2 Perkembangan performance Warung Mikro KCP Bintaro
Sektor III dilihat dari outstandingnya ................................................ 77
Gambar 5.3 Pembagian Gender Responden .......................................................... 80
Gambar 5.4 Usia Responden.................................................................................. 80
Gambar 5.5 Tingkat Pendidikan Responden ......................................................... 81
Gambar 5.6 Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................................... 82
Gambar 5.7 Plafon Pembiayaan Warung Mikro BSM .......................................... 83
Gambar 5.8 Jangka Waktu Pembiayaan Warung Mikro BSM .............................. 84
Gambar 5.9 Agunan Pembiayaan Warung Mikro BSM ........................................ 85
Gambar 5.10 Tujuan Penggunaan Pembiayaan Warung Mikro BSM .................... 86
Gambar 5.11 Faktor Penghambat Pengembalian Pembiayaan Warung Mikro
yang Berasal dari Nasabah ................................................................. 87
Gambar 5.12 Faktor Penghambat Pengembalian Pembiayaan yang Berasal dari
Bank ................................................................................................... 89

xiv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di Indonesia, sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
memiliki sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian, terutama dalam
upaya

peningkatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Peningkatan jumlah UMKM menjadi kekuatan perekonomian Indonesia.
Tabel 1.1 Jumlah UMKM di Indonesia dari Tahun 2010 - 2012
Jumlah (unit)
Indikator

Usaha

Tahun 2010

Tahun 2011

Tahun 2012

53.823.732

55.206.444

56.534.592

Mikro,

Kecil

dan

Menengah
(UMKM)

Sumber data : Olahan data penulis dari Kementerian Koperasi dan UKM

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa jumlah UMKM di
Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2011 mengalami
peningkatan sebesar 1.382.712 unit dibandingkan dengan tahun 2010.
Sedangkan tahun berikutnya UMKM meningkat sebesar 1.328.148 unit.
Meningkatnya UMKM menjadi peluang pasar yang cukup besar bagi
penyaluran pembiayaan perbankan syariah. Penyaluran pembiayaan pada

1

2

segmen UMKM ini juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk
peningkatan ekonomi rakyat. Selain dapat membantu dalam menyokong
dana modal bagi pengusaha segmen UMKM, penyaluran pembiayaan ini
juga dapat menjadi peningkat fee based income yang diperoleh bank.
Salah satu bank pelopor penyaluran pembiayaan UMKM yang
berbasis syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM) melalui
outlet Warung Mikro. Warung mikro dibentuk atas dasar dorongan dari
pemerintah khususnya Bank Indonesia karena kebijakan pemerintah yang
menuntut bank untuk mengembangkan sektor rill dengan cara lebih
memerhatikan UMKM. Warung Mikro BSM dibuka sejak tahun 2008 dengan
3-4 cabang sebagai percobaan pada mulanya. Setelah berjalan beberapa
waktu, perkembangannya pun cukup bagus. Oleh karena itu, maka
ditambahlah cabang warung mikro. Pada bulan Agustus 2010 jumlah outlet
warung mikro berjumlah 122. 1 Hingga saat ini jumlahnya 452 outlet.
BSM optimis kontribusi pembiayaan segmen UMKM dapat terus
dipertahankan. Untuk tahun 2013, perseroan mematok porsinya mencapai
75% dari total pembiayaan yang ditargetkan tumbuh 25% menjadi Rp 55,96
triliun. Demikian porsi UMKM diharapkan mencapai Rp 42 triliun. Perseroan
mencatat per akhir 2012 kucuran pembiayaan UMKM mencapai Rp 32,79
triliun, atau sebesar 73% dari total pembiayaan sebesar Rp 44,76 triliun. Pada
“Pembiayaan Mikro Pertanian Jadi Target BSM” artikel diakses pada tanggal 21 Agustus
2012 dari http://zonaeksis.com/pembiayaan-mikro-pertanian-jadi-target-bsm/.
1

