Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian Pembiayaan Murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor

(1)

BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MIKRO

BOGOR

Oleh

YUSUF KURNIAWAN PUTRA

H24104098

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PT. BANK

BNI SYARIAH KANTOR CABANG PEMBANTU MIKRO

BOGOR

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA

EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

YUSUF KURNIAWAN PUTRA

H24104098

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013


(3)

Judul Skripsi : Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian

Pembiayaan Murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor .

Nama : Yusuf Kurniawan Putra

NIM : H24104098

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA NIP. 19550626 198003 1 002

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM NIP. 19760623 200604 1 001


(4)

Nama : YusufKumiawan Putra NIM : H24104098

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. lng, DEA NIP. 19550626 198003 1 002

Mengetahui,


(5)

ABSTRAK

YUSUF KURNIAWAN PUTRA. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian Pembiayaan Murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Mikro Bogor. H. MUSA HUBEIS.

Pada sebuah perbankan risiko kredit merupakan risiko yang sangat dihindari, baik bank umum konvensional ataupun bank umum syariah. Salah satu perbankan dalam negeri yang menyalurkan kredit/pembiayaan dalam prinsip syariah adalah BNI Syariah Cabang Mikro yang kegiatan utamanya menyalurkan pembiayaan kepada nasabah, yakni para pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan pembiayaan akad murabahah guna pembiayaan investasi, modal kerja atau konsumsi dengan plafon mulai dari Rp5.000.000,- s/d Rp50.000.000,- dengan jangka waktu minimal 6 bulan dan jangka waktu maksimal 60 bulan. Pilot

project tersebut meresmikan satu unit cabang BNI Syariah Mikro dan lima unit

cabang pembantu BNI Syariah Mikro pada 20 Januari 2012 di kawasan Depok dan Bogor. Untuk mengelola pembiayaan yang disalurkan BNI Syariah Mikro pada setiap unit cabang, dilaksanakan sebuah tools Pengambilan Uang Angsuran Nasabah disebut PUAN. PUAN digunakan untuk meminimalisir pengembalian pembiayaan yang macet. Tujuan penelitian ini menganalisis pengaruh peubah kesalahan bank, kesalahan nasabah dan faktor eksternal terhadap pengembalian pembiayaan murabahah yang disalurkan. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slovin berjumlah 62 responden dengan teknik

randomsampling. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linear berganda

dari hasil uji simultan dapat dikatakan peubah kesalahan bank, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal secara bersama-sama nyata memengaruhi pengembalian pembiayaan. Sedang hasil uji terhadap parameter individual menunjukkan peubah kesalahan bank tidak nyata memengaruhi, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal. Hasil tersebut menunjukkan pengaruh nyata pengembalian pembiayaan murabahah PT. Bank BNI Syariah KCP Mikro Bogor. Kata kunci : pembiayaan murabahah, pengembalian pembiayaan.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari keluarga Bapak Deden Suharjo dan Ibu Husniah. Penulis dilahirkan di Kota Jakarta pada tanggal 03 Desember 1989. Masa pendidikan penulis dimulai dari SDN 03 Pagi Jakarta dan lulus pada tahun 2001, kemudian berlanjut pada jenjang pendidikan SLTP 276 Jakarta dan lulus pada tahun 2004 dan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 13 Jakarta dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima dan melanjutkan pendidikan di Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Akuntansi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan berhasil lulus pada tahun 2010.

Selama masa pendidikan SD hingga Diploma, penulis aktif dan berprestasi di luar kegiatan akademik seperti Oganisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Rohani Islam (Rohis) dan Tim Nasyid Sekolah. Prestasi yang sempat ditorehkan dan persembahkan untuk institusi sekolah berupa piala-piala festival nasyid antar sekolah.

Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa pendidikan tersebut penulis aktif dalam organisasi kampus yang bernama KAMUS (Keluarga Muslim Ekstensi). Selain itu, penulis juga berkerja di Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor sebagai Teller (front liner).


(7)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2012 dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian Pembiayaan Murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Mikro Bogor.

Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, keluarga, dan seluruh pihak atas segala dukungan yang diberikan baik materil,

do‟a, perhatian dan kasih sayangnya. Penghormatan dan terima kasih disampaikan kepada Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam mengarahkan dan memberikan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

Sebagaimana kodrat seorang manusia yang terlahir dengan segala kelebihan dan kekurangannya, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi skripsi yang lebih baik. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat untuk orang lain sebagai sarana referensi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Bogor, November 2013


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segenap kerendahan hati, penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak

lepas dari sentuhan dan iringan do‟a berbagai pihak yang senantiasa menuntun

penulis dalam pembuatannya. Dalam kesempatan ini, izinkan penulis untuk menyampaikan kata terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran, arahan, serta bimbingannya kepada penulis selama penyusunan usulan penelitian dan pelaksanaan hingga penyelesaian skripsi ini,

2. Dr. Mukhamad Najib,STP,MM dan Farida Ratna Dewi,SE,MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kedua orang tua berserta keluarga yang memberikan dukungannnya, baik secara moral, materil, maupun spiritual,

4. Seluruh dosen Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB beserta seluruh pegawai sekretariat,

5. Bapak Anang Wahyudi dan seluruh rekan kerja di PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk bergabung dan pengaplikasikan ilmu,

6. Riska Noviana, mahasiswi Fakultas Pertanian Jurusan Proteksi Tanaman 45 Institut Petanian Bogor,


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK Halaman

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Rumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penelitian ...4

1.4. Kegunaan Penelitian ...4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1. Bank dan Hukum Perbankan...6

2.1.1 Definisi Bank ...6

2.1.2 Definisi Hukum Perbankan...6

2.1.3 Jenis-Jenis Bank...7

2.2. Kredit Perbankan ...7

2.2.1 Pengertian Kredit ...7

2.2.2 Unsur-Unsur Perkreditan ...8

2.2.3 Jenis-Jenis Kredit ...9

2.2.4 Dasar-Dasar Pemberian Kredit Bank...9

2.2.5 Analisis Risiko ...11

2.3. Sistem Perekonomian Islam ...13

2.3.1 Pengertian Ekonomi Islam ...13

2.3.2 Konsep Dasar serta Prinsip Ekonomi Islam ...13

2.4. Bank Islam dalam Praktik ...14

2.4.1 Pengertian Syariah ...14

2.4.2 Pengertian Bank Islam ...14

2.4.3 Prinsip Bank Islam ...14

2.4.4 Fungsi dan Peran Perbankan Syariah ...15

2.4.5 Produk Perbankan Syariah ...17

2.5. Hukum Kredit ...20

2.5.1 Hukum Perjanjian Kredit ...20

2.5.2 Perjanjian Menurut Hukum Islam ...21

2.5.3 Wanprestasi Perjanjian dan Akibat-Akibatnya ...21

2.6. Hukum Jaminan ...22

2.6.1 Definisi Jaminan ...22

2.6.2 Fungsi Jaminan ...22

2.6.3 Macam-Macam Jaminan ...22

2.7. Pembinaan, Penyelamatan, Monitoring dan Penyelesaian Kredit Bermasalah ...22


(10)

2.7.1 Pengertian Kredit Bermasalah ...22

2.7.2 Penggolongan Nasabah Bermasalah ...23

2.7.3 Sebab-Sebab Terjadinya Kredit Bermasalah ...23

2.7.4 Gejala Dini Timbulnya Kredit Bermasalah ...23

2.7.5 Pembinaan, Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah ...23

2.7.6 Tindakan, Tata Cara dan Kriteria Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah ...24

2.7.7 Monitoring dan Pengawasan Kredit/Pembiayaan ...24

2.2. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...25

III. METODE PENELITIAN ...28

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ...28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...30

3.3. Hipotesis dan Peubah Penelitian ...30

3.4. Pengumpulan Data ...30

3.5. Pengolahan dan Analisis Data ...32

3.5.1 Uji Validitas ...32

3.5.2 Uji Reliabilitas ...33

2.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda ...34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...38

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ...38

4.1.1 Sejarah Singkat BNI Syariah ...38

4.1.2 Latar Belakang BNI Syariah Mikro ...39

4.1.3 Maksud dan Tujuan ...40

4.1.4 Sasaran Pembiayaan ...40

4.1.5 Produk Pembiayaan BNI Syariah Mikro ...40

4.2. Pembiayaan Murabahah oleh Bank BNI Syariah Mikro ...41

4.2.1 Persyaratan dalam Pengajuan Pembiayaan Murabahah ...41

4.2.2 Proses Pembiayaan Murabahah ...43

4.2.3 Implementasi Pembiayaan Akad Murabahah Bank BNI Syariah Mikro ... 43

4.2.4 Implementasi PUAN dalam Pembiayaan Murabahah Bank BNI Syariah Mikro ...46

4.3. Hasil Penelitian ...48

4.3.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ...48

4.3.2. Karakteristik Responden ...48

4.3.3. Uji Asumsi Klasik ...51

4.3.4. Pengujian Hipotesis ...53

4.4 Implikasi Manajerial ...56

KESIMPULAN DAN SARAN ...57

1. Kesimpulan ...57

2. Saran ...58

DAFTAR PUSTAKA ...59


(11)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Tabel outstanding Bisnis Mikro Area Bogor ...2

