Makna Ritual Dalam Tradisi “

59 BAB IV PEMAKNAAN RITUAL DALAM TRADISI “ OMA PANGGEL PULANG ” BAGI PENGUATAN IDENTITAS SOSIAL MASYARAKAT DIASPORA NEGERI OMA Pada bab ini, penulis akan menyampaikan analisa berdasarkan temuan-temuan penulis selama melakukan penelitian didialogkan dengan teori yang ada. Dengan cara mendeskripsikan dan menganalisa makna ritual yang terdapat dalam sebuah tradisi “ Oma Panggel Pulang ” sebagai suatu penguatan identitas bagi masyarakat diaspora di negeri Oma.

4.1 Makna Ritual Dalam Tradisi “

Oma Panggel Pulang ” Kehidupan masyarakat negeri Oma dari berbagai aktivitas yang terbagi dalam dua lingkup yaitu aktivitas sebagai masyarakat Indonesia dan masyarakat Adat. Namun yang paling istimewa di Maluku Tengah ialah menjadi bagian dari masyarakat adat. Sebab pada saat ini kehidupan masyarakat Maluku Tengah masih diatur oleh sejumlah aturan-aturan yang disebut sebagai adat. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat bahwa Adat merupakan wujud ideal dalam kebudayaan yang berfungsi sebagai tata kelakuan yang mengatur, mengendalikan dan memberi arah kepada sikap dan perbuatan manusia dalam masyarakat. 1 Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan masyarakat negeri Oma. Bagi masyarakat Oma dalam budaya, menghargai dan melakukan adat berarti menghormati para leluhur. Sebab hampir sebagian masyarakat di Pulau Maluku yakin bahwa adat diturunkan oleh leluhur yang telah mendirikan persekutuan desa, dikarenakan adat berfungsi menjamin terselenggaranya relasi baik antara masyarakat dengan masyarakat maupun masyarakat dengan para leluhur. Seperti yang sangat menonjol dan dianggap sakral dalam adat-istiadat masyarak at negeri Oma adalah Tradisi “ Oma panggel pulang ” yang direalisasikan dalam bentuk pesta adat Soa Pari. 1 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan ,..., 5. 60 Tradisi ini merupakan bagian dari pesta adat masyarakat negeri Oma. Yang harus dilakukan bagi salah satu mata-rumah yang berada di negeri Oma. Tidak ada alasan untuk tidak melakukan tradisi pesta adat. Bagi masyarakat negeri Oma keberadaan tradisi sangat dijunjung tinggi dan dihormati. Dalam sebuah tradisi adanya keterlibatan dari ritual itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh beberapa para ahli yang melihat penekanan pada bentuk ritual sebagai suatu penguatan ikatan tradisi sosial dan individu dengan struktur sosial dari kelompok. Hal ini yang masih dikuatkan dan diabdikan melalui simbol-simbol ritual yang ada dalam pelaksanaan ritual. Dilihat dari pelaksanaan pesta adat Soa Pari ini menunjukan bahwa ritual sendiri yang menjadi suatu bentuk keterikatan yang kuat dalam tradisi sosial secara individu dan kelompok. Dalam artian peranan ritual bagi masyarakat Oma sangat kuat dan menonjol. Sebagaimana hal-hal yang dilakukan dalam acara pesta adat itu memiliki dampak yang positif maupun dampak negatif bagi masyarakat Oma jika tidak melakukan ritual dengan sebaik-baiknya. Sebab dengan adanya simbol, masyarakat Oma dapat memegang kuat tradisi yang sudah ada sejak dulu. Pertanyaannya adalah mengapa ritual begitu penting dalam sebuah tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari? karena bagi masyarakat Oma, ritual itu digambarkan sebagai suatu tindakan yang dirutinkan, kebiasaan yang harus dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Menurut salah seorang narasumber bahwa: “tradisi ini sudah dilakukan tiga