Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan Melakukan Online Shopping Terhadap Keputusan Pembelian Produk Fashion Secara Online

(1)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nadia Syafira

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 25 November 1994

Alamat : Komplek Batununggal Indah Jl. Batununggal Elok 1 No. 29 Bandung

Nomor Telepon : 081322135988

Agama : Islam

E-Mail : Nadia.syafira.25@gmail.com Pendidikan Formal

2000-2006 : SD IT Lugina Rancaekek 2006-2009 : SMP Aisyiyah Rancaekek 2009 – 2012 : SMAN 22 Bandung

2012 – Sekarang : Universitas Komputer Indonesia Pendidikan Non Formal

1. Character Building, SECAPA AD 2013 2. Pelatihan Pendidikan Brevet Perpajakan 2015

Bandung, September 2016


(2)

PENGARUH PERSEPSI RESIKO DAN KEMUDAHAN MELAKUKAN ONLINE SHOPPING TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAAN

PRODUK FASHION SECARA ONLINE (Studi Kasus pada Remaja di Kota Bandung)

The Effect Of Perceived Risk and Easy Of Use Online Shopping To Purchaising Decision Fashion Product Online

(Survey To Teenager Of Bandung City)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Program Studi Manajemen

SKRIPSI

Disusun Oleh : Nadia Syafira NIM : 21212808

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG 2016


(3)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang menguasai segala kekuasaan dan pemiliki segala ilmu. Dengan sifat Maha Pengasih dan Penyayang-Nya memberikan kekuasaan, ilmu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Atas Kehendak-Nya jualah Alhamdulillahirabbil’alamin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan Melakukan Online shopping terhadap Keputusan pembeliaan Produk Fashion

Secara Online pada Remaja Kota Bandung” disusun guna memenuhi syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung.

Selama penyusunan skripsi ini, tidak sedikit bimbingan dan bantuan dari semua pihak, maka dengan rasa tulus penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dan semangat baik berupa material maupun spiritual.

1. Ibunda Dra. Iis Mahesarah dan Ayahanda Dedi Kusnadi S.Pd tercinta yang tanpa batas memberikan kasih sayang, motivasi serta doa kepada penulis. “Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, dan cintai mereka, sebagaimana mereka telah mendidikku sewaktu aku masih kecil”. 2. Trustorini Handayani, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

banyak memberikan motivasi, dan pengarahan serta masukan-masukan berharga kepada penulis sehingga dapat diselesaikannya laporan skripsi ini dengan tepat waktu dan hasil yang optimal.

3. Windy Novianti, SE., M.Si, selaku Wali Dosen saya di Kelas Menejemen 6 4. Dr. Raeny Dwisanty, S.E, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia 5. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

6. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, S.E., Spec., Lic.,selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.


(4)

vii

7. Seluruh dosen pengajar yang telah memberikan ilmu kepada penulis mudah-mudahan ilmu yang diajarkan bermanfaat dan menjadi amal kebaikan.

8. Kakak dan adik-adik tercinta Sajida az-zahra,S.SI , Melrandy A Firdaus, S.SI ,Ali Akbar Rafsanjani dan Asyifa Mujahidah yang selalu memberi motivasi kepada saya.

9. Penyemangat tercinta Oggy Yusta Ryandhika,S.E yang selalu memberikan motivasi dan ilmunya dalam pembuatan skripsi ini

10. Semua teman seperjuangan dalam mengerjakan skripsi ini, khususnya teman-teman Mn-6 yang telah membantu dan memberi masukan dalam pembuatan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu-persatu terima kasih atas dorongan, do’a, serta motivasi yang sangat berharga bagi penulis.

Akhir kata penulis sampaikan bahwa ilmu yang bermanfaat akan menjadi penolong kita diakhirat. Meski jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan skripsi yang penulis susun ini dapat memberikan manfaat bagi diri penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin yaa robbal a’lamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bandung, September 2016

Penulis, Nadia Syafira


(5)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT. ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah... 14

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 14

1.2.2 Rumusan Masalah ... 15

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 15

1.3.1 Maksud Penelitian ... 15

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Kegunaan Penelitian... 16

1.4.1 Kegunaan Penelitian... 16


(6)

ix

1.5 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 17

1.5.1 Lokasi Peneltian ... 17

1.5.2 Waktu Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 19

2.1.1 Persepsi Konsumen Untuk Pembeliaan Online ... 19

2.1.2 Devinisi Persepsi ... 20

2.1.3 Persepsi Resiko ... 21

2.1.3.1 Devinisi Persepsi Resiko ... 21

2.1.3.2 Indikator Persepsi Resiko ... 21

2.1.4 Kemudahan ... 22

2.1.4.1 Definisi Kemudahan ... 22

2.1.4.2 Indikator Kemudahan ... 23

2.1.5 Keputusan Pembeliaan ... 24

2.1.5.1 Definisi Keputusan Pembeliaan ... 24

2.1.5.2 Tahapan Keputusan Pembeliaan ... 24

2.1.5.3 Peranan Seseorang dalam Keputusan Pembeliaan ... 25

2.1.5.4 Proses Keputusan Pembeliaan ... 26

2.1.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembeliaan ... 30

2.1.5.6 Indikator Keputusan Pembeliaan ... 31

2.1.6 Penelitian Terdahulu ... 31


(7)

x

2.2.1 Keterkaitan Persepsi Kemudahan terhadap Keputusan Pembeliaan

Secara Online ... 33

2.2.2 Keterkaitam Kemudahan Terhadap Keputusan Pembeliaan ... 34

2.2.3 Keterkaitan Persepsi Resiko dan kemudahan Terhadap Keputusan Pembeliaan ... 35

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 38

3.2 Metode Penelitian ... 39

3.2.1 Desain Penelitian ... 41

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 46

3.2.3 Sumber Dan Teknik Pengentuan Data ... 50

3.2.3.1Sumber Data ... 50

3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.2.4.1 Uji Validitas ... 55

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 59

3.2.4.3 Uji MSI ... 62

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 63

3.2.5.1.1 Analisis Data Deskriptif ... 64

3.2.5.1.2 Analisis Verfikatif ... 65


(8)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 74

4.1.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Online Shop ... 74

4.2 Karakteristik Responden ... 75

4.3 Analisis Desktriptif ... 76

4.3.1 Analisis Deskriptif Persepsi Resiko ... 76

4.3.2 Analisis Deskriptif Kemudahaan ... 82

4.3.3 Analisis Deskriptif Keputusan Pembeliaan ... 86

4.4 Analisis Verifikatif ... 91

4.4.1 Persamaan Regresi Berganda ... 91

4.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 93

4.4.3 Analisis Korelasi ... 98

4.4.4Analisis Koefisien Determinasi ... 101

4.4.5 Uji Hipotesis ... 103

4.4.5.1 Pengujian Secara Parsial (Uji-T) ... 103

4.4.5.2 Pengujian Secara Simultan (Uji-F) ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, G.R. 2010. “Pengaruh Persepsi Teknologi Informasi, Kemudahan, Resiko Dan Fitur Layanan Terhadap Minat Ulang Nasabah Bank Dalam Menggunakan Internet Banking”, Universitas Diponegoro, Semarang, Skripsi.

Benito, Adityo. 2011. Analisis Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara On Line di Situs Kaskus

Goodwin, John W. and H. Evan Drummond. 1982 Agricultural Economics. 2nd Edition. Virginia : Reston Publishing Company, Inc.

Gujarati. 2005. SPSS Versi 16 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Husein Umar, 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat

Kotler, Philip, 2001. Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Prehalindo, Jakarta.

Kotler dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid Satu, Edisi Kedua Belas. Alih Bahasa Benyamin. Jakarta: PT. Indeks. Kelompok Gramedia.

Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta.

Moch Suhir Imam Suyadi Riyadi. 2014. Pengaruh Persepsi Resiko, Kemudahan dan Manfaat Terhadap Keputusan Pembeliaan Secara Online (Survei Terhadap Pengguna Situs Website www.Kaskus.co.id). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014|


(10)

Yusnidar, Samsir, dan Sri Restuti. 2014. Pengaruh Kepercayaan dan Persepsi Resiko terhadap Minat Beli dan Keputusan Pembeliaan Produk Fashion Secara Online

di Kota Pekanbaru. Jurnal Sosial Ekonomi PembangunanTahun IV No.12, Juli 2014 : 311-329. ISSN : 2087-4502

Schiffman & Kanuk. (2004). Perilaku Konsumen (edisi 7). Jakarta : Prentice Hall

Winardi. 2010. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Sugiyono. 2005. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : CV Alphabeta

. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D.Bandung : CV.Alphabeta

. 2011. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV. Alphabeta

Sugiyono . 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:CV Alpha beta

Tjiptono, Fandy, 2003. Prinsip – Prinsip Total Quality Service, Yogyakarta : Andi Offset

Turban E, Aronson, J E, Liang, T P , 2007. Decision Support and Business Intelligence System. 8th edition, Pearson Education International, 52-75.

