Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB IV

(1)

44 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pulau Haruku merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Kecamatan Pulau Haruku terdiri dari 12 desa, diantaranya Haruku-Sameth, Rohomoni, Kabauw, Kariu, Ori, Namaa, Waimital, Hulaliu, Naira, Aboru, Wasu dan Oma. Namun kedua belas desa ini dalam penyebutannya selalu berbeda-beda karena masyarakat masih menggunakan sebutan yang dipakai para leluhur seperti sebutan Negeri bukan desa. Salah satu desa yang memakai sebutan Negeri adalah Oma. Negeri Oma sendiri merupakan desa yang paling ujung dalam wilayah kerja Kecamatan Pulau Haruku.


(2)

45

Bagian yang diberi lingkaran merah adalah Negeri Oma. Negeri Oma merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Dengan luas wilayah 12.250 m² dan jumlah jiwa 2.591 jiwa. Negeri Oma berbatasan sebelah utara dengan Negeri Pelau, Sebelah Timur dengan Negeri Wasu, sebelah barat dengan Negeri Sameth dan sebelah Selatan dengan laut Banda. Tingkat pendidikan penduduk Negeri Oma antara lain TK, SD, SMP, SMA dan ada juga yang Sarjana. Mata pencaharian penduduk Negeri Oma berbeda-beda antara lain Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Swasta, Wiraswasta, Petani, Nelayan dan Tukang Bangunan.

Negeri Oma merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Jarak antara Negeri Oma dan Kecamatan Pulau Haruku kurang lebih 7 km. Di Negeri Oma sendiri tidak terdapat puskesmas induk melainkan Pustu (Puskesmas Pembantu).

Negeri Oma mempunyai 2 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dengan jumlah kader 10 orang. Akses menuju posyandu terjangkau oleh warga yang tinggal di Negeri Oma, biasanya warga sering berjalan kaki untuk menuju posyandu. Kegiatan Posyandu rutin diadakan setiap satu bulan sekali pada


(3)

46

minggu kedua bulan berjalan. Pelayanan kesehatan yang dijalankan oleh Posyandu meliputi pemeliharaan kesehatan bayi dan balita, pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui serta status gisi bayi dan balita.

Salah satu pelayanan dalam pemeliharaan kesehatan bayi dan balita adalah imunisasi bayi usia 0-12 bulan. Pelayanan imunisasi di posyandu dilakukan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku yaitu Jurim (juru imunisasi). Hal ini terjadi karena petugas pustu di Negeri Oma tidak bisa melakukan imunisasi secara langsung, petugas hanya bisa memberikan vaksin TT pada ibu hamil saja karena petugas pustu Negeri Oma tidak mengikuti pelatihan sebagai jurim (juru imunisasi). Selain tidak mengikuti pelatihan, fasilitas dari Pustu sendiri tidak memadai seperti tidak tersedianya vaksin yang disimpan di Pustu desa karena Pustu tidak menyediakan tempat penyimpanan vaksin sehingga vaksin disimpan di Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku. Pencatatan imunisasi menggunakan buku laporan imunisasi posyandu, kemudian dilaporkan ke jurim (juru imunisasi) puskesmas Kecamatan Pulau Haruku. Ketika dilakukan pelaksanaan tugas, kader posyandu selalu didampingi oleh petugas dari pustu dan puskesmas Kecamatan Pulau Haruku. Apabila kader menemui masalah, kader harus berkonsultasi dengan petugas kesehatan yang ada.


(4)

47 Tabel. 4.4

Jumlah Petugas Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku

TINGKATAN HONOR TETAP

Dokter - 1 Orang

Bidan D3 2 Orang 1 Orang

Bidan D1 - 2 Orang

SPK - 2 Orang

Gizi 1 Orang -

S1 Kesehatan Lingkungan

- -

D3 Farmasi 1 Orang -

Total 4 Orang 6 Orang

(Sumber : Petugas Kesehatan Kecamatan Pulau Haruku, 2016)

Tabel diatas menjelaskan tentang jumlah petugas kesehatan yang bertugas di Puskesmas Inti yaitu Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku. 3 orang dari petugas kesehatan yaitu 2 orang bidan dan 1 orang petugas gizi yang selalu bertugas dalam pemberian imunisasi dasar pada infant di Negeri Oma.


(5)

48 Tabel 4.5

Jumlah Petugas Pustu Negeri Oma

(Sumber : Petugas Pustu Negeri Oma, 2016)

Tabel yang dicantumkan diatas adalah tabel yang berisi jumlah petugas kesehatan di Pustu Negeri Oma yang sehari-hari menjalankan tugasnya dalam melayani masyarakat di Negeri Oma. Pada saat dilakukannya posyandu petugas kesehatan dari Pustu selalu mendampingi petugas kesehatan dari Puskesmas Kecamatan dalam pemberian imunisasi dasar. Petugas kesehatan dipustu hanya memberikan vaksin TT kepada para ibu hamil.

