PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO

(1)

Diana Apriliana

ABSTRAK

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO

SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA

IN VITRO

Oleh Diana Apriliana

Kacang tanah merupakan sumber protein nabati yang penting sebagai bahan pangan, pakan, dan industri di Indonesia. Namun produksi kacang tanah menurun karena serangan hama dan penyakit. Salah satu cara adalah mengembangkan varietas yang resisten dengan pemuliaan tanaman. Teknologi yang mendukung dalam program pemuliaan tanaman via rekayasa genetika adalah dengan kultur jaringan. Penerapan metode rekayasa genetika memerlukan eksplan yang mampu membentuk embrio somatik secara efisien sebagai target transformasi genetik. Salah satu hal yang penting yang mempengaruhi kompetensi eksplan dalam membentuk embrio somatik adalah umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui pengaruh umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison); (2) Mencari


(2)

Diana Apriliana umur fisiologis yang paling baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung pada bulan Januari sampai Mei 2010.

Percobaan menggunakan varietas Sima dan Bison. Pada setiap varietas

menggunakan rancangan acak lengkap dengan 15 ulangan pada varietas Sima dan 4 ulangan pada varietas Bison. Perlakuan yang diterapkan pada setiap varietas adalah umur kecambah benih sumber eksplan (0, 3, 6 dan 9 hari). Data hasil pengamatan dianalisis dengan ANOVA pada taraf nyata 5 %. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka pengujian dilakukan dengan BNT pada taraf 5 %. Hasil yang diamati adalah rata-rata jumlah embrio somatik per eksplan dan

persentase kalus embriogenik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada varietas Sima umur kecambah (0, 3, 6, dan 9 hari) berpengaruh terhadap rata-rata jumlah embrio somatik per eksplan dan persentase kalus embriogenik. Umur kecambah 3 dan 6 hari menghasilkan rata-rata jumlah embrio somatik lebih tinggi dibandingkan umur kecambah 0 dan 9 hari. Persentase kalus embriogenik pada umur kecambah 3, 6 dan 9 hari memberikan hasil yang sama dan lebih tinggi dibandingkan umur kecambah 0 hari. Pada varietas Bison, umur kecambah (0, 3, 6, dan 9 hari) tidak berpengaruh terhadap rata-rata jumlah embrio somatik per eksplan tetapi

berpengaruh terhadap persentase kalus embriogenik. Umur kecambah terbaik untuk persentase kalus embriogenik adalah 3 hari.


(3)

Diana Apriliana

ABSTRACT

THE EFFECT OF SEEDLING MATURITY AS THE SOURCE OF LEAFLET EXPLANTS ON THE INDUCTION OF SOMATIC

EMBRYOS OF TWO PEANUT VARIETIES IN VITRO

By

Diana Apriliana

The objectives of this study was to evaluate the effect of seedling maturity as the source of leaflet explants on the induction of somatic embryos of two peanut varieties in vitro. This study was conducted at Tissue Culture Laboratory,

Biotechnology Building, Faculty of Agriculture, University of Lampung, Bandar Lampung in January to May 2010. The experiment was arranged in completely randomized design. For explants from variety of Sima, experiment consisted of 15 replications; and from Bison 4 replications. The treatment was the seedling maturity consisted of four levels (0, 3, 6, and 9 days). The results indicated that the average number of somatic embryos. From explants of the seeds of Sima germinated 3 or 6 days was higher than that of 0 or 9 days. For variety of Bison the highest persentage of embryogenic calli was obtained from explant


(4)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Umur kecambah yang 0, 3, 6, dan 9 hari berpengaruh terhadap rata-rata jumlah embrio dan persentase kalus embriogenik varietas Sima.

2. Pada varietas Sima umur kecambah 3 dan 6 hari menghasilkan rata-rata jumlah embrio somatik tertinggi. Sedangkan pada umur kecambah 3, 6 dan 9 hari memberikan hasil persentase kalus embriogenik yang sama dan lebih tinggi dibandingkan umur kecambah 0 hari.

3. Umur kecambah 0, 3, 6, dan 9 hari tidak berpengaruh pada rata-rata jumlah embrio tetapi berpengaruh persentase kalus embriogenik yang terbentuk pada setiap eksplan pada varietas Bison.

