Peranan Balai Teknik Lalu Lintas Dan Lingkungan Jalan Bandung Dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus Dikalangan Pengendara Roda Dua Di Bandung

(1)

RODA DUA DIBANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

Mukhammad Fadilla

NIM. 41806043

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

iv

PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA DI BANDUNG

Oleh: Mukhammad Fadilla

NIM. 41806043

Skripsi ini di bawah bimbingan, Drs. Manap Solihat M.Si

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan mengenai Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung. Dengan indikator peranan yang diteliti antara lain: perencanaan yang akan dilakukan, kegiatan yang akan dilakukan, pesan yang akan disampaikan, media yang digunakan dan evaluasi yang dilakukan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Kualitatif dengan menggunakan Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dan penelusuran data

online. Informan penelitian ini adalah bagian Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan yaitu sebanyak 2 (dua) orang, anggota Ditlantas Polrestabes Bandung 1 (satu) orang dan Pengendara Kendaraan Roda Dua 3 (tiga) orang

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil penelitian bahwa perencanaan yang dilakukanoleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah untuk mengetahui latar belakang program Ruang Henti Khusus (RHK), tujuan diadakannya program Ruang Henti Khusus (RHK) dan publik sasaran dari kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung bersifat continue dan kegiatan ini terdapat hambatan yaitu hambatan perijinan dan kerusakan alat media pensosialisasian. Pesan yang disampaikan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung merupakan komunikasi antarpersona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Teknik pesan yang digunakan adalah pesan informatif, pesan persuasif, dan pesan instruktif. Media yang digunakan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah media cetak dan media elektronik. Evaluasi yang dilakukan oleh Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung adalah untuk mengetahui hasil yang dicapai setelah kegiatan sosialisasi.

Peneliti mengambil kesimpulan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus dikalangan pengendara Kendaraan Roda dua di Bandung berperan sangat penting, karena merupakan pembuat jalan keluar permasalahan dijalan raya yang dibantu oleh pihak-pihak terkait lainnya. Itu juga membuat suatu partnership building didalam kelompok instansi terkait dan para pengguna jalan raya. Peneliti mangambil saran bahwa Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan sebaiknya melakukan koordinasi kepada semua pihak supaya mempermudah pelaksanaannya. Pesan dan media sebaiknya lebih inovatif dan lebih banyak, supaya sasaran yang tidak terpantau mendapatkan informasi tersebut.


(3)

v

TO MOTOR RIDER GROUP IN BANDUNG By:

Name:Mukhammad Fadilla NIM: 41806043

This thesis under guidance of:

Drs. Manap Solihat M.Si

This research was conducted with the intention to describe the role of Traffic and Environmental Engineering Center for Research and Development Road and Bridge Road in disseminating the program “Ruang Henti Khusus” special two wheels in Bandung. By using role indicators, such us : plan-to-do, action-to do, message to tell,used media and evaluation. This research is a qualitative research using descriptive method. Technique of data collection is using interview, observation, book study and online data observation. This research information is gained from Association of Traffic engineering and road environment,that consists of 2 (two) elements, 1 (one) officer from Traffic Directorate Polrestabes Bandung and 3 (three) Motor Riders.

According to this reseacrh, found that planing which being done by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing “Ruang Henti Khusus” to Motor Riders in Bandung is refers to find out about background of the “Ruang Henti Khusus” program, purpose of “Ruang Henti Khusus” (RHK) and public target or object from the socialization of “Ruang Henti Khusus” program (RHK).Activity which being acted by Association of Traffic Engineering and Road Environment Reseacrh in socializing “Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is done continually and this activity has barries, such as allowance barrier and the damage of socialization-used media. Message to tell by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing

“Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is an interpersonal communication, group communication, and mass communication. Messaging techniques used are informative message, persuasive message and instructive message. Media which in being used by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing

“Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung is print-out media and electronic media. Evaluation which is being done by Association of Traffic Engineering and Road Environment Research in socializing “Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in

Bandung is to find out the result has been reached after the socialization.

Researches obtain a conclusion that association of traffic engineering and road environment research center and road&bridge development in socializing “Ruang Henti Khusus” program to Motor Rider in Bandung has a very important role, to solve the road traffic problem which also being helped by the other co related sides. It also makes a partnership building in co related instances and the traffic road users. Researches obtain a conclusion that association of traffic engineering and road environment research center and road&bridge development should be more innovative and more, so targets are not tracked obtain such information.


(4)

vi

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Sang Maha Agung dan Maha Tinggi, Allah SWT. Karena atas Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan Judul “Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus di Kalangan Pengendara Kendaraan Roda Dua di Bandung?” Ini dengan tepat waktu.

Adapun pembuatan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari beberapa pihak. Terutama untuk kedua orang tua Bapak Musa dan Ibu Suhesti, yang tidak pernah berhenti mendoakan, memberi perhatian, kasih sayang, dan dorongan baik moril maupun materil.

Pembuatan Skripsi ini tidak dapat terlaksana tanpa dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Yth. :

1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo M.A Selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan pengesahan pada


(5)

vii

memberikan tanda tangan pengesahan. Terima kasih juga untuk semua masukan dan saran kepada penulis.

3.

Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi serta merangkap Dosen Wali bagi Penulis. Ibu engkau bagai bunda pengganti orang tuaku yang jauh di kampung halaman.

4. Segenap Bapak/Ibu Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

5. Ibu Astri A.Md.Kom dan Ibu Intan S.I.kom Selaku Sekretariat Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universtas Komputer Indonesia Bandung yang telah memberikan bantuan untuk kelengkapan administrasi selama pembuatan laporan ini. Sekali lagi penulis ucapka terima kasih.

6. Bapak Drs. M. Idris, MT selaku Kepala Sub Seksi Program dan Pelayanan Teknis. Terimakasih atas waktu yang bapak berikan.

7. Ibu Sri Amelia ST.,MT selaku staf Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusjatan PU. Terimakasih banyak atas bimbingan dan kesabaran Ibu untuk mendampingi pembuatan Skripsi ini.

8. Seluruh Staf Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan Kementrian Pekerjaan Umum,


(6)

vii

Peneliti. Terimakasih banyak atas waktu dan kesempatannya untuk di wawancarai.

11.Teman-teman mahasiswa yang selalu mendampingi penulis dikala senang maupun susah. Omen, Mamad, Yaser, Dendi, Tri, Mitha, Dewi, Ochi, Umi kita keluarga berencana.

12.Untuk wanita yang selalu mendoakan dan memberi support moril maupun materil, Novi Diah Wijianti Am,Keb Makasih atas semua bantuannya. You are the best.

13.Sahabat-sahabat penulis di IK-1 2006, Bangku TeKa Production yang senantiasa membantu penulis dari mulai ketua hingga anggota, dan rekan sejawat mahasiswa UNIKOM angkatan 2006. Perjuangan kita belum berakhir kawan.

14.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Wassalam.

Bandung, Juli 2011

Penulis


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Transportasi merupakan suatu kegiatan yang berperan sebagai urat nadi, baik bagi kehidupan ekonomi maupun kehidupan sosial di suatu wilayah. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand), dimana pergerakan yang merupakan akibat dari adanya pergerakan untuk memenuhi kebutuhan yang timbul akibat adanya pemisahan lokasi aktivitas. Pemisahan aktivitas tersebut membutuhkan pelayanan jaringan jalan, yang selanjutnya menimbulkan adanya pergerakan lalu lintas. Sistem kegiatan, sistem jaringan dan sistem pergerakan (traffic) merupakan tiga sub sistem yang saling terkait yang perlu dikendalikan dan diselaraskan guna menunjang terciptanya sistem transportasi yang baik.

Sistem transportasi merupakan elemen dasar dalam infrastruktur yang berpengaruh pada pola pengembangan perkotaan, dimana sistem trasnportasi ini sebagai stimulus atau pemicu akan adanya perkembangan suatu kota. Pengembangan transportasi memainkan peranan penting dalam kebijakan dan program pemerintah. Dengan adanya pengembangan transportasi ini diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan suatu kota. Namun dalam prakteknya, sistem transportasi tersebut bukan merupakan stimulan bagi perkembangan suatu kota karena kota-kota tersebut


(8)

berkembang lebih cepat dibandingkan dengan fasilitas transportasi yang tersedia.

