PENGEMBANGAN ALAT GERAK JATUH BEBAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KONSEP GERAK JATUH BEBAS

(1)

PENGEMBANGAN ALAT GERAK JATUH BEBAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KONSEP GERAK JATUH BEBAS

Oleh Dian Eka Sari

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN ALAT GERAK JATUH BEBAS SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KONSEP GERAK JATUH BEBAS

Oleh Dian Eka Sari

Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep Gerak Jatuh Bebas disebabkan tidak tersedianya alat eksperimen untuk mempelajari Gerak Jatuh Bebas yang teliti. Alat yang tersedia di sekolah tidak mampu mencatat waktu jatuh benda secara akurat. Penggunaan stopwatch sebagai pencatat waktu secara manual tidak efektif digunakan. Oleh karena itu, dikembangkan alat Gerak Jatuh Bebas yang dapat mengukur waktu jatuh benda secara otomatis dengan memanfaatkan sensor suara. Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan alat Gerak Jatuh Bebas beserta LKS yang dapat digunakan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran fisika.

Model yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini diadaptasi dari Sadiman, dkk. yang meliputi tahapan: 1) Analisis kebutuhan, 2) Merumuskan tujuan pembelajaran, 3) Merumuskan butir-butir materi, 4) Menyusun instrumen evaluasi, 5) Menyusun naskah/draft media, 6) Validasi ahli, 7) Uji coba, dan 8) Produk akhir.


(3)

Dian Eka Sari Hasil dari penelitian ini telah dihasilkan alat Gerak Jatuh Bebas yang mampu mengukur waktu jatuh benda secara otomatis, dapat memvariasikan ketinggian jatuh benda, pelepasan benda jatuh secara otomatis, dan dapat menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda.

Produk yang dikembangkan telah diuji secara ahli yang mencakup uji desain dan uji materi. Hasil uji desain dan uji materi menyatakan bahwa produk layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Uji coba dilakukan dengan dua tahapan yaitu uji satu lawan satu dan uji kelompok kecil. Hasil dari kedua uji coba tersebut menyatakan bahwa alat yang digunakan sangat menarik, mudah digunakan, dan sangat bermanfaat. Hasil belajar siswa setelah menggunakan alat ini menyatakan bahwa 100% siswa telah mencapai batas KKM sehingga produk yang

dikembangkan sangat efektif dan layak digunakan sebagai media pembelajaran.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Alat Peraga sebagai Media Pembelajaran ... 6

B. Alat Gerak Jatuh Bebas ... 12

1. Elektromagnet ... 13

2. Sensor Suara ... 13

3. Condensor Mic ... 14

4. Timer ... 14

C. LKS ... 15

D. Gerak Jatuh Bebas ... 16

III. METODE PENELITIAN A.Setting Penelitian ... 20

B. Prosedur Pengembangan ... 21


(8)

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 23

3. Merumuskan Butir-butir Materi ... 24

4. Menyusun Instrumen Evaluasi ... 25

5. Menyusun Naskah/Draft Media/Membuat Prototipe ... 25

6. Melakukan Validasi Ahli ... 28

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi ... 28

8. Produk Akhir ... 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

1. Analisis Kebutuhan dan Karakteristik Siswa ... 30

2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran ... 31

3. Merumuskan Butir-butir Materi ... 32

4. Menyusun Instrumen Evaluasi ... 32

5. Naskah/Draft Media ... 32

6. Validasi Ahli ... 33

7. Uji Coba/Tes dan Revisi ... 34

8. Produk Akhir ... 35

B. Pembahasan...38

1. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 39

2. Kelebihan dan Kekurangan Produk Hasil Kegiatan Pengembangan ... 41

V. SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan ... 43

B.Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemanfaatan media pembelajaran fisika terutama alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media yang efektif hendaknya mampu meningkatkan pemahaman konsep, aktifitas, dan minat belajar siswa.

Pemanfaatan media yang kurang optimal menyebabkan siswa merasa jenuh dalam belajar. Konsep yang abstrak terkadang membuat siswa merasa

kesulitan dalam mempelajari fisika. Kegiatan praktikum jarang dilakukan dan kurang mendalamnya materi yang diajarkan oleh guru terkadang membuat siswa kurang mampu menguasai konsep.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, beberapa sekolah di Bandarlampung telah memiliki laboratorium fisika namun belum

dimanfaatkan secara optimal. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan dengan berbagai kendala. Kendala itu bisa berupa waktu, sarana, maupun kelengkapan alat di laboratorium. Misalnya untuk materi Gerak, untuk konsep Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan, kegiatan praktikum dilakukan dengan alat dan bahan yang ada di KIT. Namun untuk konsep Gerak Jatuh


(10)

2 Bebas menjadi kendala karena tidak tersedianya alat praktikum yang mampu menggambarkan konsep Gerak Jatuh Bebas sehingga tidak pernah dilakukan kegiatan praktikum. Salah satu penyebabnya adalah ketersediaan alat Gerak Jatuh Bebas yang ada saat ini harganya cukup mahal.

Alternatif lain yaitu menggunakan pesawat Atwood yang harganya cukup terjangkau. Namun penggunaan pesawat Atwood dirasa masih kurang efektif karena pencatatan waktu secara manual menyebabkan hasil yang didapatkan kurang akurat. Kegiatan praktikum yang dilakukan di sekolah biasanya menggunakan peralatan sederhana. Kegiatan dilakukan dengan menjatuhkan benda dari ketinggian tertentu kemudian mencatat waktu yang diperlukan benda tersebut sampai di tanah. Ketinggian benda diukur secara manual menggunakan penggaris. Pencatat waktu yang digunakan yaitu stopwatch (jam henti). Penggunaan stopwatch secara manual oleh pengamat

menyebabkan kurang akuratnya hasil yang diperoleh mengingat waktu jatuh benda begitu cepat. Saat menjatuhkan bola tidak sama dengan ketika

mengaktifkan stopwatch. Hal ini juga termasuk kelemahan saat menggunakan pesawat Atwood. Ketelitian, ketepatan, dan kecepatan pengamat sangat diperlukan.