Umi Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori dan Aplikasinya. Bandung : Fakultas Ekonomi UNIKOM.

Umi, Narimawati., Linna, Ismawati., & Sri Dewi, Anggadini. (2010). Penulisan Karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir Fakultas Ekonomi UNIKOM. Bekasi: Genesis


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Internet merupakan sarana elektronik yang dapat dipergunakan untuk berbagai aktivitas yang mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an di Indonesia. Internet mengalami perkembangan yang luar biasa, apalagi dengan diperkenalkannya teknologi World Wide Web (WWW), sehingga menambah sempurnanya teknologi. Teknologi internet menghubungkan ribuan jaringan komputer individual dan organisasi di seluruh dunia. Internet populer karena enam alasan, yaitu internet memiliki konektivitas dan jangkauan yang luas, dapat mengurangi biaya komunikasi, biaya transaksi yang lebih rendah, dapat mengurangi biaya agency, interaktif, fleksibel, dan mudah, serta memiliki kemampuan untuk mendistribusikan pengetahuan secara cepat. (Laudon dan Laudon, 2000:300).

Sumber : http://www.apjii.or.id

Gambar 1.1


(12)

Perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputerisasi menyebabkan terjadinya perubahan kultur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam era yang sudah sangat maju ini media elektronik menjadi salah satu media andalan untuk melakukan komunikasi dan bisnis. Penggunaan internet yang terus berkembang membuat semua industri terlibat dalam gelombang pembangunan. Ekonomi digital menyebar melintasi batas internasional, khususnya model bisnis antara penyedia jasa e-commerce dengan individu pembeli atau Business to Consumer (B2C) telah menunjukkan peningkatan yang mengejutkan.

Potensi internet sebagai media pemasaran dan perdagangan telah banyak dibicarakan akhir-akhir ini, pembicaraan tersebut menghasilkan suatu pandangan mengenai e-commerce, yaitu perdagangan melalui internet, penggunaan internet telah merubah cara orang dalam melakukan transaksi. E-commerce menawarkan sejumlah karateristik nilai tambah baru. Dimasa depan e-commerce akan mengantikan cara melakukan bisnis konvensional secara keseluruhan. Harga yang lebih murah merupakan salah satu keuntungan dari e-commerce, alasannya adalah meminimalkan penggunaan tempat yang lebih karena tidak membutuhkan tempat yang khusus dan tersentralisasi, serta tidak membutuhkan tempat untuk mendisplay barang secara fisik. Selain itu penggunaan sejumlah perantara atau distributur jugadapat dikurangi. Internet memiliki beberapa daya tarik dan keunggulan bagi para konsumen, misalnya akses 24 jam sehari, jangkauan global, efisiensi, alternatif ruang maupun pilihan yang relatif tak terbatas, personalisasi, dan sumber informasi potensial (Chandra Gregorius)


(13)

E-commerce adalah “Discribes the process of buying, Selling, transfering, serving, or exchange product. Service or information via computer network,

including the internet” (Turban et.al.,2007)

Dalam definisi tersebut dinyatakan bahwa e-Commerce pengambaran dari proses pembelian, penjualan, pengalihan, melayani, atau pertukaran produk. Layanan atau informasi melalui jaringan komputer, termasuk internet. E-Commerce merupakan perubahan dari pemasaran secara fisik kepada pemasaran digital. E-commerce kini menjadi pilihan sebagian besar orang, terutama bagi mereka yang sibuk dan tidak sempat pergi ke toko konvensional. Peningkatan minat dalam berbelanja secara online disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:

1.Meminimalkan pengeluaran , 2.Hemat Tenaga, 3. Mengurangi rasa lelah, 4. Mengurangi kerepotan, 5. Menghindari Impulse Buying 6. Mudah membandingkan harga, 7. Dapat harga khusus, 8. Hemat waktu, 9. Nyaman.(MyasiaOutlet.com).

Penggunaan layanan jasa berupa e-commerce dapat dinikimati oleh konsumen maupun perusahaan maka segala layanan dan kebutuhan yang diinginkan para konsumen dapat segera terpenuhi dengan segera, sehingga perusahaan tersebut akan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para konsumen. Selama ini juga konsumen yang ingin membeli produk diharuskan untuk mendatangi tempat penjual produk secara langsung dan hal tersebut sangat tidak efisien bagi para konsumen yang memiliki kesibukan yang sangat padat. Dengan adanya layanan e-commerce maka konsumen dapat mengakses serta melakukan pemesanan produk dari berbagai tempat dengan mudah.


(14)

Menurut Haubi dan Trifts (2000) mendefinisikan belanja melalui media internet sebagai pertukaran atau aktivitas komputer yang dilakukan seorang konsumen melalui alat penghubung komputer sebagai dasarnya, dimana komputer konsumen terhubung dengan internet dan bisa berinteraksi dengan retailer atau toko maya yang menjual produk atau jasa melalui jaringan. Pembelian online (buying online) mengacu pada perilaku belanja konsumen di toko online atau situs web yang bertujuan untuk pembelian secara online (Monsuwe et al., 2004). Pelanggan memasuki dunia internet, untuk mencari dan membeli produk. Produk dibagi menjadi, produk virtual yang didistribusikan melalui internet dan produk fisik dengan distribusi fisik (Lightner et al., 2002). Proses membeli melalui media internet terjadi ketika konsumen yang berpotensial menggunakan internet dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka butuhkan.

Online Shopping sendiri adalah sebuah media yang memungkinkan customer membeli barang atau jasa secara langsung dari seller dengan media internet menggunakan web browser. Online Shopping adalah kegiatan pembelian barang dan jasa melalui media Internet. Melalui belanja lewat Internet seorang pembeli bisa melihat terlebih dahulu barang dan jasa yang hendak ia belanjakan melalui web yang dipromosikan oleh penjual. Kegiatan Online Shopping ini merupakan bentuk komunikasi baru yang tidak memerlukan komunikasi tatap muka secara langsung, melainkan dapat dilakukan secara terpisah dari dan ke seluruh dunia melalui media notebook, komputer, ataupun handphone yang tersambung dengan layanan akses


(15)

Internet. Dengan adanya online shop kita sebagai pembeli bisa belanja berbagai macam kebutuhan tanpa harus bertatap muka dengan penjual.

Kini banyak perusahaan fashion mulai menggunakan sistem online untuk melayani para konsumennya, seperti halnya www.Berrybenka.com , www.8wood.id , www.Zalora.co.id , www.Bukalapak.com dan masih banyak lagi.

Berdasarkan survey yang dilakukan kepada pengguna internet didapatkan informasi mengenai data produk-produk yang sering dibeli konsumen melalui internet seperti pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Produk-Prouk yang di beli melalui Internet

No Produk Persentase

1 Fashion and Apparel 64,1%

2 Jewelry and Watches 36.4%

3 Airline Ticket 15,8%

4 Book 13,6%

5 Persomal Computer 9,5%

6 Handphone and smartphone 7,7%


(16)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengguna layanan

e-commerce dalam melakukan jual beli lebih tertarik pada jenis produk fashion.

Sumber : CNN Indonesia

Gambar 1.2

Demografi Pengguna Internet 2014

Dari data Demografi pengguna internet yang bersumber dari CNN Indonesia tahun 2014 pengguna internet kalangan muda dengan range usia 16-25 tahun sebesar


(17)

49%, pengguna internet kalangan Dewasa dengan range usia 26-38 tahun sebanyak 33,8%, pengguna internet kalangan usia Dewasa dengan range usia 46-55 sebesar 2,4% dan terakhir adalah pengguna internet kalangan Lansia dengan range usia 56-68 tahun sebesar 0,2%. Pengguna internet tertinggi berdasarkan sumber diatas kalangan yang menjadi pengguna internet terbanyak adalah kalangan muda yang berusia 16-25 tahun sebesar 49%.

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. (Wikipedia Indonesia)

Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.


(18)

Tabel 1.2

Data Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Umur (Jiwa)

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Statistik Kota Bnadung diatas dapat dilihat jumlah penduduk yang dikelompokan berdasarkan umur, kelompok umur yang tergolong kedalam usia remaja 10-14 tahun yaitu 177.482 jiwa , 15-19 yaitu 226.768 jiwa, dan 20-24 yaitu 260.703 jiwa maka dapat didapat bahwa jumlah remaja yang ada di Kota Bnadung sebanyak 664.703 jiwa.