2. Tingkat pengembalian KCPM Bogor Grosir ...3

3. Fungsi Bank Islam ...16

4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ...16

5. Kewenangan pejabat pemutus pembiayaan ...43

6. Skema pemutus pembiayaan Mikro 2 dan 3 ...43

7. Hasil Uji Homogen ...52


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian ...29

2. Struktur organisasi kantor cabang BNI Syariah Mikro ...39

3. Alur proses pembiayaan dengan akad murabahah ...46

4. Alur proses kegiatan puan ...47

5. Penyebaran responden berdasarkan usia ...49

6. Penyebaran responden berdasarkan pendidikan ...49

7. Penyebaran responden berdasarkan bidang usaha ...50

8. Penyebaran responden berdasarkan pendapatan ...50


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner penelitian ...62

2. Hasil uji validitas ...65

3. Uji reliabilitas ...69

4. Uji normalitas ...72

5. Uji multikolinieritas ...72

6. Uji kehomogenan ragam sisaan ...73


(14)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan prinsip Syariah Islam dalam menjalankan oprasionalnya, adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Bank ini berdiri pada tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun 1992. Prakarsa pendirian bank ini datang dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Pada saat itu, bank yang berprinsip syariah ini belum disebut Bank Syariah. Ia masih disebut bank berprinsip bagi hasil, sesuai dengan penyebutan dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Namun pada Tahun 1998, UU No. 7/1992 yang memuat ketentuan bagi hasil itu, kemudian diubah dengan UU No. 10 tahun 1998. Melalui Undang-undang ini, dijelaskan 3 bentuk Bank Syariah yang bias didirikan. Pertama, Bank Syariah Murni, seperti yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia. Kedua, dengan mengonversi Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Ini dipelopori oleh Bank Syariah Mandiri. Dan ketiga, dual-banking system, yaitu Bank Konvensional yang (setelah memenuhi syarat) boleh menjalankan Unit Usaha Bank Syariah. Ini dimotori oleh BNI Syariah (Al-Jambi, 2011).

Bank Indonesia (BI) pun mencatat penyaluran pembiayaan syariah pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mencapai 70% dari total pembiayaan, atau sebesar Rp58 triliun hingga akhir September 2012. Dari segi pembiayaan secara syariah, persentase yang tersalurkan ke UMKM ini mencapai 70% dari total pembiayaan syariah atau mencapai Rp58 triliun per September 2012, baik melalui Bank Umum Syariah (BUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Adapun untuk segmen konsumer, pembiayaannya sendiri hanya mencapai Rp23,9 triliun (Sugianto, 2012).

Manisnya ranah bisnis di sektor mikro membuat lembaga keuangan berlomba-lomba untuk membuka pelayanan khusus mikro. Diantaranya adalah yang dilakukan oleh Bank Negara Indonesia Syariah yang telah spin off dengan BNI 46 yang saat ini telah menjadi Bank Umum Syariah pada 19 Juni tahun 2010 telah berkomitmen di awal tahun 2012 dengan meluncurkan layanan mikro. Dengan adanya layanan mikro tersebut, BNI Syariah ingin lebih dekat dengan masyarakat kelas bawah dan sekaligus memberikan solusi dalam pengembangan sektor riil di mikro, dengan plafon


(15)

peminjaman diberikan untuk setiap nasabah adalah antara Rp5.000.000-Rp500.000.000,- dengan akad murabahah produk mikro 2 iB Hasanah dan mikro 3 iB Hasanah. Hingga saat ini, BNI Syariah telah mempunyai 61 outlet mikro, yang terdiri dari 12 Kantor Cabang dan 49 Kantor Cabang Pembantu, di seluruh Indonesia. Dan hingga Desember 2012, penyaluran pembiayaan ke sektor usaha mikro telah mencapai Rp 265 miliar untuk 5.355 nasabah. Dari total pembiayaan tersebut, sebanyak Rp 219,4 miliar atau sekitar 82,8%, disalurkan ke sektor usaha produktif dengan fokus pada perdagangan dalam bentuk eceran. Di mana wilayah yang paling agresif dalam penyaluran pembiayaan ini adalah Sumatera dan Makasar (Meryana, 2013).

Pilot project Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah tersebut membuka satu

unit cabang BNI Syariah Mikro dan 5 unit cabang pembantu BNI Syariah Mikro di kawasan Depok dan Bogor. Unit BNI Syariah Mikro diresmikan pada tanggal 20 Januari 2012 yakni Kantor Cabang Mikro Bogor Kedung Badak dan Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor Grosir, Cibinong, Citereup, Cileungsi dan Depok. Adapaun jumlah utang debitur setiap unit cabang dan cabang pembantu mikro kawasan Depok dan Bogor pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013 dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tabel outstanding Bisnis Mikro Area Bogor

N

o Nama Unit

Outstanding

Juli Agustus September Oktober

1 Kantor cabang

Mikro Bogor Rp3,997,878,973.00 Rp3,994,718,378.00 Rp4,059,718,738.00 Rp3,899,384,908.00 2 KCP Mikro

Bogor Grosir Rp10,066,146,235.00 Rp9,880,508,893.00 Rp10,323,867,237.00 Rp10,435,074,052.00 3 KCP Mikro

Cibinong Rp5,642,847,445.00 Rp5,911,060,596.00 Rp6,060,769,607.00 Rp6,557,701,940.00 4 KCP Mikro

Cileungsi Rp6,466,492,110.00 Rp6,466,492,110.00 Rp7,472,746,989.00 Rp6,996,501,212.00 5 KCP Mikro

Citeurep Rp7,006,249,110.00 Rp7,006,249,110.00 Rp7,762,938,710.00 Rp7,935,542,326.00 6 KCP Mikro

Depok Rp6,404,350,976.00 Rp6,404,350,976.00 Rp6,848,490,458.00 Rp7,291,135,569.00

Sumber : Laporan pencairan bisnis mikro PT. Bank BNI Syariah Area Bogor (2013) Berdasarkan Tabel 1 di atas, unit yang memiliki total jumlah utang debitur terbanyak adalah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor Grosir dengan total dengan total nasabah/debitur pada akhir bulan Oktober 2013 sebanyak 127 nasabah. Sedangkan pengembalian pembiayaan pada saat jatuh tempo kantor cabang pembantu mikro Bogor Grosir pada pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2013 dijelaskan pada Tabel 2.


(16)

Tabel 2. Tingkat pengembalian KCPM Bogor Grosir

Nama Unit Rate of Return on Loan

Juli Agustus September Oktober

KCP Mikro Bogor

Grosir 98,47% 82,65% 94,19% 94,15%

Sumber : Laporan tingkat pengembalian KCPM Bogor Grosir (2013)

Salah satu cara pihak BNI Syariah unit Mikro dalam mengelola angsuran nasabah pembiayaan adalah dengan tools yang dinamakan Pengambilan Uang Angsuran Nasabah disebut PUAN. Dengan adanya tools tersebut BNI syariah mikro bertujuan memberikan layanan prima kepada para nasabah mikro dan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan pembiayaan nasabah (early warning

system) untuk meminimalisir peluang pengembalian pembiayaan atau angsuran

nasabah yang macet dengan system jemput bola mengambil uang angsuran dengan langsung mengunjungi nasabah. Namun pada kenyataannya PUAN dan tingkat pengembalian tidak berjalan mulus sesuai harapan, masih terdapat penyaluran pembiayaan yang mengalami gagal bayar dari total pencairan Juli sampai dengan Oktober yang dijelaskan pada Tabel 2. Maka rata-rata pengembalian KCPM Bogor Grosir pada periode Juli hingga Oktober 2013 sebesar 92,37%, hal ini menandakan terdapat rata-rata gagal bayar penyaluran pembiayaan periode Juli hingga Oktober sebesar 7,63%.

Dalam penyaluran pembiayaan pihak bank menggunakan rumus 5C yaitu character, capacitys, capital, collateral, dan condition of economy sebagai upaya untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah (Hermansyah, 2005). Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan macet menurut Rivai, et al (2013) adalah : (1) Karena kesalahan bank, meliputi kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah, kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali, kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat, pemberian kelonggaran terlalu banyak, kurang mengadakan review terhadap calon nasabah, kurang mengadakan kunjungan, sikap memudahkan dari pejabat bank. (2) Karena kesalahan nasabah, meliputi nasabah tidak kompeten, nasabah tidak atau kurang pengalaman, nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya, nasabah tidak jujur. (3) Faktor eksternal, meliputi kondisi perekonomian, perubahan-perubahan peraturan dan bencana alam.