Selain itu, miskonsepsitentang pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda masih banyak terjadi. Beberapa siswa menyatakan bahwa benda yang memiliki massa lebih besar akan jatuh/menyentuh tanah lebih dahulu. Hal ini mengindikasikan bahwa konsep Gerak Jatuh Bebas belum begitu dipahami.


(11)

3 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa belum adanya alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas yang mampu mengukur waktu jatuh benda secara teliti dengan ketinggian benda jatuh dapat divariasikan sehingga penulis memberikan suatu alternatif untuk

mengembangkan alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas beserta LKS sebagai media pembelajaran konsep Gerak Jatuh Bebas.

Alat eksperimen ini diharapkan mampu membelajarkan siswa untuk konsep Gerak Jatuh Bebas. Dimana siswa mampu menggambarkan grafik waktu tempuh benda jatuh terhadap ketinggian dan mencari nilai percepatan gravitasi bumi. Selain itu, alat eksperimen ini juga diharapkan dapat membelajarkan siswa terkait pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda tersebut. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul penelitian “Pengembangan Alat Gerak Jatuh Bebas sebagai Media Pembelajaran Konsep Gerak Jatuh Bebas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dibutuhkan alat Gerak Jatuh Bebas yang dapat mengukur waktu jatuh benda secara otomatis, dapat memvariasikan ketinggian jatuh benda, pelepasan benda jatuh secara otomatis, dan dapat menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda.

2. Apakah alat yang dikembangkan efektif untuk membelajarkan konsep Gerak Jatuh Bebas?


(12)

4 C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan alat Gerak jatuh Bebas sebagai media pembelajaran konsep Gerak Jatuh Bebas.

2. Menjadikan alat Gerak Jatuh Bebas yang efektif untuk membelajarkan konsep Gerak Jatuh Bebas sebagai alternatif sumber belajar bagi siswa SMA/MA.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah: 1. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam kekurangan media

belajar di SMA/MA khususnya untuk mempelajari Gerak Jatuh Bebas. 2. Tersedianya sumber belajar yang menarik dan efektif bagi siswa yang

dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar.

3. Memberikan motivasi kepada guru untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran serta guru menjadi lebih terampil dan kreatif dalam

menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian pengembangan ini dibatasi oleh:

1. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan media pembelajaran berupa alat Gerak Jatuh Bebas.


(13)

5 a. Pencatat waktu yang digunakan yaitu stopwatch digital yang

dimodifikasi.

b. Menggunakan sensor untuk mendeteksi waktu mulai dan berhenti secara otomatis.

c. Pelepasan benda secara otomatis menggunakan elektromagnet. d. Ketinggian benda dapat divariasikan.

e. Variasi massa benda menggunakan bola besi untuk menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh.

3. Alat yang dibuat untuk membelajarkan konsep Gerak Jatuh Bebas antara lain:

a. Menggambarkan grafik Gerak Jatuh Bebas untuk waktu tempuh benda terhadap jarak/ketinggian.

b. Menjelaskan pengaruh ketinggian benda terhadap waktu jatuh benda. c. Menjelaskan pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda. d. Mencari nilai percepatan gravitasi bumi

4. Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Sadiman,dkk sampai tahap dihasilkan produksi akhir.

5. Uji coba penelitian pengembangan dilakukan pada siswa SMA Negeri 2 Bandarlampung.


(14)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Peraga sebagai Media Pembelajaran

Secara etimologis, media berasal dari Bahasa Latin, merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang berarti "tengah, perantara, atau pengantar". Istilah perantara atau pengantar ini, menurut Bovee dalam Asyhar (2011: 4),

digunakan karena fungsi media sebagai perantara atau pengantar suatu pesan dari si pengirim (sender) kepada si penerima (receiver) pesan. Dari sini, berkembang berbagai definisi terminologis mengenai media menurut pendapat para ahli media dan pendidikan.

Media merupakan komponen yang sangat penting dalam suatu proses komunikasi. Barlo dalam Asyhar (2011: 5) mengungkapkan bahwa ”Proses komunikasi melibatkan paling kurang tiga komponen utama, yakni pengirim atau sumber pesan (source), perantara (media), dan penerima (receiver)”. Dapat dikatakan bahwa media memiliki peran yang sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan.

Media pembelajaran diartikan segala sesuatu yang dapat dipergunakan berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan, berfungsi menyalurkan pesan dari


(15)

7 pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemekian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Selanjutnya, media pembelajaran sebagai sumber belajar merupakan

komponen dari sistem instruksional disamping pesan, orang, teknik latar dan peralatan sehingga fungsi media pembelajaran yang utama adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik (1986) menyatakan:

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dengan demikian penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pencapaian pembelajaran sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian isi pesan pembelajaran. Menurut Arsyad (2002: 12), ciri-ciri umum media pembelajaran yaitu:

1. Ciri fiksatif (Fixative Property), yaitu menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek.

2. Ciri manipulatif (Manipulative Property), yaitu

mentransformasikan suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording.

3. Ciri distributive (Distributive Property), yaitu memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.


(16)

8 Berdasarkan pendapat tersebut, Arsyad mengungkapkan bahwa media

pembelajaran memiliki ciri yang sangat global tergantung konteks materi yang akan disampaikan kepada siswa. Selama sesuatu yang digunakan itu mampu menjadi perantara sampainya materi kepada siswa, memiliki ciri fiksatif, manipulatif dan kemudian disampaikan kepada siswa, maka sesuatu itu dapat dikatakan sebagai suatu media pembelajaran.

