GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU
PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
ZOLFIKA ANGGRAINI 20120320006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
i
KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU
PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
ZOLFIKA ANGGRAINI 20120320006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(3)
(4)
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Zolfika Anggraini
NIM : 20120320006
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 24 Agustus 2016
Yang Membuat Pernyataan
(5)
iv
HALAMAN MOTTO
“Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia haruslah dengan ilmu. Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan akhirat juga harus dengan ilmu,
dan barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat juga harus dengan ilmu.”
(Al-Hadist)
“Every great dream begins with a dreamer. Always remember, you have within you the strength, the patience, and the passion to reach for the stars to change the
world.”
(6)
HALAMAN PERSEMBAHAN Karya tulis ini peneliti persembahkan kepada:
1. Orang tua tercinta, bapakku Tarmizi SMHK dan Ibuku Salina yang tiada henti mendukung serta mendoakan yang terbaik, yang selalu berjuang keras untuk dapat membahagiakan anak-anaknya
2. Keempat saudaraku, Abang Dolian Praminata, Adikku Resi novita Sari, Angellina Sonda Putri, Sesi Aulia Fransisky yang selalu menjadi penyemangatku. Semoga kita dapat menjadi anak-anak yang sukses, sukses di dunia dan sukses di akhirat.
3. Keluarga besar Eyang Putri Moerdiyastuti yang telah banyak membantu dan memberi dukung sejak awal memasuki perkuliahan sampe sekarang
4. Bapak Fahni Haris, S.Kep, NS., M.Kep terimakasih atas ilmu yang telah Bapak berikan, terimakasih banyak atas bantuan dan waktunya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan
5. RSU PKU Muhammadiyah Bantul, terkhusus bangsal Al Araaf, Al- insan, Al- kautsar, Al Kahfi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian
6. Seluruh dosen PSIK FKIK UMY yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
7. Teman-teman yang sangat saya cintai Yeni, Cindy, Lilis, Uli, Dani, Sinta, Nelpi, Roza, Opi, Sari, Redha, Inda, Dewi, Ledys, Maya, Lia, Eka, Risni,
(7)
vi
Agil, Adin, Rozy, Deri, Win, Asrul, Herka, Feri, Sudra, Erik, Azika, Pratiwi, Maulida, Maula, kelompok bimbingan Pak Fahni, teman-teman PSIK 2012 dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas perkenalan yang indah ini, terimakasih atas semangat yang selalu kalian berikan.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal yang berjudul: “GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL”. Karya Tulis Ilmiah ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Karya Tulis Ilmiah ini tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan dalam penyelesaian proposal ini.
2. dr. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Ibu Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep,.Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
(9)
viii
4. Pak Fahni Haris, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran, kelembutan dan pengorbanan sehingga beliau mampu membimbing dan mengarahkan peneliti dalam menyusun Proposal ini.
5. Ibu Nur Chayati., Ns., M.Kep selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan bersedia meluangkan waktunya demi kelancaran sidang proposal peneliti.
6. Teman-teman seangkatan yang selalu memberikan semangat dan dukungan yang besar dalam menyelesaikan Proposal ini.
7. Pihak RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang telah memberikan tempat untuk melakukan penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini memiliki kekurangan, mengingat keterbatasan peneliti, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Proposal ini.
Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin
Yogyakarta, 24 Agustus 2016
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
LEMBAR PENGESAHAN ...ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...iii
HALAMAN MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ...xii
DAFTAR SINGKATAN ...xiii
INTISARI ...xiv
ABSTRACT ...xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C.Tujuan Penelitian ...5
D.Manfaat Penelitian ...5
E. Penelitian Terkait ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keperawatan ...10
1. Definisi Keperawatan ...10
2. Definisi Asuhan Keperawatan ...10
3. Tahap Asuhan Keperawatan...10
B. Implementasi Keperawatan ...12
1. Definisi Implementasi ...12
2. Jenis-Jenis Implementasi Keperawatan ...12
3. Tahap-Tahap Implementasi Keperawatan ...13
C. Luka...16
1.Definisi Luka ...16
2.Definisi Luka Operasi ...16
3.Klasifikasi Luka ...16
4.Mekanisme Terjadinya Luka ...17
5.Komplikasi Penyembuhan Luka ...18
D. Perawatan Luka……….19
1. Definisi Perawatan Luka ...19
2. Tujuan Perawatan Luka ...20
3. Tehnik Perawatan Luka ...20
E. Standar Operasional Prosedur ...21
1. Definisi SOP ...21
2. Tujuan SOP ...21
3. SOP perawatan luka ...21
(11)
x BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...26
B. Populasi dan Sampel Penelitian ...26
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...27
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional….. ...27
E. Instrumen Penelitian ...28
F. Tahap Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...29
G. Uji Validitas dan Reliabilitas ...30
H. Pengolahan dan Metode Analisa Data ...30
I. Etika Penelitian ...32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...33
B. Hasil Penelitian ...34
1. Keberhasilan Implementasi Prosedur Perawatan Luka Post Operasi berdasarkan karakteristik perawat………34
2. Kesesuaian dalam Mempersiakan Alat dan Bahan Perawatan Luka Post Operasi berdasarkan Karakteristik Perawat………....36
C. Pembahasan………37
1. Karakteristik Keberhasilan dalam Melakukan Implementasi Perawatan Luka Post Operasi Sesuai SOP Berdasarkan Karakteristik Perawat……….………..37
2. Karakteristik Kesesuaian dalam Persiapan Alat dan Bahan Perawatan Luka Post Operasi Berdasarkan Karakteristik Perawat..……….46
D.Kekuatan dan Kelemahan………...….49
1. Kekuatan……….49
2. Kelemahan………...49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan………..…51
B. Saran………51 DAFTAR PUSTAKA
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 27 Tabel 4.1 Keberhasilan Implementasi Perawatan Luka Post Operasi ... 35 Tabel 4.2 Persiapan Alat dan Bahan Perawatan Luka Post Operasi ... 36
(13)
xii
DAFTAR GAMBAR
(14)
DAFTAR SINGKATAN
ILO : Infeksi Luka Operasi
ITP : Infeksi Tempat Pembedahan SOP : Standar Operasional Prosedur
NNIS : National Nosocomial Infection Surveillence WHO : World Health Organization
SSI : Surgical Site Infection
ICU : Intensive Care Unit
ADL : Activities of Daily Living
(15)
(16)
xiv 1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Dosen PSIK UMY
Intisari
Perawatan luka operasi yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) akan berisiko terkena infeksi luka operasi pada pasien dan berisiko buruk pula untuk perawat itu sendiri. Resiko tersebut mengharuskan perawat untuk patuh dalam melakukan tindakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur implementasi perawatan luka post operasi di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan deskriptif statistik. Instrument penelitian menggunakan kuesioner data demografi responden dan checklist SOP RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
Hasil penelitian menunjukkan 56 perawat (96,6%) dari 58 perawat sudah melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, sedangkan yang tidak sesuai dengan SOP 2 perawat (3,4%) dan dari hasil persiapan alat dan bahan menunjukkan bahwa semua perawat (100%) sudah menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan SOP, tetapi ada 1 perawat yang menggunakan 1 alat untuk 2 pasien.
Sebagian besar perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP dan seluruh perawat sudah menyiapkan alat untuk perawatan luka dengan benar dan sesuai SOP. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambil data dengan melibatkan orang lain untuk menghindari agar perawat tidak merasa diawasi sehingga bias dapat terhindari.
Kata Kunci: Implementasi Perawatan Luka, Post Operasi, Standar Operasional Prosedur
(17)
Description of Implementation Procedures Postoperative Wound Care by
Nurses in General Hospital PKU Muhammadiyah Bantul. School of Nursing.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Zolfika Anggraini1, Fahni Haris2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Dosen PSIK UMY Abstract
Wound care operations that are not in accordance with standard operating procedures (SOP) are at risk of surgical site infection in patients and the risk of bad also for nurse itself. The risk requires nurses to be obedient in action postoperative wound care in accordance with SOP. This research aims for knowing the implementation procedures postoperative wound care in the ward room General Hospital PKU Muhammadiyah Bantul.
