INFEKSI LUKA POST OPERASI PADA PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

(1)

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SRI FAJRIANI A.MARSAOLY 20120320077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

INFEKSI LUKA POST OPERASI PADA PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat

Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SRI FAJRIANI A.MARSAOLY 20120320077

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iii

hormat, dan rasa terima kasih yang tak terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada kalian yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada henti yang tak mungkin

dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Keluargaku yang di Tidore mama ade, om mael, mama ana, om uda, papa jaki, mama sung beserta saudara-saudariku Yusuf Marsaoly, Yaqin Marsaoly, Hafrianti Fansuri, Zulfikar, Fajri Ismail, Idos dan

Endo, serta semua keluarga besar yang senantiasa selalu memberikan dukungan dan doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu. Keluargaku di Jogja, untuk Kakek Suwasono SH, Nenek Chadidjah, Adik Rio, Mbak Tiwi dan Mbak Diah

terima kasih untuk dukungan, semangat dan nasehat-nasehat yang selalu diberikan.

Teman sebimbingan Zolfika Anggraini, Aulia Ayu, Ardhina dan Hasrul ini bukti perjuangan, doa, kesabaran, air mata dan semangat yang luar biasa kawan.

Saudara-saudariku terkasih Junaidi Abd.Rajak, Awaludin Hamid dan Muhlisa ismail yang telah memberikan perhatian, pengertian, dukungan, semangat, senyum canda tawa kalianlah yang menjadi

pelipu lara.

Sahabat-sahabatku Husnul Khomsiah, Riskawati, Riya Sabrina, Nurhikmah Maula, Nurul Maulidah, Arrifah Apriana, Arum Nugraheni, Isjawanti, Asti Kasim, Yayu Wardani, Nurhayati, Nurfitria Wulandari, M. Ali Akbar, Desiyanti Assagaf, Sry Cahyawaty dan Adik Siska Pratiwi yang selalu memberikan canda-tawa,


(4)

iv MOTTO

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan” (Al-Insyirah: 5)

“Jangan takut gagal karena yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah melangkah” –Buya Hamka

“Masa depan tergantung apa yang dilakukan hari ini” –Mahatma Gandhi “Barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun dilautan yang dalam” –Ir.Soekarno


(5)

v

Nama : Sri Fajriani A Marsaoly

NIM : 20120320077

Prodi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis benar-benar merupakan hasil karya tulis sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks yang dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “INFEKSI LUKA POST OPERASI PADA

PASIEN POST OPERASI DI BANGSAL BEDAH RS PKU

MUHAMMADIYAH BANTUL”. KTI ini tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Abdullah Marsaoly dan Ibunda Siti Hawa Amjad selaku orangtua peneliti yang telah memberikan doa, motivasi, pengorbanan, cinta dan kasih sayang setiap hari tiada henti pada penulis sehingga KTI ini dapat terselesaikan.

2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammdiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

3. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun Karya Tulis Ilmiah.

4. Shanti Wardaningsih.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.J selaku dosen koordinator blok KTI Program Studi Ilmu Keperawatan 2012 yang telah memberikan pengarahan dan motivasi guna terselesaikannya penyusunan penelitian ini.


(7)

vii

6. Arianti S.kep., Ns., M.kep., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun KTI ini.

7. Direktur dan seluruh staf RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang telah memberikan izin tempat dan bantuannya dalam penelitian ini.

8. Teman-teman PSIK 2012 dan semua pihak yang membantu kelancaran penyusunan KTI ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya. Demi kebaikan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Yogyakarta, Agustus 2016

Penulis Sri Fajriani A Marsaoly


(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. . i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iii

MOTTO………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN……….. . v

KATA PENGANTAR………. vi

DAFTAR ISI……….... viii

DAFTAR TABEL……….. . x

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR SINGKATAN………. xii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiii

INTISARI………. xiv

ABSTRACT………. . xv

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

A. Latar Belakang Masalah……….... 1

B. Rumusan Masalah……… . 6

C. Tujuan Penelitian………. . 7

D. Manfaat Penelitian………... . 8

E. Penelitian Terkait………. . 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 12

A. Definisi infeksi luka operasi……… . 12

B. Jenis luka operasi………..………... . 14

C. Tanda-tanda infeksi…………...……….... 17

D. Faktor resiko ILO……….………. 19

E. Kerangka konsep……….……….. 25

BAB III METODE PENELITIAN………... . 26

A. Desain Penelitian………. . 26

B. Populasi dan Sampel……… . 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian………... . 27

D. Variabel dan Definisi Operasional………... . 28

E. Instrumen Penelitian……… . 28

F. Tahapan Penelitian dan Cara Pengumpulan Data……… . 31

G. Uji Validitas dan Reliabilitas………... . 33

H. Analisis Data……… . 33

I. Etika Penelitian……… . 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 37

A. Gambaran umum lokasi penelitian……….... 37

B. Hasil Penelitian……… . 38

C. Pembahasan………... 41


(9)

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional……… . 28

Tabel 3.2 Observasi Kejadian Infeksi... . 29

Tabel 4. 1 Karakteristik Responden………. . 39

Tabel 4.2 Karakteristik Operasi………... . 40


(11)

xi


(12)

xii

DAFTAR SINGKATAN ILO = Infeksi Luka Operasi

WHO = World Health Organization

NNIS = National Nosocomial Infection Surveilace SSI = Surgical Site Infection

DEPKES = Depertemen Kesehatan RI = Republik Indonesia

RSMH = Rumah Sakit Mohammad Hoesin RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah RSUP = Rumah Sakit Umum Pemerintah BB = Berat Badan

SC = Sectio Caesarea IDO = Infeksi Daerah Operasi CDC = Centers for Disease Control


(13)

xiii Lampiran 3 Lembar Observasi Penelitian Lampiran 4 Penjelasan Dari Lembar Observasi

Lampiran 5 Hasil SPSS (Statistical Product and Service Solution) Lampiran 6 Surat Keterangan Kelayakan Etik


(14)

(15)

xiv Sri Fajriani A Marsaoly1, Fahni Haris2 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UMY, 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UMY

INTISARI

Latar Belakang: Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi pada pasien paska pembedahan. kejadian ILO rumah sakit di Indonesia sebanyak 55,1%. Faktor kejadian ILO dari pasien misalnya DM, obesitas, malnutrsi berat serta faktor lokasi luka sedangkan faktor operasi misalnya lama operasi serta prosedur operasi. luka operasi dikatakan terinfeksi apabila luka tersebut mengeluarkan nanah atau pus serta mengalami tanda-tanda inflamasi.

Tujuan: Mengetahui angka ILO di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Bantul.

Metode: Observasional deskriptif kuantitatif. Teknik sampel yang digunakan adalah metode accidental sampling. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 288 populasi dan 44 responden sebagai sampel penelitian.

Hasil: Rata-rata responden berumur 36-45 tahun (36%), berjenis kelamin laki-laki (72%). Sebanyak 26 responden mempunyai penyakit penyerta meliputi DM (27%), hipertensi (18%) dan stroke (13%). Responden yang mendapatkan lama operasi kurang dari 2 jam sebanyak 25 responden (56%).

Infeksi ringan sebanyak 22 pasien (45%), infeksi sedang sebanyak 14 pasien (31%), tidak ada infeksi sebanyak 7 pasien (15%) dan infeksi berat sebanyak 3 pasien (6%).

Kesimpulan: Infeksi ringan sebanyak 20 pasien, infeksi sedang sebanyak 14 pasien, tidak ada infeksi sebanyak 7 dan infeksi berat sebanyak 3 pasien.


(16)

xv

ABSTRACT

Background: Surgical site infections (SSI) is an infection that occurs in patients after surgery. SSI incidence of hospital in Indonesia as much as 55.1%. Factors SSI incidence of patients eg diabetes, obesity, weight and location factors malnutrsi injury while operating factors such as their length as well as the operation of the surgical procedure. surgical wound infection when the wound secrete pus as well as experiencing the signs of inflammation.

.

Purpose: Knowing the SSI figures in the Surgical Ward PKU Muhammadiyah Hospital in Bantul.

Methods: Observational descriptive quantitative. The sampling technique used was accidental sampling method. Total population in this study population and 44 288 respondents as samples.

Result: On average the respondents age 36-45 years (36%), male gender (72%). A total of 26 respondents have comorbidities include diabetes mellitus (27%), hypertension (18%) and stroke (13%). Respondents who get less operating time of 2 hours at 25 respondents (56%).

Mild infections were 20 patients (45%), infections were as many as 14 patients (31%), not infection of 7 (15%) and severe infection of 3 patients (6%).

Conclusion: Mild infections were 20 patients, infections were as many as 14 patients, not infection of 7 and severe infection of 3 patients.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi yang sering terjadi pada pasien paska pembedahan (Pandjaitan, 2013). Survey World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa angka kejadian ILO di dunia berkisar antara 5% sampai 15% (WHO, 2015). Data WHO menunjukkan bahwa sekitar 5% -34% dari total infeksi nosokomial adalah ILO (Haryanti dkk, 2013). National Nosocomial Infection Surveillace (NNIS, 2010) United States America mengindikasikan bahwa ILO merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit mengalami ILO. Penelitian di Nigeria tahun 2009 melaporkan bahwa dari pasien post operasi yang dilakukan pemeriksaan kultur ILO 5%-10% diantaranya berkultur positif mengandung bakteri (Setyarini, Barus & Dwitari, 2013).

Menurut DEPKES RI tahun 2011 angka kejadian ILO pada rumah sakit pemerintah di Indonesia sebanyak 55,1% (Asyifa, Suarniant & Mato, 2012). Hasil penelitian Yuwono (2013), membuktikan bahwa angka kejadian ILO di RS Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang sebanyak 56,67% yang terdiri dari ILO superfisial incision 70,6%, ILO deep incision 23,5% dan ILO organ 5,9%. ILO ditemukan paling cepat hari ketiga dan yang terbanyak ditemukan pada hari ke lima dan yang paling lama adalah hari ketujuh. Data indikator mutu pelayanan yang diperoleh dari RSUD Dr.