Media juga berperan sebagai alat bantu. Daryanto (2011: 4-5) mengemukakan kegunaan media, antara lain:

a. memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.

b. mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra. c. menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid

dengan sumber belajar.

d. memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.

e. memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.

Media memiliki peran yang besar untuk menyampaikan pesan/konsep dalam pembelajaran agar tidak verbalistis. Semangat belajar, motivasi, dan interaksi siswa dengan sumber belajar akan memberikan kesan bahwa belajar itu menyenangkan. Kemampuan dan bakat seorang siswa akan terlihat saat ia berintraksi dengan sumber belajar sesuai gaya belajarnya sehingga ia dapat belajar mandiri dengan adanya media yang memudahkan dalam belajar.

Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu, Dale dalam Susilana dan Riyana (2007: 7) mengadakan klasifikasi menurut tingkat dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama ”kerucut pengalaman” dari Dale dan pada saat itu dianut secara luas


(17)

9 dalam menentukan alat bantu yang paling sesuai untuk pengalaman belajar. Kerucut pengalaman tersebut menjelaskan bahwa dengan melakukan sesuatu akan memperoleh pengalaman nyata secara langsung sehingga konsep yang abstrak dapat digambarkan menjadi nyata. Dale menggambarkan “kerucut pengalaman” seperti Gambar 2.1 berikut.

Sumber: Asyhar (2011: 49)

Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman Dale

Untuk itu, kegiatan pembelajaran akan lebih mudah bila menggunakan media yang tepat. Sebagai contoh penggunaan alat peraga sebagai media dalam kegiatan pembelajaran dirasa cukup efektif untuk memberikan pengalaman nyata kepada siswa.

Alat peraga merupakan salah satu media yang dapat membantu proses belajar mengajar agar efektif dan berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan alat peraga, konsep yang abstrak dapat digambarkan melalui benda-benda konkret berbentuk model, alat eksperimen, dan sebagainya sehingga siswa lebih mudah memahami.


(18)

10 Pujiati dalam Safitri (2012:2) mengemukakan bahwa fungsi alat peraga secara umum adalah:

1. Sebagai media dalam mananamkan konsep-konsep fisika 2. Sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep

3. Sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep fisika dengan dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam

kehidupan nyata.

Anderson dalam Ashyar (2011:40) mengatakan bahwa:

tiap-tiap benda yang dapat menjelaskan suatu ide, prinsip, gejala, atau hukum alam dapat disebut alat peraga. Fungsi dari alat peraga ialah memvisualisasikan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau sukar dilihat, hingga nampak jelas dan dapat menimbulkan pengertian atau

meningkatkan persepsi seseorang.

Dengan demikian, alat peraga diharapkan mampu memvisualisasikan hal-hal yang abstrak menjadi nyata sehingga memberikan pengalaman langsung kepada seseorang, menanamkan konsep, dan meningkatkan persepsi.

Penggunaan alat peraga sebagai media dalam proses pembelajaran harus dipilih sesuai bentuk pesan yang akan disampaikan dan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran tersebut. Faktor lain adalah efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Sebaiknya memilih media yang tidak memerlukan biaya besar namun penggunaannya efektif untuk waktu yang lama.

Menurut Suyanto (2006: 20) “ Media pembelajaran dikatakan baik atau efektif jika telah dilakukan tiga uji penting (pada kondisi tertentu) yaitu uji isi materi, uji desain media, dan uji efektivitas media”. Pentingnya ketiga uji ini merupakan prosedur dalam melaksanakan penelitian pengembangan agar


(19)

11 mampu menghasilkan produk yang layak digunakan. Ketiga uji tersebut dikelompokkan menjadi uji internal berupa uji isi materi dan desain media kemudian uji eksternal berupa uji kelayakan dan efektivitas produk yang dikembangan atau dibuat. Rentang nilai yang digunakan dalam penilaian setiap uji dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai kualitas Skor kualitas Pernyataan kualitas

3,26 - 4,00 Sangat Baik

2,51 - 3,25 Baik

1,76 - 2,50 Cukup Baik

1,01 - 1,75 Kurang Baik

Sumber: Suyanto (2006: 20)

Penggunaan alat peraga sebagai media pembelajaran pada intinya menjadikan pembelajaran yang sedang dilakukan menjadi menarik, efektif dan

menghilangkan abstraksi konsep sehingga mempermudah pemahaman tentang suatu materi pembelajaran. Dengan jelasnya penyajian materi, dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran yang dikatakan pembelajaran tersebut menarik. Selain itu akan terwujudnya pembelajaran yang efektif dengan teratasinya keterbatasan ruang, waktu dan daya indra siswa. Siswa pun dapat menimbulkan persepsi yang sama terhadap suatu masalah atau materi pembelajaran menjadikan media bersifat mampu menghilangkan abstraksi konsep.