kali dengan tujuan yang sama agar nilai-nilai leluhur yang ada di negeri Oma tidak hilang dan pudar, namun tetap dipegang oleh masyarakat negeri Oma. Dan hal ini sudah menjadi warisan turun-temurun dalam sejarah mata- rumah Soa Pari.” 2 Dalam sebuah tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari terdapat ritual yang sangat khas bagi masyarakat Oma, yakni: ritual makan bersama dan ritual tari-tarian. Menurut adat kebiasaan pada acara tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari, harus dilengkapi dengan dua hal 2 Hasil wawancara dengan Bpk J.K pada tanggal 12 Desember 2015. 61 penting ritual makan dan ritual tari-tarian yang sudah menjadi pokok utama dalam sebuah tradisi ini. Kedua ritual ini begitu penting dan merupakan inti dalam sebuah pesta adat mata- rumah Soa Pari. Sebab menurut salah satu penelitian, bahwa ritual adalah bagian dari tingkah laku yang dapat diamati, misalnya seperti pemujaan, nyanyian, doa-doa, tarian dan lain-lain. 3 Untuk dapat mengutarakan penghormatan dan menyatukan perasaan emosi bersama dalam acara pesta adat ini. Pesta adat mata-rumah Soa Pari biasanya dilaksanakan di bulan Desember, namun tidak menentu hari, tanggal bahkan tahun. Hal ini di karenakan, “pesta adat ini sangat membutuhkan dana yang cukup besar. Oleh karena itu, sangat jarang dilakukan tradisi ini. 4 Sama halnya dengan yang dikatakan oleh salah satu kapitan mata- rumah Soa Pari, bahwa tradisi ini bukan hanya dilakukan bagi masyarakat Oma yang berada di negeri Oma, namun yang berada di luar daerah atau dengan kata lain yang disebut masyarakat diaspora. Mereka semua akan berkumpul dan mengikuti acara pesta adat mata- rumah Soa Pari.” 5 Proses perayaan pesta adat mata-rumah Soa Pari merupakan peristiwa-peristiwa resmi yang bersifat tradisi atau bersifat formal. Dalam tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari terdapat 2 tahap yakni: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Dimana pada tahap persiapan terdapat alat-alat, bahan dan pelaku dalam pesta adat tersebut. Sedangkan tahap pelaksanaannya yang menjelaskan prosesi pelaksanaan tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari. 1. Tahap Persiapan Dalam menyambut pelaksanaan pesta adat mata-rumah Soa Pari, semua keluargamata-rumah Soa Pari menyambutnya dengan perasaan bahagia dan senang, karena 3 I Made Sendra, dkk., Fungsi dan Makna Upacara Ngusaba Gede Lanang Kapat ,.., 8. 4 Hasil wawancara dengan Bpk C.P pada tanggal 12 Desember 2015. 5 Hasil wawancara dengan Bpk N.R pada tanggal 22 Desember 2015. 62 dapat mengikuti acara pesta adat dan ini merupakan suatu moment kumpul bersama yang di nanti-nantikan oleh mereka setelah sekian lama baru dilakukan kembali. Pada Tahun 2015 ini persiapan untuk pelaksanaan pesta adat dari pengamatan yang didapatkan secara langsung di masyarakat sudah sangat maksimal dan baik. Menurut hasil wawancara dengan tua-tua adat mata-rumah Soa Pari , “satu malam sebelum dilakukan acara pesta adat, persiapan dilakukan di rumah tua Soa Pari untuk menyongsong hari esok. Berdasarkan tugas dan tanggung jawab masing-masing, mereka membicarakan dan mempersiapkan alat bahkan bahan-bahan sebagai simbol ritual dala m melaksanakan ritual tersebut.” 