Dari total bayi yang terdaftar diposyandu sebanyak 45 bayi, 22 bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap, sedangkan 10 bayi lainnya melakukan imunisasi tempat yang lain karena pindah mengikuti orang tuanya, serta 13 bayi lainnya yang imunisasi dasarnya tidak lengkap. 13 bayi ada yang tinggal bersama kakek dan neneknya karena orang tuanya bekerja di

TINGKATAN HONOR TETAP

Bidan - 2 Orang

SPK - 2 Orang


(6)

49

tempat lain sehingga anaknya tidak dibawa melainkan dititipkan kepada kakek dan neneknya untuk dijaga

4.2 Gambaran Umum Informan

Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Dua dari enam informan merupakan Petugas Kesehatan, salah satu informan bertugas di Puskemas Kecamatan Pulau Haruku dan yang satunya lagi bertugas di Pustu Negeri Oma, empat partisipan lainnya merupakan ibu-ibu yang memiliki cucu yang berusia 0-12 bulan dengan status imunisasi yang tidak lengkap. Lima informan berdomisili di Negeri Oma sedangkan satu informan lagi berdomisili di Desa Haruku.

Tabel 4.2.1 Karakteristik Informan Penelitian

Jumlah Partisipan

Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

Informan 1 Informan 2 Informan 3 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Ibu L Ibu M Ibu B Ibu S Ibu D Ibu S 49 thn 43 thn 59 thn 50 thn 49 thn 47 thn Bidan D1 D2 SMA SMA SMP Bidan Bidan Guru Ibu RT Ibu RT Ibu RT


(7)

50 1. Informan 1

Ibu S merupakan seorang bidan yang bertugas di Puksesmas Kecamatan Pulau Haruku. Ibu S berdomisi di Desa Haruku, riwayat pendidikan Ibu S sampai dengan diploma 3 kebidanan. Selain bertugas sebagai bidan di Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku, ibu S juga merupakan Jurim (juru imunisasi) yang selalu bertugas dalam pemberian imunisasi pada infant di Negeri Oma.

2. Informan 2

Ibu M adalah seorang bidan yang bertugas di Pustu Negeri Oma. Ibu M sendiri berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan terakhir Ibu M adalah Diploma 1 kebidanan. Setiap diadakannya posyandu Ibu M selalu membantu petugas kesehatan dari Kecamatan Pulau Haruku dalam pemberian imunisasi sehingga itu menurut peneliti Ibu M bisa dijadikan informan karena Ibu M mengetahui tentang pemberian imunisasi di Negeri Oma.

3. Informan 3

Ibu B merupakan seorang nenek yang memiliki cucu berusia 12 bulan. Ibu B berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan ibu B adalah Diploma 2 Keguruan. Sehari-hari


(8)

51

ibu B berprofesi sebagai guru disalah satu sekolah dasar di Negeri Oma. Ibu B hanya tinggal berdua bersama cucunya ini terjadi karena orang tua sang bayi bekerja diluar kota sehingga anaknya dititipkan kepada Ibu B untuk mengasuhnya.

4. Informan 4

Ibu S merupakan seorang nenek yang memiliki cucu berusia 11 bulan. Ibu S berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan sampai dengan tingkat SMA. Ibu S sehari-harinya berkerja sebagai ibu rumah tangga sedangkan suaminya bekerja sebagai petani.

5. Informan 5

Ibu D mempunyai seorang cucu berusia 12 bulan. ibu D berdomisili di Negeri Oma, sehari-harinya Ibu D hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan suaminya seorang PNS. Riwayat pendidikan ibu D sampai dengan tingkat SMA.

6. Informan 6

Ibu S memiliki cucu berusia 12 bulan. Ibu S berdomisili di Negeri Oma, riwayat pendidikan ibu S sampai dengan tingkat SMA. Sehari-hari ibu S hanya bekerja


(9)

52

sebagai ibu rumah tangga sedangkan suaminya adalah seorang petani.

4.3 Proses Pelaksanaan Penelitian

4.3.1 Persiapan Penelitian

Dalam sebuah penelitian pasti memerlukan suatu persiapan yang baik agar penelitian tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar. Pada penelitian ini, peneliti telah melakukan beberapa persiapan seperti, mempersiapkan pedoman wawancara penelitian, dan menyiapkan segala administrasi yang diperlukan selama penelitian, seperti mengurus bukti pengantar persetujuan penelitian yang akan diberikan kepada Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Maluku Tengah, serta surat pengantar kepada Kepala Pemerintahan Negeri Oma. Selain itu Peneliti juga menyiapkan surat persetujuan wawancara atau Informed consent yang akan diberikan sebagai bukti persetujuan informan. Dalam proses wawancara didukung oleh alat perekam yaitu handphone yang peneliti gunakan untuk merekam wawancara yang berlangsung dan juga alat tulis menulis untuk mencatat data-data yang perlu ditambahkan pada saat wawancara berlangsung.