3

akhir 2011, posisi pembiayaan UMKM sebesar Rp 26,78 triliun, sebesar
72,9% dari total pembiayaan Rp 36,73 triliun. Pertumbuhan pembiayaan
UMKM sendiri sebesar 22,45% dalam setahunan, yang juga dikontribusi
pembiayaan di segmen mikro.2
Untuk pembiayaan BSM terhadap segmen mikro sendiri semakin
besar. Adapun posisi pembiayaan mikro BSM sampai akhir tahun 2011
mencapai Rp 1,69 triliun, atau menyumbang 4,6% dari total pembiayaan
perseroan yang mencapai Rp 36,72 triliun. “Akhir 2011 itu pembiayaan mikro
yang langsung sebesar Rp 912 miliar dengan NPF (rasio pembiayaan
bermasalah) gross 1,75%. Sementara untuk yang tidak langsung sebesar 780
miliar dengan NPF gross 2,4%”, terang Hanawijaya.3 Salah satu NPF tertinggi
dialami oleh Warung Mikro BSM Kantor Cabang Bintaro yang menembus
hingga angka 12%, yang menyebabkan Warung Mikro ini mengalami freeze
atau Stop Lending untuk seluruh produk warung mikronya. Selain itu, pada
tahun 2013 NPF Warung Mikro Kantor Cabang Cipulir menembus angka 9%.
Sedangkan NPF Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug sempat mencapai
hingga angka 5% dan kini mulai berangsur menurun ke angka kisaran 3%.
Meskipun warung mikro telah menerapkan prinsip kehati-hatian
sebagaimana diatur dalam UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,

Paulus Yoga, “BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%”, diakses pada 3 Januari
2014 dari www.infobanknews.com
3
Paulus Yoga, “BSM Patok Tambahan Pembiayaan Mikro Rp1,08 Triliun”, diakses pada 3
Januari 2014 dari www.infobanknews.com
2

4

pada kenyataannya masih terjadi sejumlah pembiayan bermasalah di kantor
cabang maupun kantor cabang pembantu outlet warung mikro ini. Misalnya
seperti pada Warung Mikro Kantor Cabang Ciledug yang memiliki 12 orang
nasabah bermasalah, Kantor Cabang Cipulir yang memiliki 10 orang nasabah
bermasalah dengan pembiayaan cukup tinggi, dan Kantor Cabang Pembantu
Bintaro Sektor III yang memiliki 5 orang nasabah pembiayaan bermasalah.
Untuk itu, penulis memilih Warung Mikro Bank Syariah Mandiri
sebagai objek penelitian menimbang bahwa BSM termasuk ke dalam pelopor
bank syariah yang mengedepankan penyaluran pembiayaan pada sektor
mikro. Pada penelitian ini, penulis memilih tema mengenai “FAKTOR
FAKTOR YANG MENGHAMBAT NASABAH MENGEMBALIKAN
PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO BSM”
B. Identifikasi Masalah
Bank dituntut untuk cermat dalam menyalurkan pembiayaannya
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian bank. Berbagai metode atau prinsip
pembiayaan pun dilakukan oleh bank untuk menghindari berbagai risiko
pembiayaan bermasalah, seperti halnya prinsip 5C yang mewajibkan bank
untuk menganalisis risiko mulai dari aspek Character, Capacity, Capital,
Collateral, dan Condition of Economic. Namun pada praktiknya, meskipun
prinsip kehati-hatian bank telah dilakukan, masih saja terdapat sejumlah
pembiayaan bermasalah dimana nasabah yang menerima pembiayaan
mengalami hambatan dalam mengembalikan pembiayaannya pada bank. Oleh

5

karena itu, dalam penelitian ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Apakah angsuran pembiayaan yang telah ditetapkan oleh pihak Warung
Mikro BSM telah sesuai dengan kondisi dan kemampuan nasabahnya?
2. Apa saja faktor yang menghambat nasabah memenuhi pengembalian
pembiayaan yang ditetapkan oleh Warung Mikro BSM?
3. Siapakah pihak yang paling dominan dalam memutuskan penetapan target
pengembalian pembiayaan Warung Mikro BSM kepada nasabahnya?
4. Bagaimana Warung Mikro BSM menganalisis kelayakan usaha dan
mengenal karakter nasabahnya?
5. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya?
C. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis membatasi pada faktor penghambat
nasabah dalam pengembalikan angsuran produk pembiayaan Warung Mikro
Bank Syariah Mandiri pada cabang ataupun cabang pembantu yang memiliki
tingkat permasalahan tertentu berupa sejumlah nasabah pembiayaan
bermasalah yang termasuk dalam golongan kolektabilitas 3 hingga 5 seperti
Warung Mikro KC Ciledug, Warung Mikro KC Cipulir dan Warung Miko
KCP Bintaro Sektor III pada tahun 2013.