(18)

2

Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2011 (periode April sampai September) terdapat angka kejadian infeksi luka operasi di sebuah ruangan yaitu ruang C1 yang memiliki tingkat infeksi tertinggi yaitu untuk luka operasi mencapai 8.00% pada bulan Mei dan pada bulan Juni 6.25% (Sinaga & Tarigan, 2012).

Kejadian ILO di RS Umum Pemerintah (RSUP) Dr. Sardjito merupakan urutan kedua diperoleh data sebanyak 17% setelah urinary tract infections (Dahesihdewi, 2015). Hasil penelitian Rusmawati (2013) di RSUD Panembahan Senopati Bantul didapatkan data bahwa sebanyak 87% pasien yang mendapatkan tindakan pembedahan terkena infeksi superfisial dan 13% terkena infeksi deep incision dikarenakan faktor karakterisrik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan (BB), lama operasi, jenis operasi serta faktor dari pelaksana operasi meliputi riwayat kesehatan, penggunaan obat, penggunaan drain, implant, dressing serta perawatan luka.

Faktor kejadian ILO antara lain dari pasien misalnya diabetes mellitus, obesitas, malnutrsi berat serta faktor lokasi luka yang meliputi pencukuran daerah operasi, suplai darah yang buruk ke daerah operasi, dan lokasi luka yang mudah tercemar sedangkan, faktor operasi misalnya lama operasi, penggunaan antibiotik profilaksis, ventilasi ruang operasi, tehnik operasi (Septiari, 2012). Faktor kejadian ILO pada pra operasi meliputi persiapan kulit yaitu tidak membersihkan daerah operasi atau tidak melakukan pencukuran didaerah bedah dengan rambut yang lebat (Riyadi & Hatmoko, 2012). Faktor kejadian ILO intra operasi salah satunya yaitu teknik operasi


(19)

yang harus dilakukan dengan baik untuk menghindari kerusakan jaringan yang berlebihan, pendarahan, infeksi, lama operasi, pemakaian drain (Septiari, 2012).

Kejadian ILO terkait operasi juga disebabkan oleh mikroorganisme patogen yang mengkontaminasi daerah luka operasi pada saat berlangsungnya operasi atau sesudah operasi saat pasien dirawat di rumah sakit (Kurnia, Tripriadi & Andrini, 2013). Faktor kejadian ILO post operasi meliputi nutrisi, personal hygiene, mobilisasi dan perawatan luka (Riyadi&Hatmoko). Menurut Rosaliya (2010) hari perawatan luka >5 hari akan meningkatkan terjadinya ILO. Prosedur perawatan luka harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan bertujuan agar mempercepat proses penyembuhan dan bebas dari infeksi luka yang ditimbulkan dari infeksi nosokomial (Noch, Rompas & Kallo, 2015).

Menurut Septiari (2012) mengatakan luka operasi dikatakan terinfeksi apabila luka tersebut mengeluarkan nanah atau pus dan kemungkinan terinfeksi apabila luka tersebut mengalami tanda-tanda inflamasi. Potter dan Perry (2006) yang menyatakan bahwa infeksi luka paska operasi merupakan salah satu masalah utama dalam praktek pembedahan dan infeksi menghambat proses penyembuhan luka sehingga menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas bertambah besar yang menyebabkan lama hari perawatan. Lama perawatan yang memanjang disebabkan karena beberapa faktor, yaitu faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri dari pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat, teknik operasi, obat-obatan, dan


(20)

4

perawatan luka sedangkan faktor intrinsik terdiri dari usia, gangguan sirkulasi, nyeri, dan penyakit penyerta serta faktor lainnya adalah mobilisasi (Majid, Judha, dan Istianah, 2011). Penelitian Dias Minovanti (2014) didapatkan hasil bahwa mayoritas infeksi luka operasi yang terjadi di RS Hermina Daan Mogot Jakarta Barat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain petugas kesehatan (perawat).

Tingginya kejadian ILO pada pasien paska pembedahan maka perawat dituntut bertanggung jawab menjaga keselamatan klien di rumah sakit, salah satunya mengurangi angka kejadian ILO (Putra & Asrizal, 2012). Menurunkan kejadian infeksi terkait dengan pencegahan ILO bisa dilakukan oleh pelayanan kesehatan pada pasien, petugas kesehatan, pengunjung serta fasilitas pelayanan kesehatan (Pandjaitan, 2015). Faktor kejadian ILO pada pasien dari penyakit penyerta yang dialami pasien seperti diabetes atau pada pasien yang memiliki kelebihan gula darah yang tidak terkontrol saat operasi diketahui dapat meningkatkan risiko terhadap ILO (Faridah, Andayani & Inayati, 2012). Pasien dapat melakukan perbaikan keadaan sebelum operasi meliputi diabetes mellitus, mal nutrisi, infeksi, obesitas sehingga menurunkan angka kejadian ILO (Septiari, 2013). Menurunkan kejadian ILO bisa dilakukan oleh perawat terhadap perawatan luka yang baik dan benar sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) (Sutrisno, Intang &Suhartatik).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan 26 November sampai 17 Desember 2015 yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis RSU PKU Muhammadiyah Bantul didapatkan bahwa pada tahun 2014 dilaporkan


(21)

5 pasien post pembedahan mengalami komplikasi pembedahan yaitu ILO kemudian pada tahun 2015 (periode januari sampai oktober) didapatkan angka kejadian ILO < 5% dan pada tanggal 01 november sampai 24 november 2015 < 5 sedangkan, jumlah pasien yang melakukan operasi di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun 2014 sebanyak 2.592 dan tahun 2015 sebanyak 3.176. Jumlah pasien operasi umum mendapat kenaikan dua bulan terakhir dimana pada bulan September 2015 82 pasien sedangkan, bulan Oktober 2015 berjumlah 93. Data pasien yang mengalami ILO di RSU PKU Muhammadiyah Bantul masih banyak yang belum terdeteksi karena untuk sistem pelaporan kejadian infeksi masih kurang maka dari itu peneliti melakukan screening awal tanda-tanda infeksi yang terjadi pada pasien post pembedahan serta masalah ini belum pernah diteliti sebelumnya di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Usamah bin Zaid r.a berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Ada suatu azab yang Allah mengutusnya (untuk) menimpa kepada seseorang yang Ia kehendakinya. Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidaklah bagi seseorang yang tertimpa penyakit atau wabah kemudian ia berdiam diri di wilayahnya itu dengan sabar dan ia menyadari bahwa penyakit atau wabah itu tidak akan menimpa kecuali telah ditetapkan Allah, kecuali ia memperoleh pahala bagaikan orang mati syahid (H.R. Al-Bukhari).

Penjelasan dari hadist diatas bahwa seseorang atau penduduk yang wilayahnya terkena wabah dan tidak boleh keluar dari wilayah itu supaya mereka bersabar sama hal dengan di rumah sakit apabila rumah sakit tersebut terkena wabah atau penyakit maka tenaga kesehatan khususnya perawat dan pasien harus bersabar. Penyakit atau wabah itu tidak akan menular kepada orang kecuali atas kehendak Allah. Pahala orang yang sabar (tidak keluar dari


(22)

6

wilayahnya) memperoleh pahala sama dengan orang mati syahid dan seseorang yang sabar akan berada dalam lindungan Allah SWT.

Berdasarkan latar belakang atau fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengambil penelitian dengan judul : “Infeksi Luka Post Operasi pada Pasien Post Operasi di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Berapakah Insiden Infeksi Luka Post Operasi pada Pasien Post Operasi di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul”?.


(23)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui angka infeksi luka post operasi di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Bantul.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi karakteristik pasien post operasi di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Bantul.

b. Mengidentifikasi insiden infeksi ringan, sedang dan berat luka post operasi di Bangsal Bedah RS PKU Muhammadiyah Bantul.


(24)

8

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini merupakan screening awal tanda-tanda infeksi yang diharapkan dapat melengkapi data infeksi pada pasien post operasi. 2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi terkait tanda-tanda infeksi sebagai masukan untuk mengembangkan keilmuan khususnya ilmu keperawatan.

3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk meningkatkan profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan kepada klien. 4. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan infeksi pada pasien post operasi.

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi data awal untuk penelitian lanjutan.


(25)

E. Penelitian Terkait

Penelitian terkait atau penelitian yang hampir mirip yang telah dilakukan oleh peneliti lain adalah sebagai berikut :

1. Fitri Hastuti (2010) dengan judul penelitian “Gambaran Pelaksanaan Pelaksanaan Perawatan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (SC) dan Kejadian Infeksi di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakata” Desain penelitian yang diambil pada penelitian ini yaitu menggunakan deskriptif observasional dengan pendekatan prospektif dan pemelihan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan data yang terkumpul dianalisis dengan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian infeksi luka post operasi SC di Ruang Mawar I RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar tidak terjadi infeksi luka operasi (87%). Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan perbedaannya yaitu pendekatan dan pemelihan sampel, waktu, serta tempat penelitian.

2. Peneliti Andi Kurnia, Effif Syofra Tripriadi, & Fauzia Andrini (2013) dengan judul “Gambaran Penderita Infeksi Luka Operasi Pada Pasien Pasca Operasi Bersih (Clean) Di RSUD Arrifin Achmad Provinsi Riau” Desain Penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif serta teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa prevalensi infeksi luka operasi bedah dalam penelitian ini adalah 13 pasien dari 192 pasien. Persamaan


(26)

10

dari penelitian yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan perbedaannya tekhnik pengambilan sampling, waktu dan lokasi penelitian.

3. Peneliti Henni Rusmawati RM (2013) dengan judul “Surveillance Kejadian Infeksi Daerah Operasi (IDO) Di RSUD Panembahan Senopati Bantul” Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif analitik non eksperimental serta teknik pengambilan sampel accidental sampling. Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa sebanyak 87% pasien yang mendapatkan tindakan pembedahan terkena infeksi superfisial dan 13% terkena infeksi deep incision serta mikroorganisme terbanyak penyebab infeksi daerah operasi yaitu staphylococcus aureus sebanyak 40%. Persamaan dari penelitian yaitu teknik pengambilan sampel sedangkan perbedaannya waktu, lokasi atau tempat penelitian. 4. Peneliti Eustachius Hagni Wardoyo, Enty Tjoa, Dwiana Ocvyanty &

Lucky H Moehario (2014) dengan judul “Infeksi Luka Operasi (ILO) di Bangsal Kebidanan dan Kandungan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM)” Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif analitik serta teknik sampling menggunakan purposive sampling. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa insidens ILO bangsal Kebidanan dan Kandungan pada Agustus–Oktober 2011 dilaporkan 4,4% serta E. coli merupakan organisme penyebab ILO terbanyak. Persamaan dari penelitian yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif


(27)

sedangkan perbedaannya tekhnik pengambilan sampling, waktu dan lokasi penelitian.

