GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE AGENCY) PADA ANAK DISABILITAS (TUNA GRAHITA DAN TUNA NETRA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL

KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE
AGENCY) PADA ANAK DISABILITAS (TUNA GRAHITA DAN TUNA
NETRA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan
pada Fakultas Kdokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :
Pratiwi Nova Ariani
20120320018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

KARYA TULIS ILMIAH
GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE
AGENCY) PADA ANAK DISABILITAS (TUNA GRAHITA DAN TUNA

NETRA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Derajat Sarjana Keperawatan
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusunoleh :
Pratiwi Nova Ariani
20120320018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah


Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul
Disusun oleh :
Pratiwi Nova Ariani
20120320018
Telah disetujui untuk diseminarkan pada tanggal 23 Juni 2016

Dosen Pembimbing

Dosen Penguji

Dr. Titih Huriah,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp. Kom

Wulan Noviani, S.Kep., Ns., MM

NIK : 173045

NIK : 19861116201404173169


Mengetahui
Kaprodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Mat., HNC.
NIK: 19770313200104173046

ii

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT , Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada junjungan dan tauladan Nabi Muhammad
SAW, keluarga dan para sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care
Agency) Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra) Di Sekolah Luar

Biasa Negeri 1 Bantul”. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memberikan
gambaran kepada rekan-rekan kesehatan khususnya ilmu keperawatan tentang
kemampuan perawatan diri pada anak disabilitas, sehingga perawat lebih
mengetahui bukan hanya pasien yang sakit di rumah sakit yang membutuhkan
perhatian lebih tetapi anak anak disabilitas pun juga membutuhkan perhatian lebih
dalam perawatan diri.
Beberapa teori menyatakan bahwa anak disabilitas belum mampu untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri dan masih tergantung dengan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Penyusunan karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu pengalaman
berharga dan membahagiakan bagi penulis, karena karya tulis ilmiah ini
merupakan langkah awal untuk menyelesaikan penelitian. Pada saat berbahagia
ini, ucapan terima kasih yang penulis sampaikan kepada :
1. dr. H. Ardi Pramono Sp. An, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Sri Sumaryani, S.Kep., Ns., Sp. Mat., HNC, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan
ijin dan kemudahan selama penyusunan proposal karya tulis ini.
3. Wulan Noviani., S.Kep., Ns, MM, selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan serta

motivasi dalam proses bimbingan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

iv

4. Dr. Titih Huriah, M.Kep., Ns., Sp.Kep.Kom, selaku dosen penguji saya yang
telah bersedia menguji dan memberi arahan sehingga kesalahan dalam karya
tulis ilmiah ini dapat saya benahi.
5. Bappeda Bantul beserta stafnya yang telah mempermudah perizinan penelitian
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta beserta jajarannya yang
telah memberikan data-data yang dibutuhkan.
7. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul beserta staf-staf pengajar yang
telah memberikan data-data yang dibutuhkan dalam penyelesaian proposal
karya tulis ini.
8. Bapak/ibu bagian kelas tuna grahita dan tuna netra SLB Negeri 1 Bantul yang
telah mengizinkan dan membantu penelitian sehingga pengambilan data
berjalan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
9. Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Bantul beserta staffnya yang telah
membantu saya dalam pengambilan data uji validitas.
10. Kepala Sekolah Luar Biasa Rela Bhakti 1 Gamping yang tulus ikhlas

membantu saya dalam pengambilan data uji validitas.
11. Bapak Teguh Wiyana dan Ibu Prastyowati selaku orang tua tercinta saya yang
telah memberikan dukungan secara materi dan emosional sehingga peneliti
selalu termotivasi untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat waktu,
serta saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan materi maupun
semangat, motivasi serta do’a dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
12. Sahabat-sahabat bimbingan Fajar Abrori, Nur Aulia Rahma, Adin Vivaldi,
Agus Heri, Archilliandi dan Wakhidatun Nurul yang selalu memberikan
semangat dalam proses menyelesaikan karya tulis ini.
13. Sahabat-sahabat saya yang tersayang Azika Sasmika, Eka Wahyu Ningsih,
Istiana Dewi, Rohana Fatma Zahra dan Rizqi Nur Alifah yang selalu
membantu dan menyemangati saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.

v

14. Sahabat saya dari SMA sampai saat ini Chandra Khoirunnas yang selalu
mengingatkan dan memotivasi saya dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
15. Mas Agung Kurniawan yang selalu memberikan bantuan kepada saya.

16. Semua sahabat dan teman-teman mahasiswa-mahasiswi ilmu keperawatan
UMY 2012 yang memberikan semangat dan motivasi.
Semoga bantuan do’a dan dukungan yang telah diberikan dalam bentuk
apapun menjadi sebuah kebaikan dan amal ibadah serta mendapat balasan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal karya tulis ilmiah ini
masih jauh dari kata sempurna dan membutuhkan pembenahan. Penulis berharap
kepada para pembaca untuk memberikan saran serta masukan sehingga menjadi
koreksi dan perbaikan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Pratiwi Nova Ariani

Penulis

vi

HALAMAN MOTTO

“Karena itu ingatlah kamu kepada Ku niscaya aku ingat (pula)
kepada mu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan
bersyukurlah kepada Ku serta jangan ingkar (pada nikmat Ku)

(Q.S. Al-Baqoroh:152)
“Harga kebaikan manusia adlah diukur menurut apa yang telah
dilaksanakan atau diperbuatnya.” (Ali Bin Abi Thalib)
Impian besar menjadi nyata bila bermusuhan dengan rasa malas
Tanpa ilmu dan pengetahuan, kita seperti di lorong gelap yang
dipaksa untuk berjalan, berjalan tanpa arah dan tujuan dan hanya
akan membuatmu tersesat
Sesungguhnya kesuksesan itu berjalan diatas kesusahan dan
pengorbanan
“Kemenangan seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukkan diri sendiri.”