(17)

Dari uraian yang telah dikemukakan maka, dilakukan penelitian berjudul

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian Pembiayaan Murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep pembiayaan akad murabahah yang diterapkan di PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor ?

2. Bagaimana secara simultan peubah kesalahan bank, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal memengaruhi pengembalian pembiayaan murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor ?

3. Bagaimana secara parsial peubah kesalahan bank, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal memengaruhi pengembalian pembiayaan

murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan konsep pembiayaan akad murabahah di PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor.

2. Mengkaji peubah kesalahan bank, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal secara simultan memengaruhi pengembalian pembiayaan

murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor.

3. Mengkaji peubah kesalahan bank, peubah kesalahan nasabah dan peubah faktor eksternal secara parsial memengaruhi pengembalian pembiayaan

murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor.

1.4. Kegunaan Penelitian

a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor dalam menganalisa calon nasabah yang dibiayai secara selektif dan berhati-hati.

b. Dapat dijadikan masukan-masukan PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor dalam mengevaluasi pembiayaan di masa mendatang. c. Dapat dijadikan materi baru evaluasi, apakah pelaksanaan sudah berjalan


(18)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang memengaruhi pengembalian pembiayaan murabahah PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor.


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank dan Hukum Perbankan 2.1.1 Definisi Bank

Definisi bank dan perbankan sesuai dengan Pasal 1 Undang-undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992, disebutkan pengertian bank adalah :

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”

Perbankan didefinisikan berikut :

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam menatalaksanakan kegiatan

usahanya.”

Menurut Hermansyah (2005), pengertian bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara, bahkan lembaga-lembaga pemerintah penyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan pengkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. Menurut Sembiring dalam Kristiyanto (2008) di dalam buku

berjudul “Hukum Perbankan” memberikan definisi bank sebagai berikut, bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak dibidang jasa keuangan, bank sebagai badan hukum berarti secara yuridis adalah merupakan subyek hukum yang berarti dapat mengikatkan diri dengan pihak ketiga.

2.1.2 Definisi Hukum Perbankan

Hukum perbankan menurut Fuady dalam Kristiyanto (2008) adalah :

“Seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, doktrin dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan sebagai lembaga dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi oleh suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak dan kewajiban, tugas dan tanggungjawab para pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa


(20)

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia perbankan tersebut.”

Menurut Djumhana (2000), ruang lingkup hukum perbankan di Indonesia meliputi hukum yang mengatur masalah-masalah perbankan yang berlaku sekarang di Indonesia. Dengan demikian berarti akan membicarakan aturan-aturan perbankan yang masih berlaku sampai saat ini, sedangkan peraturan perbankan yang pernah berlaku pada masa yang lalu, harus dibahas apabila mempunyai keterkaitan dengan ketentuan yang berlaku saat ini atau pembahasan dalam kerangka sejarah perbankan di Indonesia. Sedangkan Hukum perbankan adalah sebagai kumpulan peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala aspek, dilihat dari segi esensi dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang kehidupan yang lain.

2.1.3 Jenis-Jenis Bank

Mengenai jenis-jenis bank yang dikenal di Indonesia dapat dilihat dari ketentuan Pasal 5 Ayat (1) Undang-Undang Perbankan yang membagi bank dalam dua jenis, yaitu Bank Umum dan Bank Pengkreditan Rakyat (Hermansyah, 2005). Yang dimaksud dengan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan yang dimaksud dengan bank prekreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu litas pembayaran.

2.2. Kredit Perbankan 2.2.1 Pengertian Kredit

Secara etimologis, istilah kredit berasal dari bahasa Latin credere, yang berarti kepercayaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermansyah, 2005).

Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau


(21)

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Hermansyah, 2005).

Djumhana (2000), menyatakan kredit berasal dari bahasa Romawi “credere” yang berarti percaya. Dasar dari kredit adalah kepercayaan. Pihak yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah diperjanjikan, baik menyangkut jangka waktunya maupun prestasi dan kontra prestasinya.

2.2.2 Unsur-Unsur Perkreditan

Sebagaimana diketahui bahwa unsur esensial dari kredit bank adalah adanya kepercayaan dari bank sebagai debitur. Kepercayaan tersebut timbul karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur, antara lain jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan atau agunan, dan lain-lain. Maka dari kepercayaan tersebut adalah adanya keyakinan dari bank sebagai kreditur bahwa kredit yang diberikan akan sungguh-sungguh diterima kembali dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan.

Suyatno (1992), menjelaskan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit sebagai berikut :

a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa mendatang.

b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa mendatang.

c. Degree of Risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari

adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan maka semakin tinggi tingkat risikonya. Dengan adanya unsur risiko ini maka timbulah jaminan dalam pemberian kredit.

d. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern


(22)

sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan.

2.2.3 Jenis-Jenis Kredit

Hermansyah (2005), menjelaskan bahwa berdasarkan angka waktu dan penggunaannya kredit dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

a. Kredit Investasi, adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk memperluas pabrik, yang peluasanya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai tersebut. Jadi, kredit investasi adalah kredit menengah atau panjang yang tujuannya untuk pembelian barang modal dan jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, perluasan, proyek penempatan kembali dan/atau pembuatan proyek baru.

b. Kredit Modal Kerja, adalah kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valutas asing untuk memenuhi modal kerja dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para pihak bersangkutan dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kredit ini diberikan untuk membiayai modal kerja dan modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasi perusahaan sehari-hari.

c. Kredit Konsumsi, adalah kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala rumah tangga yang pelunasannya dari penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.

2.2.4 Dasar-Dasar Pemberian Kredit Bank

Menurut Hermanysah (2005) dalam pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank wajib memperhatikan hal-hal sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang berbunyi :

Pasal 8 Ayat (1)

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang


(23)

mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesusai dengan diperjanjikan.

Pasal 8 Ayat (2)

Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Berkaitan dengan itu, menurut penjelasan Pasal 8 Ayat (2) dikemukakan bahwa pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) yang wajib dimiliki dan diterapkan oleh bank dalam pemberian kredit dan pembiayaan adalah :

a. Pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dibuat dalam bentuk perjanjian tertulis.

b. Bank harus memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah debitur yang antara lain diperoleh dari penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan proyek usaha dari nasabah.

c. Kewajiban bank untuk menyusun dan menerapkan prosedur pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

d. Kewajiban bank untuk memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

e. Larangan bank untuk memberikan kredit atau pembiayaan berdsarkan prinsip syariah dengan persyaratan yang berbeda kepada nasabah debitur dan/atau pihak-pihak terafiliasi dan penyelesaian sengketa.

Menurut Hermansyah (2005), untuk menjaga terjadinya kredit bermasalah di kemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit dilakukan dengan Formula 5C, dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Character (Kepribadian). Bahwa calon nasabah debitur memiliki watak, moral,

dan sifat-sfat pribadi yang baik. Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang sejenis.


(24)

b. Capacity (Kemampuan). Seorang calon debitur harus pula diketahui kemampuan bisnisnya untuk melunasi hutangnya. Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika bisnisnya ataupun kinerja bisnisnya menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan, kecuali jika menurunnya dikarenakan kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka kinerja bisnisnya tersebut dapat dipastikan akan semakin membaik.

c. Capital (Modal). Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian

terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh nasabah tersebut, sehingga sumber yang telah ada dapat berjalan efektif.

d. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Bahwa dalam pemberian kredit oleh

bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi usaha pemohon kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk memperkecil risiko yang mungkin terjadi akibat oleh kondisi ekonomi tersebut.

e. Collateral (Agunan). Collateral adalah jaminan untuk persetujuan pemberian

kredit yang merupakan sarana pengaman (back up) atas risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya nasabah debitur di kemudian hari, misalnya terjadi kredit macet. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik pokok maupun bunganya.

2.2.5 Analisis Risiko

Dalam setiap pemberian kredit selalu dihadapkan pada suatu risiko. Segala risiko akan timbul terhadap permohonan yang diajukan oleh nasabah sebelum kredit tersebut diberikan. Berbagai risiko yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh pejabat kredit, dapat dikelompokan menjadi 6 jenis (Rivai et al. 2013), yaitu :

a. Risiko sifat usaha dari sifat-sifat usaha dapat diidentifikasi tinggi rendahnya tingkat risiko dengan berbagai kreteria berikut ini.

1) Semakin lamban turn over suatu usaha, maka semakin tinggi tingkat risikonya. 2) Semakin tinggi dan canggih spesifikasi dan kekhususan usaha, maka semakin


(25)

3) Semakin besar pemakaian kredit investasi untuk modal kerja semakin tinggi risikonya bila dibandingkan dengan investasi pada investasi barang modal. 4) Usaha dengan pada modal pada negara yang sedang berkembang, berisiko

lebih besar bila dibandingkan dengan usaha yang banyak mengerahkan tenaga/padat karya.