5. Peneliti M.Irvan Noorrahman, Dimas Pramita Nugraha, Afdal (2016) dengan judul “Gambaran Kejadian Infeksi Luka Operasi (Surgical Site Infection) Pasca Operasi Terbuka Batu Saluran Kemih di RSUD Arifin Achmad” Desain Penelitian pada penelitian ini menggunakan deskriptif retrospektif serta teknik sampling menggunakan purposive sampling. Penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa jumlah ILO pasca operasi terbuka batu kemih di RSUD Arifin Achmad 1 Januari - 31 Desember periode lebih rendah. Persamaan dari penelitian yaitu sama-sama menggunakan jenis penelitian kuantitatif sedangkan perbedaannya tekhnik pengambilan sampling, waktu dan lokasi penelitian.


(28)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Infeksi Luka Operasi

Menurut kamus kedokteran Dorland (2012) infeksi merupakan masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan. Menurut Potter dan Perry (2010) bahwa infeksi luka adalah infeksi yang sering ditemukan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan atau nosokomial. Infeksi luka operasi merupakan salah satu contoh infeksi nosokomial yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi, dan infeksi tersebut sangat berhubungan dengan operasi, dan melibatkan suatu bagian anatomis tertentu pada tempat insisi saat operasi (Septiari, 2012). Luka operasi merupakan luka akut yang terjadi mendadak dilakukan pada daerah kulit serta penyembuhan sesuai dengan waktu yang di perkirakan serta dapat disembuhkan dengan baik bila terjadi komplikasi (Ekaputra, 2013).

Infeksi luka operasi yaitu infeksi pada daerah operasi atau organ atau ruang yang terjadi dalam 30 hari pasca operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant (Hidajat, 2012). Infeksi luka operasi merupakan infeksi insisi ataupun organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari setelah operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant yang melibatkan kulit dan jaringan lunak yang lebih dalam (Tietjen, Bossemeyer & Noel, 2011). Menurut NNIS, kriteria untuk menentukan jenis ILO adalah sebagai berikut :


(29)

1. Superficial Incision SSI (ITP Superfisial) merupakan infeksi yang terjadi paska operasi dalam kurun waktu 30 hari dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :

a. Terdapat cairan purulent.

b. Kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.

c. Terdapat minimal 1 dari tanda-tanda inflamasi. Tanda-tanda inflamasi meliputi kemerahan, panas, bengkak, nyeri, fungsi laesa terganggu (Septiari, 2012).

2. Deep Insicional SSI (ITP Dalam) merupakan infeksi yang terjadi paska operasi dalam kurun waktu 30 hari paska jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan insisi dan melibatkan jaringan yang lebih dalam misalnya jaringan otot atau fasia pada tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda berikut :

a. Keluar cairan purulen dari tempat insisi.

b. Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda inflamasi.

c. Ditemukannya adanya abses pada preoperasi dan radiologis. d. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.

3. Organ/Space SSI merupakan infeksi yang terjadi pasca operasi dalam kurun waktu 30 hari yang melibatkan suatu bagian anotomi tertentu contoh organ atau ruang pada tempat insisi yang dibuka atau


(30)

14

dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda berikut :

a. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam. b. Didapat isolasi bakteri dari organ dalam. c. Ditemukan abses.

d. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter. B. Jenis luka operasi

Menurut Ekaputra (2013), luka operasi dapat dibagi sebagai berikut : 1. Luka operasi bersih

Pembuatan luka atau operasi dilakukan pada daerah kulit tanpa peradangan dengan tidak membuka traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, traktus orofaring, traktus urinarius, atau traktus bilier. Operasi dilakukan dengan penutupan kulit primer atau pemakaian drain tertutup, misalnya luka pada daerah wajah, kepala, ekstermitas atas atau bawah.

2. Luka bersih terkontaminasi

Pembuatan luka atau operasi dengan membuka traktus digestive, traktus urinarius, traktus respiratorius sampai dengan orofaring, traktus reproduksi kecuali ovarium. Misalnya operasi pada traktus bilier, apendiks, vagina atau orofaring, laparatomi, trakeotommi, neprostomi. 3. Luka kotor atau kronik

Operasi yang melewati daerah purulent, inflamasi memanjang dan hasil klinis menunjukkan adanya infeksi.


(31)

Menurut Septiari (2012) pembedahan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu : 1. Operasi Bersih

Operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang melibatkan luka steril, dan dilakukan dengan memperhatikan prosedur aseptik dan antiaseptik. Operasi bersih saluran pencernaan maupun saluran pernapasan serta saluran perkemihan tidak dibuka. Contohnya hernia, tumor payudara, tumor kulit.

2. Operasi bersih terkontaminasi

Operasi seperti keadaan di atas dengan daerah-daerah yang terlibat pembedahan seperti saluran napas, saluran kemih, atau pemasangan drain. Contohnya prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.

3. Operasi terkontaminasi

Operasi yang dikerjakan pada daerah dengan luka yang terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing. Tanda-tanda infeksi tidak ada namun kontaminasi jelas karena saluran pernafasan, pencernaan atau perkemihan dibuka. Tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik dan antiaseptik contohnya operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat trauma).

4. Operasi kotor

Operasi ini yang melibatkan daerah dengan luka yang telah terjadi lebih dari 10 jam. Tanda-tanda klinis infeksi luka contohnya luka trauma yang lama, perforasi usus. Operasi dilakukan apabila ada keadaan darurat saja.


(32)

16

Menurut Tietjen, Bossemeyer & Noel (2011), klasifikasi luka bedah terdiri dari empat kategori sebagai berikut :

1. Kelas I - Bersih

Luka Operasi yang tidak terinfeksi serta tanpa peradangan dan tidak masuk saluran pernapasan, gastrointestinal dan perkemihan. Contohnya hernia repair, biopsi mammae.

2. Kelas II - Bersih Terkontaminasi

Luka yang masuk saluran napas, gastrointestinal, genital atau saluran perkemihan di bawah kondisi terkontrol tetapi tanpa kontaminasi luar biasa. Contohnya cholecystectomy, operasi saluran pencernaan elektif.

3. Kelas III - Terkontaminasi

Luka terbuka luka baru atau suatu pembedahan dalam teknik aseptic dan termasuk suatu insisi dimana ditemukan peradangan akut tidak bernanah. Contohnya trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy saat obstrusi usus. 4. Kelas IV – Kotor

Luka lama dengan jaringan mati dan luka yang melibatkan infeksi klinis yang telah ada atau perforasi usus, yang menyebabkan infeksi pasca pembedahan yang terdapat luka sebelum pembedahan. Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak.


(33)

C. Tanda-tanda Infeksi

Menurut Septiari (2012) tanda-tanda infeksi adalah sebagai berikut : 1. Rubor (Kemerahan)

Rubor adalah kemerahan, ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena peningkatan aliran darah ke area tersebut sehingga menimbulkan warna kemerahan.

2. Calor (Panas)

Kalor adalah rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas, ini terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen atau penyebab infeksi.

3. Tumor (Bengkak)

Tumor dalam konteks gejala infeksi bukan sel kanker seperti yang umum dibicarakan akan tetapi pembengkakan yang terjadi pada area yang mengalami infeksi karena meningkatnya permeabilitas sel dan meningkatnya aliran darah.

4. Dolor (Nyeri)

Dolor adalah rasa nyeri yang dialami pada area yang mengalami infeksi, ini terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga menimbulkan nyeri. Rasa nyeri mengisyaratkan bahwa terjadi gangguan atau sesuatu yang tidak normal jadi jangan abaikan nyeri karena mungkin saja ada sesuatu yang berbahaya.


(34)

18

Menurut Morison (2003) terkait tingkatan tanda-tanda infeksi meliputi eksudat merupakan sesuatu yang keluar dari luka, cairan luka, drainase luka dan kelebihan cairan normal tubuh. Eksudat yang dikatakan minimal yaitu tidak ada eksudat atau ada eksudat tetapi tidak purulen, dan jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa balutan, dikatakan eksudat sedang apabila eksudat berwarna kekuningan dan jumlahnya maksimal setengah dari kassa balutan dan dikatakan eksudat banyak apabila eksudat purulen dan jumlahnya lebih dari setengah kassa pembalut. Eritema merupakan kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler yang reversible. Eritema dinilai minimal jika tidak ada eritema atau ada eritema tetapi tidak terlalu tampak, dikatakan eritema sedang apabila hanya sekitar jaringan yang artinya ada eritema, tetapi tidak lebih dari 0,5 cm dari luka kemudian dikatakan eritema banyak apabila meluas keluar daerah sekitar luka artinya ada eritema dan meluas lebih dari 0,5 cm dari luka.

Edema (bengkak) merupakan pembengkakan yang terjadi dikarenakan penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ dalam tubuh. Edema dikatakan ringan apabila tidak ada edema atau ada edema tetapi tidak terlalu tampak, dikatakan edema sedang apabila tampak ada edema tetapi tidak disertai kemerahan kemudian dikatakan edema berat apabila tampak sekali ada edema yang menonjol dan disertai kemerahan. Hematoma merupakan suatu kondisi dimana darah


(35)

terakumalasi diluar pembuluh darah atau pengaruh dari pendarahan internal.

