ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT BERTRANSAKSI NON TUNAI (Studi Kasus Pengunjung Pusat Perbelanjaan di Kawasan Malioboro)

(1)

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOR OF SOCIETY FOR CONDUCTING NON CASH TRANSACTION

(A Case Study on Customers of Shopping Center in Malioboro Area)

Oleh YUSI ARIYANI

20130430008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOR OF SOCIETY FOR CONDUCTING NON CASH TRANSACTION

(A Case Study on Customers of Shopping Center in Malioboro Area)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh YUSI ARIYANI

20130430008

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

(Studi Kasus Pengunjung Pusat Perbelanjaan di Kawasan Malioboro)

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOR OF SOCIETY FOR CONDUCTING NON CASH TRANSACTION

(A Case Study on Customers of Shopping Center in Malioboro Area)

Diajukan oleh YUSI ARIYANI

20130430008

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr.Imammudin Yuliadi S.E, MS.i Tanggal

NIK. 143.022


(4)

AN ANALYSIS ON THE BEHAVIOR OF SOCIETY FOR CONDUCTING NON CASH TRANSACTION

(A Case Study on Customers of Shopping Center in Malioboro Area)

Diajukan oleh YUSI ARIYANI

20130430008

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal, 17 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr.Imamudin Yuliadi, S.E.,M.Si Ketua Tim Penguji

Ahmad Ma’ruf, S.E.,M.Si Agus Tri Basuki, S.E.,M.Si

Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., M.Si. NIK. 143.016

PERNYATAAN


(5)

Nomor Mahasiswa : 20130430008

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT BERTRANSAKSI NON TUNAI (STUDI KASUS PENGUNJUNG PUSAT PERBELANJAAN DI KAWASAN MALIOBORO)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 23 November 2016

Yusi Ariyani


(6)

you are, you will be successful if you Endeavor in earnest.”

“Keep thinking the out of the box. Keep executing the inside of the box!”

“Don’t lose the faith, keep praying, keep trying !”

“All the impossible is possible for those who belive !”


(7)

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta.

2. My lovely sister Miftakhul Lela

3. My lovely Fiance Ihsanu Aunillah

4. Almamater tercinta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Ekonomi.


(8)

tunai. Faktor – faktor tersebut terdiri dari manfaat, kepercayaan, kemudahan, gaya hidup, serta resiko. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer yang didapatkan langsung dari responden ddengan menggunakan kuisioner, dengan jumlah 100 responden. Responden yang dipilih dalam penilitian ini adalah pengunjung puasat perbelanjaan kawasan Malioboro yang memiliki alat pembayaran menggunakan kartu (APMK). Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Linier berganda dengan alat analisis SPSS dan Eviews.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil, secara parsial variabel minat, kepercayaan, kemudahan, dan gaya hidup berpengaruh positif signifikan sedangkan variabel resiko berpengaruh negatif signifikan. Secara bersama-sama seluruh variabel independen yang terdiri dari variabel manfaat, kepercayaan, kemudahaan, gaya hidup serta resiko berpengaruh terhadap variabel minat bertransaksi non tunai sebesar 63.7% sedangkan sisanya sebesar 36.3% dipengaruhi oleh variabel diluar model.

Kata kunci : Minat, Manfaat, Kepercayaan, Kemudahan, Gaya hidup, Resiko, Regresi Linier Berganda..


(9)

life style and risk. The data used in the study is primary data which was gathered using questionnaire from 100 respondents. The respondents chosen for the study were customers of shopping centers in Malioboro area, who used means of payment using card/ alatpembayaranmenggunakankartu (APMK). The analysis method used in this study was multiple linear regression using SPSS and Eviews.

Based on the analysis, the result shows that partially, the variables of interest, trust, easiness, and life style have significantly positive effect, while risk variable has significantly negative effect. In general, the whole independent variables which consist of benefit, trust, easiness, life style and risk affect the interest variable for conducting non cash transaction for 63.7%, while 36.3% of it is affected by other variables outside the model.

.

Keyword: interest, benefit, trust, easiness, life style, risk, multiple linear regression.


(10)

kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku Masyarakat Yogyakarta Dalam Bertransaksi Non Tunai (Studi Kasus Pengunjung Pusat Perbelanjaan Kawasan Malioboro)”. Shalawat dan salam senantiasa ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi uswatun khasanah bagi kita semua.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak – pihak terkait dalam memajukan sektor basis daerah.

Penyelesaian penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebanyak – banyaknya kepada :

1. Dr. Nano Prawoto,S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi UMY.

2. Dr.Imamudin Yuliadi, S.E.,M.Si. selaku dosen pembimbing yang sabar dalam membimbing sampai pada titik skripsi ini terselesaikan.

3. Seluruh dosen program studi dan staf prodi Ilmu Ekonomi

4. Ibunda Siti Thohiroh dan Ayahanda tercinta Wasol Hasyim yang ikhlas merawat dan membesarkan dengan penuh kasih sayang hingga detik ini


(11)

Mas Ihsanu Aunillah tercinta yang tidak pernah lelah dalam memeberi, semangat doa dan selalu berkenan mendengarkan segala keluh kesah hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Donna Sawitri Oktora, teman seperjuangan dari awal pengerjaan hingga terselesaikan skripsi ini

8. Sahabat- sahabatku tercinta, Ririn ariandini, Zahrotun Nisa Utami, Dewi Oktaviani, Mas Mahrus Luthfi yang banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat hingga skripsi ini selesai.

Sebagai penutup, dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu dibutuhkan kritik dan saran yang membangun untuk hasil yang lebih baik lagi.

Yogyakarta, 23 November 2016


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ...i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ...ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... ...iii HALAMAN PERNYATAAN... ...iv HALAMAN MOTTO... ...v HALAMAN PERSEMBAHAN... ...vi INTISARI... ...vii ABSTRACT... ...viii KATA PENGANTAR... ...ix DAFTAR ISI... ...xi


(13)

BAB I PENDAHULUAN... ...1 A. Latar Belakang Masalah... ...1

B. Batasan Masalah... ...8

C. Rumusan Masalah... ...9

D. Tujuan Penelitian... ...10

E. Manfaat Penelitian... ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... ...12

A. Landasan Teori... ...12

1. Teori Perilaku Konsumen... ...12


(14)

Sistem Pembayaran... ...26

4. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu... ...33

5. Teori Minat………

...35

B. Penelitian Terdahulu... ...40

C. Kerangka Pemikiran... ...44

D. Hipotesis penelitian... ...45

BAB III METODE PENELITIAN... ...47

A. Jenis Penelitian... ...47

B. Obyek Penelitian... ...47


(15)

Populasi dan Sampel Penelitian... ...48

E. Sumber Data... ...50

F. Metode Pengumpulan Data... ...51

G. Metode Analisis data... ...51

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian... ...52

I. Model Analisis... ...54

BAB IV GAMBARAN UMUM ... ...62

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian... ...62

B. Gambaran Umum Subyek Penelitian... ...67


(16)

Uji Kualitas Instrumen dan Data... ...74

B. Uji Hipotesis dan Analisis Data... ...91

C. Pembahasan... ...105

BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN... ...117

A. Simpulan... ...117

B. Saran... ...118

C. Keterbatasan Penelitian... ...119

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(17)

...7 2.1 Perbedaan Kepuasan Total dan Kepuasan Tambahan... ...13 2.2 Marginal Rate Of Subtitution... ...16 3.1 Definisi Operasional Variabel Dependen dan Independen... ...52 5.1 KMO dan Korelasi Anti Image Variabel Minat... ...75 5.2 Total Variance Explained dan Component Matrixa Var. Minat... ...76 5.3 R Pearson Correlation dan Signifikansi Model Var.Minat... ...77 5.4 KMO dan Korelasi Anti Image Var. Manfaat... ...77 5.5 Total Variance Explained dan Component Matrixa Var. Manfaat... ...78 5.6 R Pearson Correlation dan Signifikansi Model Var.Manfaat... ...79 5.7 KMO dan Korelasi Anti Image Var.Kepercayaan... ...79 5.8 Total Variance Explained dan Component Matrixa Kepercayaan... ...80 5.9 R Pearson Correlation dan Signifikansi Model Var.Kepercayaan... ...81 5.10 KMO dan Korelasi Anti Image Var.Kemudahan... ...81


(18)

5.13 KMO dan Korelasi Anti Image Var.Gaya Hidup... ...83 5.14 Total Variance Explained dan Component Matrixa Gaya Hidup... ...84 5.15 R Pearson Correlation dan Signifikansi Model Gaya Hidup... ...85 5.16 KMO dan Korelasi Anti Image Var.Resiko... ...85 5.17 Total Variance Explained dan Component Matrixa Var.Rasiko... ...86 5.18 R Pearson Correlation dan Signifikansi Model Var.Resiko... ...87 5.19 Cronbach’s Alpha Variabel Minat... ...88 5.20 Cronbach’s Alpha Variabel Mafaat... ...88 5.21 Cronbach’s Alpha Variabel Kepercayaan... ...89 5.22 Cronbach’s Alpha Variabel Kemudahan... ...89 5.23 Cronbach’s Alpha Variabel Gaya Hidup... ...90 5.24 Cronbach’s Alpha Variabel Resiko... ...91 5.25 Uji Normalitas... ...92


(19)

5.28 Uji Durbin Watson... ...94 5.29 Regresi Linier Berganda... ...96 5.30 T Hitung dan T Tabel... ...99 5.31 Probabilitas F.statistic... ...104 5.32 Koefisien Determinasi (R2)... ...105

DAFTAR GAMBAR


(20)

2.1 Kurva Total Utility dan Marginal Utility... ...14 2.2 Kurva Indiferensi... ...17 2.3 Garis Anggaran... ...18 2.4 Keseimbangan Konsumen Dan Perubahan Harga... ...20 2.5 Keseimbangan Konsumen Dan Perubahan Pendapatan... ...20 2.6 Permintaan Uang Untuk Transaksi... ...24 2.7 Permintaan Uang Untuk Spekulasi... ...25 4.1 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin... ...68 4.2 Karakteristik responden Berdasarkan Umur... ...68 4.3 Karakteristik responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... ...69 4.4 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan... ...70 4.5 Karakteristik responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan... ...71 4.6 Karakteristik responden Berdasarkan Intensitas Penggunaan APMK... ...72


(21)

(22)

(23)

in the study is primary data which was gathered using questionnaire from 100 respondents. The respondents chosen for the study were customers of shopping centers in Malioboro area, who used means of payment using card/ alatpembayaranmenggunakankartu (APMK). The analysis method used in this study was multiple linear regression using SPSS and Eviews.