5) Sifat usaha yang memang mengandung risiko tinggi, pengeboran minyak di lepas pantai, usaha yang baru dirintis dan sebelumnya tidak dikenal atau belum diupayakan orang.

b. Risiko Geografis

Letak geografis usaha nasabah erat hubungannya dengan tingkat risiko usaha yang disebabkan seringnya terjadi bencana alam di lokasi usaha tersebut. Risiko usaha tersebut berupa : (1) Usaha peternakan dan perkebunan di daerah gunung berapi, (2) Usaha yang dibangun di daerah gempa/sering longsor, (3) Usaha yang dibangun di daerah aliran sungai yang rawan banjir.

c. Risiko Politik

Stabilitas politik merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam kegiatan perekonomian/bisnis di daerah tersebut. Untuk itu perlu kehati-hatian karena mempunyai risiko sangat tinggi dan berdampak buruk kepada kredit yang disalurkan.

d. Risiko Ketidakpastian

Faktor ini merangsang spekulasi dan setiap usaha yang didasarkan pada spekulasi akan berisiko tinggi karena sudah dapat dipastikan bahwa usaha tersebut tidak direncanakan dengan baik. Dengan demikian, untuk merencanakan kredit, informasi, mengenai usaha-usaha yang bersifat spekulatif penting untuk diwaspadai dan agar kredit yang diberikan terarah, sehingga akan mengurangi terjadinya peluang kredit bermasalah.

e. Risiko Inflasi

Kondisi inflasi yang tinggi akan berakibat risiko tinggi pula terhadap kredit yang diberikan. Meskipun nasabah telah melunasi kredit dan bunga, bila dibandingkan dengan daya beli rupiah yang menurun. Biasanya inflasi yang tinggi ditandai dengan tingkat suku bunga yang tinggi pula.


(26)

f. Risiko Persaingan.

Produksi yang dihasilkan nasabah apakah merupakan jenis produk yang telah banyak di pasaran atau mungkin merupakan produk yang telah jenuh. Di sini pejabat bank perlu memperhatikan kemungkinan risiko yang akan mengancam kredit yang disalurkan. Risiko tersebut adalah :

1) Mampu mendeteksi kemampuan nasabah membiayai usahanya, selain yang diperoleh dari bank.

2) Kemampuan menghitung berapa kebutuhan nasabah yang sesungguhnya. 3) Kemampuan menghitung nilai jaminan yang melingkup kredit yang diberikan

dengan tujuan untuk berjaga-jaga kemungkinan tidak dilunasinya kewajiban kredit.

4) Kemampuan memperhitungkan kemungkinan risiko yang dihadapi dengan pemberian kredit dan mengetahui sumber pelunasan.

5) Kemampuan mendeteksi risiko pemberian kredit yang mungkin secara kemampuan mungkin cukup baik, tetapi dari sisi moral kurang menguntungkan bagi bank.

6) Kemampuan mendeteksi mutu jaminan yang akan menimbulkan masalah dikemudian hari.

2.3. Sistem Perekonomian Islam

2.3.1 Pengertian Ekonomi Islam

Ekonomi Islam dapat diartikan sebagai ilmu ekonomi yang dilandasi oleh ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-quran, As-sunnah, Ijma‟ (kesepakatan ulama) dan Qiyas (analogi). Al-quran dan As-sunnah merupakan sumber utama sedangkan ijma‟ dan qiyas merupakan pelengkap untuk memahami Al-quran dan

As-sunnah (Sawit dalam Kristiyanto 2008).

2.3.2 Konsep Dasar serta Prinsip Ekonomi Islam

Menurut Rivai, et al (2013) konsep dasar Islam menyatakan bahwa uang bukan komoditi tetapi sebagai alat tukar, tidak mengakui konsep time value of money, tidak membolehkan praktik spekulasi, harta harus berputar dan tidak boleh berpusat pada segelintir orang, mencari nafkah hukumnya wajib dan sekaligus ibadah, berlaku adil dan transparan.


(27)

Menurut Karim (2007), prinsip ekonomi Islma diuraikan sebagai berikut : (1) Kepemilikan Multijenis, yakni mengakui bermacam-macam bentuk kepemilikan, baik oleh swasta, negara atau campuran, (2) Kebebasan Bertindak/Berusaha, yakni dengan penerapan nilai ini akan melahirkan pribadi-pribadi yang profesional dan prestatif dalam segala bidang, termasuk bidang ekonomi dan bisnis. Pelaku-pelaku ekonomi dan bisnis menjadikan nabi sebagai teladan dan model dalam melakukan aktivitasnya, (3) Keadilan Sosial, dalam Islam pemerintah bertanggungjawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keseimbangan sosial diantara yang kaya dan miskin.

2.4. Bank Islam dalam Praktik

2.4.1 Pengertian Syariah

Kata „syariah‟ diartikan sebagai aturan dalam penyebutannya sering pula

dipertukarkan dengan kata „din‟, karena makna kedua kata tersebut saling berhubungan satu sama lain, hingga menurut Rakhman dalam Rivai, et al (2013) :

„syariah‟ adalah peraturan dalam perjalanan hidup dan subjeknya adalah Tuhan, Allah

SWT. sedangkan „din‟ adalah keseluruhan kepatuhan pada perjalanan hidup itu,

sehingga subjeknya adalah manusia.

2.4.2 Pengertian Bank Islam

Pengertian bank Islam menurut Rivai, et al (2013), adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum Islam. Perbedaan antara bank Islam (syariah) dengan bank konvensional terletak pada prinsip dasar operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain yang sesuai dengan syariat Islam, karena bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan (dilarang) oleh agama Islam.

2.4.3 Prinsip Bank Islam

Menurut Rivai, et al (2013) dalam UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan disebutkan bahwa bank Islam adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam menjalankan kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam menjalankan aktivitasnya, bank Islam menganut prinsip :


(28)

a. Prinsip keadilan, prinsip tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama atara bank dengan nasabah.

b. Prinsip kemitraan, bank Islam menempatkan nasabah penyimpan/pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama antara nasabah penyimpan/ pengguna dana maupun bank sederajat sebagai mitra usaha.

c. Prinsip ketentraman, produk-produk bank Islam telah sesuai dengan prinsip dan kaidah muamalah Islam, antara lain tidak ada unsur riba dan penerapan zakat harta.

d. Prinsip transparansi/keterbukaan, melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan mutu manajemen bank.

e. Prinsip universalitas bahwa bank dalam mendukung oprasionalnya tidak membeda-bedakan suku, agama, ras, golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam sebagai „rakhmatan lil alamin‟.

f. Tidak ada riba dan laba yang wajar

2.4.4 Fungsi dan Peran Perbankan Syariah

Bank Islam mempunyai dua peran utama, yaitu sebagai badan usaha dan badan sosial. Sebagai badan usaha, bank Islam mempunyai fungsi sebagai manajer investasi, investor dan jasa pelayanan. Sementara itu sebagai badan sosial, bank Islam mempunyai fungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran zakat, infak dan sadaqah (ZIS), serta penyaluran qardhul hasan (pinjaman kebajikan). Secara singkat fungsi bank Islam dijelaskan pada Tabel 3.


(29)

Tabel 3. Fungsi Bank Islam

ber : Rivai, 2013

Dan secara rinci perbedaan bank konvensional dengan bank Islam dimuat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah

Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

Fungsi dan Kegiatan Bank Intermediasi dan Jasa Keuangan

Intermediasi, Manajer Investasi, Investor, Sosial, Jasa dan Keuangan

Mekanisme dan Obyek Usaha

Tidak anti riba dan anti masyir Anti riba dan anti masyir Prinsip Dasar Operasi - Bebas nilai (prinsip

materialis)

- Uang sebagai Komoditi. - Bunga

- Tidak bebas nilai (prinsip Syariah Islam)

- Uang sebagai alat tukar (bukan komoditi) - Bagi hasil, jual beli dan

sewa

Prioritas Pelayanan Kepentingan Pribadi Kepentingan Publik

Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi Islam dan keuntungan

Bentuk Bank Komersial Bank komersial, bank pembangunan dan bank universal

Evaluasi Nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga (creditworthiness dan collateral)

Lebih berhati-hati, karena partisipasi dalam risiko Hubungan Nasabah Terbatas dalam

debitur-kreditur

Erat sebagai mitra usaha Sumber Likuiditas Jangka

Pendek

Pasar Uang dan Bank Sentral. Pasar Uang Syariah dan Bank Sentral

Pinjaman yang diberikan Komersial dan non komersial, serta berorientasi laba

Komersial dan non komersial, berorientasi laba dan non laba.