vii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
KEASLIAN PENELITIAN ................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
INTISARI ........................................................................................................... xiv
ABSTRACT ..........................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................6
E. Penelitian Terkait ..........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Diri (Self Care) .........................................................................10
B. Ruang Lingkup Perawatan Diri (Self Care) ...............................................24
C. Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency) ......................................26
D. Anak Disabilitas .........................................................................................28
E. Kerangka Teori ...........................................................................................38
F.Kerangka Konsep .........................................................................................39

G.Pertanyaan Peneliti ......................................................................................39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................................40
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................40
C. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................42
D. Variabel Penelitian .....................................................................................42
F. Definisi Operasional ...................................................................................42
G. Instrumen Penelitian ..................................................................................44
H. Uji Validitas dan Reliabilitas .....................................................................45
I. Cara Pengumpulan Data .............................................................................48

viii

J. Pengelolaan dan Analisa Data ....................................................................51
K. Etika Penelitian ..........................................................................................53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..........................................................................................55
B. Pembahasan ................................................................................................62
C. Kekuatan Dan Kelemahan Penelitian .........................................................76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................77
B. Saran ..........................................................................................................78
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................80
LAMPIRAN

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Tabel 4.5

Tabel 4.6.

Tabel 4.7

Kisi-kisi kuesioner kemampuan perawatan diri (self care
agency)
Kriteria validitas
Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di
Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul
Distribusi Frekuensi Gambaran Kemampuan Perawatan Diri
(Self Care Agency) Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita dan
Tuna Netra) di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul
Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Berdasarkan Kelas Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul
Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Berdasarkan Jenis Kelamin Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1
Bantul
Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Berdasarkan Usia Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Bantul
Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Berdasarkan Pendidikan Di Sekolah Luar Biasa Negeri 1
Bantul
Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra)
Berdasarkan Riwayat Kesehatan Dulu Di Sekolah Luar Biasa
Negeri 1 Bantul

x

45
46
57
58

59

60

60

61

61

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka teori diadopsi dari model Orem

38

Gambar 2.2 Kerangka konsep diadopsi dari model Orem

39

xi

DAFTAR SINGKATAN
ADL

: Active Daily Living

Bappeda DIY

: Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Istimewa
Yogyakarta

DIY

: Daerah Istimewa Yogyakarta

Kemenkes RI

: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

PPNI

: Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Riskesda

: Riset Kesehatan Dasar

UNICEF

: United Nations International Children’s Emergency Fund

WHO

: World Health Organization

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan menjadi asisten peneliti
Lampiran 2. Pernyataan kesediaan menjadi asisten peneliti
Lampiran 3. Permohonan menjadi responden
Lampiran 4. Pernyataan kesediaan menjadi responden
Lampiran 5. Kuesioner penelitian
Lampiran 6. Surat ijin survei pendahuluan
Lampiran 7. Surat ijin uji validitas
Lampiran 8. Surat keterangan kelayakan etik penelitian
Lampiran 9. Surat keterangan/izin dari BAPPEDA
Lampiran 10. Surat permohonan ijin penelitian
Lampiran 11. Lembar hasil olah data uji validitas dan reliabilitas
Lampiran 12. Lembar hasil distribusi frekuensi karakteristik reponden dan
kemampuan perawatan diri (self care agency)
Lampiran 13. Lembar hasil crosstab berdasarkan karakteristik responden dengan
kemampuan perawatan diri (self care agency)

xiii

Pratiwi Nova Ariani, (2016), Gambaran Kemampuan Perawatan Diri (Self Care Agency)
Pada Anak Disabilitas (Tuna Grahita Dan Tuna Netra) di SLB Negeri 1
Bantul
Pembimbing : Wulan Noviani, S.Kep., Ns., MM
INTISARI

Latar Belakang : Self care agency adalah kemampuan yang kompleks dari
individu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Anak disabilitas (tuna grahita
dan tuna netra) memiliki kemampuan perawatan diri yang kurang dan bergatung
pada orang tua mereka. Hal tersebut dapat mempengaruhi kemandirian dalam
melakukan aktivitas sehari-hari seperti makan,minum, eliminasi, dan lainnya. Hal
ini menjadi salah satu perhatian khusus perawat tentang kemampuan perawatan
diri pada anak disabilitas.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan
perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna
netra) berdasarkan karakteristik responden seperti kelas, usia, jenis kelamin,
riwayat kesehatan dulu dan suku.
Metode Penelitian : Desain penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan survey. Sampel dalam penelitian berjumlah 85 anak disabilitas (tuna
grahita dan tuna netra) berusia 6-18 tahun. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Analisa data menggunakan deskriptif
statistik. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang dikembangkan
berdasarkan teori Orem.
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan perawatan
diri (self care agency) anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) terbanyak
berada pada kategori cukup sebanyak 38 anak (44,7%). Gambaran kemampuan
perawatan diri berdasarkan karakteritik responden, sebanyak 29 anak (42,6%) dari
kelas anak tuna grahita dalam kategori baik, sebanyak 24 anak (49%) berjenis
kelamin laki-laki, dengan kategori cukup, sebanyak 18 anak (48,6%) berusia 6-11
tahun dengan kategori baik, sebanyak 19 anak (51,4%) pada usia 12-16 dengan
kategori cukup, sebanyak 27 anak (50,9%) tingkat pendidikan SD dengan kategori
cukup dan sebanyak 15 anak (52,22%) responden tidak memiliki riwayat
kesehatan dulu dengan kategori cukup.
Kesimpulan dan Saran : Kemampuan perawatan diri (self care agency) anak
disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) cukup. Peneliti menyarankan selanjutnya
untuk melakukan penelitian kualitatif dalam menggali kemampuan self care
agency pada anak disabilitas.
Kata kunci : perawatan diri, anak disabilitas, SLB

xiv

Pratiwi Nova Ariani, (2016), The Description of Self Care Agency on Children with
disabilities (mental disabled and blind) in SLB Negeri 1 Bantul
Advisor : Wulan Noviani, S.Kep., Ns., MM
ABSTRACT