Kelompok Umur

Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Kelompok Umur (Jiwa)

Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan 2013 2014 2013 2014 2013 2014 0 – 4 78.171 107.497 67.446 103.075 145.617 210.572

5 – 9 95.252 98.804 99.203 93.323 194.455 192.127 10 – 14 125.021 90.155 110.690 87.327 235.711 177.482

15 – 19 113.339 111.943 107.017 114.825 220.356 226.768 20 – 24 115.149 134.363 100.628 126.340 215.777 260.703

25 – 29 81.715 120.946 72.823 110.911 154.538 231.857 30 – 34 107.673 112.928 103.239 105.970 210.912 218.898

35 – 39 100.977 100.306 109.315 97.635 210.292 197.941 40 – 44 96.452 91.100 101.021 90.074 197.473 181.174

45 – 49 85.055 76.996 93.543 78.762 178.598 155.758 50 – 54 83.728 65.140 85.845 66.638 169.573 132.352

55 – 59 64.757 52.784 53.965 52.779 118.722 105.563 60 – 64 50.601 33.736 44.696 32.491 95.297 66.227

65 + 62.675 51.206 73.985 62.174 136.660 113.380


(19)

Persepsi Resiko suatu keadaan ketidakpastian yang dipertimbangkan seseorang untuk memutuskan iya atau tidak melakukan transaksi secara online. Risiko didefinisikan sebagai perkiraan subjektif individu untuk menderita kerugian dalam menerima hasil yang diinginkan (Pavlou, 2001). Dalam konteks transaksi online, individu cenderung untuk melihat risiko ketika muncul ketidakyakinan atas hasil yang mungkin terjadi dari transaksi yang dilakukan (Stone and Gronhaug, 1993). Pavlou (2003) menjelaskan bahwa terdapat dua bentuk ketidakpastian dalam bertransaksi online, yaitu ketidakpastian perilaku dan ketidakpastian lingkungan. Ferrinadewi (2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru. Persepsi resiko (Perceived risk) adalah sebuah ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi dimana yang akan dating atas keputusan pembelian yang mereka lakukan (Suresh A.M. dan Shashikala R. 2011).

Suresh A. M. dan Shashikala R (2011) mengatakan dalam penelitiannya tentang pengaruh persepsi akan resiko terhadap pembelian secara online pada konsumen di India, mengatakan bahwa konsumen memiliki persepsi resiko yang lebih tinggi ketika melakukan pembelian secara online jika dibandingkan dengan ketika mereka melakukan pembelian melalui toko secara langsung. Persepsi akan


(20)

resiko inilah yang kemudian mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian secara online.

Kemudahan (ease of use) Davis et al. (1989) mendefinisikan percieved ease of use sebagai keyakinan akan kemudahan penggunaan, yaitu tingkatan dimana user

percaya bahwa teknologi/sistem tersebut dapat digunakan dengan mudah dan bebas dari masalah. Hartono mendefinisikan Kemudahan adalah sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (Hartono, 2007:114). Selanjutnya Kemudahan (perceived ease of use) diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya. (Amijaya, 2010). Menurut Amijaya (2010) persepsi kemudahan ini akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi.

Winardi (2010:200) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik suatu pembelian dari proses evaluasi. Keputusan Pembelian Online (Online Purchase) adalah proses seleksi yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya yang kuat hubungannya dengan karakter personal, vendor/service, website quality, sikap pada saat pembelian,maksud untuk membeli online dan pengambilan keputusan (Andrade,2000). Menurut Haubl dan Trifts (2000) mendefinisikan belanja melalui media internet sebagai pertukaran atau aktivitas komputer yang dilakukan seorang konsumen melalui alat penghubung komputer sebagai dasarnya, dimana komputer konsumen


(21)

terhubung dengan internet dan bisa beinteraksi dengan retailer atau toko maya yang menjual produk atau jasa melalui jaringan.

Table 1.3

Survey Awal Tanggapan Remaja Kota Bandung Tentang Persepsi Resiko

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah anda merasa tidak ada resiko dalam produk yang dijual secara online? (Resiko Produk)

1 5% 19 95%

2 Apakah anda setuju pembeliaan secara online tidak memiliki resiko dalam bertransaksi?(Resiko Transaksi)

3 15% 17 85%

3 apakah anda merasa percaya dengan memutuskan pembeliaan secara online? (Resiko Psikologis)

5 25% 15 75%

Sumber : Remaja Kota Bandung (diolah)

Berdasarkan tabel survey awal tentang Persepsi Resiko pembeliaan online diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi adalah seperti pada Resiko Produk 95% Produk yang diterima sering kali berbeda dari ekspetasi produk yang diharapkan konsumen. Dan pada Resiko Transaksi untuk keputusan pembelian bahan secara online menyatakan 85% Konsumen memiliki persepsi atas transaksi yang dilakukan jika membeli barang secara onlibe mereka khawatir terjadi penipuan yang dilakukan oleh penjual online. Resiko Psikologis terdapat masalah 75% karena konsumen mengkhawatirkan terjadi resiko setelah atau sebelum melakukan pembeliaan online.


(22)

Table 1.4

Survey Awal Tanggapan Remaja Kota Bandung Tentang Kemudahan

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah berbelanja secara online lebih memudahkan dalam efesiensi waktu? (Efesiensi Waktu)

9 45% 11 55%

2 Apakah anda merasa mudah dalam melakukan transaksi secara online? (Kemampuan Melakukan Transaksi)

11 55% 9 45%

3 Apakah anda merasa mudah dan fleksibel dalam memutuskan pembeliaan secara online? (Penggunaan Yang Fleksibel)

12 60% 8 40%

Sumber : Remaja Kota Bandung (diolah)

Berdasarkan tabel survey awal tentang Kemudahan pembeliaan online diatas, terdapat masalah pada faktor-faktor yang terjadi adalah seperti pada Efesiensi waktu 55% Produk yang diterima sering kali terlambat datang karena adanya masalah pada perusahaan kurir. Dan pada Kemampuan melakukan transaksi untuk keputusan pembelian bahan secara online menyatakan 45% Konsumen memiliki rasa malas untuk bertransaksi online dikarenakan mereka harus terlebih dulu mentransfer uang dahulu,konsumen merasa tidak nyaman dengan aturan tersebut. Penggunaan yang fleksibel terdapat masalah sebesar 40% konsumen merasa sulit untuk mengopasikan pembelajaan secara online.


(23)

Table 1.5

Survey Awal Tanggapan kota Bnadung Tentang Keputusan Pembeliaan Secara Online

No Pernyataan Jawaban

Ya Tidak

1 Apakah produk yang dibeli sesuai yang diinginkan?

(Pemilihan terhadap produk)

7 35% 13 65%

2 Apakah produk bermerek tinggi selalu memiliki kualitas baik?

(Pemilihan terhadap merek)

12 60% 9 40%

3 Apakah produk hanya bisa dikirim melalui jasa pengiriman

(pemilihan terhadap saluran distribusi )

15 75% 5 25%

4 Apakah Harga produk sesuai dengan jumlah pembeliaan produk? (Pemilihan terhadap jumlah pembeliaan )

12 60% 9 40%

Sumber : Remaja Kota Bandung (diolah)

Berdasarkan tabel survey awal tentang Keputusan pembeliaan online diatas, terdapat masalah pada Produk-produk yang ditawarkan sebanyak 65% hal tersebut dikarenakan adanya masalah yaitu banyaknya produk-produk KW yang dikui oleh si penjual adalah produk original serta berbedanya barang yang diterima dari ekspetasi yang diharapkan. Pada Merek-merek fashion yang ditawarkan oleh online shop sebesar 10% hal itu dikarenakan produk branded tidak dijual oleh banyak online shop. Pengiriman produk hanya bisa dikirim oleh jasa kurir menimbulkan menimbulkan masalah 25% , dan harga produk beermasalah sebesar 40% hal itu


(24)

dikarenakan seringnya took online menjual produkyang terlalu mahal dengan took pesaing.