6 Oleh karena itu, simbol ritual yang digunakan oleh tua-tua adat, yakni: Sopi dimaknai sebagai minuman kehangatan yang mengikat persekutuan dan menciptakan suasana kebersamaan. Tampah Sirih dimaknai sebagai suatu lambang dari pusat persekutuan melalui makan bersama. Di dalam Tampah Sirih terdapat daun sirih, kapur sirih, tembakau dan pinang. Dengan makan bersama dalam sebuah pertemuan, maka mereka akan memiliki hubungan kekeluargaan yang erat. Demikian halnya dengan Rokok . Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukan oleh Firth 7 , dimana simbol tentunya memiliki instrumen nilai dalam sebuah ritual. Dengan demikian simbol ritual merupakan unit terkecil yang dapat mempertahankan sifat-sifat dan tingkah laku dalam ritual. 8 Ritual yang dilakukan oleh tua-tua adat mata-rumah Soa Pari juga merupakan simbol penghormatan, kepercayaan serta permohonan terhadap arwah leluhur mereka. Hal ini sama dengan memberikan sesaji bagi para leluhur. Karena itu, dengan cara memberikan sesaji merupakan cara tua-tua adat mata-rumah Soa Pari menghormati leluhur. Adapun simbol kepercayaan yang memiliki makna bahwa mereka percaya kepada leluhur mereka dan mereka menganggap bahwa leluhur sangat dekat dan selalu mendengarkan permintaan 6 Hasil wawancara dengan Bpk B.S pada tanggal 22 Desember 2015. 7 Firth, Symbols: Public and Private ,.., 76. 8 Turner, “Symbols in African Ritual”,.., 361. 63 mereka. Seperti yang dikatakan oleh Dhavamony bahwa peranan leluhur terkadang sangat berpengaruh terhadap mereka yang masih hidup, misalnya untuk melakukan suatu kegiatan terkadang mereka harus mengadakan ritual sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku untuk meminta ijin dari leluhur mereka agar tidak mendapatkan murka dan malapetaka yang dipercaya berasal dari leluhur, jika ritual tidak dilakukan. 9 Demikian halnya dengan masyarakat Oma, sebelum melakukan adat apapun yang mereka harus lakukan sesuai dengan aturan-aturan atau dengan kata lain harus seijin para Leluhur mereka. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena kepercayaan hampir di seluruh belahan dunia masih memegang dan menghormati para leluhur. Seperti yang dikatakan oleh beberapa orang tua dalam mata- rumah Soa Pari bahwa pertemuan ini dipandang sangat sakral dan tidak dapat diganggu oleh masyarakat sekitar. Dikatakan sakral, karena sudah menggunakan ritual pesta adat dengan membawa semua yang telah disediakan ke dalam rumah tua Soa Pari. Oleh sebab itu, yang menjadi pelaku dalam pelaksanaan pesta adat adalah masyarakat Oma setempat dan masyarakat diaspora yang termasuk bagian dari KeluargaMata-rumah Soa Pari. 2. Tahap Pelaksanaan Pada prosesi pelaksanaan pesta adat selain ritual pemujaan yang dilakukan oleh tua-tua adat sebelum acara puncak, maka terdapat juga ritual lainnya yakni ritual makan bersama dan ritual tari-tarian yang menjadi inti dari pesta adat mata-rumah Soa Pari. a Ritual Makan Bersama Ritual makan ini sudah menjadi ciri khas bagi masyarakat Maluku, karena sangat identik dengan budaya yang ada di Maluku. Pemahaman masyarakat Oma mengenai makan bersama ini, dalam acara ini dilakukan untuk mengikat kebersamaan antar individu, kelompok dan 9 Dhavamony, Fenomenologi Agama ,..., 89. 