6

D. Perumusan Masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan
pembiayaan Warung Mikro BSM?
2. Bagaimana strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian :
a. Menganalisis faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan
pembiayaan Warung Mikro BSM.
b. Menganalisis strategi yang ditawarkan Warung Mikro BSM untuk
menangani hambatan dan kendala nasabah dalam menyelesaikan
pembiayaannya.
2. Manfaat Penelitian :
a. Bagi Penulis
Menambah

pengetahuan

mengenai

faktor-faktor

yang

menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan Warung Mikro
BSM.
b. Bagi Bank Syariah Mandiri
Penelitian ini dapat membantu Bank syariah Mandiri dalam
mengkaji

mengenai

faktor-faktor

yang

menghambat

nasabah

mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM. Serta dapat

7

dijadikan bahan pertimbangan atau referensi untuk penetapan strategi
Warung Mikro selanjutnya.
c. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan

mengenai

faktor-faktor

yang

menghambat

nasabah

mengembalikan pembiayaan Warung Mikro BSM serta strategi yang
ditawarkan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang dihadapi
nasabah dalam mengembalikan pembiayaannya.
d. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan referensi
masyarakat mengenai produk pembiayaan Warung Mikro BSM,
faktor-faktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan
Warung Mikro BSM serta strategi yang ditawarkan untuk mengatasi
hambatan dan kendala yang dihadapi nasabah dalam mengembalikan
pembiayaannya.
F. Teknik Penulisan
Penelitian ini menggunakan teknik penulisan pada buku pedoman
penulisan skripsi tahun 2012 yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan
Hukum.

8

G. Sistematika Penulisan
Untuk

pembahasan

yang

lebih

terarah

dan

memudahkan

pemahaman isi, maka penulis mengadakan pembabakan dalam 5 bab,
yaitu:
BAB I:

PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan secara singkat tentang latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, teknik penulisan, serta
sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORITIS
Bab ini menguraikan tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM), pembiayaan, Non Performing Financing
dan review studi terdahulu.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan penelitian,
metode

analisis,

jenis

dan

sumber

penelitian,

teknik

pengumpulan data serta objek penelitian.
BAB IV: WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, landasan hukum
Warung Mikro Bank Syariah Mandiri, sasaran pembiayaan

9

Warung Mikro, cakupan pembiayaan segmen mikro, fitur
produk pembiayaan segmen mikro, persyaratan pemohon,
margin, pemberian limit pembiayaan, analisa pembiayaan, dan
struktur organisasi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri.
BAB V:

PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai profil responden, faktorfaktor yang menghambat nasabah mengembalikan pembiayaan
Warung Mikro serta membahas mengenai strategi Warung
Mikro Bank Syariah Mandiri untuk membantu menyelesaikan
hambatan dan kendala

nasabah

dalam mengembalikan

pembiayaan.
BAB IV:

PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran atas penelitian
yang dilakukan penulis.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah, pengertian UMKM adalah usaha produktif
milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini.4
Sedangkan pengertian Usaha Mikro menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK/2003 tanggal 29 Januari 2003 adalah usaha
produksi milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta
rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank
paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).5
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a.

Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau

4
5

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Keputusan Menteri Keuangan No.40/KMK/2003

10

11

2) Memiliki

hasil

penjualan

tahunan

paling

banyak

Rp

300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,- (lima
ratus

juta

rupiah)

sampai

dengan

paling

banyak

Rp

10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,(dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).6

6

Bab IV Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah.