4. Umur kecambah terbaik untuk persentase kalus embriogenik pada varietas Bison adalah 3 hari.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan untuk melakukan penelitian dengan variasi konsentrasi zat pengatur tumbuh picloram.


(5)

0

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO

SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA

IN VITRO

Oleh Diana Apriliana

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(6)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Tanaman ini dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan dan diproses menjadi minyak serta pakan ternak. Selain itu, daun dan bungkilnya dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman lain. Kacang tanah juga dikenal sebagai tanaman yang kaya protein dan lemak. Setiap 100 gram kacang tanah mentah mengandung 687 kalori, 9,2 gram protein, 71,2 gram lemak, dan 14,6 gram karbohidrat (Suprapto, 2004).

Sampai saat ini kebutuhan kacang tanah secara nasional belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Berdasarkan nilai skor pola pangan harapan (PPH),

selama periode 2005-2007 kualitas konsumsi pangan penduduk mengalami peningkatan dari 79,1 % pada tahun 2005, menjadi 82,8 % pada tahun 2007. Peningkatan skor mutu pangan tersebut disebabkan adanya peningkatan kualitas konsumsi pangan, terutama pada kelompok pangan hewani, kacang-kacangan serta sayur dan buah. Perkembangan pangan penduduk Indonesia untuk konsumsi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 0,49 kg/kapita/tahun dan meningkat pada tahun 2007 yaitu 0,74 kg/kapita/tahun (Susenas, 2007).


(7)

2 Data BPS pada tahun 2007, menunjukkan produksi kacang tanah tahun 2006 sebesar 838.000 ton/thn dan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 813.000 ton/ha. Sedangkan untuk luas panen juga menurun, tahun 2006 seluas 581.000 ha dan tahun 2007 menjadi 502.000 ha (BPS, 2007)

Peningkatan konsumsi pangan kacang tanah, tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan. Rendahnya produksi nasional kacang tanah, disamping pertanaman areal yang terbatas, diakibatkan juga oleh penggunaan benih yang bermutu rendah karena adanya serangan penyakit.

Agar produksi kacang tanah dapat ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas yang resisten (varietas unggul) antara lain dengan metode rekayasa genetika. Salah satu teknologi pertanian yang mendukung dalam upaya metode rekayasa genetika adalah teknologi kultur jaringan.

Peran kultur jaringan dalam menunjang agroindustri adalah penyediaan bibit yang bermutu dan penciptaan kultivar unggul. Teknik kultur jaringan dalam bidang agronomi berfungsi dalam perbanyakan vegetatif secara cepat, membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus, membantu program pemuliaan tanaman, dan produksi metabolit sekunder (Anonim, 2007).

Perbanyakan tanaman in vitro dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan organogenesis dan embriogenesis. Regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam perbanyakan tanaman. Embrio somatik juga diyakini sebagai cara terbaik untuk perbanyakan


(8)

3 vegetatif (in vitro) (Mavituna dan Buyukalaca, 1996 dalam Taryono, 2000). Embrio somatik merupakan proses terbentuknya embrio tanpa melalui fusi sel gamet tetapi hanya berkembang dari sel somatik. Selain itu, untuk keperluan tranformasi genetik, cara embriogenesis lebih dianjurkan karena tanaman yang diperoleh berasal dari satu sel somatik sehingga peluang diperolehnya transforman lebih tinggi. Keberhasilan regenerasi melalui embrio somatik dipengaruhi oleh jenis eksplan, ukuran eksplan, dan genotipe (Raghavan, 1986 dalam Zuyasna et al, 2005).

Pada kultur jaringan, bagian-bagian biji kacang tanah dapat digunakan sebagai sumber eksplan. Leaflet adalah bagian dari embrio kacang tanah yang baik digunakan sebagai eksplan karena terletak di dalam kotiledon sehingga terlindung dari serangan penyakit. Salah satu hal yang penting dari eksplan adalah umur fisiologis benih sumber eksplan, karena bagian-bagian tanaman yang masih muda terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi dari pada tanaman dewasa (Gunawan, 1995).