This research was quantitative with descriptive observational approach. Sample size in this research was 58 nurses. The sampling technique used total sampling. Data analysis used descriptive statistics. Questionnaires and checklist of SOP in General Hospital PKU Muhammadiyah in Bantul used for research instrument.
The results showed 56 (96.6%) of nurse (n=58) had implemented postoperative wound care procedures in accordance with the SOP, while who were not in accordance with the SOP was 2 nurses (3.4 %) and the result from the preparation of tools and materials showed that all nurse (100%) had preparing tools and materials in accordance with the SOP, but there is 1 nurse used 1 tools and materials for 2 patient.
Nurses at general hospital PKU Muhammadiyah Bantul already implemented postoperative wound care procedures in accordance with the SOP and all nurses has prepared a tool for the treatment of postoperative wounds
correctly and appropriate with SOP.Further research is expected to take the data
with the involvement of other people in order to avoid the nurse did not feel watched so that the bias can be avoided .
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Luka operasi adalah luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013). Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan belum patuhnya perawat dalam melakukan prosedur perawatan luka post operasi dengan benar seperti melakukan perawatan luka operasi dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara bersama-sama (banyak pasien), perawat tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medikasi, perawat tidak memperhatikan tehnik steril seperti tidak memakai sarung tangan steril saat medikasi (Rosaliya, Suryani & Shobirun, 2011). Perawatan luka sesuai dengan prosedur dan dengan teknik aseptik dapat mencegah infeksi luka operasi (ILO) (Musta’an, Supartono & Suwarni, 2011).
Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator mutu dari suatu rumah sakit. Infeksi luka operasi atau infeksi tempat pembedahan (ITP) adalah Infeksi yang terjadi dalam waktu 30 hari post operasi atau dalam kurun satu tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter, tim kesehatan, lingkungan dan termasuk juga instrumentasi (Setyarini, Barus & Dwitari, 2013).
Kejadian ILO yang terjadi pada pasien di rumah sakit pada umumnya karena kurang patuhnya perawat terhadap standar operasional prosedur
(19)
2
(SOP) dalam melakukan implementasi keperawatan (Sutrisno, Intang & Suhartatik, 2014). Infeksi luka operasi berdampak sangat merugikan, misalnya : kerugian fisik, psikis dan kerugian materi pun akan terjadi (Setyarini, Barus & Dwitari, 2013). Hasil penelitian Susanto (2010) membuktikan bahwa 51,98% perawat kurang patuh dalam melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan SOP.
Data yang diperoleh dari National Nosocomial Infection Surveillence (NNIS) United states of Amerika mengindikasikan bahwa ILO merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit mengalami ILO (Faridah, Andayani & Inayati, 2012). Survey World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa angka kejadian ILO atau Surgical Site Infection (SSI) di dunia berkisar antara 5% sampai 34% (Yuwono, 2013). Penelitian WHO juga menunjukkan prevalensi ILO yang tertinggi terjadi di Intensive Care Unit (ICU), perawatan bedah akut dan bangsal ortopedi dalam (Asyifa, Suarnianti& Mato, 2012)
Menurut DEPKES RI tahun 2001 angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2,30-18,30 % (Sinaga & Tarigan, 2012). Data di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar tahun 2011 (periode April sampai September) didapatkan angka kejadian ILO 0.30 % dari data yang diperoleh terdapat sebuah ruangan yaitu ruang C1 yang memiliki tingkat infeksi tertinggi yaitu untuk luka operasi mencapai 8.00% pada bulan Mei dan 6.25% pada bulan Juni (Sinaga & Tarigan, 2012). Di
(20)
RSUP Dr Sardjito Yogyakarta kejadian ILO mencapai 17% dan menduduki urutan kedua tersering setelah urinary tract infections (Dahesihdewi, 2015).
Hasil studi pendahuluan pada tanggal 26 November sampai 17 Desember di RSU PKU Muhammadiyah Bantul didapatkan bahwa pasien yang melakukan operasi tahun 2014 yaitu sebanyak 2.592 orang. Tahun 2015 pasien yang melakukan operasi sebanyak 3.176 orang. Tahun 2015 pasien yang melakukan operasi mengalami peningkatan, namun masih terdapat banyak kekurangan tenaga medis, dari data yang diperoleh jumlah perawat yang terdapat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yaitu sebanyak 194 perawat dan ditambah 2 orang perawat gigi.
Data pasien yang mengalami ILO di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tahun 2014 mencapai < 5%, sedangkan tahun 2015 (periode Januari sampai Oktober) didapatkan angka kejadian ILO sebanyak < 5% dan pada tanggal 01 november sampai 24 November 2015 sebanyak < 5%. Observasi yang dilakukan pada 4 orang perawat saat studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul terkait dengan penerapan SOP perawatan luka didapatkan hasil yaitu kurang patuhnya perawat terhadap penerapan SOP perawatan luka post operasi, hal ini dibuktikan 3 dari 4 orang perawat tidak memakai alat pelindung diri seperti masker dan hanya memakai 1 sarung tangan. Hasil wawancara dari dua perawat PKU Muhammadiyah Bantul tentang ketidakpatuhan perawat dalam prosedur perawatan luka, didapatkan hasil bahwa perawat sering lupa prosedur
(21)
4
perawataan luka saat melakukan perawatan luka sedangkan SOP perawatan luka sudah diletakkan di map di nurse station dan sudah disosialisasikan setiap meeting morning.
Profesi keperawatan dalam Islam dipandang sebagai profesi yang mulia, hal ini berlaku apabila asuhan keperawatan dilakukan dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan dalam Islam. Perawat harus memberikan pelayanan terbaik bagi yang membutuhkan tanpa membedakan klien yang miskin atau klien yang kaya. Memberikan asuhan keperawatan bukan hanya berdasarkan standar dan etika profesi, tetapi asuhan keperawatan harus didasari keimanan pada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya melalui ayat-ayat Al-quran dengan tujuan akhir mendapat ridho Allah SWT, seperti dalam Al-quran disebutkan bahwa :
(
٠٣
).
Artinya:“Sesungguhnya mereka yang beriman dan mengerjakan
kebajikan, kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu" (QS. Al Kahfi : 30)
(
٢
).
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat
(22)
Berdasarkan latar belakang di atas dan fenomena yang terjadi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Gambaran Implementasi Prosedur Perawatan Luka Post Operasi oleh Perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah implementasi perawat dalam melakukan prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui implementasi perawatan luka post operasi di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui kesesuaian tahap kerja perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat. b) Mengetahui kesesuain alat dan bahan yang digunakan dalam
perawatan luka berdasarkan karakteristik perawat. D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Menambah ilmu dan pengalaman peneliti agar patuh dalam melakukan perawatan luka sesuai dengan SOP.
(23)
6
2. Bagi pengelola rumah sakit
Memberi masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan mengenai pembuatan peraturan kewajiban melaksanakan prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP secara keseluruhan dan memberi masukan agar SOP tidak hanya disampaikan tetapi dibacakan
saat pre conference dan tidak hanya diletakkan di map tetapi harus di
tempelkan di nurse station.
3. Bagi perawat
Sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam melaksanakan implementasi perawatan luka post operasi dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
4. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya di bidang keperawatan tentang implementasi perawatan luka post operasi yang sesuai dengan SOP.
5. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian terkait pengaruh latar belakang atau akreditas rumah sakit dalam pelaksanakan asuhan keperawatan khususnya perawatan luka post operasi sesuai SOP.
(24)
E. Penelitian Terkait
Sejauh penelusuran yang telah dilakukan oleh peneliti terdapat beberapa penelitian yang terkait antara lain :
1. Ali (2012), judul “Gambaran Implementasi Perawatan Luka Post Operasi Oleh Perawat Sesuai Standar Operasional Prosedur Di Ruang Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Pohuwato Tahun 2012”. Tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi implementasi perawatan luka post operasi oleh perawat sesuai dengan SOP di ruang bedah RSUD Pahuwato. Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif dan sampel yang digunakan adalah total sampling, tehnik pengumpulan data yang dilakukan adalah kuesioner dan observasi. Hasil dari penelitiannya didapat bahwa pelaksanaan implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP di lokasi penelitian sudah banyak dilakukan oleh perawat dengan hasil sebanyak 24 responden melakukan SOP dalam kategori baik dan yang termasuk dalam kategori kurang baik yakni sebanyak 14 responden. Persamaan penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan penelitian yang disusun oleh Juwita Razak Ali (2012) adalah desain penelitian yang sama-sama menggunakan desain penelitian deskriptif, selain itu terdapat persamaan pada sampel yaitu menggunakan total sampling dan tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan checklist.