(20)

12 B. Alat Gerak Jatuh Bebas

Alat Gerak Jatuh Bebas yang tersedia di pasaran saat ini harganya relatif mahal yang dijual online melalui situs http://www.alatperaga.com. Alat tersebut menggunakan Pewaktu Cacah AT-01 untuk pengukuran waktu jatuh bebas dengan sangat akurat sampai skala 100 mikrosekon. Waktu jatuh bebas diukur menggunakan 2 gerbang cahaya. Pada saat bola dilepaskan, Pewaktu Cacah secara otomatis segera memulai melakukan pengukuran waktu. Pewaktu Cacah akan membaca waktu tempuh bola lepas dari magnet

pemegang ke masing-masing gerbang cahaya. Ketika bola telah menghalangi cahaya pada gerbang cahaya ke-2 maka Pewaktu Cacah secara otomatis akan menghentikan pengukuran. Alat Gerak Jatuh Bebas ini dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Sumber: http://www.alatperaga.com

Gambar 2.2 Alat Gerak Jatuh Bebas

Alat tersebut dapat dibuat menggunakan komponen yang sederhana dan terjangkau tanpa mengurangi esensi dari fungsinya. Oleh karena itu, pada


(21)

13 penelitian ini akan dikembangkan alat Gerak Jatuh Bebas yang tersusun dari komponen sederhana dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Alat Gerak Jatuh Bebas yang dirancang diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami gerak jatuh bebas yaitu pengukuran waktu jatuh bola besi, menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda,

memeriksa hubungan antara ketinggian dan waktu tempuh serta mengukur percepatan gravitasi. Oleh karena itu, alat ini dapat dirancang dengan beberapa komponen, antara lain:

1) Elektromagnet

Elektromagnet dibuat dengan prinsip pembangkitan magnet dengan menggunakan arus listrik. Aplikasi praktisnya kita temukan pada motor listrik, speaker, relay dan sebagainya. Prinsip elektromagnet ini

dimanfaatkan sebagai tempat menempelnya benda sebelum jatuh. Ketika arus listrik diputus, maka sifat magnet akan hilang sehingga bola besi akan jatuh.

2) Sensor Suara

Sensor suara adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan suara sebagai pendeteksinya. Suara yang ditangkap oleh condenser mic kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh rangkaian. Komponen yang digunakan untuk membuat rangkaian ini sangat mudah untuk dicari di pasar-pasar dan harga dari komponen tersebut relatif tidak terlalu mahal. Pada rangkaian sensor suara, komponen yang digunakan sebagai saklar adalah relay.


(22)

14 Contoh aplikasi penggunaan sensor suara yang sering dijumpai adalah lampu hias. Lampu hias akan hidup/ mati hanya dengan menepuk tangan. Cara kerja lampu inilah yang diadopsi untuk alat Gerak Jatuh Bebas yang dikembangkan. Sensor suara yang dihasilkan dari piringan berfungsi sebagai saklaryang akan memberikan perintah pencatatan waktu kepada stopwatch.

3) Condensor Mic

Komponen yang paling penting adalah condensor mic yang dihubungkan dengan rangkaian clap detector. Condensor mic hanya akan menangkap suara dari piringan walaupun keadaan di sekitar terdapat suara-suara lain. Saat beban jatuh mengenai piringan, bunyi yang dihasilkan ditangkap oleh condenser mic dan kemudian diubah ke sinyal listik sehingga memberikan perintah stop pada stopwatch.

4) Timer

Time Delay Relay (Timer) disebut juga sebagai relay penunda waktuatau disebut juga pewaktu merupakan suatu alat yang digunakan untuk perekam waktu untuk memindahkan kerja dari rangkaian pengontrol dalam waktu tertentu yang bekerja secara otomatis. Timer yang biasa digunakan adalah stopwatch (jam henti). Alat ini memiliki tombol yang berfungsi untuk memulai/menghentikan waktu dan tombol reset agar kembali ke keadaan semula (ke angka nol). Stopwatch digital yang telah dimodifikasi dengan sensor sebagai pewaktu dengan ketelitian yang akurat. Stopwatch akan memulai/menghentikan pencatatan waktu saat bola besi jatuh dan


(23)

15 menyentuh sensor. Mengingat waktu jatuh benda yang begitu cepat, maka stopwatch digital yang dimodifikasi diupayakan memiliki ketelitian yang akurat.

C. LKS

LKS diperlukan sebagai pelengkap dari suatu alat peraga. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demontrasi.

Menurut Trianto (2009:222) LKS adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Dalam proses pembelajaran LKS digunakan sebagai media bagi siswa untuk

mendalami materi fisika yang sedang dipelajari. Dengan adanya LKS siswa dituntut untuk mengemukakan pendapat dan mampu membuat kesimpulan. Hal ini menunjukkan bahwa LKS berfungsi sebagai media yang dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Menurut Farid (2010) LKS dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian berdasarkan isinya yaitu:

1. Fakta, merupakan tugas yang sifatnya mengarahkan siswa untuk mencari fakta-fakta atau hal-hal lain yang berhubungan dengan bahan yang diajarkan.

2. Pengkajian, merupakan penggalian pengertian tentang bahan ke arah pemahaman.

3. Pemantapan dan kesimpulan, yang sifatnya memantapkan materi pelajaran yang dikaji dalam diskusi kelas dimana kebenaran kesimpulan telah ditemukan dan diterima oleh semua peserta.


(24)

16 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan suatu panduan dalam melakukan penyelidikan yang berbentuk tertulis dan memiliki fungsi sebagai media untuk membuat siswa menjadi aktif. LKS tidak hanya berisi petunjuk praktikum tetapi memuat pertanyaan-pertanyaan yang menggiring siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari. Oleh karena itu, dengan memadukan kelompok LKS berdasarkan isinya, format LKS yang dirancang sebagai berikut:

a. Menyajikan fakta yang berkaitan dengan materi pembelajaran.

b. Menggali pengetahuan awal siswa dengan cara memberikan beberapa pertanyaan mengarah ke materi/topic yang akan dipelajari.

c. Mengajak siswa untuk melakukan eksperimen. Siswa diharapkan mampu melakukan sesuai prosedur ilmiah.

d. Memberikan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan eksperimen yang dilakukan hingga mampu menggiring siswa untuk menyimpulkan.

e. Contoh penerapan dan latihan konsep berupa contoh soal dan evaluasi materi pembelajaran.