64 budaya sekitanya. Seperti halnya bagi masyarakat Indian mengenai Potlach 10 yang merupakan sebuah tradisi makan bersama dan dilakukan dalam peristiwa even-even tertentu. Potlach mempunyai arti dan makna khusus yang berarti “memberi”. Dalam acara Potlach ini merupakan sebuah upacara ritual yang didalamnya menampilkan tari-tarian, menceritakan legenda dari para leluhur dalam keluarga dan bernyanyi. Demikian sama halnya dengan pesta adat yang dilakukan di negeri Oma, bahwa “memberi” dapat dikonseptualkan dengan membagi kasih atau menghormati orang-orang yang ada di sekitar mereka dengan cara makan bersama. Konsep “memberi” dalam buku the Gift 11 , yang merupakan tujuan utama bagi mata-rumah Soa Pari yang melaksanakan acara pesta adat. Mauss juga menggambarkan bahwa semua ini merupakan kewajiban moral untuk dalam hal memberi, menerima dan mengembalikan hadiah itu merupakan dasar solidaritas bagi masyarakat yang sekaligus mengintegrasikan masyarakat setempat. Hal ini yang menunjukan bahwa adanya terdapat hubungan timbal balik dalam sebuah keluarga mengenai “memberi” terkhususnya dari pihak paman memberi makan kepada anak-anak. Jadi ritual makan bersama dalam pesta adat Soa Pari memiliki persamaan dengan kedua konsep yang sudah dipaparkan diatas, bagaimana dalam pelaksanaan pesta adat ini, pihak orang tua yang bertugas untuk memberi makan bagi pihak anak-anak, karena ini sudah menjadi kewajiban moral dari pihak orang tua bagi anak-anaknya. Bukan saja konsep memberi, namun menerima dan mengembalikan sesuatu yang sudah menjadi warisan turun temurun bagi masyarakat mata-rumah Soa Pari. Ini juga termasuk dalam tujuan Potlach dan memiliki kesamaan dengan tujuan pesta adat mata-rumah Soa Pari, yang dimana dalam pelaksanaan ritual makan bersama mempunyai kesempatan untuk saling berbagi dalam bentuk makan dan ritual ini untuk menjaga keseimbangan dan keterikatan antar sesama keluarga. 10 Clutesi, Potlatch ,..., 9. 11 Mauss, The Gift ,...,7. 65 Konsep makanan dalam tradisi pesta adat mata-rumah Soa Pari sama dengan konsep suku Indian, makanan yang disajikan untuk para tamu anak-anak haruslah melimpah sehingga para tamu merasa sangat puas dan tidak bisa menghabiskan makanan tersebut. Hal ini yang menjadi ciri khas dari ritual makan bersama. Bagaimana makanan yang disajikan dalam ritual ini sangat tradisional, atau makanan-makanan yang merupakan warisan dari para leluhur yang telah diturunkan tiap generasi ke generasi di negeri Oma. Misalnya pali-pali, kue cucur dan babengka, nasi putih, nasi kuning dan ayam satu ekor. Makanan-makanan ini sangat identik dengan angka 7 tujuh bagi mata-rumah Soa pari dalam pesta adat. Karena haruslah mengikuti warisan dari leluhur mata-rumah Soa Pari. Namun, menurut salah satu Ibu Rumah Tangga dalam mata-rumah Soa Pari, “karena dengan adanya perkembangan zaman juga maka dalam proses penyediaan makanan, dapat ditambahkan dengan beberapa jenis makanan lainnya, seperti ikan tumis, ikan kuning, ikan bakar, mie hun, sayur acar, sayur kacang panjang, dan lain-lainnya. ” 12 Hal ini sepahaman dengan yang dikatakan oleh Douglas, 13 bahwa makanan juga sebagai sistem komunikasi simbolis dalam sebuah acara sosial. Demikian juga sama halnya dengan Cooley 14 yang mengatakan bahwa pada umumnya masyarakat Maluku merupakan persekutuan yang terdiri dari orang-orang hidup dan juga orang mati. Dikatakan demikian karena melalui makan bersama dalam pesta adat ini, bukan orang-orang yang masih hidup saja melainkan arwah dari para leluhur juga dipersatukan dalam acara makan bersama. Secara makan bersama merupakan salah satu unsur adat yang sangat sakral bagi masyarakat Oma. Masyarakat Oma dimana saja memahami ritual makan bersama sebagai hal yang sangat penting. Meskipun mereka berada di perantauan, namun hak dan kewajiban dari mereka yang berada di tanah rantau haruslah dilaksanakan. Karena makna dari makan bersama bagi 12 Hasil wawancara dengan Ibu R.RP pada tanggal 22 Desember 2015. 