Dari pembahasan diatas peneliti mendapati suatu fenomena dari masyarakat bahwa masih terdapatnya keraguan dari beberapa orang untuk menggunakan layanan e-commerce yaitu online shopping karena masih adanya rasa ketakutan akan resiko masyarakat untuk melakukan aktivitas pembeliaan tanpa adanya transaksi langsung secara tatap muka seperti layaknya aktivitas jual beli pada umumnya, serta terdapat keraguan masyarakat atas kesesuaian wujud barang yang dibeli dengan apa yang ditampilkan penjual dalam layanan Online Shopping tersebut, dan selain itu masih terdapat beberapa orang yang masih merasa awam dengan penggunaan internet dalam transaksi jual-beli. Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan Melakukan online Shopping Terhadap Keputusan Pembeliaan Produk Fashion Secara Online (Studi kasus pada Remaja Kota Bandung)”

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan yaitu:

1. Tingginya anggapan Persepsi Resiko bagi remaja Kota Badung

2. Kemudahan dalam melakukan pembeliaan secara online belum dirasakan oleh remaja Kota Bandung


(25)

3. Kurangnya Keputusan pembeliaan secara online oleh remaja Kota Bandung

1.2.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tanggapan Remaja Kota Bandung tentang Persepsi Resiko Pembeliaan Online

2. Bagaimana tanggapan Remaja Kota Bandung tentang Kemudahan Pembeliaan Online

3. Bagaimana Keputusan Pembeliaan Online Remaja Kota Bandung

4. Bagaimana pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan menggunakan pembeliaan Online secara simultan dan parsial bagi Remaja Kota Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data-data bahan yang diperlukan sebagaimana yang digambarkan dalam perumusan masalah mengenai Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembeliaan Produk fashion secara Online pada Remaja Kota Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut:


(26)

1. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang Persepsi Resiko dalam pembeliaan online

2. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang Kemudahan dalam melakukan Pembeliaan Online

3. Untuk mengetahui Keputusan Pembeliaan Online Remaja Kota Bandung 4. Untuk mengetahui pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan terhadap

Keputusan Pembeliaan Online Secara Simultan dan Parsial Remaja Kota Bandung

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu penelitian ini sebagai bahan masukan bagi para Remaja Kota Bandung

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis

Hasil Penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat menambah wawasan dan memperkaya ilmu mengenai Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembeliaan Produk Fashion secara Online melalui pembelajaran kuliah dan tentu saja pada penelitian ini


(27)

2. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mendapatkan pengetahuan dan sebagai bahan pertimbangan lainnya yang mungkin digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti maka peneliti mengadakan penelitan pada Remaja di Kota Bandung

1.5.2 Waktu Penelitian

Waktu yang dilakukan dalam penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2016 sampai dengan Agustus 2016. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti membuat rencana jadwal penelitian yang dimulai dengan tahap persiapan sampai ketahap akhir yaitu pelaporan hasil penelitian. Secara lebih rinci waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.7 dibawah ini:


(28)

Tabel 1.7 Waktu Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan

Februari Maret April Mei Juni Juli Ags

I

Tahap Persiapan:

1.Sosialisasi Skripsi 2.Melakukan Survey Awal

II

Tahap Pelaksaan UP:

1. Pembuatan Proposal UP 2.Melakukan Bimbingan 3. Seminar 4. Revisi

III

Tahap Pelaksaan Skripsi:

s

1.Penelitian Lapangan 2.Melakukan

penyempurnaan Proposal 3.Melakukan Bimbingan

5.Sidang akhir skripsi 6. Revisi dan

pengumpulan draft skripsi


(29)

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Persepsi Konsumen Untuk Pembelian Online

Salah satu ukuran keberhasilan suatu usaha adalah bagaimana persepsi konsumen dapat meningkatan kepercayaan terhadap suatu produk sehingga mereka mempunyai keinginan membeli yang sangat besar terhadap produk tersebut. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan penilaian persepsi konsumen. Hasil penilaian dapat diukur dengan membandingakan data yang ada dilapangan. Bagi perusahaan hasil penilaian persepsi konsumen sangat penting peranannya dalam pengambilan keputusan berbagai hal terutama dalam hal ini yaitu tentang keputusan pembelian suatu produk atau barang. Konsumen secara selektif memilih stimuli mana yang akan diterima dan menjadikan stimuli tersebut sebagai dasar psikologi utama. Penginterpretasian stimuli juga berbeda-beda pada masing-masing individu.

Penginterpretasian stimuli juga berbeda-beda pada masing-masing individu. Proses tersebut terjadi sejak konsumen menangkap stimuli tersebut pertama kali. Penilaian oleh konsumen biasanya dipengaruhi oleh pengalaman maupun referensi yang dimiliki konsumen. Sehingga pengalaman sebelumnya berperan sebagai dasar acuan atau pertimbangan. Orang tidak menerima berbagai stimuli yang mereka pilih


(31)

dari lingkungan sebagai sensasi yang terpisah, tetapi mereka cenderung mengelompokkannya menjadi kelompok-kelompok dan merasakannya sebagai satu keseluruhan. Proses tersebut terjadi sejak konsumen menangkap stimuli tersebut pertama kali. Persepsi konsumen terhadap suatu produk akan menjadi pertimbangan konsumen dalam menentukan pilihan produk mana yang akan dibeli. Jika persepsi tersebut tinggi maka konsumen akan tertarik dan mengevaluasi masukan-masukan informasi yang mereka dapat mengenai barang tersebut untuk kemudian membelinya. Untuk menghasilkan persepsi yang tepat bagi konsumen, perusahaan hendaknya memperhatikan kriteria evaluasi kualitas produk atau jasa yang ditawarkan dengan cara terus menerus, karena orang akan melupakan banyak hal yang mereka pelajari namun cenderung akan mengingat informasi yang mendukung pandangan dan keyakinan mereka untuk membeli produk tesebut.

2.1.2 Definisi Persepsi

Persepsi merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perilaku. Perubahan perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Secara umum persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Menurut Alexander Hiam dan Charles D (1994) Persepsi adalah proses pemberian arti oleh sesorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus yang diterimanya.


(32)

2.1.3 Persepsi Resiko

2.1.3.1 Definisi Persepsi Resiko

Persepsi resiko konsumen merupakan hal yang lebih dahulu diperhatikan dalam kaitannya dengan transaksi pembelian secara online. Resiko memiliki dampak terhadap sikap dan tingkah laku seseorang dalam melakukan transaksi dengan pihak lain. Tingkat resiko adalah faktor yang penting dalam membentuk sikap konsumen dan tingkah laku dalam segala macam transaksi bisnis. Tingkat resiko yang tinggi akan membuat konsumen tidak nyaman dalam menggunakan ecommerce.

Menurut sciffman dan kanuk (2000) mendefinisikan persepsi risiko sebagain ketidakpastian yang di hadapi oleh konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan dampak dari keputusan pembelian mereka.

Perceived Risk adalah penyebab utama mengapa orang enggan berbelanja online. Karena sifatnya yang tidak bertemu secara langsung antara pembeli dan penjual, e-commerce memunculkan persepsi risiko yang berbeda beda. Ada yang menghawatirkan kehilangan uang, ada yang menghawatirkan faktor waktu pengiriman, ada juga yang mempertimbangkan Faktor security dan privacy (Detiknet,2012).

2.1.3.2 Indikator Persepsi Resiko

Suresh A. M. dan Shashikala R (2011) mengatakan dalam penelitiannya tentang pengaruh persepsi akan resiko terhadap pembelian secara online pada konsumen di India, mengatakan bahwa konsumen memiliki persepsi resiko yang lebih tinggi ketika melakukan pembelian secara online jika dibandingkan dengan


(33)

ketika mereka melakukan pembelian melalui toko secara langsung. Persepsi akan resiko inilah yang kemudian mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian secara online.

Persepsi resiko (Perceived risk) adalah sebuah ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi dimana yang akan dating atas keputusan pembelian yang mereka lakukan (Suresh A.M. dan Shashikala R. 2011). Berikut adalah indikator dari Persepsi Resiko :

1. Resiko Produk

Resiko produk mengacu pada ketidakpastian bahwa produk yang dibeli akan sesuai dengan yang diharap-kan

2. Resiko Transaksi

Resiko transaksi adalah ketidak-pastian yang akan berakibat merugikan konsumen dalam proses transaksi.

3. Resiko Psikologis

Resiko psikologis adalah ketakutan-ketakutan, yang mungkin terjadi selama pembelian atau setelah pembelian.

2.1.4 Kemudahan

2.1.4.1 Definisi Kemudahan

Pada saat pertama kali bertransaksi online biasanya calon pembeli akan mengalami kesulitan, karena factor keamanan dan tidak tahu cara bertransaksi secara


(34)

ada juga beberapa calon pembeli yang berinisiatif untuk mencoba karena mereka telah mendapatkan informasi tentang cara bertransaksi online.

Kemudahan (ease of use) Davis et al. (1989) mendefinisikan percieved ease of use sebagai keyakinan akan kemudahan penggunaan, yaitu tingkatan dimana user

percaya bahwa teknologi/sistem tersebut dapat digunakan dengan mudah dan bebas dari masalah.

Kemudahan (perceived ease of use) diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya. (Amijaya, 2010).