Selain itu, genotipe juga sangat mempengaruhi regenerasi kacang tanah secara in vitro. Menurut Pierik (1987) dalam Srilestari (2005), setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan genotipe merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan (Ritchie dan Hodges, 1993). Beberapa spesies atau kultivar mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk mengalami regenerasi secara in vitro dibandingkan spesies atau kultivar lain.


(9)

4 Berbagai macam kultivar kacang tanah yang ditanam di Indonesia, diantaranya adalah kultivar Sima dan Bison. Kultivar Sima tahan terhadap penyakit layu, karat daun, bercak daun, agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus . Umur panen 100-105 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha. Sedangkan kultivar Bison agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus , karat daun, bercak daun. Tahan terhadap naungan intensitas 25% sehingga sesuai untuk tanaman tumpang sari. Umur panen 90-95 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha

(www.balitkabi.litbang.deptan.go.id.2009).

Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah umur fisiolgis kecambah benih sumber eksplan leaflet memberikan respons positif dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Berapa umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet yang relatif baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Mencari umur fisiologis yang paling baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).


(10)

5 1.3 Landasan Teori

Kultur jaringan adalah teknik mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ serta menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh. Teori dasar kultur jaringan yaitu teori totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan dideferensiasi menjadi tanaman lengkap (Yusnita, 2003). Perakitan tanaman transgenik, kultur jaringan diperlukan dalam penyediaan sel atau jaringan target untuk transformasi genetik, seleksi, regenerasi sel' atau jaringan transgenik, dan perbanyakan rutin varietas tanaman transgenik yang dihasilkan (Edy et al., 2008).

Embriogenesis merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Wiliams dan Maheswara, 1986 dalam Sukmadjaja, 2005). Keunggulan embrio somatik yaitu jaringan meristem akar dan pucuk telah terbentuk pada saat embrio somatik masak, dan sifatnya serupa dengan embrio zigotik. Bibit yang diinginkan dengan mudah dapat dihasilkan hanya dengan mengecambahkan embrio somatik yang masak tersebut. Apabila embrio somatik dapat dihasilkan melalui penginduksian kalus yang bersifat embriogenik, maka kalus tersebut dapat diperbanyak secara tidak terbatas dan dimasakan setiap waktu (Merk, 1995 dalam Zuyasna et al., 2005).


(11)

6 Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesis somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis eksplan yang digunakan dan formulasi media yang

berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik (Sukmadjaja, 2005).

Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan in vitro, karena setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi berbeda (Narayanawasmy, 1994). Leaflet merupakan bagian embrio dan merupakan calon daun/pucuk tanaman yang paling banyak mensintesis hormon auksin yang

berperan besar dalam menginduksi embrio somatik.

Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan untuk membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman sangat dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan fisiologis tertentu seperti status hormon selama proses perkecambahan.

Perubahan tersebut berpengaruh terhadap kemampuan untuk menginduksi sel yang kompeten untuk membentuk embrio somatik. Persentase pembentukan kalus embriogenik pada eksplan leaflet varietas Sima, Bison, Kancil, Banteng relatif lebih tinggi pada umur kecambah 3 dan 6 hari (55-100%) dibandingkan dengan umur kecambah 0 hari (25-55%) (Edy et al., 2008).

Setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda (Pierik, 1987). Pada kacang tanah, sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan

membentuk embrio somatik dari eksplan (Mc Kently 1995, Ozias-Akins et al., 1992, Chenglrayan et al., 1998 dalam Zuyasna et al., 2005).


(12)

7

Untuk merangsang pembentukan embrio somatik diperlukan zat pengatur tumbuh. Uumumnya digunakan auksin yang kuat, seperti 2,4 D, Pikloram, atau NAA (Yusnita, 2003). Auksin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses embrio somatik, karena berfungsi sebagai pemacu terbentuknya simetri bilateral selama proses pemasakan embrio. Proses pengangkutan auksin didalam jaringan embrio bersifat polar dan apabila terganggu, maka inisiasi pembentukan

kotiledon pada fase globular akan terhambat (Taryono, 2000). Pikloram adalah jenis auksin kuat yang berdasarkan hasil evaluasi merupakan media terbaik untuk induksi embrio somatik dari eksplan daun embrio/leaflet kacang tanah (Zusyana et al., 2005).