2. Susanto (2010), judul “Penerapan Standar Proses Keperawatan Di
(25)
8
mengidentifikasi penerapan standar proses keperawatan di ruang rawat inap puskesmas Cilacap. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional, tehnik yang diambil yaitu tehnik total sampling dan pengambilan sampel disetiap puskemas yakni cluster sampling, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil penerapan standar keperawatan pada tahap implementasi yaitu kurang baik dengan persentase 51,98%. Penerapan standar proses keperawatan yang dilakukan oleh perawat dilokasi penelitian sedikit banyak sudah melakukan implementasi sesuai standar proses tetapi masih banyak standar yang kurang diperhatikan oleh perawat. Persamaan dengan penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan penelitian yang dibuat oleh Rachmat Susanto (2010) yaitu tehnik sampling dengan menggunakan
total sampling dan pengumpulan data dengan observasi. Perbedaan
antara penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian terkait yang dibuat oleh Rachmat Susanto (2010) yakni tehnik sampel penelitian terkait menggunakan cluster sampling.
3. Sinaga dan Tarigan (2012), judul “Penerapan Bahan Pada Perawatan
Luka”. Penelitian merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi penggunaan bahan pada perawatan luka di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Tehnik yang diambil yaitu tehnik purposive sampling dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner
(26)
penggunaan bahan pada perawatan luka, penilaian kuesioner ini menggunakan skala Dichotomy. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa seluruh perawat di RSUD Dr. Djasamen Saragih Pematangantar (100%) tidak menggunakan bahan perawatan luka sesuai dengan karakteristik luka pasien. Persamaan penelitian yang dibuat oleh peneliti dengan penelitian yang dibuat oleh Meidina Sinaga dan Rosina Tarigan (2010) terletak pada desain penelitian yaitu menggunakan deskriptif dan pengumpulan data dengan cara kuesioner untuk mendapatkan data demografi, sedangkan Perbedaannya yaitu penelitian terkait menggunakan tehnik purposive sampling, selain itu pada penelitian ini penilaian kuesioner menggunakan skala dichotomy.
(27)
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Keperawatan
1. Definisi Keperawatan
Keperawatan adalah suatu profesi yang berorientasi pada pelayanan kesehatan dengan segala perencanaan atau tindakan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat (Hidayat, 2007).
Keperawatan adalah pelayanan langsung, beriorientasi pada tujua, dan membantu individu, keluarga, masyarakat yang sakit atau sehat, dengan penampilan kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan atau penyembuhan (Effendy, 1998)
2. Definisi Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah segala bentuk tindakan atau kegiatan pada praktek keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) (Carpenito, 2009).
Pemberi asuhan keperawatan adalah tugas perawat pelaksana (Hidayat, 2011). Perawat pelaksana bertugas memberikan asuhan keperawatan, membantu penyembuhan, membantu memecahkan masalah pasien dibawah pengawasan dokter atau kepala ruang (Pratiwi & Utami, 2010).
3. Menurut Carpenito (2009) terdapat beberapa tahap dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu :
(28)
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap ini semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan kesehatan klien. Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, social maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.
b. Diagnosis
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan tentang masalah atau status kesehatan klien, baik actual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian. Diagnosis keperawatan berfungsi untuk mengidentifikasi, memfokuskan dan memecahkan masalah keperawatan klien secara spesifik.
c. Planning
Perencanaan (planning) merupakan suatu petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan. Tahap perencanaan ini juga memberikan kesempatan kepada perawat, klien, keluarga klien dan orang terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang dialami oleh klien.
(29)
12
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Evalusi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
B. Implementasi Keperawatan 1. Definisi Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dalam melaksanakan tindakan perawatan sesuai dengan rencana (Hidayat, 2004).
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmadi, 2008).
2. Jenis-Jenis Implementasi Keperawatan
Menurut Asmadi (2008) dalam melakukan implementasi keperawatan terdapat tiga jenis implementasi keperawatan, yaitu :
a. Independent implementations adalah suatu tindakan yang dilakukan
(30)
lainnya. Independent implementations ini bertujuan untuk membantu klien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan kebutuhan klien itu sendiri, seperti contoh : membantu klien dalam memenuhi activity
daily living (ADL), memberikan perawatan diri, menciptakan
lingkungan yang aman, nyaman dan bersih untuk klien, memberikan dorongan motivasi, membantu dalam pemenuhan psiko-sosio-spiritual klien, membuat dokumentasi, dan lain-lain.
b. Interdependent/collaborative implementations adalah tindakan perawat
yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain. Contohnya dalam pemberian obat, harus berkolaborasi dengan dokter dan apoteker untuk dosis, waktu, jenis obat, ketepatan cara, ketepatan klien, efek samping dan respon klien setelah diberikan obat.
c. Dependen implementations adalah pelaksanaan rencana tindakan
medis/instruksi dari tenaga medis seperti ahli gizi, psikolog, psikoterapi, dan lain-lain dalam hal pemberian nutrisi kepada klien sesuai dengan diet yang telah dibuat oleh ahli gizi dan latihan fisik sesuai dengan anjuran bagian fisioterapi.
3. Tahap-Tahap Implementasi Keperawatan
Menurut Purwaningsih & Karlina (2010) ada 4 tahap operasional yang harus diperhatikan oleh perawat dalam melakukan implementasi keperawatan, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap Prainteraksi
(31)
14
2) Mengeksplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri
3) Memahami rencana keperawatan secara baik 4) Menguasai keterampilan teknis keperawatan
5) Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan dilakukan 6) Mengetahui sumber daya yang diperlukan
7) Memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan
8) Memahami standar praktik klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan
9) Memahami efek samping dan komplikasi yang mungkin muncul
10)Penampilan perawat harus meyakinkan b. Tahap Perkenalan
1) Mengucapkan salam
2) Mengorientasikan/memperkenalkan nama 3) Menanyakan nama, alamat dan umur klien
4) Menginformasikan kepada klien tujuan dan tindakan yang akan dilakukan oleh perawat
5) Memberitahu kontrak waktu, berapa lama akan dilakukannya tindakan
(32)
6) Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya tentang tindakan dan bertanya kepada klien setuju atau tidak pada tindakan yang akan dilakukan
c. Tahap Kerja
1) Menjaga privacy klien
2) Melakukan tindakan yang sudah direncanakan
3) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan tindakan adalah energi klien, pencegahan kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, privacy, kondisi klien, respon klien terhadap tindakan yang telah diberikan
d. Tahap Terminasi
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaannya setelah dilakukan tindakan oleh perawat
2) Berikan feedback yang baik kepada klien dan puji atas kerjasama klien
3) Kontrak waktu selanjutnya
4) Rapikan peralatan dan lingkungan klien dan lakukan terminasi 5) Berikan salam sebelum meninggalkan pasien
(33)
16
C. Luka
1. Definisi Luka
Luka adalah suatu keadaan yang menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan, yang dapat disebabkan oleh trauma, operasi, ischemia dan tekanan (Ekaputra, 2013).
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomi kulit normal akibat proses patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Sinaga dan Tarigan, 2012).
Luka adalah gangguan atau kerusakan integritas dan kerusakan fungsi jaringan pada tubuh, yang dapat mengakibatkan seseorang merasa menderita karena dapat menggangu aktivitas sehari-hari (Nurachmah, Kristianto & Gayatri, 2011).
2. Definisi Luka Operasi
Luka operasi adalah luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang
bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi (Murtutik & Marjiyanto, 2013).
3. Klasifikasi Luka menurut Ekaputra (2013) antara lain : a. Berdasarkan kedalaman jaringan
1) Partial thickness
Luka mengenai lapisan epidermis dan dermis.
