Peranan Bina Mitra Polwiltabes Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Di Kalangan Klub Motor Bandung

(1)

MENSOSIALISASIKAN PROGRAM PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) DI KALANGAN KLUB MOTOR BANDUNG

Oleh: Nurlaela NIM. 41806041

Skripsi ini di bawah bimbingan, Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan di kalangan klub motor Bandung. Dengan indikator peranan yang diteliti antara lain: perencanaan yang akan dilakukan, kegiatan yang akan dilakukan, pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan penelusuran data online. Informan penelitian ini adalah bagian Binamitra Polwiltabes Bandung yaitu sebanyak 6 (enam) orang dan anggota klub motor BTMC (Bandung Thunder Motor Club) 1 (satu) orang.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penelitian bahwa perencanaan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui latar belakang program Pesona Sejuta Kawan (PSK), tujuan diadakannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan publik sasaran dari kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Kegiatan yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung bersifat continue dan kegiatan ini terdapat hambatan yaitu hambatan anggaran, waktu dan komunikasi. Pesan yang disampaikan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung merupakan komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Teknik pesan yang digunakan adalah pesan informatif, pesan persuasif, pesan instruktif dan pesan edukatif. Media yang digunakan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah media cetak dan media elektronik. Evaluasi yang dilakukan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai setelah kegiatan sosialisasi.

Peneliti mengambil kesimpulan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung berperan sangat penting, karena merupakan ujung tombak pencapaian kemitraan dengan masyarakat termasuk klub motor melalui pembinaan dan penyuluhan. Salah satu bentuk usaha yang dilakukan dengan menempuh tahap perencanaan kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, ada pesan yang disampaikan, media yang digunakan kemudian melakukan evaluasi.

Saran peneliti, kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung terus ditingkatkan karena untuk meningkatkan kemitraan dengan masyarakat khususnya klub motor.


(2)

PESONA SEJUTA KAWAN (PSK) PROGRAM IN BANDUNG MOTOR CLUB By:

Nurlaela NIM. 41806041

This skripsi under guidance of, Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

This research was conducted in order to describe about the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club. With the indicators examined include the role of: planning will be done, activities to be carried out, the message to be delivered, the media used and evaluation results.

This research is using a Qualitative Research with a Descriptive Methods. The data collecting technique that author used are interview, observations, library research, and online data research. The informants are Binamitra Polwitabes Bandung It is consist of 6 (six) persons and members of motorcycle clubs BTMC (Bandung Thunder Motor Club) of 1 (one).

Based on this research, the result obtained that the planning which was done by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is to know the background programs Pesona Sejuta Kawan (PSK), the purpose of the Program Pesona Sejuta Kawan (PSK ) and the public target of the socialization pesona sejuta kawan (psk) program. Activities conducted by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club and continue these activities, there are barriers budget constraints, time and communication. Messages delivered by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club are the inter-personal communication, group communication and mass communication. The message technique used is the informative message, persuasive message, instructive message and educative messages. Media that used by Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is printed media and electronic media. Evaluation made by the Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club to find out the results achieved after the socializations activities

Researchist conclude that the role of Binamitra Polwiltabes Bandung in socializing the pesona sejuta kawan (psk) program in Bandung motor club is very important, because it is a key for a partnership with the community, including the achievement of the motor club through coaching and counseling. One form of the work done by taking the planning stage and then perform the planned activities, there was the message delivered, the media used later to evaluate.

Suggestions that author concluded is that, an activity that carried by Binamitra Polwiltabes Bandung in disseminating the program Pesona Sejuta Kawan (PSK) in Bandung motor club has to be improved continuously to enhance partnerships with the community, especially motor clubs.


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reformasi total di bidang politik, ekonomi, dan hukum, esensinya tak lain adalah dalam kerangka proses menuju kearah perubahan yang lebih baik, karena demokrasi merupakan pilihan yang realistis, yang akan memberi peluang dan kesempatan yang sama bagi setiap warga. Akan tetapi penekanan dan respons terhadap demokrasi ini belum memperlihatkan kearah perbaikan dan manfaat yang berarti. Demokrasi sering dipahami dan direspons sebagai penerapan kebebasan tanpa batas. Tindakan main hakim sendiri misalnya, dianggap wajar-wajar saja. Itu karena aparat hukum dan pemerintah tidak lagi dipercaya— khususnya polisi—tidak tegas dan tidak berani menindak para pelanggar hukum. (Ismail, 2001:12)

Inilah salah satu krisis kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian. Munculnya ketidakpercayaan terhadap kejujuran dan wibawa aparat hukum, membawa dampak buruk bagi perkembangan kemasyarakatan antara polisi dan masyarakatnya itu sendiri. Masyarakat menginginkan reformasi total di bidang politik, ekonomi dan hukum, yang esensinya berdaulat demokrasi Pancasila terwujud yang akan menghasilkan masyarakat madani dan kesemua itu dilimpahkan kepada kepolisian. Padahal itu semua tidak akan terwujud jika yang bertugas hanya dari aparat kepolisian. Adanya kesinergisan antara aparat dan


(4)

masyarakat. Keduanya harus sama-sama memahami bahwa dengan adanya kerjasama, semua akan terwujud.

Polisi dengan segala kelemahan dan kelebihannya berupaya semaksimal mungkin mewujudkan hal tersebut. Ismail dalam bukunya yang berjudul Polisi Demokrasi dan Anarkhi, karier polisi diibaratkan di mana kaki kiri diletakkan di pinggir lubang kubur sementara kaki kanan diletakkan didekat pintu penjara. Terpeleset ke kiri, ia akan mati atau luka-luka, terpeleset ke kanan ia akan masuk penjara.

Polisi adalah aparat penegak hukum yang bekerja sangat dekat dengan masyarakat, selama 24 jam sehari tidak mengenal libur. Masyarakat bagi polisi adalah medan tugas, arena pekerjaan dan sekaligus sumber personil dan sumber legitimasi. Polisi adalah pekerjaan dimana jasa-jasa tidak pernah terhimpun dan dosa-dosa tidak pernah berampun. Semakin luas Polisi dan Masyarakat memahami masalah ini, maka akan semakin erat pula hubungan kerjasama antara masyarakat dengan polisi dapat diwujudkan sebagai paradigma baru pemolisian dalam menyongsong masyarakat madani (civil society).

Di dalam Undang-undang Kepolisian di Negara Republik Indonesia

tahun 2002 pasal 2 disebutkan bahwa: “Fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayan kepada

masyarakat”.