Fungsi Bank Islam Sebagai Badan Usaha

Manajer Investasi Investor Jasa Perbankan

Fungsi Bank Sebagai Badan

Sosial

Penghimpunan dana

 Prinsip Wadiah yad Dhamanah - Giro - Tabungan  Prinsip Mudharabah - Tabungan - Deposito - Obligasi

 Prinsip Ijarah - Obligasi

Penyaluran dana

 Pola bagi hasil - Mudharabah - Musyarakah, dll

 Pola jual beli - Murabahah - Salam - Istishna, dll

 Pola sewa - Ijarah

- Ijarah wa igtina

Jasa Keuangan

 Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Ujr, Sharf, Qardh, Rahn, dll

Jasa Non Keuangan

 Wadiah yad Amanah Jasa Keagenan  Mudharabah  Muwayyadah Dana Kebajikan  Penghimpunan dan Penyaluran ZIS  Penyaluran Qardhul Hasan


(30)

Lanjutan Tabel 4.

Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

Lembaga Penyelesaian Sengketa

Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional

Struktur Organisasi Pengawas

Investasi

Dewan Komisaris

Halal, atau Haram

Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Syariah Nasional.

Halal Sumber : Ascarya (2007)

2.4.5 Produk Perbankan Syariah a. Simpanan

Menurut Pradjoto and Associates dalam Kristiyanto (2008), secara umum bank syariah dalam operasionalnya melakukan kegiatan meliputi 3 hal, yakni penghimpunan dana, penyaluran dana serta memberikan jasa perbankan lainnya. Dalam menghimpun dana, bank syariah menawarkan beberapa produk, yaitu simpanan yang dibagi dalam 2 jenis, yaitu simpanan dengan prinsip wadiah (titipan), simpanan dengan prinsip mudharabah (bagi hasil).

b. Pembiayaan

Pradjoto and Associates dalam Kristiyanto (2008) menguraikan tentang pembiayaan syariah dengan menyatakan bahwa sumber pendapatan suatu perbankan syariah berasal dari distribusi pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah, yaitu :

1) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah

2) Keuntungan atas kontrak jual beli (al-bai') 3) Hasil sewa atas kontrak ijarah

4) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa syariah lain

Berdasarkan Pasal 1 angka (12) UU No. 10 Tahun l998 tentang perbankan, dijelaskan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pradjoto and Associates dalam Kristiyanto (2008) menjelaskan bahwa pembiayaan dapat dibagi dalam beberapa jenis berikut :


(31)

a. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil 1) Mudharabah

Mudharabah merupakan penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal)

kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian menggunakan metode bagi untung rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan

nisbah (bagian keuntungan usaha bagi masing-masing pihak yang besarnya ditetapkan

berdasarkan kesepakatan) yang telah disepakati sebelumnya.

2) Musyarakah

Musyarakah merupakan penanaman dana dari pemilik dana untuk

mencampurkan dananya pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung oleh para pemilik dana berdasarkan bagian dana masing-masing.

b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah merupakan transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau upah

mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa, atau imbalan jasa sesuai dengan kesepakatan dan setelah masa sewa berakhir, maka barang dikembalikan kepada bank.

c. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli 1) Murabahah

Murabahah merupakan akad jual beli yang disepakati antara bank syariah

dengan nasabah dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku, atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank dari pemasok dan margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan sesuai kesepakatan. Kepemilikan barang akan berpindah dari bank kepada nasabah setelah akad jual beli ditandatangani. Dalam hal ini bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang (wakalah), maka akad

murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.

Dalam murabahah, cara pembayaran dan jangka waktunya disepakati oleh kedua belah pihak, dapat dilakukan secara langsung ataupun angsuran secara proporsional dan bank berwenang meminta nasabah untuk menyediakan jaminan


(32)

untuk mengantisipasi risiko, apabila nasabah tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad. Bank juga dapat meminta pembayaran uang muka (urbun) oleh nasabah saat awal akad. Selama akad jual beli belum berakhir, harga jual beli tidak boleh berubah, tetapi bila terjadi perubahan, maka akad menjadi batal.

2) Salam

Salam merupakan akad jual beli antara bank dengan nasabahnya atas suatu

barang dimana harganya dibayar oleh bank dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian oleh nasabah (produsen) kepada bank dalam jangka waktu yang telah disepakati. Selanjutnya, bank dapat menjual kembali barang tersebut kepada nasabah/pihak lain (pembeli) maupun kepada nasabah (produsen) semula secara angsuran. Syarat utama dari salam adalah jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah barang yang dijual harus jelas dan menguntungkan. Keuntungan diperoleh oleh bank dari selisih harga jual barang antara bank kepada pihak lain (pembeli) dan nasabah (produsen) kepada bank. Pada umumnya banyak dilakukan untuk pembiayaan sektor pertanian.

3) Istishna

Istishna merupakan akad jual beli yang dilakukan antara nasabah sebagai

pemesan/pembeli (mustashni) dengan bank syariah sebagai produsen/penjual (shani) dimana penjual (pihak bank) membuat barang yang dipesan oleh nasabah. Bank untuk memenuhi pesanan nasabah dapat mengalihkan pekerjaannya kepada pihak lain dan barang yang akan diperjualbelikan harus dibuat lebih dulu dengan kriteria yang jelas. Pada umumnya, pembiayaan istishna dilakukan untuk pembiayaan konstruksi.

d. Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap 1) Hiwalah

Pengalihan piutang nasabah kepada bank syariah untuk membantu nasabah mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya dan bank mendapat imbalan atas jasa pengalihan piutang tersebut. Hiwalah secara umum merupakan anjak piutang.

2) Rahn

Rahn adalah transaksi gadai antara bank syariah dengan pemilik barang yang membutuhkan dana dimana pemilik barang tersebut dapat menggadaikan barang yang dimilikinya untuk menjadikan barang tersebut sebagai jaminan hutang kepada bank,


(33)

hingga pemilik barang bersangkutan boleh mengambil barangnya setelah melunasi hutangnya kepada bank. Bank akan membebankan jasa gadai sesuai dengan kesepakatan.

3) Qard

Qard merupakan kontrak antara bank syariah dengan nasabahnya untuk memfasilitasi nasabah yang membutuhkan dana talangan segera untuk jangka waktu sangat pendek. Dalam hal ini, bank menyediakan fasilitas pinjaman dana kepada nasabah yang patut dan nasabah hanya berkewajiban mengembalikan sejumlah pinjaman, sedangkan bank dilarang meminta imbalan apapun dari nasabah, kecuali nasabah memberikan dengan suka rela.

e. Pembiayaan Multijasa

Pembiayaan multijasa merupakan pola pembiayaan yang menggunakan akad

ijarah atau kafalah. Dalam pembiayaan dimaksud, bank syariah memperoleh fee dari

imbalan jasa (ujrah) sesuai dengan kesepakatan awal, yang dinyatakan dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk persentase.

f. Produk Lainnya

Bank syariah memberikan jasa perbankan lainnya berupa : Wakalah (arranger

dan transfer), Sharf (jual beli valuta), Kafalah (garansi bank), Ijarah (sewa), Wadi‟ah Amanah (titipan), dan lain-lain.

2.5. Hukum Kredit

2.5.1 Hukum Perjanjian Kredit a. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu (Hermansyah, 2005).

b. Fungsi Perjanjian Kredit

Berkaitan dengan perjanjian, menurut Hermansyah (2005) perjanjian kredit mempunyai fungsi berikut : (1) Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, (2) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan


(34)

kewajiban antara kreditur dan debitur, serta (3) Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

2.5.2 Perjanjian Menurut Hukum Islam a. Definisi Akad (Perjanjian)

Secara khusus akada berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu. (Ascarya, 2007).

b. Rukun Akad

Menurut Jumhur Ulama (pendapat banyak ulama) rukun akad menyangkut tiga hal, yaitu pelaku akad, objek Akad, dan shighah atau pernyataan pelaku akad. Sedangkan syarat dalam akad ada empat syarat, yaitu syarat berlakunya akad, syarat sahnya akad, syarat terealisasinya akad dan syarat lazim (Ascarya, 2007).

c. Jenis-jenis Akad

Jenis-jenis akad/tarnsaksi yang digunakan pada perbankan syariah dibagi menjadi 2 (Ascarya, 2007), yaitu Tabarru (tidak mencari keuntungan) dan Tijrah

(mencari keuntungan).

2.5.3 Wanprestasi Perjanjian dan Akibat-Akibatnya

Wanprestasi timbul apabila salah satu pihak tidak melakukan apa yang diperjanjikan, mungkin alpa, lalai atau ingkar janji. Bentuk daripada wanprestasi dapat berupa empat macam (Simangunsong dalam Kristiyanto 2008), yaitu :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c. Melakukan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan

Wanprestasi (kelalaian) mempunyai akibat-akibat yang berat, maka tidak mudah untuk menyatakan bahwa seseorang lalai atau alpa. Terhadap kelalaian atau kealpaan seseorang, hukuman atau akibat-akibat yang halal ada empat macam, yaitu membayar kerugian, pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian, bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan sebelum perjanjian diadakan, peralihan risiko dan membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim.