13 Douglas, In The Active Voice ,..., 75. 14 Cooley, Mimbar Dan Tahta ,..., 110. 66 mereka yang disebut masyarakat diaspora ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi pribadi mereka selaku anak negeri Oma, bahwa tradisi pesta adat ini tidak dimiliki oleh negeri lain. Pesta adat Soa Pari ini dilakukan untuk mengikat orang-orang yang terlibat dalam ritual makan maupun ritual lainnya yang ada dalam acara pesta tersebut. Pemahaman ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marry Douglas yang mengatakan bahwa bagaimana makanan menjadi sebuah media relasi sosial dalam unsur merayakan peristiwa- peristiwa sosial yang terjadi dalam memaknai budaya. 15 Bagaimana makna budaya yang sangat kuat diinvestasikan dalam bentuk makanan untuk dapat menunjukan integrasi sosial antara pemberi paman soa pari dan penerima anak-anak mara pali . Integrasi sosial yang terjadi antara kedua persekutuan ini yang akan mengikat dan menyatukan emosi dan perasaan bersama mereka yang dituangkan dalam makanan. b Fungsi Tari-tarian dalam ritual. Tari-tarian merupakan salah satu ritual yang dilakukan dalam acara pesta adat untuk menyambut tamu yang menghadiri acara tersebut. Tari-tarian juga dikatakan sebagai inti dalam sebuah ritual yang dapat menyampaikan isi atau makna maupun pesan-pesan yang dikandungnya. 16 Tari-tarian ini diiringi oleh ketukan gong dan tifa yang berirama agar proses ritual dapat berjalan dengan lancar. Seperti yang sudah dipaparkan dalam bab II bahwa tari- tarian berhubungan erat dengan kepercayaan sakral atau suci. Pemujaan dan penyembahan terhadap roh leluhur dilakukan dalam bentuk tarian yang telah diwarisi tiap generasi ke generasi yang sudah ada sejak masyarakat primitif. 17 Melalui tari-tarian masyarakat Oma setempat dan masyarakat diaspora dapat melihat hal itu sebagai suatu makna yang dapat mengikat mereka dengan adat dan memperkuat komunitas norma-norma sosial serta dapat 15 Douglas, In The Active Voice ,..., 75. 16 Hadi, Sosiologi Tari ,.., 12. 17 Hadi, Sosiologi Tari ,.., 16-20. 67 melestarikan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya agar tidak pudar dan tetap dijunjung tinggi bagi budaya negeri Oma secara turun-temurun. Pemahaman ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Durkheim 18 mengenai fungsi tarian dalam konteks ritual atau upacara-upacara yang dilakukan. Dimana di setiap gerakan-gerakan yang diciptakan dalam sebuah tarian dalam proses penyambutan yang dilakukan oleh pihak paman terhadap pihak anak-anak, itulah yang menunjukan ekspresi dari emosi kolektif bersama yang diresapi dalam diri setiap individu yang menyaksikannya. Dengan demikian ekspresi yang mereka tunjukan dapat memperlihatkan dan meluapkan emosi yang mereka rasakan, baik perasaan senang atau kekaguman mereka terhadap tarian adat tersebut. Karena melalui keterlibatan individu dalam sebuah pemujaan maupun penyembahan dari tari-tarian, maka setiap individu yang bergabung dalam kehidupan kolektif dan dapat diikat dalam sebuah kebersamaan. Sebagaimana hal ini terjadi dalam proses pesta adat mata-rumah Soa Pari dan merupakan suatu kepercayaan tersendiri bagi mata-rumah Soa Pari bahkan seluruh masyarakat Oma. Bahwa hal ini sudah menjadi kewajiban yang harus tetap dilestarikan turun temurun tiap generasi ke