Meninjau dari pasal diatas jelas bahwa memang tugas seorang polisi harus selalu siap siaga melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat kapan pun dan


(5)

dimanapun. Berat dan pelik. Tetapi hal ini tidak dijadikan beban berat karena sebagai aparat penegak hukum yang juga taat hukum harus mengerti dan memahami kemauan masyarakat, agar terciptanya keamanan dan ketertiban.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa keamanan tercipta bukan hanya karena ada polisi, tetapi bagaimana masyarakat bisa menjadi polisi bagi dirinya sendiri. Masyarakat diharapkan menyelesaikan masalahnya sendiri—to help citizens resolve a vast array of personal problems—sebelum di handle oleh kepolisian.1

Dari dulu polisi merupakan partner yang baik bagi masyarakat. Karena saking dekatnya mereka sering tercetus penilaian-penilaian yang baik maupun yang kurang baik dari publik, walaupun sebenarnya tingkat apresiasi mereka kepada masyarakat patut diacungi jempol. Namun hal itu belum dapat mengubah pola pikir masyarakat terhadap kepolisian. Kenapa? Karena tindak tanduk keberadaan merekalah yang terlalu dekat dengan masyarakat, maka masyarakat semakin tahu apa yang sedang atau telah mereka lakukan.

Survey KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) baru-baru ini seperti yang

pernah diungkapkan Baur POA Sat Intelkam Polwiltabes Bandung, Aiptu

Jaenudin, dalam tabloid Warta POLISI. Mengenai integritas kinerja aparatur

pemerintah dalam pelayanan publik tahun 2009, telah menempatkan pelayanan institusi polisi berada di urutan kedua terendah setelah Departemen Perindustrian. Padahal sejauh ini polisi sedang giat-giatnya meningkatkan peran dan kiprahnya

1

Moh. Sulhan, Polisi dan Masyarak at: Mencairk an jarak , Meneguhkan Relasi diakses dari http://www.fahmina.or.id/artike l-a -berita/ mutiara -arsip/662-polisi-dan-masyarakat-mencairkan-jarak-meneguhkan-relasi.html


(6)

dalam memberikan pelayanan terbaik kepada publik, melalui komitmen reformasi birokrasi polisi. (Warta POLISI, Edisi Februari 2010)

Ini merupakan catatan yang berharga bagi kepolisian untuk tetap eksis dan

tetap semangat dalam memberikan pelayanan terbaik, perlindungan dan

pengayoman serta sebagai aparatur penegak hukum yang taat. Menganggap penilaian dari publik baik buruknya dijadikan sebagai patokan agar lebih baik menyongsong ke depannya sesuai dengan visi misi yang telah ditetapkan.

Seperti yang pernah diungkapkan pula oleh Kepala Bagian Binamitra,

AKBP Suharnono NW, S.H., M.M, yang menjelaskan bahwa ada tiga tugas

pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia menurut UU No. 2 tahun 2002 pasal 13 yaitu:

a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; b. menegakkan hukum; dan

c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat.

Tiga tugas pokok kepolisian inilah yang nantinya akan menciptakan sebuah keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif. Keadaan yang kondusif itu adalah keadaan di mana tidak adanya rasa takut berupa ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan. Tugas ini tidak sesederhana apa yang kita pikirkan, butuh orang-orang yang profesional dalam mengemasnya. Maka dibutuhkannya sebuah pencapaian yang maksimal berupa strategi.

Grand Strategi Kepolisian menuju Tahun 2025, yang beranjak dari Undang-undang Kepolisian Republik Indonesia No. 2 tahun 2002 dan Undang-Undang-undang


(7)

Perencanaan Nasional No. 25 tahun 2004 dan mengharuskan institusi publik termasuk kepolisian untuk memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) untuk menunjang RPJP Nasional berjangka 20 tahun.

Operasionalisasi Grand Strategi Kepolisian tersebut diatas dalam

kelanjutannya masih tetap mengacu kepada pentahapan dengan fokus yang berbeda, yaitu:

1. Tahap I (2005-2009): Trust Building (Membangun Kepercayaan). 2. Tahap II (2011-2014): Partnership Building (Membangun Kemitraan). 3. Tahap III (2015-2024): Strive for Excellence (Mengejar Kesempurnaan).

Dalam pencapaian strategi tersebut melibatkan pula masyarakat. Karena dalam penggiatannya polisi tidak bisa bekerja sendiri. Karena employment rate

Polri saat ini yaitu 1:900 dari kondisi idealnya adalah 1:100. Tidak dapat dibayangkan jika semua tugas dan kewajiban dikerahkan semua kepada kepolisian, walaupun pada dasarnya kepolisian merupakan aparat penegak hukum yang harus bekerja 24 jam dalam menjaga stabilisasi keamanan. Strategi tersebut diharapkan agar kemitraan polisi dengan masyarakat mampu terealisasikan dengan baik sehingga timbulah rasa persaudaraan, solidaritas dan loyalitas antar sesama.

Begitupun dengan Polwiltabes Bandung dalam rangka meningkatkan kemitraannya dengan masyarakat, dan dalam upaya pencapaian grand strategi

kepolisian, yang juga meliputi pembenahan di bidang struktural, instrumental dan

cultural, membuat program baru yang nantinya diharapkan kepolisian


(8)

dikeluarkannya program Pesona Sejuta Kawan (PSK). Program ini diselenggarakan melalui penetapan dan pelaksanaan dalam membangun kembali

trust building kemitraan dan kerjasama atau partnership Building dengan masyarakat.

Masyarakat Kota Bandung yang sangat heterogen baik dari segi agama, RAS, keturunan, sosial budaya, ekonomi dan sebagainya, dirangkul dan diajak untuk mewujudkan partnership building tersebut. Segala komunitas dirangkul untuk menunjukkan bahwa kepolisian saat ini adalah sebuah institusi yang berbeda dan lebih bersahabat lagi.

Melalui program ini pula diharapkan dapat mengubah mainsate masyarakat tentang polisi. Binamitra Polwiltabes Bandung dipercaya dalam mengedepankan, menyuarakan dan mensosialisasikan program ini langsung kepada masyrakat. Polwiltabes Bandung bersama dengan perwakilan dari elemen masyarakat yaitu beberapa klub motor untuk turut berpartisispasi dalam mensosialisasikan kegiatan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.

Kenapa Klub Motor? Karena dalam klub motor yang keanggotaannya berasal dari berbagai elemen masyarakat dirasa sangat terwakilkan dalam mensosialisasikan program ini. Diantaranya adalah BTMC (Bandung Thunder Club Motor), SOG (Scooter Owner Group), dan VAC (Vespa Antique Club).