Letak nyeri dinilai ringan apabila hanya di daerah luka, letak nyeri dinilai sedang apabila hanya di daerah luka sedangkan dinilai berat jika nyeri menyebar ke daerah sekitar luka. Intensitas nyeri dinilai ringan jika tidak ada nyeri atau hanya pada saat penggantian balutan, dinilai sedang apabila nyeri yang dirasa kadang-kadang muncul dan dinilai berat apabila rasa nyeri selalu dirasakan pasien. Bau dinilai ringan apabila tidak ada bau, bau dinilai sedang apabila terdapat bau yang tidak menusuk saat balutan dibuka sedangkan bau dinilai berat jika terdapat bau yang menusuk, baik saat balutan belum dibuka maupun setelah dibuka.

D. Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi

Menurut CDC (2012) Faktor resiko ILO adalah faktor pasien meliputi status nutrisi, diabetes tidak terkontrol, merokok, obesitas, infeksi yang terjadi sebelum operasi di tempat selain lokasi operasi, kolonisasi mikroorganisme, imunodefisiensi, lama tinggal di rumah sakit sebelum operasi sedangkan, faktor operasi cukur rambut pre-operatif, skin preparation pre-operatif, durasi operasi, antibiotik profilaksis, ventilasi ruang operasi, benda asing di lokasi operasi, drain bedah, teknik bedah (hemostasis tidak baik, gagal menghilangkan dead space, trauma jaringan).

Menurut Tietjen, Bossemeyer & Noel (2011) faktir resiko infeksi luka meliputi obesitas merupakan resiko infeksi karena memerlukan insisi yang lebih lebar, mengurangi sirkulasi pada jaringan lemak atau kesulitan


(36)

20

teknik melakukan pembedahan melalui lapisan lemak yang tebal. Imunodefisiensi merupakan pasien dengan penyakit HIV/AIDS, pasien dengan menggunakan kortikosteroid kronis seperti terjadi pada pasien asma atau perokok berat sehingga memiliki resiko infeksi luka operasi yang lebih besar. Malnutrisi, usia, ras, status sosialekonomi & penyakit kronis, perawatan prabedah terlalu lama, pembersihan rambut prabedah, persiapan kulit yang luas pada tempat insisi yang akan dibuat, teknik bedah, lamanya tindakan bedah, pulang segera pascabedah.

Faktor resiko infeksi luka operasi antara lain (Darmadi, 2008) antara lain sebagai berikut :

1. Tingkat kontaminasi luka yang terkait dengan jenis operasi.

2. Faktor penjamu yaitu faktor predisposisi yang dimiliki oleh penderita misalnya obesitas, adanya infeksi peioperatif, penggunaan obat kortikosteroid, penyakit penyerta seperti diabetes mellitus serta mal nutrisi berat.

3. Faktor lokasi luka operasi disebabkan karena adanya suplai darah yang buruk ke daerah operasi, pencukuran daerah operasi (cara dan waktu pencukuran), lokasi luka yang mudah tercemar (dekat perineum), persiapan dan kesiapan operasi, devitalisasi jaringan, benda asing, lamanya proses pembedahan berlangsung maka makin besar infeksi yang terjadi, lama hari perawatan dirumah sakit maka terjadi infeksi makin besar.


(37)

Menurut Morison (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi pada luka operasi meliputi:

1. Durasi rawat inap pra operatif

Semakin lama pasien dirawat di rumah sakit sebelum operasi, maka semakin rentan terhadap infeksi luka. Alasan tepat mengenai kondisi tersebut tidak dapat diketahui secara pasti, tetapi dimungkinkan karena kulit pasien terpapar mikroorganisme rumah sakit yang resisten terhadap antibiotik multipel.

2. Persiapan kulit pra operatif

Beberapa bentuk persiapan kulita pra operasi meliputi mandi dengan sabun, mencukur sekitar daerah yang akan dioperasi.

3. Penggunaan antibiotik profilaksis

Penggunaan antibiotik profilaksis membuat risiko infeksi berkurang sampai dengan 75%. Pemberian antibiotik secara umum diberikan satu jam sebelum pembedahan maupun selama induksi anesthesia.

4. Faktor selama operasi

Lamanya operasi, tingkat trauma yang diderita jaringan selama operasi, masuknya benda asing, misalnya benang atau drain mempengaruhi probabilitas infeksi luka operasi dan kemungkinan tinggi terjadinya kerusakan luka berikutnya.


(38)

22

5. Perawatan luka pasca operatif

Perawat memiliki peranan yang sangat penting dalam pentalaksanaan luka bedah tertutup. Peran perawat meliputi observasi luka dan pengkajian pasien, penggantian balutan dan perawatan luka secara umum. Ruang perawatan luka operasi juga berpengaruh terhadap peningkatan risiko infeksi. Untuk mencegah kontaminasi udara pada luka, ruang perawatan direkomendasikan memiliki sistem ventilasi mekanik yang baik.

Menurut Faridah (2012) karakteristik pasien yang perlu diwaspadai terhadap resiko kemungkinan terkena ILO adalah umur pasien dan penyakit penyerta yang dialami pasien. Umur pasien perlu diwaspadai terkait hubungannya dengan kejadian ILO, misalnya pada kasus geriatri terdapat banyak kemungkinan penyakit yang akan muncul dan mempengaruhi kejadian SSI seperti menurunnya ketahanan imunologis tubuh, malnutrisi, hipoalbumin, dan intake yang kurang adekuat sering terjadi pada usia lanjut sedangkan, penyakit penyerta pasien perlu diwaspadai terutama pada penyakit penyerta diabetes dan gangguan sistem imun. Gangguan yang terjadi berkaitan dengan umur dan penyakit penyerta tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi yang dilakukan oleh pasien.

Menurut Setiyawati (2008) Faktor ketidakpatuhan dari perawat merupakan resiko terjadinya infeksi. Perawat yang melakukan perawatan luka post opersi ditunjukkan dengan belum menggunakan prosedur dengan


(39)

benar, misalnya melakukan perawatan luka post operasi dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara bersama-sama (banyak pasien), perawat tidak mencuci tangan sebelum melakukan tindakan medikasi, perawat tidak memperhatikan teknik steril seperti tidak memakai sarung tangan steril saat medikasi.

Menurut Septiari (2012) faktor resiko infeksi berdasarkan pembedahan dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu :

1. Operasi Bersih

Operasi pada keadaan prabedah tanpa adanya luka atau operasi yang melibatkan luka steril, dan dilakukan dengan memperhatikan prosedur aseptik dan antiaseptik. Operasi bersih saluran pencernaan maupun saluran pernapasan serta saluran perkemihan tidak dibuka sehingga kemungkinan terjadi infeksi 2-4%. Contohnya hernia, tumor payudara, tumor kulit. Luka operasi tidak infeksi, tidak ada inflamasi dan tidak membuka traktus respiratus atau orofaring, traktus gastrointestinal, traktus genitarium dimana kasus operasi ini ditutup secara primer serta drainase tertutup.

2. Operasi bersih terkontaminasi

Operasi seperti keadaan di atas dengan daerah-daerah yang terlibat pembedahan seperti saluran napas, saluran kemih, atau pemasangan drain maka kemungkinan terjadi infeksi 5-15%. Contohnya prostatektomi, apendiktomi tanpa radang berat, kolesistektomi elektif.


(40)

24

Luka operasi yang membuka traktus respiratorius, pencernaan, appendiks, vagina, orofaring.

3. Operasi terkontaminasi

Operasi yang dikerjakan pada daerah dengan luka yang terjadi 6-10 jam dengan atau tanpa benda asing. Tanda-tanda infeksi tidak ada namun kontaminasi jelas karena saluran pernafasan, pencernaan atau perkemihan dibuka. Tindakan darurat yang mengabaikan prosedur aseptik dan antiaseptik contohnya operasi usus besar, operasi kulit (luka kulit akibat trauma). Kemungkinan terjadinya infeksi 16-25%. Luka operasi yang membuka semua sistem traktus kecuali ovarium dan nyata menjadi pencemaran baru, luka trauma dan insisi yang akut < 6 jam. 4. Operasi kotor

Operasi ini yang melibatkan daerah dengan luka yang telah terjadi lebih dari 10 jam. Tanda-tanda klinis infeksi luka contohnya luka trauma yang lama, perforasi usus. Kemungkinan terjadi infeksi 40-70%. Operasi dilakukan apabila ada keadaan darurat saja. Luka traumatic > 6 jam dengan hilangnya jaringan dan tampak infeksi atau perforasi.


(41)

KERANGKA KONSEP

Diteliti

Tidak diteliti

Faktor Resiko ILO :

1. Tingkat kontaminasi luka

2. Faktor predisposisi 3. Faktor lokasi luka

operasi

4. Durasi rawat inap pra operatif

5. Persiapan kulit pra operatif

6. Penggunaan

antibiotic profilaksis 7. Faktor dari perawat

Ringan Sedang Berat


(42)

26 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat observasional deskriptif kuantitatif. Deskriptif adalah yang disarankan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas (Notoatmojo, 2012). Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka (Riwidikdo, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka infeksi luka post operasi pada pasien post operasi di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi sebanyak 288 orang yang dirawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada Bulan November 2015.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling, dimana sampel yang dipilih berdasarkan kebetulan. Menurut Arikunto (2010) jumlah sampel dalam penelitian dapat dihitung yaitu apabila jumlah populasi <100 responden, maka semua dijadikan sampel, apabila populasi >100 responden maka dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Berdasarkan pertimbangan peneliti maka diambil sampel sebesar 15% yaitu sebanyak 44 responden.


(43)

a. kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :

1) Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent. 2) Responden yang mendapatkan tindakan pembedahan non trauma. 3) Responden yang mendapatkan perawatan luka ke 1 post operasi. 4) Responden yang di bangsal bedah dewasa.

b. Kriteria eksklusi

1) Sampel atau pasien yang dilakukan tindakan pembedahan yang hanya dilakukan one day care.

2) Pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dengan laser. C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bangsal Bedah meliputi Al-Kahf, Al-A’raf, Al-Insan dan Al-Kautsar RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal 23 Mei 2016-25 Juni 2016.