D. Gerak Jatuh Bebas

Gerak Lurus Berubah Beraturan ialah gerak sebuah benda yang lintasannya berbentuk garis lurus dengan sifat bahwa jarak yang ditempuh tiap satuan waktu lebih besar atau lebih kecil, artinya tidak tetap. Jarak yang ditempuh makin besar atau makin kecil artinya gerak dipercepat atau diperlambat. Contoh gerak lurus berubah beraturan adalah gerak jatuh bebas.


(25)

17 Gerak jatuh bebas merupakan gerak lurus berubah beraturan tanpa kecepatan awal, dimana percepatannya disebabkan karena gaya tarik bumi dan disebut gravitasi bumi. Gerak jatuhnya suatu benda dari suatu ketinggian tanpa

kecepatan awal inilah yang disebut dengan gerak jatuh bebas. Pada gerak jatuh tanpa kecepatan awal ini, benda mengalami percepatan gravitasi bumi (�), sehingga makin dekat dengan permukaan bumi, gerakan benda akan semakin cepat.

Sebuah benda dikatakan mengalami jatuh bebas, jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Kecepatan awal nol (��= 0) b. Gesekan udara diabaikan.

c. Benda dijatuhkan dari tempat yang tidak terlalu tinggi (percepatan gravitasi dianggap tetap).

Persamaan untuk gerak jatuh bebas yaitu:

ℎ =1

2�� 2

�= 2ℎ

�= 2�ℎ

Keterangan:

h= lintasan yang ditempuh benda pada arah vertikal g= percepatan gravitasi bumi


(26)

18 Berdasarkan hasil kajian terhadap materi Gerak Jatuh Bebas, desain

pengembangan produk dibuat disesuaikan dengan konsep materi Gerak Jatuh Bebas. Benda jatuh tanpa kecepatan awal didesain menggunakan bola besi yang menempel pada elektromagnet. Ketika dialiri arus listrik, bola besi akan menempel pada elektromagnet dan ketika arus listrik diputus, sifat magnet akan menghilang sehingga bola besi akan jatuh tanpa adanya kecepatan awal. Desain ini dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Desain Bola Besi yang Menempel pada Elektromagnet

Grafik hubungan antara ketinggian terhadap waktu jatuh benda dapat diperoleh dengan mendesain ketinggian benda yang dapat divariasikan. Ketinggian bola besi dapat diatur sesuai skala yang tertera. Pencatatan waktu jatuh benda dilakukan secara otomatis agar hasil yang diperoleh akurat. Desain ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

sumber tegangan

Elektromagnet bola besi


(27)

19

Gambar 2.4. Desain Variasi Ketinggian Benda

Waktu yang diperlukan oleh sebuah benda yang jatuh bebas dipengaruhi oleh percepatan gravitasi bumi dan tidak bergantung pada massa benda. Untuk membuktikan hal ini, maka desain produk yang akan dikembangkan dibuat dengan memvariasikan massa benda (bola besi) yang akan diamati waktu jatuhnya.

Elektromagnet

Piringan Sensor

0

Pencatat waktu


(28)

20

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah

pembuatan alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas untuk membelajarkan siswa memahami materi Gerak Jatuh Bebas. Pengembangan alat tersebut dibuat berdasarkan analisis kebutuhan dimana ketersediaan alat, kurangnya ketelitian penggunaan stopwatch sebagai alat pencatat waktu, dan konsep siswa pada materi Gerak Jatuh Bebas.

Hasil pengembangan yang dilakukan adalah alat Gerak Jatuh Bebas dengan memanfaatkan sensor suara sebagai pendeteksi waktu otomatis. Alat ini dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai panduan untuk melaksanakan percobaan dan mengevaluasi pemahaman siswa.

Sasaran pengembangan alat ini untuk siswa SMA kelas X yang digunakan sebagai media pembelajaran fisika. Sebelum uji coba produk, dilakukan uji ahli dan uji satu lawan satu sebagai revisi terhadap produk awal yang sudah jadi. Setelah direvisi, kemudian uji coba produk kepada kelompok kecil untuk mengeahui kemenarikan dan efektivitas produk.


(29)

21 Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi, wawancara, angket, dan tes. Lembar observasi, angket dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan. Angket juga digunakan untuk uji ahli sebagai instrumen mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian dengan teori, kesesuaian desain dan isi materi. Selain itu, angket berfungsi untuk uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan oleh pengguna terkait keefektifan produk.

B. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan ini diadaptasi dengan mengacu pada model

pengembangan instruksional menurut Sadiman, dkk. dimana terdapat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang mempunyai tujuan

menghasilkan produk. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) Analisis kebutuhan

2) Merumuskan tujuan pembelajaran 3) Merumuskan butir-butir materi 4) Menyusun instrumen evaluasi

5) Menyusun naskah/draft media/membuat prototipe 6) Melakukan validasi ahli

7) Melakukan uji coba/tes dan revisi 8) Produk akhir

Dengan demikian, tahapan menyusun rancangan media tersebut dapat dilakukan seperti Gambar 3.1 berikut.


(30)

22

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Media Pembelajaran menurut Sadiman dalam Asyhar (2011:95)

1. Analisis Kebutuhan

Tahapan pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi kebutuhan siswa. Analisis kebutuhan dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai alat yang akan dikembangkan dan mengetahui sejauh mana diperlukannya media alat peraga bagi peserta didik. Analisis kebutuhan dilakukan dengan metode observasi dan wawancara. Hasil observasi, angket, dan wawancara ini kemudian dijadikan sebagai landasan dalam penyusunan latar belakang masalah dan gambaran dari analisis kebutuhan sekolah. Instrumen angket analisis kebutuhan dan daftar pertanyaan untuk wawancara dapat dilihat pada lampiran 1.