Persepsi kemudahan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha. Persepsi kemudahan ini akan berdampak pada perilaku, yaitu semakin tinggi persepsi seseorang tentang kemudahan menggunakan

sistem, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan teknologi informasi. 2.1.4.2 Indikator Kemudahan

Adapun indikator-indikator dari variabel kemudahaan penggunaan (ease of use) adalah sebagai berikut: (Amijaya 2010)

1. Efisiensi waktu 2. Kemampuan


(35)

2.1.5 Keputusan Pembeliaan

2.1.5.1 Definisi Keputusan Pembeliaan

Menurut Swastha dan Irawan (2008:105-112), keputusan pembelian adalah pemahaman konsumen tentang keinginan dan kebutuhan akan suatu produk dengan menilai dari sumber-sumber yang ada dengan menetapkan tujuan pembelian serta mengidentifikasi alternatif sehingga pengambil keputusan untuk membeli yang disertai dengan perilaku setelah melakukan pembelian.

Menurut Philip Kotler(2007;223) Keputusan pembelian adalah beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk

Schiffman dan Kanuk (2004), mendefinisikan keputusan pembelian sebagai pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian. Dengan kata lain, konsumen yang hendak melakukan pilihan harus menentukan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan 2.1.5.2 Tahapan Keputusan Pembeliaan

Menurut Tjiptono (2006), ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu :

1. Identifikasi kebutuhan 2. Pencarian informasi 3. Evaluasi alternative


(36)

4. Keputusan pembelian, dan 5. Evaluasi purnabeli.

2.1.5.3 Peranan Seseorang dalam Keputusan Pembeliaan

Dalam keputusan membeli barang konsumen sering kali ada lebih dari dua pihak yang terlibat dalam proses pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peranan ini di pegang oleh satu orang, namun sering kali pula peranan tersebut dilakukan beberapa orang. Pemahaman ini berguna dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Kelima peranan tersebut meliputi, Kotler et al (1996) :

1. Pemrakarsa, yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untukmembeli suatu barang atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh, yaitu orang yang pandangan, nasihat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.

3. Pengambil keputusan, yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian, misalnya apakah jadi membeli, apa yang di beli, bagaimana cara membeli, atau dimana membelinya.

4. Pembeli, yakni orang yang melakukan pembelian aktual.

5. Pemakai, yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa yang di beli.


(37)

2.1.5.4 Proses Keputusan Pembeliaan

Proses pengambilan keputusan dalam pembelian produk barang dan jasa sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumen itu sendiri. Kotler (1997) mengemukakan bahwa proses pengambilan keputusan membeli melalui lima tahap seperti pada Gambar 2.1 berikut :

UMPAN BALIK

Sumber: Kotler (1997)

Gambar 2.1

Diagram Proes Pengambilan Keputusan

1. Pengenalan Masalah/Kebutuhan

Proses pembelian dimulai ketika pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual

Pengenalan masalah / kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi berbagai Alternatif merek produk

Prilaku Pasca Pembeliaan Keputusan Pembeliaan


(38)

dengan keadaan yang diinginkan. Kebutuhan akan dimotivasi oleh dua fungsi dan manfaat. Manfaat utilitarian merupakan atribut produk fungsional yang objektif, sedangkan manfaat hedonis mencakupi respon emosional, kesenangan panca indera, mimnpi dan pertimbangan estetis. Sejauh mana produk atau jasa dibeli karena pertimbangan manfaat utilitarian dan manfaat

hedonic/pengalaman Seberapa jauh peranan situs e-commerce bagi konsumen, yaitu tingkat kepentingan pribadi yang ingin dirasakan terhadap tujuan ke depan (Engel et al.1994).

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan mencari banyak informasi. Salah satu yang menjadi perhatian pokok pemasar adalah sumber informasi utama yang dicari konsumen dan pengaruh relatifnya terhadap keputusan pembelian berikutnya. Sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok yaitu:

A. Sumber pribadi : Keluarga, teman, tetangga, dan kenalan

B. Sumber komersial : Iklan, wiraniaga, pedagang perantara, kemasan, pajangan

C. Sumber publik : Media masa, organisasi

D. Sumber pengalaman: Penanganan, pemeriksaan, penggunakan produk. Melalui pengumpulan informasi, konsumen mengetahui merek-merek yang bersaing dan keistimewaan masing-masing merek.


(39)

Tahap ini terdiri dari dua tindakan yaitu menetapkan tujuan pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan tujuan pembelian. Setelah tujuan pembelian ditetapkan, konsumen perlu mengidentifikasikan alternatif-alternatif seperti uang, informasi, waktu dan resiko kesalahan dalam memilih. Menurut Saladin (2003), terdapat lima konsep dasar bagi pemasar dalam penilaian alternatif konsumen yaitu :

a. Sifat-sifat produk, apa yang menjadi ciri-ciri khusus dan perhatian konsumen terhadap produk dan jasa tersebut.

b. Pemasar hendaklah lebih memperhatikan pentingnya ciri-ciri produk dari pada penonjolan ciri-ciri produk.

c. Kepercayaan konsumen terhadap ciri produk yang menonjol

d. Fungsi pemanfaatan, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan yang diperoleh dari produk dengan tingkat alternatif yang berbeda-beda setiap hari.

e. Bagaimana prosedur penilaian yang dilakukan konsumen dari sekian banyak ciri-ciri barang.

4. Keputusan Pembelian

Engel et al (1994) menyatakan bahwa pembelian produk atau jasa yang dilakukan konsumen bisa digolongkan dalam tiga kelompok :

a. Pembelian terencana: Beli rumah, beli mobil.

b. Separuh terencana: Konsumen ingin membeli sabun, tetapi merek yang ingin dibeli tidak dirancanakan sepenuhnya.


(40)

c. Tidak terencana banyak dipengaruhi oleh para pemasar. Penilaian terhadap keputusan membeli didahului oleh maksud untuk membeli. Ada dua faktor penyebab maksud untuk membeli menurut Saladin, (2003), yaitu:

a) Sikap orang lain: Keputusan membeli itu banyak dipengaruhi oleh teman-teman, tetangga atau siapa saja yang mereka percaya.

b) Faktor-faktor situasi yang tidak terduga: Faktor harga, pendapatan keluarga, dan keuntungan yang diharapkan dari produk tersebut.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah membeli produk, konsumen akan merasakan tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Apabila konsumen merasa puas akan produk tersebut maka konsumen akan melakukan pembelian ulang di masa yang akan datang, dan bahkan menginformasikan kepada pelanggan lain akan kepuasaan yang dirasakan untuk melakukan pembelian dimana mereka melakukan pembelian, tetapi apabila konsumen tidak puas dengan produk tersebut maka konsumen akan kecewa dan tidak melakukan pembelian lagi pada produk tersebut. Secara prinsip, proses pengambilan keputusan konsumen online tidak jauh berbeda dengan proses

keputusan offline seperti diatas. Kendati demikian, perilaku konsumen di internet jauh lebih kompleks dibandingkan perilaku konsumen offline, karena adanya pengaruh teknologi web sabagai teknologi yang lebih jangih di zaman yang


(41)

modern saat ini.

2.1.5.5 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembeliaan

Menurut Kotler (2002), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh: 1. Faktor budaya, yang terdiri dari:

a. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.

b. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecilyang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi khusus bagi anggotanya.

c. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative homogen dan

permanent, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. b. Keluarga

c. Peran dan Status, dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran tersebut menghasilkan status.

3. Faktor Pribadi, yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri.


(42)

4. Faktor Psikologis, yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.

1.1.5.6 Indikator Keputusan Pembeliaan

Berikut Indikator keputusan pembeliaan menurut (Kotler:2007)

1. Pemilihan terhadap produk 2. Pemilihan terhadap merek

3. Pemilihan terhadap saluran distribusi 4. Pemilihan terhadap jumlah pembeliaan

2.1.6 Penelitian Terdahulu

Selanjutnya untuk mendukung penelitian ini, dapat di sajikan daftar penelitian terdahulu dan teori yang sudah dijabarkan atau dikemukakan sehingga dapat membedakan keorisinalitasan penelitian ini:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Kesimpulan Persamaan Perbedaan

1 Moch Suhir Imam Suyadi Riyadi,

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)| Vol. 8 No. 1 Februari 2014|

PENGARUH PERSEPSI RISIKO, KEMUDAHAN DAN MANFAAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

(Survei Terhadap Pengguna Situs Website www.Kaskus.co.id) Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap Keputusan pembelian online

dilakukan dengan pengujian F-test. hasil uji t didapatkan bahwa variabel persepsi risiko mempunyai nilai t hitung dan koefisien beta yang paling besar. Penggunaan variable Persepsi resiko dan kemudahan sebagai variable independen, dan keputusan pembeliaan Penggunaan Variabel manfaat sebagai variable independen, sedangkan peneliti tidak menggunakan variable