Menurut Kapolwiltabes Bandung Kombes Pol Imam Budi Supeno

mengatakan:

“Program tersebut merupakan tindaklanjut dari instruksi Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Timur Pradopo, yang menginginkan Kepolisian


(9)

merangkul erat masyarakat hingga ke pelosok tanpa mengenal jenjang ataupun jabatan”

(Warta POLISI, Edisi Maret 2010)

Terbentuknya program ini cukup dirasa efektif karena kepolisian menginginkan bahwa agar terwujudnya suatu keadaan yang kondusif dibutuhkan kerjasama dan kesadaran dari setiap individu. Baik itu dari kepolisian maupun dari masyarakatnya. Salah satunya yaitu bersama-sama menghadirkan „Polmas‟ atau Polisi Masyarakat dalam artian masyarakat menjadi polisi bagi dirinya sendiri. Tidak harus mengandalkan sepenuhnya kepada kepolisian bahwa kemananan dan ketertiban itu sudah merupakan kewajiban kepolisian seluruhnya, akan tetapi masyarakat harus ikut andil dalam pencapaian keadaan yang kondusif tersebut. Itu sebabnya mengapa dalam rangka mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini bermula dengan mengajak para klub motor yang ada di Bandung. Klub motor dalam kegiatannya pun dirasa sangat optimal dalam mensosialisasikan program ini seperti kegiatan touring, sekaligus untuk memberikan contoh yang sangat efektif kepada masyarakat dalam kegiatan berdisiplin berlalu lintas.

Masyarakat dan polisi merupakan dua unsur yang tidak bisa di pisahkan. Tanpa masyarakat, tidak akan ada polisi dan tanpa polisi, proses-proses dalam masyarakat tidak akan berjalan dengan lancar dan produktif. Program ini pun dilakukan untuk membenahi structural, instrument kerja kepolisian dan juga untuk membangun kembali kepercayaan atau trust building kemitraan dan kerjasama atau partnership dengan masyarakat. Begitupun sebaliknya bahwa


(10)

polisi bisa lebih dekat dengan masyarakat bahkan bisa menjadi sahabat dan kawan.

Tentunya dalam mensosialisasikan program ini tidak terlepas dari peranan Binamitra Polwiltabes Bandung atau yang kita kenal sebagai Humas/Hubungan Masyarakat, yang secara langsung memberikan penyuluhan dan pembinaan. Sebagai salah satu instansi yang besar, yang telah melembaga atau state of being,

Binamitra mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan program ini. Kenapa? Seperti yang kita ketahui bahwa Humas merupakan tonggak penyaluran informasi dari publik dan untuk publik. Baik itu dari/untuk publik internal maupun eksternal. Maka peran Binamitralah yang dikedepankan dalam penggiatan ini.

Berbicara mengenai peranan, menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota kelompok. Sedangkan menurut Thibaut & Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang oleh orang-orang lain

bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).

Jadi dalam pelaksanaan program ini besar kecilnya pengaruh setiap anggota kelompok atau lembaga umumnnya bergantung kepada peranan yang dipegang masing-masing anggota. Dalam memerankan perannya ini tidak terlepas dari yang

namanya komunikasi. Hanya dengan berkomunikasi seseorang mampu

mengetahui apa yang diinginkan orang lain ataupun sebaliknya. Begitupun dengan seorang praktisi humas di dalam instansi seperti Polwiltabes Bandung.


(11)

Dari komunikasilah hal-hal yang menurut kita penting untuk diketahui publik akan dapat tersampaikan melalui beragam cara dan media. Mengingat perannya sebagai salah satu bagian di kepolisian dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini maka dapat kita lihat mengenai pengertian sosialisasi itu sendiri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi berasal dari kata Sosial yang artinya (segala sesuatu) mengenai masyarakat; kemasyarakatan. Sedangkan sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik seseorang menjadi milik umum. Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.2

Dari tinjauan mengenai sosialisasi diatas, bahwa dalam melaksanakan sosialisasi tidak terlepas dari peran seseorang. Dalam program ini, Binamitralah yang mempunyai andil besar dalam mensosialisasikan adanya program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini langsung kepada masyarakat.

Tentunya dalam pelaksanaannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, pastinya ada kendala dan hambatan. Pertama, masyarakat yang belum paham/mengetahui akan program sejuta kawan ini. Kedua, kalaupun mengerti dan paham akan adanya program ini mereka belum tentu mempunyai kesadaran penuh dengan diadakannya program ini. Maka dibutuhkan sebuah komunikasi yang efektif dari seorang Bagian Binamitra dalam mensosialisasikan program tersebut.


(12)

Butuh proses komunikasi yang tidak mudah dalam menyampaikan hal ini. Dalam

Effendy, ada dua tahap proses komunikasi yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer 2. Proses komunikasi secara sekunder

Tahap di atas adalah bagaimana suatu proses penyampaian pesan dengan menggunakan dua tahapan. Proses komunikasi secara primer menggunakan

lambang atau bahasa yang mampu dimengerti calon komunikan dan proses

komunikasi secara sekunder menggunakan sarana atau alat sebagai

penyampaiannya pesannya.

Dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini menggunakan dua media yaitu media cetak dan media elektronik. Sebagai fungsi humas kepolisian yang dikedepankan dalam kegiatan sosialisasi maka, Binamitra secara langsung diberikan wewenang untuk melakukan pembinaan, penyuluhan dan pensosialisasian program ini secara langsung. Abdurachman berpendapat mengenai pengertian humas secara umum yaitu:

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu

memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana

kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham, 2001:25)

2

Budakbangka (2010). Pengertian Sosialisasi, From http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html


(13)

Binamitra diharapkan mampu menciptakan suatu iklim komunikasi yang

kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan reputasi

instansi/lembaga atau menjaga kesinambungan lembaga dalam melaksanakan kegiatan baik internal maupun eksternal.

Kompleksitas kegiatan Binamitra secara teoritis diarahkan untuk mencapai tujuan dalam menjaga dan mempertahankan citra (image) positif, sehingga posisi Binamitra menjadi sangat penting dalam sebuah instansi/lembaga organisasi. Salah satunya adalah dengan tetap menjalin hubungan yang baik (bermitra) dengan masyarakat. Sosialisasi Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini dikenalkan, diberitahukan dan dijelaskan kepada masyarakat sebagai upaya melaksanakan kemitraan yang berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan bersama-sama.

Menurut peneliti, masalah ini cukup menarik untuk dikaji karena ternyata dalam pokok permasalahannya adalah bagaimana proses sosialisasi Binamitra dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Polwiltabes ini kepada masyarakat dan bagaiamana peran seorang Binamitra dalam memberikan sosialisasi berupa pembinaan dan penyuluhan program sejuta kawan ini kepada kalangan klub motor di Bandung.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti dapat mengambil rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Binamitra

Polwiltabes Bandung dalam Mensosialisasikan Program Sejuta Kawan di


(14)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

2. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

3. Bagaimana pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

4. Bagaimana media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

6. Bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?


(15)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menggambarkan bagaimana peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

3. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

4. Untuk mengetahui media yang digunakan Binamitra Polwiltabes

Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.