12

B. Pembiayaan
1. Pengertian Pembiayaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembiayaan adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan biaya. Pembiayaan adalah pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.7 Sedangkan menurut Undang-undang Perbankan
No.10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Warung Mikro adalah layanan di KC/KCP/UPS yang ditunjuk untuk
memasarkan, memproses dan mengelola portofolio pembiayaan segmen
mikro di Bank.Pembiayaan Mikro adalah pembiayaan bersifat produktif
kepada nasabah/calon nasabah baik perorangan ataupun badan usaha dengan
limit sampai dengan Rp 100 juta. Termasuk dalam segmen mikro adalah
pembiayaan dengan tujuan multiguna kepada nasabah perorangan dengan
limit sampai dengan Rp 50 juta yang disalurkan melalui Warung Mikro.8

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik (Depok: Gema Insani
bekerjasama dengan Tazkia Cendikia, 2002),h.160.
8
PT Bank Syariah Mandiri, “Produk Pembiayaan Warung Mikro” artikel diakses pada 17 Juli
2013 dari http://www.syariahmandiri.co.id
7

13

2. Macam-macam pembiayaan :
a.

Pembiayaan Menurut Sifatnya
Pembiayaan

merupakan suatu tugas pokok bank untuk

menyalurkan fasilitas dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua
hal, yaitu:
1) Pembiayaan Produktif
Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam arti luas seperti peningkatan usaha baik produksi,
perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan yang digunakan untuk kebututhan konsumsi
dimana habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.9
b. Pembiayaan Menurut Keperluaannya
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi
menjadi dua hal, yaitu :
1) Pembiayaan modal kerja
Pembiayaan

untuk

memenuhi

kebutuhan

untuk

meningkatkan produksi, baik secara kuantitatif dalam bentuk
jumlah

hasil

produksi,

maupun

secara

kualitatif,

yaitu

peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi. Modal kerja terdiri
9

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, h.160.

14

dari komponen-komponen yang liquid (cash), piutang dagang
(receivable), dan persediaan (inventory) yang umumnya terdiri
dari bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan
barang jadi.
2) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods). pada umumnya, pembiayaan investasi
diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya cukup lama.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah:
a) Untuk pengadaan barang modal.
b) Mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan
terarah.
c) Berjangka untuk menengah dan panjang.10
3.

Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang
dilakukan oleh bank untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang
diajukan oleh calon debitur. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh
keyakinan bahwa proyek yang akan dibiayai tersebut layak (feasible).
Bank melakukan analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah

10

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik ,h.161-167.

15

secara dini kemungkinan terjadinya default oleh nasabah. Agar bank
terhindar dari masalah yang timbul dikemudian hari.
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan
permohonan kredit calon debitur antara lain prinsip 5C (Character,
Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) :
a.

Character
Untuk mengetahui watak dan kepribadian calon debitur yang
bertujuan untuk mengetahui bahwa calon debitur mempunyai
keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar pinjamannya sampai
lunas.

b. Capacity
Untuk mengetahui kemampuan calon debitur dalam memenuhi
kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Semakin baik
kemampuan keuangan calon debitur, maka semakin baik kemungkinan
kualitas pembiayaannya, artinya dapat dipastikan bahwa pembiayaan
tersebut dapat dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
c. Capital
Untuk mengetahui seberapa banyak modal atau dana yang akan
diikutsertakan dalam proyek yang dibiayai oleh calon debitur. Semakin
besar modal yang dimiliki oleh calon debitur akan semakin
meyakinkan bank akan keseriusan calon debitur dalam mengajukan
pembiayaan. Dengan melihat debt to equity ratio perusahaan.

16

d. Collateral
Untuk menilai agunan/jaminan yang akan diberikan oleh calon
debitur sebagai antisipasi apabila calon debitur mengalami gagal bayar
terhadap pembiayaan yang diajukan. Bank tidak memberikan
pembiayaan melebihi nilai agunan.
e. Condition of Economic
Pertimbangan mengenai sektor usaha calon debitur dengan
kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, kebijakan fiskal-moneter, dan
lain sebagainya. Untuk mengetahui eksistensi usaha yang akan
dijalankan calon debitur terhadap kondisi-kondisi ekonomi yang
sedang maupun akan berlangsung.11
4.

Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Faktor-faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

pembiayaan

bermasalah yaitu :12
a. Advertisity adalah perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal ini
di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.
b.

Miss management adalah ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara
melakukan kegiatan usaha yang sehat.