Based on the analysis, the result shows that partially, the variables of interest, trust, easiness, and life style have significantly positive effect, while risk variable has significantly negative effect. In general, the whole independent variables which consist of benefit, trust, easiness, life style and risk affect the interest variable for conducting non cash transaction for 63.7%, while 36.3% of it is affected by other variables outside the model.

.


(24)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan teknologi yang semakin canggih, turut berperan pada pertumbuhan sektor jasa terutama jasa perbankan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang terjadi, pola dan sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi terus mengalami perkembangan dan perubahan. Teknologi yang berkembang pesat dalam sistem pembayaran mampu menggantikan peranan uang tunai (currency) sebagai alat pembayaran non tunai yang lebih efisien dan ekonomis (Yudhistira,2014)

Di Indonesia telah terjadi perkembangan dalam hal transaksi dengan cara non tunai dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut terjadi karena semakin banyak pusat-pusat kegiatan ekonomi yang menyediakan fasilitas pembayaran secara non tunai. Alat pembayaran non tunai yang berkembang saat ini dapat berupa di antaranya adalah kartu kredit, kartu debet, ATM, yang secara umum sudah dikenal oleh masyarakat luas. Bank Indonesia sebagai bank central memiliki wewenang dalam melaksanakan, memberi persetujuan maupun perizinan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai.

Menurut Bank Indonesia (2006), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) merupakan alat pembayaran dalam bentuk kartu dapat berupa kartu kredit, kartu Automated Teller Machine (ATM) dan/atau kartu debet. Kartu Kredit adalah kartu pembayaran berbentuk kartu yang dapat


(25)

digunakan untuk melakukan pembayaran, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai dalam kegiatan ekonomi, dimana kewajiban pembayaran pemegang atau pemilik kartu dipenuhi dahulu oleh acquirer/penerbit, dan pemegang atau pemilik kartu memiliki kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati. Kartu ATM adalah alat pembayaran dalam bentuk kartu yang dapat digunakan untuk melakukan penarikan tunai dan atau pemindahan dana dimana kewajiban pemegang atau pemilik kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang atau pemilik kartu pada Lembaga yang berwenang baik Bank maupun lembaga lain, sesuai dengan perundangan yang telah ditetapkan. Kartu Debet adalah alat pembayaran berupa kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban dari suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pemegang kartu , termasuk transaksi pembelanjaan dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu.

Sejalan dengan perkembangan tuntutan masyarakat akan kemudahan dalam bertransasksi, kini dunia perbankan telah memberikan solusi dengan inovasi-inovasi baru pada masyarakat dalam bertransaksi. Perkembangan jumlah penggunaan transaksi pembayaran non tunai semakin bertambah, dapat dilihat dari perkembangan jumlah volume Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang beredar di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.


(26)

Gambar 1.1

Grafik Perkembangan Jumlah APMK yang Beredar di Indonesia

Dari grafik diatas dapat tergambar jelas bahwa perkembangan jumlah Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang beredar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Artinya, jumlah pemegang atau pemilik APMK semakin bertambah, dalam bentuk kartu pembayaran berupa kartu ATM, Kartu Debit+ATM, maupun Kartu Kredit. Perkembangan jumlah APMK di Indonesia didominasi oleh jumlah Kartu Debit+ATM dibanding kartu APMK bentuk lainnya.

Untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan dari pengembangan sistem pembayaran secara non tunai, tentu tidak lepas dari kesiapan masyarakat sebagai pengguna, dunia usaha sebagai penerima dan juga perbankan sebagai penerima dan penyelenggara sistem pembayaran yang masih terbilang baru.

0 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000

Kartu Kredit

Kartu ATM


(27)

Selain melihat dari sisi kesiapan masyarakat, perlu juga adanya dukungan dalam penyedia fasilitas pembayaran dengan menggunakan kartu, untuk mendukung pelaksanaan transaksi non tunai. Di Indonesia fasilitas yang telah disedikan cukup berkembang pesat ditandai dengan menigkatnya infrastruktur APMK di Indonesia.

Gambar 1.2

Grafik Perkembangan Infrasrtuktur APMK Di Indonesia

Perkembangan infrastruktur APMK di Indonesia mengalami peningkatan dalam tiap tahunya, hal ini dapat dibuktikan dengan grafik diatas yang menjelaskan bahwa mesin EDC, mesin ATM maupun jumlah Merchant sebagai penyedia layanan semakin bertambah. Sehingga untuk menggunakan APMK sebagai alat pembayaran non tunai otomatis semakin mudah dengan tersedianya APMK yang semakain berkembang pesat.

0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000

2013 2014 2015 2016

Mesin ATM

Mesin EDC


(28)

Selain aspek ekonomi, aspek kemasyarakatan juga perlu untuk digali, untuk mengetahui bagaimana karakter masyarakat, agar diketahui seberapa besar potensi yang dapat berkembang dalam masyarakat mengenai pembayaran secara non tunai, sehingga dapat di terapkan kebijakan yang tepat dalam daerah masing-masing.

Yogyakarta merupakan salah satu daerah istimewa yang ada di Indonesia. Sebuatan Daerah Istimewa ini sesuai dengan keistimewaan yang dimilik oleh DIY yang tidak semuanya dimiliki oleh daerah/provinsi lain. Pertama, Yogyakarta dijuluki sebagai kota pelajar, karena banyak yang datang ke Jogja dengan tujuan belajar, terutama ditingkat perguruan tinggi. Banyak mahasiswa baru dari luar kota maupun luar daerah yang belajar dan kuliah di Yogyakarta. Peningkatan jumlah mahasiswa dari tahun ketahun ini merupakan pasar yang sangat besar untuk sasaran para peritel.

Selain itu, Yogyakarta kaya akan keindahan alam dan kekayaan akan budaya yang dimiliki, sehingga tidak heran banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Bahkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata dunia, terpopuler kedua di Indonesia setelah Bali. Indikasinya, jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat dari tahun ke tahun. Mengutip data Biro Pusat Statistik (BPS), per kuartal II 2016 sebanyak 327.856 turis lokal dan mancanegara yang berkunjung ke Yogyakarta.

Keistimewaan yang lain yaitu, Yogyakarta telah bertransformasi menjadi kota urban. Yogyakarta terbuka bagi segala perubahan. Termasuk gaya hidup (lifestyle) yang merupakan pengaruh dari proses migrasi urban


(29)

dengan beragam latar belakang. Kebutuhan pun semakin bervariasi dan tingkat yang terus melonjak tinggi.

Banyak investor asing yang tertarik untuk berinvestasi di Yogyakarta karena hal tersebut terkait dengan struktur ekonomi Provinsi DI Yogyakarta yang didominasi sektor Perdagangan (20,79%), Jasa (17,04%) dan Pertanian (17,19%) dan industri pengolahan (13,28%) menurut BPS DIY. Sehingga tidak heran saat ini banyak sekali investasi investasi baru terutama dalam bidang perdagangan.

Berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan di Yogyakarta didukung oleh gaya hidup di Yogyakarta. Gaya hidup di Yogyakarta termasuk tinggi dibuktikan dengan Nilai ITK yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah lainya yang berada di Jawa. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK merupakan indeks yang menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang. Yogyakarta merupakan satu-satunya daerah yang memiliki nilai ITK tertinggi di tingkat Jawa maupun Nasional. Menurut BPS DIY pada triwulan ke II tahun 2016 , Yogyakarta memiliki nilai ITK sebesar 107,96. Nilai tersebut terbilang besar dibanding nilai ITK nasional yang hanya berkisar 102,89. Begitu juga bila dibandingkan dengan nilai ITK daerah lain yang berada di Jawa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil survey yang dilakukan oleh BPS, seperti tabel dibawah ini :


(30)

Tabel 1.1

Indeks Tendensi Konsumen DIY menurut Variabel Pembentuknya & Indeks tendensi Konsumen Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional

Variabel pembentuk

Tw III 2015 Tw IV 2015 Tw I 2016 Tw II 2016

(1) (7) (8) (9) (10)

Pendapatan rumah tangga kini

106,97 104,18 104,18 106,19

Pengaruh inflasi terhadap total konsumsi

110,29 99,50 99,50 111,00

ITK DIY 110,33 103,02 103,02 107,96

ITK Jateng 109,81 99,87 99,87 100,28

ITK Jabar 109,69 102,38 102,38 104,03

ITK DKI 111,88 106,64 106,64 105,20

ITK Jatim 115,98 102,12 102,12 105,38

ITK Banten 111,21 103,29 103,29 105,25

ITK Nasional 109,00 102,77 102,77 102,89

sumber : Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II Tahun 2016, BPS Provinsi DIY

Malioboro merupakan salah satu ikon dari Kota Yogyakarta. Tidak afdol jika berkunjung ke Yogyakarta tidak mampir ke Malioboro. Banyak pengunjung lokal maupun asing yang berkunjung ke malioboro untuk tujuan berekreasi, khususnya rekreasi belanja. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kawasan Malioboro merupakan salah satu kawasan pusat kegiatan ekonomi yang ada di Yogyakarta. Kawasan Malioboro tidak hanya menyediakan wisata belanja tradisional semata, namun juga terdapat tempat wisata modern seperti Mall, Swalayan bersekala besar, dan juga pusat perbelanjaan lainya.