Adanya perencanaan transportasi sangat berkaitan dengan perubahan-perubahan dalam sistem transportasi yang ada, namun perlu di ingat bahwa keefektifan setiap sistem transportasi sangat dipengaruhi oleh pola tata guna lahan. Selain itu, fasilitas dan pelayanan transportasi yang seharusnya ada harus tetap diperhatikan. Adanya fasilitas dan pelayanan yang kurang memadai dapat menimbulkan permasalahan transportasi yang kompleks, seperti kurang tersedianya fasilitas bagi pejalan kaki/trotoar dan perparkiran.

Pertumbuhan populasi sepeda motor dewasa ini telah membawa sejumlah fenomena menarik terhadap lalu lintas hampir di setiap ruas-ruas jalan, khususnya ruas-ruas jalan perkotaan. Penumpukan sepeda motor, misalnya, yang memenuhi mulut-mulut persimpangan selama fase merah sangat berpengaruh terhadap kinerja persimpangan. Pada umumnya penumpukan sepeda motor pada mulut persimpangan di kota-kota besar sangat tidak beraturan dan tidak jarang melanggar aturan lalu lintas di persimpangan, seperti melampaui garis henti, menutup pergerakan lalu lintas belok kiri langsung serta menghalangi pergerakan pejalan kaki.

Saat ini, Sepeda motor merupakan transportasi yang mendominasi di jalan raya. Populasi yang besar tersebut berdampak terhadap kinerja dari ruas dan simpang jalan yang dilewatinya. Fakta yang terlihat ialah adanya penumpukan dari sepeda motor yang memenuhi mulut persimpangan.


(9)

Penumpukan yang terlihat pun pada umumnya tidak teratur dan juga melanggar aturan lalu lintas seperti melampaui garis henti, menutup pergerakan lalu lintas belok kiri langsung serta menghalangi pergerakan pejalan kaki.

Pelanggaran yang dilakukan berpotensi memperbesar konflik antar kendaraan yang akhirnya memperbesar pula potensi kecelakaan lalu lintas. Dampak lainnya ialah pengurangan waktu hijau efektif untuk kendaraan roda 4 dikarenakan pada saat lampu hijau menyala, kendaraan roda 4 belum dapat bergerak akibat terhalangi oleh sepeda motor. Akibat penumpukan sepeda motor disertai pelanggaran aturan di mulut persimpangan meningkatkan termakanya kecelakaan lalu lintas.

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan merupakan sebuah balai penelitian yang menjadi salah satu bagian dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum. Balai ini memiliki tugas untuk melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalu lintas dan lingkungan jalan. Puslitbang Jalan dan Jembata yang dibantu oleh Dinas perhubungan selaku instansi terkait yang membenahi fasilitas dibidang lalulintas. Seperti tertulis dalam tugas pokok Dinas perhubungan, Melaksanakan sebagian urusan Pemerintah Daerah di bidang Perhubungan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.


(10)

Tugas Pokok Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalulintas dan lingkungan jalan.

Kementerian Pekerjaan Umum di dalam RPJM memasukkan aspek keselamatan jalan sebagai salah satu sasaran di dalam rangka mewujudkan infrastruktur jalan yang berwawasan keselamatan. Sedangkan dalam program RPJ Panjang (2025), Kementerian Pekerjaan Umum mengembangkan sistem transportasi nasional yang andal dan berkemampuan tinggi yang bertumpu pada aspek keselamatan, dan keterpaduan antar moda, antar sektor, antar wilayah, aspek sosial budaya, dan profesionalitas sumber daya manusia transportasi, di mana salah satu sasarannya adalah menjamin kelancaran dan keselamatan arus lalu-lintas dalam mengantisipasi peningkatan sepeda motor.

Dengan melihat sasaran-sasaran yang dicanangkan dalam kedua RPJ tersebut dimana aspek keselamatan yang ingin ditingkatkan terutama akibat adanya peningkatan populasi sepeda motor, maka perlu diwujudkan suatu penanganan terhadap fenomena yang sudah terjadi seperti penumpukan sepeda motor di persimpangan yaitu dengan penyediaan fasilitas lalu lintas bagi pengguna jalan yang rentan (Vulnerable Road User) yaitu sepeda motor adalah dengan penyediaan fasilitas lajur sepeda motor. Salah satu fasilitas


(11)

sepedamotor adalah dalam bentuk penyediaan fasilitas ruang henti kendaraan sepedamotor (RHK) di persimpangan

Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor pada persimpangan (Idris, 2007) merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah penumpukan sepeda motor pada persimpangan bersinyal. RHK sepeda motor di desain untuk fasilitas ruang berhenti sepeda motor selama fase merah yang ditempatkan di antara garis henti paling depan dengan garis henti untuk antrian kendaraan bermotor roda empat. RHK dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat lainnya. Kedua marka garis henti ditempatkan secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu ruang dengan jarak tertentu.

Sehingga, dengan diadakannya program RHK oleh Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang Jalan dan Jembatan dapat menciptakan suatu iklim komunikasi yang kondusif sebagai salah satu upaya untuk mempertahankan reputasi instansi/lembaga atau menjaga kesinambungan lembaga dalam melaksanakan kegiatan baik internal maupun eksternal.

Menurut Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek” istilah “hubungan masyarakat” yang disingkat “humas” sebagai terjemahan dari istilah Public Relations (Effendi, 2009 : 131). Dengan pengertian bahwa sasaran kegiatannya adalah khalayak dalam (internal public) dan khalayak keluar (eksternal public) yang merupakan sasaran kegiatan public relations. Dengan demikian di dalam suatu instansi


(12)

dibutuhkan Public Relations atau hubungan masyarakat (humas) yang mempunyai fungsi menjembatani antara suatu instansi dengan publiknya, disini antara dinas perhubungan dengan masyarakat.

Mengenai definisi Public Relations menurut Coulsin-Thomas adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukkan bahwa public relations

dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar organisasi.

Sebagai sebuah profesi seorang Public Relations bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Seorang Public Relations pun diharapkan untuk membuat program atau kegiatan dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dalam upaya-upayanya mempertahankan, menciptakan, dan memelihara pengertian bersama antara instansi dan masyarakat. Seperti tertulis dalam tugas pokok Puslitbang, Badan Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan Pengembangan di bidang Pekerjaan Umum dan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan penelitian dan pengembangan, layanan teknologi terapan dan keahlian bidang SDA, jalan dan jembatan, dan permukiman.


(13)

2. Pengembangan standarisasi bidang pekerjaan umum, koordinasi, perencanaan, pemasyarakatan standar dan evaluasi standar, penyiapan sertifikasi dan akreditasi.

3. Perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan pengkajian sosial, ekonomi, budaya, pembinaan pengelolaan lingkungan, dan pembinaan kemitraan serta pengembangan peran masyarakat bidang pembangunan pekerjaan umum.

4. Penyiapan perencanaan dan evaluasi, layanan informasi publik bidang IPTEK, kepegawaian, keuangan serta administrasi badan. Sosialisasi sangat diperlukan oleh Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan kota Bandung dalam menjalakan tugasnya, salah satunya untuk membina hubungan kerjasama dengan masyarakat dan memberikan penyuluhan dan arahan mengenai program terbaru dari Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pengertian sosialisasi menurut Susanto adalah : “suatu proses yang mengajar individu menjadi anggota masyarakat dan berfungsi dalam masyarakat”. (Susanto, 1992 : 164). Inti dari sosialisasi adalah proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan dengan baik. Proses tersebut dapat bertahan dalam waktu tertentu karena ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Kompleksitas kegiatan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan secara teoritis diarahkan untuk mencapai tujuan dalam menjaga dan


(14)

mempertahankan citra (image) positif, sehingga posisi Humas sangat penting dalam sebuah instansi/lembaga organisasi. Salah satunya adalah dengan tetap menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna jalan raya. Sosialisasi Program Ruang Henti Khusus (RHK) ini dikenalkan, diberitahukan dan dijelaskan kepada masyarakat sebagai upaya melaksanakan fungsi dan tujuan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan dengan para pengguna jalan raya yang berkesinambungan sesuai dengan yang diharapkan bersama-sama.