(43)

sebagai variable dependen

tersebut

2 Yusnidar, Samsir, dan Sri Restuti JURNAL SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN Tahun IV No.12, Juli 2014 : 311-329. ISSN : 2087-4502

PENGARUH KEPERCAYAAN DAN PERSEPSI RESIKO TERHADAP MINAT BELI DAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK FASHION SECARA ONLINE DI KOTA PEKANBARU Semakin tinggi kepercayaan pada toko online, maka resiko yang dipersepsikan konsumen tidak makin rendah. Menurunnya tingkat resiko yang dipersepsikan konsumen tidak membuat peningkatan atas keputusan pembelian produk fashion secara online. Penggunaan variabel Persepsi resiko sebagai variable independen. Variable keputusan pembelian sebagai variable dependen Variabel Kepercayaan sebagai variable independen sedangkan peneliti menggunakan variable kemudahan. Dan variable minat beli& keputusan pembeliaan sebagai variable dependen sedangkan peneliti hanya menggunakan variable keputusan pembelian sebagai variable dependen 3 Benito, Adityo Analisis

Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan dan Kualitas Penelitian ini meneliti tenteng pengaruh kepercayaan, kemudahan dan kualitas Penggunaan variable kemudahan sebagai variable independen. Dan penggunaan variabel kepercayaam sebagai variabel independen sedangkan


(44)

Informasi Terhadap Keputusan Pembelian Secara On Line di Situs Kaskus informasi terhadap keputusan pembelian. Didapat hasil bahwa kemudahan memiliki pengaruh pada konsumen agar dapat dengan mudah menggunakan internet dan jasa online shopping yang membantu didalam membuat keputusan untuk malakukan pembelian secara online penggunaan variable keputusan pembeliaan sebagai variable dependen peneliti menggunakan variabel persepsi resiko sebagai variabel independen

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Keterkaitan Persepsi Resiko terhadap Keputusan Pembeliaan secara online

Melalui komunikasi yang baik, konsumen akan merasakan kenyamanan dan mengurangi persepsi akan resiko konsumen dalam bertransaksi, dan hal ini pada akhirnya akan mampu mempengaruhi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian melalui social networking websites. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh) Sukma (2011) yang menyebutkan bahwa persepsi resiko yang


(45)

dirasakan konsumen memiliki dampak yang signifikan terhadap keputusan pembelian secara online.

Terkait dengan adanya penipuan online, para pemilik online shop harus memperhatikan kualitas layanan dari segi proses untuk memperkecil tingkat persepsi resiko (perceived risk) pelanggan. Hal ini dikarenakan persepsi resiko mengandung ketidaktentuan sebuah situasi. Di dalam transaksi perdagangan online, setidaknya ada tiga macam resiko yang mungkin terjadi yaitu resiko produk, resiko transaksi, dan resiko psikologis. Resiko produk mengacu pada ketidakpastian bahwa produk yang dibeli akan sesuai dengan yang diharap-kan, sedangkan resiko transaksi adalah ketidak-pastian yang akan berakibat merugikan konsumen dalam proses transaksi, dan resiko psikologis adalah ketakutan-ketakutan, yang mungkin terjadi selama pembelian atau setelah pembelian (Sukma, 2011).

2.2.2 Keterkaitan Kemudahan Terhadap Keputusan Pembeliaan

Davis et al. (1989) mendefinisikan percieved ease of use sebagai keyakinan akan kemudahan penggunaan, yaitu tingkatan dimana user percaya bahwa teknologi/ sistem tersebut dapat digunakan dengan mudah dan bebas dari masalah. Intensitas penggunaan dan interaksi antara pengguna dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan.

Menurut Goodwin (1987); Silver (1988); dalam Adityo, (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara user dengan sistem juga dapat menunjukkan


(46)

kemudahan. Suatu sistem online yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih dikenal, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah digunakan oleh user. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kemudahaan (ease of use) merupakan faktor utama yang berpengaruh terhadap penggunaan online shopping (Davis, 1989; Venkatesh dan Davis, 2000; Pikkarainen, et al., 2004).

Berdasarkan definisi dan teori yang dikemukakan diatas kemudahan berpengaruh pada keputusan konsumen untuk melakukan pembelian secara online.

Kemudahan dalam menggunakan dan mengoprasikan teknologi internet untuk melakukan kegiatan belanja online menjadiakan konsumen untuk memutuskan pembelian secara online. Sebuah website tidak harus selalu menaraik secara teknis saja tetapi juga harus mudah digunkan agar memberi dorongan positif bagi keputusan konsumen untuk melakukan intersaksi kepada perusahaan. Kemudahan penggunaan teknologi internet untuk melakukan pembelian online dapat digunakan perusahaan untuk menjaring kelompok pelanggan yang memberi keuntungan besar bagi perusahaan.

2.2.3 Keterkaitan Persepsi Resiko dan Kemudahan Terhadap Keputusan Pembeliaan

Hasil analisis statistik menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan, secara bersama sama antara variabel persepsi risiko, persepsi kemudahan dan persepsi manfaat terhadap Keputusan Pembelian online. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel dari persepsi risiko, persepsi kemudahan dan persepsi manfaat mampu mempengaruhi secara bersama-sama terhadap keputusan


(47)

konsumen untuk melakukan pembelian secara online (Riyadi,Imam Suyadi, Moch suhir : 2014). Berikut ini adalah skema paradigma berpikir dari penelitian ini :

(Sukma : 2011)

(Riyadi,Imam Suyadi, Moch Suhir : 2014)

2.3 Hipotesis

(Goodwin:1987)

Gambar 2.2.

Skema Paradigma Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut :

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta –fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga Persepsi Resiko

1. Resiko Produk 2. Resiko Transaksi 3. Resiko Psikologis (Suresh A.M & Shashikala 2011)

Kemudahan :

1. Efesiensi Waktu

2. Kemampuan Melakukan Transaksi

3. Penggunaan yang Fleksibel

(Amijaya : 2010)

Keputusan Pembeliaan : 1. Pemilihan terhadap produk 2. Pemilihan terhadap merek 3. Pemilihan terhadap saluram

distribusi

4. Pemilihan terhadap jumlah pembeliaan


(48)

dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1: Persepsi Resiko berpengaruh terhadap Keputusan Pembeliaan H2 : Kemuahan berpengaruh terhadap Keputusan Pembeliaan


(49)

BAB III

OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitiaan

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian didalam sebuah penelitian. Objek penelitiaan menjadi sasaran dalam penelitiaan untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan objek penelitian tersebut yang berjudul “Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan Melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembeliaan Produk Fashion Secara Online”

Menurut Umar Husein (2005:303) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan

hal-hal lain jika dianggap perlu.”

Adapun pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut :


(50)

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan”

Sesuai dengan pengertian diatas bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Objek dalam Penelitian ini adalah Persepsi resiko, kemudahan, keputusan pembeliaan Penelitian ini dilakukan pada Remaja Kota Bandung, dengan uraian variabel sebagai berikut :

1. Variabel Independen ( Variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau mengakibatkan variabel dependen (variabel dependen). Variabel independen pada penelitian ini adalah Persepsi resiko dan kemudahan

2. Variabel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembeliaan online dengan memilih responden Remaja Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitiaan

Metode penelitan menurut Sugiyono (2009:4) adalah sebagai berikut :

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan


(51)

dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui pengaruh atau hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) adalah sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi”.

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan rumusan masalah satu sampai lima. Data yang dibutuhkan adalah data yang sesuai dengan masalah-masalah yang ada sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga data dapat dikumpulkan, dianalisis, dan ditarik kesimpulan dengan teori-teori yang telah dipelajari, untuk kemudian ditarik kesimpulan.

Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Mashuri (2008) dalam Narimawati Umi (2010:29) adalah sebagai berikut:


(52)

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di

tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”

Dengan menggunakan metode penelitian, maka akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti sehinggan menghasilkan suatu kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Sesuai dengan hipotesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan telaah statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan analisi Regresi Berganda.

3.2.1. Desain Penelitian

Sebelum melakukan penelitian sangatlah perlu kita melakukan suatu perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar dan sistematis.

Desain penelitian menurut Narimawati Umi (2008) adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah Suatu Rencana Struktur, dan Strategi untuk menjawab permasalahan, yang mengoptimasi validitas”.

Desain penelitian menurut Indrianto Nur dan Supomo Bambang (2002:249) adalah sebagai berikut :


(53)

“Desain Penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan

metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam

pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”

Dari uraian di atas tersebut maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh penulis dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.