Berkembangnya jumlah pusat perbelanjaan yang semakin berkembang pesat dapat dikaitkan dengan jumlah penyedia layanan pembayaran secara non tunai, karena sebagian besar pusat perbelanjaan di kawasan Malioboro


(31)

Yogyakarta menyediakan fasilitas pembayaran Non Tunai. Dan seperti yang diketahui, sebagian besar umumnya pengunjung pusat-pusat perbelanjaan merupakan mayarakat yang memiliki status ekonomi menengah keatas,sehingga sebagian besar pengunjung memiliki kartu pembayaran non tunai baik berupa ATM, Kartu Debit, Maupun Kartu Kredit. Kemungkinan besar dapat ditemukan transaksi non tunai yang dilakukan pengunjung. Untuk itu penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian di pusat-pusat perbelanjaan pada kawasan Malioboro Yogyakarta, dengan judul Analisis Perilaku Masyarakat Bertransaksi Non Tunai Studi Kasus Pengunjung Pusat Perbelanjaan di Kawasan Malioboro Yogyakarta B. Batasan Masalah.

Agar tidak terjadi perluasan dalam pembahasan , maka adanya batasan masalah dalam penelitian ini akan membantu dalam memfokuskan pembahasan penelitian. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Objek yang menjadi penelitian adalah pengunjung pusat perbelanjaan yang berada di daerah Malioboro, terdiri dari Malioboro Mall, Ramai Mall, Progo Swalayan, dan Ramayana yang memiliki Alat Pembayaran Menggunanakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik.

2. Variabel yang diteliti yaitu minat menggunakan kartu pembayaran sebagai variabel dependen, sedangkan faktor manfaat, faktor


(32)

kepercayaan, faktor kemudahan, faktor gaya hidup dan faktor resiko sebagai variabel independen pada penelitian ini.

C. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti memfokuskan permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah manfaat penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh terhadap minat dalam bertransaksi non tunai?

2. Apakah kemudahaan dalam penggunaan Alat Pembayaran

Menggunkanan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh terhadap bertransaksi non tunai?

3. Apakah gaya hidup pengguna berpengaruh terhadap minat menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik dalam bertransaksi non tunai?

4. Apakah kepercayaan pengguna terhadap Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh kepada minat dalam bertransaksi non tunai?

5. Apakah persepsi resiko dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh terhadap minat dalam bertransaksi non tunai?


(33)

D. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh manfaat Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik terhadap minat bertransaksi non tunai.

2. Untuk mengetahui pengaruh kemudahan akses/penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik terhadap minat bertransaksi non tunai.

3. Untuk mengetahui pengaruh gaya hidup pengguna terhadap minat menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik dalam bertransaksi non tunai.

4. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan pengguna dalam

menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik terhadap minat sebagai bertransaksi non tunai.

5. Untuk mengetahui pengaruh persepsi resiko dari Alat Pembayaran Menggunkan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik terhadap minat bertransaksi non Tunai.


(34)

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagi bank sentral sebagai regulator sistem pembayaran dari kebijakan moneter, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian selanjutnya serta rekomendasi dalam merumuskan pengembangan dan kebijakan sistem pembayaran yang tepat bagi perekonomian Indonesia.

2. Bagi kalangan akademisi dan praktisi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan referensi atau sebagai pembanding dalam penelitian selanjutnya mengenai pengembangan sistem pembayaran non tunai di Indonesia.


(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Teori perilaku konsumen.

a. Pengertian Perilaku Konsumen.

Menurut Engel et al (1995) perilaku konsumen dikatakan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan seorang individu atau disebut konsumen yang secara langsung terlibat dalam rangka mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.

b. Teori Ekonomi Perilaku Konsumen.

Menurut ilmu ekonomi manusia adalah makhluk ekonomi yang selalu berusaha memaksimalkan keinginannya dan bertindak rasional untuk mendapatkan kepuasan maksimal, dengan menyesuaikan tingkat kemampuan finansialnya. Seorang konsumen akan memebeli suatu produk apabila produk yang dibeli nya memberikan nilai marginal utility yang diterimanya lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk membeli suatu produk atau barang yang diinginkannya.

Teori perilaku konsumen akan menjelaskan bagaimana seorang konsumen membuat keputusan untuk memilih suatu produk atau jasa yang diyakini akan memberikan kepuasan yang maksimum. Untuk memahami perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan digunakan beberapa pendekatan yaitu:


(36)

1) Pendekatan Marginal Utility (Kardinal)

menurut pendekatan kardinal mengansumsikan bahwa bahwa kepuasan seseorang konsumen dapat diukur menggunakan satuan tertentu seperti rupiah, jumlah, unit, dan lainnya. Tingkat kepuasan konsumen tergantung seberapa banyak barang yang dikonsumsinya Semakin banyak barang yang dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat pula kepuasannya. Konsumen akan bersikap rasional dalam memaksimalkan kepuasannya. Masing-masing individu memiliki niai kepuasan yang berbeda-beda. Kepuasan maksimum terjadi ketika konsumen dapat mencapai equilibrium yang dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai macam barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu kepuasan tambahan (marginal utility) dankepuasan total (total utility).. Kepuasan total merupakan kepuasan keseluruhan yang dirasakan oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa. Sedangkan kepuasan tambahan adalah perubahan total per unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Tabel 2.1

Perbedaan Kepuasan Total dan Kepuasan tambahan

Q TU MU

0 0

1 12 12

2 18 6

3 22 4

4 24 2

5 24 0


(37)

Gambar 2.1

Kurva Total Utility dan Marginal Utility

Dari tabel 2.1 dapat dijelaskan perbedaan antara kepuasan total (total utility) dengan kepuasan tambahan (marginal utility). Ketika seorang individu mengkonsumsi 1 unit barang maka akan mendapatakan kepuasan total sebesar 12 dan kepuasan tambahan sebesar 12. Jika individu tersebut menambah konsumsinya menjadi dua unit maka kepuasan total yang didapatkan adalah sebesar 18 sedangkan kepuasan tambahan yang didapatkan sebesar 6, jika ditambah lagi mengkonsumsi sebesar 3 unit maka kepusana total bertambah menjadi 12 sedangkan kepuasan tambahan berkurang menjadi 4. Begitu seterusnya. Sehingga dapat disimpulkan penambahan konsumsi akan menambah kepuasan total hinggi titik tertentu (puncak) sedangkan kepuasan tambahan akan berkurang ketika terdapat tambahan konsumsi sebesar 1 unit. Hal itu dapat dibuktikan dengan kurva yang tergambar pada Gambar 2.1 . Bentuk kurva yang memilki slop positif pada kurva kepuasan total (total utility) sedangkan pada kurva kepuasan tambahan (marginal utility) memiliki slop negatif.

TU

Q

TU MU

MU


(38)

Kepuasan maksimum terjadi apabila alokasi pengeluaran pada komoditi-komoditi terjadi pada saat kepuasan setiap rupiah terakhir sama. Secara matematis dapat ditujukan sebagai berikut:

�� � = �� � = �� � = ⋯ = ��� ��

Kondisi yang diperlukan bagi konsumen untuk memaksimalkan kepuasannya pada dua macam barang adalah:

�� � =

��

� atau �� �� =

� � 2) Pendekatan Indefference Curve

Menurut pendekatan ordinal konsumen mampu membuat urutan-urutan kombinasi barang atau jasa yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi. Kurva indeferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Adapun karakteristik dari kurva indeferensi adalah sebagai berikut:

a) Semakin ke kanan atas (menjauhi titik origin), maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.

b) Kurva indiferensi tidak berpotongan satu sama lain. c) Kurva indiferensi berslope negatif.

d) Kurva indiferensi cembung ke arah origin.

Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indeferensi didasarkan pada empat asumsi yaitu:


(39)

a) Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.

b) Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggran yang ada.

c) Konsumen selalu berusaha untuk memaksimumkan kepuasan. d) Marginal Rate of Substitution (MRS) akan menurun setelah

melampau suatu tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumlah barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X, pada tingkat kepuasan yang sama.