Menurut peneliti, masalah ini cukup menarik untuk dikaji, karena ternyata dalam pokok permasalahannya adalah bagaimana proses sosialisasi Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) ini kepada masyarakat dan bagaimana peran Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Puslitbang dalam melakukan kegiatan humas untuk memberikan sosialisasi berupa pembinaan dan penyuluhan Program Ruang Henti Kendaraan ini kepada kalangan Pengendara Roda Dua di Bandung.

Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: “Bagaimana Peranan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus di Kalangan Pengendara Roda Dua di Bandung?”.


(15)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

2. Bagaimana kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 3. Bagaimana pesan yang disampaikan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 4. Bagaimana media yang digunakan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 5. Bagaimana evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung? 6. Bagaimana peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?


(16)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diteliti maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

2. Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

3. Untuk mengetahui pesan yang disampaikan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.


(17)

4. Untuk mengetahui media yang digunakan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

5. Untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

6. Untuk mengetahui peranan yang dilakukan Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung.

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah dan pengetahuan bagi peneliti dalam mengembangkan ilmu komunikasi secara umum dan dalam penyelenggaraannya secara realistis mengenai ilmu kehumasan pada khususnya Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Sedangkan secara praktis, kegunaannya adalah sebagai berikut:


(18)

a. Bagi Peneliti

Sebagai dasar pengembangan teori keilmuan baik mengenai komunikasi dan kehumasan yang peneliti dapat dalam materi perkuliahan dan dapat dimakakan sebagai gambaran yang jelas sejauh mana kesesuaian antara teori dan praktek, bagi ilmu humas khususnya dan bagi ilmu komunikasi secara umum.

b. Bagi Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum yaitu mahasiswa ilmu komunikasi program studi kehumasan. Dan juga berguna sebagai literature bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.

c. Bagi Balai Teknik Lalulintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi instansi Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan dalam melaksanakan kegiatan operasional hubungan dengan masyarakat dimasa yang akan datang. Terutama dalam upaya melakukan sosialisasi program-program Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan.


(19)

1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Seorang Humas (Hubungan Masyarakat) memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah instansi/perusahaan. Tugas utama seorang Humas adalah menciptakan citra positif kepada publiknya. Keberhasilan suatu instansi/perusahaan bergantung pada Humas tersebut.

Karena apabila humas instansi/perusahaan tersebut bisa menciptakan citra yang positif maka perusahaan tersebut akan berhasil memberikan asupan yang positif bagi kemajuan instansinya tersebut, begitupun sebaliknya, jika citra yang diberikan negatif maka akan berdampak terhadap feedback yang didapat dari publiknya.

Menurut H. Rochajat Harun peranan seorang Humas/Hubungan Masyarakat dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;


(20)

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya.(Harun, 2008:124)

Maka peran seorang humas sangat menentukan apakah kegiatan atau program tersebut efektif atau tidak. Moore

berpendapat bahwa salah satu tujuan Humas adalah menetapkan dan menganalisa sikap orang-orang untuk memahami, dan mungkin, mengantisipasi opini publik mengenai masalah-masalah kontroversial. (Moore, 2004:58)

Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengacu kepada pendapat

Rhenald Kasali mengenai management Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat

perencanaan terlebih dahulu, kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, apa pesan yang akan disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan


(21)

kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 33).

Dari penjelasan diatas maka, jika di aplikasikan pada penelitian ini sebagai berikut yaitu:

1) pertama, membuat perencanaan yaitu menentukan

program/rencana yang akan dilaksanakan dan ditujukan kepada siapa program/rencana tersebut tujuan dari penggiatan.

2) Kedua, bentuk kegiatan seperti apa yang akan dilaksanakan dan hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.

3) Ketiga, pesan yang disampaikan seperti apa dalam kaitannya dengan program Ruang Henti Khusus (RHK) yaitu siapa yang menyampaikan pesan tersebut dan bentuk pesannya seperti apa.

4) Keempat, bentuk media yang akan digunakan dalam proses kegiatan.

5) Kelima, yaitu evaluasi. Setelah kegiatan tersebut

dilaksanakan maka dilihat bagaimana hasil yang telah dicapai. Efektifkah atau tidak program tersebut disosialisasikan.

Sedangkan sosialisasi menurut Effendy yang mengatakan bahwa: “Sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang


(22)

mangadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok”. (Effendy, 1997:31)

Begitupun dengan melihat definisi dari sosialisasi itu sendiri, dengan jelas O. U. Effendy berpendapat bahwa dalam sosialisasi itu melibatkan dua pihak yang terkait. Transmisi nilai-nilai adalah program itu sendiri, adopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok adalah bagaimana program tersebut dapat ditindaklanjuti oleh pihak yang kedua yaitu si komunikan dari si komunikator (yang membuat program tersebut).

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana peran yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) ini kepada kalangan pengendara roda dua khususnya yang ada di Bandung. Bagian Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan berperan aktif dan sinergis dalam melakukan pensosialisasian ini karena Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan melakukan kegiatan Humas dan terjun langsung memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada pengendara kendaraan roda dua khususnya di kota Bandung.


(23)

Peranannya ini dapat ditinjau dari sebuah penggiatan lapangan yang dilakukan bersama dengan beberapa pengendara, yang meliputi bagaimana kegiatan ini dilaksanakan dan seperti apa bentuk kegiatan pensosialisasian ini kepada pengendara. Apakah dapat membawa dampak yang positif bagi kelangsungan hidup dan memberikan contoh yang baik kepada pengendara kendaraan lain? Sosialisasi program ini diharapkan dapat membangun kembali perubahan di Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan agar mampu terciptanya kemitraan yang hampir mendekati sempurna dengan masyarakat. Kemitraan tersebut dapat terjalin jika kedua belah pihak yaitu Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan dan Pengendara mampu mengaplikasikan program ini sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dengan merujuk pada pendapatnya Kasali tersebut bahwa Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengmbangan Jalan dan Jambatan harus cepat tanggap dalam memberikan binaan dan penyuluhan mengenai sosialisasi program terbarunya untuk mencapai kemitraan yang sesungguhnya. Yaitu:

1. Perencanaan pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK) yang dilakukan oleh Humas dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) kepada kalangan


(24)

Pengendara kendaraan roda dua. Sehingga dalam perwujudan Keselamatan pengendara dengan pengendara lain dapat ditempuh dengan maksimal. Menentukan tujuan dan publik sasarannya merupakan rancangan perencanaannya.

2. Bentuk kegiatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) kepada kalangan Pengendara kendaraan roda dua adalah sifatnya dari kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) dan hambatan yang dirasa pada saat kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK).

3. Pesan apa yang akan disampaikan melalui kegiatan tersebut, yaitu sifat dari pesan tersebut dan bentuk penyampaiannya seperti apa dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) kepada kalangan Pengendara kendaraan roda dua.

4. Dalam mensosialisasikan program ini menggunakan media

yang efektif seperti apa agar tidak termakanya miss communications dalam penyampaian pesannya kepada Pengendara kendaraan roda dua pada saat sebelum pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK).

5. Evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan, yaitu melakukan penilaian, meninjau hasil yang dicapai kemudian


(25)

menindaklanjuti yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK).