generasi sampai kapanpun. Dengan demikian tujuan pesta adat mata-rumah Soa Pari adalah untuk dapat mengajarkan anak-anak maupun orang tua mengenai saling memberi, menghormati, menyayangi satu sama lain, dan tidak melupakan nilai-nilai keyakinan terhadap leluhur dalam budaya agar tetap dijunjung dan dipegang erat oleh seluruh keluargamata-rumah Soa Pari. Seperti yang dikatakan Roy Rappaport 19 bahwa ritual tidak dapat terpisahkan atau terlepaskan dari pengaruh lingkungan sekitar, sebab ritual sudah menjadi bagian juga dalam unsur-unsur kebudayaan. 18 Durkheim, The Elementary Forms ,.., 319,531-539. 19 Rappaport, Pigs For the Ancestors: Ritual ,.., 1. 68 Hal ini hampir sama dengan yang dikatakan oleh Van Gennep, 20 bahwa dalam ritual- ritual yang dilakukan oleh masyarakat Oma setempat dan masyarakat diaspora akan terdiri dari 3 fase dalam menjalankan proses ritual, yaitu: Pertama, fase pemisahan, dimana masyarakat setempat dan masyarakat diaspora dipisahkan atau dibedakan dalam sebelum acara pesta adat. Kedua, fase transisi atau liminalitas, dimana dalam acara pesta adat ini. kedua masyarakat setempat dan masyarakat diaspora saling beradaptasi dan terdapat perubahan dengan sesuai peranan yang baru dalam acara tersebut melalui ritual makan bersama. Ketiga , fase penggabungan, dimana dalam acara pesta adat ini, masyarakat setempat dan masyarakat diaspora melakukan suatu hal yang mengintergrasikan atau menggabungkan atau menyatukan peranan baru mereka dalam sebuah lingkungan pesta adat. Seseorang yang secara individual dimasukan atau tergabung dalam sebuah kelompok kolektif yang memiliki makna dan tujuan bersama dalam proses pesta adat ini. Lebih lanjut yang menjadi inti dalam pesta adat mata-rumah Soa Pari adalah bagaimana seseorang mengalami transisi liminalitas dalam acara pesta adat ini. Karena jika seseorang mengalaminya maka dirinya dapat meresapi ritual yang ada. Seperti yang dikatakan oleh Parson, 21 bahwa pesta adat akan menjadi suatu pengulangan sentimen yang tetap, dimana pengulangan pada perbuatan bukan hanya dilihat mengenai kebersamaan yang ditunjukan oleh manusia melainkan justru memperkuat sikap-sikap yang ada dalam sebuah komunitas. Pesta adat dapat dilakukan berulang-ulang, namun pemaknaan akan ritual yang di dapatkan atau ditunjukan bagi masing-maing individu itulah yang harus diperkuat. Dengan demikian Dhavamony menunjukan fungsi ritual itu yang baik ada pada tingkatan individu maupun kelompok masyarakat. 22 Kedua para ahli ini mengutarakan teorinya dalam konteks mereka, namun konteksnya tidak berbeda jauh dengan yang terjadi 20 Gennep, The Rites of Passage ,..., 11. 21 Parson, The Structure of Social Action ,.., 435. 22 Dhavamony, Fenomenologi Agama ,..., 147. 69 bagi masyarakat setempat dan masyarakat diaspora dalam proses pesta adat mata-rumah Soa Pari. Mereka sama-sama dapat menyalurkan dan mengekspresikan emosi, menuntut dan memberi dukungan, membawa perubahan, serta fungsi yang sangat penting dalam penyembahan dan penghormatan terhadap leluhur.

4.2 Identitas Masyarakat Diaspora

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB II

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB IV

0 0 33

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 88

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB II

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB V

0 2 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 1