Tabel 2.2

Marginal Rate of Substitution Kelompok

Barang

Apel Jeruk

A 1 20

B 2 15

C 3 11

D 4 8

E 5 6

Fungsi preferensi adalah suatu sistem atau serangkaian kaidah dalam menentukan pilihan. Setiap individu dianggap memiliki fungsi preferensi dengan ciri-ciri seperti untuk setiap 2 kelompok barang, konsumen bisa membuat peringkat; peringkat tersebut bersifat transit, yaitu jika A lebih disukai dari pada B, B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai daripada C; konsumen selalu ingin mengkonsumsu jumlah barang yang lebih banyak, sebab konsumen tidak pernah terpuaskan. Kurva indefernsi mencerminkan preferensi


(40)

konsumen. Kurva indeferensi adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Kumpulan kurva indeferensi disebut indiference maps dari setiap konsumen. Berikut adalah contoh kurva indeferensi:

Gambar 2.2 Kurva Indiferensi

Gambar 2.2 merupakan Kurva Indiferensi. Dalam kurva indeferensi mengasumsikan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk kepada kendala anggran yang ada yaitu garis anggaran. Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu, pada tingkat harga tertentu. Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis angggaran. Titik-titik pada sebeah kiri garis anggaran tersebut menunjukkan tingkat pengeluaran yang lebih rendah.

Jeruk

Apel U=9 U=8 U=7 U=6


(41)

Gambar 2.3 Garis Anggaran 3) Pendekatan Atribut

Pendekatan atribut berasumsi bahwa yang diperhatikan konsumen bukanlah produk secara fisik, tetapi atribut yang terkandung di dalam produk atau jasa tersebut. Berbeda pada teori-teori sebelumnya bahwa yang diperhatikan konsumen adalah atribut. Atribut suatu barang adalah semua jasa yang dihasilkan dari penggunaan atau pemilikan barang tersebut. Atribut dari Alat Pembayaran Menggunakan Kartu adalah praktis, flexible, nyaman dan

lain sebagainya. Konsumen mendapatkan kepuasan dari

pengkonsumsian atribut dan konsumen harus membeli produk untuk mendapatkan atribut dalam proses konsumsi. Setiap barang memberikan atribut atau lebih dalam suatu perbandingan tertentu. Untuk menganalisis pendekatan atribut digunakan analisis utilitas yang digabung dengan analisis kurva indeferensi.

Untuk mengetahui atau menemmukan titik keseimbangan konsumen, maka harus mengetahui kurva indeferensi konsumen.

Qy

Qx Garis anggaran


(42)

Konsumen juga harus memiliki indeferensi untuk atribut dari berbagai barang. Kurva indeferensi yang lebih tinggi letaknya mengambarkan bahwa tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan tidak berpotongan satu sama lain, cembung terhadap titik origin serta turun dari atas ke kanan bawah.

Titik batas yang dapat dicapai pada masing-masing garis atribut ditentukan oleh rasio antara penghasilan dan harga barang dikalikan dengan besarnya atribut masing-masing satuan barang tersebut. Dengan persepsi dan penghasilan konsumen yang sama, maka perubahan harga barang pasti akan menggeser titik batas atribut dan dengan sendirinya garis batas efisiensi juga bergeser. Jika harga barang turun; maka garis batas efisiensi bergeser ke luar, jika harga barang naik; maka garis batas efisiensi bergeser ke dalam mendekati titik asal (origin). Sebagai akibatnya, konsumen mencapai kurva indiferens yang lain dan mengkonsumsi lebih banyak barang yang harganya lebih murah dan mengurangi konsumsi barang yang harganya lebih mahal. Jika bukan harga barang dan persepsi konsumen memainkan tingkat penghasilannya yang berubah dan meningkat; maka jika barang yang dikonsumsi itu normal sifatnya, tentunya garis batas efisiensi seluruhnya akan bergeser sejajar ke luar menjauhi titik asal (origin). Sebaliknya, jika penghasilan konsumen menurun; maka pergeseran garis batas efisiensi akan menurunkan tingkat kepuasan dan jika penghasilan naik akan mempertinggi tingkat


(43)

kepuasan sebab kurva indiferens akan bersinggungan dengan garis batas efisiensi pada titik yang berbeda. Berikut adalah gambar keseimbangan konsumen dan perubahan harga serta keseimbangan konsumen dan perubahan pendapatan:

Gambar 2.4

Keseimbangan Konsumen dan Perubahan Harga

Gambar 2.5

Keseimbangan Konsumen dan Perubahan Pendapatan

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi individu dalam bertidak sebagai konsumen, yaitu faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor

Merek B Merek C

I2

Merek E

Atribut X Atribut Y

I1

Atribut Y

Atribut X F

G

H F1

G1 H1


(44)

personal, dan faktor psikologis. Masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor Kebudayaan.

Faktor kebudayaan terdiri atas kultur, dan kelas sosial. Kultur dapat mempengaruhi seseorang dalam bertindak yang biasanya dituntun oleh naluri, manusia biasanya berperilaku sesuai dengan apa yang dipelajari dalam lingkungannya. Sehingga perilaku seseorang dalam lingkungan yang berbeda kemungkinan memiliki perbedaan antara satu sama lain.

Kelas sosial adalah masyarakat yang anggotanya cenderung memiliki nilai, perilaku dan minat yang sama. Kelas sosial diukur sebagai kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kekayaan, dan variabel lainya.

2) Faktor Sosial

Perilaku konsumen akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil,seperti keluarga, teman, dan organisasi.

3) Faktor Pribadi.

Keputusan seorang individu sebagai konsumen akan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur-hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, dan kepribadian.


(45)

Umur ikut berpengaruh dalam keputusan seorang individu, karena kebutuhan dan selera seorang individu akan berubah sesuai dengan usia.Selain itu,pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap barang dan jasa yang dibelinya. Disisi lain,keadaan ekonomi berpengaruh besar terhadap produk yang akan dibelinya, sangat mempengaruhi pilihan produk sesuai dengan kemampuan status ekonomi seseorang. Gaya hidup seseorang akan mencerminkan pola kehidupan seorang individu, gaya hidup akan memepengaruhi minat yang biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang dimiliki. 2. Teori Permintaan Uang.

a. Teori permintaan Uang Klasik.

Faktor yang menentukan permintaan uang dalam pandangan dijelaskan dengan menggunakan teori kuantitas (quantity theory) dan teori sisa tunai (cash-balance theory). Menurut Irving Fisher teori kuantitas uang sebagai berikut (Sukirno, 1955):

MV = PT

M merupakan penawaran uang, V merupakan perputaran uang, P merupakan tingkat harga dan T merupakan volume barang yang diperdagangkan dalam suatu tahun tertentu. Menurut Fisher, nilai V ditentukan oleh kebiasaan pembayaran gaji dan efisiensi lembaga keuangan. Sehingga nilai V relative tetap, karena faktor-falktr yang menentukan nilai V adalah tetap atau dapat dikatakan tidak berubah. Dalam suatu periode tertentu, kuantitas barang yang diperdagangkan T jumlahnya tertentu.


(46)

Sehingga pada keadaan keseimbangan (full employment) nilai T adalah tetap dan telah mencapai tingkat yang maksimum. Jadi para ahli ekonomi klasik mengatakan bahwa perubahan yang terjadi pada permintaan uang hanya akan berpengaruh terhadap harga kerena nilai V dan T adalah tetap.

Menurut teori Klasik yang kedua yaitu teori cash-balance theory yang dikembangkan oleh A. Marshall dan A.C Pigou, dari Cambridge University. Teori ini menekankan pada tujuan masyarakat dalam permintaan uang dan pengaruh pada jumlah uang yang diperlukan oleh masyarkat. Menurut Marshall tujuan seseorang memegang uang adalah untuk keperluan transaksi. Kemudian Pigou menambahkan alasan lain yaitu masyarakat memegang uang memiliki tujuan untuk berjaga-jaga. Sehingga didaptkan formulasi sebagai berikut:

M = k PT = kY dimana: k = 1/V

kY adalah keinginan masyarakat terhadap uang tunai. Marshall menganggap bahwa masyarakat selalu menginginkan sebagian dari pendapatannya (Y) dalam bentuk uang tunai (k).

b. Teori Permintaan Keynes

Teori permintaan Keynes memiliki perbedaan dari teori permintaan uang klasik. Keynes menambahkan fungsi uang yang lain yaitu sebagai penyimpan kekayaan (store of value). Didalam teorinya Keynes berpendapat terdapat tiga motif seseorang dalam memegang uang, yaitu untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.


(47)

Menurut Keynes permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga tergantung pada tingkat pendapatan. Semakin besar pendapatan maka semakin besar permintaan uang untuk tujuan transaksi. Keynes juga berpendapat permintaan uang untuk berjaga-jaga tergantung pada pendapatan berkaitan dengan cadangan untuk sesuatu hal yang tak terduga. Semakin besar pendapatan, semakin besar pula cadangan uang tunai untuk hal-hal yang tak terduga.

Gambar 2.6

Permintaan Uang Untuk Transaksi

L1, menunjukkan jumlah saldo uang riel yang diminta untuk tujuan transaksi. Semakin tinggi pendapatan, maka semakin banyak uang yang dipegang untuk keperluan transaksi (Mt). Hubungan antara permintan uang untuk transaksi dengan pendapatan rill (Y/P) tidak selalu linier (garis lurus).

Motif lain yang memepengaruhi seseorang untuk memegang uang adalah spekulasi. Permintaan uang dengan tujuan spekulasi ini dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga maka semakin

M

L1

L1


(48)

rendah permintaan uang tunai oleh seseorang atau masyarakat. Dengan asumsi semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin besar ongkos memegang uang tunai sehingga seseorang lebih memilih membeli obligasi.