Kemudian dalam melaksanakan penggiatan program tersebut berlandaskan pada landasan utama dari tugas pokok Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan adalah melaksanakan perencanaan teknis, pelaksanaan penelitian dan pengembangan, penunjangan ilmiah, layanan pengujian laboratorium dan lapangan serta pemberian saran teknis teknologi teknik lalulintas dan lingkungan jalan, dan pembantuan Hubungan dengan masyarakat serta hanya dapat dibina dengan berkomunikasi yang efektif. Jika komunikasi kurang, maka kesalahpahaman dan pertentangan akan terjadi. Rintangan-rintangan dalam mencapai keberhasilan untuk menyatukan pikiran-pikiran harus dibatasi dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi dikatakan efektif jika suatu gagasan dapat berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain.

Sama halnya dengan pensosialisasian program ini diperlukan upaya penyampaian yang sangat efektif. Guna untuk memberikan arahan atau binaan yang relevan dari Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan


(26)

Jambatan kepada pihak lain “dalam hal ini pengendara kendaraan roda dua”mengenai program Ruang Henti Khusus (RHK) ini.

1.6 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yaitu “Peranan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam Mensosialisasikan Program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan Pengendara Roda Dua di Bandung“, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a) Perencanaan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Apakah yang melatarbelakangi diadakannya kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) ini?

2. Apa tujuan dari kegiatan ini? Incidental atau rutin dilaksanakan?

3. Siapa publik sasaran yang ikut berperan serta dalam kegiatan ini? Mengapa kegiatan ini menunjuk pengendara roda dua untuk pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK)?

4. Apa saja hambatan yang terasa pada saat pelaksanaan kegiatan sosialiasi program Ruang Henti Khusus (RHK)? ini? Dan bagaimana meminimalisir hambatan tersebut?


(27)

b) Kegiatan yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Apakah sifat kegiatan pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK) ini kepada pengendara ?

2. Apakah kegiatan pensosialisasian program Ruang Henti Khusus (RHK) ini berkesinambungan ?

c) Pesan yang disampaikan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Seperti apa bentuk penyampaian pesan yang dilakukan dalam mensosialiasikan program ini?

2. Siapakah yang memberikan/menyampaikan kebijakan kegiatan tersebut dalam mensosialisasikan program ini? 3. Apakah teknik pesan yang disampaikan ketika program ini

dilaksanakan? Apakah persuasif/ informatif/ instruktif?

d) Media yang digunakan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?


(28)

1. Apakah media yang dirasa cocok dalam penyampaian kegiatan ini kepada pengendara roda dua?

2. Apakah media yang di gunakan sudah tepat sasaran ? dalam hal ini pengendara roda dua?

e) Evaluasi yang dilakukan Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Bandung dalam mensosialisasikan program Ruang Henti Khusus (RHK) di kalangan pengendara roda dua di Bandung?

1. Bagaimana hasil yang dicapai setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) ini?

2. Bagaimana tindak lanjut dari Bagian Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan

Pengembangan Jalan dan Jambatan setelah melihat hasil yang telah dicapai?

1.7 Subjek Penelitian dan Informan 1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di


(29)

dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian.1 Dalam hal ini yang berperan sebagai subjek adalah Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan.

1.7.2 Informan

Informan (narasumber) penelitian adalah seseorang yang, karena memiliki informasi (data) banyak mengenai objek yang sedang diteliti, dimintai informasi mengenai objek penelitian tersebut. Menurut AM Huberman & MB Miles dalam Bungin

mengemukakan bahwa informan juga berfungsi sebagai umpan balik terhadap data penelitian dalam ruang cross check data. (Bungin, 2001)

Pengambilan informan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 6 orang yang diambil dari bagian Balai Teknik Lalu Lintas dan

Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan, Pengendara roda dua dan pihak kepolisian dinas lalulintas Polrestabes Bandung yang ikut partisipasi dalam sosialisasi program Ruang Henti Khusus (RHK) di Bandung. Adapun informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Sub Seksi program dan pelayanan teknis Bagian Balai Teknik Lalu

1

Tatang M. Amirin (2011), Subjek penelitian, responden penelitian, dan informan (narasumber) penelitian


(30)

Lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jambatan. Informan kunci merupakan informan utama yang mengetahui kegiatan ini mulai dari proses hingga pelaksanaannya.

Berikut adalah data informan dalam penelitian ini:

Tabel 1.1 Data Informan

No. Nama/NRP Jabatan

1. Drs. M. Idris, MT

Kepala Sub Seksi Program dan Pelayanan Teknis

2. Sri Amelia ST., MT

Staf Balai Teknik Lalulintas dan Lingungan Jalan

3.

Briptu Wnady. NRP. 64982446

Anggota Ditlantas Polrestabes Bandung

4. Tigor Edelhard Siregar Pengendara Roda Dua

5. Ahmad Maulana Pengendara Roda Dua

6. Bapak Priyono Pengendara Roda Dua

Sumber : Dat a Penelit i, 2011.

1.8 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Mulyana menjelaskan bahwa:


(31)

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuwan menerjemahkan penelitian kualitatif deskriptif (tanpa angka-angka), tanpa usaha untuk membangun proposisi, model, atau teori (secara induktif) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan”. (Mulyana, 2008:5)

Artinya penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

“Metode deskriptif yaitu suatu metode dengan cara memperlajari masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta situasi-situasi tertentu dengan tujuan penelitian yaitu menggambarkan fenomena secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.” (Rakhmat, 2002:22)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Mendalam (Indepth-Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Moleong, 2001:135). Wawancara merupakan suatu proses transmisi data dari seseorang (nara sumber/informan) kepada pewawancara sebagai bahan untuk melengkapi bidang yang diteliti oleh si pewawancara.

Teknik wawancara yang digunakan yaitu teknik wawancara semi-terstruktur. Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway, wawancara semi-terstruktur atau wawancara terfokus yaitu “Ketika mewawancarai narasumber biasanya kita berpedoman pada daftar pertanyaan yang kita buat, akan tetapi


(32)

panduan wawancara tersebut sangat memungkinkan mengembangkan pertanyaan lain sebelum proses wawancara berlangsung yang kemudian memutuskan sendiri isu manakah yang akan ditindaklanjuti selanjutnya, dalam hal ini pertanyaan wawancara.” (Daymon and Holloway, 2008:266)

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.( Esterberg, 2002:114)

2. Studi Kepustakaan

Merupakan penggunaan sumber informasi di perpustakaan dan jasa informasi dari literature lainnya untuk memperoleh telaah teori-teori mengenai pokok-pokok permasalahan yang di teliti.

3. Observasi

Menurut Christine Daymon dan Immi Holloway

(2008:321), Observasi menyaratkan pencatatan dan perekaman sistematis mengenai sebuah peristiwa, artefak-artefak, dan perilaku-perilaku informan yang termaka dalam situasi tertentu, bukan seperti yang belakangan diingat, diceritakan kembali dan digeneralisasikan oleh peneliti itu sendiri. Metode observasi sering dikaitkan dengan wawancara.


(33)

4. Penelusuran Data Online

Burhan Bungin mengatakan bahwa metode penelusuran data online adalah cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi yang berupa data maupun informasi teori,secepat semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2005:148)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan layanan internet dengan cara membuka alamat mesin pencari (search engine) kemudian membuka alamat website yang berhubungan dengan kebutuhan penelitian.

1.10 Teknik Analisis Data

Data yang berhasil penulis kumpulkan dari lapangan kemudian ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif, lalu disajikan dalam bentuk naratif sesuai dengan masalah yang sedang dibahas. Analisis data merupakan proses kegiatan pengolahan hasil penelitian, mulai dari menyusun, mengelompokkan dalam kategori sejenis, menelaah, dan menafsirkan data dalam pola serta hubungan antar konsep dan merumuskannya dalam hubungan antara unsur-unsur lain agar mudah dimengerti dan dipahami. Hasil wawancara pada konstruksi pertama yang


(34)

telah dideskripsikan kemudian penulis sederhanakan pada konstruksi kedua yang menjadi temuan dan ciri khas penelitian ini.

Apa yang penulis kemukakan di atas sejalan dengan pemikiran

Sugiyono (2005: 89-90) yang menegaskan ”analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dikatakan juga bahwa analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan”.