(44)

28

D. Variabel Penelitian & Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu observasi infeksi luka post operasi pada pasien post operasi.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 definisi operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala Infeksi luka post operasi Adanya infeksi dengan terdapat tanda-tanda infeksi pada pasien post operasi hari ke 3

Chek list 6 item bengkak, eksudat, kemerahan, letak nyeri, intensitas nyeri, serta bau Tingkat infeksi ditentukan berdasarkan klasifikasi infeksi ringan sedang dan berat. Menurut Morisson (2003) infeksi ringan jika 33%-55%, infeksi sedang jika 61%-77%, infeksi berat jika 83%-100% Ordinal

E. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah formulir observasi. Menurut Noor (2011), observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Tujuan dilakukan observasi adalah untuk dapat mengamati dan mencatat kejadian yang muncul dalam sebuah lembar


(45)

observasi (Suyanto, 2011). Cheklist yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 6 item observasi yang dinilai tentang tanda-tanda infeksi luka. Penilaian dalam cheklist berdasarkan kategori tanda-tanda infeksi.

Tabel 3.2 Kriteria tanda-tanda infeksi Tanda

Infeksi

Ada Tidak ada

Ringan Sedang Berat Bengkak Ada edema

tetapi tidak terlalu tampak Tampak ada edema tetapi tidak disertai kemerahan Tampak sekali ada edema yang menonjol dan disertai kemerahan Tidak ada edema

Kemerahan Ada eritema tetapi tidak terlalu tampak Hanya sekitar jaringan yang artinya ada eritema, tetapi tidak lebih dari 0,5 cm dari luka

Meluas keluar daerah sekitar luka artinya ada eritema dan meluas lebih dari 0,5 cm dari luka

Tidak ada eritema

Eksudat/pus Ada eksudat tetapi tidak purulen, dan jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa balutan Eksudat berwarna kekuningan dan jumlahnya maksimal setengah dari kassa balutan dan dikatakan eksudat banyak apabila eksudat purulent dan jumlahnya lebih dari setengah kassa Eksudat purulen dan jumlahnya lebih dari setengah kassa pembalut Tidak ada eksudat


(46)

30

pembalut Letak Nyeri Hanya di

daerah luka Hanya di daerah luka Nyeri menyebar ke daerah sekitar luka Tidak dirasakan Intensitas Nyeri Hanya pada saat penggantian balutan dan Nyeri yang dirasa kadang-kadang muncul Rasa nyeri selalu dirasakan pasien

Tidak ada nyeri

Bau Bau yang tidak menusuk Bau yang tidak menusuk saat balutan dibuka Bau yang menusuk, baik saat balutan belum dibuka maupun setelah dibuka

Tidak ada bau

Sumber: Morison (2003)

Eksudat merupakan sesuatu yang keluar dari luka, cairan luka, drainase luka dan kelebihan cairan normal tubuh. Eksudat yang dikatakan minimal yaitu tidak ada eksudat atau ada eksudat tetapi tidak purulen, dan jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa balutan, dikatakan eksudat sedang apabila eksudat berwarna kekuningan dan jumlahnya maksimal setengah dari kassa balutan dan dikatakan eksudat banyak apabila eksudat purulen dan jumlahnya lebih dari setengah kassa pembalut. Eritema merupakan kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh kapiler yang reversible. Eritema dinilai minimal jika tidak ada eritema atau ada eritema tetapi tidak terlalu tampak, dikatakan eritema sedang apabila hanya sekitar jaringan yang artinya ada eritema, tetapi tidak lebih dari 0,5 cm dari luka kemudian dikatakan eritema banyak apabila meluas keluar daerah sekitar luka artinya ada eritema dan meluas lebih dari 0,5 cm dari luka.


(47)

Edema (bengkak) merupakan pembengkakan yang terjadi dikarenakan penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ dalam tubuh. Edema dikatakan ringan apabila tidak ada edema atau ada edema tetapi tidak terlalu tampak, dikatakan edema sedang apabila tampak ada edema tetapi tidak disertai kemerahan kemudian dikatakan edema berat apabila tampak sekali ada edema yang menonjol dan disertai kemerahan. Letak nyeri dinilai ringan apabila hanya di daerah luka, letak nyeri dinilai sedang apabila hanya di daerah luka sedangkan dinilai berat jika nyeri menyebar ke daerah sekitar luka. Intensitas nyeri dinilai ringan jika tidak ada nyeri atau hanya pada saat penggantian balutan, dinilai sedang apabila nyeri yang dirasa kadang-kadang muncul dan dinilai berat apabila rasa nyeri selalu dirasakan pasien. Bau dinilai ringan apabila tidak ada bau, bau dinilai sedang apabila terdapat bau yang tidak menusuk saat balutan dibuka sedangkan bau dinilai berat jika terdapat bau yang menusuk, baik saat balutan belum dibuka maupun setelah dibuka.


(48)

32

F. Tahapan Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

Tahap penelitian dimulai dengan tahap persiapan dimana peneliti mulai dengan studi pendahuluan di RS PKU Muhammadiyah Bantul untuk mencari fenomena atau masalah yang ada setelah itu peneliti kemudian menyusun proposal penelitian dan setelah proposal penelitian disetujui oleh dosen pembimbing peneliti melaksanakan ujian proposal penelitian. Kemudian peneliti melakukan revisi setelah disetujui oleh pembimbing dan penguji untuk dilakukan penelitian. Peneliti mengajukan surat layak etik penelitian pada tim etik FKIK UMY dan sampai penelitian ini dinyatakan layak etik pada tanggal 19 April 2016 dengan No 148/EP-FKIK-UMY/IV/2016 kemudian peneliti mengurus izin penelitian ke PSIK FKIK UMY untuk mengajukan surat tembusan penelitian ke RS PKU Muhammadiyah Bantul dan BAPPEDA Bantul setelah itu peneliti mengajukan surat izin penelitian ke Kantor BAPPEDA Bantul dan kemudian peneliti mendapatkan izin dari Kantor BAPPEDA Bantul dengan No. 070/Reg/2365/S1/2016 dan setelah peneliti mengajukan surat izin penelitian ke RS PKU Muhmmadiyah Bantul peneliti kemudian menunggu surat izin penelitian atau surat dari direktur RS PKU Muhammadiyah Bantul dan pada tanggal 23 mei 2016 peneliti mendapatkan izin penelitian dari direktur RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan No. 1142/KET/B/05.16. Kemudian pada tahap pelaksana peneliti mulai melakukan penelitian setelah mendapatkan surat izin dari RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Peneliti menemui kepala ruang bangsal bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul


(49)

yang meliputi bangsal Al-Kahf, Al-A’raf, Al-Insan dan Al-Kautsar untuk menjelaskan penelitian yang dilakukan setelah karu setuju peneliti kemudian menemui pasien post operasi pada hari pertama rawat inap untuk memperkenalakan diri, menjelaskan tujuan yaitu mengetahui angka kejadian infeksi luka pasien post operasi dan proses penelitian yaitu mengobservasi tanda-tanda infeksi meliputi bengkak, kemerahan, eksudat, letak nyeri, intensitas nyeri dan bau dan pasien yang sudah menyetujui peneliti langsung berikan informed consent sebagai tanda bukti persetujuan menjadi responden dan pada hari ke 3 saat perawatan luka peneliti melakukan observasi kepada pasien post operasi 1 kali pada 1 responden kemudian peneliti menentukan luka post operasi responden masuk di kriteria ringan, sedang atau berat dibangsal bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Gambar 3.1 Alur penelitian Hari 0

Operasi

Hari 1 Rawat Inap

Hari 2 Rawat Inap

Hari 3 Rawat Inap

SOP Perawatan

Luka Observasi

Tanda-Tanda Infeksi


(50)

34

G. Uji validitas dan reliabilitas

Penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena dalam penelitian ini menggunakan instrument yang telah baku dari Morison (2003) dengan nilai validitas 0.90 dan nilai reabilitas lebih dari 0,95.

H. Analisa data

Tahap pengolahan diawali dengan data penelitian yang telah terkumpul kemudian dilakukan pemeriksaan data berupa hasil pengamatan tanda-tanda-tanda infeksi maupun identitas responden. Kemudian peneliti memberikan kode pada data yang telah terkumpul kedalam angka pada masing-masing jawaban sehingga mempermudah dalam proses pengolahan data. Penelitian ini, variabel umur, jenis kelamin, lama operasi, penyakit penyerta dan kriteria berat, sedang dan ringan dilakukan pengkodean.

Kategori umur diberikan kode “1” untuk kategori remaja akhir (17-25 tahun), kode 2 untuk kategori dewasa awal (26-35 tahun), kode 3 untuk kategori dewasa akhir (36-45 tahun), kode 4 untuk kategori lansia awal (46-55 tahun), kode 5 untuk lansia akhir (56-65 tahun). Pengkodean juga diberikan untuk karakteristik responden jenis kelamin dengan kode 1 untuk jenis kelamin laki-laki dan kode 2 untuk jenis kelamin wanita. Pengkodean diberikan untuk lama operasi dengan kode 1 untuk waktu operasi < 2 jam dan kode 2 diberikan untuk waktu operasi > 2 jam. Pengkodean diberikan untuk penyakit penyerta dengan kode 1 untuk tidak ada penyakit penyerta, kode 2 diberikan untuk penyakit diabetes mellitus, kode 3 diberikan untuk penyakit hipertensi,kode 4 diberikan untuk penyakit stroke. Pengkodean diberikan


(51)

untuk kategori tanda-tanda infeksi dengan kode 1 untuk kategori ringan, kode 2 untuk kategori sedang, kode 3 untuk kategori berat.

Peneliti kemudian memproses data dengan memasukkan data yang telah terkumpul ke paket program komputer, seperti program SPSS (Statistical Product and Service Solution) serta peneliti telah mengecek kembali data yang telah dimasukkan dan data yang sudah dimasukkan tidak ada kesalahan kemudian peneliti telah menghitung data yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Kemudian peneliti menganalisa data menggunakan analisa univariat yang dilakukan dengan uji statistik deskriptif untuk mengetahui distribusi dan frekuensi tingkat infeksi pada variabel penelitian. Analisa univariat pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis data mengenai: karakteristik responden (umur, jenis kelamin, penyakit penyerta), dan karakteristik operasi (lama operasi dan jenis operasi) serta tanda-tanda infeksi luka pada pasien post operasi. Analisa univariat pada penelitian ini dikategorikan oleh peneliti untuk memudahkan pembacaan dan analisis pada pembahasan.