Ketergantungan permintaan uang untuk spekulasi dinyatakan oleh L2, atas suku bunga dalam gambar 2.2. Kurva L2L2, condong menurun, mencerminkan hubungan terbalik antara permintaan uang untuk spekulasi dan suku bunga (Goldfeld, 1990).

Gambar 2.7

Permintaan Uang Untuk Spekulasi c. Teori Permintaan Uang Friedman

Menurut pandangan Friedman terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan uang, antara lain: tingkat harga, suku bunga obligasi, suku bunga ‘equities’, modal fisik dan kekayaan (Sukirno, 2000). Friedman mengatakan bahwa memegang uang adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan. Selain itu dalam dalam upaya menyimpan dalam bentuk harta keuangan dapat berupa obligasi, deposito dan saham, dll. Teori kuntitas modern yang menurut Friedman dinyatakan dalam persamaan berikut:

r L

L2

L2 0


(49)

MD = f (P, r, rFC, Y)

MD adalah permintaan uang nominal, P adalah tingkat harga, r adalah suku bunga, rFC adalah tingkat pengembalian modal dari modal fisik dan Y adalah pendapatan dan kekayaan. Apabila dipertimbangkan pula pandangan Friedman mengenai permintaan uang riil, maka persamaan permintaan uang dinyatakan:

MD/P = f(P, r, Y*)

Dimana MD/P adalah permintaan uang riil, ∆P adalah tingkat kenaikan harga, r adalah tingkat bunga dan Y* adalah nilai pendapatan dan kekayaan riil.

3. Sistem Pembayaran.

a. Peranan Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran.

Berdasarkan Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia memeliki wewenang dalam menyelenggarakan, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Yaitu dengan jalan memperluas, memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan kliring antar bank sebagai salah satu tugas Bank Indonesia sebagi bank sentral. Bank Indonesia memiliki wewenang untuk menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan memberi persetujuan, perijinan dan pengawasan atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran. Sehingga peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran adalah sebagai regulator, fasilitator, dan katalisator pengembangan sistem pembayaran di Indonesia.


(50)

Dalam rangka mewujudkan perlindungan konsumen sistem pembayaran di Indonesia, Bank Indonesia mengupayakan peningkatan efisiensi sistem pembayaran nasional dengan memeperkuat sistem pengawasan. Dalam hal pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dapat mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, tepat dan aman. Selain untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia juga berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar Bank Indonesia. Di sisi lain, pengembangan dalam sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga harus melihat dari sisi kebutuhan pengguna sistem pembayaran dan juga diipayakan untuk meningkatkan dalam efisiensi pada pelayanan jasa sistem pembayaran.

b. Definisi Sistem Pembayaran

Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1999 BI pasal 1 poin ke 6 dijelaskan bahwa :

“Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakn pemidahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegaitan ekonomi. Sistem pembayaran harus dapat menjamin terlaksananya perpindahan uang masyarakat secara efisien dan aman sehingga dapat menjamin kenyaman dalam melakukan setiap transaksi yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi. Jadi bank Indonesia sebagai Bank sentral pada dasarnya memilki kewajiban mengatur dan mengawasi sistem pembayaran yang berlangsung dalam kegiatan ekonomi masyarakat dengan mewujudkann sistem yang di inginkan oleh pelaku kegiatan ekonomi.”


(51)

Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran terdiri atas prosedur, peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan dalam pertukaran nilai keuangan (financial value) antara dua pihak yang terlibat dalam transaksi. Mishkin (2001) mengatakan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah metode perekonomian dalam hal untuk mengatur transaksi.

Sementara itu, menurut Muttaqin dalam Purusitawati (2000), sistem pembayaran adalah suatu sistem yang terdiri atas sekumpulan ketentuan yang didalamnya terkandung hukum, standar, prosedur dan mekanisme teknis operasional pembayaran yang dipergunakan dalam melakukan pertukaran suatu nilai uang antara dua pihak dalam suatu wilayah negara maupun secara internasional dengan memakai instrumen pembayaran yang diterima dan disepakati sebagai alat pembayaran. Dalam pengertian ini tercakup pengertian mengenai kelembagaan/organisasi yang terkait dalam mekanisme pembayaran seperti bank, lembaga kliring, atau lembaga perantara pembayaran lainnya serta bank sentral.

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia sebagai bank central memeliki wewenang dalam hal mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran adalah menetapkan penggunaan alat pembayaran. Wewenang Bank Indonesia dalam penetapan penggunaan alat pembayaran bertujuan untuk mencapai keamanan dan efisiensi bagi penggunanya


(52)

Sistem pembayaran terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut:

1) Politik/kebijaksanaan yang dianut, bersifat normatif, menerangkan mengenai tujuan dan manfaat yang diharapkan dapat dicapai/diperoleh dari sistem pembayaran.

2) Lembaga/organisasi yang terkait dalam sistem pembayaran. 3) Sistem hukum yang berlaku.

4) Alat-alat pembayaran yang lazim dan dinyatakan sah untuk dipergunakan.

c. Perkembangan Sistem Pembayaran.

Seiring berkembangnya zaman¸ sistem pembayaran mengalami banyak perubahan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang semakin pesat. Pengelolaan pembayaran menjadi semakin terotomatisasi melalui pengelolaan yang semakin mengandalkan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informasi (Purusitawati, 2000)

Perekonomian terdahulu menggunakan cara barter untuk bertransaksi. Dalam pelaksananya barter mengalami banyak masalah karena sulit dalam mencapai kesetaraan nilai yang sesuai dalam transaksi tersebut. hal tersebut menyebabkan masyarakat sadar akan kebutuhan “sesuatu” yang dapat difungsikan sebagai alat transaksi pembayaran agar tercapai sebuah transaksi yang efektif dan efisien.

Dari permasalahan itu maka muncul emas dan perak sebagai commodity money untuk bertransaksi. Namun, emas dan perak dirasa tidak praktis sehingga muncul uang fiat pada masyarakat (uang kepercayaan).


(53)

Menurut Muttaqin dalam Miskhin (2011) Uang fiat merupakan uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi pengganti emas dan perak.

Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994) :

”Transaksi pembayaran dengan menggunakan cara barter, emas dan perak, maupun dengan uang fiat merupakan pembayaran yang dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran ini merupakan sistem pembayaran yang paling sederhana, dan paling banyak digunakan dalam perekonomian, terutama di negara-negara berkembang. Sebab, dalam sistem pembayaran tunai dana dapat dengan mudah ditransferkan secara instan tanpa adanya biaya lain seperti waktu, transaksi, dan sebagainya”.

Untuk menjaga kualitas uang (uang kartal, uang fiat) yang beredar di masyarakat, Bank Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan yang diambil tersebut adalah pengeluaran dan pengedaran uang emisi baru, serta melanjutkan program public education mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah (Bank Indonesia, 2006). Beberapa standar fisik keaslian uang kartal (fiat) untuk menjaga dari penyalahgunaan dan pemalsuan diantaranya adalah ukuran, bahan, warna kertas yang unik, denominasi uang, serta pengaman (tinta khusus, watermark, benang pengaman, gambar tembus pandang, microtext, dll).

Setelah penggunaan uang fiat semakin meluas dalam masyarakat, bukan berarti perkembangan ini telah berhenti. Penggunaan uang kertas untuk melakukan transaksi ini juga menyimpan berbagai biaya, dari keamanan, biaya transportasi, hingga biaya transaksi (yaitu pengenaan tarif dalam transaksi). Dilain sisi, uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi sepanjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang


(54)

mengeluarkannya dan pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan (Miskhin, 2001).

Perkembangan sistem pembayaran ini kemudian dilanjutkan dengan menggunakan cek. Seperti halnya fiat, alat pembayaran dengan cek juga membutuhkan biaya dan hanya dapat dicairkan dalam waktu tertentu. Dalam sistem pembayaran non tunai menggunakan cek, jumlah nominal dana yang ditransaksikan, nama pihak pembayar dan penerima pembayaran harus ditulis secara spesifik. Tidak seperti sistem pembayaran tunai, dalam penggunan cek terjadi dua proses, yaitu aliran cek secara fisik, serta transfer dana yang digunakan dalam transaksi tersebut.

Menurut Muttaqin dalam Purusitawati (2000) menyebutkan

”Berdasarkan hambatan biaya tersebut maka evolusi ini berlanjut hingga dikembangkannya sistem pembayaran yang berdasarkan elektronik. Perkembangan ini ditunjang pula dengan kemajuan teknologi komputer yang sedemikian cepat. Perkembangan alat-alat pembayaran tersebut mengarah dari pengelolaan secara manual menjadi pengelolaan terinformatisasi “.

Ketidakpraktisan dan ketidaknyamanan pembayaran menggunakan uang fiat, serta adanya biaya transportasi untuk melangsungkan transaksi antara pembayar (payer) dan penerima pembayaran (payee) dapat diatasi dengan munculnya sistem pembayaran elektronis. Pada sistem ini, transaksi yang terjadi antar bank dapat berlangsung tanpa ada biaya pemrosesan seperti pada alat pembayaran berdasarkan kertas atau uang fiat.

Listfield dan Montes-Negret (1994) mengatakan sistem pembayaran elektronis memiliki efektifitas khususnya dalam transaksi yang bervolume tinggi dengan nilai transaksi yang kecil, terutama dalam perekonomian yang


(55)

sedang berkembang yang memiliki akses teknologi yang terbatas. Efektifitas dari sistem pembayaran elektronis, ditandai pula oleh adanya perubahan penandatanganan secara manual menjadi penandatanganan secara elektronik pada alat-alat pembayaran.