11

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, (Jakarta: Kencana,
2010),h.112-114
12
Samti, Astri Marlia. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit Bermasalah
Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, 2011), h.16-17

17

c. Fraud (penyalahgunaan) maksudnya adalah ketidakjujuran debitur
dalam memberikan informasi dan laporan mengenai kegiatan
usahanya, posisi keuangan, hutang piutang, persediaan, dll.
Hal lainnya disampaikan oleh Kasmir. Dalam praktiknya kemacetan
suatu kredit disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:13
a. Dari pihak Perbankan
Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analis kurang teliti
sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya
atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi
akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan pihak debitur sehingga
dalam analisisnya dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.
b. Dari pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2
hal yaitu:
1) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk
tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga
kredit yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah mampu.
2) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar
akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai
mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan
13

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004), h. 128-129

18

sebagainya, sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak
ada.
Selain itu, analisa sebab pembiayaan bermasalah ditinjau dari sisi
nasabah:14
a. Aspek internal
1) Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut
2) Manajemen tidak baik atau kurang rapi
3) Laporan keuangan tidak lengkap
4) Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan
5) Perencanaan yang kurang matang
6) Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha
tersebut
b. Aspek eksternal
1) Aspek pasar kurang mendukung
2) Kemampuan daya beli masyarakat kurang
3) Kebijakan pemerintah
4) Pengaruh lain di luar usaha
5) Kenakalan peminjam

14

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPYKPN, 2005),h.311

19

Dalam

hal

faktor

penghambat

atau

penyebab

pembiayaan

bermasalah, penulis menyimpulkan terdiri atas :
a. Dari Pihak Perbankan
1) Kurang tepat dalam analisis pembiayaan
Ketidaktepatan

dalam

menganalisis

permohonan

pembiayaan dari nasabah akan menyebabkan terhambatnya
pengembalian pembiayaan. Hal ini dapat bersumber dari
ketidaktepatan dalam menganalisis karakter nasabah, agunan,
kemampuan membayar, dan berbagai risiko kredit lainnya.
2) Fraud yang dilakukan oleh internal Bank
Dapat terjadi akibat kolusi dari pihak analis kredit dengan
pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subyektif dan akal-akalan.15 Atau dapat pula pemalsuan dokumen
dan segala macam bentuk penyalahgunaan wewenang yang terjadi
pada internal Bank.
b.

Dari Pihak Nasabah
1) Aspek internal
a) Miss Management
Yakni ketidakmampuan debitur dalam mengelola
kegiatan usahanya dan menjaga kondisi keuangan dengan cara

15

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.128.

20

melakukan kegiatan usaha yang sehat.16 Dapat berupa kurang
cakapnya peminjam dalam mengelola usaha tersebut,
manajemen tidak baik atau kurang rapi, laporan keuangan
tidak lengkap, penggunaan dana yang tidak sesuai dengan
perencanaan, perencanaan yang kurang matang17, dan lain
sebagainya.
b) Adanya unsur kesengajaan nasabah untuk tidak membayar
pembiayaan (tidak ada itikad baik).
Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud
membayar kewajibannya kepada bank sehingga pembiayaan
yang diberikan macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur
kemauan untuk membayar, walaupun sebenarnya nasabah
mampu.18 Tidak ada itikad baik untuk mengembalikan
pembiayaan ke Bank.

Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2011),h16
17
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311.
18
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, h.129.
16

21

2) Aspek eksternal
a) Kondisi pasar yang kurang mendukung
Dapat pula berupa kemampuan daya beli masyarakat
kurang memadai, lokasi usaha yang tidak strategis, dan lainlain.19
b) Kebijakan pemerintah
Segala peraturan atau kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat yang
mempengaruhi usaha.
c) Advertisity
Yakni perubahan pada siklus usaha (bussines cycle) hal
ini di luar kontrol seperti sakit, bencana alam, dan kematian.20
Adanya unsur ketidaksengajaan yang sulit dihindari yang
mengakibatkan nasabah tidak mampu membayar.
d) Pengaruh lainnya
Segala hal yang mempengaruhi terhambatnya nasabah
dalam

mengembalikan

pembiayaannya.

Misalnya

saja

kebutuhan yang mendesak, dan lain sebagainya.

19

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.311.
Samti, Astri Marlia. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Bermasalah Oleh Debitur Gerai Kredit Verena Bogor” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, 2011), h.16
20

22

5. Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan
Ketidaklancaran nasabah dalam membayar angsuran pokok maupun
bagi hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas
pembiayaan. Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu :21
a.