Background : Self care agency was a complex ability of individuals to fulfill their
daily needs. Children with disabilities (mentall disabled and blind) had less the
self care ability and dependent with their parents. It could influence their
dependent to did daily activities such as ate, drunk, elimination, and others. It was
become one of special nurses concern about the self care ability on the children
with disabilities.
Objective : The aim of this research was to describe the self care agency on
children with disabilities (mental disabled and blind) based on respondent
characteristics such as class, aged, gender, medical history, and the tribe or
culture.
Methods : The research design was use quantitative descriptive with survey
approach. Samples were 85 children with mental disabled and blind was age 6-18
years old. The sampling technique used purposive sampling technique. Data were
analyzed use descriptive statistics. Research instrument were use a questionnaire
developed based on the theory of Orem.
Results : The results showed that self care agency on children with disabilities
(mental disabled and blind) were dominated with enough category 38 children
(44,7%). The Description of Self Care Agency on Children with disabilities (mental
disabled and blind)based on respondent characteristic, as much as 29 children
(42,6%) of mental disable class with good categorize, as much as 24 children
(49%) of male with enough categorize, as much as 18 children (48,6%) was age
6-11 years old with enough categorize, as much as 19 children (51,4%) was age 1216 years old with enough categorize, as much as 27 children (50,9%) was elementary
school level with enough categorize and as mjuch as 15 children (52,22%) who
respondents didn’t have history of health with enough categorize.
Conclusions and Recommendations : Self care agency on children with
disabilities (mental disabled and blind) was enough. Researcher suggest to the
next research to did a qualitative research to explore self-care agency on the
children with disabilities.
Keywords: Self care, children with disabilities, School for children with
disablities

xv

Pratiwi Nova Ariani, (2016), The Description of Self Care Agency on Children with
disabilities (mental disabled and blind) in SLB Negeri 1 Bantul
Advisor : Wulan Noviani, S.Kep., Ns., MM
ABSTRACT

Background : Self care agency was a complex ability of individuals to fulfill their
daily needs. Children with disabilities (mentall disabled and blind) had less the
self care ability and dependent with their parents. It could influence their
dependent to did daily activities such as ate, drunk, elimination, and others. It was
become one of special nurses concern about the self care ability on the children
with disabilities.
Objective : The aim of this research was to describe the self care agency on
children with disabilities (mental disabled and blind) based on respondent
characteristics such as class, aged, gender, medical history, and the tribe or
culture.
Methods : The research design was use quantitative descriptive with survey
approach. Samples were 85 children with mental disabled and blind was age 6-18
years old. The sampling technique used purposive sampling technique. Data were
analyzed use descriptive statistics. Research instrument were use a questionnaire
developed based on the theory of Orem.
Results : The results showed that self care agency on children with disabilities
(mental disabled and blind) were dominated with enough category 38 children
(44,7%). The Description of Self Care Agency on Children with disabilities (mental
disabled and blind)based on respondent characteristic, as much as 29 children
(42,6%) of mental disable class with good categorize, as much as 24 children
(49%) of male with enough categorize, as much as 18 children (48,6%) was age
6-11 years old with enough categorize, as much as 19 children (51,4%) was age 1216 years old with enough categorize, as much as 27 children (50,9%) was elementary
school level with enough categorize and as mjuch as 15 children (52,22%) who
respondents didn’t have history of health with enough categorize.
Conclusions and Recommendations : Self care agency on children with
disabilities (mental disabled and blind) was enough. Researcher suggest to the
next research to did a qualitative research to explore self-care agency on the
children with disabilities.
Keywords: Self care, children with disabilities, School for children with
disablities

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada
kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang
yang cacat (Kittay, 2005). Survei Rumah Tangga yang dilakukan UNICEF
dan University of Wisconsin (2008) untuk memantau kondisi kesehatan di
negara berkembang memperoleh data bahwa terdapat 52,4% anak usia 6-9
tahun yang berada di sekolah serta mengalami cacat/disabilitas atau
ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri.
Kemandirian pada anak terutama pada anak usia sekolah berbeda
dengan kemandirian remaja atau orang dewasa. Kemandirian anak usia
sekolah

adalah

kemampuan

yang

berkaitan

dengan

tugas

perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan untuk anak adalah belajar
makan, berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan,
pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).
Berdasarkan teori perkembangan Erickson, anak pada tahap usia
sekolah (6-18 tahun) mempunyai masalah industry vs inferiority, yang
berarti anak pada usia ini diharapkan mampu mendapatkan kepuasan dari
kemandirian yang diperoleh melalui lingkungan sekitar serta interaksi
dengan teman sebaya. Pada tahap ini anak juga belajar untuk bersaing
(sifat kompetitif) melalui proses pendidikan, bersifat kooperatif dengan
orang lain dan belajar peraturan-peraturan yang berlaku. Hal yang
dianggap berbahaya pada fase ini adalah apabila pada anak berkembang