Pembayaran menggunakan kartu elektronik merupakan pembayaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi maupun jaringan komunikasi. Alat pembayaran elektronik yang ada di Indonesia saat ini antara lain kartu kredit dan kartu debit atau ATM. Pembayaran secara elektronis berkaitan langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Jadi tiap pembayaran yang dilakukan menggunakan pembayaran elektronis oleh nasbah, akan melalui proses otorisasi yang dibebankan dlam rekening nsabah/pengguna terlebih dahulu .(Anita, 2013) d. Instrumen Sistem Pembayaran

Instrumen pembayaran di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dapat berupa tunai maupun non tunai baik dalam bentuk warkat maupun non warkat. Mata uang rupiah merupakan instrumen pembayaran tunai yang berlaku di Indonesia. Sedangkan instrumen pembayaran nontunai dapat berbentuk warkat (nota debet/kredit,bilyet giro, cek) serta instrumen yang berbentuk non warkat seperti Kartu ATM/kartu debet dan kartu kredit. Perkembangan inovasi pada dunia perbankan dalam sistem pembayaran meningkatkan penggunaan alat pembayaran non tunai, terutama yang berbentuk non warkat seperti kartu ATM, kartu debet maupun kartu


(56)

kredit. Berikut adalah penjelasan mengenai sistem pembayaran tunai dan non tunai:

1) Sistem Pembayaran Tunai

Alat pembayaran yang biasa digunakan dalam pembayaran tunai adalah uang kertas dan uang logam. Uang kertas dan uang logam termasuk dalam uang kartal. Uang kartal masih berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam transaksi yang nilainya kecil.

2) Sistem Pembayaran Non Tunai

Jasa pembayaran non tunai yang dilakukan bank maupun lembaga selain bank baik proses pengiriman dana, penyelenggara kliring maupun sistem penyelesaian akhir (settlement) sudah tersedia dan dapat berlangsung di Indonesia. Transaksi pembayaran nontunai dengan nilai besar diselenggarakan Bank Indonesia melalui sistem BI-RTGS (Real Time Gross Settlement) dan sistem kliring. Pada tahun 2010, BI-RTGS melakukan transaksi sedikitnya Rp. 174,3 triliun per hari. Sedangkan transaksi nontunai dengan alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang elektronik masing masing nilai transaksinya hanya Rp. 8,8 triliun perhari yang dilakukan oleh bank maupun lembaga selain bank (Bank Indonesia, 2011). 4. Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / Kartu

Pembayaran Elektronik

Azhari (2015) mengatakan APMK merupakan salah satu jenis uang giral yang dipegang masyarakat. Dalam definisi uang beredar, uang giral termasuk dalam golongan uang beredar dalam arti sempit M1. Alat


(57)

Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) merupakan alat pembayaran non tunai yang masuk dalam golongan alat pembayaran paperless yang berupa kartu kredit, kartu automated teller machine (ATM) dan/atau kartu debet.

Menurut Bank Indonesia (2004), Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) adalah alat pembayaran yang berupa Kartu Kredit, Kartu Automatic Teller Machine (ATM), Kartu Debet, Kartu Prabayar, dan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Menurut Muttaqin(2006)

“Potensi dan pangsa pasar APMK di Indonesia sangat besar. Hal ini sangat beralasan karena nilai dan volume transaksi APMK terus mengalami pertumbuhan Masyarakat Indonesia telah mengenal berbagai jenis kartu pembayaran, seperti kartu kredit dan kartu debet internasional, kartu debet/ATM dan Point-of-Sale (POS), private-label cards (misalnya kartu pasar swalayan) serta beberapa kartu yang dilengkapi chip elektronik (dikenal sebagai smart card atau chip card)”

Menurut Abidin (2015) APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) merupakan alat pembayaran yang dapat digunakan pengguna untuk mempermudah proses transaksi secara non tunai untuk berbagai keperluan, seperti penarikan tunai, transfer dan pembayaran tagihan. Adanya alat pembayaran dalam bentuk kartu elektronik memberi manfaat bagi konsumen sebagai pengguna maupan bagi produsen sebagai penerima, manfaat tersebut dapat berupa efisiensi dalam kaitanya dengan biaya transaksi bagi konsumen (pengguna) dan produsen (produsen) serta dapat terpenuhinya kebutuhan masyarkat sebagai konsumen akan alat pembayaran yang mudah dan praktis. Adanya alat pembayaran berupa kartu elektronik tersebut dapat membantu dalam mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh pengguna baik untuk transaksi maupun berjaga-jaga.


(58)

5. Minat

Minat adalah bentuk keinginan seseorang untuk menggunakan. Menurut Davis (1998) Minat merupakan seberapa besar keinginan seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

Sedangkan menurut Ajzen (2011) dalam Setyo dan Rosmauli (2015) mengatakan minat adalah suatu keadaan yang terjadi pada individu yang meliputi hubungan antara individu itu sendiri dengan beberapa keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya. Dalam Syah (2010), mengatakan bahwa minat (interst) adalah perasaan yang besar terhadap sesuatu yang diinginkan.

Minat seseorang dapat digambarkan dengan adanya kemauan atau dorongan yang muncul dari dalam diri seorang tersebut untuk memilih sesuatu yang diinginkan yang kemudian akan dilanjutkan dengan tindakan. Menurut Nor (2007) dalam Pranidana (2011) indikator dari variabel minat adalah sebagai berikut:

1) Trust atau kepercayaan merupakan keinginan dari seorang individu untuk mempercayai suatu hal, bahwa hal tersebut tidak bermasalah bagi dirinya.

2) Relative advantage merupakan persepsi pengguna bahwa inovasi pada kartu elektronik yang dimiliki dapat memberikan keuntungan bagi dirinya.


(59)

3) Compatibility yaitu dengan adanya inovasi pada kartu elektronik yang digunakan oleh pengguna sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan potensial.

4) Ease of use yaitu dengan adanya kartu elektronik mudah untuk digunakan

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat

1) Kemudahan dalam penggunaan

Kemudahan dalam penggunaan (ease of use) dapat diartikan, seseorang memperpercayai bahwa Kartu Elektronik dengan mudah dapat dipahami. Dan pengguna merasa dimudahkan sehingga dapat mengurangi usaha baik waktu dan tenaga.

Terdapat beberapa indikator dari variabel kemudahaan penggunaan menurut Davis (1989) dalam Pranidana (2011) yaitu sebagai berikut:

a) Kartu Elektronik sangat mudah dipahami dan dipelajari.

b) Kartu Elektronik memudahkan apa yang diinginkan oleh pengguna

c) Kartu Elektronik sangat mudah untuk dioperasikan. d) Kartu Elektronik mudah di akses oleh pengguna. 2) Kepercayaan (Trust)

Faktor kepercayaan (trust) merupakan salah satu hal penting dalam penggunaan kartu elektronik sebagai alat pembayaran secara non tunai. Konsep kepercayaan memiliki arti bahwa nasabah sebagai


(60)

pengguna alat pembayaran elektronik percaya terhadap pihak bank selaku penyedia layanan dapat menjamin keamanan maupun kerahasiaan akun nasabah. Keamanan yaitu keyakinan pada pengguna bahwa dalam penggunaan kartu pembayaran elektronik merasa aman,dan memiliki resiko kecil dalam penggunaanya. Sedangkan kerahasiaan berarti terjaminnya kerahasian yang berhubungan dengan informasi pribadi.

Adapun indikator-indikator dari variabel kepercayaan menurut Adiyanti (2015) adalah sebagai berikut:

a) Sistem keamanan penyedia layanan b) Sistem kerahasiaan penyedia layanan.

c) Jaminan keamanan dan kerahasiaan sehingga pengguna/nasabah merasa yakin dalam menggunakan fasilitas yang disediakan. d) Sistem layanan dapat dipercaya sehingga membentuk

kepercayaan kepada pengguna/nasabah.

3) Gaya Hidup

Kotler dalam Alam(2006) mengatakan tiap individu memiliki sistem nilai (value system) yang berbeda antar individu satu dengan yang lain.. Sistem nilai dapat tercermin melalui gaya hidup seorang individu, sehingga setiap individu kemungkinan memiliki gaya hidup yang berbeda, meskipun berasal dari sub budaya, kelas sosial, kelompok, maupun pekerjaan yang sama.

Pola kehidupan seseorang mencerminkan gaya hidup kebiasaan sehari-hari dari seorang individu yang merupakan


(61)

kepribadian yang ada pada diri individu tersebut dalam berinteraksi dengan lingkungan termasuk dalam hal memanfaatkan waktu dan uang, minat yang dimiliki, dan pandangan mengenai suatu hal-hal yang berkaitan dengan individu tersebut yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap perilaku suatu individu, termasuk dalam menentukan pilihan konsumsinya.

Menurut Alam (2008) Indikator-indikator yang dari variabel gaya hidup adalah sebagai berikut :

a) Kartu pembayaran elektronik dapat membantu dalam menunjang keberlangsungan hidup pengguna

b) Kartu pembayaran elektronik memberikan tawaran produk yang dapat meningkatkan taraf kehidupan pengguna

c) Kartu pembayaran elektronik mampu memenuhi tuntutan kebutuhan hidup pengguna.