Menganalsis Kebutuhan

Perumusan Tujuan Pembelajaran

Perumusan Butir Materi

Penyusunan Instrumen Evaluasi

Menuliskan Naskah Media/Membuat Prototipe

Uji Coba Lapangan

Revisi

Produk Akhir Validasi Ahli


(31)

23 2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Perumusan tujuan adalah tahap yang sangat penting dalam

merencanakan media pembelajaran karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Di samping itu, tujuan berfungsi pula sebagai acuan atau panduan bagi peserta didik dalam melakukan upaya untuk mencapainya. Tujuan pembelajaran yang baik haruslah jelas, bisa diukur, dan operasional. Baker dalam Asyhar

(2011:96) membuat suatu formula teknik perumusan tujuan pembelajaran dengan rumus ABCD pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Teknik Perumusan Tujuan Pembelajaran menurut Baker A

Audience

Sasaran sebagai pembelajar yang perlu disebutkan secara spesifik agar jelas untuk siapa tujuan itu diberikan. B

Behavior

Perilaku spesifik yang akan diharapkan dimunculkan siswa setelah pembelajaran langsung behavior ini dirumuskan dalam bentuk kata kerja. Contoh: menjelaskan,

menyebutkan, mengidentifikasi, dan sebagainya. C

Condition

Keadaan yang harus dipenuhi atau dikerjakan siswa pada saat dilakukan pembelajaran, misalnya: dengan cara mengamati, menyelidiki, dan sebagainya.

D Degree

Batas minimal tingkat keberhasilan terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku yang diharapkan. Contoh: minimal 4 jenis, 3 buah, dan sebagainya.


(32)

24 Tujuan pembelajaran diperoleh melalui analisis standar kompetensi dan

kompetensi dasar. Hasil dari analisis ini diperoleh indikator yang harus dicapai siswa. Indikator tersebut kemudian digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaran. Maka, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai setelah siswa melakukan eksperimen adalah siswa mampu: a) menggambarkan grafik hubungan antara ketinggian terhadap waktu jatuh benda, b) menjelaskan pengaruh ketinggian terhadap waktu jatuh benda melalui eksperimen, c) menjelaskan pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda melalui eksperimen, dan d) mencari besarnya nilai percepatan gravitasi bumi melalui eksperimen. Hasil analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat dilihat pada lampiran 2 dan proses pemilihan tujuan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 3.

3. Merumuskan Butir-Butir Materi

Setelah analisis terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dilakukan pemilihan tujuan pembelajaran yang dapat dibelajarkan dengan alat yang dikembangkan. Tujuan pembelajaran inilah yang digunakan untuk merumuskan butir-butir materi apa saja yang harus dikuasai siswa. Setelah mengetahui tujuan pembelajaran tersebut, maka butir-butir materi yang harus dikuasai siswa, yaitu:

1) Grafik Gerak Jatuh Bebas

2) Pengaruh ketinggian terhadap waktu jatuh benda 3) Pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda 4) Nilai percepatan gravitasi bumi


(33)

25 4. Menyusun Instrumen Evaluasi

Langkah selanjutnya setelah merumuskan butir materi adalah menyusun instrumen evaluasi. Tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dapat diukur dengan instrumen evaluasi tersebut. Untuk itu, diperlukan alat pengukur proses dan hasil belajar kognitif berupa tes. Alat pengukur keberhasilan pembelajaran ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan

pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan dan sesuai dengan materi yang disiapkan. Instrumen yang dibuat disesuaikan aspek kompetensi yang diukur yaitu penilaian hasil belajar kognitif siswa.

5. Menyusun Naskah/Draft Media/Membuat Prototipe

Dalam pembuatan media pembelajaran, diperlukan naskah/draft yang dibuat sebagai pedoman sehingga tujuan pembelajaran dan materi ajar dapat dituangkan dengan kemasan sesuai dengan jenis media. Dengan demikian, media yang dibuat sesuai dengan keperluan.

a. Naskah LKS

Alat yang dikembangkan dilengkapi dengan LKS sebagai panduan dalam penggunaan alat. Tahapan penyusunan naskah LKS merupakan kegiatan pemilihan, penyusunan, dan pengorganisasian materi yaitu mencakup konten apa saja yang akan disampaikan melalui LKS. Lembar Kerja Siswa diproduksi menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan desain layout LKS materi Gerak Jatuh Bebas.

2) Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran beserta indikator ketercapaian pembelajaran.


(34)

26 4) Membuat isi, yang meliputi:

 Bekal awal

 Teori dasar

 Panduan untuk melakukan percobaan menggunakan alat.

 Pertanyaan-pertanyaan berdasarkan hasil percobaan yang menuntun dalam penarikan kesimpulan.

 Evaluasi

b. Alat Gerak Jatuh Bebas

Dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan maka spesifikasi alat yang akan dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan rangkaian sensor suara yang akan dipakai.

Desain rangkaian sensor yang akan dibuat mengacu pada layout yang dikembangkan oleh Sudarjo (2012). Terdapat rangkaian letching yang menghasilkan elektromagnet sehingga bola besi dapat menempel. Rangkaian letching ini dihubungkan dengan tombol on pada stopwatch sehingga ketika aliran listrik diputus, bola besi akan jatuh dan

stopwatch akan mulai menghitung waktu. Adapun rangkaian sensor tersebut seperti Gambar 3.2 dan Gambar 3.3 berikut.