(10)

53 4.3.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini berlangsung pada tanggal 22 April 2016 hingga 14 Mei 2016. Waktu wawancara yang dilakukan pada informan berbeda-beda antara satu dengan yang lain karena disesuaikan dengan situasi serta kesediaan dari informan agar tidak mengganggu waktu informan. Setiap akan melakukan wawancara, peneliti melakukan kontrak waktu terlebih dahulu dengan menemui informan langsung dirumah, di puskesmas dan di pustu (puskesmas pembantu). Setelah itu peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, mengucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan informan karena informan tersebut telah bersedia untuk diwawancara, yang ditandai dengan penandatanganan informed consent, kemudian peneliti meminta ijin untuk merekam seluruh kegiatan wawancara yang akan berlangsung dengan informan dari awal mulainya wawancara sampai selesai.

Kemudahan yang didapat peneliti selama melakukan penelitian ini adalah keenam informan yang bersedia menjadi informan dalam penelitian dan tidak pernah mengajukan penolakan sama sekali, selain itu keenam informan juga tidak susah ditemui serta selalu


(11)

54

bersikap ramah dan sopan sehingga wawancara dapat berlangsung dengan baik.

Selain kemudahan yang didapat dalam penelitian ini, peneliti juga mendapatkan kendala saat melakukan penelitian. Diantaranya ketika peneliti melakukan wawancara dengan salah satu informan yang bertugas sebagai bidan di Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku, pada saat yang sama ibu bidan sedang menjalankan tugasnya sebagai petugas kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pulau Haruku. Sehingga disela-sela wawancara selalu ada pasien yang datang untuk berobat akibatnya sesekali proses wawancara terhenti. Solusi yang digunakan peneliti untuk hal ini adalah peneliti tetap menunggu ibu bidan selesai melakukan tugasnya untuk merawat pasien setelah itu jika sudah selesai maka proses wawancara peneliti lanjutkan.


(12)

55 4.4 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian ini didapatkan lima tema yang mendasari hasil penelitian dan berguna untuk menjawab tujuan penelitian.

1. Tema 1 : Pengetahuan Ibu

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan 3,4,5,6 ditemukan bahwa salah satu informan dalam hal ini informan 6 tidak membawa anaknya untuk diberikan imunisasi, karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu sendiri. ibu merasa tidak mengetahui dengan benar pentingnya diberikan imunisasi serta dampak yang terjadi dari tidak diberikannya imunisasi. Berikut adalah pernyataan salah satu informan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu :

Tidak tahu. (Inf 6. 1165)

“Saya sendiri hanya orang desa yang tidak mengerti benar dengan apa itu imunisasi sehingga pemahaman saya soal imunisasi itu bisa dibilang tidak ada. (Inf 6. 1200)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang mendorong ketidaklengkapan pemberian imunisasi dasar adalah kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu, ibu


(13)

56

merasa penting untuk mengetahui pentingnya suatu imunisasi serta manfaat diberikan imunisasi. karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki ibu inilah sehingga kepercayaan ibu tentang imunisasi berkurang dan mengakibatkan ibu tidak membawa anak untuk diberikan imunisasi.

2. Tema 2 : Ketidakpatuhan ibu dalam pemberian imunisasi.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan keenam informan ditemukan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan ketidakpatuhan ibu dalam membawa anaknya untuk diberikan imunisasi. ketidakpatuhan ibu yang dimaksudkan peneliti disini adalah ibu merasa malas untuk mambawa anaknya diberikan imunisasi dengan alasan tertentu, seperti kesibukan dan anak yang sedang mengalami sakit. Berikut adalah pernyataan 5 informan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan oleh ketidakpatuhan ibu dalam pemberian imunisasi :

Pernyataan dari ibu yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan oleh ketidakpatuhan ibu :

“Karena saya tidak punya asisten rumah tangga maka saya meminta bantuan saudara saya untuk membawa anak ini ke posyandu untuk diimunisasi tetapi karena waktu itu saudara saya lupa membawa buku imunisasi anak ini maka waktu


(14)

57

sampai disana petugas disana tidak mau memberikan imunisasi, dengan demikian saya memutuskan bahwa hari itu juga menjadi hari terakhir anak itu dibawa ke posyandu.” (Inf 3. 370)

Pernah suatu kali anak ini sakit tetapi karena pada waktu itu juga ada pengumuman pemberian imunisasi maka saya tetap membawanya tetapi petugas tidak bisa memberi imunisasi karena anak ini sakit. Sesudah itu ketika ada lagi imunisasi tetapi pada waktu yang sama anak ini sakit maka saya tidak membawanya lagi.” (Inf 4. 660)

“Jadwal imunisasi itu kan sudah ditentukan tetapi pada kenyataannya kadang terlambat dari jadwal diberikan, memang benar imunisasi itu penting tapi jika pada hari yang tentukan tidak diberikan imunisasi dan dirubah ke hari yang lain kita juga kan punya hal yang lain untuk dikerjakan, saya sendiri juga hanya tinggal bersama cucu dan mertua saya. suami saya kan bekerja dikota, saya tidak mungkin menitipkannya untuk orang lain bawa ke tempat imunisasi. maka dari itu kadang imunisasi anak ini tidak sesuai dengan jadwalnya karena tidak saya bawa pada saat imunisasi yang sudah ditentukan.” (Inf 5. 940)