4) Persepsi Kebermanfaatan (Perceived Benefit)

Persepsi kebermanfaatan (perceived benefit) menurut Ho (2002) dalam Lee (2008) mendefinisikan bahwa persepsi kebermanfaatan (perceived benefit) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaat secara langsung dan manfaat secara tidak langsung. Manfaat secara langsung yaitu manfaat yang dirasakan secara nyata oleh pemilik kartu elektronik (kartu debit/ATM,kartu Kredit). Sedangkan manfaat secara tidak langsung merupakan manfaat yang tidak dapat diukur atau tidak nyata.


(62)

Pengguna akan memilih kartu elektronik sebagai alat transaksi non tunai apabila dengan menggunakan kartu tersebut mendapatkan manfaat yang diperoleh serta mempermudah dalam transaksi, praktis, Efisien, Flexibel dalam penggunaanya sebagai alat transaksi non tunai. Adapun indikator-indikator dari variabel manfaat menurut Lee (2008) adalah sebagai berikut :

a) Kartu pembayaran elektronik membantu pengguna dalam bertansaksi.

b) Kartu pembayaran elektronik memberikan banyak kegunaan pagi pemegang/pemilik kartu.

c) Kartu pembayaran elektronik membantu dalam mempercepat segala aktivitas pengguna.

d) Kartu pembayaran elektronik memberikan kemudahan bagi pengguna.

5) Persepsi Risiko (Perceived Risk).

Peter dan Ryan (1976) dalam Lee (2009) mendefinisikan bahwa persepsi risiko (perceived risk) merupakan subjektivitas atas kerugian begitu juga Featherman dan Pavlou (2003) dalam Rochmawati (2013) juga mendefinisikan bahwa persepsi risiko (perceived risk) sebagai kemungkinan kerugian/kehilangan dari suatu hasil. Persepsi risiko (perceived risk) sejumlah kerugian yang merupakan konsekuensi dari suatu kegiatan yang tidak menguntungkan dan merupakan kepastian dari perasaan subjektif individu atas konsekuensi kerugian.


(63)

Menurut Rochmawati (2013) Indikator-indikator dari variabel persepsi resiko adalah sebagai berikut :

a) Penggunaan kartu pembayaran elektronik memiliki resiko bagi pengguna

b) Penyedia layanan bersifat tertutup terhadap nasabah/pegguna c) Penyedia layanan tidak memberikan jaminan keamanan terhadap

pengguna B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Fatmasari dan Sri Wulandari (2016) dengan judul “ Analis Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Dalam Penggunaan APMK”. Penelitian ini menggunakan variabel minat sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen terdiri dari variabel kemudahan, manfaat, sikap ,persepsi kontrol perilaku dan norma subjektif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang didapatkan melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden. Responden yang dipilih dala penelitian ini sebanyak 83 Mahasiswa. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan pengujian hipotesis menggunakan uji T, uji F dan determinasi R2. Hasil dari penelitian ini mengatakan seluruh variabel independen yang terdiri dari variabel kemudahan, manfaat, sikap ,persepsi kontrol perilaku dan norma subjektif secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap minat menggunakan APMK. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap minat menggunakan APMK adalah variabel manfaat,


(64)

sikap dan norma subjektif. 55.7% variabel terikat dipengaruhi oleh faktor-faktor di dalam model.

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Wirajuang D (2015) dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Nasabah Bank BNI Syariah KC Yogyakarta Terhadap Penggunaan Kartu Debit”. Penelitan ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang didapatkan dari hasil kuisioner responden. Responden pada penelitian ini adalah Nasabah Bank BNI KC Yogyakarta. Variabel dependen pada penelitian ini adalah minat menggunakan kartu kredit sedangkan variabel persepsi kebermanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, harga dan fitur layanan adalah variabel independen. Alat analisis yang digunakan yaitu terdiri dari uji instrument dengan uji validitas dan reliabilitas, uji hipotesis menggunakan analisis linier berganda. Hasil penelitian ini mengatakan secara serempak seluruh variabel independen berpengaruh terhadap minat menggunakan kartu kredit. Sedangkan secara parsial hanya variabel fitur layanan yang berpengaruh terhadap minat menggunakan kartu kredit. Sebesar 42.6% variabel independen berpengaruh terhadap dependen.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Sauca Ananda Pranidana (2009) dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Nasabah Bank BCA Untuk Menggunakan Klik-BCA”. Penelitian ini menggunakan variabel minat sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen terdiri dari variabel kemudahan penggunaan, kenyamanan, kepercayaan dan ketersediaan fitur. Data yang digunakan dalam penelitian


(65)

ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden. Dalam penelitian ini terdapat 97 responden yang terdiri dari nasabah BCA yang tersebar di Semarang. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan spss kemudian metode analisi menggunakan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini mengatakan secara persial variabel kemudahan tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan Klik-BCA sedangkan variabel kenyamanan, kepercayaan, dan ketersediaan fitur berpengaruh positif signifikan terhadap minat menggunakan Klik-BCA. Namun secara bersama sama seluruh variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu minat menggunakan Klik-BCA.

Penelitian yang dilakukan oleh Ika Adiyanti (2015) dengan Judul “Pengaruh Pendapatan, Manfaat, Kemudahan Penggunaan, Daya Tarik Promosi, Dan Kepercayaan Terhadap Minat Menggunakan Layanan E-Money” (Studi Kasus : Mahasiswa Universitas Brawijaya) dalam penelitian yang dilakukannya variabel Minat digunakan sebagai variabel dependennya sedangkan variabel indepedennya yaitu, pendapatan, manfaat, kemudahan dan daya tarik promosi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan perangkat lunak atau software e-views. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa, Pendapatan yang tinggi akan menambah minat pengguna dalam menggunakan produk e-money. Manfaat produk baru yang banyak akan meningkatkan minat pengguna dalam bertransaksi menggunakan e-money. Kemudian, faktor kemudahan dalam


(66)

teknologi baru akan meningkatkan minat seseorang untuk menggunakan. Daya tarik promosi juga terut berpengaruh terhadap miant seseorang, semakin menarik promosi maka akan menambah minat pengguna.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Setyo Ferry Wibowo,Dede Rosmauli dan Usep Suhud (2015) dengan judul ”Pengaruh Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan, Fitur Layanan, Dan Kepercayaan Terhadap Minat Menggunakan E-Money Card” (Studi Pada Pengguna Jasa Commuterline Di Jakarta).Penelitian ini menggunakan variabel Minat sebagai variabel dependen dengan variabel idependen manfaat, kemudahan, fitur layanan dan kepercayaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan alat bantu spss. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa semua variabel independen yaitu manfaat, kemudahan, fitur layanan dan kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap minat menggunakan produk e-money.

Penelitian selanjutnya dialkukan oleh Veronika Shinta Prima Alam (2006) dengan judul “Hubungan Antara Gaya Hidup Achievers Dengan Minat Menggunakan Kartu Kredit Pada Pegawai Wanita Sekretariat Daerah Propinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini menggunakan Variabel Minat sebagai Variabel dependen. Alat analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Regresi Sederhana. Hasil penelitian menyebutkan, ada hubungan yang positif antara gaya hidup achievers dengan minat menggunakan kartu kredit. Semakin


(67)

tinggi tingkat kecenderungan gaya hidup achievers maka semakin tinggi minat menggunakan kartu kreditnya dan sebaliknya.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Dwimastia Harlan (2012) dengan judul “Pengaruh Kemudahan Penggunaan, Kepercayaan Dan Risiko Persepsian Terhadap Minat Bertransaksi Menggunakan E-Banking Pada Umkm Di Kota Yogyakarta” Penelitian ini menggunakan variabel minat sebagai variabel dependen. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda dan regresi sederhana menggunakan E-views. Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan langsung dari responden, menggunakan alat kuisioner dalam memperoleh data. Dari hasil penelitian menyatakan, terdapat pengaruh positif signifikan variabel Kemudahan, Variabel Kepercayaan, Variabel, Resiko,terhadap Minat Bertransaksi Menggunakan E-Banking Pada UMKM Di Kota Yogyakarta.

C. Kerangka Pemikiran

Penggunaan APMK sebagai kartu elektronik dalam sistem pembayaran memang sangat perlu dikaji . Apalagi melihat kebijakan Bank Indonesia dalam rangka menjalankan GNNT (Gerakan Nasional Non Tunai) yang akhir-akhir ini menjadi pokok pembahsan utama dalam dunia ekonomi. Keberadaan APMK di masyarakat sebenarnya sudah familiar sejak lama. Namun pada penggunanya masih belum optimal dalam fungsinya sebagai alat transaksi pembayaran non tunai.