Menurut Sugiyono (2009:13) penjelaskan proses penelitian disampaikan seperti teori sebagai berikut :

1. Sumber masalah

2. Rumusan masalah

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian

7. Kesimpulan.

Berdasarkan penjelasan proses penelitian diatas maka proses penelitian ini adalah sebagai berikut:


(54)

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian. Dalam penelitian ini difokuskan pada Persepsi Resiko dan Kemudahan melakukan Online Shopping. Dengan itu maka peneliti menarik judul “Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembelian Produk Fashion Secara Online”

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi. Dalam penelitian ini identifikasi masalahnya adalah besarnya anggapan resiko membeli produk melalui online bagi responden, dan responden merasa pembeliaan melalui online itu lebih rumit.

3. Rumusan Masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data yaitu :

a. Bagaimana tanggapan Remaja Kota Bandung tentang Persepsi Resiko Pembeliaan Online

b. Bagaimana tanggapan Remaja Kota Bandung tentang Kemudahan Pembeliaan Online

c. Bagaimana Keputusan Pembeliaan Online Remaja Kota Bandung

d. Bagaimana pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan menggunakan pembeliaan Online secara simultan dan parsial bagi Remaja Kota Bandung 4. Menetapkan Tujuan Penelitiaan. Maka tujuan penelitiaan ini yaitu :

a. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang Persepsi Resiko dalam pembeliaan online


(55)

b. Untuk mengetahui tanggapan responden tentang Kemudahan dalam melakukan Pembeliaan Online

c. Untuk mengetahui Keputusan Pembeliaan Online Remaja Kota Bandung d. Untuk mengetahui pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan terhadap

Keputusan Pembeliaan Online Secara Simultan dan Parsial Remaja Kota Bandung

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir.Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara Memilih prosedur dan teknik yang digunakan terhadap masalah penelitian (hipotesis).Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

5. Pengajuan Hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembeliaan online,


(56)

6. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

7. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Persepsi resiko (Variabel Independen“X1”) dan

Kemudahan (Variabel Independen “X2”) terhadap Keputusan Pembeliaan Online (Variabel dependen“Y”) digunakan korelasi Analisis Regresi

Berganda, dan untuk menguji pengaruh dari Persepsi Resiko (Variabel

Independen“X1”) dan Kemudahan (Variabel Independen “X2”) terhadap Keputusan Pembeliaan (Variabel dependen“Y”) digunakan koefisien

determinasi. 8. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada


(57)

pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah.Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan

Penelitian

Desain Penelitian

Jenis Penelititan

Metode yang Digunakan

Unit Analisis

T-1 Descriptive Descriptive Survey

Remaja Kota Bandung

T-2 Descriptive Descriptive Survey

Remaja Kota Bandung

T-3 Descriptive Descriptive Survey

Remaja Kota Bandung

T-4 Verificative Explanatory Survey


(58)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Umi Narimawati (2008:30) pengertian operasional variabel adalah sebagai berikut:

“Operasionalisasi Variabel adalah proses penguraian variabel penelitian ke

dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual

maka perlu dilakukan analisis faktor”.

Sesuai dengan judul penelitian yang diungkapkan oleh penulis yaitu Pengaruh Persepsi Resiko dan Kemudahan Melakukan Online Shopping terhadap Keputusan Pembeliaan Online , maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Independen (X1) dan (X2)

Variabel independen yaitu variabel bebas yang biasa juga mempengaruhi variabel lain.Variabel independen dalam penelitian ini Persepsi Resiko (X1) dan

Kemudahan (X2).

Persepsi Resiko dan Kemudahan ditentukan dengan skala ordinal, data-data diperoleh dari hasil kuesioner.


(59)

Variabel dependen adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau mempengaruhi variabel lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen yaitu Keputusan Pembeliaan.

Agar lebih jelas indikator tersebut dapat dituangkan dalam tabel operasional di bawah ini:

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Persepsi Resiko (X1) Persepsi resiko (Perceived risk) adalah sebuah ketidakpastian yang dihadapi konsumen ketika mereka tidak dapat meramalkan konsekuensi dimana yang akan dating atas keputusan pembelian yang mereka lakukan (Suresh A.M. dan Shashikala R. 2011)

a. Resiko Produk

b. Resiko Transaksi c. Resiko Psikologis a. Tingkat ketakutan Resiko ketidak sesuaian produk b. Tingkat ketakutan resiko transaksi c. Tingkat ketakutan setelah atau sebelum melakukan pembeliaan Ordinal


(60)

Kemudahan (X2)

Kemudahan (perceived ease of use) diartikan sebagai tingkat dimana seseorang percaya bahwa menggunakan sistem tertentu dapat meningkatkan kinerjanya. (Amijaya, 2010).

1. efisiensi waktu 2. Kemampuan

Melakukan Transaksi

3. Penggunaan yang Fleksibel

a. tingkat efesiensi terhadap waktu b. tingkat kemudahan transaksi c. tingkat kemudahan yamg fleksibel Ordinal Keputusan Pembeliaan online (Y) Keputusan Pembelian yaitu “beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk”. Philip Kotler (2007;223) 1. Pemilihan terhadap produk 2. Pemilihan terhadap merek 3. Pemilihan terhadap saluram distribusi a. Tingkat memilih produk b. Tingkat memilih merek c. Tingkat saluran

ditribusi d. Tingkat Jumlah

pembeliaan

Ordinal

Dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah skala ordinal. Pengertian dari skala ordinal menurut Sugiyono (2012) adalah sebagai berikut “Skala ordinal adalah skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran dengan skala ini disebut dengan data ordinal yaitu


(61)

Dari pengertian diatas tujuan dari penggunaan skala ordinal adalah memperoleh informasi berupa nilai pada jawaban. Variabel-variabel tersebut diukur oleh instrument pengukur dalam bentuk kuesioner berskala ordinal yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert

Menurut Sugiyono (2012 :132) skala likert adalah sebagai berikut “Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial.”

Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pertanyaan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pilihan jawaban kuisoner positif atau negative Keterangan Positif Negatif

Sangat Baik 5 1

Baik 4 2

Cukup Baik 3 3

Kurang Baik 2 4

Tidak Baik 1 5


(62)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

Umar Husein (2005:41), Sumber data ada dua yaitu data primer dan sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti baik dari pribadi maupun dari satu instansi yang mengolah data untuk keperluan penelitian, seperti dengan cara melakukan wawancara atau membagikan kuisioner secara langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap data primer. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan memahami melalui media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta catatan-catatan kuliah yang menunjang penelitian ini.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Untuk menunjang hasil penelitian, maka peneliti melakukan pengelompokan data yang diperlukan kedalam dua golongan, yaitu:


(63)

Pengertian populasi menurut Narimawati Umi (2008:72), adalah:

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu sesuai

informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis

penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah Remaja Kota Bandung sebanyak 664.853 Jiwa

2. Sampel

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012: 116) adalah: “Bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan harus representatif ”. Dalam menentukan sampel, terdapat cara/ tekniknya sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data. Teknik sampling menurut Sugiyono (2012:116) adalah teknik pengambilan sampel, untuk meneukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian”. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Probability Sampling, yaitu Simple Random Sampling.

Menurut Sugiyono (2012:118) teknik Simple Random Sampling merupakan teknik sampling yang sederhana, karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu sendiri, dan cara ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen. Sedangkan metode penarikan sampel yang digunakan mengacu pada pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:


(64)

Sumber : panduan penulisan skripsi unikom 2016

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5% dan 10%)

Sehingga, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan teknik perhitungan Slovin, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 400 sampel, dengan batas kesalahan 5%.

= 399,79 Dibulatkan = 400

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Lapangan, yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer dan sekunder (data yang diambil langsung dari Kuisioner pada Remaja Kota Bandung.


(65)

1) Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu untuk memperoleh data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan penelitian.

2) Studi Lapangan (Field Research) yaitu dengan mencari dan memperoleh data dari perusahaan yang penulis teliti dengan cara :

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan dan mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penelitian secara langsung dilapangan.

b. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab pihak-pihak yang mempunyai kaitan langsung dengan objek yang diteliti.

c. Kuesioner, yaitu alat penelitian berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah franchisee. Disini peneliti menggunakan skala Likert. Adapun kriteria pembobotan nilai untuk alternatif jawaban dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.4 Skala Likert

Jawaban Bobot Nilai

Positif Negatif

a. Sangat Setuju (SS) 5 1

b. Setuju (S) 4 2

c. Ragu (R) 3 3

d. Tidak Setuju (TS) 2 4

e. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5 (Sumber : Sugiyono 2007, 108)

Agar peneliti dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya maka harus dilakukan tahapan analisis dan pengujian hipotesis. Untuk melakukan sebuah analisis


(66)

data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu peneliti akan menentukan metode apa yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian dan merancang metode untuk menguji sebuah hipotesis.