(34)
Luka mengenai lapisan epidermis, dermis, subcontineous dan termasuk mengenai otot, tendon dan tulang.
b. Berdasarkan luka operasi 1) Luka operasi bersih
Pembuatan luka/luka operasi yang tidak terinfeksi dimana tidak ditemukannya inflamasi atau tanpa peradangan dan tidak ada infeksi. Kondisi luka tidak membuka (tertutup) dan tidak ada drainase.
2) Luka bersih terkontaminasi
Luka operasi yang berhubungan dengan saluran pernapasan, genital dan bagian saluran kemih. Contoh : operasi pada traktus bilier, apendiks, vagina/orovaring, laparatomi, trakeostomi dan neprostomi.
3) Luka kotor/kronik
a) Hasil klinis menunjukkan adanya infeksi
b) Luka yang mengalami traumatic dan sudah lama c) Melewati daerah purulent, inflamasi memanjang
4. Menurut Riyadi & Harmoko (2012) ada beberapa mekanisme terjadinya luka, antara lain :
a. Luka insisi (vulnus scissum), luka yang disebabkan oleh luka sayatan atau luka teriris oleh benda tajam. Contoh : luka akibat pembedahan.
(35)
18
b. Luka memar (vulnus contusum), terjadi akibat cidera jaringan bawah kulit akibat benturan atau tekanan yang ditandai dengan warna biru bahkan hitam di bagian tubuh yang terkena benturan, bengkak, perdarahan dan cedera pada jaringan lunak.
c. Luka robek (vulnus kaceratum), terjadi akibat mesin atau benda lainnya yang menyebabkan robeknya jaringan dalam.
d. Luka tusuk (vulnus punctum), luka yang terjadi akibat adanya benda tajam seperti pisau, dan benda tajam lainnya yang masuk kedalam kulit dengan diameter kecil.
e. Luka tembak (vulnus seloferadum), luka yang terjadi akibat tembakan peluru, bagian tepi luka tampak kehitam-hitaman.
f. Luka gigitan (vulnus morcum), luka yang terjadi akibat gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian luka.
g. Luka terkikis (vulnus abrasion), luka yang tidak sampai ke pembuluh darah.
5. Menurut Setyarini, Barus & Dwitari (2013) ada beberapa komplikasi dalam penyembuhan luka, yaitu :
a. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan
(36)
bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain).
c. Dehiscence dan eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling
serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total.
Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah
faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence luka dapat terjadi 4 – 5 hari setelah operasi sebelum kolagen meluas di daerah luka.
D. Perawatan Luka 1. Definisi
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk merawat luka agar sembuh sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan meminimalkan resiko infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi, dalam tindakan dan proses penyembuhan luka akan berkualitas apabila dilakukan dengan benar sesuai dengan SOP yang telah
(37)
20
ada. Perawatan luka adalah suatu penanganan luka yang terdiri dari membersihkan, menutup dan membalut luka sehingga dapat membantu dalam proses penyembuhan luka (Brunner & Suddarth, 2001).
Perawatan luka bedah adalah perawatan luka yang terdiri atas membersihkan, mengompres dan membalut luka post operasi (Setyarini, Barus & Dwitari, 2013).
2. Menurut Brunner & Suddarth (2001) ada beberapa tujuan dalam perawatan luka, yaitu :
a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mempercepat proses penyembuhan luka
c. Meningkatkan kenyamanan fisik dan psikologis
3. Tehnik perawatan luka menurut Brunner & Suddarth (2001), antara lain : a. Persiapan
1) Alat
2) Lingkungan 3) Pelaksanaan b. Prosedur pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan sesuai dengan standar operasional prosedur.
c. Hal-hal yang harus diperhatikan
1) Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan dapat mengakibatkan nyeri
(38)
2) Cermat dalam menjaga kesterilan 3) Peka terhadap privasi klien E. Standar Operasional Keperawatan
1. Definisi SOP
SOP adalah dokumen yang berisi petunjuk dan serangkaian instruksi tertulis yang berfungsi menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku, menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung dan sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan (Asbeni, Tohardi & Rusdiono, 2013).
2. Tujuan SOP
Standar oprasional prosedur (SOP) bertujuan untuk membentuk system kerja dan aliran kerja yang teratur, sistematis, dan dapat dipertanggung jawabkan; menggambarkan bagaimana tujuan pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang berlaku; menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan kegiatan berlangsung; sebagai sarana tata urutan dari pelaksanaan dan proses kerja yang sistematik (Asbeni, Tohardi & Rusdiono, 2013).
3. SOP Perawatan Luka
SOP perawatan luka bersih menurut Riyadi & Harmoko, 2012, yaitu :
Prosedur :
(39)
22
1) Membaca rekam media pasien dan catatan untuk rencana perawatan luka
2) Mengekplorasi perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri.
3) Menyiapkan alat :
a) Seperangkat set perawatan luka steril b) Larutan pembersih yang diresepkan c) Gunting verban/plester
d) Sarung tangan sekali pakai
e) Plester, pengikat atau balutan sesuai kebutuhan f) Bengkok
g) Perlak pengalas
h) Kantong untuk sampah i) Troli/meja dorong b. Tahap orientasi
1) Memberikan salam, memastikan dengan menanyakan nama, alamat dan umur pasien
2) Memanggil pasien sesuai dengan persetujuan pasien 3) Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga klien
4) Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum tindakan dimulai
(40)
6) Menjaga privacy klien dengan menutup tirai yang ada di sekitar pasien, serta pintu dan jendela dan hanya membuka bagian yang akan dilakukan perawatan luka.
7) Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan c. Tahap kerja
1) Menyusun semua peralatan yang diperlukan di troli dekat pasien (tidak membuka peralatan steril dulu)
2) Meletakkan bengkok didekat pasien 3) Memasangkan perlak pengalas
4) Mengatur posisi klien dan menginstruksikan klien untuk tidak menyentuh area luka atau peralatan steril
5) Menggunakan sarung tangan steril sekali pakai dan melepaskan plester,ikatan atau balutan dengan menggunakan pinset
6) Jika balutan lengket pada luka, melepaskan balutan dengan memberikan larutan steril/NaCl
7) Observasi karakter dan jumlah drainase pada balutan
8) Buang balutan kotor pada bengkok, lepaskan sarung tangan dan buang pada tempatnya
9) Buka bak instrumen balutan steril. Balutan, gunting dan pinset, harus tetap pada bak intrumen steril
10)Kenakan sarung tangan steril
11)Inspeksi luka. Perhatikan kondisinya, letak drain, integritas balutan atau penutupan kulit, dan karakter drainase
(41)
24
13)Menggunakan satu kassa untuk satu kali usapan
14)Membersihkan luka dari area kurang terkontaminasi ke area terkontaminasi
15)Gunakan kassa baru untuk mengeringkan luka atau insisi 16)Berikan salep antiseptic bila dipesankan
17)Pasang kassa steril kering pada insisi atau letak luka
18)Menggunakan plester diatas balutan, fiksasi dengan ikatan atau balutan
19)Melepaskan sarung tangan dan membuang pada tempat sampah medis 20)Membantu klien pada posisi yang nyaman.
d. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi perasaan klien setelah dilakukan tindakan 2) Menyimpulkan hasil tindakan
3) Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya 4) Mencuci dan membereskan alat setelah digunakan 5) Mencuci tangan setelah melakukan tindakan e. Dokumentasi
1) Mencatat tanggal dan jam perawatan luka 2) Mencatat nama, alamat dan umur klien
3) Mencatat hasil tindakan sesuai dengan S O A P
4) Paraf dan nama petugas/perawat yang melakukan tindakan Standar Operasional Prosedur.
(42)
F. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variable yang diteliti
: Variable yang tidak diteliti
: Hasil yang dicapai Asuhan keperawatan
post operasi : - Pengkajian - Diagnosis - Planning
-- Evaluasi
(Carpenito, 2009)
Implementasi Perawatan
luka post op
Sesuai SOP
Tidak sesuai SOP
(43)
26 BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dalam menemukan ide baru yang dilakukan dengan cara melihat implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yang dilakukan oleh perawat (Nursalam, 2013).
B. Populasi Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di kelas II dan III di bangsal Al Araaf, Al Kautsar, Al Kahfi, Al Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul yakni sebanyak 58 perawat.