Menganalisis data, menurut Abdurahman (2003:65), ”berarti mengurai data atau menjelaskan data, sehingga berdasarkan data itu pada gilirannya dapat ditarik pengertian-pengertian serta kesimpulan-kesimpulan”. Sedangkan Nasution (dalam Sugiyono, 2005:89), menjelaskan ”analisa telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Miles dan Huberman (dalam Suprayogo dan Tobroni, 2001: 193) mengemukakan “reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi


(35)

data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung”.

Hasil wawancara di lapangan penulis tuangkan dalam sebuah narasi yang kemudian disederhanakan dengan memilih hal-hal yang sejenis dan dibutuhkan serta mengelompokkannya sesuai pembahasan agar lebih mudah dalam penyajiannya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian hasil penelitian penulis paparkan secara deskriptif berdasarkan temuan di lapangan dengan bahasa khas dan pandangan emik informan yang disertai bahasa Indonesia agar mudah dipahami oleh pembaca. Selain memaparkan hasil temuan secara deskriptif, juga ditampilkan dalam bentuk kategori, model atau bagan.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclution Drawing/Verification)

Logika yang dilakukan dalam penarikan kesimpulan penelitian kualitatif bersifat induktif (dari yang khusus kepada yang umum), seperti dikemukakan Faisal (dalam Bungin, 2003: 68-69):

”Dalam penelitian kualitatif digunakan logika induktif abstraktif. Suatu logika yang bertitik tolak dari ”khusus ke umum”; bukan dari ”umum ke khusus” sebagaimana dalam logika deduktif verifikatif. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan data dan analisis data menjadi tak mungkin dipisahkan satu sama lain. Keduanya berlangsung secara simultan atau berlangsung serempak. Prosesnya berbentuk siklus, bukan linier. Huberman dan Miles melukiskan siklusnya seperti terlihat pada gambar berikut ini”:


(36)

Gambar 1.1

Komponen-komponen Analisis Data Model Kualitatif

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Jl. A.H. Nasution 264 Bandung Jawa Barat Telp : +62 22 7802251, +62 22 7802253

E-mail: adminl@btlllj.com

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret s/d Juli 2011. Mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga ke penyelesaian dengan perincian waktu pada tabel 1.2 berikut:

(sumber: Faisal (dalam Bungin, 2003: 69)

DATA COLLECTION

CONCLUTION DRAWING, & VERIFYING DATA

REDUCTION


(37)

Tabel 1.2

Waktu dan Jadwal Penelitian

No Tahap

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

PERSIAPAN

a. Studi Pendahuluan b. Pengajuan Judul c. Persetujuan Judul d. Persetujuan

Pembimbing

2.

PELAKSANAAN

a. Bimbingan Bab I b. Seminar UP c. Bimbingan Bab II d. Bimbingan Bab III e. Wawancara

Penelitian

3.

PENGOLAHAN DATA

a. Pengolahan Data Primer

b. Pengolahan Data Sekunder

c. Bimbingan Bab IV d. Bimbingan Bab V e. Bimbingan Seluruh


(38)

Sumber: peneliti 2011

1.12 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas V (Lima) Bab dan disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bab awal dari keseluruhan yang berisikan antara lain : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Kegunaan Hasil Penelitian, Kerangka Pemikiran, Daftar Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, Teknik Analisis Data, Lokasi Dan Waktu Penelitian, Serta Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan teori-teori yang mendukung proses penelitian atau berkaitan dengan objek yang diteliti, yaitu : Tinjauan Tentang Komunikasi, Definisi Komunikasi, Proses Komunikasi, Tinjauan Komunikasi Organisasi, Tinjauan tentang Public Relations, Pengertian Public Relations, Tujuan

Public Relations, Fungsi Public Relations, proses Public Relations, Tinjauan tentang Peranan, Tinjauan tentang Sosialisasi, Tinjauan tentang

4.

SIDANG

a. Pendaftaran Sidang b. Penyerahan Draft

Skripsi

c. Persiapan Sidang d. Sidang Skripsi


(39)

Program Ruang Henti Khusus, dan Tinjauan tentang Pengendara Kendaraan Roda Dua.

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini membahas tinjauan umum tentang Dinas Perhubungan Kota Bandung, meliputi Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Visi dan Misi Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Struktur Organisasi Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan dan jembatan, Struktur Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Job Descriptions Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, dan Sarana dan Prasarana Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan.

BAB IV ANALISIS DATA

Meliputi: Deskripsi Data Informan, Deskriptif Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Melalui komunikasi, kegiatan sosialisasi antar individu dapat berjalan sesuai dengan keinginan individu-individu itu sendiri. Dan melalui komunikasi juga individu dapat mengadakan suatu hubungan dengan lingkungannya. Jadi, dengan demikian komunikasi merupakan unsur pokok dalam tata pelaksanaan hidup manusia, yaitu dalam mengadakan hubungan antar manusia untuk saling mempengaruhi antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya.

Dalam Mulyana dijelaskan, kata komunikasi atau communications

dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”,

communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana, 2007:46)

Pengertian lain yang diungkapkan oleh Harun yang menyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu


(41)

melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda, atau tingkah laku.” (Harun, 2008:3)

Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi. Penciptaan pesan atau lebih tepatnya penciptaan pertunjukkan (display) dan penafsiran pesan atau penafsiran petunjukkan. Menunjukkan (to display) berarti bahwa anda membawa sesuatu untuk diperlihatkan seseorang atau orang lain. Secara harfiah ‘to display” berarti “menebarkan sesuatu sehingga sesuatu tersebut dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan.” Bentuk kedua perilaku yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi dalah menafsirkan pertunjukkan pesan. Menafsirkan atau to interpret berarti menguraikan atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu. Komunikasi dapat dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia melibatkan proses mental memahami banyak orang, objek, dan peristiwa yang kita sebut pertunjukkan pesan.

Komunikasi merupakan salah satu fungsi dari kehidupan manusia. Fungsi komunikasi dalam kehidupan menyangkut banyak aspek. Melalui komunikasi seseorang menyampaikan apa yang ada dalam bentuk pikirannya/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak langsung. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasingi dan terisolir dari lingkungan di sekitarnya. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa yang diketahuinya kepada orang lain.


(42)

Ada aksioma komunikasi yang berbunyi “seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi (A person cannot not communicate)”. Secara teknis, itu berarti bahwa seseorang tidak dapat menghindari untuk menunjukkan pesan.

Roger dalam Mulyana berpendapat bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. (Mulyana, 2007:69)

Harold Lasswell menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh bagaimana?” (Mulyana, 2007: 69)

Pendapat para ahli tersebut memberikan gambaran bahwa komponen-komponen pendukung komunikasi termasuk efek yang ditimbulkan, antara lain adalah:

1. Komunikator (komunikator,source,sender) 2. Pesan (message)

3. Media (channel)

4. Komunikan (komunikan,receiver) 5. Efek (effect)

Dari beberapa pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pertukaran makna/pesan dari seseorang kepada orang lain dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.


(43)

2.1.2 Proses Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, mengatakan bahwa proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap. Yaitu proses secara primer dan sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses kimunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses Komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Karena proses komunikasi sekunder ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan cirri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil


(44)

pilihan dari sekian banya alternative perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju. (Effendy, 2006:17)

2.2 Tinjauan Tentang Komunikasi Organisasi

Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung kepada kelancaran komunikasi yang dilakukan para anggotanya. Komunikasi yang terdapat dalam sebuah organisasi disebut dengan komunikasi organisasi.

Stogdill dalam Pace menyatakan bahwa “organisasi sebuah wadah yang menampung banyak orang-orang dan objek-objek; orang-orang dalam organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. Organisasi di anggap sebagai pemroses informasi besar dengan input, throughput, dan output. “

Everet M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers yang dikutip oleh Effendy

mendefinisikan organisasi yaitu: “Suatu sitem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas”. (Effendy, 2004: 114)

Penggunaan sistem untuk meghampiri pengertian organisasi itu dapat dinilai tepat sebab pengertian sistem adalah totalitas himpunan bagian yang satu sama lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu eksatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, Rogers dan Rogers memandang organisasi sebagai suatu struktur yang melangsungkan proses pencapaian tujuan yang telah ditetapkan di mana operasi dan interaksi di antara bagian yang satu dengan yang


(45)

lainnya dan manusia yang satu dengan yang lainnya berjalan secara harmonis, dinamis dan pasti.