(52)

36

I. Etika Penelitian

Prinsip Informed consent berarti peneliti memberikan informasi yang lengkap tentang mekanisme proses penelitian serta tujuan penelitian kepada calon responden sehingga diharapkan responden mampu memahami dan berpartisipasi serta bersedia secara sukarela menjadi subyek penelitian tanpa adanya paksaan atau ancaman kemudian responden yang bersedia menjadi subyek penelitian maka respon diberikan informed consent. Prinsip Confidentiality berarti peneliti menjamin kerahasiaan informasi dari responden dengan tidak menunjukan data hasil penelitian kepada orang lain. Kerahasiaan informasi atau data yang diperoleh dari responden akan dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan pada penelitian ini saja dan tidak dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain. Prinsip Anonimity berarti peneliti merahasiakan identitas dari responden yaitu mencantumkan kode dan hanya diketahui oleh peneliti.


(53)

37 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi penelitian

RS PKU Muhammadiyah Bantul berdiri diatas luas lahan sekitar 5.700 m2. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul berdiri pada tanggal 1 Maret 1966 didirikan klinik Rumah Bersalin yang saat itu diberi nama Rumah Bersalin Khusus Ibu dan Anak. Sejak berdiri tahun 1966 dengan status Rumah Bersalin Khusus Ibu dan Anak (RB-KIA) sampai tahun 1995 meningkat menjadi Rumah Sakit Khusus (RSK) yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dan pada tahun 2001 menjadi Rumah Sakit Umum. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Mengijinkan RSKIA Muhammadiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul dengan memperhatikan surat ijin pengembangan RSKIA menjadi RSU nomor 167/III.0.H/2001 tanggal 11 Agustus 2001 dan hasil pemeriksaan tim perijinan pelayanan kesehatan swasta dinas kesehatan Kabupaten Bantul tanggal 9 Oktober 2001 serta persyaratan untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum telah dipenuhi. Oleh karena itu, Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Muhammadiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul.

PKU Muhammadiyah Bantul sebagai salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Bantul memberikan nuansa baru dalam dunia kesehatan. Rumah Sakit ini merupakan tempat yang strategis bagi masyarakat Bantul untuk dijangkau. Berkat kerja keras dalam memberikan layanan kesehatan kepada


(54)

38

masyarakat Bantul, PKU Muhammadiyah mendapatkan ISO 9001:2000 tentang managemen mutu rumah sakit.

Falsafah dari RS PKU Muhammadiyah Bantul merupakan perwujudan dari ilmu, iman dan amal sholeh. RS PKU Muhammadiyah Bantul mempunyai visi yaitu terwujudnya rumah sakit yang islami yang mempunyai keunggulan kompetitif global dan mejadi kebanggan umat. Misi dari RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan mengutamakan peningkatkan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhu’afa.

RSU PKU Muhammadiyah Bantul memiliki SOP terkait pencegahan ILO sehingga untuk upaya pencegahan ILO sering diterapkan misalnya 7 langkah cuci tangan yang baik dan benar, sterilisasi alat dan lingkungan, kamar operasi, perawatan luka post operasi sesuai SOP. Selain itu juga, keluarga sering diberikan pendidikan kesehatan terkait pencegahan infeksi luka post operasi meliputi kebersihan diri, perawatan luka dirumah, dan konsumsi makanan yang bergizi. Setiap 3 bulan sekali atau 1 bulan sekali sering dilakukan pelatihan terkait pencegahan infeksi luka operasi namun untuk pendataan kejadian angka infeksi luka operasi terbaru belum ada dibagian keperawatan.

Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah mempunyai enam bangsal perawatan yaitu: Al-fath (VIP) dengan jumlah perawat sebanyak 8 orang, An-Nissa (Obsgin) dengan jumlah perawat sebanyak 14 orang, Ar-Rahman (Anak) dengan jumlah perawat sebanyak 15 orang, Al-kahf (Bedah) dengan jumlah perawat sebanyak 13 orang, Al-A’raf sebanyak 13 orang, Al-insan (Penyakit


(55)

Dalam) dengan jumlah perawat sebanyak 14 orang, Al-Kautsar sebanyak 4 orang, An-Nuur (Kamar Bayi) dengan jumlah perawat sebanyak 12 orang. B.Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Karakteristik penelitian dengan responden yang berdasarkan usia, jenis kelamin serta penyakit penyerta sedangkan krakteristik operasi meliputi lama operasi dan jenis operasi. Adapun karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul (N=44)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persen

Usia (Depkes, 2009)

17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun 12 7 16 4 5 27% 15% 36% 9% 11%

Total 44 100

Gender Laki-Laki Perempuan 32 12 72% 27%

Total 44 100%

Penyakit Penyerta Tidak ada DM Hipertensi Stroke 18 12 8 6 40% 27% 18% 13%

Total 44 100%

Sumber: data primer

Karakteristik responden berdasarkan usia paling banyak antara usia 36-45 tahun (36,4%). Berdasarkan jenis kelamin, terbanyak yaitu laki-laki dengan 32 responden (72,7%). Berdasarkan penyakit penyerta meliputi yang tidak memiliki penyakit penyerta terbanyak yaitu 18 (40,9%) dan


(56)

40

sebanyak 26 responden (59,1%) mempunyai penyakit penyerta diantaranya DM, hipertensi dan stroke.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Operasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul (N=44)

Lama Operasi (jam)

Frekuensi (n) Persen

< 2 jam > 2 jam

25 19

56% 43%

Total 44 100%

Jenis Op

Elektif 44 100%

Total 44 100%

Sumber : Data primer

Karakteristik operasi berdasarkan lama operasi paling banyak yaitu responden dengan waktu operasi < 2 jam sebanyak 25 responden (56.8%). responden dengan jenis operasi paling banyak yaitu operasi elektif (non trauma).

Tabel 4.3 Distribusi Infeksi Luka Operasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

Kategori Frekuensi (n) Persen

Berat Sedang Ringan Tidak ada 3 14 20 7 6% 31% 45% 15%

Total 44 100%

Berdasarkan tabel diatas bahwa presentase responden yang memiliki angka kejadian infeksi luka operasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul paling banyak adalah dengan infeksi luka ringan sebanyak 20 responden (45%).


(57)

C.Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Peneliti mendapatkan 44 responden yang mendapatkan prosedur operasi non trauma di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Hasil penelitian ini menunjukkan karakteristik responden berdasarkan umur, gender (jenis kelamin) serta penyakit penyerta.

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan hasil penelitian responden yang mendapatkan prosedur operasi mayoritas memiliki rentang usia 36-45 tahun (dewasa akhir) sebanyak 16 responden (36,4%). Semakin tinggi usia seseorang maka infeksi luka semakin tinggi pula terutama pada dewasa akhir dikarenakan sudah mulai perubahan atau kemunduran yang disebabkan oleh faktor structural dan fungsional yang menyebabkan kulit dan jaringan subkutis lebih rentan terhadap infeksi (puspitasari, 2011). Hal itu sesuai teori Mulya (2014) kulit merupakan perlindungan yang efektif mencegah mikroorganisme masuk ke dalam tubuh serta berkembang biak melalui luka kecil pada permukaan kulit dan normalnya sistem kekebalan tubuh (imun) dapat membunuh bakteri yang berhasil masuk namun pada pasien-pasien dengan risiko tinggi seperti usia dewasa akhir-lansia bakteri lebih mudah masuk dan berkembang biak dan menyebabkan terjadinya infeksi pada tubuh. Menurut teori imunologi, usia dewasa akhir dipengaruhi oleh sistem imun tubuh yang menjurus kepada penuaan sehingga menyebabkan terjadi atrofi timus dengan fungsi sudah mengalami penurunan sehingga


(58)

42

jaringan timus seluruhnya dapat diganti oleh jaringan lemak sehingga bertambah usia yang lebih tua beresiko terhadap infeksi luka post operasi (Rosaliya, 2010). Seiring bertambah usia kelenjar timus sudah mengalami perubahan akan tetapi jumlah sel T dan B tidak mengalami perubahan sehingga terjadi peningkatan pembentukan auto-antibody selain itu respons makrofag terhadap benda asing di sel mukosa dan sel kulit serta pembentukan protein fase akut menurun sehingga meningkatkan faktor resiko terhadap terjadinya infeksi (Asih, 2012).

Menurut Zumaro (2009) pasien yang memiliki infeksi pada luka operasi paling banyak umur 34-43 tahun (26,7%) dikarenakan adanya faktor yang mendukung lain misalnya adanya penyakit penyerta, perawatan luka atau faktor-faktor yang lain seperti jenis kelamin dan perawatan diri. Hal itu didukung oleh hasil penelitian ini bahwa dari 16 responden mayoritas memiliki penyakit penyerta diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan mulya (2014) bahwa faktor resiko terjadi infeksi salah satunya yaitu penyakit diabetes mellitus. Selain itu, faktor yang mempengaruhi peningkatan infeksi luka operasi, misalnya banyaknya penyakit yang berhubungan dengan peningkatan usia, menurunnya ketahanan imunologis tubuh, malnutrisi, hipoalbumin, dan intake yang kurang adekuat sering terjadi pada usia yang memasuki penuaan (Kaye, 2004).