(15)

58

Pernyataan dari Petugas Kesehatan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi disebabkan ketidakpatuhan ibu :

“...yang tidak datang mungkin karena dia belum memahami benar atau karena sibuk dengan pekerjaan atau mungkin juga karena malas”. (inf 1. 30)

“....ada yang rajin ada juga yang malas....” (Inf 2. 115) Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan ketidakpatuhan dari ibu sendiri, dimana ibu merasa malas untuk membawa anaknya ke posyandu sehingga pemberian imunisasi dasar kepada anak menjadi tidak lengkap

3. Tema 3 : Pemberian penyuluhan tentang imunisasi dari petugas kesehatan.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 2 informan yaitu petugas kesehatan ditemukan bahwa petugas kesehatan sudah melakukan penyuluhan kesehatan tentang imunisasi, namun kurangnya pastisipasi dari para ibu untuk membawa anaknya diberikan imunisasi. Berikut adalah pernyataan 2 informan yang menyatakan sudah memberikan penyuluhan kesehatan :


(16)

59

”...petugas kesehatan sering memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dasar.” (Inf 1.15)

“Pada saat kami turun ke desa untuk melakukan posyandu, sebelum dilakukannya imunisasi kami memberikan sedikit penyuluhan kepada para ibu agar ibu-ibu bisa mengerti kegunaan imunisasi itu sangat penting bagi anak-anaknya.” (Inf 1. 20)

“jika ada yang sudah paham mereka tetap datang membawa anaknya diimunisasi, misalnya dari 100 mungkin hanya 1 saja yang tidak datang mungkin karena dia belum memahami benar atau karena sibuk dengan pekerjaan atau mungkin juga karena malas..” (Inf 1.30)

“....Misalnya Sebelum dijalankannya posyandu bidan harus memberikan penjelasan tentang imunisasi seperti bagaimana cara imunisasi supaya bayi itu tetap sehat.” (Inf 2.95)

“Pada saat membantu dalam proses persalinan bidan mengingatkan kepada ibu untuk diberikannya imunisasi dasar yang pertama yaitu HB0 selain itu juga pada saat dilakukannya posyandu juga dilakukan penyuluhan lagi tentang pentingnya imunisasi.” (Inf 2.105)


(17)

60

“...Tidak terlalu, karena ada yang rajin ada juga yang malas ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya imunisasi... (Inf 2.115)

Namun hasil wawancara ini tidak sejalan dengan wawancara informan 6, dengan tanpa menyakan pada informan, informan sendiri yang menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak pernah memberikan penyuluhan tentang imunisasi. Berikut adalah pernyataan informan 6 :

“...karena disini petugas tidak pernah memberikan pengarahan kepada kami sehingga kami tidak tahu imunisasi apa yang diberikan setiap bulannya.” (Inf 6. 1165)

“...seharusnya para petugas kesehatan atau suster-suster disini memberi pengarahan atau pemahaman kepada kami apa itu imunisasi, bergunanya untuk apa dan sebagaianya tetapi pada kenyataanya tidak ada pemberian informasi sama sekali kepada kami para orang tua sehingga kami juga dan terkhusus saya sendiri tidak terlalu mengerti.” (Inf 6.1200)

Pernyataan ini juga didukung dari data obeservasi yang langsung diakukan peneliti saat observasi posyandu. Dapat


(18)

61

dilihat jua bahwa penyuluhan tidak bisa dilakukan dengan baik, karena fasilitas yang tidak memadai ditambah lagi kegiatan posyandu dan imunisasi dilaksanakan dirumah warga yang sangat dekat dengan jalan raya. sehingga tidak akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan penyuluhan dengan keadaan seperti itu.

4. Tema 4 : Sikap petugas kesehatan dalam pelayanan imunisasi

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 2 informan ditemukan bahwa sikap petugas kesehatan pustu yang kurang baik dalam pemberian imunisasi maupun dalam pelayanan kesehatan. Kurang baik yang dimaksudkan disini adalah saat melayani petugas sering berbicara dengan intonasi suara yang agak tinggi dan terkesan marah-marah. Akibat dari sikap petugas kesehatan yang kurang baik ini maka motivasi ibu untuk membawa bayinya juga berkurang. Ibu berpikir dengan sikap petugas kesehatan seperti ini maka ketika diberikan imunisasi para ibu dan bayi tidak akan dilayanii dengan baik oleh petugas kesehatan. Berikut ada pernyataan 2 informan yang menyatakan ketidaklengkapan pemberian imunisasi karena sikap petugas kesehatan yang kurang baik :


(19)

62

“Ditambah lagi sikap para petugas yang kadang sedikit kurang baik kepada kami, maka dari itu yang membuat saya malas untuk membawa anak saya diimunisasi di posyandu”. (Inf 6. 1200)

Petugas kadang bersikap kurang sopan, misalnya saja saya jika ada ibu yang tidak datang membawa anaknya diimunisasi saya kadang memarahi, kalau ketemu dijalan pun ditanya dengan nada yang sedikit kasar.” (Inf 2. 160)

Dari pernyataan informan diatas dapat disimpulkan ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan sikap petugas kesehatan dalam melayani pemberian imunisasi. Sebagai tenaga kesehatan sudah seharusnya bersikap sopan dan ramah sehingga orang lain akan merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan. Jika petugas kesehatan berlaku dengan seenaknya dan tidak sopan maka orang lain akan merasa tidak nyaman dan tidak akan membawa anaknya untuk diberikan imunisasi karena sikap petugas tidak baik.