1.4 Kerangka Pemikiran

Penggunaan bibit yang bermutu adalah faktor penting dalam bidang pertanian. Sampai saat ini kebutuhan kacang tanah secara nasional belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Hal ini antara lain disebabkan penggunaan benih yang bermutu rendah oleh adanya serangan penyakit. Agar produksi kacang tanah dapat ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas yang resisten (varietas unggul) antara lain dengan metode rekayasa genetika. Salah satu teknologi pertanian yang mendukung rekayasa genetika adalah kultur jaringan.

Terdapat beberapa cara untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif in vitro, tetapi embrio somatik diyakini sebagai cara terbaik. Regenerasi melalui


(13)

8 perbanyakan lebih cepat; (2) pencapaian hasil dalam mendukung program

perbaikan tanaman lebih cepat; (3) jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Mariska, 1996).

Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan tunas in vitro, setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi yang berbeda. Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Umur fisiologi eksplan mempengaruhi regenerasi embrio somatik kacang tanah karena bagian-bagian tanaman yang masih muda, terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi. Selain eksplan, genotipe juga mempengaruhi perkembangan embrio somatik. Sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan membentuk embrio somatik dari eksplan.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dibuatlah hiotesis sebagai berikut:

1. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) memberikan respons positif terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) 3 hari mempunyai pengaruh yang paling baik terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).


(1)

vegetatif (in vitro) (Mavituna dan Buyukalaca, 1996 dalam Taryono, 2000). Embrio somatik merupakan proses terbentuknya embrio tanpa melalui fusi sel gamet tetapi hanya berkembang dari sel somatik. Selain itu, untuk keperluan tranformasi genetik, cara embriogenesis lebih dianjurkan karena tanaman yang diperoleh berasal dari satu sel somatik sehingga peluang diperolehnya transforman lebih tinggi. Keberhasilan regenerasi melalui embrio somatik dipengaruhi oleh jenis eksplan, ukuran eksplan, dan genotipe (Raghavan, 1986 dalam Zuyasna et al, 2005).

Pada kultur jaringan, bagian-bagian biji kacang tanah dapat digunakan sebagai sumber eksplan. Leaflet adalah bagian dari embrio kacang tanah yang baik digunakan sebagai eksplan karena terletak di dalam kotiledon sehingga terlindung dari serangan penyakit. Salah satu hal yang penting dari eksplan adalah umur fisiologis benih sumber eksplan, karena bagian-bagian tanaman yang masih muda terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi dari pada tanaman dewasa (Gunawan, 1995).

Selain itu, genotipe juga sangat mempengaruhi regenerasi kacang tanah secara in vitro. Menurut Pierik (1987) dalam Srilestari (2005), setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan genotipe merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan (Ritchie dan Hodges, 1993). Beberapa spesies atau kultivar mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk mengalami regenerasi secara in vitro dibandingkan spesies atau kultivar lain.


(2)

Berbagai macam kultivar kacang tanah yang ditanam di Indonesia, diantaranya adalah kultivar Sima dan Bison. Kultivar Sima tahan terhadap penyakit layu, karat daun, bercak daun, agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus . Umur panen 100-105 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha. Sedangkan kultivar Bison agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus , karat daun, bercak daun. Tahan terhadap naungan intensitas 25% sehingga sesuai untuk tanaman tumpang sari. Umur panen 90-95 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha

(www.balitkabi.litbang.deptan.go.id.2009).

Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah umur fisiolgis kecambah benih sumber eksplan leaflet memberikan respons positif dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Berapa umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet yang relatif baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Mencari umur fisiologis yang paling baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).


(3)

1.3 Landasan Teori

Kultur jaringan adalah teknik mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ serta menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh. Teori dasar kultur jaringan yaitu teori totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan dideferensiasi menjadi tanaman lengkap (Yusnita, 2003). Perakitan tanaman transgenik, kultur jaringan diperlukan dalam penyediaan sel atau jaringan target untuk transformasi genetik, seleksi, regenerasi sel' atau jaringan transgenik, dan perbanyakan rutin varietas tanaman transgenik yang dihasilkan (Edy et al., 2008).