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total
sampling yaitu seluruh perawat pelaksana. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Roscoe dalam Sugiyono (2014) yang menyatakan, ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
Penelitian ini mempunyai kriteria inklusi, yaitu :
1) Pasien dengan post operasi luka bersih
(44)
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat inap kelas II dan III bangsal Al Araaf, Al Kautsar, Al Kahfi, Al Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Juni 2016.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini menggunakan satu variabel yakni implementasi perawatan luka post operasi.
Tabel 3.1
Variabel Definisi operasional
Alat Ukur
Cara Ukur Skala ukur Hasil ukur
1.Impleme ntasi perawatan luka post operasi. 2.Alat dan bahan perawatan luka post operasi
1.Pelaksanaa n rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk tindakan perawatan luka post operasi. 2. Alat dan bahan yang digunakan dalam perawatan luka post operasi yang meliputi medikasi set steril dalam bak steril, pinset anatomi, Checklist SOP rumah sakit Melihat implement asi perawatan luka post operasi dan melihat alat dan bahan perawatan luka post operasi kemudian menyesuai kan dengan SOP.
sesuai : jika perawat melakukan semua checklist SOP perawatan luka post operasi. tidak sesuai : jika perawat tidak melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP walaupun hanya 1 point.
(45)
28
pinset cirurgis, kom steril 2 buah, gunting jaringan, hipavik/dressi ng luka transparan, gunting verban, kassa steril
secukupnya, NaCl 0,9% dan
bengkok/kant ong plastic
E. Instrument Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua instrument penelitian yaitu:
1. Checklist
Checklist yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari aspek yang
dinilai berdasarkan SOP perawatan luka post operasi. Hasil observasi penelitian dirumuskan ke dalam kategori kuantitatif dengan skala ordinal yaitu sesuai apabila perawat melakukan semua (17 langkah) perawatan luka post operasi dan tidak sesuai apabila perawat tidak melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP walaupun hanya 1 poin (Arikunto, 2010). Checklist yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 17 langkah (lampiran 5).
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan lembaran yang berisi data demografi responden
(46)
F. Tahap Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
Penelitian ini dimulai dengan melihat fenomena atau masalah yang ada, kemudian peneliti menyusun judul dan mengajukan kepada dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah. Setelah mendapat persetujuan dari pembimbing tentang judul yang diajukan peneliti mulai menyusun proposal penelitian mulai dari bab I sampai bab III dan disertai dengan melakukan studi pendahuluan di bangsal Al Araaf, Al Kautsar, Al Kahfi, Al Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan terlebih dahulu mengurus surat izin studi pendahuluan ke bagian PSIK FKIK UMY, setelah surat jadi peneliti langsung mengurus izin ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Setelah disetujui peneliti meminta izin secara langsung kepada setiap kepala ruang di bangsal tempat penelitian. Selanjutnya peneliti mengkonsultasikan hasil proposal pada pembimbing dan melakukan ujian proposal setelah mendapat persetujuan dari pembimbing. Setelah melakukan ujian proposal peneliti memperbaiki revisian yang diberikan oleh penguji dan pembimbing dan peneliti melanjutkan penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari penguji dan pembimbing. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengajukan surat layak etik penelitian pada tim etik FKIK UMY dan penelitian ini dinyatakan layak etik pada tanggal 19 April 2016. Peneliti selanjutnya mengurus izin untuk penelitian ke PSIK FKIK UMY dan disetujui pada tanggal 4 Mei 2016. Setelah itu, peneliti mengajukan surat izin penelitian ke RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Peneliti mulai menemui kepala ruang di bangsal tempat penelitian setelah mendapatkan persetujuan
(47)
30
dari RSU PKU Muhammadiyah Bantul untuk melakukan penelitian dan peneliti menjelaskan kepada kepala ruang tentang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Peneliti mulai mengambil data dengan terlebih dahulu meminta persetujuan dari perawat yang akan diteliti dengan memberikan
informed consent. Setelah perawat menyetujui, peneliti memberika kuesioner
berupa data demografi perawat. Peneliti mulai melakukan pengambilan data dengan cara melihat perawatan luka post operasi yang dilakukan oleh perawat dan kemudian menyesuaikan dengan checklist SOP yang sudah ada di rumah sakit tersebut. Pengambilan data dilakukan setiap hari sampai sampel terpenuhi yakni 58 perawat. Setelah pengambilan data selesai peneliti kemudian melakukan pengolahan dan analisis data. Peneliti mulai membuat bab IV dan V, kemudian dikonsultasikan pada dosen pembimbing. pada tahap akhir peneliti melakukan ujian hasil penelitian setelah mendapatkan persetujuan dari pembimbing.
G. Uji Validitas dan Reliabilitas
Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas instrument karena menggunakan SOP yang ada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. SOP yang digunakan terbit pada tanggal 7 Juli 2014 dan ada 17 langkah.
H. Pengolahan dan Metode Analisa Data 1. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul sebelum dianalisis terlebih dahulu harus diolah sehingga menjadi informasi. Dalam mengolah data terdapat langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti, pertama coding yaitu
(48)
mengklasifikasikan hasil pengamatan dengan mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi kode dalam bentuk angka. Kode yang digunakan berdasarkan karakteristik yang diuji seperti usia perawat (dewasa awal=1, dewasa akhir=2), jenis kelamin (laki-laki=1, perempuan=2), pendidikan (D3=1, S1=2), masa kerja (<5=1, >5=2) dan hasil observasi penerapan SOP dalam implementasi perawatan luka post operasi dipresentasikan perpoin dengan kategori (sesuai=1, tidak sesuai=2). Pengkodean ini bertujuan untuk mempermudah dalam analisis data dan mempercepat entry data. Setelah selesai mengkode, selanjutnya peneliti melakukan editing yaitu data yang sudah terkumpul dipastikan dan diperiksa kembali kelengkapan, kesesuaian dan kejelasan data tersebut. Kemudian peneliti melakukan processing yaitu memasukan data yang didapat ke dalam komputer dengan menggunakan salah satu program komputer. Setelah semua data dimasukkan ke dalam computer peneliti melanjutkan untuk melakukan cleaning. Cleaning yaitu proses pengecekan kembali data yang sudah di entry agar tidak terjadi kesalahan, yaitu dengan mengetahui data yang hilang (missing), variasi data atau kode yang digunakan. Tahap terakhir peneliti melakukan analysis data yaitu mengolah data dan menganalisa kembali data yang telah dimasukkan.
2. Analisa Data
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisa menggunakan teknik uji univariat. Penelitian menggunakan satu variabel yaitu implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yang
(49)
32
bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel yang akan diteliti dan kemudian akan dianalisa secara deskripsi dalam bentuk frekuensi dan persentase seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan kriteria hasil implementasi perawatan luka sesuai SOP.
I. Etika Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian harus memperhatikan etika penelitian dan juga harus menggunakan etika untuk perawat, terlebih lagi dalam penelitian ini peneliti melibatkan tindakan perawat secara langsung. Etika yang digunakan dalam penelitian ini yang pertama yaitu Informed
Consent. Informed consent adalah persetujuan antara pihak peneliti dan
responden menggunakan tanda responden dan mengisi lembar persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian. Selanjutnya kemandirian
(autonomy) peneliti memberikan kebebasan kepada perawat yang akan
melakukan implementasi perawatan luka post operasi untuk bersedia tindakannya dijadikan data untuk penelitian. Kemudian kejujuran (veracity) peneliti harus jujur dalam meneliti dan mengambil data dengan mengolah data responden menjadi bermanfaat. Selain kejujuran peneliti juga harus menghormati (privacy) dari perawat. Pada tahap privacy ini peneliti dalam melakukan penelitian ini tidak mencantumkan nama perawat yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi. Dan tahap yang terakhir yaitu kerahasiaan (confidentiality), peneliti menggunakan checklist SOP yang ada di rumah sakit dan tidak untuk dipublikasikan dan data dari hasil penelitian digunakan untuk kebutuhan khusus dan tidak dipublikasikan.
(50)
33 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 124 Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55711. Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul berdiri pada tanggal 1 Maret 1966 dengan status Rumah Bersalin Khusus Ibu dan Anak sampai tahun 1995 meningkat menjadi Rumah Sakit Khusus yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak dan pada tahun 2001 menjadi Rumah Sakit Umum. Pelayanan medis yang ada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul antara lain Bedah Umum, Digestive, Anak, Orthopedie/tulang, THT, Syaraf, Ginekologi, Obstetri, Urologi dan Kebidanan.