(16)

5. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

6. Untuk mengetahui peranan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan

pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu kehumasan pada khususnya.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sedangkan secara praktis, kegunaannya adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti

Sebagai dasar pengembangan teori keilmuan baik mengenai komunikasi dan kehumasan yang peneliti dapat dalam materi perkuliahan dan dapat dijadikan sebagai gambaran yang jelas sejauh mana kesesuaian antara teori dan praktek, bagi ilmu humas khususnya dan bagi ilmu komunikasi secara umum.


(17)

b. Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum yaitu mahasiswa ilmu komunikasi program studi kehumasan. Dan juga berguna sebagai literature bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

c. Bagi Instansi Kepolisian

Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi kepolisian dalam melaksanakan kegiatan operasional kemitraan dengan masyarakat dimasa yang akan datang. Terutama dalam upaya melakukan sosialisasi program-program kepolisian dalam rangka trust building kepada masyarakat.

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Seorang Humas (Hubungan Masyarakat) memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah instansi/perusahaan/organisasi/lembaga. Tugas utama seorang Humas adalah menciptakan citra positif kepada publiknya. Keberhasilan suatu instansi/perusahaan/organisasi/lembaga bergantung pada Humas tersebut.

Karena apabila humas instansi/perusahaan/organisasi/lembaga tersebut bisa menciptakan citra yang positif maka perusahaan tersebut akan berhasil memberikan asupan yang positif bagi kemajuan instansinya tersebut,


(18)

begitupun sebaliknya, jika citra yang diberikan negatif maka akan berdampak terhadap feedback yang didapat dari publiknya.

Menurut H. Rochajat Harun peranan seorang Humas/Hubungan

Masyarakat (Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen

yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis

komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi

mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.

(Harun, 2008:124)

Jadi peran seorang humas sangat menentukan apakah kegiatan atau program tersebut efektif atau tidak. Moore berpendapat bahwa salah satu tujuan Humas adalah menetapkan dan menganalisa sikap orang-orang untuk memahami, dan mungkin, mengantisipasi opini publik mengenai masalah-masalah kontroversial. (Moore, 2004:58)

Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengacu kepada pendapat

Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah

melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, apa pesan yang akan


(19)

disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 31).

Maka, didapat rincian penjelasannya sebagai berikut yaitu: pertama, membuat perencanaan yaitu menentukan program/rencana yang akan dilaksanakan dan ditujukan kepada siapa program/rencana tersebut tujuan dari penggiatan. Kedua, bentuk kegiatan seperti apa yang akan dilaksanakan dalam program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan dala pelaksanaan kegiatan. Ketiga, pesan yang disampaikan seperti apa dalam kaitannya

dengan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) yaitu siapa yang

menyampaikan pesan tersebut dan bentuk pesannya seperti apa. Keempat, bentuk media yang akan digunakan dalam proses kegiatan. Kelima, yaitu evaluasi. Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan maka dilihat bagaimana hasil yang telah dicapai. Efektifkah atau tidak program tersebut disosialisasikan.

Sedangkan sosialisasi menurut Effendy yang mengatakan bahwa:

“Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mangadopsi perilaku dan

nilai-nilai dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)

Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan jelas O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait. Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok adalah bagaimana program


(20)

tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari si komunikator (yang membuat program tersebut).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana peran Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program sejuta kawan ini kepada kalangan klub motor khususnya yang ada di bandung. Bagian Binamitra atau Humas/Hubungan Masyarakat Polwiltabes Bandung berperan aktif dan sinergis dalam melakukan pensosialisasian ini karena Binamitra terjun langsung memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada klub motor.

Peranannya ini dapat ditinjau dari sebuah penggiatan lapangan yang dilakukan bersama dengan beberapa klub motor, yang meliputi bagaimana kegiatan ini dilaksanakan dan seperti apa bentuk kegiatan pensosialisasian ini kepada klub motor. Apakah dapat membawa dampak yang positif bagi kelangsungan hidup dan memberikan contoh yang baik kepada masyarakat sekitar? Sosialisasi program ini diharapkan dapat membangun kembali perubahan di tubuh kepolisian agar mampu terciptanya kemitraan yang hampir mendekati sempurna dengan masyarakat sesuai dengan Grand Strategi Kepolisian. Kemitraan tersebut dapat terjalin jika kedua belah pihak yaitu polisi dan masyarakat mampu mengaplikasikan program ini sesuai dengan apa yang diharapkan.


(21)

Dengan merujuk pada pendapatnya Kasali tersebut bahwa

Humas/Binamitra Polwiltabes Bandung harus cepat tanggap dalam

memberikan binaan dan penyuluhan mengenai sosialiasai program

terbarunya untuk mencapai kemitraan yang sesungguhnya. Yaitu:

1. Perencanaan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan (PSK)

yang dilakukan oleh Binamitra dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung. Sehingga dalam perwujudan kemitraan dengan masyarakat dapat ditempuh dengan

maksimal. Menentukan tujuan dan publik sasaranny merupakan

rancangan perencanaannya.

2. Bentuk kegiatan dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta

Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung adalah sifatnya dari kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) dan hambatan yang dirasa pada saat kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK).

3. Pesan apa yang akan disampaikan melalui kegiatan tersebut, yaitu sifat

dari pesan tersebut dan bentuk penyampaiannya seperti apa dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung.

4. Dalam mensosialisasikan program ini menggunakan media yang efektif seperti apa agar tidak terjadinya miss communications dalam penyampaian pesannya kepada klub motor pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK).


(22)

5. Evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu melakukan penilaian, meninjau hasil yang dicapai kemudian menindaklanjuti yang dilakukan Binamitra Polwiltabes dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK).

Kemudian dalam melaksanakan penggiatan program tersebut

berlandaskan pada landasan utama dari fungsi Binamitra adalah memberikan kebijaksanaan dan kegiatan yang terpercaya demi kepentingan publik atau masyarakat. Hubungan dengan masyarakat hanya dapat dibina dengan berkomunikasi yang efektif. Jika komunikasi kurang, maka kesalahpahaman dan pertentangan akan terjadi. Rintangan-rintangan dalam mencapai keberhasilan untuk menyatukan pikiran-pikran harus dibatasi dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif jika suatu gagasan dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain.

Sama halnya dengan pensosialisasian program ini diperlukan upaya penyampaian yang sangat efektif. Guna untuk memberikan arahan atau binaan yang relevan dari Binamitra kepada pihak lain—dalam hal ini klub motor—mengenai program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini.