Hal itu juga didukung oleh Faridah dkk (2012) pada uji statistic terdapat hubungan antara usia pasien dengan kejadian infeksi luka operasi


(59)

misalnya pada kasus usia dewasa akhir-lansia terdapat banyak kemungkinan penyakit lain akan muncul sehingga usia tersebut lebih beresiko infeksi luka operasi. Menurut Noorahman (2016) pasien dengan dewasa akhir akan lebih mudah terkena ILO karena semakin tua seseorang maka sistem imunitas tubuh semakin menurun. Sejalan dengan penelitian oleh Farida dkk (2012) yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah pada rentang usia yang akan memasuki dewasa akhir sampai lanjut usia tersebut dapat terjadi lamanya penyembuhan luka, malnutrisi, malabsorbsi, peningkatkan proses katabolik dan penurunan imunitas. Oleh karena itu, pasien dewasa akhir-lansia sangat mempengaruhi peningkatan infeksi luka terutama pasca operasi dikarenakanresiko penyakit lain muncul sehingga sangat rentan dilakukan pembedahan non trauma dan pada usia tersebut terjadi penurunan struktur serta fungsi tubuh yang menyebabkan kulit dan jaringan sangat rentan terhadap infeksi luka terutama luka post operasi.

b. Karakteristi responden berdasarkan jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, responden terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 32 responden (72,7%), dan responden perempuan sebanyak 12 responden (27,3%). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari dkk (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan infeksi luka operasi dimana laki-laki lebih beresiko dibanding perempuan. Penelitian lain yang sejaln menunjukan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap tingkat infeksi luka operasi


(60)

44

karena berhubungan dengan kebersihan diri (Fitriyastanli dkk, 2003). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari dkk (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara kebersihan diri dengan penyembuhan luka.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan Zumaro (2009) bahwa sebanyak 53% pasien laki-laki terkena infeksi daerah operasi dibandingkan perempuan sebanyak 47%. Menurut pengamatan peneliti dibangsal bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul bahwa infeksi luka banyak dialami oleh laki-laki ini berkaitan dengan personal hygiene yang berbeda-beda antara laki-laki dan perempuan dimana perempuan lebih cenderung memperhatikan kebersihan diri pakaian yang dikenakan terlihat lebih bersih sedangkan dibandingkan laki-laki yang lebih cenderung tidak memperhatikan kebersihan diri sehingga laki-laki lebih mudah atau beresiko terkena infeksi luka operasi. Menurut Gitarja dan Hardian (2008) bahwa kebersihan diri seseorang akan mempengaruhi proses penyembuhan luka dikarenakan kuman setiap saat dapat masuk melalui luka bila kebersihan diri kurang. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imai (2008) bahwa jenis kelamin laki-laki merupakan faktor meningkatnya terjadinya ILO yang dikaitkan dengan kurangnya perhatian laki-laki terhadap kondisi kesehatan dirinya.


(61)

c. Karakteristikn berdasarkan penyakit penyerta

Berdasarkan karakteristik responden, didapatkan hasil bahwa 18 responden (40,9%) tidak memiliki penyakit penyerta atau tidak memiliki riwayat penyakit lain. Namun, 26 responden (56,1%) memiliki penyakit penyerta yang meliputi DM, hipertensi bahkan stroke. Pasien yang mempunyai penyakit penyerta atau diriwayatkan mengalami penyakit lain akan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka pasca operasi. Menurut Nawasasi (2008), pasien operasi yang memiliki penyakit penyerta atau penyakit yang berpengaruh terhadap daya tahan tubuh meliputi DM, TBC, Malnutrisi dan lain-lain. akan menganggu proses penyembuhan luka. Hasil yang didapat peneliti bahwa DM merupakan penyakit penyerta yang presentasenya lebih tinggi sesuai dengan CDC (2012) Faktor resiko infeksi luka operasi adalah faktor pasien yaitu penyakit diabetes mellitus.

Menurut Faridah (2012) penyakit penyerta pasien perlu diwaspadai terutama pada penyakit diabetes mellitus dari gangguan dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka pasca operasi pada pasien. Menurut peneliti, semakin tubuh mengalami penurunan imun akibat penyakit penyerta lain maka semakin tinggi resiko terhadap infeksi luka dikarenakan dalam tubuh terjadi penurunan penyembuhkan luka diakibatkan karena penyakit lain seperti diabetes mellitus. Sesuai dengan penelitian oleh Elbur AI dkk (2011) yang meneliti di Khatoum Teaching Hospital, Sudan dengan hasil penderita infeksi luka operasi dengan


(62)

46

riwayat penyakit penyerta diabetes mellitus memliki angka kejadian yang lebih tinggi yakni sebesar 19,4%, jika dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat diabetes mellitus yakni sebesar 8,5%. Namun hasil yang berbeda sesuai dengan penelitian oleh Farida IN dkk (2012) yang dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta bahwa tidak ada penderita infeksi luka operasi yang memiliki riwayat diabetes mellitus.

Penyakit penyerta lain yang dialami pasien seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol saat perioperasi diketahui dapat meningkatkan risiko terhadap infeksi luka operasi (Kanji, 2008). Menurut Faridah dkk (2012) pasien diabetes mellitus dengan pengontrolan gula darah yang baik cenderung tidak mengalami gangguan dalam penyembuhan luka. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puspitasari (2011) terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit DM (Diabetes Mellitus) dengan penyembuhan luka dikarenakan diabetes menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah) sehingga sirkulasi darah yang buruk melalui pembuluh darah besar bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil bisa melukai mata, saraf, dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.

Hubungan tekanan darah dan infeksi luka operasi adalah usia dan jenis kelamin dimana usia seseorang yang diatas 40 tahun mengalami


(1)

terbanyak mempunyai faktor risiko hipertensi. Seseorang dengan diabetes melitus resiko terjadinya stroke meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes ini terjadi karena peningkatan gula darah dapat meningkatkan risiko atherosclerosis.

Kemunduran fisik akibat stroke menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilisasi atau perawatan diri. Adanya infeksi luka menunjukkan bahwa perawatan penderita stroke kurang optimal

2. Karakteristik Operasi a. Lama operasi

Berdasarkan karakteristik lama operasi paling banyak waktu operasi < 2 jam sebanyak 25 responden (56.8%). Lamanya operasi sangat berpengaruh terhadap kejadian ILO dikarenakan dengan lamanya waktu operasi maka akan berpengaruh terhadap terkontaminasinya luka operasi dengan kuman ruang operasi. Tingkat infeksi pada lama operasi > 2 jam sebesar 18,7% serta penelitian ini juga menyebutkan bahwa lama operasi > 2 jam akan mengakibatkan seseorang yang menjalani operasi lebih berisiko terkena infeksi luka pasca operasi. Hasil penelitian juga dilakukan oleh Zumaro (2009) lama operasi mempunyai pengaruh besar terhadap terjadinya infeksi luka operasi (p=0,001) .

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta dengan tingkat infeksi tertinggi pada lama operasi > 2 jam yakni 10%3. Lamanya operasi mengakibatkan dapat masuknya benda asing, misalnya benang atau drain mempengaruhi probabilitas atau peningkatan infeksi luka operasi dan kemungkinan tinggi terjadinya kerusakan luka berikutnya. Semakin banyak kuman atau masuknya beda asing maka dapat semakin beresiko peningkatan infeksi luka daerah operasi. Maka untuk lamanya operasi perlu ada perhatian khusus bagi rumah sakit sehingga resiko infeksi luka operasi semakin sedikit dan lama hari perawatan semakin berkurang. Operasi yang besar atau operasi non trauma memerlukan insisi yang lebih besar serta akan membutuhkan waktu yang akan lama dan akan mengakibatkan pendarahan yang banyak sehingga resiko terjadi infeksi luka post operasi akan semakin meningkat.

b. Jenis operasi

Berdasarkan karakteristik operasi, operasi elektif terbanyak dilakukan 44 responden (100%). Operasi elektif merupakan operasi terencana yang dilakukan untuk mempersiapkan responden untuk dilakukan tindakan pembedahan yang bertujuan untuk


(2)

menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Operasi non trauma (80%) menunjukkan angka insiden paling banyak di banding dengan operasi trauma (20%)3. Hasil penelitian ini didapatkan ada beberapa jenis operasi non trauma yang meliputi abses, kolostomi, apendiktomi, prostat, CA mammae, hernia dan hemoroid.

Penyebab tingginya kasus infeksi luka operasi pasca operasi bersih diantaranya merupakan karakteristik operasi meliputi sterilitas dari ruang dan instrumen operasi, tim bedah, lama operasi serta jenis operasi. Hasil yang didapatkan oleh peneliti bahwa operasi yang paling banyak dilakukan adalah operasi non trauma terdapat 44 responden yang melakukan operasi tersebut di RSU PKU Muhammadiya Bantul. Kasus infeksi luka operasi terbanyak diantaranya non trauma. Angka infeksi pada kasus tersebut khususnya post operasi non trauma dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya diantaranya, lama perawatan pasien baik pra maupun post-operatif yang lama sehingga menyebabkan risiko infeksi luka pasca operasi menjadi meningkat.

3. Infeksi luka operasi pada pasien post operasi

Berdasarkan angka kejadian infeksi luka operasi di RSU PKU

Muhammadiyah Bantul paling banyak adalah dengan infeksi luka ringan sebanyak 20 responden (45%) diikuti oleh infeksi luka sedang 14 responden (31%) kemudian tidak ada infeksi sebanyak 7 (15%) responden dan 3 diantaranya memiliki infeksi luka berat (6%). Hasil yang didapatkan peneliti bahwa infeksi luka operasi ringan didapatkan pada jenis operasi non trauma yang meliputi apendiktomi, prostat, abses dan hernia. Infeksi luka post operasi ringan itu dengan tanda-tanda tidak ada eksudat atau ada eksudat tetapi tidak purulen, dan jumlahnya tidak lebih dari seperempat kassa balutan, jika tidak ada eritema atau ada eritema tetapi tidak terlalu tampak, apabila tidak ada edema atau ada edema tetapi tidak terlalu tampak, letak nyeri dinilai ringan apabila hanya di daerah luka, jika tidak ada nyeri atau hanya pada saat penggantian balutan, serta tidak ada bau.

Faktor yang mempengaruhi resiko infeksi luka ringan sesuai hasil pengamatan peneliti di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta bahwa terdapat usia, penyakit penyerta. Pasien yang memiliki resiko infeksi ringan pada luka operasi paling banyak umur 34-43 tahun (26,7%) dikarenakan adanya faktor yang mendukung lain misalnya adanya penyakit penyerta yang meliputi penyakit DM yang akan mempengaruhi terhadap


(3)

penyembuhan luka sehingga beresiko terpaparnya benda asing yang membuat luka beresiko terkena infeksi luka post operasi. Faktor resiko terjadi infeksi luka ringan paling banyak adalah faktor yang diderita oleh pasien yang meliputi usia dan penyakit penyerta serta faktor dari perawatan luka.