PKU Muhammadiyah Bantul sebagai salah satu rumah sakit swasta di Kabupaten Bantul memberikan nuansa baru dalam dunia kesehatan. Rumah Sakit ini merupakan tempat yang strategis bagi masyarakat Bantul untuk dijangkau. Berkat kerja keras dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat Bantul, PKU Muhammadiyah mendapatkan ISO 9001:2000 tentang managemen mutu rumah sakit. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah mempunyai enam bangsal perawatan yaitu: Al-fath (VIP), An-Nissa (Obsgin), Ar-Rahman (Anak), Al-kahf (Bedah), Al-A’raf, Al -insan (Penyakit Dalam), Al-Kautsar, An-Nuur (Kamar Bayi).
(51)
34
Penelitian ini dilakukan khususnya di bangsal Al-Kahfi, Al-A’raaf, Al-Insan dan Al-Kautsar. Bangsal Al-Kahfi adalah bangsal khusus bedah, bangsal Al-Kahfi terdapat ruang VIP, kelas 1 dan 2 dengan jumlah perawat yakni 7 perawat. Bangsal Al-A’raaf adalah bangsal penyakit dalam khususnya bangsal dewasa, tetapi khusus di ruang VIP bisa dimasukkan pasien anak-anak. Bangsal ini terdapat 2 ruang isolasi, ruang VIP dan kelas 3 dengan jumlah perawat sebanyak 31 perawat dan dibagi menjadi 2 tim. 1 tim di VIP dengan jumlah 15 perawat dan1 tim lainnya di kelas 3 yang terdiri dari 16 perawat. Bangsal Al-Insan adalah bangsal bedah terdapat 2 ruangan yaitu kelas 2 dan kelas 3 dengan jumlah perawat sebanyak 14 perawat. Bangsal Al-Kautsar adalah bangsal dewasa yang terdiri dari bangsal dalam dan bedah, terdapat 2 ruangan yaitu kelas 1 dan 2.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik keberhasilan dalam melakukan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat
Subjek dalam penelitian adalah perawat yang melakukan perawatan luka pada pasien post operasi di Ruang Rawat Inap kelas II dan II di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang berjumlah 58 perawat pelaksana. Adapun karakterisktik perawat yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja.
(52)
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi keberhasilan dalam melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai sop berdasarkan karakteristik perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
No Implementasi
prosedur perawatan luka
post operasi
Jumlah
Karakteristik Sesuai Tidak sesuai
f % f % f %
1 Usia
Dewasa awal 47 81,0 - - 47 81,0 Dewasa akhir 9 15,5 2 3,5 11 19,0 Total 56 96,5 2 3,5 58 100 2 Jenis kelamin
Laki-laki 14 24,1 - - 14 24,1 Perempuan 42 72,4 2 3,5 44 75,9 Total 56 96,5 2 3,5 58 100 3 Pendidikan
D3 47 81,0 2 3,5 49 84,5
S1 9 15,5 - - 9 15,5
Total 56 96,5 2 3,5 58 100 4 Masa kerja
<5 19 32,8 - - 19 32,8 >5 37 63,7 2 3,5 39 67,2 Total 56 96,5 2 3,5 58 100 Sumber: Data Primer, 2016
Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 58 responden, perawat terbanyak berusia dewasa awal yaitu berjumlah 47 perawat (81,0%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 44 perawat (75,9%), tingkat pendidikan terbanyak berpendidikan D3 yaitu sebanyak 49 perawat (84,5%) dan masa kerja terbanyak adalah di atas 5 tahun yaitu sebanyak 39 perawat (67,2%). Tabel 4.1 juga menunjukkan hasil bahwa perawat yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai prosedur berdasarkan karakteristik perawat yaitu dewasa akhir
(53)
36
sebanyak 2 perawat (3,5%), berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 2 perawat (3,5%), berpendidikan D3 sebanyak 2 perawat (3,5%) dan masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 2 perawat (3,5%).
2. Karakteristik Kesesuaian Perawat dalam Mempersiapkan Alat dan Bahan Perawatan Luka Post Operasi berdasarkan Karakteristik Perawat
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi perawat dalam mempersiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul
No Persiapan alat dan bahan perawatan luka post operasi
Jumlah
Karakteristik Sesuai Tidak sesuai
f % f % f %
1 Usia
Dewasa awal 47 81,0 - - 47 81,0 Dewasa akhir 11 19,0 - - 11 19,0 Total 58 100 - - 58 100 2 Jenis kelamin
Laki-laki 14 24,1 - - 14 24,1 Perempuan 44 75,9 - - 44 75,9
Total 58 100 - - 58 100
3 Pendidikan
D3 49 84,5 - - 49 84,5
S1 9 15,5 - - 9 15,5
Total 58 100 - - 58 100 4 Masa kerja
<5 19 32,8 - - 19 32,8 >5 39 67,2 - - 39 67,2
Total 58 100 - - 58 100
Sumber: Data primer, 2016
Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa seluruh perawat yang berjumlah 58 perawat (100%) sudah melakukan persiapan alat dan bahan sesuai dengan SOP. Dilihat dari usia dewasa awal dan dewasa akhir, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, berpendidikan D3 dan S1, dan masa
(54)
kerja <5 tahun dan >5 tahun sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, tetapi ada 1 perawat yang menggunakan 1 alat dan bahan untuk 1 pasien.
C. Pembahasan
1. Keberhasilan dalam melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai SOP berdasarkan karakteristik perawat
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang sesuai dengan SOP yaitu perawat dengan usia dewasa awal sebanyak 47 perawat karena dari hasil observasi peneiti pada usia dewasa awal (20-40 tahun) masih memiliki daya ingat yang kuat dan semangat untuk bekerja lebih besar daripada usia yang sudah memasuki dewasa akhir, seperti yang dijelaskan juga oleh Monks (2000) bahwa secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertumbuhan umur. Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi peningkatan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya yang identik dengan semangat tinggi dan tenaga yang prima. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Permatasari (2013) yang mendapatkan hasil perawat yang berusia dewasa awal melaksanaan universal precaution dengan kategori baik. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Syahrizal, Karim dan Nauli (2015) bahwa perawat yang melaksanakan universal precaution dengan kategori baik adalah dewasa awal, hal ini dikarenakan dewasa
(55)
38
awal adalah usia yang produktif untuk bekerja, pada usia ini seorang perawat dapat melakukan berbagai tindakan keperawatan khususnya tindakan pemasangan infus. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Wibowo (2013) yang menyebutkan bahwa perawat yang menggunakan sarung tangan lebih banyak pada usia dewasa awal (kurang dari 30 tahun).
Hasil penelitian Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) menunjukkan bahwa usia dewasa akhir lebih patuh dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, hal ini dapat terjadi karena menurut Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) semakin tingginya usia seseorang maka proses pemikirannya lebih matang dan semakin lanjutnya usia seseorang semakin lebih bertanggung jawab dan lebih tertib. Penelitian Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) tentu berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti yang mendapatkan hasil bahwa pada usia dewasa akhir ada 2 orang perawat yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP dikarenakan pada usia dewasa akhir (41-60 tahun) biasanya mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis yang dapat menyebabkan kurang baiknya dalam melakukan suatu aktivitas. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa perawat yang memiliki usia dewasa akhir melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP dengan alasan perawat sering lupa
(56)
dengan checklist SOP yang ada di rumah sakit tersebut seperti perawat lupa menutup tirai untuk menjaga privasi pasien, perawat tidak menyiapkan pasien pada posisi nyaman, perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan di nurse station. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adisetiawan (2010) yang menjelaskan pada usia-usia yang relatif tua, meskipun sudah memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak, namun kondisi fisik yang menurun mengakibatkan penurunan produktivitas. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) bahwa usia dewasa akhir lebih patuh dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan.