(35)

2.6. Hukum Jaminan 2.6.1 Definisi Jaminan

Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai yang diperjanjikan. Sedangkan menurut Pasal 1 butir 23 yang dimaksud dengan agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit, atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah (Hermansyah, 2005).

2.6.2 Fungsi Jaminan

Berdasarkan pada pengertian jaminan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa fungsi utama dari jaminan untuk meyakinkan bank, atau kreditur bahwa debitur mempunyai kemampuan untuk melunasi kredit yang diberikan kepadanya sesuai dengan perjanjian kredit yang telah disepakati bersama (Hermansyah, 2005).

2.6.3 Macam-Macam Jaminan

Pengikatan jaminan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan perorangan, atau jaminan pribadi adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin kewajiban-kewajiban dari debitur. Jaminan kebendaan selalu berupa suatu bagian dari kekaydaan seseorang, si pemberi jaminan, dan menyediakannya guna pemenuhan kewajiban dari seorang debitur (Hermansyah, 2005).

2.7. Pembinaan, Penyelamatan, Monitoring dan Penyelesaian Kredit Bermasalah

2.7.1 Pengertian Kredit Bermasalah

Ada beberapa pengertian kredit bermasalah (Rivai et al. 2013), yaitu kredit yang di dalamnya belum mencapai target yang diinginkan pihak bank, kredit yang memiliki kemungkinan timbul risiko dikemudian hari, mengalami kesulitan penyelesaian kewajiban-kewajibannya baik pokok maupun bunga kredit dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran, kredit golongan perhatian khusus.


(36)

2.7.2 Penggolongan Nasabah Bermasalah

Penggolongan kredit bermasalah menurut Rivai, et al (2013), dikategorikan sebagai berikut iktikad nasabah, prospek usaha nasabah, kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek, kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek.

2.7.3 Sebab-Sebab Terjadinya Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi, di mana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung mengalami rugi yang potensi. Beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah (Rivai et al. 2013), adalah karena kesalahan bank, karena kesalahan nasabah, akibat faktor eksternal.

2.7.4 Gejala Dini Timbulnya Kredit Bermasalah

Perlu diketahui bahwa kredit tidak menjadi bermasalah secara tiba-tiba tanpa gejala. Pada umumnya kredit berkembang menjadi bermasalah melalui tahap yang ada gejalanya, sehingga gejala dini yang dapat dideteksi menurut Rivai, et al (2013) adalah ada tunggakan, mengajukan perpanjangan, saldo rata-rata menurun, hubungan dengan bank semakin menurun, masalah keluarga, penggunaan kredit tidak sesuai rencana, enggan dikunjungi.

2.7.5 Pembinaan, Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah a. Pembinaan Kredit

Pembinaan kredit adalah upaya yang dilakukan dalam mengelola kredit bermasalah agar dapat diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan tujuan dari pemberian kredit (Rivai et al. 2013).

b. Penyelamatan Kredit

Penyelamatan kredit adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan kredit bermasalah yang masih mempunyai prospek dalam usahanya, dengan tujuan meminimalkan kemungkinan timbulnya kerugian bagi bank, menyelamatkan kembali kredit yang ada agar menjadi lancar, atau memperbaiki mutu usaha nasabah (Rivai et al. 2013).

c. Penyelesaian Kredit

Penyelesaian kredit adalah upaya yang dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek setelah usaha-usaha pembinaan,


(37)

penyelamatan dan dengan jalan apapun ternyata tidak mungkin dilakukan lagi, dengan tujuan mencegah risiko bank yang semakin besar dan mendapatkan pelunasan kembali atas kredit tersebut dari nasabah dengan berbagai macam upaya yang dapat ditempuh oleh bank (Rivai et al. 2013).

2.7.6 Tindakan, Tata Cara dan Kriteria Penyelamatan dan Penyelesaian Kredit Bermasalah

Menurut Rivai, et al (2013) tindakan, tata cara dan kriteria penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah adalah :

a. Terhadap nasabah yang masih mempunyai prospek dan mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya : (1) Penagihan intensif oleh bank, (2)

Rescheduling, (3) Reconditioning, (4) Restructuring, (5) Management Assistancy,

dan(6)Penyertaan Bank.

b. Nasabah kurang mempunyai prospek dan tidak mempunyai iktikad baik untuk menyelesaikan kewajibannya : (1) Novasi, (2) Kompensasi, (3) Likuidasi, (4) Subrogasi, dan (5) Penebusan Jamina

c. Nasabah yang tidak memiliki prospek, tetapi mempunyai iktikad baik untuk melunasi kewajibannya. Terhadap golongan ini sudah tidak memiliki prospek, biasanya diberikan keringanan tunggakan bunga dan denda.

d. Nasabah yang tidak mempunyai prospek dan tidak memiliki iktikad untuk menyelesaikan kewajibannya. Penyelesaian kredit melalui pengadilan negeri dan pelelangan oleh bank.

2.7.7 Monitoring dan Pengawasan Kredit/Pembiayaan a. Pengertian Monitoring dan Pengawasan Kredit

Monitoring dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan kredit agar dapat diketahui sedini mungkin (early warning system) deviasi yang terjadi akibat penurunan mutu kredit sehingga memungkinkan bank mengambil langkah-langkah untuk tidak timbul kerugian (Rivai et al. 2013).

b. Fungsi Monitoring dan Pengawasan Kredit

Fungsi monitoring dan pengawasan kredit merupakan alat kendali apakah dalam pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan (Rivai et al. 2013).


(38)

c. Tujuan Monitoring dan Pengawasan Kredit

Tujuan monitoring dan pengawasan dari sebuah kredit menurut Rivai, et al

(2013) sebagai berikut : Sistem/prosedur dapat dilaksanakan semaksimum mungkin, penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank yang harus dikelola dengan baik, administrasi dan dokumentasi kredit harus terlaksana sesuai ketentuan, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberian kredit.

2.2. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Abdurrahman (2010), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor -Faktor yang Memengaruhi Kolektibilitas Pembayaran Kredit Bermasalah Pada Debitur Kredit Usaha Mikro PT. Bank Mandiri Tbk. Micro Business Unit Bogor

Pajajaran”. Tujuan penelitian ini : (1) Mengetahui tahapan-tahapan proses kredit di PT. Bank Mandiri MBU Bogor Pajajaran (2) Mengkaji tingkat kolektibiltas pembayaran kredit di PT. Bank Mandiri MBU Bogor Pajajaran dan (3) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kolektibilitas pembayaran kredit usaha mikro di PT. Bank Mandiri MBU Bogor

Pajajaran. Hasil analisis diperoleh dua faktor utama yang menyebabkan kolektibiltas

pembayaran kredit menjadi bermasalah di Bank Mandiri MBU Bogor Pajajaran, yaitu faktor internal (10 indikator) yang berasal dari pihak bank dan faktor eksternal (10 indikator) yang berasal dari pihak debitur. Dalam faktor internal (bank) tersebut tidak ditemukan indicator yang yang direduksi, dengan ekstraksi terbesar pada indikator kesalahan analisis (64%) dan monitoring lemah (61%). Pada faktor eksternal debitur terdapat satu indikator yang tereduksi, yaitu indikator terkena musibah, dengan esktraksi pada indikator tidak tepat (72%) dan karakter kurang baik (71%).

Haloho (2010), melakukan penlitian berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT. BPD Jabar Banten KCP

Darmaga”. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan menganalisis faktor -faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit mikro KCP Dramaga melalui karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kreditnya. Hasil menunjukan bahwa peubah independen yang nyata memengaruhi tingkat pengembalian adalah peubah usia, tingkat pendidikan dan jaminan kredit. Peubah usia berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian menandakan semakin tinggi usia debitur maka peluang pengembalian secara lancar semakin kecil. Peubah tingkat


(39)

pendidikan juga berpengaruh negatif terhadap pengembalian menandakan semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah peluang pengembalian secara lancar semakin kecil. Sedangkan besar kecilnya jaminan yang diberikan nasabah pada saat penerimaan kredit tidak dapat dijadikan patokan dalam pengembalian kredit.

Yulianti (2011), penelitian ini dilakukan pada PD. BPR BKK Wonosobo, yang merupakan lembaga keuangan yang menyalurkan kredit. Tujuan penelitian ini menganalisis adanya pengaruh faktor internal (aspek pemasaran, aspek pengaturan keuangan, aspek dana, aspek teknis dan aspek manajemen) dan faktor (kebijakan pemerintah dan perkembangan teknologi) eksternal terhadap kredit macet pada PD BPR BKK Wonosobo secara simultan maupun parsial. Hasil analisis menunjukan bahwa faktor internal dan eksternal nasabah secara simultan memengaruhi kredit macet pada PD BPR BKK Wonosobo. Secara parsial faktor eksternal memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan faktor internal dalam mempengaruhi kredit macet pada PD BPR BKK Wonosobo.