1

2

kepribadian inferiority (rendah diri). Salah satu penyebab timbulnya
inferioritas pada anak adalah tidak mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri (Jahja, 2011).
Anak disabilitas atau anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya secara signifikan
mengalami kelainan fisik, mental-intelektual, sosial dan emosional
dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (Triutari, 2014). Beberapa
anak dikatakan disabilitas atau anak penyandang cacat seperti penyandang
tuna grahita, tuna netra, tuna wicara, Down Syndrome, tuna daksa, bibir
sumbing dan tuna rungu (Kemenkes RI, 2014). Tuna grahita adalah
individu yang mempunyai kecerdasan intelektual dibawah normal dan
disertai dengan ketidakmampuan adaptasi perilaku yang muncul pada
masa perkembangan atau sebelum usia 18 tahun (Ciptono & Suprianto,
2010). Tuna netra adalah individu yang tidak dapat melihat sehingga
mengalami

keterbatasan

dalam

tingkat

dan

variasi

pengalaman,

keterbatasan dalam kemampuan menemukan sesuatu, dan keterbatasan
berinteraksi dengan lingkungan (Rudiyati, 2009).
Anak dengan disabilitas banyak yang masih tergantung kepada orang
tua atau pengasuhnya dalam melakukan aktivitas harian terutama untuk
perawatan dirinya bahkan sampai dengan anak tersebut beranjak dewasa.
Perawatan diri (self care) sangat diperlukan pada anak disabilitas yang
sulit untuk melakukan aktivitas secara mandiri (Ramawati,2010).

3

Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2012
pelayanan keperawatan meliputi pelayanan fisiologis, psikologis, sosial,
spiritual

dan

kultural

yang

diberikan

kepada

klien

karena

ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasar yang terganggu baik aktual maupun potensial. Peran
perawat salah satunya juga sebagai pemberi asuhan keperawatan di mana
perawat memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan kesehatan dari yang sederhana sampai yang
kompleks (Aziz, 2008). Kebutuhan dasar fisiologis dan keamanan
biasanya merupakan prioritas pertama, terutama pada klien dengan
ketergantungan fisik (Potter & Perry, 2010). Menurut Orem tahun 1971,
pelayanan keperawatan penting ketika klien tidak dapat memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis perkembangan atau sosial (Perry & Potter,
2010). Istilah agency untuk menggambarkan kekuatan atau kemampuan
dalam melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan.
Kemampuan yang dibutuhkan dalam merespon tuntutan kebutuhan
perawatan diri dalam situasi atau kondisi yang khusus adalah pengetahuan,
ketermpilan dan motivasi untuk memulai dan melanjutkan suatu upaya
sehingga mendapatkan suatu hasil.. Keterampilan dalam aktivitas seharihari (ADL) termasuk di dalamnya adalah kegiatan perawatan diri.
Keterampilan perawatan diri meliputi makan, menggunakan toilet,
memakai dan melepas baju, personal hygiene, dan keterampilan berhias
(Ramawati, 2011).

4

Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah yang artinya : “Bersihkanlah
segala sesuatu semampu kamu. Sesungguhnya Allah ta’ala membangun Islam
ini atas dasar kebersihan dan tidak akan masuk surga kecuali setiap yang
bersih.” (HR Ath-Thabrani).
World Health Organization (WHO) tahun 2004 melaporkan bahwa
15,3% populasi dunia (978 juta orang dari 6,4 milyar) mengalami
disabilitas sedang atau parah, dan 2,9% (185 juta) mengalami disabilitas
parah.

Populasi usia 0-14 tahun prevalensinya berturut-turut adalah

sebesar 5,1% (93 juta orang) dan 0,7% (13 juta orang). Populasi usia 15
tahun atau lebih, sebesar 19,4% (892 juta orang) dan 3,8% (175 juta
orang). Prevalensi penyandang disabilitas tahun 2012 dari semua umur di
Asia Tenggara sebesar 16,0%. Prevalensi anak disabilitas di Indonesua
tahun 2013 dari disabilitas sedang sampai sangat berat sebesar 11% serta
prevalensi data penyandang disabilitas yaitu penyandang tuna grahita
sebesar 0,14%, tuna netra sebesar 0,17%, tuna wicara sebesar 0,14%,
Down syndrome sebesar 0,13%, tuna daksa (cacat anggota badan) sebesar
0,08%, bibir sumbing 0,08% dan tuna rungu sebesar 0,07% (Riskesda,
2013). Prevalensi anak umur 24-59 tahun yang menyandang satu jenis
cacat pada Riskesdas tahun 2013 adalah sebesar 0,53% dengan jenis
kecacatan tertinggi adalah tuna netra dan terendah adalah tuna rungu
(Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, 2014).
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Yogyakarta
(Bappeda DIY) tahun 2013 melaporkan anak dan remaja dengan
disabilitas di DIY mempunyai ketergantungan untuk aktivitas sehari-hari,
ketidakstabilan kondisi fisik dan mental serta hambatan mobilitas. Jumlah

5

anak dan remaja dengan disabilitas yang menjadi penduduk DIY yaitu
sejumlah 3507 anak, dengan rentang usia 0-18 tahun. Prevalensi anak dan
remaja disabilitas di Yogyakarta, usia 0-5 tahun sebesar 21 %, usia 6-12
tahun sebesar 35 % dan usia 13-18 tahun sebanyak 44 %. Sedangkan anak
dengan disabilitas menurut semua jenis kelamin di Kabupaten Bantul
berjumlah 842 anak.
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 6-8 November 2015
di SLB Negeri 1 Bantul, hasil observasi peneliti melihat anak-anak
disabilitas yang masih tergantung dengan orang tuanya seperti makan,
minum, duduk dan berdiri. Hasil wawancara kepada dua orang guru bahwa
anak tuna grahita dan tuna netra banyak yang tergantung dalam aktivitas
seperti toileting, makan dan minum. Jumlah anak disabilitas tahun ajaran
2015/2016, terdapat kurang lebih 337 anak penyandang disabilitas yaitu
penyandang tuna netra 16 anak, tuna rungu 90 anak, tuna grahita 153 anak,
tuna daksa 60 anak dan autisme 18 anak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas pada latar belakang maka dapat diambil
rumusan

masalahnya

adalah

“Bagaimana

gambaran

kemampuan

perawatan diri (self care agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan
tuna netra) di SLB Negeri 1 Bantul?”