Lancar atau kolektabilitas 1

b.

Perhatian Khusus atau kolektabilitas 2

c.

Kurang Lancar atau kolektabilitas 3

d.

Diragukan atau kolektabilitas 4

e.

Macet atau kolektabilitas 5

Kualitas Pembiayaan (Kolektabilitas) :
Pembiayaan bank menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan
atas risiko kemungkinan menurut bank terhadap kondisi dan kepatuhan
nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban untuk
membayar bagi hasil, mengangsur, serta melunasi pembiayaannya kepada
bank. Jadi, unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut oleh waktu
pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok
pembiayaan dan diperinci sebagai berikut.
a.

Pembiayaan Lancar (Pass)
Pembiayaan yang digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria tersebut di bawah ini.

21

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, h.312

23

1) Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif.
3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash
collateral).
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1)Diterima/umum;
(2)Permintaan cukup;
(3)Profitabilitas cukup;
(4)Persaingan minimal.
b) Perusahaan
(1)Di atas rata-rata sektor;
(2)Daya saing kuat;
(3)Produk dan pasar yang baik.
c) Keuangan
(1)Menguntungkan;
(2)Likuid;
(3)Cash flow memadai;
(4)Rasio hutang rendah;
(5)Dua sumber pembayaran kembali;
(6)Sedikit ketergantungan terhadap foreign exchange dan
stabilitas suku bunga.

24

d) Manajemen
(1)Memiliki keuntungan;
(2)Memiliki integritas;
(3)Memiliki visi strategis yang jelas;
(4)Kontrol yang baik;
(5)Eksternal audit yang baik.
e) Viability
Tidak ada risiko yang significant.
b.

Perhatian Khusus (Special Mention)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan dalam
perhatian khusus apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum
melampaui 90 hari.
2) Kadang-kadang terjadi cerukan.
3) Mutasi rekening relatif aktif.
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadapa kontrak yang diperjanjikan.
5) Didukung oleh pinjaman baru.
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1)Dipertanyakan;
(2)Pendapatan menurun;
(3)Kompetisi meningkat;

25

(4)Kompetisi harga meningkat;
(5)Biaya operasi meningkat;
(6)Dalam real estate: tingkat hunian dan/atau daya serap menurun.
b) Perusahaan
(1)Di dalam rata-rata sektor;
(2)Beberapa kelemahan dalam persaingan.
c) Keuangan
(1)Keuntungan rendah;
(2)Likuiditas dapat diterima;
(3)Rasio hutang moderat;
(4)Dua sumber pembayaran kembali;
(5)Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan bunga
pinjaman;
(6)Dapat menopang perubahan kecil foreign exchange dan suku
bunga.
d) Manajemen
(1)Mampu memenuhi syarat;
(2)Memiliki integritas;
(3)Beberapa permasalahan strategi;
(4)Perbaikan dalam kontrol;
(5)Komite pemilik dan manajemen;
(6)Eksternal audit dapat diterima.

26

e) Viability
(1)Kemauan melepaskan diri dari masalah;
(2)Kekuatan untuk menanggulangi;
(3)Pemilik dapat mendukung;
(4)Modal baru dimungkinkan jika perlu;
(5)Tidak terdapat masalah ketenagakerjaan yang berarti.
c. Kurang Lancar (Substandard)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan kurang
lancar apabila memenuhi kriteria berikut ini.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari;
2) Sering terjadi cerukan;
3) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;
4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari 90 hari;
5) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;
6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
Dengan indikator:
a) Industri
(1)Bergejolak;
(2)Pendapatan menurun;
(3)Permintaan menurun;

27

(4)Risiko liberalisasi;
(5)Risiko bahan mentah;
(6)Risiko devaluasi;
(7)Regulasi harga;
(8)Week co under preasure.
b) Perusahaan
(1)Di bawah rata-rata sektor;
(2)Tingkat kompetisi tinggi;
(3)Aspek teknologi lemah.
c) Keuangan
(1)Pendapatan rendah mendekati 0 (nol);
(2)Likuiditas rendah;
(3)Rasio hutang tinggi;
(4)Satu sumber pembayaran kembali;
(5)Aliran kas lebih rendah dari pada pembayaran pokok dan
bunga pinjaman;
(6)Aset rentan terhadap perubahan kurs foreign exchange dan
bunga;
(7)Meningkatnya masalah modal kerja.
d) Manajemen
(1)Kepastian rendah;
(2)Kurang pengalaman;