Hasil pengamatan peneliti di RSU PKU Muhammadiyah Bantul didapatkan hasil bahwa banyak terdapat infeksi luka post operasi ringan dikarena saat perawatan luka perawat sangat memperhatikan teknik steril. Hal ini sesuai dengan teori setiyawati (2008) semakin baik perawatan luka dengan memperhatikan tekhnik steril semakin baik pula penurunan infeksi luka pasca operasi. Sejalan dengan Sutrisno dkk (2012) Penurunan kejadian ILO bisa dilakukan oleh perawat terhadap perawatan luka yang baik dan benar sesuai standar operasional prosedur. Jadi dapat disimpulakan faktor yang mempengaruhi infeksi luka operasi selain pasien yang meliputi faktor usia, faktor jenis kelamin dan faktor adanya penyakit penyerta lain ada beberapa faktor dari petugas kesehatan dan perawatan luka yang baik dan benar.

Angka kejadian infeksi luka operasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada tahun 2016 terdapat 37 responden yang mengalami ILO diantaranya ringan

20 pasien, sedang 14 pasien dan berat 3 pasien. Menurut Kemenkes RI (2013) angka kejadian infeksi luka operasi terus meningkat mencapai 21% atau lebih. Kejadian ILO mencapai 1,2 hingga 23,6 per-100 prosedur bedah (WHO, 2010). Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa terdapat 84% dari 44 responden mengalami infeksi luka post operasi. Berdasarkan ruang rawatnya, prevalensi HAIs tertinggi terdapat di intensive care unit (ICU) dan di ruang rawat bedah dan ortopedi (WHO, 2002). Sesuai dengan hasil penelitian ini terdapat 37 responden mengalami ILO di bangsal bedah. Menurut Darmadi (2008) HAIs dapat terjadi di ruang bedah dikarenakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, faktor keperawatan dan mikroba patogen. Oleh karena itu, program pencegahan dan pengendalian infeksi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul harus melibatkan berbagai unsur mulai dari pimpinan sampai petugas kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien. Selain itu, pihak rumah sakit juga dituntut memberikan pelayanan yang profesional sesuai dengan undang-undang yang dijadikan pedoman namun untuk lebih memperjelas dan membuat data adekuat maka pertugas melakukan pengecekan secara langsung kepada pasien. Pengecekan


(4)

rutin tersebut juga dilakukan untuk memantau perkembangan pasien guna mencegah terjadinya infeksi.

V. Kesimpulan

Karakteristik pasien post operasi di

Bangsal Bedah RSU PKU

Muhammadiyah Bantl rata-rata rentang umur responden 36-45 tahun (dewasa akhir), pasien paling banyak berjenis kelamin laki-laki, 26 pasien dengan penyakit penyerta yang meliputi DM, hipertensi dan stroke serta sebanyak 25 responden dengan waktu operasi kurang dari 2 jam serta insiden infeksi luka post operasi di Bangsal Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul yaitu infeksi ringan sebanyak 22 pasien, infeksi sedang sebanyak 12 pasien, infeksi ringan sebanyak 7 pasien dan infeksi berat sebanyak 3 pasien.

VI. Saran

1. Bagi rumah sakit

Meningkatkan SOP terkait tanda-tanda infeksi pada pasien post operasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

2. Bagi pendidikan

Memperkaya literature dan informasi dan sebagai panduan untuk mahasiswa dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan infeksi luka operasi.

3. Bagi perawat

Meminimalkan faktor-faktor penyebab infeksi yang lain untuk lebih meminimalkan kejadian infeksi luka operasi dan diperlukan supervisi yang ketat dari kepala ruang untuk mengawasi pelaksanaan teknik perawatan luka.

4. Bagi peneliti lain

Peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang berkontribusi terjadinya infeksi luka operasi..

VII. DaftarPustaka

1. Pandjaitan, Costy. (2013). Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit harus diantisipasi. diakses 26 November

2015 dari

http://politikindonesia.com/index.php ?k=wawancara&i=40941-Costy- Pandjaitan:-Infeksi-Nosokomial-di-Rumah-Sakit-Harus-Diantisipasi 2. World Health Organization.

Prevention of hospital-acquired infections. Diakses 25 Januari 2016 dari

http://www.who.int/csr/resources/pub lications/whocdscsreph200212.pdf 3. Haryanti, L., Pudjiadi, H. A., Ifran K.

E., Thayeb, Thayeb, A., Amir, I., Hegar B. (2013). Prevalensi dan Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Bedah. Vol. 15 No 4. Diakses 10 Juni

2015 dari

http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/15-4-2.pdf

4. National Nosocomial Infection Survailance NNIS America. (2010) http://www.ajicjournal.org/article/S0 196-6553(04)00542-5/abstract 5. Asyifa, A., Suarnianti, Mato. (2012).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan ILO di RSUP DR. Wahidin


(5)

Sudirohusodo Makassar. Vol 1 no 2. Diakses 10 Februari 2016 dari http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1

/1/e-library%20stikes%20nani%20hasanu ddin--ainusasyif-40-1-artikel16.pdf. 6. Yuwono, J. (2013) Pengaruh

Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical site infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi. Jambi Medical Journal, diakses pada tanggal 29 Desember 2015 dari http://eprints.unsri.ac.id/3161/

7. Sinaga & Tarigan, R. (2012). Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka Di RSUD DR. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Diakses pada tanggal 26 November 2015 dari file:///C:/Users/user/Downloads/192-638-1-PB.pdf

8. Dahesihdewi, Andaru. (2015).

Surveilans HAI’S di Rumah Sakit.

Continuing Nurse Education. Program Studi Profesi Nurse Angkatan XXII. UMY.

9. Rusmawati, Henni. (2013). Surveillance Kejadian Infeksi Daerah Operasi Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

10.Septiari, B.B. (2012). Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuha Medika.

11.Kurnia, A., Tripriadi, E.A., & Andrini, F. (2013). Gambaran Penderita ILO pada Pasien Pasca Operasi Bersih Di RSUD Arifin Achmad Prov. Riau. Diakses 29

Desember 2015 dari

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMF DOK/article/viewFile/6448/6146 12.Riyadi, S., & Hatmoko. (2012).

Standar Operating Procedure Dalam Praktik Klinik Keperawatan Dasar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

13.Rosaliya, Yosi., Suryani, Shobirun. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi

Nosokomial pada Pasien Luka Post Operasi di RSUD Tugurejo Semarang. Diakses 10 Februari 2016

dari

http://www.e- jurnal.com/2013/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

14.Noch, L., Rompas, S.S & Kallo, V. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Sikap Dengan Pelaksanaan Prosedur Tetap perawatan Luka Di Ruang Perawatan Bedah Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten BANGGAI diakses tanggal 10 juni 2015 dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ jkp/article/viewFile/6735/6255 15.Potter&Perry. (2006). Buku Ajar

Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: SM.

16.Majid, Judha & Istianah. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Lamanya Perawatan pada Pasien Pasca Operasi laparatomi di Instalansi Rawat Inap Bedah RSU 17.Minovanti, Dias. (2014). Faktor

Internal dan Eksternal yang

Berhubungan dengan

ILO[ABSTRAK]. Diakses 10

Februari 2016 dari

http://digilib.esaunggul.ac.id/6111/U EU-Undergraduate-6111-BABII- faktor-internal-dan-eksternal-yang- berhubungan-dengan-infeksi-luka- operasi--di-rumah-sakit-hermina- daan-mogot--jakarta-barat-tahun-2014.pdf

18.Putra, R.A., & Asrizal. (2012). Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial luka Pasca Bedah. diakses 11 november 2015 dari

file:///C:/Users/user/Downloads/196-642-1-PB%20(1).pdf

19.Pandjaitan, Costy. (2015). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan. Continuing Nurse Education. Program Studi Profesi Nurse Angkatan XXII. UMY.


(6)

20.Faridah, Andayani & Inayati. (2012). Pengaruh Umur dan Penyakit Penyerta terhadap Resiko ILO pada Pasien Bedah Gastrointestinal. Vol. 2 No 2. Diakses 10 Februari 2016 dari http://journal.uad.ac.id/index.php/PH ARMACIANA/article/view/668/507 21.Sutrisno, E., Intang, A., & Suhartatik.

(2014). Hubungan Pengetahuan Perawat terhadap Perilaku Pencegahan Infeksi Luka Operasi di RSUD BARRU. Vol. 5 No. 1 diakses tanggal 9 juni 2015 dari http://www.library.stikesnh.ac.id


Dokumen yang terkait

GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

5 61 110

HUBUNGAN PELAKSANAAN PERAWATN LUKA PASKA BEDAH DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI DI BANGSAL MARWAH DAN ARAFAH RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 3 77

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM DAN MURROTTAL TERHADAP SKALA NYERI SESUDAH PERAWATAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

7 44 128

RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

5 27 80

OVERVIEW OF IMPLEMENTATION IN TRAINNIG POST OPERATIVE FOR GENERAL SURGERY PATIENT IN PKU Gambaran Pelaksanaan Latihan Post Operasi Pada Pasien Bedah Umum Di RS.Pku Muhammadiyah Surakarta.

0 1 9

GAMBARAN PELAKSANAAN LATIHAN POST OPERASI PADA PASIEN BEDAH UMUM Gambaran Pelaksanaan Latihan Post Operasi Pada Pasien Bedah Umum Di RS.Pku Muhammadiyah Surakarta.

0 4 17

PENDAHULUAN Gambaran Pelaksanaan Latihan Post Operasi Pada Pasien Bedah Umum Di RS.Pku Muhammadiyah Surakarta.

0 1 5

STATUS GTZI PASIEN BEDAH PRE DAN POST OPERASI PADA PASIEN BEDAH YANG DIRAWAT DI BANGSAL BEDAH RS DR. M.DJAMIL PADANG.

0 0 10

EFEKTIVITAS TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi di RS PKU Muhammadiyah Yogyaka

0 2 30

PENGARUH PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS TERHADAP KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI BERSIH PASIEN BEDAH DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis terhadap Kejadian Infeksi Luka Operasi Bersih Pasien Bedah di

0 0 21