6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) di SLB
Negeri 1 Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) berdasarkan kelas tuna grahita dan tuna netra.
b. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) berdasarkan usia 6-18 tahun.
c. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
d. Mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) berdasarkan riwayat kesehatan dulu
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Sekolah diharapkan dapat mengembangkan program pengajaran
mengenai perawatan diri pada anak tuna grahita dan tuna netra bekerja
sama dengan orang tua dan tenaga kesehatan sehingga anak tuna
grahita dan tuna netra dapat mampu untuk melakukan aktivitasnya
secara mandiri.
2. Bagi Peneliti

7

a. Dapat mengetahui gambaran kemampuan perawatan diri (self care
agency) pada anak disabilitas (tuna grahita dan tuna netra) di SLB
Negri 1 Bantul.
b. Peneliti dapat mengetahui manfaat dari perawatan diri (self care)
pada anak disabilitas.
3. Bagi Perawat
Kesadaran perawat diharapkan dapat meningkat terhadap
perawatan diri (self care) pada anak disabilitas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam kemampuan
perawatan diri (self care agency) pada semua anak disabilitas.
E. Penelitian Terkait
Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya adalah :
1. Fauziah Rachma Wati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Self Care Terhadap Status Kebersihan Gigi Dan Mulut
Siswa Tunanetra Di SLB-A YKAB Surakarta” mengatakan Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh self-care dalam meningkatkan
kebersihan gigi dan mulut di SLB-A YKAB Surakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik, dengan
menggunakan one group pretest dan postest untuk

mempelajari

pengaruh self-care terhadap status kebersihan gigi dan mulut siswa
tunanetra di SLB-A YKAB Surakarta. Analisis statistik uji Paired
sample T test diperoleh nilai P = 0,000 (p < 0,05) yang artinya self-

8

care berpengaruh secara signifikan terhadap kebersihan gigi dan mulut
pada siswa tunanetra di SLB-A YKAB dengan tingkat kepercayaan
95%. Terdapat perbedaan sangat bermakna antara OHI-S sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan self-care pada siswa tunanetra di SLB-A
YKAB Surakara.
Persamaan pada penelitian kali ini pada tempat karena penelitian
dilakukan di Sekolah Luar Biasa dan pada sampel yang menggunakan
anak tuna netra.
Perbedaan terletak pada judul, desain penelitian, variabel, cara
pengambilan sampel dan analisa data.
2. Suamiati Sinaga (2014) dalam penelitian tesisnya yang berjudul
“Hubungan

Antara

Kemampuan

Melakukan

Perawatan

Diri

(Dependent Care Agency) Dengan Perilaku Orangtua/Wali Dalam
Memenuhi Kebutuhan Self-Care (Dependent Care) Pada Anak Yang
Menderita Kanker Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta” yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan dependent care agency dengan perilaku
orangtua atau wali dalam memenuhi kebutuhan self-care anak dan
bagaimana kemampuan serta perilaku orangtua atau wali. Penelitian ini
menggunakan metode campuran yang terdiri dari penelitian kuantitatif
dengan rancangan cross sectional dan kualitatif dengan pendekatan
exploration research. penelitian dilakukan diruang perawatan Estella
RSUP Dr. Sardjito bulan Agustus-September 2014, melibatkan 41
orangtua/wali dengan tehnik accidental sampling. Variabel dependent

9

care agency dan perilaku orangtua/wali tentang self-care diukur
dengan menggunakan kuisioner Denyes self-care practice dan Denyes
self-care agency. Wawancara dilakukan untuk mendukung data
kuantitatif. Analisa data meliputi univariat dan bivariat menggunakan
uji Spearman rho. Hasil dari penelitian ini adalah nilai rata-rata
dependent care agency adalah 102,59 (rentang nilai 30-150) dan nilai
rata-rata perilaku orangtua adalah 24,37 (rentang nilai 18-36). Nilai
korelasi antara dependent care agency dengan perilaku orangtua/wali
adalah 0,286 (p = 0,045). Hasil wawancara mendalam didapatkan 5
tema yaitu arti dan pentingnya perawatan diri, perilaku perawatan diri,
dukungan keluarga, kesulitan dalam melakukan perawatan diri dan
harapan terhadap perawat. Kesimpulan pada penelitian ini adalah
terdapat hubungan antara dependent care agency dengan perilaku
orangtua atau wali dalam memenuhi perawatan diri pada anak dengan
kanker. Persamaan pada penelitian kali ini adalah pada kemampuan
perawatan diri (self care agency). Perbedaannya adalah pada
judul,desain penelitian, sampel, tempat, variabel, dan analisa data.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan Diri (Self Care) Berdasarkan Orem
Pada dasarnya semua manusia mempunyai kebutuhan untuk
melakukan perawatan diri dan mempunyai hak untuk melakukan
perawatan diri secara mandiri, kecuali bila orang itu tidak mampu. Self
care menurut Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi kebutuhan dalam
mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik
dalam keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu itu
sendiri.
Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care) Orem dibentuk
menjadi 3 teori yang saling berhubungan :
1. Teori perawatan diri (self care theory) : menggambarkan dan
menjelaskan tujuan dan cara individu melakukan perawatan dirinya.
2. Teori defisit perawatan diri (deficit self care theory) : menggambarkan
dan menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam
melakukan perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga
keperawatan.
3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory) : menggambarkan
dan menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan
dipertahankan oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu
secara produktif.