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan 58 perawat didapatkan bahwa sebagian besar perawat adalah perempuan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 2 perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai dengan SOP adalah perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Setyobudi (2013) mendapatkan hasil bahwa perempuan memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi dari pada pria karena perempuan memiliki sifat yang sabar, tekun dan telaten. Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dengan Setyobudi (2013) terdapat perbedaan, hal ini berbeda dengan hasil peneliti dikarenakan proporsi perempuan
(57)
40
dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih banyak dibandingkan laki-laki sehingga frekuensi untuk melakukan kesalahan oleh perempuan pun akan lebih besar dari pada laki-laki. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Bawelle (2013) bahwa perawat yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada perawat yang berjenis kelamin laki-laki. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan oleh Rolinson dan Kish (2010) bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarahnya keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi perawatan) secara tradisional di dalam keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan tabel 4.1 tingkat pendidikan perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai dengan SOP yaitu D3 sebanyak 2 orang. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tingginya pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka semakin tinggi juga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan, sehingga akan semakin baik juga suatu pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan oleh orang tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Wola (2013) bahwa penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi. Rendahnya pendidikan dan pengalaman seseorang maka semakin rendah pelayanan keperawatan dan daya saing perawat tersebut dengan perawat asing. Tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali (2012) didapatkan bahwa perawat yang berpendidikan D3 yang
(58)
melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sudah tergolong baik dan sesuai dengan SOP. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Ali (2012) dengan yang dilakukan oleh peneliti terdapat sedikit perbedaan, hal ini bisa terjadi karena saat peneliti melakukan observasi 2 perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP masih mengabaikan hal kecil tetapi sangat besar dampaknya untuk pasien bahkan untuk perawat itu sendiri, Perawat tidak melakukan beberapa prosedur sesuai dengan SOP seperti contoh perawat tidak menjaga privasi pasien, perawat tidak menyiapkan pasien pada posisi nyaman, perawat memakai sarung tangan dari nurse station dan perawat menjelaskan bahwa antara materi dan realita di lapangan kerja itu berbeda, sehingga dampaknya perawat jadi mengabaikan pentingnya melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Hal ini terbukti bahwa kurangnya pengetahuan perawat tentang pentingnya melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai SOP.
Berdasarkan tabel 4.1 penelitian menunjukkan bahwa perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yaitu perawat dengan masa kerja kurang dari 5 tahun dan yang tidak sesuai dengan SOP yaitu lebih dari 5 tahun sebanyak 2 perawat. Hal ini bisa terjadi karena ada kaitannya dengan usia perawat yang semakin bertambah dan pendidikan perawat yang masih rendah
(59)
42
sehingga masa kerja yang lama pun tidak menjadi patokan seseorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan baik, seperti dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan hasil bahwa perawat yang masa kerjanya lebih lama melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP. Setiyobudi (2013) menjelaskan bahwa perawat dengan pengetahuan yang tinggi dengan lama kerja yang masih rendah cenderung memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan perawat yang masa kerjanya lebih lama. Penelitian ini juga didukung oleh Wola (2013) di RSU daerah Umbu Rara Meha Waingapu yang mendapatkan hasil bahwa perawat yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai yaitu perawat yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2015) menunjukkan hasil yang berbeda dengan yang didapatkan oleh peneliti yaitu perawat yang masa kerjanya kurang dari 5 tahun melakukan perawatan luka tidak sesuai dengan SOP. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa responden yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP, hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lain seperti usia responden yang semakin lanjut, pendidikan responden yang masih rendah dan ketidakpatuhan responden sehingga pelaksanaan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP.
(60)
Berdasarkan tabel 4.1 peneliti melakukan observasi pada 58 perawat dan didapatkan hasil 56 perawat melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, sedangkan yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP yaitu 2 perawat. Segala tindakan perawat yang akan dilakukan harus sesuai dengan SOP yang sudah ada di rumah sakit, begitu juga dengan implementasi perawatan luka post operasi harus dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Tindakan perawatan luka post operasi akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada protap yang telah ditetapkan seperti membaca rekam medis pasien, menyiapkan alat, mencuci tangan sebelum melakukan tindakan dan lain sebagainya.
Ali (2012) menyatakan bahwa perawatan luka yang baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan serta kepuasan bagi penerima pelayanan keperawatan dan dapat mencegah timbulnya infeksi paska bedah apabila perawatan luka dilakukan sesuai dengan SOP. Perawatan luka post operasi tidak dapat dilepaskan dari peran perawat sebagai tenaga kesehatan, sebagai salah satu sarana kesehatan dalam memberikan perawatan baik dalam bentuk fisik maupun psikologis, selain kinerja yang baik agar perawatan luka dapat dilakukan sesuai dengan SOP harus didukung pula oleh kelengkapan alat di rumah sakit, agar tercapai implementasi luka post operasi dapat
(61)
44
dilakukan dengan baik sehingga mutu pelayanan keperawatan akan menjadi baik.
Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi pada umumnya sudah melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, hanya ada 2 perawat yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP. Perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya perawat sering mengabaikan hal kecil tetapi berdampak besar bagi perawat terutama bagi pasien, seperti dari observasi yang didapatkan oleh peneliti perawat tidak mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien, tapi perawat mencuci tangan sewaktu masih di nurse station, selain itu perawat juga tidak menjelaskan terlebih dahulu prosedur apa yang akan dilakukan, kemudian untuk alat perawatan luka didapatkan 1 dari 2 perawat yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP menggunakan 1 alat untuk 2 pasien, tindakan yang dilakukan oleh perawat yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi yang tidak sesuai ini sangat menyimpang dari prosedur perawatan luka. Perawat yang melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP tentunya lebih banyak dari pada yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP yaitu sebanyak 56 perawat sudah melakukan perawatan luka post operasi
(62)
sesuai dengan SOP, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki kepatuhan yang baik dalam melakukan tindakan khususnya perawatan luka post operasi karena perawat sudah mendapatkan training tentang perawatan luka post operasi. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa sebelum dilaksanakan perawatan luka perawat terlebih dahulu akan diingatkan kembali tentang prosedur perawatan luka saat dilakukan
preconference, selain itu checklist SOP juga sudah ditempelkan
disetiap nurse station agar perawat bisa membaca dan mempelajari kembali checklist SOP agar tidak terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan perawatan luka, sehingga dari hasil penelitian didapatkan perawat yang melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP lebih banyak dari pada yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai.
Hasil penelitian ini serupa dengan hasil yang dilakukan oleh Hakim (2015) di ruang bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo didapatkan hasil bahwa dari 30 perawat, 27 perawat sudah melakukan perawatan luka sesuai dengan SOP dan yang melakukan perawatan luka tidak sesuai dengan SOP yaitu 3 orang. Kepatuhan perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP didukung juga oleh faktor sikap yang baik dan kebiasaan. Notoatmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap yang baik dan kebiasaan merupakan faktor yang ada dalam individu yang akan mempengaruhi
(63)
46
tindakan yang akan dilakukan oleh individu itu sendiri, sehingga dengan memiliki sikap yang baik dan kebiasaan yang baik maka perawat akan semakin terlatih dan mampu melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP.
2. Kesesuaian dalam persiapan alat dan bahan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa seluruh perawat berdasarkan karakteristik perawat mulai dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja sudah menyiapkan alat dan bahan untuk perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka post operasi terdiri dari 10 poin yakni menyiapkan medikasi set steril dalam bak steril, menyiapkan pinset anatomis, pinset cirurgis, 2 buah kom steril, gunting jaringan, hipavik/dressing luka transparan, gunting verban, kassa steril secukupnya, NaCl 0,9% dan bengkok/kantong plastik, alat dan bahan perawatan luka yang digunakan sudah disiapkan oleh CSSD (Central
Sterilization Supply Department) dan perawat mengecek ulang dengan
menggunakan checklist SOP. Perawat sudah menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan SOP karena perawat sudah memahami apa saja alat dan bahan yang digunakan pada saat perawatan luka. Notoadmojo (2010) menjelaskan bahwa memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tertentu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Pemahaman perawat tentang alat dan bahan
(1)
perawat dalam menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Pengetahuan perawat sudah masuk dalam kategori baik, hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian bahwa perawat sudah menyiapkan alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam perawatan luka dengan benar. Menurut Notoadmojo (2010) menjelaskan pengetahuan adalah wawasan yang diperoleh secara formal dan non formal. Secara non formal didapatkan dari pendidikan pelatihan atau pengalaman yang merupakan bagian dari upaya meningkat pengetahuan23. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anawati, Novitasari dan Mawardika (2013) yang mendapatkan hasil sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik tentang penerapan SOP alat pelindung diri24. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yulianti, Rosyidah dan Hariyono (2011) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan perawat dalam menerapkan penggunaan antiseptik dan desinfektan masuk dalam kategori baik25. Berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Madyanti (2012) bahwa sebagian besar perawat berpengetahuan rendah dalam melepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan area perawatan26.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil seluruh perawat yang berjumlah 58 perawat sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Hal ini dikarenakan perawat sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan luka dan persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga & Tarigan (2012) bahwa seluruh perawat di RSUD Djasamen Saragih sudah menyiapkan alat untuk perawatan luka post operasi sesuai dengan karakteristik luka pasien7. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(2)
Rohmayanti & Kamal (2015) yang menunjukkan bahwa keterampilan dan kepatuhan perawat meningkat setelah diberikan pelatihan tentang implementasi perawatan luka modern27.