Rachmat (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pengembalian Pembiayaan Agribisnis Pada Bank Umum Syariah, Kasus Pada BMI Cabang Pembantu Depok”. Hasil penelitian dari 8 variabel yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan adalah usia, jumlah tanggungan, pendidikan terakhir, pemahaman akad, omset usaha, lama usaha, jenis usaha, dan frekuensi banyaknya pembiayaan, ternyata hanya 4 variabel yang mempunyai pengaruh nyata terhadap pengembalian pembiayaan BMI Cabang Pembantu Depok adalah tanggungan keluarga, pendapatan usaha, lama usaha dan jenis usaha. Namun variabel jumlah tanggungan keluarga dan jenis usaha mempunyai pengaruh negatif terhadap pengembalian pembiayaan.

Rasyid (2012), melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengembalian Murabahah untuk Usaha Mikro Agribisnis pada

KBMT Bil Barakah Bogor”. Tujuan penelitian (1) Mengidentifikasi karakteristik

nasabah pembiayaan murabahah pada KBMT Bil Barakah berdasarkan tingkat pengembaliannya dan (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan murabahah pada KBMT Bil Barakah untuk nasabah sektor usaha mikro agribisnis. Hasil penelitian karakteristik nasabah dengan tingkat pengembalian lancar memiliki pendidikan menyebar rata antara SD dan SMP,


(40)

tanggungan keluarga kurang dari 3 orang, tidak melakukan pinjaman pada pihak lain, omset usaha kurang dari 3 juta rupiah, pengalaman usaha kurang dari 5 tahun, jumlah pinjaman kurang dari 1 juta rupiah, memiliki frekuensi pembiayaan 6-10 kali dan pengembalian pembiayaan kurang dari 20 minggu. Nasabah dengan pengembalian tidak lancar memiliki pendidikan SD, tanggungan keluarga 4-6 orang, melakukan pinjaman pihak lain, memiliki frekuensi pembiayaan kurang dari 5 kali, omset kurang dari 3 juta rupiah, pengalaman usaha yang kurang dari 5 tahun, pinjaman kurang dari 1 juta rupiah, dan pengembalian pembiayaan 21-40 minggu. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pengembalian pembiayaan murabahah adalah jumlah tanggungan keluarga dan frekuensi pengambilan pembiayaan


(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah telah berkomitmen di tahun 2012 dengan meluncurkan layanan mikro. Dengan adanya layanan mikro tersebut, BNI Syariah ingin dekat dengan masyarakat kelas bawah dan sekaligus memberikan solusi dalam pengembangan sektor riil di mikro, dengan plafon peminjaman diberikan untuk setiap nasabah adalah antara Rp5.000.000-Rp500.000.000,- dengan akad murabahah

produk mikro 2 iB Hasanah dan mikro 3 iB Hasanah. Salah satu unit cabang pembantu

pilot project Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah Mikro dari 5 unit cabang

pembantu BNI Syariah Mikro di kawasan Depok dan Bogor, Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor Grosir yang memiliki total penyaluran terbanyak dengan total penyaluran hingga akhir Oktober tahun 2013 sebanyak Rp10.435.074,052,- dengan total nasabah sebanyak 127 nasabah. Salah satu cara pihak BNI Syariah unit Mikro dalam mengelola angsuran nasabah pembiayaan adalah dengan tools yang dinamakan Pengambilan Uang Angsuran Nasabah disebut PUAN. Dengan adanya tools tersebut BNI syariah mikro bertujuan memberikan layanan prima kepada para nasabah mikro dan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan pembiayaan nasabah

(early warning system) untuk meminimalisir peluang pengembalian pembiayaan atau

angsuran nasabah yang macet dengan system jemput bola mengambil uang angsuran dengan cara mengunjungi nasabah. Namun pada kenyataannya PUAN dan tingkat pengembalian tidak berjalan mulus sesuai harapan, masih terdapat penyaluran pembiayaan yang mengalami gagal bayar dari total pencairan Juli sampai dengan Oktober yang dijelaskan pada Tabel 2. Maka rata-rata pengembalian KCPM Bogor Grosir pada periode Juli hingga Oktober hanya sebesar 92,37%, hal ini menandakan terdapat rata-rata gagal bayar penyaluran pembiayaan periode Juli hingga Oktober sebesar 7,63%.

Menurut Riva, et al (2013) kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi, dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami rugi potensial. Oleh karena itu, bahwa lebih dini potensial problem loan ditentukan, maka akan lebih banyak laternatif dan lebih banyak peluang pencegahan kerugian bagi bank. Dengan demikian, perlu dilakukan


(42)

inventarisasi sebab-sebab timbulnya kredit bermasalah. Dalam beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah adalah :

1. Karena kesalahan bank, meliputi kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah, kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali, kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat, pemberian kelonggaran terlalu banyak, kurang mengadakan review terhadap calon nasabah, kurang mengadakan kunjungan, sikap memudahkan dari pejabat bank.

2. Karena kesalahan nasabah, meliputi nasabah tidak kompeten, nasabah tidak atau kurang pengalaman, nasabah kurang memberikan waktu untuk usahanya, nasabah tidak jujur.

3. Faktor eksternal, meliputi kondisi perekonomian, perubahan-perubahan peraturan dan bencana alam.

Kerangka pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dimuat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Rekomendasi calon debitur oleh tim analis Permohonan pembiayaan

calon debitur PT. Bank BNI Syariah Mikro Bogor

Pencairan pembiayaan pejabat berwenang dan pengelolaan

nasabah pembiayaan

Pengembalian Pembiayaan

Y

Penyebab Pembiayaan Bermasalah Kesalahan Bank

X1

Kesalahan Nasabah X2

Faktor Eksternal X3

Alternatif Kebijakan

Hubungan Pengaruh terhadap Peubah Independen Peubah

Dependen

Analisis Regresi


(43)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli-Oktober 2013 dengan tempat penelitian di PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor, Jalan Printis Kemerdekaan Ruko PBG Blok A No. 10 Bogor.

3.3. Hipotesis dan Peubah Penelitian

Bertolak pada permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya maka diajukan hipotesis berikut:

1. H0 : Kesalahan bank, kesalahan nasabah dan faktor eksternal secara bersama sama

nyata memengaruhi pengembalian pembiayaan.

2. H0 : Kesalahan bank nyata memengaruhi pengembalian pembiayaan.

3. H0 : Kesalahan nasabah nyata memengaruhi pengembalian pembiayaan.

4. H0 : Faktor eksternal nyata memengaruhi pengembalian pembiayaan.

Peubah yang digunakan dalam penelitian terdiri dari dua jenis peubah yaitu : 1. Peubah Independen

Peubah independen adalah peubah yang memengaruhi peubah dependen, baik yang berpengaruh positif maupun yang pengaruhnya negarif. Peubah ini sering disebut sebagai peubah bebas. Dalam penelitian ini, peubah independen diwakili oleh kesalahan bank, kesalahan nasabah dan faktor eksternal.

2. Peubah Dependen

Peubah Dependen merupakan peubah yang dipengaruhi oleh peubah lainnya atau peubah yang terikat oleh peubah lainnya. Dalam penelitian ini, peubah dependen yang digunakan adalah pengembalian pembiayaan.

3.4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif.

1. Data Primer

Data primer bersumber dari kuesioner berupa lampiran pertanyaan tertutup yang diberikan kepada responden/nasabah dengan populasi adalah nasabah yang sedang melakukan pembiayaan atau pernah melakukan pembiayaan di PT. BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor. Pengambilan contoh nasabah menggunakan teknik random sampling, adalah pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam


(44)

anggota populasi tersebut (Riduwan, 2009). Pengambilan contoh didasarkan banyaknya populasi dengan populasi nasabah homogen (sejenis). Karakterisitik nasabah untuk mengisi kuesioner adalah nasabah yang pernah melakukan pembiayaan

murabahah atau sedang melakukan pembiayaan murabahah di PT. Bank BNI Syariah

Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor. Contoh yang diambil adalah bagian kecil dari populasi yang dianggap mewakili dari seluruh populasi. Jumlah contoh yang akan diambil dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slovin, dengan tingkat kesalahan 10%. Rumus Slovin :

n = N

1 + N. e2 … … … …(1)

Keterangan : N = Jumlah populasi n = Jumlah contoh

e = Kesalahan pengambilan contoh 10%

n = 161

1 + 161. 10%2

n = 61,68≈ 62

Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini 62 responden merupakan nasabah pembiayaan murabahah PT. BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mikro Bogor baik yang masih melakukan pembiayaan ataupun nasabah yang pernah melakukan pembiayaan. Proporsi jumlah nasabah menunggak dari total nasabah yang menjadi responden dari penelitian ini sebesar 24,2%.