10

11

Adapun penjelasan mengenai ketiga teori keperawatan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem terdiri dari :
a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan
diselenggarakan

berdasarkan

adanya

kepentingan

untuk

mempertahankan hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan
dan kesejahteraan.
b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah kemampuan yang
kompleks dari individu atau orang-orang dewasa (matur) untuk
mengetahui dan memenuhi kebutuhannya yang ditujukan untuk
melakukan fungsi dan perkembangan tubuh. Self Care Agency ini
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman hidup,
orientasi sosial kultural tentang kesehatan dan sumber-sumber lain
yang ada pada dirinya.
c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self care
demands) adalah tindakan perawatan diri secara total yang
dilakukan dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi seluruh
kebutuhan perawatan diri individu melalui cara-cara tertentu
seperti,

pengaturan

nilai-nilai

terkait

dengan

keadekuatan

pemenuhan udara, cairan serta pemenuhan elemen-elemen aktivitas
yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (upaya
promodi, pencegahan, pemeliharaan dan penyediaan kebutuhan).

12

Model Orem’s menyebutkan ada beberapa kebutuhan self care
atau yang disebut sebagai self care requisite, yaitu
a. Kebutuhan perawatan diri universal (Universal self care requisite)
Hal yang umum bagi seluruh manusia meliputi pemenuhan
kebutuhan yaitu
1) Pemenuhan kebutuhan udara, pemenuhan kebutuhan udara
menurut Orem yaitu bernapas tanpa menggunakan peralatan
oksigen.
2) Pemenuhan kebutuhan air atau minum tanpa adanya gangguan,
menurut Orem kebutuhan air sesuai kebutuhan individu
masing-masing atau 6-8 gelas air/hari.
3) Pemenuhan kebutuhan makanan tanpa gangguan, seperti dapat
mengambil makanan atau peralatan makanan tanpa bantuan.
4) Pemenuhan kebutuhan eliminasi dan kebersihan permukaan
tubuh atau bagian bagian tubuh.
Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses
eliminasi, seperti kemampuan individu dalam eliminasi
membutuhkan bantuan atau melakukan secara mandiri seperti
BAK dan BAB. Menyediakan peralatan kebersihan diri dan
dapat melakukan tanpa gangguan.
5) Pemenuhan kebutuhan akifitas dan istrahat.
Kebutuhan aktivitas untuk menjaga keseimbangan gerakan
fisik seperti berolah raga dan menjaga pola tidur atau istirahat,

13

memahami gejala-gejala yang mengganggu intensitas tidur.
Menggunakan kemampuan diri sendiri dan nilai serta norma
saat istirahat maupun beraktivitas.
6)

Pemenuhan kebutuhan menyendiri dan interaksi sosial.
Menjalin hubungan atau berinteraksi dengan teman
sebaya atau saudara serta mampu beradaptasi dengan
lingkungan.

7)

Pemenuhan pencegahan dari bahaya pada kehidupan manusia.
Bahaya yang dimaksud berdasarkan Orem adalah mengerti
jenis bahaya yang mebahayakan diri sendiri, mengambil
tindakan untuk mencegah bahaya dan melindungi diri sendiri
dari situasi yang berbahaya.

8) Peningkatan perkembangan dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensi, keterbatasan dan keinginan manusia pada
umumnya. Hal-hal ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh yang
dapat mempertahankan fungsi dan struktur tubuh manusia dan
mendukung untuk pertumbuhan serta perkembangan manusia.
b. Kebutuhan Perkembangan Perawatan Diri (Development self care
requisite)
Kebutuhan yang dihubungkan pada proses perkembangan
dapat dipengaruhi oleh kondisi dan kejadian tertentu sehingga
dapat berupa tahapan-tahapan yang berbeda pada setiap individu,
seperti perubahan kondisi tubuh dan status sosial. Tahap

14

perkembangan diri sesuai tahap perkembangan yang dapat terjadi
pada manusia adalah :
1) Penyediaan

kondisi-kondisi

yang

mendukung

proses

perkembangan.
Memfasilitasi individu dalam tahap perkembangan seperti
sekolah.
2) Keterlibatan dalam pengembangan diri.
Mengikuti

kegiatan-kegiatan

yang

mendukung

perkembangannya.
3) Pencegahan terhadap gangguan yang mengancam.
Beberapa

hal

yang

dapat

mengganggu

kebutuhan

perkembangan perawatan diri pada anak menurut Orem yaitu :
a) Kurangnya pendidikan anak usia sekolah.
b) Masalah adaptasi sosial.
c) Kegagalan individu untuk sehat.
d) Kehilangan orang-orang terdekat seperti orang tua, saudara
dan teman.
e) Perubahan mendadak dari tempat tinggal ke lingkungan yang
asing.
f) Kesehatan yang buruk atau cacat.

15

c.

Kebutuhan Perawatan Diri Pada Kondisi Adanya Penyimpangan
Kesehatan (Health Deviation Self Care Requisite)
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penyimpangan dalam aspek
struktur dan fungsi manusia. Seseorang yang sakit, terluka
mengalami

kondisi

patologis

tertentu,

kecacatan

atau

ketidakmampuan seseorang atau seseorang yang menjalani
pengobatan tetap membutuhkan perawatan diri. Adapun kebutuhan
perawatan diri pada kondiri penyimpangan kesehatan atau
perubahan kesehatan antara lain :
1) Pencarian bantuan kesehatan.
2) Kesadaran akan resiko munculnya masalah akibat pengobatan
atau perawatan yang dijalani.
3) Melakukan diagnostik, terapi, dan rehabilitatif, memahami
efek buruk dari perawatan.
4) Adanya modifikasi gambaran atau konsep diri.
5) Penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan
status kesehatan.
2. Teori Defisit Perawatan Diri (Deficit Self Care Theory)
Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri, tetapi ketika seseorang tersebut
mengalami ketidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara
mandiri, disebut sebagai Self Care Deficit. Defisit perawatan diri
menjelaskan

hubungan

antara

kemampuan

seseorang

dalam

16

bertindak/beraktivitas dengan tuntunan kebutuhan tentang perawatan
diri, sehingga ketika tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka
seseorang akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri. Orem
memiliki metode untuk proses penyelesaian masalah tersebut, yaitu
bertindak atau berbuat sesuatu untuk orang lain, sebagai pembimbing
orang lain, sebagai pendidik, memberikan support fisik, memberikan
support psikologis dan meningkatkan pengembangan lingkungan
untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik orang
lain. Adapun kerangka konseptual Orem sebagai berikut :