Sumber: http://kumpulanrangkaianelektronik.blogspot.com


(35)

27

Sumber: http://kumpulanrangkaianelektronik.blogspot.com

Gambar 3.3. Layout Rangkaian Sensor Suara untuk Stop

2) Merancang bentuk alat yang akan dikembangkan

Rancangan bentuk alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rancangan Alat Gerak Jatuh Bebas

Elektromagnet

Piringan Sensor

0 1

Pencatat waktu


(36)

28 6. Melakukan Validasi Ahli

Sebelum melakukan uji coba lapangan, produk awal (prototipe) yang telah selesai dibuat, akan divalidasi oleh tim ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain pada produk yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan berupa alat Gerak Jatuh Bebas beserta LKS diuji kelayakannya oleh ahli materi pembelajaran dan ahli desain. Ahli desain diujikan kepada dosen dan ahli materi diujikan kepada guru SMA Negeri 2 Bandarlampung sebagai pemberi saran atau masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan yang digunakan sebagai acuan untuk revisi alat. Kisi-kisi instrumen uji ahli dapat dilihat pada lampiran 4.

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Prototipe/produk awal yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan melalui 2 tahapan uji coba, yaitu:

a) Uji Satu Lawan Satu

Tahap uji satu lawan satu ini dilakukan dengan memilih tiga siswa, dimana siswa menggunakan produk awal yang sudah dibuat. Setelah itu, siswa diberikan angket sebagai penilaian terhadap produk awal yang berisi pertanyaan terkait kemudahan penggunaan alat dan keterbacaan LKS. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa alat tersebut menyulitkan atau tidaknya ketika digunakan oleh siswa. Keterbacaan LKS dan penggunaan kalimat yang efektif sehingga siswa memahami langkah-langkah yang harus dilakukan. Hasil analisis angket ini diperoleh umpan balik untuk mengetahui kekurangan dari alat percobaan yang dikembangkan dan


(37)

29 selanjutnya dilakukan perbaikan. Kisi-kisi instrumen uji satu lawan satu dapat dilihat pada lampiran 5.

b) Uji Kelompok Kecil

Pada uji kelompok kecil ini, desain penelitian yang digunakan yaitu One-Shot Case Study yaitu memberikan perlakuan tertentu pada subjek

kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal.. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat

kesesuaian dengan teori, kemenarikan, dan efektifitas media dalam pembelajaran. Pada uji ini, produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar dan sekaligus media belajar.

Sebagai umpan balik, pada tahap uji coba ini diberikan angket yang berisi uji kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan, (3) ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal pelajaran fisika. Dari hasil uji tersebut akan diperoleh saran dan masukan terkait produk yang dihasilkam. Berdasarkan hal tersebut, oleh pengembang dilakukan peyempurnaan sehingga dihasilkan produk akhir. Kisi-kisi uji kelompok kecil dapat dilihat pada lampiran 6.

8. Produk Akhir

Pencetakan produk akhir setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji coba/revisi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.


(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas yang dapat mengukur waktu jatuh benda secara otomatis, dapat memvariasikan ketinggian jatuh benda, pelepasan benda jatuh secara otomatis, dan dapat menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda sebagai media pembelajaran yang telah teruji oleh ahli desain dan ahli materi dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah diuji ke pengguna dengan kualitas: sangat menarik, mudah digunakan, dan sangat bermanfaat menurut pengguna. Pemanfaatan alat menggunakan LKS sebagai media pembelajaran pelengkap alat eksperimen yang telah teruji oleh ahli dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah diuji ke pengguna dengan kualitas: sangat menarik, sangat mudah digunakan dan sangat bermanfaat menurut pengguna.

2. Alat eksperimen dan LKS Gerak Jatuh Bebas telah teruji dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran baik terhadap individu secara mandiri maupun berkelompok berdasarkan perolehan hasil belajar siswa pada uji eksternal terhadap siswa kelas X yaitu 100% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara keseluruhan berkriteria baik.


(39)

44 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru dan siswa dapat menggunakan alat Gerak Jatuh Bebas yang dikembangkan sebagai sumber dan media pembelajaran untuk menanamkan konsep Gerak Jatuh Bebas.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Alat Jatuh Bebas. http://www.alatperaga.com/app-mg-140-alat jatuh bebas.html. diakses pada tanggal 2 Desember 2012

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani

Sejahtera.

Farid, Muhammad. 2010. Pengembangan LKS. http://faridmuh.wordpress.com/ 2010/12/19/pengembangan-lks/.html. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul 20.30 WIB

Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sadiman, A.S. Raharjo,R., Haryono, Anung & Rahardjito. 2006. Media

Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta: Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Safitri, Marfiana. 2012. Pengembangan Alat Praktikum Pengukuran Viskositas Fluida Sederhana dengan Memanfaatkan Sensor Cahaya Untuk

Pembelajaran Fisika Kelas XI Semester Genap Sman 1 Punggur. Skripsi. Bandarlampung: Unila.

Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suyanto, Eko. 2006. Penguasaan Teori dan Praktik Membuat Skenario Pembelajaran Mikro. Bandarlampung: Unila.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group

Sudarjo. 2012. Sensor Tepuk. http://kumpulanrangkaianelektronik.blogspot.com/ 2012/03/rangkaian-saklar-tepuk-clap-switch.html. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul 19.30 WIB


(1)

27

Sumber: http://kumpulanrangkaianelektronik.blogspot.com Gambar 3.3. Layout Rangkaian Sensor Suara untuk Stop

2) Merancang bentuk alat yang akan dikembangkan

Rancangan bentuk alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Rancangan Alat Gerak Jatuh Bebas Elektromagnet

Piringan Sensor

0 1 Pencatat

waktu


(2)

28

6. Melakukan Validasi Ahli

Sebelum melakukan uji coba lapangan, produk awal (prototipe) yang telah selesai dibuat, akan divalidasi oleh tim ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli desain pada produk yang dikembangkan. Produk yang dikembangkan berupa alat Gerak Jatuh Bebas beserta LKS diuji kelayakannya oleh ahli materi pembelajaran dan ahli desain. Ahli desain diujikan kepada dosen dan ahli materi diujikan kepada guru SMA Negeri 2 Bandarlampung sebagai pemberi saran atau masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan yang digunakan sebagai acuan untuk revisi alat. Kisi-kisi instrumen uji ahli dapat dilihat pada lampiran 4.