28

(3)Integritas diragukan;
(4)Tidak ada visi strategis;
(5)Kontrol yang lemah;
(6)Konflik kepemimpinan;
(7)Eksternal audit dapat lemah.
e) Viability
(1)Dukungan pemilik diragukan;
(2)Memerlukan pemasaran yang baru;
(3)Risiko masa depan yang potensial;
(4)Terdapat masalah ketenagakerjaan;
(5)Produk dan pasar tidak dapat ditingkatkan.
d. Diragukan (Doubtful)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan diragukan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga telah
melampaui 180 hari;
2) Terjadi cerukan yang bersifat permanen;
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;
4) Terjadi kapitlisasi bunga;
5) Dokumentasi

hukum

yang

lemah

pembiayaan maupun pegikatan jaminan.

baik

untuk

perjanjian

29

Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1)Tidak baik;
(2)Pendapatan 0 (nol) atau negatif;
(3)Kompetisi harga sangat tajam;
(4)Harga menurun;
(5)Memerlukan restrukturisasi operasional;
(6)Harga politis.
b) Perusahaan
(1)Jauh di bawah rata-rata sektor;
(2)Tingkat kompetisi yang sangat tinggi;
(3)Masalah teknologi yang parah;
(4)Membutuhkan modernisasi yang mendesak;
(5)Kehilangan pasar;
(6)Masalah produk;
(7)Ekspansi yang terlalu cepat.
c) Keuangan
(1)Kerugian operasional;
(2)Tidak likuid;
(3)Menjual aset untuk mempertahankan usaha;
(4)Aliran kas < pembayaran hutang;
(5)Rasio hutang sangat tinggi;

30

(6)Sumber pembayaran tidak cukup;
(7)Meningkatnya modal kerja menyembunyikan kerugian
operasional.
d) Manajemen
(1)Parah;
(2)Tidak kompeten;
(3)Tidak bisa bekerja sama;
(4)Kontrol sangat lemah;
(5)Masalah kepemilikan;
(6)Tidak ada sumber pemodalan baru;
(7)Eksternal audit yang parah.
e) Viability
(1)Masalah operasional;
(2)Kelebihan tenaga kerja yang banyak;
(3)Membutuhkan penghapusan hutang;
(4)Restrukturisasi produk;
(5)Restrukturisasi proses;
(6)Pengembalian biaya tidak penuh.

31

e. Macet (Loss)
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan macet
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut.
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari;
2) Kerugian operasional ditutu dengan pinjaman baru;
3) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Dengan indikator sebagai berikut.
a) Industri
(1)Hampir mati;
(2)Struktur industri lemah;
(3)Bersifat anakronis.
b) Perusahaan
(1)Tidak dapat berkompetisi;
(2)Ketinggalan teknologi;
(3)Produk yang lemah;
(4)Risiko negara;
(5)Peran yang sangat terbatas;
(6)Lower quartile.
c) Keuangan
(1)Kerugian yang besar;

32

(2)Penjualan aset saat merugi;
(3)Masalah kas dan hutang yang parah;
(4)Aliran kas < biaya produksi;
(5)Tidak ada sumber pembayaran (kecuali likuidasi).
d) Manajemen
(1)Sangat parah;
(2)Tidak dapat dipercaya;
(3)Sangat tidak kompeten;
(4)Kemungkinan terjadi fraud;
(5)Tidak ada kepemimpinan.
e) Viability
(1)Sangat dipertanyakan;
(2)Harus dilikuidasi;
(3)Harus dipecah-pecah;
(4)Likuidasi pada nilai dasar;
(5)Pembeli sedikit.22
C. Non Performing Financing
1.

Pengertian Non Performing Financing
Non Performing Financing merupakan pembiayaan yang sudah
dikategorikan kredit bermasalah, karena sudah terdapat tunggakan. Non

22

h.742-749.