Hubungan organisasi dengan komunikasi menurut William. V. Hanney

yang dikutip oleh Onong. U. E adalah: “Organisasi terdiri dari sejumlah orang yang melibatkan keadaan saling tergantung; ketergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi”. (Effendy, 2004 : 116).

Pentingnya komunikasi dalam organisasi dikemukakan oleh Keith Davis

yang dikutip oleh Santoso Sastropoetro, sebagai berikut :

“Suatu organisasi tidak akan eksis tanpa adanya komunikasi. Tidak akan memungkinkan terjadinya koordinasi yang diharapkan, kerjasama baik antara pimpinan dengan karyawan, maupun antara karyawan dengan karyawan tidak mungkin tercipta sebab mereka tidak mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaannya satu sama lain”. (Sastropoetro, 1982 : 339).

Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauan yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Dengan adanya komunikasi yang efektif didalam organisasi akan timbul jalinan pengertian antara pihak manajemen dengan para publiknya, sehingga apa yang dikomunikasikan dapat dipahami, dimengerti, dan kemudian dilaksanakan tanpa adanya keterpaksaan.


(46)

2.3 Tinjauan Tentang Public Relations

2.3.1 Pengertian Public Relations

PR (Public Relations) atau yang kita kenal sebagai Humas (Hubungan Masyarakat) mempunyai pengertian yang cukup luas. Sebelum melihat bagaimana pengertian Public Relations tersebut ada baiknya kita lihat pengertiannya dalam kata ‘Public’ dan ‘Realtions”.

Adanya kekurang tepatan terjemahan Public Relations menjadi Hubungan Masyarakat atau Humas, kerena pengertian dari istilah ‘public’ itu sendiri. Untuk pengetian Relations menjadi “Hubungan” bisa dibilang tepat, namun untuk penggunaan “Public” itu sendiri masih kurang tepat. Karena istilah “Public” atau publik tidak mempunyai pengertian yang sama dengan istilah masyarakat atau “Society”. Karena masyarakat menurut J.B.A.F. Mayor Polak adalah wadah seluruh anatar hubungan sosial dengan seluruh jaringannya dalam artian umum, tanpa mnentukan suatu batas tertentu.

Sedangkan untuk public itu sendiri menurut Scott M Cutlip & Allen H. Carter yaitu “Public merupakan suatu sekelompok orang yang terikat oleh suatu kepentingan yang sama dan menunjukkan perasaan yang sama”. Jadi, untuk pengertian secara umum sebenarnya kurang tepat, tetapi karena masyarakat sudah menganggap bahwa Public Relations itu sama dengan Hubungan Masyarakat maka semua khalayak menganggap bahwa Hubungan Masyarakat itu adalah Public Relations.

Dikaitkan dengan pengertian diatas maka selanjutnya adalah pengetian


(47)

M.O. Palapah dan Atang. S, berpendapat bahwa: “Public Relations adalah bentuk spesialisasi komunikasi yang bertujuan untuk memajukan saling mengerti dan bekerjasama antara semua publik yang berkepentingan guna mencapai keuntungan dan kepuasan bersama”. (Yulianita, 2007:29)

Dari definisi di atas menekankan kepada “bentuk spesialisasi komunikasi”. Ini membuktikan bahwa public relations adalah salah satu bentuk spesialisasi komunikasi dari sekian bentuk spesialisasi seperti bentuk spesialisasi komunikasi persona, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Hal yang dapat menjadikan sesuatu khusus dari kegiatan Public Relations dengan bentuk-bentuk komunikasi yang lain adalah bahwa public relations mempunyai tujuan yang pada awalnya adalah untuk memajukan saling pengertian, bergerak pada saling percaya, saling mendukung, yang kemudian selanjutnya akan tercapai adanya saling kerjasama di antara semua publik yang berkepentingan.

Jika diamati semua kegiatannya khususnya dengan cara mengupayakan adanya pengertian publik. Kepercayaan publik dukungan publik sampai kepada adanya kerjasama publik, jika ini tercapai maka akan memudahkan untuk sampai pada pencapaian tujuan yakni untuk maksud dapat mencapai keuntungan dan kepuasan bersama. Dalam hal ini keuntungan dan kepuasan tersebut adalah dari kedua belah pihak yang prinsipnya adalah dari seluruh unsur publik yang ada kaitannya dngan organisasi.

Hal ini pun dikuatkan oleh pernyataanya Abdurachman berpendapat mengenai pengertian humas secara umum yaitu:


(48)

Public Relations adalah kelanjutan dari proses penerapan kebijaksanaan, penentuan pelayanan-pelayanan dan sikap yang disesuaikan dengan kepentingan-kepantingan orang-orang atau golongan agar lembaga itu memperoleh kepercayaan dan goodwill

mereka. kedua, pelaksana kebijaksanaan, pelayanan dan sikap adalah untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang sebaik-baiknya.” (Abdurracham, 2001:25)

Dari definisi di atas memberikan sedikitnya pemahaman bahwa kegiatan

public relations adalah sesuatu yang terorganisir mulai dari sebuah proses hingga pelaksanaan dari berbagai kebijakan, pelayanan dan sikap dalam suatu program yang terpadu, dimana semuanya itu harus berlangsung dngan cara direncanakan terlebih dahulu. Selain itu juga pelaksanaan program diupayakan untuk dapat berlangsung berkesinambungan di antara satu program dengan program lainnya secara teratur dalam suatu manajemen tertentu.

Semua itu dilaksanakan dengan tujuan utamanya adalah untuk ,menciptakan dan memelihara saling pengertian. Ini menunjukkan bahwa kegiatan public relations prinsipnya adalah menekankan adanya niat baik dari organisasi terhadap publiknya, salah satunya adalah upaya untuk menciptakan pengertian publik terhadap organisasi demikian pula sebaliknya organisasi pun berusaha untuk dapat memahami dan mau mengerti hal-hal yang menjadi kepentingan publiknya.


(49)

2.3.2 Tujuan Public Relations

Menurut Yulianita, untuk mengkaji tujuan Public Relations, berikut mengutip beberapa pendapat ahli antara lain:

1. Charles S. Steinberg: Menciptakan opini publik yang favorable tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh badan yang bersangkutan.

2. Frank Jefkins: Meningkatkan favorable/citra yang baik dan mengurangi atau mengikis habis sama sekali unfavorable image/citra yang buruk terhadap organisasi tersebut.

3. Tujuan Public Relations secara universal: Untuk menciptakan dan meningkatkan citra yang baik organisasi kepada publik yang disesuaikan dengan kondisi-kondisi daripada publik yang bersangkutan, dan memperbaiki jika citra itu menurun/rusak.