Jika dilihat dari uraian di atas maka proses pengaplikasian terhadap penelitian ini dapat dilihat dari tabel berikut ini:


(23)

Gambar 1.1

Proses Public Relations

Perencanaan (Menentukan tujuan program dan ditujukan kepada siapa program tersebut) Kegiatan (sifat kegiatan, dan hambatan kegiatan dari program ini)

Pesan (bentuk pesannya dan teknik penyampaian pesannya) Media (Jenis media efektif

yang digunakan) Evaluasi (melakukan penilaian, meninjau hasil, menindak lanjuti hasil kegiatan)

Sumber: Modifikasi peneliti terhadap pendapat Rhenald Kasali, 2010

Gambar di atas membantu menjelaskan secara singkat dan sistematis Peranan Binamitra dalam mesosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK), yakni pencapaian perwujudan peranan Binamitra dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada publik sehingga terciptanya sebuah masyarakat civil madani (civil society) yang taat hukum dan memiliki rasa kemitraan dengan polisi. Dengan teori tersebut pun, dapat diketahui dimanakah letak program Pesona Sejuta Kawan (PSK) sebagai media kemitraan yang dapat membantu kepolisian dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam Mensosialisasikan Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) (PSK) di kalangan Klub motor bandung”, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(24)

a) Perencanaan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

1. Apakah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?

2. Apa tujuan dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan? 3. Siapa publik sasaran yang ikut berperan serta dalam kegiatan ini?

b) Kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

1. Apakah sifat kegiatan pensosialisasian program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini kepada klub motor?

2. Apa saja hambatan yang terasa pada saat pelaksanaan kegiatan sosialiasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini? Dan bagaimana meminimalisir hambatan tersebut?

c) Pesan yang disampaikan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam

mensosialiasikan program ini?

2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan


(25)

3. Apakah teknik pesan yang disampaikan ketika program ini dilaksanakan? Apakah persuasif/ informatif/ instruktif?

d) Media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini kepada klub motor?

e) Evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam

mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung?

1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?

2. Bagaimana tindak lanjut dari Bagian Binamitra setelah melihat hasil yang telah dicapai?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.3

3 Tatang M . Amirin (2009), Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian


(26)

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Kepala bagian Binamitra, Kasubbag Bimmas Binamitra, Kasubbag Kerma Binamitra, tiga anggota Ba Subbag Binamitra dan dua anggota Klub Motor Bandung.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM

Huberman & MB Miles dalam Bungin mengemukakan bahwa informan

juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang

cross check data. (Bungin, 2001)

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 7 orang yang diambil dari bagian Binamitra dan anggota klub motor yang ikut partisipasi dalam sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Polwiltabes Bandung. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Bagian Binamitra Polwiltabes Bandung. Informan kunci merupakan informan utama yang mengetahui kegiatan ini mulai dari proses hingga pelaksanaannya. Berikut adalah data informan dalam penelitian ini:


(27)

Tabel 1.1

Data Informan Binamitra Polwiltabes Bandung

No Nama/NRP Jabatan

1. AKBP Suharnono NW, S.H., M.H

NRP. 61090103

Kepala Bagian Binamitra

2. AKP Margaretha, S. W

NRP. 67020031

Kasubbag Bimmas 3. AKP Lilis Nugraha

NRP. 63120446

Kasubbag Kerma 4. Bripda Arif Susanto

NRP. 88110822

Anggota Bimmas 5. Bripda Ari Pratama Septiyanto

NRP. 86111712

Anggota Bimmas 6. Bripda Iqbal Nurdiansyah Sp., Si

NRP. 56111952

Anggota Kerma

7. Ardi Nugroho Humas BTMC (Bandung

Thunder Club Motor)

Sumber: Peneliti 2010

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Mulyana menjelaskan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam

menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan

penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data

yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)

Artinya penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.


(28)

“Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara memperlajari masalah -masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu

secara factual dan cermat.” (Rakhmat, 2002:22)

Sehingga dalam penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan

mendeskripsikan bagaimana peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) di kalangan klub motor Bandung.

1.9 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara.

Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara

semi-terstruktur. Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway,

wawancara semi-terstruktur atau wawancara terfokus yaitu “Ketika mewawancarai nara sumber biasanya kita berpedoman pada daftar pertanyaan yang kita buat, akan tetapi panduan wawancara tersebut sangat memungkinkan mengembangkan pertanyaan lain sebelum proses

wawancara berlangsung yang kemudian memutuskan sendiri isu

manakah yang akan ditindaklanjuti selanjutnya, dalam hal ini pertanyaan wawancara.” (Daymon and Holloway, 2008:266)


(29)

2. Studi Kepustakaan

Merupakan penggunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa informasi dari literature lainnya untuk memperoleh telaah teori-teori mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.

3. Observasi

Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway (2008:321), Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku onforman yang terjadi dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan diingat, diceritakan kembali dan digeneralisasikan oleh peneliti itu sendiri. Metode observasi sering dikaitkan dengan wawancara.

4. Penelusuran Data Online

Burhan Bungin mengatakan bahwa metode penelusuran data

online adalah cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi yang berupa data maupun informasi teori,secepat semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2005:148)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine) kemudian

membuka alamat website yang berhubungan dengan kebutuhan


(30)

1.10 Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data penelitian, maka hal yang dilakukan selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan strategi pengamatan (pengumpulan data) ganda pada objek yang sama untuk cross check tiap temuan dan mengeleminasi interpretasi-interpretasi yang tidak akurat. Hasil temuan suatu objek dan interpretasi terhadap objek tersebut selanjutnya didiskusikan pada pihak lain, baik yang ada di lapangan (member check) maupun yang ada di luar lapangan (peer examination).

2. Menerapkan metode analisis induktif dengan menguji proposisi-proposisi yang muncul dalam kaitannya dengan kasus-kasus yang

menghasilkan pernyataan-pernyataan yang dianggap mendasar.

Maksudnya, dari data berbagai tempat dan waktu yang berbeda

menunjukkan rangkaian atau kesamaan. Ini merupakan thick

descriptions.

3. Mendeskripsikan informasi fenomena lapangan yang sesuai atau

berhubungan sangat ekat dengan pandangan subjek penelitian. Pada penelitian ini pun selain menganalisis data dengan deskripsi peneliti, memasukan pula beberapa teori yang sesuai dengan kajian yang diteliti. 4. Setelah semua dideskripsikan sesuai dengan teknik analisi data deskripif,

maka peneliti pun menggunakan Triangulasi Data. Triangulasi Data


(31)

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.4

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian di Binamitra Polwiltabes Bandung yang

beralamat di Jalan Merdeka No. 18-20 Bandung Telp. (022) 4219312 E-mail: www.polwiltabesbandung.com

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret s/d Juli 2010. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.2 berikut :


(32)

Tabel 1.2

Waktu dan Jadwal Penelitian

Sumber: peneliti 2010

No Tahap Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. PERSIAPAN

a. Studi Pendahuluan

b. Pengajuan Judul

c. Persetujuan Judul

d. Persetujuan Pembimbing

2. PELAKSANAAN

a. Bimbingan Bab I

b. Seminar UP

c. Bimbingan Bab II

d. Bimbingan Bab III

e. Wawancara Penelitian

3. PENGOLAHAN DATA

a. Pengolahan Data Primer

b. Pengolahan Data Sekunder

c. Bimbingan Bab IV

d. Bimbingan Bab V

e. Bimbingan Seluruh Bab

4. SIDANG

a. Pendaftaran Sidang

b. Penyerahan Draft Skripsi

c. Persiapan Sidang


(33)

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang

Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan

Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian

Public Relations, Tujuan Public Relations, Fungsi Public Relations, proses

Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi, Tinjauan tentang Program Pesona Sejuta Kawan Polwiltabes Bandung, dan Tinjauan tentang Klub Motor Bandung


(34)

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang Polwiltabes Bandung, meliputi Sejarah Polwiltabes Bandung, Visi dan Misi Polwiltabes Bandung, Logo Polwiltabes Bandung, Struktur Organisasi Polwiltabes Bandung, Struktur Organisasi Binamitra Polwiltabes Bandung, Job Descriptions Polwiltabes Bandung, dan Sarana dan Prasarana Polwiltabes Bandung.

BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP


(35)

33 2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Melalui komunikasi, kegiatan sosialisasi antar individu dapat berjalan sesuai dengan keinginan individu-individu itu sendiri. Dan melalui komunikasi juga individu dapat mengadakan suatu hubungan dengan lingkungannya. Jadi, dengan demikian komunikasi merupakan unsur pokok dalam tata pelaksanaan hidup manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan antar manusia untuk saling mempengaruhi antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications

dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”

(to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Pengertian lain yang diungkapkan oleh Harun yang menyatakan bahwa


(36)

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.” (Harun, 2008:3)

Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan (display) dan penafsiran pesan atau penafsiran petunjukkan. Menunjukkan (to display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperlihatkan seseorang

atau orang lain. Secara harfiah „to display” berarti “menebarkan sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan.”

Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi dalah menafsirkan pertunjukkan pesan. Menafsirkan atau to interpret berarti menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami banyak orang, objek, dan peristiwa yang kita sebut pertunujukkan pesan.

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui

komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk

pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing dan terisolir dari lingkungan di

sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau


(37)

Ada aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak

berkomunikasi (A person cannot not communicate)”. Secara teknis, itu berarti

bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)

Harold Lasswell menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk

menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh

bagaimana?” (Mulyana, 2007: 69)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.


(38)

2.1.2 Proses Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek,

mengatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap. Yaitu proses secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna

dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan”

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil


(39)

pilhan dari sekian banya alternative perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. (Effendy, 2006:17)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi yang dilakukan para anggotanya. Komunikasi yang terdapat dalam sebuah organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.

Stogdill dalam Pace menyatakan bahwa “organisasi sebuah wadah yang

menampung banyak orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi di anggap sebagai pemroses informasi besar dengan input, throughput, dan output. “

Everet M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers yang dikutip oleh Effendy

mendefinisikan organisasi yaitu: “Suatu sitem yang mapan dari mereka yang

bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan

dan pembagian tugas”. (Effendy, 2004: 114)

Penggunaan sistem untuk meghampiri pengertian organisasi itu dapat dinilai tepat sebab pengertian sistem adalah totalitas himpunan bagian yang satu sama lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu eksatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana operasi dan interaksi di antara bagian yang satu dengan yang


(40)

lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.

Hubungan organisasi dengan komunikasi menurut William. V. Hanney

yang dikutip oleh Onong. U. E adalah: “Organisasi terdiri dari sejumlah orang

yang melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan

koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. (Effendy, 2004 : 116).

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis

yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut :

“Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan

memungkinkan terjadinya koordinasi yang diharapkan, kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan

kebutuhan dan perasaannya satu sama lain”. (Sastropoetro, 1982 : 339).

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauan yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dlam menapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Dengan adanya komunikasi yang efektif didalam organisasi akan timbul jalinan pengertian antara pihak manajemen dengan para publiknya, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dipahami, dimengerti, dan kemudian dilaksanakan tanpa adanya keterpaksaan.


(41)

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations

2.3.1 Pengertian Public Relations

PR (Public Relations) atau yang kita kenal sebagai Humas (Hubungan Masyarakat) mempunyai pengertian yang cukup luas. Sebelum melihat bagaimana pengertian Public Relations tersebut ada baiknya kita lihat

pengertiannya dalam kata „Public‟ dan „Realtions”.

Adanya kekurang tepatan terjemahan Public Relations menjadi

Hubungan Masyarakat atau Humas, kerena pengertian dari istilah „public‟ itu

sendiri. Untuk pengetian Relations menjadi “Hubungan” bisa dibilang tepat, namun untuk penggunaan “Public” itu sendiri masih kurang tepat. Karena istilah “Public” atau publik tidak mempunyai pengertian yang sama dengan istilah masyarakat atau “Society”. Karena masyarakat menurut J.B.A.F.

Mayor Polak adalah wadah seluruh anatar hubungan social dengan seluruh

jaringannya dalam artian umum, tanpa mnentukan suatu batas tertentu.

Sedangkan untuk public itu sendiri menurut Scott M Cutlip & Allen H.

Carter yaitu “Public merupakan suatu sekelompok orang yang terikat oleh

suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaaan yang sama”. Jadi,

untuk pengertian secara umum sebenarnya kurang tepat, tetapi karena masyarakat sudah menganggap bahwa Public Relations itu sama dengan Hubungan Masyarakat maka semua khalayak menganggap bahwa Hubungan Masyarakat itu adalah Public Relations.

Dikaitkan dengan pengertian diatas maka selanjutnya adalah pengetian


(42)

M.O. Palapah dan Atang. S, berpendapat bahwa: “Public Relations adalah bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna

mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”. (Yulianita, 2007:29)

Dari definisi di atas menekankan kepada “bentuk spesialisasi

komunikasi”. Ini membuktikan bahwa public relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk spesialisasi seperti bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Hal yang dapat menjadikan sesuatu khusus dari kegiatan Public Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa public relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan saling pengertian, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua publik yang berkepentingan.

Jika diamati semua kegiatannya khususnya dengan cara mengupayakan adanya pengertian publik. Kepercayaan publik dukungan publik sampai kepada adanya kerjasama publik, jika ini tercapai maka akan memudahkan untuk sampai pada pencapaian tujuan yakni untuk maksud dapat mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Dalam hal ini keuntungan dan kepuasan tersebut adalah dari kedua belah pihak yang prinsipnya adalah dari seluruh unsur publik yang ada kaitannya dngan organisasi.

Hal ini pun dikuatkan oleh pernyataanya Abdurachman berpendapat mengenai pengertian humas secara umum yaitu:


(43)

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill mereka. kedua, pelaksana kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham, 2001:25)

Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan

public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses hingga pelaksanaan dari berbagai kebijakan, pelayanan dan sikap dalam suatu program yang terpadu, dimana semuanya itu harus berlangsung dngan cara direncanakan terlebih dahulu. Selain itu juga pelaksanaan program diupayakan untuk dapat berlangsung berkesinambungan di antara satu program dengan program lainnya secara teratur dalam suatu manajemen tertentu.