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi,

33

Performing

Financing

disebut

juga

dengan

kredit

bermasalah,

dikelompokkan menjadi taiga, yaitu :
a. Pembiayaan Kurang Lancar
b. Pembiayaan Diragukan
c. Pembiayaan Macet
Pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang telah
disalurkan oleh bank, dan nasabah tidak dapat melakukan pembayaran
atau melakukan angsuran sesuai perjanjian yang telah ditandatangani oleh
bank dan nasabah. Pembiayaan bermasalah akan berakibat pada kerugian
bank, yaitu kerugian karena tidak diterimanya kembali dana yang telah
disalurkan, maupun pendapatan margin atau fee based income yang tidak
dapat diterima. Artinya, bank kehilangan kesempatan mendapat fee based
income, yang berakibat pada penurunan pendapatan secara total. 23 Bank
Indonesia menetapkan rasio Non Perfoming Financing netto diatas 5%
termasuk dalam kategori bermasalah.
2.

Restrukturisasi Pembiayaan
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008
tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah, pengertian restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang

23

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, h.122-123.

34

dilakukan

bank

dalam

rangka

membantu

nasabah

agar

dapat

menyelesaikan kewajibannya, antara lain melalui:
a.

Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b.

Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain
meliputi:
1) Perubahan jadwal pembayaran;
2) Perubahan jumlah angsuran;
3) Perubahan jangka waktu;
4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabahah atau
musyarakah;
5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah
atau musyarakah; dan/atau
6) Pemberian potongan.

c.

Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank;
2) Konversi akad pembiayaan;
3) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
waktu menengah; dan/atau

35

4) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan nasabah,
yang dapat disertai dengan rescheduling atau reconditioning.24
Upaya lainnya yang dilakukan bank untuk penyelamatan terhadap
pembiayaan bermasalah adalah :
a. Kombinasi
Yaitu upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah yang
dilakukan oleh bank dengan cara kombinasi antara lain :
1) Rescheduling dan Restructuring
2) Rescheduling dan Reconditioning
3) Restructuring dan Reconditioning
4) Rescheduling, Restrukturing dan Reconditioning
b. Eksekusi
Eksekusi merupakan alternatif terakhir yang dapat dilakukan
oleh bank untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah. Eksekusi
merupakan penjualan agunan yang dimiliki oleh bank. Hasil
penjualan agunan diperlukan untuk melunasi semua kewajiban
debitur baik kewajiban atas pinjaman pokok maupun margin. Sisa
atas

penjualan

agunan,

akan

dikembalikan

kepada

debitur.

Sebaliknya kekurangan atas hasil penjualan agunan menjadi
24

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah Pasal 1 no.7

36

tanggungan debitur, artinya debitur diwajibkan untuk membayar
kekurangannya. Pada praktiknya, bank tidak dapat menagih lagi
debitur untuk melunasi kewajibannya. Atas kerugian karena hasil
penjualan agunan tidak cukup, maka bank akan membebankan
kerugian tersebut ke dalam kerugian bank.25
Restrukturisasi pembiayaan hanya dapat dilakukan untuk nasabah
yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.

Nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

b.

Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi
kewajiban setelah restrukturisasi.
Restrukturisasi untuk pembiayaan konsumtif hanya dapat dilakukan

untuk nasabah yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a.

Nasabah mengalami penurunan kemampuan pembayaran; dan

b.

Terdapat sumber pembayaran angsuran yang jelas dari nasabah dan
mampu memenuhi kewajiban setelah restrukturisasi.26
Menurut Prof. Dr. H. Fatturahman Djamil, MA, dalam bukunya,

penyelesaian pembiayaan bermasalah di bank syariah, menguraikan
secara garis besar cara penanggulangan pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif (pencegahan) dan

25

Ismail, Manajemen Perbankan: dari Teori menuju Aplikasi, h.128-129.
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/9/PBI/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, Pasal 5.
26

37

upaya-upaya yang bersifat represif/kuratif. Upaya yang berifat preventif
menurutnya, dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan
nasabah, pelaksanaan analisa yang akurat terhadap data pembiayaan,
pembuatan perjanjian yang benar, pengikatan agunan yang menjamin
bank, sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap pembiayaan
yang diberikan. Sedangkan upaya-upaya yang bersifat represif adalah
upaya-upaya

penanggulangan

yang

bersifat

penyelamatan

atau

penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.27
D. Review Studi Terdahulu
1.

Skripsi