Fakt
or
Kon
disi

Perawatan Diri

Fakto
r
Kond
isi

H

H
H

Agen
Perawatan Diri

Kebutuhan
Perawatan Diri

Gangguan

H

H
Agen Keperawatan

Gambar

2.1

Kerangka

konseptual

Orem’s

self

care

untuk

keperawatan. H = hubungan, < = hubungan dengan gangguan, saat ini
atau yang akan datang.

17

Penjelasan gambar tersebut sebagai berikut :
Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk melakukan
perawatan diri. Perawatan diri dapat mengalami gangguan atau
hambatan apabila seseorang jatuh pada kondisi sakit, kondisi yang
melelahkan (stres fisik dan psikologik) atau mengalami kecacatan.
Defisit perawatan diri terjadi bila agen keperawatan atau orang yang
memberikan perawatan diri baik pada diri sendiri atau orang lain tidak
dapat memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. Seorang perawat
dalam melakukan kegiatan ini harus mempunyai pengetahuan tentang
asuhan keperawatan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat
bagi klien.
a.

Agen Keperawatan
Agen keperawatan adalah karakteristik seseorang yang
mampu memenuhi status perawatan dalam kelompok-kelompok
sosial.

Agen

keperawatan

(nursing

agency)

merupakan

keterampilan dan pengalaman hidup yang perawat dapatkan
beberapa tahun melalui pendidikan dan praktek yang digunakan
secara efektif dalam proses penyembuhan klien. Tersedianya
tenaga perawatan bagi individu, laki-laki, wanita, anak atau
kumpulan manusia seperti keluarga dan komunitas. Kelompokkelompok sosial ini memerlukan perawat yang memiliki
kemampuan

khusus

sehingga

dapat

membantu

mereka

memberikan perawatan yang akan menggantikan keterbatasan atau

18

memberikan bantuan dalam mengatasi gangguan kesehatan
dengan membina hubungan antara perawat dan klien. Menurut
orem hal pertama yang harus dikuasai di dalam nursing agency
adalah “construct of required operations” yang terdiri dari domain
sosial, interpersonal, dan teknologi-profesional.
1)

Domain sosial
Domain pertama, karakteristik sosial merujuk untuk
memiliki pengetahuan tentang cara untuk menerima budaya
lain, nilai-nilai, etika, dan moral. Perawat mampu berinteraksi
dengan pasien, keluarga mereka, dan penyedia perawatan
kesehatan lainnya dengan baik dan sopan. Domain sosial juga
mengacu pada profesi keperawatan secara keseluruhan dan
kontrak sosial yang melekat dalam praktek keperawatan
misalnya lembaga keperwatan memberi legitimasi hokum pada
setiap praktik keperawatan. Seseorang yang tidak memiliki
pendidikan perawat atau bahkan tidak mendapatkan pelatihan
tidak

diperbolehkan

melakukan

praktik

keperawatan.

Masyarakat memberi legitimasi sebagai perawat ketika
perawat telah lulus dari pendidikan dan telah lulus ujian
lisensi.
2)

Domain Interpersonal
Domain interpersonal ini mengacu pada pengetahuan
tentang cara berinteraksi dengan orang lain atau klien lebih

19

dalam. Tidak hanya perawat mampu menunjukkan empati
untuk pasien serta memiliki keinginan untuk membantu pasien
yang mencapai tujuan perawatan diri mereka, tetapi perawat
harus menyadari pentingnya hubungan dan berkomunikasi
secara efektif dengan klien maupun keluarga.
3)

Domain teknologi-profesional
Domain terakhir, teknologi-profesional mengacu pada
pengetahuan tentang cara untuk melakukan tugas keperawatan
dengan baik, seperti pengukuran tekanan darah dengan
keyakinan dan kemudahan serta kemampuan berpikir kritis
yang diperlukan untuk proses keperawatan dan penelitian
keperawatan. Sebagai contoh, perawat dapat membantu pasien
memenuhi tujuan perawatan diri mereka menggunakan proses
keperawatan.

b.

Agen perawatan diri
Agen perawatan diri merupakan kekuatan individu yang
berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan perawatan
diri. keterbatasan dalam melakukan perawatan diri (self care
limitation) dapat terjadi karena adanya gangguan atau masalah
pada sistem tubuh yang sementara atau menetap pada seseorang
serta mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri.

20

c.

Kebutuhan perawatan diri terapeutik
Kebutuhan akan perawatan diri adalah kesluruhan upayaupaya perawatan diri yang ditampilkan untuk menemukan syaratsyarat perawatan diri dengan cara menggunakan metode-metode
yang tepat dan berhubungan dengan seperangkat teknologi terkini.

d.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan self care (basic
conditioning factor) berdasarkan Orem tahun 2001 yaitu :
1) Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting pada self care.
Bertambahnya usia sering dihubungkan dengan berbagai
keterbatasan maupun kerusakan fungsi sensoris. Pemenuhan
kebtuhan self care akan bertambah efektif seiring dengan
bertambahnya usia dan kemampuan (Orem, 2001).
2) Jenis Kelamin
Jenis kelamin mempunyai kontribusi dalam kemampuan
perawatan diri. Pada laki-laki lebih banyak melakukan
penyimpangan kesehatan seperti kurangnya menejemen berat
badan dan kebiasaan merokok dibandingkan pada perempuan.
3) Status Perkembangan
Status perkembangan menurut Orem meliputi tingkat
fisik seseorang, fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat
psikososial (Orem,2001). Tahap perkembangan mempengaruhi
kebutuhan dan kemampuan self care individu. Kognitif dan

21

perilaku seseorang akan berubah sepanjang hindupnya
sehingga

perawat

harus

mempertimbangkan

tingkat

pertumbuhan dan perkembangan klien dalam memberikan
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2010).
4) Status kesehatan
Status kesehatan berdasarkan Orem antara lain status
kesehatan saat ini, status kesehatan dahulu (riwayat kesahatan
dahulu) serta persepsi tengtang kesehatan masing masing
individu. Status kesehatan meliputi diagnosis medis, gambaran
kondisi pasien, komplikasi, perawatan yang dilakukan dan
gambaran individu yang mempengaruhi kebutuhan self care
(self care requisite). Tinjauan dari self care menurut Orem,
status kesehatan pasien yang mempengaruhi kebutuhan self
care dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : sistem
bantuan penuh (wholly compensatory system), sistem bantuan
sebagian

(partially

compensatory

system)

dan

sistem

dukungan pendidikan (supportif-education system).
5) Sosiokultural
Sistem yang saling terkait dengan lingkungan sosial
seseorang, keyakinan spiritual, hubungan sosial dan fungsi unit
keluarga.

22

6) Sistem pelayanan kesehatan
Sumber daya dari pelayanan kesehatan yang dapat
diakses dan tersedia untuk individu dalam melakukan
diagnostik dan pengobatan.
7) Sistem keluarga
Peran atau hubungan anggota keluarga dan orang lain
yang signifikan serta peraturan seseorang di dalam keluarga.
Selain itu, sistem keluarga juga meliputi tipe keluarga, budaya
yang mempengaruhi keluarga, sumber-sumber yang dimiliki
individu atau keluarga serta perawatan diri dalam keluarga.
8) Pola hidup
Pola hidup yang dimaksud adalah aktivitas normal
seseorang yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
9) Lingkungan
Tempat seseorang biasanya melakukan perawatan diri di
lingkungan rumah.
10) Ketersediaan sumber
Ketersediaan sumber ini termasuk ekonomi, personal,
kemampuan dan waktu. Ketersediaan sumber-sumber yang
mendukung perawatan diri atau proses penyembuhan pasien.
3. Teori Sistem Keperawatan (Theory of Nusing System)
Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang di dasari pada
teori Orem tentang pemenuhan kebutuhan sendiri dan kemampuan

23

pasien dalam melakukan perawatan mandiri. Terdapat tiga kategori
sistem keperawatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri klien/individu berdasarkan Orem tahun 2001 sebagai
berikut :
Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system)

Melakukan beberapa
tindakan perawatan diri

Tindakan klien

Mengatur agen perawatan
diri

Tindakan Perawat

Menerima asuhan dan
bantuan dari perawat
sistem bantuan sebagian (partly compensatory system)
Menyelesaikan perawatan diri
terapetik untuk klien
Tindakan Keperawatan

Kompensasi terhadap
kemampuan klien terlibat dalam
perawatan diri
Dukung dan lindungi klien

Melakukan beberapa tindakan
perawatan diri
Mengatur agen perawatan diri

Tindakan klien

Menerima asuhan dan bantuan
dari perawat
Sistem dukungan pendidikan (supportif-education system)
Menyelesaikan masalah
perawatan diri
Tindakan Keperawatan

Mengatur latihan dan
pengembangan
kemampuan perawatan diri

Tindakan klien

24

a. Sistem Bantuan penuh (Wholly Compensatory System)
Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
dalam keadaan tidak mampu secara fisik dalam melakukan
pengontrolan pergerakan serta memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kondisi yang termasuk dalam kategori ini adalah pasien koma
yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tidak
mampu melakukan pergerakan dan tidak mampu mengambil
keputusan yang tepat bagi dirinya.
b. Sistem Bantuan Sebagian (Partially Compensatory System)
Tindakan keperawatan yang sebagian dapat dilakukan oleh
klien/individu dan sebagian dilakukan oleh perawat. Perawat
membantu

dalam

memenuhi

kebutuhan

self

care

akibat

keterbatasan gerak yang dialami oleh klien/individu.
c. Sistem Dukungan Pendidikan (Supportif-Education System)
Merupakan sistem bantuan yang diberikan pada klien/individu
yang membutuhkan edukasi dalam rangka mencapai derajat
kesehatan setinggi-tingginya agar pasien mampu melakukan
tindakan keperawatan setelah dilakukan edukasi.
B. Ruang Lingkup Perawatan Diri pada Anak Tuna Grahita dan Tuna
Netra
Sedangkan ruang lingkup keterampilan keperawatan diri untuk anak
berkebutuhan khusus Dalton et all (2010) dalam Ramawati (2013)
meliputi :

25

1. Kebersihan badan, terdiri dari mencuci tangan, cuci muka, cuci kaki,
sikat gigi dan buang air kecil.
2. Makan dan minum, yaitu meliputi makan menggunakan tangan, makan
menggunakan sendok, minum menggunakan cangkir, gelas atau
sedotan.
3. Berpakaian, terdiri dari memakai pakaian dalam, memakai baju kaos,
memakai celana atau rok, memakai kemeja,memakai