Semua itu dilaksanakan dengan tujuan utamanya adalah untuk

,menciptakan dan memelihara saling pengrtian. Ini menunjukkan bahwa kegiatan public relations prinsipnya adalah menekankan adanya niat baik dari organisasi terhadap publiknya, salah satunya adalah upaya untuk menciptakan pengertian publik terhadap organisasi demikian pula sebaliknya organisasi pun berusaha untuk dapat memahami dan mau mengerti hal-hal yang menjadi kepentingan publiknya.

2.3.2 Tujuan Public Relations

Menurut Yulianita, untuk mengkaji tujuan Public Relations, berikut mengutip beberapa pendapat ahli antara lain:


(44)

1. Charles S. Steinberg: Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

2. Frank Jefkins: Meningkatkan favorable/citra yang baik dan mengurangi

atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut.

3. Tujuan Public Relations secara universal: Untuk menciptakan dan meningkatkan citra yang baik organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaiki jika citra itu menurun/rusak.

Jadi ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni: 1) Menciptakan citra yang baik

2) Memelihara citra yang baik 3) Meningkatkan citra yang baik

4) Memperbaiki jika citra organisasi kita menurun/rusak. (Yulianita, 2007:42)

2.3.3 Fungsi Public Relations

Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations, Yulianita kembali mengutip pendapat para ahli Public Relations antara lain:

1) Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principle and

Problem” mengemukakan tiga fungsi Public Relations:

a) It should the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan publik) b) Maintain good communivation (Memelihara komunikasi yang baik)


(45)

c) And stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik

2) Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Hubungan Masyarakat”

mengemukakan empat fungsi dari public Relations yaitu:

a) To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his organization (Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi)

b) To counsel executives on ways of dealing with public opinion as it exist

(Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manejemen dalam

hubungannya dengan opini publik yang ada)

c) To use communication to influence public opinion (Untuk menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik). Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

Public Relations secara universal menyangkut dua fungsi yaitu menyampaikan kebijkasanaan manajemen pada publik dan menyampaikan opini publik pada menajemen. (Yulianita, 2007:29)

Menurut H. Rochajat Harun seorang Humas/Hubungan Masyarakat (Binamitra) dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen

yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis

komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi

mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;


(46)

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.

(Harun, 2008:124)

2.3.4 Proses Public Relations

Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses

Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan Permasalahan

Dalam tahap ini Public Relations perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Public Relations perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations

setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisis terjadi. 2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals


(47)

4. Evaluasi Program

Proses Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang Public Relations perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 84-85).

Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, apa pesan yang akan

disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam

pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 31).

Ada kesinambungan yang begitu jelas. Bahwa proses seorang humas

dalam sebuah manajemen organisasi yaitu menentukan perencanaa,

menentukan kegiatan, bentuk penyampaiannya melalui media apa dan mengevaluasi kegiatan demi tercapainya sebuah komitmen bersama berupa maskud dan tujuan.

2.4 Tinjauan Tentang Peranan

Dimanapun kita berada sebagai mahluk sosial kita mempunyai tugas dan perannya maisng-masing. Suatu sistem lapisan masyarakat mempunyai dua unsur yang sangat penting yaitu status dan peranan. Keduanya mengatur hubungan timbale balik antar individu dalam masyarkat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu- individu tersebut.


(48)

Menurut Soekanto, peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan sutu peranan. Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan, karena kedua-duanya sangat ketergantungan satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa ada peranan. (Soekanto, 1999:268)

Menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota kelompok. Menurut Thibaut &

Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan

dari seseorang oleh orang-orang lain bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).

Linton dalam Soekanto menjelaskan bahwa peranan mempunyai dua arti.

Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukkan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan lebih banyak merujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Ada tiga hal yang mencakup peranan seseorang yaitu:


(49)

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalm kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi instruktur social masyarakat. (Soekanto, 1999:269)

H. Laurence Ross dalam Susanto, Role atau peranan merupakan dinamika

dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa disebut juga status subjektif. (Susanto, 1999:75)

Jadi dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa peranan adalah perpaduan antara status atau kedudukan seseorang. Keduanya saling kait-mengait tidak dapat terpisahkan. Peranan seseorang menentukkan orang lain itu berperilaku. Jadi peranan adalah segala sesuatu yang menyangkut berubahnya perilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya.

2.5 Tinjauan Tentang Sosialisasi

Sebelum melihat bagaimana seluk beluk definisi mengenai sosialisasi, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu bagaimana sosialisasi ini terbentuk. Susanto

berpendapat bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya sebuah proses sosial. Proses sosial merupakan suatu proses, yang berarti bahwa ia merupakan suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, gejala pembentukkan. Semua gejala ini disebabkan karena individu-individu dalam kelompok menyesuaikan diri satu sama lain, menyesuaikan diri dengan keadaan. Usaha ini akan terus-menerus dilakukan selama kelompok itu bernilai baginya, selama dirasakannya bahwa ia


(50)

memerlukan kelompok untuk kemajuan dan perkembangan dirinya. (Susanto, 1999:13)

Karena itu, proses ini kemudian menjurus menjadi proses sosialisasi.

Charlotte Buehler dalam Susanto memberikan berpendapat bahwa “sosialisasi

ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimaa cara hidup dan bagaimna cara berfikir kelompoknya agar supaya dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.”

Proses sosialisasi ini terjadi melalui interaksi social, yaitu hubungan antar manusia yangmenghasilkan suatu proses perngaruh memperngaruhi. Dalam proses pendewasaan manusia berdasarkan pengalamannya sendiri selalu akan terbentuk suatu sistem perilaku (behaviour system) yang juga ikut ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberi reaksi terhadap suatu pengalaman. Akhirnya sistem perilaku inilah yang akan menetukkan dan membentuk sikapnya (attitude) terhadap sesuatu. Melalui proses sosial dan sosialisasi inilah, dengan sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial atau biasa kita kenal dengan istilah group. Dalam sebuah group

inilah masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas atau peran yang dikerahkan kepadanya.

Sama halnya dengan Susanto, Soerjono Soekanto pun berpendapat yang sama bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya proses sosial melalui interaksi sosial. Suatu interaksi tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Soekanto memberikan pengertian bahwa sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses, dimana anggota


(51)

masyarakat yang baru memperlajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. (Soekanto, 1999: 72)

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam Sosiologi, mendefinisikan

bahwa sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari masyarakat, sebagian besar adalah proses mempelajari perilaku peranan. (Horton dan Hunt, 1991:118)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi berasal dari kata Sosial yang artinya (segala sesuatu) mengenai masyarakat; kemasyarakatan. Sedangkan sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik seseorang menjadi milik umum. Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.1

Jadi dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sosialisasi adalah suat proses dimana seseorang nilai-nilai atau norma-notma dari suatu kelompok dalam proses pembentukkan dirinya.