Walaupun seluruh perawat sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, tetapi dari hasil observasi implementasi perawatan luka yang dilakukan oleh perawat kurang tepat, hal ini ditunjukkan dari hasil yang didapat bahwa 1 perawat menggunakan 1 alat perawatan luka untuk 2 pasien. Hal ini bisa terjadi karena perawat tidak mematuhi aturan dalam perawatan luka, ini dapat dibuktikan karena perawat sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan luka dan persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka, dan saat perawat melakukan perawatan luka perawat menggunakan pinset yang sama untuk pasien yang lain. Hal ini tentu berdampak buruk bagi pasien dan mutu pelayanan yang diberikan perawat. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hardayanti (2010) bahwa perawat kurang patuh saat melaksanakan tindakan perawatan luka post operasi, hal tersebut dibuktikan dengan kurang sesuainya prosedur tetap terutama pada penggunaan sarung tangan dan mencuci tangan, tindakan yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan timbulnya infeksi nosokomial dan berdampak buruk pada kualitas kinerja perawat28. Menurut Rakhmawati (2010) menjelaskan bahwa mutu pelayanan yang baik adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan dan tercapainya suatu tujuan29. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran implementasi prosedur perawatan luka post operasi oleh perawat di RSU PKU
(3)
Muhammadiyah Bantul adalah sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden di RSU PKU Muhammadiyah Bantul melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yang sudah ada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tersebut.
2. Seluruh responden yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sudah menyiapkan semua alat dan bahan dengan benar dan sesuai dengan SOP yang telah ada.
SARAN
1. Bagi Intitusi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada tahap implementasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dapat dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan untuk mendukung
kualitas serta mutu pelayanan agar menjadi lebih baik lagi.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Perawat diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP dan diharapkan perawat menggunakan 1 alat dan bahan untuk 1 pasien.
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan mengambil data melibatkan orang luar atau keluarga pasien, sehingga perawat tidak mengetahui jika sedang diawasi sehingga hasil dimanipulasikan dapat terhindar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Murtutik, L. dan Marjiyanto. (2013). Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Di Ruang Mawar Rumah Sakit Slamet Riyadi
(4)
Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol.6 (3).
2. Rosaliya, Y., Suryani, M., & Shobirun. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi nosokomial Pada Pasien Luka Post Operasi Di RSUD Tugurejo Semarang.
3. Musta’an, Supartono & Suwarni, A.
(2011). Diffeerennce Effect Of Antibiotic Topical And Nacl 0,9% Compress For Wounded Lead Process Post Operation In Anggrek III Room Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmu Kepawatan Indonesia. Vol. 1 (1).
4. Setyarini, E. A., Barus, L. S., & Dwitari, A. (2013). Perbedaan Alat Ganti Verband Antara Dressing Set Dan Dressing Trolley Terhada P Resiko Infeksi Nosokomial Dalam Perawatan Luka Post Operasi.Jurnal Kesehatan Stikes Santo Barromeus.
5. Faridah, I. N., Andayani , T. M & Inayati. (2012). Pengaruh Umur Dan Penyakit Penyerta Terhadap Resiko Infeksi Luka Operasi Pada Pasien Bedah Gastrointestinal. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2 (2), pp 187-194.
6. Yuwono. (2013). Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi.
Jambi Medical Journal, Vol. 1 (1) pp. 16-25.
7. Sinaga, M. dan Tarigan, R. (2012). Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka. Jurnal Keperawatan Klini,
Vol. 2 (1).
8. Dahesihdewi, A. (2015). Surveilans
HAI’s di Rumah Sakit. Disampaikan
saat Seminar CNE dan
Pengangkatan Sumpah Ners
Angkatan XXII
9. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
10.Monks, F.J. (2000). Psikologi Perkembangan Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
11.Permatasari, D. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Universal Precaution. Ejournal STIKESMUKLA.
12.Syahrizal, I., Karim, D, & Nauli, F. A. (2015). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Universal Precautions dengan Penerapan Universal Precautions pada Tindakan Pemasangan Infus. Jurnal Online Mahasiswa, Vol. 2 (1).
13.Wibowo, A. S., Suryani, M., & Sayono. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penggunaan Sarung Tangan pada Tindakan Invasif di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Diakses 31 Agustus 2016, dari http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejou rnal/index.php/ilmukeperawatan/arti cle/view/157
14.Kusumaningtiyas, S., Kristiyawati, S. P., & Purnomo, E. C. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di RS. Telogoejo Semarang. Diakses 2 September 2016, dari http://download.portalgaruda.org/arti cle.php?article=183539&val=6378& title=FAKTOR%20%C3%A2%E2% 82%AC%E2%80%9C%20FAKTOR %20YANG%20BERHUBUNGAN
(5)
%20DENGAN%20TINGKAT%20K EPATUHAN%20PERAWAT%20M ELAKUKAN%20CUCI%20TANG AN%20DI%20RS.TELOGOEJO%2 0SEMARANG
15.Adisetiawan, S. (2010). Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang. Skripsi strata satu, Universitas Diponegoro, Semarang.
16.Setyobudi, N. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Lama Kerja Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RS. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakart. Tesis strata dua, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
17.Bawelle, S.C., Sinolungan J.S.V., & Hamel, R.S. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Ejurnal Keperawatan (e-Kp), Vol. 1 (1).
18.Rollinson, D & Kish (2010). Care concept in advanced nursing. St. Louis. Mosby A Harcourt Health ScienceCompany.
19.Wola, R.R.G. (2013). Gambaran Pelaksanaan Perawatan Luka Post Apendiktomi Di Ruang Rawat Inap
Bogenvil Rumah Sakit Umum
Daerah Umbu Rara Meha
Waingapu. Skripsi strata satu, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
20.Ali, J.R. (2013). Gambaran Implementasi Perawatan Luka Post Operasi Oleh Perawat Sesuai
Standar Operasional Prosedur.
Skripsi strata satu, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
21.Hakim, Y. (2015). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Pelaksanaan Standar
Operasional Prosedur (SOP)
Perawatan Luka Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi strata satu, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.
22.Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta.
23.Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
24.Anawati, K. R., Novitasari, D., dan Mawardika, T. (2013). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Kepatuhan Perawat dalam
Penggunaan Alat Pelindung Diri di
Rumah Sakit Umum Daerah
Ambarawa. Skripsi strata satu, STIKES Ngudi Waluyo, Semarang. 25.Yulianti., Rosyidah., & Hariyono,
W. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Universal Precaution pada Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 (2). ISSN: 1978-0575.
26.Madyanti, D. R. (2012).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Bidan saat Melakukan Pertolongan Persalinan di RSUD Bengkalis Tahun 2012. Skripsi strata satu, Universitas Indonesia, Jakarta. 27.Rohmayanti & Kamal, S. (2015).
(6)
Modern di RS Harapan Magelang.
The 2nd university Research Coloquium. ISSN: 2407-9189. 28.Hardayanti, H. K. (2010).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Perawat dalam
Penerapan Protap Perawatan Luka Post Operasi di Ruang Cendana RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
29.Rakhmawati, W. (2010). Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi, Manajemen Mutu & Resiko).
Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan.