ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERTRANSAKSI TUNAI ( Studi kasus : Pusat Bisnis di Jalan Malioboro )

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERTRANSAKSI
TUNAI
( Studi kasus : Pusat Bisnis di Jalan Malioboro )

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOUR IN CASH TRANSACTION
( A case study : Central Business at Malioboro Street )

Disusun oleh:
WARDHA FITRIA
20130430014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT DALAM BERTRANSAKSI
TUNAI
( Studi kasus : Pusat Bisnis di Jalan Malioboro )

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOUR IN CASH TRANSACTION
( A case study : Central Business at Malioboro Street )

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Peryarat Untuk Memperoleh
Gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadyah Yogyakarta

Oleh:
Wardha Fitria
20130430014

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017

PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama

: Wardha Fitria

NIM


: 20130430014
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS PERILAKU

MASYARAKAT DALAM BERTRANSAKSI TUNAI (Studi Kasus Pusat
Bisnis di Jalan Malioboro)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naska ini dan
disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 25 Maret 2017

Wardha fitria

MOTTO

“Menggapai segala sesuatu yang kita inginkan tidak lah bisa di dapat

dengan mudah, harus ada usaha serta doa yang saling beriringan.. karena
keberasilan bukan mie instan yang di sedu lalu jadi”
(wardha fitria,2016)

Barang siapa merasa letih di malam hari karena bekerja, maka di malam
itu ia diampuni
(H.R Ahmad)

”all the impossible is possible for those who belive”
(semua yang tidak mungkin adalah mungkin bagi orang yang percaya)
(Mario Teguh)

PERSEMBAHAN

Dengan segala syukur, skripsi ini aku persembahkan untuk orangorang tersayang dan sangat berarti dalam hidupku
 Kedua Orang Tuaku tercinta
M.Hatta dan Supiati yang tidak pernah berhenti untuk selalu
memberikan do’a, dukungan, dan pengorbanan selama ini....
 Kakak dan Adikku tersayang Gita kartika, Syarif Hidayatullah dan
Diana Istiana

 Saudara-saudaraku beserta keluarga besarku
 My support Galih Danu Angkasa
 Almamaterku tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………....i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……………………....ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSENN PENGUJI…………………………...iii
PERNYATAAN………………………………………………………………..iv
MOTTO…………………………………………………………………………v
PERSEMBAHAN………………………………………………………………vi
INTISARI………………………………………………………………………vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
KATA PENGANTAR…………………………….…………………………....ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..…xiv
DAFTAR GAMBAR…….…………………………………………………….xv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………1
A. Latar Belakang Penelitian….………………………………………..1
B. Batasan Masalah…………………………………………………….7

C. Rumusan Masalah……...……………………………………………7
D. Tujuan Penelitian……………………………………………………8
E. Manfaat Penelitian…………………………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….…....10
A. Landasan Teori………………………………………………….……...10
1. Sistem Pembayaran………………………………………….……..10
2. Sejarah uang dan evaluasi sistem pembayaran……………….……12

3. Teori Permintaan Uang……………………………………………17
4. Program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)………………….22
5. Teori Perilaku Konsumen…………………………………………24
B. Hasil Penelitian Terdahulu……………………………….……………34
C. Kerangka Pemikiran……….…………………………….…………….37
D. Hipotesis………………………………………………….…………....37
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….37
A. Objek dan Subyek Penelitian…………………………………………..38
B. Jenis Data………………………………………………………………38
C. Teknik Pengambilan Sampel………………………………………..…39
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………..40
E. Skala Pengumpulan Data…………………………………….………...40

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian………….………….………..42
G. Metode Analisis Data……………………………………….………….43
BAB IV GAMBARAN UMUM………………………………………….……50
A. Kondisi Geografis Yogyakarta…………………………….…….……..50
B. Sejarah Malioboro……………………………………………….……..52
C. Lokasi Malioboro………………………………………………………53
D. Karakteristik Reesponden………………………………………………54
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………..58
A. Uji Kualitas Instrumen dan Data………………………………………..58
B. Uji Hipotesis dan Analisis Data………………………………………...62
C. Pembahasan……………………………………………………………..75
BAB VI PENETUP………………………………………………….………….85
A. Kesimpulan…………………………………………………….………..85
B. Saran………………………………………….…………………………86
C. Keterbatasan Penelitian…………………………………………………86

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..87
LAMPIRAN…………………………………………………………………….91

DAFTAR TABEL

1.1 Posisi Indonesia dilihat dari persentase transasi ritel dengan tunai…

4

2.1 Perbedaan Kepuasan total dan kepuasan tambahan…………………

26

2.2 Margin rate of substation ……………………………………………

28

5.1 Hasil Uji Validitas Trasaksi Tunai …………………………………..

59

5.2 Hasil Uji Validitas GNNT …………………………………………... 59
5.3 Hasil Uji Validitas Kartu ATM ……………………………………… 60
5.4 Hasil Uji Validitas Kartu Kredit ……………………………………... 60
5.5 Hasil Uji Validitas Mesin EDC ……………………………………… 61

5.6 Uji Rehabilitas Instrumen ……………………………………………. 62
5.7 Hasil Uji Normalitas …………………………………………………. 63
5.8 Hasil Uji Multikolinaeritas …………………………………………… 65
5.9 Hasil Uji Heteroskedastistas …………………………………………. 66
5.10 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ………………………………….. 68
5.11 Hasil Uji F …………………………………………………………… 71
5.12 Hasil Uji T …………………………………………………………… 72
5.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)………………………………… 74

DAFTAR GAMBAR
1.1 Grafik Perkembangan Jumlah APMK yang beredar di Indonesia…….. 1
2.1 Kurva Jumlah Permintaan Uang Untuk Transaksi dengan pendapatan.. 19
2.2 Kurva Total Utilty dan Marginal Utility ………………………………. 26
2.3 Kurva Indeferensi ………………………………………………………29
2.4 Kurva Garis Anggaran…………………………………………………. 29
2.5 Kurva Keseimbangan Kosumen dan Perubahan Harga ………………. 32
2.6 Kurva Keseimbanga Konsumen dan Perubahan Pendapatan…………. 32
2.7 Skema Variabel dalam Penelitian …………………………………….. 37
4.1 Peta Letak Malioboro, Yogyakarta……………………………………. 54


4.2 Karakteristik Responden Berdasaran Jenis Kelamin…………………. 55
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…………………………. 55
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 56
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ……………… 57
5.1 Gambar Normal P-P Plot ……………………………………………… 64
5.2 Grafik perkembangan infrakstruktur APMK di Indonesia……………..84

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai ada
tidaknya pengaruh antara variabel pengetahuan masyarakat tentang program
gerakan nasional non tunai (GNNT), penggunaan kartu ATM, penggunaan kartu
kredit dan penyediaan mesin EDC (electronic data capture) terhadap transaksi
tunai masyarakat yang ada di pusat bisnis jalan Malioboro, Yogyakarta. Sampel
yang digunakan berjumlah 100 responden pengunjung yang dipilih meggunaan
simple random sampling di mana semua orang bisa menjadi responden. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda menggunakan batuan
SPSS 16. Peneliti meneliti empat aspek dalam transaksi tunai yang dijabarkan ke
dalam 20 poin pernyataan pada kuesioner.
Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukan bahwa pengetahuan
masyarakat tentang program gerakan nasional non tunai, penggunaan kartu ATM,

penggunaan kartu kredit dan penyediaan mesin EDC (Electrinic Data Capture)
secara bersama-sama berpengaruh terhadap transaksi tunai masyarakat di pusat
bisnis jalan Malioboro. Sedangkan secara individu penggunaan kartu ATM,
penggunaan kartu kredit dan penyediaan mesin EDC (Electrinic Data Capture)
berpengaruh signifikan terhadap transaksi tunai masyarakat di pusat bisnis jalan
Malioboro. Namun pengetahuan masyarakat tentang program gerakan nasional
non tunai tidak berpengaruh signifikan terhadap transaksi tunai masyarakat di
pusat bisnis jalan Malioboro.
Kata kunci: transaksi tunai, pengetahuan program GNNT, penggunaan kartu
ATM, penggunaan kartu kredit dan penyediaan mesin EDC

ABSTRACT
The research aims to give the empirical evidence on the influence of
society knowledge on the program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), the
ATM usage, the credit card usage, and the supply of EDC machine on the
transaction in the hub of Malioboro, Yogyakarta. . Sample uses 100 visitors
respondents using simple random sampling where everyone can be respondent.
The analysis is multiple regressions with SPSS 16. Researcher observes 4 aspects
on the transaction that is explained to 20 questions on the questionnaire.
Based on the result shows that the society’ knowledge on the program

Gerakan Nasional Non Tunai (GNTT), the ATM usage, the credit card usage, and
the supply of EDC machine altogether influencing transaction. However,
individually the knowledge on ATM usafe, the credit card and the EDC machine
supply influencing the transaction, yet the Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
is not influencing the transaction in Malioboro.
Keywords: transaction, knowledge on GNTT program, ATM usage, credit card
usage, EDC machine supply

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Penelitian
Transaksi ekonomi telah berevolusi berabad-abad lamanya dan dapat
dikatakan sangat pesat baik dalam kegiatan transaksinya maupun faktorfaktor pendukungnya (Nurseto,2014). Dahulu transaksi ekonomi masih
belum secanggih saat ini. Awalnya masyarakat memunuhi kebutuhannya
sendiri dengan cara berburu (pra-barter) selajutnya berubah menjadi tukar
menukar barang atau barter sesuai dengan barang kebutuhanya, kemudian
ke tahap tukar menukar benda-benda tertentu lalu berlanjut ke tahap uang
logam dan sampai lah ke tahap penetapan uang kertas.
Seiring berjalannya waktu penggunaan uang kartal (kertas dan
logam) untuk pembayaran di Indonesia terus bertambah. Ini dibuktikan
dengan persentase nilai penggunaan uang tunai untuk transaksi retail di
ASEAN Indonesia menduduki peringkat pertama.
Tabel 1.1
posisi Indonesia di lihat dari % transaksi ritel dengan tunai
No

Nama Negara

Persentase tansaksi tunai dengan tunai

1
2
3
4

Indonesia
Thailand
Malaysia
Singapura

99,4 %
97,2%
92,3%
55,5%

Sumber: Sosialisasi GNNT (Materi pptx)

1

Menurut data Bank Indonesia yang dikutip dari materi persentasi
sosialisasi gerakan nasional non tunai jumlah transaksi ritel dengan tunai,
Indonesia berjumlah 99,4% , Thailand sebesar 97,2%, Malaysia 92,3% dan
diikuti dengan Singapura yang berada diurutan ke empat sebesar 55,5%.
Dengan melihat jumlah ini tentu saja uang kartal (kertas dan logam) masih
memainkan peran penting bagi masyarakat khususnya untuk transaksi
bernilai kecil ini.
Namun diera modern seperti saat ini pemakaian alat pembayaran
tunai seperti uang kartal memang cenderung lebih kecil dibanding uang
giral. Hal tersebut terjadi biasanya karena kendala dalam hal efisiensi dan
biaya pengadaan serta pengelolaan (cash handling) terbilang mahal. Belum
lagi memperhitungkan inefisiensi dalam waktu pembayaran. Misalnya,
ketika kita melakukan transaksi diloket pembayaran kereta yang tentu saja
memiliki antrian yang panjang dan lama dalam proses pembelian tiketnya.
Sementara itu, bila melakukan transaksi dalam jumlah besar juga
mengundang risiko seperti pencurian, perampokan dan pemalsuan uang.
Menyadari ketidak nyamanan dan inefisien memakai uang kartal, BI
berinisiatif dan akan terus mendorong untuk membangun masyarakat yang
terbiasa memakai alat pembayaran nontunai atau Less Cash Society (Bank
Indonesia,2015)
Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang
sangat pesat, telah menyentu bagian dari sektor keuangan dan perbankan.
Peranan teknologi dan sistem informatika yang berkembang telah

2

menghadirkan alat pembayaran non tunai (Putri,2015). Karena masyarakat
juga mengharapkan kecepatan proses pembayaran dan transaksi agar
kegiatan mereka sehari-hari bisa berjalan lancar, oleh karena itu di era
modern seperti ini tidak hanya merubah sistem pembayaran namun
perubahan pola perilaku masyarakat yang lebih modern dalam hal
bertransaksi.
Awalnya sistem pembayaran non tunai yang lazim digunakan adalah
paper based paymen atau sistem pembayaran yang dilakukan secara
langsung oleh penerima, misalnya cek dan giro. Sistem pembayaran ini pun
berkembang menjadi Electronic payment system, contohnya kartu debet dan
kartu kredit. Penggunaan Electronic payment system atau sistem
pembayaran elektronik ini sudah meluas, melihat kegunaannya yang
praktis,aman dan efisien (fikri,2014).
Di Indonesia jumlah pemegang alat pembayaran melalui kartu terus
meningkat, hingga pada bulan juli 2013 telah mencapai 99,7 juta kartu
(laporan tahunan Bank Indonesia,2013). Instrumen yang digunakan pada
transaksi non tunai ini berupa alat pembayaran menggunakan kartu
(APMK), ) meliputi kartu ATM, kartu Debit, dan emoney, serta Cek, Bilyet
Giro, Nota Debet, maupun uang elektronik. (Putri,2015).
Dari gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa perkembangan jumlah
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang beredar di
Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Artinya, jumlah
pemegang atau pemilik APMK semakin bertambah, dalam bentuk kartu

3

pembayaran berupa kartu ATM, Kartu Debit+ATM, maupun Kartu Kredit.
Perkembangan jumlah APMK di Indonesia didominasi oleh jumlah Kartu
Debit+ATM dibanding kartu APMK bentuk lainnya.
Gambar 1.1
Grafik Perkembangan Jumlah APMK yang Beredar di Indonesia
120,000,000
100,000,000
80,000,000
60,000,000
40,000,000
20,000,000
0
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Kartu Kredit

Kartu ATM

Kartu ATM + Debet

Sumber: Bank Indonesia,www.bi.go.id
Menurut Undang-Undang Tahun 1999 yang di ubah menjadi
undang-undang N0. 3 Tahun 2004, mengamanatkan bahwa salah satu tugas
Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, maka dengan demikian Bank Indonesia bertanggung jawab
kepada masyarakat agar dapat memperoleh jasa sistem pembayaran yang
mudah, aman dan efisien. (Helmi dan Mubarak,2014)
Tidak hanya berhenti sampai disitu saja pada tahun 2010 Bank
Indonesia bekerja sama dengan pemerintah merancang program baru yaitu
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) program baru di sektor keuangan dan
perbankan di Indonesia ini baru di disahkan di Bank Indonesia pada Kamis,
14 Agustus 2014 dan merupakan bagian dari peringatan HUT Republik

4

Indonesia yang ke-69 (Bank Indonesia,2014). Program ini di harapkan dapat
menambah wawasan tentang manfaat penggunaan transaksi non-tunai dan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non
tunai, sehingga dapat mengurangi kebutuhan uang tunai masyarakat yang
tercermin dari jumlah uang tunai yang beredar (Kompas,2014)
Saat ini terbilang sudah ada beberapa pedagang yang bergabung
untuk merealisasikan program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
dengan cara menyediakan alat-alat penunjang transaksi non tunai seperti
EDC (electronic data capture), mesin ATM maupun jumlah Merchant
sebagai penyedia layanan. (Putri,2015)
”Menurut bank Indonesia EDC (electronic data capture) merupakan
mesin gesek yang dapat digunakan untuk menerima transaksi
pembayaran dengan kartu kredit, kartu debit dan kartu prepaid yang
di letakan di pedagang.”
Teknologi pada sistem pembayaran tentu akan tersebar di sebagian
daerah serta kota-kota besar di Indonesia. Sebut saja Yogyakarta salah satu
daerah istimewa yang ada di Indonesia. Yang kaya akan keindahan alam dan
kekayaan budaya yang dimiliki, sehingga tidak heran jika jumlah kunjungan
wisatawan terus meningkat dari tahun ke tahun. Dikutip dari data Biro Pusat
Statistik (BPS), per kuartal II 2016 sebanyak 327.856 turis lokal dan
mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta. Bahkan Yogyakarta sebagai
destinasi wisata dunia, terpopuler kedua di Indonesia setelah Bali.
Dengan

berkembangnya nama Yogyakarta di Indonesia sebagai

salah satu kota wisata terindah. Tentu saja tidak terlepas dari berbagai ikon5

ikon menarik yang ada di sana contohnya saja Malioboro yang merupakan
salah satu ikon dari Kota Yogyakarta. Tidak lengkap rasanya jika
berkunjung ke Yogyakarta tidak mampir ke Malioboro. Banyak pengunjung
lokal maupun asing yang berkunjung ke Malioboro untuk tujuan berekreasi,
khususnya rekreasi belanja. Karena Malioboro tidak hanya menyediakan
pusat perbelanjaan yang tradisional namun juga yang modern Sehingga
dapat dikatakan bahwa Kawasan Malioboro merupakan salah satu kawasan
pusat kegiatan ekonomi yang ada di Yogyakarta.
Keefisienan dalam segala hal di butuhkan terutama dalam
bertransaksi maka alat transaksi yang cepat, handal dan amanlah yang di
butuhan untuk memenuhi harapan tersebut. Di sinilah dapat dilihat, apakah
dengan adanya perkembangan teknologi di sektor keuangan dan perbankan
serta pola masyarakat yang cendrung modern ini dapat merubah masyarakat
yang awalnya gemar memegang uang kartal(kertas dan logam) dalam proses
transaksi bisakan beralih ke trasansaksi non tunai. Berdasarkan latar
belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
topik “Analisis Perilaku Masyarakat Dalam Bertransaksi Tunai”( Studi
Kasus : Pusat Bisnis di Jalan Malioboro)

6

B.

Batasan Masalah
Batasan masalah dilakukan dengan tujuan agar proses penelitian
fokus terhadap permasalahan yang diteliti dan tidak keluar dari jalur
penelitian yang telah ditetapkan. Batasan masalah pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Penelitiaan ini hanya fokus pada masyarakat (konsumen) di
sekitaran Pusat bisnis jalan Malioboro saja yang berpatokan pada
perempatan simpang empat toko batik terang bulan.
2. Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengetahuan tentang Gerakan Nasional Non Tunai, penggunaan kartu
ATM, penggunaan kartu kredit, dan penyediaan mesin EDC (Electronic
Data Capture)

C.

Rumusan Masalah
Beberapa persoalan yang akan penulis garis bawahi dalam penelitian
ini adalah:
1. Apakah pengetahuan masyarakat (konsumen) tentang Program Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT) akan berpengaruh pada perilaku masyarakat
dalam bertransaksi tunai ?
2. Apakah penggunaan kartu ATM akan berpengaruh pada masyarakat dalam
bertransaksi tunai?
3. Apakah penggunaan kartu kredit akan berpengaruh pada perilaku
masyarakat dalam bertransaksi tunai?
4. Apakah dengan tersedianya alat penunjang sistem pembayaran non tunai

7

(mesin EDC) akan berpengaruh pada perilaku masyarakat dalam
bertransaksi tunai?
D.

Tujuan Penelitian
1.

Untuk mengetahui apakah pengetahuan masyarakat (konsumen) tentang
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) akan mengubah perilaku
masyarakat dalam bertransaksi tunai?

2.

Untuk mengetahui apakah penggunaan kartu ATM akan mengubah
perilaku masyarakat dalam bertransaksi tunai

3.

Untuk mengetahui apakah penggun kartu kredit akan mengubah
perilaku masyarakat dalam bertransaksi tunai

4.

Untuk mengetahui apakah dengan tersedianya alat penunjang sistem
pembayaran non tunai (mesin EDC) akan mengubah perilaku
masyarakat dalam bertransaksi tunai

E.

Manfaat Penelitian
1.

Bagi pemerintah, agar dapar mengetahui kebijakan apa yang paling
tepat di terapkan pada masyarakat di bidang perbankan dalam hal alat
pembayaran.

2.

Bagi kalangan umum sebagai media pengetahuan terkait dengan hal-hal
seputar keadaan perekonomian di

Indonesia dilihat dari sisi

perkembangan sistem pembayaran. Selain itu, beberapa hal yang
menjadi pilihan masyarakat dalam bertransaksi.

8

3.

Bagi penulis memperoleh wawasan keadaan perekonomian khususnya
dari sektor keuangan dan perbankan terkait dengan analisis perilaku
masyarakat dalam bertransaksi tunai.

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.

Landasan Teori
1.

Sistem Pembayaran
Sistem pembyaran merupakan bagian yang tidak terpisahan dari

sistem keuangan dan sistem perbankaan suatu Negara. Sistem pembayaran
adalah suatu sisitem yang mencakup pengaturan, kontrak, fasilitas
operasional dan mekanisme tekhnik yang digunakan untuk penyampaian,
pengesahan, dan penerimaan instruksi pembayaran. Secara garis besar,
sisiem pembayaran dibagi menjadi dua jenis yaitu sistem pembayaran
bernilai besar (Large Vakue Oayment System) dan sistem pembayaran retail
(Retail Payment System). (Untoro,2014)
a.

Definisi Sistem Pembayaran
Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1999 BI pasal 1 poin ke 6

dijelaskan bahwa :
“Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat
aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakn
pemidahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari
suatu kegaitan ekonomi. Sistem pembayaran harus dapat menjamin
terlaksananya perpindahan uang masyarakat secara efisien dan aman
sehingga dapat menjamin kenyaman dalam melakukan setiap transaksi
yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Jadi bank Indonesia sebagai
Bank sentral pada dasarnya memilki kewajiban mengatur dan
mengawasi sistem pembayaran yang berlangsung dalam kegiatan
ekonomi masyarakat dengan mewujudkann sistem yang di inginkan
oleh pelaku kegiatan ekonomi.”

1

2

Pada tingkat yang paling dasar sistem pembayaran adalah suatu cara
yang disepakati untuk mentransfer suatu nilai(value) antara pembeli dan
penjual dalam suatu transaksi. Media-media yang digunakan untuk
pemindahan nilai uang tersebut sangat beragam, mulai dari penggunaan alat
pembayaran yang sederhana sampai pada penggunaan sistem yang kompleks
dan melibatkan berbagai lembaga berikut aturan mainnya.
Menurut Muttaqin dalam Purusitawati (2000), sistem pembayaran
adalah suatu sistem yang terdiri atas sekumpulan ketentuan yang di
dalamnya terkandung hukum, standar, prosedur dan mekanisme teknis
operasional pembayaran yang dipergunakan dalam melakukan pertukaran
suatu nilai uang antara dua pihak dalam suatu wilayah negara maup un
secara internasional dengan memakai instrumen pembayaran yang diterima
dan disepakati sebagai alat pembayaran. Dalam pengertian ini tercakup
pengertian mengenai kelembagaan/organisasi yang terkait dalam mekanisme
pembayaran seperti bank, lembaga kliring, atau lembaga perantara
pembayaran lainnya serta bank sentral.
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank
Indonesia, Bank Indonesia sebagai bank central memeliki wewenang dalam
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran adalah menetapkan
penggunaan alat pembayaran. Wewenang Bank Indonesia dalam penetapan
penggunaan alat pembayaran bertujuan untuk mencapai
efisiensi bagi penggunanya.

keamanan dan

Sistem pembayaran terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:
1)

Politik/kebijaksanaan yang dianut, bersifat normatif, menerangkan
mengenai tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat dicapai/diperoleh
dari sistem pembayaran.

2)

Lembaga/organisasi yang terkait dalam sistem pembayaran.

3)

Sistem hukum yang berlaku.

4)

Alat-alat pembayaran

yang lazim dan

dinyatakan sah untuk

dipergunakan.
2.

Sejarah uang dan evolusi sistem pembayaran
Dahulu transaksi ekonomi masih belum secanggih saat ini, awalnya

transaksi di lakukan dengan cara tukar menukar barang atau barter sesuai
dengan barang kebutuhan yang mereka butuh kan, namun lama kelamaan
sistem menukar barang atau barter ini di anggap susah dan sulit untuk
menemukan seseorang yang bisa di ajak tukar menukar barang yang di
milikinya dan yang sesuai dengan keinginan mereka, serta Kesulitan untuk
memperoleh barang yang dapat dipertukarkan satu sama lainnya dengan
nilai pertukaran yang seimbang atau hampir sama nilainya.
Kesulitan yang di rasa menyulitkan mendorong manusia untuk mulai
memikirkan menggunakan benda-benda tertentu yang dapat digunakan
sebagi alat tukar menukar. Benda-benda yang ditetapkan untuk alat
pertukaran yaitu benda-benda yang diterima oleh umum, benda-benda yang
dipilih bernilai tinggi (susah diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik),
atau benda-benda yang merupakan kebutuhan primer sehari-hari. Setelah itu

seiring banyak nya kebutuhan manusia yang harus di selesaikan denga cara
yang di anggap mudah beralihlah masyarakat ke tahap selanjutnya yaitu
uang barang. pada tahap ini apabila ada benda-benda yang dianggap sesuai
dengan kebutuhan maka terjadilah proses penukarn barang tersebut.
Selanjutnya tahap uang logam, dimana logam di gunakan sebagai
alat pembayaran karena dirasa tahan lama, tidak mudah rusak serta memiliki
nilai yang tinggi, dan tidak menurangi nilainya walaupun di pecahkan.
Bahan-bahan yang digunaan telah memenuhi syarat-syarat diantaranya emas
dan perak. Setelah lama mengadopsi sistem pembayaran ini dan peningatan
sistem tukar menukar semakin tinggi, sedangkan jumlah logam mulai
berkurang. Dari permasalahan itu munculah uang fiat pada masyarakat (uang
kepercayaan). Menurut Muttaqin dalam Miskhin (2011) Uang fiat
merupakan

uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat

transaksi pengganti emas dan perak.
Menurut Listfield dan Montes(1994)
”Transaksi pembayaran dengan menggunakan cara barter, emas dan perak,
maupun dengan uang fiat merupakan pembayaran yang dilakukan secara
tunai. Sistem pembayaran ini merupakan sistem pembayaran yang paling
sederhana, dan paling banyak digunakan dalam perekonomian, terutama di
negara-negara berkembang. Sebab, dalam sistem pembayaran tunai dana
dapat dengan mudah ditransferkan secara instan tanpa adanya biaya lain
seperti waktu, transaksi, dan sebagainya”.

Sehingga terciptalah uang kertas. Benjamin Franklin (AS) disebut
sebagai Bapak Uang Kertas, karena beliaulah yang pertamakali mencetak
dollar dari bahan kertas makannya yang dulu berfungsi untuk membiayai
perang kemerdekaan Amerika Serikat. Disinilah dapat dilihat Fungsi Asli
Uang yaitu sebagai:



Sebagai alat tukar (medium of change)



Sebagai satuan hitung (unit of account)



Sebagai penyimpan nilai (store of value)
Untuk menjaga kualitas uang (uang kartal, uang fiat) yang beredar di

masyarakat, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan
yang diambil tersebut adalah pengeluaran dan pengedaran uang emisi baru,
serta melanjutkan program public education mengenai ciri-ciri keaslian uang
rupiah (Bank Indonesia, 2006). Beberapa standar fisik keaslian uang kartal
(fiat) untuk menjaga dari penyalahgunaan dan pemalsuan diantaranya adalah
ukuran, bahan, warna kertas yang unik, denominasi uang, serta pengaman
(tinta khusus, watermark, benang pengaman, gambar tembus pandang,
microtext, dll).
Setelah penggunaan uang fiat semakin meluas dalam masyarakat,
bukan berarti perkembangan ini telah berhenti. Penggunaan uang kertas
untuk melakukan transaksi ini juga menyimpan berbagai biaya, dari
keamanan, biaya transportasi, hingga biaya transaksi (yaitu pengenaan tarif
dalam transaksi). Dilain sisi, uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat
transaksi sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang
mengeluarkannya dan pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk
dipalsukan (Miskhin, 2001).
Perkembangan sistem pembayaran ini kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan cek. Seperti halnya fiat, alat pembayaran dengan cek juga
membutuhkan biaya dan hanya dapat dicairkan dalam waktu tertentu. Dalam

sistem pembayaran non tunai menggunakan cek, jumlah nominal dana yang
ditransaksikan, nama pihak pembayar dan penerima pembayaran harus
ditulis secara spesifik. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam
penggunan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer
dana yang digunakan dalam transaksi tersebut.
Menurut Muttaqin dalam Purusitawati (2000) menyebutkan
”Berdasarkan hambatan biaya tersebut maka evolusi ini berlanjut
hingga dikembangkannya sistem pembayaran yang berdasarkan
elektronik. Perkembangan ini ditunjang pula dengan kemajuan
teknologi komputer yang sedemikian cepat. Perkembangan alat-alat
pembayaran tersebut mengarah dari pengelolaan secara manual
menjadi pengelolaan terinformatisasi “.

Ketidak praktisan dan ketidaknyamanan pembayaran menggunakan
uang fiat, serta adanya biaya transportasi untuk melangsungkan transaksi
antara pembayar (payer) dan penerima pembayaran (payee) dapat diatasi
dengan munculnya sistem pembayaran elektronis. Pada sistem ini, transaksi
yang terjadi antar bank dapat berlangsung tanpa ada biaya pemrosesan
seperti pada alat pembayaran berdasarkan kertas atau uang fiat.
Listfield dan Montes-Negret (1994) mengatakan sistem pembayaran
elektronis memiliki efektifitas khususnya dalam transaksi yang bervolume
tinggi dengan nilai transaksi yang kecil, terutama dalam perekonomian yang
sedang berkembang yang memiliki akses teknologi yang terbatas. Efektifitas
dari sistem pembayaran elektronis, ditandai pula oleh adanya perubahan
penandatanganan secara manual menjadi penandatanganan secara elektronik
pada alat-alat pembayaran.

Pembayaran menggunakan kartu elektronik merupakan pembayaran
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi maupun jaringan
komunikasi. Alat pembayaran elektronik yang ada di Indonesia saat ini
antara lain kartu kredit dan kartu debit atau ATM. Pembayaran secara
elektronis berkaitan langsung dengan rekening nasabah bank yang
menggunakannya.

Jadi tiap pembayaran yang dilakukan menggunakan

pembayaran elektronis oleh nasbah, akan melalui proses otorisasi yang
dibebankan dlam rekening nasabah/pengguna terlebih dahulu .
Secara garis besar Sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis,
yaitu Sistem pembayaran tunai dan Sistem pembayaran non-tunai.
Perbedaan mendasar dari kedua jenis sistem pembayaran tersebut terletak
pada instrumen yang digunakan. Pada sistem pembayaran tunai instrumen
yang digunakan berupa uang kartal, yaitu uang kertas dan uang logam,
sedangkan pada sistem pembayaran non-tunai instrumen yang digunakan
berupa Alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), Cek, Bilyet Giro,
Nota Debet, maupun uang elektronik. Di Indonesia, instrumen pembayaran
nontunai disediakan terutama oleh sistem perbankan. Instrumen yang
disediakan terdiri dari instrumen yang berbasis warkat (Kertas), seperti cek,
bilyet giro, nota debet, dan nota kredit, atau alat pembayaran menggunakan
kartu (APMK), seperti kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit. Sedangkan
untuk sistem transfer tersedia sistem BI-RTGS dan sistem Kliring
Nasional.(bank Indonesia)

3.

Teori Permintaan Uang.
Teori-teori permintaan uang secara garis besar menjelaskan factor-

faktor apa saja yang mempengaruhi sifat individu dalam menentukan jumlah
perminaan uangnya dan preferensi individu dalam menyimpan bentuk
kekayaan yang dimiliki. Secara garis besar teori permintaan uang, ada dua
variabel yang menentukan permintaan akan uang. Pertama variabel
skala(kendala) yaitu variabel yang membatasi maksimal memegang uang
dalam bentuk tunai. Kedua adalah variabel biaya memegang uang
tunai(opportunity cost of holding money) atau biaya yang hilang karena
memegang uang tunai. Contohnya jika menggunakan uang tunai dalam
bertransaksi maka kehilangan biaya seperti manfaat pendapatan bunga,
pemberian discon belanja dan kemudahan dalam bertransaksi jika
memegang uang dalam bentuk non tunai.
Teori pemintaan uang dikemukakan oleh beberapa ekonom seperti
teori permintaan uang Irving Fisher dan teori permitaan Keynes. Berikut
penjabaran teori ekonom tersebut.
a.

Teori permintaan Uang Klasik.
Faktor yang menentukan permintaan uang dalam pandangan

dijelaskan dengan menggunakan teori kuantitas (quantity theory) dan teori
sisa tunai (cash-balance theory). Menurut Irving Fisher teori kuantitas uang
sebagai berikut (Sukirno, 1955):

MV = PT
M = penawaran uang
V = perputaran uang
P = tingkat harga
T = volume barang yang diperdagangkan dalam suatu tahun tertentu.
Menurut Fisher, nilai V ditentukan oleh kebiasaan pembayaran gaji
dan efisiensi lembaga keuangan. Sehingga nilai V relative tetap, karena
faktor-faktor yang menentukan nilai V adalah tetap atau dapat dikatakan
tidak berubah. Dalam suatu periode tertentu, kuantitas barang yang
diperdagangkan

T

jumlahnya

tertentu.

Sehingga

pada

keadaan

keseimbangan (full employment) nilai T adalah tetap dan telah mencapai
tingkat yang maksimum. Jadi para ahli ekonomi klasik mengatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada permintaan uang hanya akan berpengaruh
terhadap harga kerena nilai V dan T adalah tetap.
Menurut teori Klasik yang kedua yaitu teori cash-balance theory
yang dikembangkan oleh A. Marshall dan A.C Pigou, dari Cambridge
University. Teori ini menekankan pada tujuan masyarakat dalam permintaan
uang dan pengaruh pada jumlah uang yang diperlukan oleh masyarkat.
Menurut Marshall tujuan seseorang memegang uang adalah untuk keperluan
transaksi. Kemudian Pigou menambahkan alasan lain yaitu masyarakat
memegang uang memiliki tujuan untuk berjaga-jaga. Sehingga didapatkan
formulasi sebagai berikut:

M = k PT
= kY
Dimana: k = 1/V
kY adalah keinginan masyarakat terhadap uang tunai. Marshall
menganggap bahwa masyarakat selalu menginginkan sebagian dari
pendapatannya (Y) dalam bentuk uang tunai (k).
b.

Teori Permintaan Uang Keynes
Teori permintaan Keynes memiliki perbedaan dari teori permintaan

uang klasik. Keynes men n ambahkan fungsi uang yang lain yaitu sebagai
penyimpan kekayaan (store of value). Didalam teorinya Keynes berpendapat
terdapat tiga motif seseorang dalam memegang uang, yaitu untuk transaksi,
berjaga-jaga dan spekulasi.
1)

Permintaan uang untuk transaksi
Dalam hal ini Keynes setuju dengan pendapat yang dikemukakan

oleh aliran klasik yang mengatakan bahwa uang berfungsi sebagai alat tukat
yang digunakan untuk tujuan transaksi. Permintaan uang untuk tujuan
transaksi sangat erat kaitannya denga jumlah pendapatan seseorang, jika
pendapatan semakin tinggi maka transaksi yang dilakukan semakin besar
begitu juga sebaliknya apabila tingkat pendapatan semakin kecil, maka
transaksi yang dilakukan semakin kecil pula. Permitaan uang untuk tujuan
transaksi juga dipengaruhi oleh tingkat harga. Bila harga naik aakan
mempengaruhi besarnya permintaan uang untuk bertransaksi.Hubungan

antara permintaan uang untuk tujuan transaksi dengan besar kecilnya
pendapatan yang diterima oleh seseorang dapat dilihat pada gambar 2.1.

M
MT (permintaan uang untuk transaksi)
20

10

1

2

Y

Sumber: Nasution,1998
Gambar 2.1
Hubungan antara jumlah permintaan uang untuk tujuan transaksi
dengan besar kecilya pendapatan
Gambar diatas menunjukan bahwa apabilah tingkat pendapatan (Y)
naik dari 1 ke 2, maka jumlah permintaan untuk bertransaksi (MT) juga akan
naik dari 10 ke 20. Jika pendapatan semakin tinggi, maka aktivitas
perekonomian juga akan semakin tinggi, yang dapat menyebabkan berbagai
kegiatan yang tak dapat diprediksi bisa terjadi sehingga transaksi semakin
besar.

2)

Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Masyarakat dimuka bumi ini pasti tidak akan tau apa yang akan

terjadi padanya dimasa depan, entah itu persoalan pribadi yang menyangkut
kesehatan, karir ataupun masalah-masalah yang akan menimpahnya di
kemudianhari, maka dari itu masyaraka hendaknya mengantisipasi ketidak

pastian mengenai apa yang akan terjadi di masa yang datang, dengan cara
menyimpan uang untuk berjaga-jaga sehingga saat di perlukan di harapkan
mempunyai pegangan yang sesuai.
“Menurut Keynes, antisipasi terhadap pengeluaran yang
direncanakan dan yang tidak direncanakan menyebabkan seseorang
akan memegang uang tunai lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
tujuan transaksi, yaitu untuk tujuan berjaga-jaga dan menurutnya
jumlah uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga ini tergantung
dari besarnya pendapatan, semakin tinggi pendapatan semakin tinggi
pula uang yang dipegang untuk tujuan berjaga-jaga”
3)

Permintaan uang untuk spekulasi
Keynes juga menyadari bahwa masyarakat menghendaki jumlah

uang kas yang melebihi untuk keperluan transaksi, karena keinginan untuk
menyimpan kekayaannya dalam bentuk yang paling lancar (uang kas). Uang
kas yang disimpan ini memenuhi fungsi uang sebagai alat penimbun
kakayaan (store if value). Dan isitilah yang lebih modern disebut dengan
permintaan uang untuk penimbun kekayaan.
Permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini, menurut Keynes
ditentukan oleh tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin rendah
keinginan masyarakat akan uang kas untuk motif spekulasi. Alasannya,
pertama apabila tingkat bunga naik, berarti ongkos memegang uang kas
semakin meningkat, sehingga kebutuhan masyarakat untuk keperluan uang
kas semakin kecil. Kedua, dugaan Keynes di mana masyarakat
memperkirakan bahwa berdasarkan pengalaman, akan adanya tingkat bunga
“normal”, terutama pengalaman tingkat bunga yang baru saja terjadi
(Nopirin, 1998: 119)

4.

Program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) merupakan suatu trobosan

baru di sektor keuangan dan perbankan yang di luncurkan oleh BI dan
Pemerintah guna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
penggunaan transaksi transaksi non tunai yang lebih praktis, aman dan
efektif. program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) ini di resmikkan
pada tangga 14 agustus 2014 dan merupakan bagian dari peringatan HUT
Republik Indonesia yang ke-69. Tujuan di buatnya kebijakan ini antara lain:
1)

Memberikan pengalaman menggunakan APMK (Alat Pembayaran
Menggunakan Kartu) dan uang elektronik bagi masyarakat yang baru
mulai menggunakan instrumen pembayaran non tunai tersebut,
sehingga dapat menimbulkan kebiasaan dalam bertransaksi secara rutin.

2)

Mendorong peningkatkan frekuensi penggunaan APMK dan uang
kegiatan transaksi masyarakat.

3)

Mempelajari perilaku dari masyarakat yang telah memiliki rekening di
bank dan telah memiliki APMK maupun uang elektronik namun
penggunaan untuk bertransaksi cenderung masih minim. Dengan
program ini diharapkan dapat memperoleh informasi yang tepat
mengenai apakah akan terjadi perubahan perilaku masyarakat untuk
menggunakan instrumen tersebut apabila masyarakat difasilitasi dengan
berbagai kemudahan seperti keberadaan merchant yang lebih banyak
serta infrastruktur yang lebih merata dan berbagai program yang
menarik.

4)

Memberikan edukasi tentang uang elektronik baik melalui sosialisasi,
pusat informasi, lomba, seminar, talkshow non tunai dan bazar.

5)

b)
1)

Mendorong peningkatan frekuensi penggunaan Uang Elektronik

Jenis-jenis Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT)
Cek (cheque)
Instrument pembayaran non tunai yang berbentuk selembaran kertas
dan keberadaannya sudah ada sejak lama, yang merupakan perintah
tanpa syarat dari nasabah giro pemegang cek, kepada bank penerbit cek
untuk membayarkan suatu nilai nominal uang tertentu kepada
pembawa.

2)

Bilyet Giro (BG)
Merupakan Surat perintah untuk pemindah bukuan dari nasabah giro
untuk memindahan beberapa uang atau dana dari rekeningnya ke
rekening lain yang namanya sudah di cantumkan dalam bilyet giro, baik
di bank yang sama atau bank lainnya.

3)

Mesin ATM ( Anjungan Tunai Mandiri )
Merupakan sutu mesin yang melayani transaksi tunai atau non tunai
yang di lakukan atas beban rekening nasabah suatu bank, biasanya
mesin-mesin ATM ini bisa di jumpai di berbagai selu beluk kota aupun
desa karena penyebarannya cukup banyak. Dan ATM ini berada dalam
pengelolahan kantor cabang utama atau kantor cabang bank.

4)

Interner banking
Merupakan layanan yang disediakan oleh bank dengan menggunakan
alamat websitenya yang transaksinya dapat dilakuan melalui internet di
mana saja dan setiap saat yang dapat menjawab kebutuhan nasabah.

5)

Mobile banking
Merupakan layanan yang di sediakan oleh bank untuk mepermudah
nasabah melakukan transaksi di mana saja, kapan saja dan sebenarnya
hampir sama dengan internet banking yang membedakan nya hanya
saja

mobile

banking

menggunakan

fasilias

jaringan

telco

seluler/handphone GSM (Global System for Mobile Communiation)
dengan menggunakan media SMS (Short Message Service) atau
aplikasi yang disediakan oleh perbankan.
6)

Mesin EDC ( Electronic data capture)
Merupakan alat bantu untuk mempermudah mendapatkan sejumlah data
transaksi keuangan yang di lakukan via kartu (kredit ataupun debit).

1.
a.

Teori Perilaku Konsumen
Pengertian Perilaku Konsumen.
Menurut Engel(1995) perilaku konsumen dikatakan sebagai suatu

tindakan atau perbuatan yang dilakukan seorang individu atau disebut
konsumen yang secara langsung terlibat dalam rangka mendapatkan,
mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.
b.

Teori Ekonomi Perilaku Konsumen

Menurut ilmu ekonomi manusia adalah makhluk ekonomi yang
selalu berusaha memaksimalkan keinginannya dan bertindak rasional untuk
mendapatkan

kepuasan

maksimal,

dengan

menyesuaikan

tingkat

kemampuan finansialnya. Seorang konsumen akan memebeli suatu produk
apabila produk yang dibeli nya memberikan nilai marginal utility yang
diterimanya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk membeli suatu
produk atau barang yang diinginkannya. Tujuan utama konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk atau jasa didalam ekonomi konvensional
adalah untuk memaksimalkan utilty yaitu dimana tingkat kepuasan tertinggi
konsumen adalah ketika mengkonsumsi barang atau jasa yang paling disukai
dan memiliki barerang yang lebih banyak dari barang lainnya yang sejenis.
Teori perilaku konsumen akan menjelaskan bagaimana seorang
konsumen membelanjakan pendapatannya untuk memperoleh alat-alat
pemuas kebutuhan dan memilih suatu produk atau jasa yang diyakini akan
memberikan kepuasan yang maksimum (Reksoprayitni,2011). Fungsi utama
barang dan jasa konsumsi adalah memunuhi kebutuhan langsung
pemakaian. Yang bertindak sebagai pemakai pada umumnya rumah tangga
keluarga (Fitri,2016).

Dalam kedudukannya sebagai pemakai barang-barang serta jasa-jasa
konsumsi yang tersedia mereka di sebut konsumen. Untuk memahami
perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan digunakan
beberapa pendekatan yaitu:

1)

Pendekatan Marginal Utility (Kardinal)
Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa kepuasan

seseorang bisa diukur dengan satuan tertentu seperti jumlah, unit, rupiah,
dan lainnya. Semakin banyak barang yang dikonsumsi maka akan semakin
tinggi tingkat kepuasannya. Konsumen yang rasional akan berusaha untuk
memaksimalkan kepuasaanya. Besarnya nilai kepuasan tergantung pada
konsumen yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai equilibrium atau
mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan
pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai macam barang.
Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan total
(total utility) dan kepuasan tambahan (marginal utility). Kepuasan total yang
artinya adalah kepuasan keseluruhan yang dirasakan oleh individu dari
mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan
adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang
atau jasa yang dikonsumsi. Berikut adalah perbedaan antara kepuasan total
dan kepuasan tambahan yang diperoleh konsumen dalam mengkonsumsi
barang.
Tabel 2.1
Perbedaan Kepuasan Total dan Kepuasan tambahan
Q
TU
MU
0
0
1
12
12
2
18
6
3
22
4
4
24
2
5
24
0
6
22
-2
Keterangan: Data Hipotesis

Kepuasan maksimum terjadi apabila alokasi pengeluaran pada
komoditi-komoditi terjadi pada saat kepuasan setiap rupiah terakhir sama.
Secara matematis dapat ditujukan sebagai berikut:

Kondisi yang diperlukan bagi konsumen untuk memaksimalkan
kepuasannya pada dua macam barang adalah:

TU

TU

TU

MU

Q
Q

Gambar 2.2
Kurva Total Utility dan Marginal Utility

2)

Pendekatan Indefference Curve (Ordinal)
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu

membuat urutan-urutan kombinasi barang atau jasa yang akan dikonsumsi
berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya. Pendekatan ordinal
digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva
indeferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik kombinasi dua
barang yang memberikan kepuasan yang sama.

Adapun karakteristik dari kurva indeferensi adalah sebagai berikut:
a)

Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), maka semakin tinggi
tingkat kepuasannya.

b)

Kurva indiferensi tidak berpotongan satu sama lain.

c) Kurva indiferensi berslope negatif.
d)

Kurva indiferensi cembung ke arah origin.
Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indeferensi

didasarkan pada empat asumsi yaitu:
a)

Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang
dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.

b)

Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada
kendala anggran yang ada.

c)

Konsumen selalu berusaha untuk memaksimumkan kepuasan.

d)

Marginal Rate of Substitution (MRS) akan menurun setelah melampau
suatu tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa
diganti oleh satu unit barang X, pada tingkat kepuasan yang sama.
Tabel 2.1
Marginal Rate of Substitution
Kelompok
Tongseng
Barang
(piring)
A
1
B
2
C
3
D
4
E
5
Keterangan: Data Hipotesis

Sate (tusuk)
20
15
11
8
6

Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian kaidah dalam
menentukan pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi preferensi
dengan ciri-ciri seperti untuk setiap 2 kelompok barang, konsumen bisa
membuat peringkat; peringkat tersebut bersifat transit, yaitu jika A lebih
disukai dari pada B, B lebih disukai dari pada C, maka A lebih disukai dari
pada C, konsumen selalu ingin mengkonsumsi jumlah barang yang lebih
banyak, sebab konsumen tidak pernah terpuaskan. Kurva indefernsi
mencerminkan preferensi konsumen. Kurva indeferensi adalah kurva yang
menunjukkan kombinasi konsumsi barang-barang yang menghasilkan
tingkat kepuasan yang sama. Kumpulan kurva indeferensi disebut
indiference maps dari setiap konsumen. Berikut adalah contoh kurva
indeferensi:
Sate (tusuk)

U=9
U=8
U=7
UTongseng
=7
(piring)

Gambar 2.3
Kurva Indiferensi
Dalam kurva indeferensi mengasumsikan bahwa konsumen akan
memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggaran
yang ada yaitu garis anggaran. Garis anggaran (budget line) adalah garis
yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah
pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu. Konsumen

hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri
garis angggaran. Titik-titik pada sebeah kiri garis anggaran tersebut
menunjukkan tingkat pengeluaran yang lebih rendah.
Qy

Garis anggaran

Qx

Gambar 2.4 Garis Anggaran
3)

Pendekatan Atribut
Pendekatan atribut adalah pendekatan yang relatif baru dan

menganggap bahwa yang diperhatikan konsumen bukanlah produk secara
fisik, tetapi atribut yang terkandung di dalam produk atau jasa tersebut.
Berbeda pada teori-teori sebelumnya bahwa yang diperhatikan konsumen
adalah atribut. Atribut suatu barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari
penggunaan atau pemilikan barang tersebut. Atribut sebuah bank adalahnya
reputasi, kualitas pelayanan yang baik, kepuasan dan sebagainya. Konsumen
mendapatkan kepuasan dari pengkonsumsian atribut dan konsumen harus
membeli produk untuk mendapatkan atribut dalam proses konsumsi. Setiap
barang memberikan atribut atau lebih dalam suatu perbandingan tertentu.
Untuk menganalisis pendekatan atribut digunakan analisis utilitas yang
digabung dengan analisis kurva indeferensi.

Untuk mengetahui atau menemukan titik keseimbangan konsumen,
maka harus mengetahui kurva indeferensi konsumen. Konsumen juga harus
memiliki pete indeferensi untuk atribut dari berbagai barang. Kurva
indeferensi yang lebih tinggi letaknya mengambarkan bahwa tingkat
kepuasan yang lebih tinggi dan tidak berpotongan satu sama lain, cembung
terhadap titik origin serta turun dari atas ke kanan bawah.
Titik batas yang dapat dicapai pada masing-masing garis atribut
ditentukan oleh rasio antara penghasilan dan harga bar