7. Melakukan Uji Coba/Tes dan Revisi

Prototipe/produk awal yang telah selesai dibuat, selanjutnya diujicobakan melalui 2 tahapan uji coba, yaitu:

a) Uji Satu Lawan Satu

Tahap uji satu lawan satu ini dilakukan dengan memilih tiga siswa, dimana siswa menggunakan produk awal yang sudah dibuat. Setelah itu, siswa diberikan angket sebagai penilaian terhadap produk awal yang berisi pertanyaan terkait kemudahan penggunaan alat dan keterbacaan LKS. Hal ini akan memberikan gambaran bahwa alat tersebut menyulitkan atau tidaknya ketika digunakan oleh siswa. Keterbacaan LKS dan penggunaan kalimat yang efektif sehingga siswa memahami langkah-langkah yang harus dilakukan. Hasil analisis angket ini diperoleh umpan balik untuk mengetahui kekurangan dari alat percobaan yang dikembangkan dan


(3)

29 selanjutnya dilakukan perbaikan. Kisi-kisi instrumen uji satu lawan satu dapat dilihat pada lampiran 5.

b) Uji Kelompok Kecil

Pada uji kelompok kecil ini, desain penelitian yang digunakan yaitu One-Shot Case Study yaitu memberikan perlakuan tertentu pada subjek

kemudian dilakukan pengukuran terhadap variabel tanpa adanya kelompok pembanding dan tes awal.. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat

kesesuaian dengan teori, kemenarikan, dan efektifitas media dalam pembelajaran. Pada uji ini, produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar dan sekaligus media belajar.

Sebagai umpan balik, pada tahap uji coba ini diberikan angket yang berisi uji kemanfaatan produk oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan, (3) ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal pelajaran fisika. Dari hasil uji tersebut akan diperoleh saran dan masukan terkait produk yang dihasilkam. Berdasarkan hal tersebut, oleh pengembang dilakukan peyempurnaan sehingga dihasilkan produk akhir. Kisi-kisi uji kelompok kecil dapat dilihat pada lampiran 6.

8. Produk Akhir

Pencetakan produk akhir setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji coba/revisi. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Dihasilkan alat eksperimen Gerak Jatuh Bebas yang dapat mengukur waktu jatuh benda secara otomatis, dapat memvariasikan ketinggian jatuh benda, pelepasan benda jatuh secara otomatis, dan dapat menyelidiki pengaruh massa benda terhadap waktu jatuh benda sebagai media pembelajaran yang telah teruji oleh ahli desain dan ahli materi dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah diuji ke pengguna dengan kualitas: sangat menarik, mudah digunakan, dan sangat bermanfaat menurut pengguna. Pemanfaatan alat menggunakan LKS sebagai media pembelajaran pelengkap alat eksperimen yang telah teruji oleh ahli dengan kualitas layak dan sesuai dengan teori, serta telah diuji ke pengguna dengan kualitas: sangat menarik, sangat mudah digunakan dan sangat bermanfaat menurut pengguna.

2. Alat eksperimen dan LKS Gerak Jatuh Bebas telah teruji dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran baik terhadap individu secara mandiri maupun berkelompok berdasarkan perolehan hasil belajar siswa pada uji eksternal terhadap siswa kelas X yaitu 100% siswa uji tuntas KKM dengan hasil belajar secara keseluruhan berkriteria baik.


(5)

44 B. Saran

Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru dan siswa dapat menggunakan alat Gerak Jatuh Bebas yang dikembangkan sebagai sumber dan media pembelajaran untuk menanamkan konsep Gerak Jatuh Bebas.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Alat Jatuh Bebas. http://www.alatperaga.com/app-mg-140-alat jatuh bebas.html. diakses pada tanggal 2 Desember 2012

Asyhar, Rayanda. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada (GP) Press Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial Nurani

Sejahtera.

Farid, Muhammad. 2010. Pengembangan LKS. http://faridmuh.wordpress.com/ 2010/12/19/pengembangan-lks/.html. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul 20.30 WIB

Hamalik, Oemar. 1986. Media Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka. Sadiman, A.S. Raharjo,R., Haryono, Anung & Rahardjito. 2006. Media

Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya. Jakarta: Pustekom dan Raja Grafindo Persada.

Safitri, Marfiana. 2012. Pengembangan Alat Praktikum Pengukuran Viskositas Fluida Sederhana dengan Memanfaatkan Sensor Cahaya Untuk

Pembelajaran Fisika Kelas XI Semester Genap Sman 1 Punggur. Skripsi.

Bandarlampung: Unila.

Susilana, Rudi, & Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.

Suyanto, Eko. 2006. Penguasaan Teori dan Praktik Membuat Skenario Pembelajaran Mikro. Bandarlampung: Unila.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Prenada Media Group

Sudarjo. 2012. Sensor Tepuk. http://kumpulanrangkaianelektronik.blogspot.com/ 2012/03/rangkaian-saklar-tepuk-clap-switch.html. Diakses pada tanggal 18 November 2012 pukul 19.30 WIB