Jadi ada empat hal yang prinsip dari tujuan Public Relations yakni: 1) Menciptakan citra yang baik

2) Memelihara citra yang baik 3) Meningkatkan citra yang baik

4) Memperbaiki jika citra organisasi kita menurun/rusak. (Yulianita, 2007:42)


(50)

2.3.3 Fungsi Public Relations

Untuk mengkaji tentang fungsi Public Relations, Yulianita kembali mengutip pendapat para ahli Public Relations antara lain:

1) Betrand R Canfield dalam bukunya “Public Relations Principle and Problem” mengemukakan tiga fungsi Public Relations:

a) It should the public’s interest (Mengabdi kepada kepentingan publik) b) Maintain good communivation (Memelihara komunikasi yang baik) c) And stress good morals and manners (Menitikberatkan moral dan

tingkah laku yang baik

2) Onong Uchjana Effendi dalam bukunya “Hubungan Masyarakat” mengemukakan empat fungsi dari public Relations yaitu:

a) To ascertain and evaluate public opinion as it relates to his organization (Menjamin dan menilai opini publik yang ada dari organisasi)

b) To counsel executives on ways of dealing with public opinion as it exist (Untuk memberikan nasihat/penerangan pada manejemen dalam hubungannya dengan opini publik yang ada)

c) To use communication to influence public opinion (Untuk menggunakan komunikasi dalam rangka mempengaruhi opini publik). Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi

Public Relations secara universal menyangkut dua fungsi yaitu menyampaikan kebijkasanaan manajemen pada publik dan menyampaikan opini publik pada menajemen. (Yulianita, 2007:29)


(51)

Menurut H. Rochajat Harun seorang Humas/Hubungan Masyarakat dalam sebuah Organisasi/Instansi adalah sebagai berikut:

1. Public Relations/Humas merupakan sebuah fungsi manajemen yang membantu menciptakan dan mempertahankan garis komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama timbal balik antara sebuah organisasi dan masyarakatnya;

2. Melibatkan manajemen ke dalam sebuah isu;

3. Membantu manajemen untuk selalu mendapatkan informasi mengenai pendapat masyarakat dan menanggapinya;

4. Membantu manajemen untuk senantiasa mengikuti perubahan dan memanfaatkan perubahan itu secara efektif;

5. Public Relations juga berfungsi sebagai suatu sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi trend dan menggunakan riset serta teknik komunikasi etis sebagai piranti utamanya. (Harun, 2008:124)

2.3.4 Proses Public Relations

Proses Public Relations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang Public Relations adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses

Public Relations selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Public Relations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:

1. Definisikan Permasalahan

Dalam tahap ini Public Relations perlu melibatkan diri dalam penelitian dan pengumpulan fakta. Selain itu Public Relations perlu memantau dan membaca terus pengertian, opini, sikap, dan perilaku mereka yang berkepentingan dan terpengaruh oleh sikap dan tindakan perusahaan. Tahap ini merupakan penerapan atau fungsi intelijen


(52)

perusahaan. Langkah ini dilakukan oleh seorang Public Relations

setiap saat secara kontinu bukan hanya pada saat krisis terjadi. 2. Perencanaan dan Program

Pada tahap ini seorang Public Relations sudah menemukan penyebab timbulnya permasalahan dan sudah siap dengan langkah-langkah pemecahan atau pencegahan. Langkah-langkah ini dirumuskan dalam bentuk rencana dan program, termasuk anggarannya. Pada tahap ini penting bagi Public Relations mendapatkan dukungan penuh dari pimpinan puncak perusahaan karena besar kemungkinan langkah yang diambil akan sangat strategis dan melibatkan keikutsertaan banyak bagian.

3. Aksi dan Komunikasi

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan/kegiatan sesuai dengan fakta dan data yang telah dirumuskan dalam bentuk perencanaan. Pada tahap ini, aksi dan komunikasi harus dikaitkan dengan objective dan goals

yang spesifik. 4. Evaluasi Program

Proses Public Relations selalu dimulai dari mengumpulkan fakta dan diakhiri pula dengan pengumpulan fakta. Untuk mengetahui prosesnya sudah selesai atau belum, seorang Public Relations perlu melakukan evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Maka, tahap ini akan melibatkan pengukuran atas hasil tindakan di masa lalu. Penyesuaian dapat dibuat dalam program yang sama, atau setelah suatu masa berakhir. (Kasali, 2000: 82-85).

Rhenald Kasali mengenai proses Public Relations, yaitu seseorang telah melakukan peranan apabila telah melalui beberapa tahap untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu membuat perencanaan terlebih dahulu, kemudian melakukan kegiatan yang direncanakan, apa pesan yang akan disampaikan melalui kegiatannya, media apa yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatannya, dan bagaimana evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan. (Rhenald Kasali, 2006 : 33).

Ada kesinambungan yang begitu jelas. Bahwa proses seorang humas dalam sebuah manajemen organisasi yaitu menentukan perencanaa, menentukan kegiatan, bentuk penyampaiannya melalui media apa dan


(53)

mengevaluasi kegiatan demi tercapainya sebuah komitmen bersama berupa

maskud dan tujuan.

2.4 Tinjauan Tentang Peranan

Dimanapun kita berada sebagai mahluk sosial kita mempunyai tugas dan perannya masing-masing. Suatu sistem lapisan masyarakat mempunyai dua unsur yang sangat penting yaitu status dan peranan. Keduanya mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarkat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.

Menurut Soekanto, peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan sutu peranan. Kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan, karena kedua-duanya sangat ketergantungan satu sama lain. Tidak ada peranan tanpa kedudukan dan tidak ada kedudukan tanpa ada peranan. (Soekanto, 1999:268)

Menurut Indrawijaya, mengatakan bahwa secara sederhana peranan dapat diartikan sebagai pola tugas dan kewajiban anggota kelompok serta cara bagaimana suatu tugas dibagi-bagi antara anggota kelompok. Menurut Thibaut & Kelley, menyebutkan bahwa “peranan adalah suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang oleh orang-orang lain bila ia melakukan interaksi dengan mereka”. (Indrawijaya, 2002:130).

Linton dalam Soekanto menjelaskan bahwa peranan mempunyai dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukkan apa


(54)

yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku dengan perilaku orang-orang sekelompoknya. Peranan lebih banyak merujuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Ada tiga hal yang mencakup peranan seseorang yaitu:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalm kehidupan kemasyarakatan.

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi instruktur social masyarakat. (Soekanto, 1999:269)

H. Laurence Ross dalam Susanto, Role atau peranan merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau bisa disebut juga status subjektif. (Susanto, 1999:75)

Jadi dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa peranan adalah perpaduan antara status atau kedudukan seseorang. Keduanya saling kait-mengait tidak dapat terpisahkan. Peranan seseorang menentukkan orang lain itu berperilaku. Jadi peranan adalah segala sesuatu yang menyangkut berubahnya perilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya.


(55)

2.5 Tinjauan Tentang Sosialisasi

Sebelum melihat bagaimana seluk beluk definisi mengenai sosialisasi, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu bagaimana sosialisasi ini terbentuk. Susanto

berpendapat bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya sebuah proses sosial. Proses sosial merupakan suatu proses, yang berarti bahwa ia merupakan suatu gejala perubahan, gejala penyesuaian diri, gejala pembentukkan. Semua gejala ini disebabkan karena individu-individu dalam kelompok menyesuaikan diri satu sama lain, menyesuaikan diri dengan keadaan. Usaha ini akan terus-menerus dilakukan selama kelompok itu bernilai baginya, selama dirasakannya bahwa ia memerlukan kelompok untuk kemajuan dan perkembangan dirinya. (Susanto, 1999:13)

Karena itu, proses ini kemudian menjurus menjadi proses sosialisasi.

Charlotte Buehler dalam Susanto memberikan berpendapat bahwa “sosialisasi ialah proses yang membantu individu melalui belajar dan menyesuaikan diri, bagaimaa cara hidup dan bagaimna cara berfikir kelompoknya agar supaya dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.”

Proses sosialisasi ini terjadi melalui interaksi sosial, yaitu hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi. Dalam proses pendewasaan manusia berdasarkan pengalamannya sendiri selalu akan terbentuk suatu sistem perilaku (behaviour system) yang juga ikut ditentukan oleh watak pribadinya, yaitu bagaimana ia akan memberi reaksi terhadap suatu pengalaman. Akhirnya sistem perilaku inilah yang akan menetukkan dan membentuk sikapnya (attitude) terhadap sesuatu. Melalui proses sosial dan sosialisasi inilah, dengan


(56)

sendirinya akan terbentuk dalam masyarakat kelompok-kelompok sosial atau biasa kita kenal dengan istilah group. Dalam sebuah group inilah masing-masing anggota kelompok mempunyai tugas atau peran yang dikerahkan kepadanya.