Embriogenesis merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Wiliams dan Maheswara, 1986 dalam Sukmadjaja, 2005). Keunggulan embrio somatik yaitu jaringan meristem akar dan pucuk telah terbentuk pada saat embrio somatik masak, dan sifatnya serupa dengan embrio zigotik. Bibit yang diinginkan dengan mudah dapat dihasilkan hanya dengan mengecambahkan embrio somatik yang masak tersebut. Apabila embrio somatik dapat dihasilkan melalui penginduksian kalus yang bersifat embriogenik, maka kalus tersebut dapat diperbanyak secara tidak terbatas dan dimasakan setiap waktu (Merk, 1995 dalam Zuyasna et al., 2005).


(4)

Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesis somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis eksplan yang digunakan dan formulasi media yang

berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik (Sukmadjaja, 2005).

Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan in vitro, karena setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi berbeda (Narayanawasmy, 1994). Leaflet merupakan bagian embrio dan merupakan calon daun/pucuk tanaman yang paling banyak mensintesis hormon auksin yang

berperan besar dalam menginduksi embrio somatik.

Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan untuk membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman sangat dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan fisiologis tertentu seperti status hormon selama proses perkecambahan.

Perubahan tersebut berpengaruh terhadap kemampuan untuk menginduksi sel yang kompeten untuk membentuk embrio somatik. Persentase pembentukan kalus embriogenik pada eksplan leaflet varietas Sima, Bison, Kancil, Banteng relatif lebih tinggi pada umur kecambah 3 dan 6 hari (55-100%) dibandingkan dengan umur kecambah 0 hari (25-55%) (Edy et al., 2008).

Setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda (Pierik, 1987). Pada kacang tanah, sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan

membentuk embrio somatik dari eksplan (Mc Kently 1995, Ozias-Akins et al., 1992, Chenglrayan et al., 1998 dalam Zuyasna et al., 2005).


(5)

Untuk merangsang pembentukan embrio somatik diperlukan zat pengatur tumbuh. Uumumnya digunakan auksin yang kuat, seperti 2,4 D, Pikloram, atau NAA (Yusnita, 2003). Auksin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses embrio somatik, karena berfungsi sebagai pemacu terbentuknya simetri bilateral selama proses pemasakan embrio. Proses pengangkutan auksin didalam jaringan embrio bersifat polar dan apabila terganggu, maka inisiasi pembentukan

kotiledon pada fase globular akan terhambat (Taryono, 2000). Pikloram adalah jenis auksin kuat yang berdasarkan hasil evaluasi merupakan media terbaik untuk induksi embrio somatik dari eksplan daun embrio/leaflet kacang tanah (Zusyana et al., 2005).

1.4 Kerangka Pemikiran

Penggunaan bibit yang bermutu adalah faktor penting dalam bidang pertanian. Sampai saat ini kebutuhan kacang tanah secara nasional belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Hal ini antara lain disebabkan penggunaan benih yang bermutu rendah oleh adanya serangan penyakit. Agar produksi kacang tanah dapat ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas yang resisten (varietas unggul) antara lain dengan metode rekayasa genetika. Salah satu teknologi pertanian yang mendukung rekayasa genetika adalah kultur jaringan.

Terdapat beberapa cara untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif in vitro, tetapi embrio somatik diyakini sebagai cara terbaik. Regenerasi melalui


(6)

perbanyakan lebih cepat; (2) pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih cepat; (3) jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Mariska, 1996).

Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan tunas in vitro, setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi yang berbeda. Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Umur fisiologi eksplan mempengaruhi regenerasi embrio somatik kacang tanah karena bagian-bagian tanaman yang masih muda, terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi. Selain eksplan, genotipe juga mempengaruhi perkembangan embrio somatik. Sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan membentuk embrio somatik dari eksplan.

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dibuatlah hiotesis sebagai berikut:

1. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) memberikan respons positif terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

2. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) 3 hari mempunyai pengaruh yang paling baik terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).