2.6 Tinjauan Tentang Program Pesona Sejuta Kawan (PSK) Polwiltabes Bandung

Situasi yang berkembang akhir-akhir ini, telah menempatkan insitusi kepolisian di titik nadir pencitraan. Tak disangkal lagi, kepolisian kini semakin tersudut di tengah derasnya terpaan opini publik yang datang bergelombang.

1

Budakbangka (2010). Pengertian Sosialisasi, From http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html


(1)

Sebenarnya berat kita bermitra dengan polisi. Dibilang berat karena disini kita di tes bener-bener mengenai gunanya jalan.

3. Apa sifat dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan? Jawaban:

Diharapkan ada terus yah. Soalnya ibaratkan sebagai suatu reunion apara bikers. Sebagai acara taunan lah kalo bisa.

b) Kegiatan yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung?

1. Apakah bentuk dari kegiatan sosialiasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK)?

Jawaban:

Sharing. Dan kegiatan ini sangat bagus sekali. Karena saya melihat polisi ini merangkul klub motor. Dulu kepolisian dengan anak klub motor itu nggak akur, yah. Dalam artian gini, sikap dia di lapangan itu tidak respect terhadap anak motor. Dengan program ini dengan Pak Suharnono terutama anak klub motor itu dijadikan sebagai anak didik di Polwil. Membantu kota Bandung, tau sendiri kan kalo Kota bandung itu kota pariwisata, kota bermartabat. Jadi kalo para bikers tertib lalu lintas, tamu diluar kota atau luar Negara merasa nyaman. Yaitu memberikan kenyaman bagi pengguna dijalan tidak seperti geng motor.

c) Pesan yang disampaikan oleh Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung?

1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam mensosialiasikan program ini?

Jawaban:

Langsung, kita diberikan sedikti pembinaan dari pihak polwil.

2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan tersebut dalam mensosialisasikan program ini?

Jawaban:

Kapolwil. Tapi dulu dari pihak Kapolda.

3. Apakah sifat dari pesan yang disampaikan ketika program ini dilaksanakan? Apakah persuasive/ informative/ instruktif?

Jawaban: Semua ada.


(2)

d) Media yang digunakan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung?

1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini kepada klub motor?

Jawaban:

Pemberitahuan langsung. Lewat undangan.

e) Evaluasi yang dilakukan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam mensosialisasikan program Pesona Sejuta Kawan (PSK) kepada kalangan klub motor Bandung?

1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini?

Jawaban:

Acara program Pesona Sejuta Kawan (PSK) ini merupakan sebuah gebrakan sangat bagus. Dan diharapkan tidak hanya sekali saja dilaksanakan. Seperti pada berita kemarin bahwa ada Munasnya Brigez, yaitu Polisi merangkul mereka untuk tergabung kedalam Ormas. Karena dikait-kaitkan dengan kejadian di Pasopati itu. Brigez itu baru masuk Ormas bukan IMI. Tujuannya Polwil ingin mendata ribuan orang yang tadinya ‘nyumput didalam’ sekarang bisa keluar. Itu program yang sangat bagus karena sekarang kan cinta damai.

Diharapkan kegiatan ini tidak sebagai gebrakan awal tapi bakalan seterusnya ada. Kenapa? Kita ibaratkan sebagai satu atap IMI kita bia saling solidaritas, karena yang namanya Bikers kan sama-sama satu saudara. Diharpakan kedepannya masih ada sebagai satu persatuan yang dibuat ikatan oleh Polwil yang dimana tidak memandang jenis motor dan tidak memandang tipe motornya. Karena yang dilihat kan pengendara motornya.

Bandung, Juni 2010


(3)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim. Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk serta ketabahan bagi peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Peranan Binamitra Polwiltabes Bandung dalam Mensosialisasikan Program Pesona

Sejuta Kawan (PSK) di Kalangan Klub Motor Bandung”.

Adapun pembuatan skripsi tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Terutama untuk kedua orang tua Bapak Romjali dan Ibu Apoh, yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil.

Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Yth. Prof. Dr. J. M. Papasi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah mengesahkan dan memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

2. Yth. Rismawaty S. Sos., M. Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah mengesahkan dan memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.


(4)

vii

3. Yth. Gumgum Gumilar. S. Sos., M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Yth. Staf Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, yang telah memberikan ilmu-ilmunya kepada peneliti.

5. Yth. Staf Sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah membantu segala keperluan-keperluan peneliti selama penyusunan skripsi ini.

6. Yth. Kombes Pol Imam Budi Supeno, selaku Kapolwiltabes Bandung yang telah memberikan persetujuan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Polwiltabes Bandung.

7. Yth. AKBP Suharnono, N.W. S.H., M.M, selaku Kepala Bagian Binamitra Polwiltabes Bandung yang telah memberikan pengarahan-pengarahan dan waktunya kepada peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Yth. AKP Margaretha, AKP Lilis N dan AIPTU Adi, yang telah membantu peneliti selama penelitian.

9. Ardi Nugroho ’BTMC’ dan Kang Sogi ’TAB’ yang telah membantu peneliti dalam penelitian, bravoo..

10.Anggota-anggota Binamitra Polwiltabes Bandung, Bripda: Arif, Iqbal, Ari, Ecko, Anwar, Dansos, dll, yang telah membantu peneliti dalam mencari data dan segala keperluan peneliti selama penelitian.

11.Kakak-kakakku, nuhun doana nya!! dan juga adekku tersayang, semoga ’iman' bisa nyusul skripsi juga. 


(5)

viii

12.Sahabat-sahabatku tercinta, Srie ‘chimoel’, Shaki ‘indun’, Vina ‘ipeh’, Yanti, Gina ‘Ginong’, Leni, Fanny ‘Tanteu’, Windi, Putri ‘Putay’, Mamat, Dendi, Nita ‘itha’, Ade, dan Ani ‘Bonie’, terimakasih atas kebersamaannya selama ini, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap abadi selamanya dan tak terpisahkan oleh jarak dan waktu. Amin..

13.Teman-teman IK Humas 1, IK Humas 2 dan IK Jurnal lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu, semoga persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin.

14.Untuk seseorang yang telah empat tahun memberikan semangatnya kepada peneliti, nuhun yah..

Akhir kata, peneliti mengharapkan semoga amal kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, di terima oleh Allah SWT. Untuk kesempurnaan laporan ini, peneliti mengharapkan koreksi dan saran, sehingga dimasa yang akan datang dapat menjadi bahan yang lebih menarik dan lebih bermanfaat, Amiiin…

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2010

Peneliti


(6)