Sama halnya dengan Susanto, Soerjono Soekanto pun berpendapat yang sama bahwa sosialisasi terbentuk karena adanya proses sosial melalui interaksi sosial. Suatu interaksi tidak mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi. Soekanto memberikan pengertian bahwa sosialisasi (socialization), yaitu suatu proses, dimana anggota masyarakat yang baru memperlajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat dimana dia menjadi anggota. (Soekanto, 1999: 72)

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt dalam Sosiologi, mendefinisikan bahwa sosialisasi adalah proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk menjadi suatu bagian dari masyarakat, sebagian besar adalah proses mempelajari perilaku peranan. (Horton dan Hunt, 1991:118)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sosialisasi berasal dari kata Sosial yang artinya (segala sesuatu) mengenai masyarakat; kemasyarakatan. Sedangkan sosialisasi adalah usaha untuk mengubah milik seseorang menjadi milik umum. Sosialisasi diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.


(57)

Jadi dari pengertian-pengertian di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang nilai-nilai atau norma-notma dari suatu kelompok dalam proses pembentukkan dirinya.

2.6 Tinjauan tentang Ruang Henti Khusus (RHK)

Ruang Henti Khusus Sepeda Motor (RHK) sepeda motor secara definisi ialah ruangan yang disediakan pada ujung kaki persimpangan untuk diisi secara khusus hanya oleh sepeda motor pada saat lampu merah. RHK dibentuk dengan cara menarik mundur garis henti kendaraan bermotor roda 4 selebar yang dibutuhkan oleh sejumlah sepeda motor.

Jadi RHK merupakan bidang datar berdimensi dua yang dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk kendaraan bermotor roda empat. Kedua marka garis henti ini ditempatkan sedemikian rupa secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu bidang datar dengan panjang dan lebar tertentu. RHK ini tidak boleh diisi oleh kendaraan selain sepeda motor. Untuk kendaraan roda 4 harus berada di belakang RHK tersebut.

Ruang Henti Khusus (RHK) sepeda motor pada persimpangan merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah penumpukan sepeda motor pada persimpangan bersinyal. RHK sepeda motor didesain untuk fasilitas ruang berhenti sepeda motor selama fase merah yang ditempatkan di antara garis henti paling depan dengan garis henti untuk antrian kendaraan bermotor roda empat. RHK dibatasi oleh garis henti untuk sepeda motor dan marka garis henti untuk


(58)

kendaraan bermotor roda empat lainnya. Kedua marka garis henti ditempatkan secara berurutan dan dipisahkan oleh suatu ruang dengan jarak tertentu.

Model RHK untuk sepeda motor dikembangkan dari model Advanced Stop Lines (ASLs) untuk sepeda, yaitu fasilitas yang diperuntukkan bagi sepeda yang ditempatkan di depan antrian kendaraan bermotor (Wall GT et al, 2003). Di antara kedua garis henti ini, terbentuk suatu area yang dikenal sebagai area reservoir yang merupakan area penungguan selama fase merah, yang memungkinkan sepeda motor dapat menunggu di depan kendaraan bermotor lainnya di kaki persimpangan.

Model RHK yang dikembangkan dilengkapi dengan lajur pendekat dimaksudkan untuk membantu memudahkan sepeda motor mendekati garis henti di mulut persimpangan. Dengan demikian, RHK berfungsi untuk membantu sepeda motor langsung ke persimpangan dengan mudah dan aman yang memungkinkan sepeda motor dapat bergerak lebih dahulu dari kendaraan roda empat dan membuat persimpangan bersih lebih dahulu. Hal ini akan membuat kendaraan lain lebih mudah bergerak serta dapat mengurangi resiko konflik lalu lintas yang diakibatkan oleh berbagai manuver sepeda motor khususnya manuver sepeda motor yang akan berbelok

2.7 Tinjauan Tentang Kendaraan

Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik dimana peralatan tersebut merupakan satu kesatuan sistim yang terdiri dari rangka landasan, bagian-bagian motor penggerak, perangkat penerus daya, bodi


(1)

118

berbagai pihak adalah salah satu kunci sukses pengatasan permasalahan yang berlaku dijalan raya.

3. Pesan yang disampaikan oleh Pusjatan harus lebih inovatif, karena perkembangan teknologi menjadi suatu yang dibutuhkan. Agar pesan yang disampaikan itu tepat sasaran.

4. Penggunaan Media sebaiknya lebih banyak. Agar sasaran yang tidak terpantau mendapatkan informasi tentang program terbaru Pusjatan.


(2)

119

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Abdurahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta. Kurnia Kalam Semesta

Abdurachaman, Oemi. 2001. Dasar-dasat Public Relations. Bandung: PT Citra Aditia bakti.

Bungin, Burhan. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Bungin. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Daymon, Christine., dan Immy Holloway. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif: dalam Public Relations dan Marketing Communications. Yogyakarta: Penerbit Bentang.

Effendy, Onong Uchjana. 2004. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Faisal, Sanapiah. 2003. Pengumpulan dan Analisa Data dalam Penelitian Kualitatif. Dalam Bungin, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta. RajaGrafindo Persada.

Harun, Rochajat. 2008. Komunikasi Organisasi. Bandung: CV. Mandar Maju. Huberman, A. Michel & Miles B. Matthel. 1992. Analisis Data Kualitatif, Penj.

Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.

Kasali, Rhenald. 2008. Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kusmagi, Marye Agung. 2010. Selamat Berkendara di Jalan Raya. Jakarta: Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Group).


(3)

120

Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Internet Searching:

Idris Muhammad (2007). Peranan dishub bandung dan litbang From:

http://litbang.com/konflik/kendaraan/wewujudkan-budaya/keamanan/lalu/lintas/2010.htm diakses pada tanggal 28 Maret2011 pukul 7:25 PM

Budakbangka (2011). Pengertian Sosialisasi. From http://budakbangka.blogspot.com/2010/01/pengertian-sosialisasi.html diakses pada tanggal 27 Maret2011 Pukul 1:28PM


(4)

152

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : MUKHAMMAD FADILLA

TTL : Jakarta, 10 Februari 1988 Bangsa : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kompl. PASPAMPRES Blok D No. 22 Rt.01 Rw.08 Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok

Nama Ayah : Musa

Nama Ibu : Suhesti Yulianingsih No. Handphone : 0856 9764 4950


(5)

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. 2006-2011 : Strata 1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia 2. 2003-2006 : SMAN 88 Jakarta (Berijazah)

3. 2000-2003 : SLTP Negeri 103 Jakarta (Berijazah) 4. 1994-2000 : SDN 03 cijantung Jakarta (Berijazah)

III. PENGALAMAN BERORGANISASI

1. Anggota Paskibraka SLTPN 103 JAKARTA 2001-2002 2. Anggota OSIS SLTPN 103 Tahun 2002-2003

3. Wakil Ketua OSIS SMAN 88 Jakarta 2004-2005 4. Anggota Rayon 14 Jakarta Timur 2005-2006

1V. PELATIHAN DAN SEMINAR

1. Januari 2007 : Pelatihan Table Manner di Hotel Jayakarta Bandung (Bersertifikat)

2. Maret 2007 : Ceramah Umum di Kampus UNIKOM (Bersertifikat)

3. 22 Mei 2007 : Seminar Brand Management di Kampus UNIKOM (Bersertifikat)

4. 18-19 Juni 2009 : Kunjungan ke Media Massa “Aneka Yess” dan 120


(6)

154

Media Televisi “RCTI” di Jakarta (Bersertifikat)

5. 31 Maret 2009 : Pelatihan melejitkan Potensi dan Pengembangan Diri di Kampus UNIKOM (Bersertifikat)

6. 19 November 2009 : Workshop Pembuatan Program TV di Kampus UNIKOM (Bersertifikat)

7. 24 November 2009 : Kuliah Umum Kebudayaan Film & Sensor Film (Ilustrasi Tentang Perfilman) di Kampus UNIKOM (Bersertifikat)