5. Tema 5 : Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.

Namun berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 3 informan ditemukan bahwa kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di desa. Sehingga minat ibu


(20)

63

untuk membawa bayinya untuk diberikan imunisasi berkurang karena ibu berpikir ketika fasilitas kesehatan di desa tidak memadai hal ini juga akan berdampak pada fasilitas imunisasi yang tidak memadai juga.

Berikut pernyataan 3 informan yang menyatakan kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana :

“Masih belum sesuai dengan kebutuhan”. (Inf 3. 430)

“Bisa dikatakan iya, bisa juga tidak. Walaupun ada dokter dari kecamatan yang datang tapi untuk didesa sendiri masih sangat kurang dari yang diharapkan”. (Inf 5. 1005)

Tidak selalu, kadang pada saat dibutuhkan puskesmasnya tutup. Kadang bisa, kadang tidak. Kadang langsung disuruh dibawa ke kota”. (Inf 6. 1270)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan ketidaklengkapan pemberian imunisasi dikarenakan kuranya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan. Sarana dan prasarana yang tidak memadai juga membuat ibu menjadi kurang minat untuk membawa anaknya diimunisasi. Karena ibu akan berpikir jika fasilitasnya tidak memadai maka pelayanan yang diberikan pun pasti tidak akan sesuai dengan harapan.


(21)

64 4.5 Pembahasan

Pembahasan dilakukan dengan menganalisa hasil penelitian yang telah ditemukan dan membandingkan dengan teori dan penelitian terkait sebelumnya. Kemudian dianalisa dari pembahasan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian berfokus pada faktor-faktor determinan ketidaklengkapan pemberian imunisasi pada infant di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Dari hasil penelitian terhadap 6 informan didapatkan 5 tema yang dapat membantu menjawab tujuan umum dan khusus.


(22)

65

Dalam penelitian ini pertama-tama peneliti membahas tentang pengetahuan keempat informan. Pengetahuan yang dimaksud ialah ibu mampu mengetahui tentang imunisasi lengkap yang mencakup jenis imunisasi dasar, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, jadwal imunisasi dan manfaat imunisasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 6, peneliti menemukan data bahwa informan tidak membawa anak untuk diberikan imunisasi karena kurang pengetahuan. Kurang pengetahuan yang dimaksudkan informan 6 adalah ketidakpahaman ibu tentang jenis imunisasi yang diberikan kepada anak tepat pada usia dan waktu pemberian, sehingga pengetahuan ibu (informan 6) ini mempengaruhi ketidaklengkapan imunisasi anak. Hasil ini didukung oleh Teori Siregar (2007) yang mengatakan bahwa pengetahuan seseorang bukan hanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, karena pengetahuan tidak hanya didapat dari bangku sekolah, namun pengetahuan lebih banyak diperoleh dari pengalaman hidup dan informasi yang diperoleh. Soekidjo Notoatmodjo (2007) menyatakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. hasil ini juga didukung oleh penelitian dari Sisfiani Sarimin, dkk (2014) yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pengetahuan


(23)

66

dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada balita. Hal ini didukung oleh Hidayat (2009) yang mengatakan bahwa dalam hal ini pemberian imunisasi peran orang tua terkhususnya ibu sangat penting, karena orang terdekat dengan bayi adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan ibu, pengetahuan akan mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada bayi, sehingga dapat mempengaruhi status imunisasinya. Perilaku ibu dalam pemenuhan kelengkapan imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan yang besar jika pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan. Selain itu hasil penelitian Atika Putri Dewi, dkk (2013) juga menyatakan hal yang sama yaitu adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Josiman (2012) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dengan status kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori dari Tarwoto (2003) dalam Karina dan Warsito, yang menyatakan pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor pengalaman yang berkaitan dengan usia seseorang. Semakin matang usia seseorang akan semakin banyak pengalaman hidup yang dimiliki dan lebih mudah untuk


(24)

67

menerima perubahan perilaku, sehingga akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Namun dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa pengetahuan tidak dipengaruhi oleh pengamalan yang berkaitan dengan usia seseorang. Karena dalam penelitian ini ibu dengan usia yang sudah matang pun masih tidak bisa menerima perubahan yang terjadi, seharusnya dengan umur ibu yang sudah matang dan banyak pengalaman yang dilalui dalam mengasuh anak pengetahuan ibu diharapkan lebih bertambah, sehingga ibu dapat dengan mudah dalam mengetahui pentingnya diberikan imunisasi bagi anak.

