Pengertian dan Contoh Reaksi Autoredoks
Pengertian dan Contoh Reaksi Autoredoks Reaksi Disproporsionasi, Soal, Kunci
Jawaban Pengertian dan Contaksi Disproporsionasi, Soal, Kunci Jawaban - Mungkinkah dalam satu reaksi, suatu unsur mengalami reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus? Satu unsur dalam suatu reaksi mungkin saja mengalami reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus. Hal ini karena ada unsur yang mempunyai bilangan oksidasi lebih dari satu jenis. Reaksiautoredoks (reaksi disproporsionasi) adalah reaksi redoks di mana satu unsur mengalami reaksi
reduksi dan oksidasi sekaligus.Contoh : Apakah reaksi berikut termasuk reaksi autoredoks atau bukan? Jelaskan!
2 H
2 S + SO 2 → 3 S + 2 H
2 O Kunci Jawaban : Perubahan bilangan oksidasi unsur-unsur pada reaksi tersebut sebagai berikut.
Pada reaksi tersebut, berfungsi sebagai reduktor sedangkan berfungsi sebagai H
2 S SO
2 oksidator, sehingga reaksi tersebut termasuk autoredoks.
1. Tata Nama Senyawa Anorganik
a. Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa Biner adalah senyawa yang dibentuk dari dua unsur, yang berasal dari satu unsur logam dan satu unsur nonlogam atau dari dua unsur nonlogam.
1) Tata Nama Senyawa Biner Logam dengan Nonlogam a. Logam yang mempunyai satu bilangan oksidasi (alkali, alkali tanah, dan aluminium).
Penamaanya dengan menyebutkan nama logam di depan dan kemudian nama nonlogam diikuti akhiran –ida. Logam + Nonlogam –ida Contoh:
NaBr = Natrium Bromida MgBr = Magnesium Bromida
2 Na O = Natrium Oksida
2 CaS = Kalsium Sulfida
K O = Kalium Oksida
2
b. Logam yang mempunyai lebih dari 1 bilangan oksidasi, penulisan nama logam di depan disertai menuliskan bilangan oksidasi dengan angka Romawi dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang diakhiri dengan akhiran –ida. Logam + (bilangan oksidasi logam) + nonlogam –ida Contoh:
CuCI = Tembaga (I) Klorida SnO = Timah (II) Oksida CuCI = Tembaga (II) Klorida
2 SnO 2 = Timah (IV) Oksida
- 2+
Contoh: Kalsium Klorida (CaCI
2 ) terbentuk dari ion Ca dan CI , natrium oksida (Na
2 O), 2- +
terbentuk dari ion Na dan O . Cara lain menuliskan persamaan unsur logam yang memiliki bilangan oksidasi lebih dari satu yaitu sebagai berikut: (1) Unsur logam dengan bilangan oksidasi kecil ditulis dengan akhiran –o. (2) Unsur logam dengan bilangan oksidasi besar ditulis dengan akhiran –i. Contoh:
FeCI = Fero Klorida (Bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
2 FeCI = Feri Klorida (Bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
3 CuCI = Kupro Klorida (Bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
CuCI = Kupri Klorida (Bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
2 2) Tata Nama Senyawa Biner Nonlogam dengan Nonlogam
a. Atom yang cenderung bermuatan positif diletakkan didepan, sedangkan atom yang cenderung
bermuatan negatif diletakkan dibelakang dengan urutan berikut ini: B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F Contoh: Amonia = NH
3 bukan H
3 N
Air = H
2 O bukan OH
2
b. Senyawa dari dua jenis unsur nonlogam diberi nama kedua unsur yang bersangkutan, diberi
akhiran –ida.(1) Atom nonlogam yang hanya membentuk satu senyawa dengan atom lain, maka atom yang cenderung bermuatan posifit diletakkan di depan dan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan di belakang dengan akhiran –ida. Nonlogam (+) + nonlogam (-) –ida
Contoh:
H S = Hidrogen Sulfida
HBr = Hidrogen Bromida HCI = Hidrogen Klorida (2) Pasangan atom yang bersenyawa membentuk lebih dari satu jenis senyawa diberi nama dengan menyatakan jumlah atom tiap unsur dan diakhiri dengan –ida. Angka indeks dalam bahasa Yunani yaitu: 1 = Mono 3 = Tri 5 = Penta 7 = Hepta 2 = Di 4 = Tetra 6 = Heksa 8 = Okta Jumlah atom – nonlogam + jumlah atom – nonlogam –ida Namun, bila indeks 1 dimiliki unsur pertama, maka angka indeks tidak perlu disebutkan. Contoh: NO = Nitrogen Oksida CCI
4 = Karbon Tetraklorida
NO
2 = Nitrogen Dioksida
SO
3 = Belerang Trioksida
N
2 O 5 = Dinitrogen Pentaoksida
CI
2 O 7 = Dikloro Heptaoksida
(3) Untuk senyawa-senyawa yang sudah umum dikenal tidak perlu menggunakan aturan tersebut. Contoh:
NH
3 = Amonia
HO = Air