Fokus pembahasan pada penelitian ini ialah mengkaji faktor yang mempengaruhi minat pengunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu


(68)

(APMK) (dengan proxy volume transaksi dari kartu kredit, kartu debet serta kartu ATM) sebagai alat transaksi pembayaran non tunai di kalangan masyarakat studi kasus pada pengunjung pusat perbelanjaan dikawasan Malioboro Yogyakarta. Masyarkat yang memilik kartu elektronik sangat banyak, namun tidak semua menggunakan nya sebagaimana fungsi kartu tersebut, maka dari itu penulis ingin meneliti dari fenomena yang terjadi pada pengunjung Pusat Perbelanjaan. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data yang didapat dari masyarakat secara langsung. Dengan melakukan survei

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kemudahan dalam Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh positif signifikan terhadap minat masyarakat dalam bertransaksi secara non tunai

2. Kepercayaan pengguna terhadap Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektonik berpengaruh positif

Minat Menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu Kemudahan

Kepercayaan

Gaya Hidup Manfaat


(69)

signifikan terhadap minat masyarakat dalam bertransaksi secara non tunai

3. Gaya hidup masyarakat berpengaruh positif signifikan terhadap minat masyarakat dalam penggunaan Alat Pembayaran Menggunnakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik sebagai alat pembayaran transaksi non tunai

4. Persepsi risiko dalam Penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) / kartu pembayaran elektronik berpengaruh negatif signifikan terhadap transaksi non tunai

5. Persepsi kebermanfaatan dalam Penggunaan Alat Pembayaran

Mengunakan Kartu (APMK) /kartu pembayaran elektronik

berpengaruh positif signifikan terhadap minat masyarakat dalam bertransaski secara non tunai


(70)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah diskriptif kuantitatif yang berarti teknik mengumpulkan, mengelola, menyederhanakan, menyajikan dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan yang diteliti melalui observasi yang menghasilkan data berupa angka-angka. Informasi responden didapatkan dari kuisioner dengan menggunakan skala likert sebagai alat ukurnya.

B. Objek Penelitian

Idealnya penelitian ini dilakukan di seluruh masyarakat Yogyakarta, akan tetapi karena keterbatasan waktu dan juga biaya, maka penelitian ini difokuskan pada pengunjung pusat perbelanjaan yang berada pada kawasan Malioboro Yogyakarta, yaitu kawasan Malioboro Mall, Ramai Mall, Progo Swalayan, dan Ramayana. Pemilihan kawasan Malioboro sebagai tempat penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan yang penulis lakukan. Objek dari penelitian ini adalah pengunjung pusat perbelanjaan di kawasan Malioboro Yogyakarta, yang memiliki kartu pembayaran elektronik antara lain, kartu Debit/ATM maupun kartu Kredit. Implikasinya adalah penelitian ini mungkin


(71)

tidak dapat digeneralisasikan untuk wilayah penelitian diluar obejk penelitian ini.

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan variabel Minat sebagai variabel dependen, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah Manfaat, Kemudahan, Gaya Hidup, Kepercayaan dan Resiko.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012) populasi adalah keseluruhan wilayah yang dijadikan sasaran penelitian, yang ditetapkan oleh peneliti, terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu untuk dipelajari, diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini memilih populasi semua pengunjung pusat perbelanjaan di kawasan Malioboro Yogyakarta. Jenis populasi yang akan diteliti adalah infinite population, karena peneliti tidak mengetahui angka pasti jumlah pengunjung Mall Malioboro setiap harinya.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu nonprobabilitas sampling. Teknik pengambilan sampel nonprobabilitas memiliki ciri bahwa tidak diberikan kesempatan yang sama bagi setiap populasi untuk dijadikan sampel. Sedangkan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu puposive sampling. Menurut Uma Sekaran dan Roger Bougie (2007) purposive sampling adalah metode pengambilan sampel dari responden, peneliti mendapakan informasi dari responden yang paling siap


(72)

dan memenuhi beberapa kriteria yaitu, pengunjung pusat perbelanjaan di kawasan Malioboro dan memiliki Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang dibutuhkan sesuai tujuan penelitian.

Karena jumlah pengunjung pusat perbelanjaan tidak dapat diprediksi , maka jumlah populasi yang tidak selalu pasti, maka jumlah sampel yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh maksimum error (i) dan derajat kepercayaan dalam penaksiran jumlah populasi tersebut. Menurut Hadi,1996, Aaker dan Kumar, 1995 dan Kinear dan Taylor 1995 dalam Raharjani 2005 jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut

1. Besarnya sampel dapat ditentukan sebagai berikut :

n = Z2 p(1-p) ( 1 )2

Dimana n adalah jumlah sample, p adalah proporsi populasi dan Z adalah skor Z pada derajad kepercayaan tertentu serta adalah sampling error. Nilai p selalu berkisar antara 0 - ~ maka besar p ( 1-p ) dapat dicari sebagai berikut :

jika p = p( 1-p ) p = p - p2

p maksimum jika, dp = 0

dp

1- 2p = 0


(73)

Subtitusikan nilai p tersebut kerumus sampel persamaan maka diperoleh : n = Z 2 0.5 (1-0,5)

µ2

n = Z 2

4µ2

Persamaan diatas merupakan rumus baku umum manakala jumlah populasi tidak diketahui dengan pasti

2. Jika derajat kepercayaan ditentukan 95% dan sampling error adalah 10%

nilai Z adalah 1,96 maka jumlah sampel adalah n = (1,96)2 = 3,8146 = 96,04

4(0,1)2 4(0,01)

n = 96,04 100

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 96,04 atau dibulatkan menjadi 100 responden.

Instrumen dalam kuisioner menggunakan skala likert, , 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= netral/biasa saja, 4= setuju dan 5= sangat setuju. E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer. Data primer didapatkan langsung dari responden, dengan cara memberikan kuisioner beserta wawancara yang dilakukan sendiri oleh peneliti. Sumber data lebih ditekankan pada pengunjung pusat perbelanjaan di kawasan Malioboro Yogyakarta yang memiliki kartu pembayaran elektronik.


(74)

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode survey. Penelitian survey merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk pengumpulan data yang diberikan kepada sampel dari suatu populasi. (Effendi S dan Tukiran, 2012)

Metode wawancara digunakan dalam penelitian ditujukan kepada responden yang memiliki kartu pembayaran elektronik dapat berupa kartu Debit, kredit maupun sejenisnya. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sekaran (2007) wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara kepada responden tanpa urutan pertanyaan yang terencana.

G. Metode Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan alat bantu perangkat lunak atau software e-views yang digunakan untuk mencari keterkaitan diantara variabel-variabel dalam penelitian.

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian


(75)

Definisi Operasional Variabel Dependen dan Independen Variabel Definisi Variabel Indikator Item Minat Minat masyarakat dalam bertransaksi non tunai dengan Alat Pembayaran Menggunaka n Kartu (APMK)

- Masyarakat yang

memilki Alat Pembayaraan Menggunakan Kartu (APMK)

- keinginan kuat

dalam bertransaksi nontunai

- keuntungan

- kemudahan

- sesuai kebutuhan

Manfaat Manfaat penggunaan Alat Pembayaran Menggunaka n Kartu (APMK) sebagai a;lat transaksi non tunai

- Manfaat yang

diperoleh pengguna - Membantu bertransaksi - Berguna - Aman - Praktis Kepercayaa n Kepercayaan masyarakat dalam bertransaksi non tunai dengan Alat Pembayaran Menggunaka n Kartu - Mempercayai bahwa alat pembayaran menggunnakan kartu dapat digunakan sebagai alat transaksi non tunai - Keyakinan - Dapat diandalkan - Kenyamanan dan keaamanan

Lanjutan Tabel 3.2

Kemudaha n Masyarakat mendapatkan - Memudahkan dalam setiap

- Mudah diakses


(76)

kemudahan bertransaksi dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) transaksi yang dilakukan oleh pengguna Gaya Hidup Gaya hidup pengguna dalam memepengaru hi bertransaksi non tunai dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) - faktor lingkungan, kebudayaan , promosi yang memepengaruh i gaya hidup pengguna dalam bertransaksi - menunjang hidup - tuntutan kebutuhan - reward - perkembangan zaman

Resiko Resiko dalam

penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu(APMK) sehingga dapat mempengaruh i masyarakat dalam bertransaksi non tunai - resiko kejahatan maupun resiko kemanan dalam bertrasaksi non tunai - transparasi - jaminan keamanan

- cyber crime


(1)

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 10.3667 6.930 .796 .753

P2 11.0000 6.552 .533 .843

P3 10.5667 5.633 .743 .743

P4 10.3667 6.033 .636 .797

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(2)

VALIDITAS DAN RELIABITAS VARIABEL RESIKO

VALIDITAS VARIABEL RESIKO:

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .819 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 56.367

Df 6

Sig. .000

Anti-image Matrices

P1 P2 P3 P4

Anti-image Covariance P1 .473 -.031 -.130 -.159

P2 -.031 .508 -.176 -.089

P3 -.130 -.176 .363 -.130

P4 -.159 -.089 -.130 .418

Anti-image Correlation P1 .836a -.063 -.314 -.358

P2 -.063 .840a -.411 -.193

P3 -.314 -.411 .787a -.334

P4 -.358 -.193 -.334 .824a


(3)

Component Matrixa

Component 1

P1 .838

P2 .816

P3 .895

P4 .870

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Communalities Extraction

P1 .702

P2 .667

P3 .801

P4 .758

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained Compo

nent

Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %

1 2.927 73.174 73.174


(4)

Correlations

P1 P2 P3 P4 TOTAL

P1 Pearson Correlation 1 .532** .667** .669** .839**

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

P2 Pearson Correlation .532** 1 .679** .598** .809**

Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

P3 Pearson Correlation .667** .679** 1 .702** .894**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

P4 Pearson Correlation .669** .598** .702** 1 .878**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

TOTAL Pearson Correlation .839** .809** .894** .878** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(5)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.877 4

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 2.9333 .90719 30

P2 2.8333 .83391 30

P3 2.9667 .96431 30

P4 2.9333 1.01483 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 8.7333 6.133 .713 .851

P2 8.8333 6.557 .681 .863

P3 8.7000 5.597 .797 .817

P4 8.7333 5.513 .759 .834

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(6)