Skala yang dipakai dalam pengkuran jawaban responden \mengacu pada Skala Likert. Skala ini dipakai untuk mengukur sikap favorable (mendukung) dan

unfavorable (tidak mendukung), dimana masing-masing dibuat dengan menggunakan

skala 1-5 yang bersifat interval dan diberi skor berikut : 1. Jawaban Sangat Setuju (skor 5)

2. Jawaban Setuju (skor 4)

3. Jawaban Cukup Setuju (skor 3) 4. Jawaban Tidak Setuju (skor 2) 5. Jawaban Sangat Tidak Setuju (skor 1) 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari jurnal, artikel, majalah dan dokumen perusahaan yang telah ada.


(45)

3.5. Pengolahan dan Analisis Data

Beberapa tahapan pengolahan yang diterapkan dalam melakukan analisis dan pengolahan data dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.5.1 Uji Validitas

Menurut Arikunto (1995) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid berarti instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharunya diukur (Sugiyono, 2001).

Rumus teknik Korelasi Pearson Product Moment :

rxy =

�( )−( ). ( )

�. 2( )2 .. 2( )2 … … … …. . (2)

Dimana :

rxy = Koefisien korelasi

n = Banyaknya responden

x = Skor masing-masing pertanyaan y = Skor total

Dengan Uji-t dengan rumus : ℎ� ��

=

� �−2

1−�2

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisen korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Kaidah keputusan : jika t hitung > t tabel berarti valid

t hitung < t tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks kolerasinya (r) sebagai berikut :

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,399 : rendah


(1)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

B29 4.0333 .55605 30

B30 4.0667 .52083 30

B31 4.0333 .55605 30

B32 4.6667 .47946 30

B33 4.6667 .47946 30

B34 4.7000 .46609 30

B35 4.1667 .64772 30

B36 3.7333 1.11211 30

B37 4.6667 .47946 30

B38 4.6000 .56324 30

B39 4.3667 .49013 30

B40 4.3667 .55605 30

B41 4.3667 .55605 30

B42 4.1333 .73030 30

B43 3.9667 .76489 30

B44 3.1667 1.08543 30

B45 3.6000 1.22051 30

B46 3.9333 .90719 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B1 190.8333 228.075 .549 .927

B2 190.9333 225.995 .683 .926

B3 190.8667 226.947 .616 .927

B4 190.8667 226.947 .616 .927

B5 191.1333 223.706 .691 .926

B6 191.0667 226.616 .701 .926

B7 191.0333 226.240 .706 .926

B8 191.9000 213.266 .665 .926

B9 191.8000 221.338 .617 .926

B10 191.5667 219.564 .691 .925

B11 191.2333 225.978 .533 .927

B12 191.2667 222.823 .767 .925

B13 191.7333 220.271 .633 .926

B14 191.8000 225.545 .504 .927

B15 191.3667 227.757 .443 .928

B16 190.9000 226.024 .609 .927

B17 190.9333 227.168 .505 .927

B18 190.5333 232.257 .365 .929

B19 190.9000 232.507 .203 .930

B20 190.6667 233.057 .271 .929

B21 190.7333 233.789 .176 .930


(2)

Lanjutan Lampiran 3

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B23 190.5667 233.909 .288 .929

B24 190.6667 231.540 .363 .929

B27 190.9333 232.133 .317 .929

B28 191.0000 229.586 .432 .928

B29 191.3000 231.872 .337 .929

B30 191.2667 230.754 .434 .928

B31 191.3000 231.872 .337 .929

B32 190.6667 229.195 .583 .927

B33 190.6667 229.195 .583 .927

B34 190.6333 230.033 .540 .928

B35 191.1667 230.902 .333 .929

B36 191.6000 225.490 .334 .930

B37 190.6667 228.161 .655 .927

B38 190.7333 227.375 .600 .927

B39 190.9667 226.792 .735 .926

B40 190.9667 226.171 .682 .926

B41 190.9667 226.171 .682 .926

B42 191.2000 235.545 .081 .931

B43 191.3667 230.930 .274 .930

B44 192.1667 229.523 .218 .932

B45 191.7333 222.685 .376 .930

B46 191.4000 229.903 .260 .930


(3)

H

0

: Sebaran data menyebar normal

H

1

: Sebaran data tidak menyebar normal

Taraf Nyata 5%

Hasil

p-value

0,150 > 0,05, terima H

0

maka sebaran data memenuhi normalitas.

Taraf Nyata 10%

Hasil

p-value

0,150 > 0,1 terima H

0

sehingga sebaran memenuhi normalitas..

Lampiran 5. Uji multikolinieritas

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,8623 0,9378 0,92 0,362

x1 -0,011019 0,008751 -1,26 0,213 1,712 x2 0,05390 0,02482 2,17 0,034 1,720 x3 0,08331 0,02422 3,44 0,001 1,345

Adanya multikolinieritas,

jika nilai VIF ≥

10, Hasil diatas menunjukan nilai VIF <

10 sehingga tidak terdapat multikolinieritas pada peubah X

1

, X

2

dan X

3

.


(4)

Lampiran 6. Uji kehomogenan ragam sisaan

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 0,1247 0,0416 0,21 0,889 Residual Error 58 11,4321 0,1971

Total 61 11,5568

Hipotesis

H

0

: Ragam sisaan homogen

H

1

: Ragam sisaan tidak homogen

Taraf Nyata 5%

Terima H

0

, karena

p-value

0,889 > 0,05 (

alpha

), maka ragam sisaan homogen

pada taraf nyata 5%.

Taraf Nyata 10%

Terima H

0

, karena

p-value

0,889 > 0,1 (

alpha

), maka ragam sisaan homogen

pada taraf nyata 10%

Lampiran 7. Uji regresi linear berganda

—————

04/07/2013 10:52:05

————————————————————

Minitab

Regression Analysis: ln y versus X

1

; X

2

; X

3

The regression equation is

y = 0,862 - 0,0110 x1 + 0,0539 x2 + 0,0833 x3

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,8623 0,9378 0,92 0,362

x1 -0,011019 0,008751 -1,26 0,213 1,712 x2 0,05390 0,02482 2,17 0,034 1,720 x3 0,08331 0,02422 3,44 0,001 1,345


(5)

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 13,1122 4,3707 8,47 0,000 Residual Error 58 29,9341 0,5161

Total 61 43,0463

Source DF Seq SS x1 1 1,8866 x2 1 5,1218 x3 1 6,1038

Unusual Observations

Obs x1 ln y Fit SE Fit Residual St Resid 10 125 1,2087 2,8611 0,1229 -1,6524 -2,33R 26 123 5,2003 3,4908 0,1191 1,7096 2,41R 43 134 1,9464 2,0613 0,3975 -0,1149 -0,19 X 48 112 4,6759 3,0093 0,1442 1,6667 2,37R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

Durbin-Watson statistic = 1,77509

Uji Kehomogenan Ragam Sisaan

Regression Analysis: abs resi4 versus X

1

; X

2

; X

3

The regression equation is

abs resi4 = 0,841 - 0,00411 x1 + 0,0053 x2 + 0,0003 x3

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,8411 0,5795 1,45 0,152

x1 -0,004114 0,005408 -0,76 0,450 1,712 x2 0,00526 0,01534 0,34 0,733 1,720 x3 0,00026 0,01497 0,02 0,986 1,345

S = 0,443965 R-Sq = 1,1% R-Sq(adj) = 0,0%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P Regression 3 0,1247 0,0416 0,21 0,889 Residual Error 58 11,4321 0,1971

Total 61 11,5568

Source DF Seq SS x1 1 0,0991 x2 1 0,0255 x3 1 0,0001


(6)

Lanjutan Lampiran 7

Unusual Observations

Obs x1 abs resi4 Fit SE Fit Residual St Resid 10 125 1,6524 0,5463 0,0759 1,1061 2,53R 26 123 1,7096 0,5666 0,0736 1,1430 2,61R 43 134 0,1149 0,4408 0,2456 -0,3260 -0,88 X 48 112 1,6667 0,5845 0,0891 1,0822 2,49R 57 152 1,3574 0,4854 0,1277 0,8719 2,05R

R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage.

Durbin-Watson statistic = 2,39062

The regression equation is

y = 0,862 - 0,0110 x1 + 0,0539 x2 + 0,0833 x3

Artinya : Setiap kenaikan kesalahan bank satu satuan , maka berpengaruh negatif

terhadap pengembalian pembiayaan sebesar 0.0110 satuan , setiap

kenaikan kesalahan nasabah, maka berpengaruh positif terhadap

pengembalian pembiayaan sebesar 0.0539 satuan, dan setiap kenaikan

faktor eksternal satu satuan, maka berpengaruh positif terhadap

pengembalian pembiayaan sebsear 0.0833 satuan

Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,8623 0,9378 0,92 0,362

x1 -0,011019 0,008751 -1,26 0,213 1,712 x2 0,05390 0,02482 2,17 0,034 1,720 x3 0,08331 0,02422 3,44 0,001 1,345

S = 0,718405 R-Sq = 30,5% R-Sq(adj) = 26,9%

Uji t,

hipotesis :

H

0

: β

i

= 0, (peubah tidak mempunyai hubungan linear)