4.5.2 Sikap Ibu

Hasil penelitian ini menyajikan ketidaklengkapan imunisasi anak karena sikap ibu yang tidak patuh dan kurang menganggap penting sebuah imunisasi. Informan 3 dan 5 dianggap bersikap lalai karena tidak membawa anak mereka untuk di imunisasi dengan alasan kesibukan tertentu. Sikap peduli informan terhadap pentingnya imunisasi lengkap anak tidak ditunjang oleh tingkat pengetahuan yang baik tentang imunisasi. Data yang lain menunjukan bahwa sikap ibu dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan penyedian informasi tentang imunisasi. Infoman 4 tidak membawa


(25)

68

anaknya di imunisasi dengan alasan anak mengalami gangguan kesehatan fisik (sakit) ketika imunisasi dilaksanakan. Sikap informan yang demikian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang rendah dan juga tidak adanya edukasi serta perhatian petugas kesehatan. Hasil penelitian ini didukung oleh Hasil didukung oleh penelitian dilakukan oleh Sisfiani Sarimin, dkk (2014) yang menyatakan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi dasar pada balita. Hasil yang sama juga didapat dalam penelitian Lefrin Hengkengbala, dkk (2011) yang menyatakan terdapat hubungan antar sikap ibu dengan status imunisasi anak balita. Selain itu Ahmad Rizani dkk, (2009) dalam penelitianya juga menyatakan adanya hubungan sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi hasil ini didukung oleh Garungan (2004) yang menyatakan pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya tetapi pembentukan sikap senantiasa berlangsung dalam interaksi dan berkaitan dengan objek tertentu. Interaksi didalam kelompok maupun diluar kelompok dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Teori menurut Garungan dalam Ahmadi (2009), menyatakan sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk


(26)

69

sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek. Selain itu Maulana (2001) mengatakan perilaku baru khususnya pada orang dewasa diawali oleh pengetahuan, selanjutnya muncul sikap terhadap objek yang diketahuinya. Setelah objek diketahui dan disadari sepenuhnya, sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada objek tersebut. Sugeng Hariyadi (2003:90) juga berpendapat bahwa sikap merupakan hal penentu yang sangat penting dalam tingkah laku. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan gambaran bagaimana tingkah laku seseorang. Disini sikap ibu juga sangat berpengaruh tidak hanya pendidikan ibu saja, ibu dengan tingkat pengetahuan yang tinggi, namun tidak ada kemauan untuk mengetahui pentingnya imunisasi dasar juga dapat menyebabkan status imunisasi dasar balita tidak lengkap. Sikap ibu yang positif dapat menjadi faktor pencetus yang menyebabkan ibu membawa bayinya untuk diberikan imunisasi.


(27)

70

Berdasarkan hasil penelitian. Peneliti menemukan adanya perbedaan sikap dari petugas kesehatan kepada ibu bayi. Ketika di wawancara, petugas kesehatan mengatakan bahwa penyuluhan dilakukan sebelum diadakannya posyandu, namun kenyataan yang terjadi saat diposyandu petugas kesehatan tidak memberikan penyuluhan kepada para ibu sehingga ibu bayi sendiri tidak dapat memahami dengan benar tentang imunisasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Muliani dan Zulkifli (2013) yang menyatakan adanya hubungan penyuluhan imunisasi dengan pemberian imunisasi. Hasil ini juga didukung oleh teori menurut Gaffar dalam Praptianingsih (2006) yang menyatakan bahwa perawat mempunyai peran sebagai edukator (pendidik), perawat mempunyai tugas untuk melakukan penyuluhan kepada klien (pasien) yang berada di bawah tanggung jawabnya. Selain itu menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 dalam Hidayat (2007) yang menyatakan perawat mempunyai peran sebagai edukator, peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien sesudah dilakukan pendidikan kesehatan. Peran perawat sebagai edukator diharapkan dapat terwujud


(28)

71

melalui tingkat pengetahuan ibu yang baik seperti kesadaran tentang pentingnya imunisasi bagi anak, bagaimana dampak kesehatan anak jika tidak diberi imunisasi dan kesadaran ibu dalam membawa anak untuk imunisasi lengkap.

4.5.4 Sikap Petugas

Sebanyak 2 dari 6 informan mengungkapkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imuniasi sangat dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa sikap petugas kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi. Hasil observasi pada saat posyandu peneliti menemukan sikap dari petugas kesehatan pustu yang kurang ramah, petugas berbicara dengan intonasi tinggi dan saat melayani tidak adanya senyuman atau sapaan yang baik dari petugas kesehatan dipustu. Petugas dipustu hanya memberikan vaksin TT pada ibu hamil saja setelah itu petugas kesehatan dipustu langsung menulis dibuku register. Ketika ada ibu-ibu yang datang terlambat atau kedapatan tidak membawa anaknya pada bulan yang lalu petugas pustu langsung memarahi tanpa menanyakan penyebabnya terlebih dahulu. Dari sikap petugas kesehatan pustu iniliah yang kadang


(29)