Untuk menilai kuisioner apakah valid dan realibel maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.2.4.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kevalidan dari instrumen yang digunakan yaitu apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus diperbaiki atau dihilangkan. Uji validitas ini diujikan kepada 20 responden yang merupakan Remaja Kota Bandung.

Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate pearson (product moment) yang diolah dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 17.0.

Kriteria pengujian validitas yaitu:

1. Jika rhitung > rtabel, maka instrumen atau item pernyataan berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2. Jika rhitung < rtabel, maka instrumen atau item pernyataan tidak berkorelasi


(67)

Menurut Sugiyono (2009:121) menjelaskan mengenai validitas adalah

sebagai berikut : “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid.Valid berarti instrument tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang hendak di ukur”.

Lebih lanjut uji validitas menurut Cooper dalam Narimawati Umi (2010:42), validitas adalah : ”Validity is a characteristic of measuraenment concerned with the

extent that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Dari definisi diatas validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat tes (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan variabel Persepsi Resiko (X1) dan Kemudahan (X2).

Tabel 3.5

Standart Penilaian untuk Validitas

Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20


(1)

Dari output tabel 4.24 diatas didapatkan nilai fhitung sebesar 398.120 ,

menggunakan taraf signifikan sebesar 5%, maka dari tabel distribusi F didapat nilai ftabel untuk df1 = k - 1 = 3 – 1 = 2 dan untuk df2 = n – k = 400 – 3 = 397

sehingga didapat ftabel (2 ; 397) sebesar 3,00 dikarenakan fhitung > ftabel

(398,120 > 3,00) dan sig (0.000 < 0.05) maka H0 ditolak dan H1 diterima,

sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Persepsi resiko dan Kemudahan terhadap Keputusan pembelian Produk Fashion secara online.

Gambar 4.7

Pengujian Hipotesis (Kurva Uji-F) Pada Uji Persepsi Resiko dan Kemudahan Terhadap Keputusan Pembelian

Berdasarkan gambar 4.7 diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar 3,000berada

pada daerah penolakan Ho yang menunjukkan bahwa Persepsi resiko dan Kemudahan memiliki pengaruh secara simultan yang signifikan terhadap Keputusan pembelian Produk Fashion secara online.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Moch Suhir dan Imam Suyadi Riyadi (2014) yang menyatakan bahwa persepsi resiko dan kemudahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian secara online.

3,00


(2)

(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan dari bab sebelumnya, serta pembahasan yang disertai dengan teori dan konsep yang mendukung mengenai penelitian ini yang berjudul pengaruh persepsi resiko dan kemudahan terhadap keputusan pembelian pada Produk Fashion secara online pada remaja di Kota Bandung, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut

1. Persepsi resiko yang didalamnya diukur melalui 3 indikator, yaitu resiko produk, resiko transaksi, dan resiko psikologis. Indikator resiko produk memperoleh persentase skor tertinggi dengan kategori cukup baik, sedangkan resiko transaksi memperoleh skor yang paling rendah dengan kategori kurang baik. Namun secara umum semua indikator masuk dalam kategori cukup baik.Hal ini di sebabkan karena Produk yang diterima sering kali berbeda dari ekspetasi produk yang diharapkan konsumen. Selain itu Konsumen memiliki persepsi atas transaksi yang dilakukan jika membeli barang secara onlibe mereka khawatir terjadi penipuan yang dilakukan oleh penjual online. Hal ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan persepsi resiko pada Produk Fashion secara online pada remaja di Kota Bandung masih harus dibenahi.


(4)

2. Kemudahan dalam membeli secara online pada remaja di Kota Bandung berada pada kategori baik, terdiri dari 3 indikator yaitu efisiensi waktu, kemampuan melakukan transaksi dan penggunaan yang fleksibel. Efisiensi waktu yang memperoleh persentase tertinggi dengan kategori cukup baik, sedangkan indicator penggunaan yang fleksibel memperoleh persentase terendah dengan kategori kurang baik. Hal ini dapat dilihat dikeluhkan konsumen karena Produk yang diterima sering kali terlambat datang karena adanya masalah pada perusahaan kurir dan Konsumen memiliki rasa malas untuk bertransaksi online dikarenakan mereka harus terlebih dulu mentransfer uang dahulu,konsumen merasa tidak nyaman dengan aturan tersebut.

3. Dari 3 indikator keputusan pembelian, yaitu pemilihan terhadap produk, pemilihan terhadap merek dan pemilihan terhadap saluran distribusi. Indikator pemilihan terhadap merek memperoleh persentase skor tertinggi dengan kategori cukup baik, sedangkan indikator pemilihan terhadap produk memperoleh persentase terendah dengan kategori cukup baik. hal tersebut dikarenakan adanya masalah yaitu banyaknya produk-produk KW yang dikui oleh si penjual adalah produk original serta berbedanya barang yang diterima dari ekspetasi yang diharapkan.

4. Secara parsial maupun simultan penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara persepsi resiko dan kemudahan terhadap keputusan pembelian, hal ini ditunjukkan dengan pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi resiko dan kemudahan terhadap


(5)

keputusan pembelian Produk Fashion secara online pada remaja di Kota Bandung

5.2 Saran

Setelah penulis memberikan kesimpulan dari hasil penelitian tentang persepsi resiko dan kemudahan terhadap keputusan pembelian Produk Fashion secara online pada remaja di Kota Bandung, maka penulis akan memberikan beberapa saran yang dapat digunakan oleh:

1. Pembeli harus lebih mampu memperhatikan dan memahami proses pembelian yang harus dilakukan. Selain itu pembeli pun lebih baik melakukan pembelian dengan cara menggunakan akun – akun penjualan khusus seperti Tokopedia, blibli.com atau lain sebagainya karena hal itu mampu mempercepat dalam proses transaksi yang dilakukan dan meminimalisir terjadi nya penipuan karena penjual ada di bawah naungan badan tersebut.

2. Pembeli seharusnya lebih bisa mendeteksi kemudahan yang diharapkan seperti menyesuaikan rekening yang digunakan oleh penjual. Selain itu pembeli juga harus menanyakan terlebih dahulu kepastian kepada penjual produk yang di pesan sampai di tempat tujuan berapa lama setidaknya agar konsumen sedikitnya mendapatkan jaminan kedatangan produk yang telah dipesannya


(6)

3. Pembeli harus bisa lebih selektif dalam memilih penjual produk fashion yang benar – benar bisa dipercaya agar dalam proses resiko yang di tanggung bisa lebih diminimalir tidak hanya dengapn melihat merek atau jenis produk yang di jual saja, tetapi bisa juga dengan membandingkan harga jual yang ditetapkan oleh sang penjual agar produk yang di inginkan mampu sesuai dengan ekspektasi kita.

4. Pengaruh antara persepsi resiko dan kemudahan terhadap keputusan pembelian Produk Fashion secara online pada remaja di Kota Bandung bisa di bilang sudah berjalan baik, pada kondisi ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh penjual untuk tetap memberikan kepercayaan kepada konsumen agar tetap menjadi pelanggan sejati. Dan penjual pun harus lebih mempermudah proses pembelian produk agar terjadinya keselarasan antara penjual dan pembeli.


Dokumen yang terkait

PENGARUH RANCANGAN SITUS, HARGA, KEPERCAYAAN DAN KEAMANAN TERHADAP PEMBELIAN PRODUK FASHION MELALUI ONLINE SHOPPING

0 3 32

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN DAN KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

0 6 18

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN DAN KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

17 56 115

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, DAN KERAGAMAN PRODUK PAKAIAN VIA ONLINE TERHADAP Analisis Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, Dan Keragaman Produk Pakaian Via Online Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online (Studi kasus pada mahasiswa belanja on

0 2 13

ANALISIS PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN, DAN KERAGAMAN PRODUK PAKAIAN VIA ONLINE TERHADAP Analisis Pengaruh Kepercayaan, Kemudahan, Dan Keragaman Produk Pakaian Via Online Terhadap Keputusan Pembelian Secara Online (Studi kasus pada mahasiswa belanja on

0 3 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pembelian Melalui Online Shopping (Studi Pengaruh Persepsi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Online)

0 0 4

PENGARUH PERSEPSI KONSUMEN TENTANG RESIKO, PROMOSI DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK FASHION TOKO ONLINE PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

0 2 204

Analisis Persepsi Harga, Promosi, Kualitas Layanan, Dan Kemudahan Penggunaan Terhadap Keputusan Pembelian Produk Secara Online,

0 1 20

View of ANALISIS PENGARUH PERSEPSI RISIKO, KEMUDAHAN DAN MANFAAT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE (STUDI KASUS PADA KONSUMEN BARANG FASHION DI FACEBOOK

0 0 9

PENGARUH KEPERCAYAAN, KEMUDAHAN INFORMASI, DAN KUALITAS INFORMASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

1 26 17