72

membuat ibu tidak nyaman untuk membawa anaknya diberikan imunisasi. seharusnya petugas bersikap lebih sopan dan nyaman bukan saja pada saat diberikannya imunisasi tetapi juga pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswandoyo dan Putro (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelayanan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi, hasil ini juga didukung oleh teori menurut Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan dapat juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Selain itu Djoko Wiyono (2001) mengatakan pasien atau masyarakat menilai mutu pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang empati, respek dan tanggap terhadap kebutuhannya, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu berkunjung. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Yusuf (2008) dalam penelitan yang dilakukan Muliani dan Zulkifli yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan dan sikap petugas merupakan cerminan keberhasilan program. Sikap


(30)

73

sopan dan keramahan dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak segan-segan mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya. Secara psikologis penyakit juga dapat disembuhkan melalui terapi-terapi yang dilakukan oleh petugas melalui sikap dan tindakan dalam melayani masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti pada dasarnya pelayanan yang baik dari petugas kesehatan sangat mempengaruhi kelengkapan status imunisasi dasar pada bayi. Petugas yang bersikap ramah, baik dan sopan pasti dapat memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi dengan baik serta dapat mempengaruhi ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Posyandu untuk mengimunisasi anaknya dengan lengkap.

4.5.5 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana

Sebanyak 2 dari 6 informan mengungkapkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dipustu juga sangat


(31)

74

berpengaruh dalam pemberian imunisasi. Dimana sarana dan prasarana tidak memadai, banyaknya peralatan yang tidak tersedia dan obat-obatan yang tidak memadai, ditambah lagi dengan petugas kesehatan yang tidak selalu berada dipustu disaat jam kerja. Selain itu imunisasi sendiri juga diberikan oleh Petugas dari Puskesmas Kecamatan hal ini terjadi karena dipustu sendiri tidak ada jurim (juru imunisasi). Vaksin juga disimpan di Puskesmas Kecamatan karena tidak tersedianya alat penyimpan vaksin dipustu, sehingga pada saat imunisasi para ibu harus menunggu Petugas dari Puskesmas Kecamatan untuk memberikan imunisasi. Hal ini menyebabkan motivasi ibu untuk membawanya anaknya diimunisasi berkurang sehingga mengakibatkan tidak lengkapnya pemberian imunisasi. Hasil ini didukung dengan Rahmawati (2007) yang mengatakan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi hasil kegiatan petugas imunisasi. Kondisi sarana dan prasarana yang baik antara lain lengkap, modern, berkualitas, dan jumlah cukup akan memberikan kepuasan karyawan yang kemudian dapat meningkatkan kinerjanya. Selain itu Depkes (2006) menyatakan fasilitas dan kenyamanan tempat pelayanan imunisasi yang tidak mendukung maka akan mengakibatkan


(32)

75

perubahan cakupan imunisasi suatu daerah. Soekidjo Notoatmodjo (2007) juga mengatakan ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas kesehatan pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Fasilitas yang kurang memadai tentu membuat pelayanan imunisasi yang kurang memadai pula. Fasilitas juga berpengaruh kepada berkurangnya minat ibu untuk mengimunisasi anaknya. Ibu yang mau memberikan imunisasi pada anaknya tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi saja melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi pada anaknya.

4.6 Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari dalam penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yaitu :

1. Dalam penelitian ini awalnya kriteria inklus informan adalah ibu yang memiliki anak usia 0-12bulan, namun saat dilakukanya penelitian tidak ada ibu yang bisa dijadikan informan, hal ini terjadi karena kebanyakan ibu yang peneliti ingin jadikan informan bekerja diluar kota


(33)

76

sehingga anaknya diasuh oleh orang tua sang ibu yaitu nenek. Akhirnya peneliti mengambil nenek yang memiliki cucu 0-12bulan untuk dijadikan informan.

2. Saat dilakukannya wawancara informan cenderung menjawab singkat sehingga peneliti harus memberikan pertanyaan-pertanyaan lain untuk bisa menjawab tujuan penelitian.


(1)

71

melalui tingkat pengetahuan ibu yang baik seperti kesadaran tentang pentingnya imunisasi bagi anak, bagaimana dampak kesehatan anak jika tidak diberi imunisasi dan kesadaran ibu dalam membawa anak untuk imunisasi lengkap.

4.5.4 Sikap Petugas

Sebanyak 2 dari 6 informan mengungkapkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imuniasi sangat dipengaruhi oleh sikap petugas kesehatan dalam pemberian imunisasi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti, ditemukan bahwa sikap petugas kesehatan juga sangat berpengaruh terhadap pemberian imunisasi. Hasil observasi pada saat posyandu peneliti menemukan sikap dari petugas kesehatan pustu yang kurang ramah, petugas berbicara dengan intonasi tinggi dan saat melayani tidak adanya senyuman atau sapaan yang baik dari petugas kesehatan dipustu. Petugas dipustu hanya memberikan vaksin TT pada ibu hamil saja setelah itu petugas kesehatan dipustu langsung menulis dibuku register. Ketika ada ibu-ibu yang datang terlambat atau kedapatan tidak membawa anaknya pada bulan yang lalu petugas pustu langsung memarahi tanpa menanyakan penyebabnya terlebih dahulu. Dari sikap petugas kesehatan pustu iniliah yang kadang


(2)

72

membuat ibu tidak nyaman untuk membawa anaknya diberikan imunisasi. seharusnya petugas bersikap lebih sopan dan nyaman bukan saja pada saat diberikannya imunisasi tetapi juga pada saat memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siswandoyo dan Putro (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pelayanan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi, hasil ini juga didukung oleh teori menurut Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan dapat juga ditentukan oleh ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Selain itu Djoko Wiyono (2001) mengatakan pasien atau masyarakat menilai mutu pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang empati, respek dan tanggap terhadap kebutuhannya, pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu berkunjung. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Yusuf (2008) dalam penelitan yang dilakukan Muliani dan Zulkifli yang mengemukakan bahwa kualitas pelayanan dan sikap petugas merupakan cerminan keberhasilan program. Sikap


(3)

73

sopan dan keramahan dalam melayani masyarakat juga merupakan suatu motivasi yang diberikan oleh petugas kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak segan-segan mengungkapkan masalah kesehatan yang dialaminya. Secara psikologis penyakit juga dapat disembuhkan melalui terapi-terapi yang dilakukan oleh petugas melalui sikap dan tindakan dalam melayani masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diatas menurut peneliti pada dasarnya pelayanan yang baik dari petugas kesehatan sangat mempengaruhi kelengkapan status imunisasi dasar pada bayi. Petugas yang bersikap ramah, baik dan sopan pasti dapat memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dasar pada bayi dengan baik serta dapat mempengaruhi ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk datang ke tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Posyandu untuk mengimunisasi anaknya dengan lengkap.

4.5.5 Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana

Sebanyak 2 dari 6 informan mengungkapkan bahwa ketidaklengkapan pemberian imunisasi dipengaruhi oleh kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana dipustu juga sangat


(4)

74

berpengaruh dalam pemberian imunisasi. Dimana sarana dan prasarana tidak memadai, banyaknya peralatan yang tidak tersedia dan obat-obatan yang tidak memadai, ditambah lagi dengan petugas kesehatan yang tidak selalu berada dipustu disaat jam kerja. Selain itu imunisasi sendiri juga diberikan oleh Petugas dari Puskesmas Kecamatan hal ini terjadi karena dipustu sendiri tidak ada jurim (juru imunisasi). Vaksin juga disimpan di Puskesmas Kecamatan karena tidak tersedianya alat penyimpan vaksin dipustu, sehingga pada saat imunisasi para ibu harus menunggu Petugas dari Puskesmas Kecamatan untuk memberikan imunisasi. Hal ini menyebabkan motivasi ibu untuk membawanya anaknya diimunisasi berkurang sehingga mengakibatkan tidak lengkapnya pemberian imunisasi. Hasil ini didukung dengan Rahmawati (2007) yang mengatakan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang merupakan salah satu faktor yang mampu mempengaruhi hasil kegiatan petugas imunisasi. Kondisi sarana dan prasarana yang baik antara lain lengkap, modern, berkualitas, dan jumlah cukup akan memberikan kepuasan karyawan yang kemudian dapat meningkatkan kinerjanya. Selain itu Depkes (2006) menyatakan fasilitas dan kenyamanan tempat pelayanan imunisasi yang tidak mendukung maka akan mengakibatkan


(5)

75

perubahan cakupan imunisasi suatu daerah. Soekidjo Notoatmodjo (2007) juga mengatakan ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti pukesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, atau bidan praktek desa. Fasilitas kesehatan pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Fasilitas yang kurang memadai tentu membuat pelayanan imunisasi yang kurang memadai pula. Fasilitas juga berpengaruh kepada berkurangnya minat ibu untuk mengimunisasi anaknya. Ibu yang mau memberikan imunisasi pada anaknya tidak hanya karena ibu tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi saja melainkan ibu dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi pada anaknya.

4.6 Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari dalam penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yaitu :

1. Dalam penelitian ini awalnya kriteria inklus informan adalah ibu yang memiliki anak usia 0-12bulan, namun saat dilakukanya penelitian tidak ada ibu yang bisa dijadikan informan, hal ini terjadi karena kebanyakan ibu yang peneliti ingin jadikan informan bekerja diluar kota


(6)

76

sehingga anaknya diasuh oleh orang tua sang ibu yaitu nenek. Akhirnya peneliti mengambil nenek yang memiliki cucu 0-12bulan untuk dijadikan informan.

2. Saat dilakukannya wawancara informan cenderung menjawab singkat sehingga peneliti harus memberikan pertanyaan-pertanyaan lain untuk bisa menjawab tujuan penelitian.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB II

0 1 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah T1 462012015 BAB V

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor-Faktor Determinan Ketidaklengkapan Pemberian Imunisasi kepada Bayi di Negeri Oma, Kecamatan Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 88

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB II

0 1 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB IV

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah

0 0 1