5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Portal Beton
Portal adalah struktur rangka yang terdiri dari kolom dan balok yang sambungannya kaku, atau disebut juga rigid frame.Portal bertingkat dapat
dibangun dengan bahan struktur beton bertulang atau pun baja profil. Bila jumlah tingkat terlalu banyak portal dapat diperkuat dengan sistem penahan beban lateral
berupa dinding geser shear wall atau inti struktural structural core. Portal bertingkat juga mungkin diperkuat dengan diagonal-diagonal yang membentuk
bidang-bidang rangka kaku, yang berfungsi sebagai dinding geser.
2.1.1 Beton Bertulang
Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari pasir, kerikil, batu pecah, atau agregat-agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang
terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan. Beton sendiri memiliki kuat tekan yang tinggi tetapi kuat tarik yang sangat rendah.Nilai kuat
tarik beton hanya sekitar 9 - 15 dari kuat tekannya.Beton bertulang adalah suatu kombinasi antara beton dan baja dimana tulangan baja berfungsi
menyediakan kuat tarik yang tidak dimiliki oleh beton. McCormac, 2004, h.1. Istimawan menyebutkan, kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan
hanya dapat terwujud dengan didasarkan pada keadaan-keadaan ; 1 lekatan sempurna antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya
sehingga tidak terjadi penggelinciran diantara keduanya; 2 beton yang mengelilingi batang tulangan baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan
mencegah terjadinya karat baja; 3 angka muai kedua bahan hampir sama, dimana untuk setiap kenaikan suhu satu derajat Celcius angka muai beton
0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja 0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan. 1994, h.2.
6
2.1.2 Sifat-sifat Beton Bertulang a. Kuat Tekan
Kuat tekan beton fc’ ditentukan dengan melakukan uji kegagalan terhadap silinder-silinder beton 6in. x 12 in. yang berumur 28 hari pada tingkat
pembebanan tertentu. Selama periode 28 hari ini silinder beton biasanya ditempatkan di dalam air atau dalam sebuah ruangan dengan temperature tetap
dan kelembapan 100. Kurva tegangan-regangan pada gambar 2.1 menampilkan hasil yang dicapai dari uji kompresi terhadap sejumlah silinder uji standart
berumur 28 hari yang kekuatannya beragam.
Gambar 2.1 Kurva tegangan-regangan beton yang umum, dengan pembebanan jangka pendek
Berikut beberapa hal penting yang didapat dari grafik: a.
Kurva hampir lurus ketika beban ditingkatkan dari nol sampai kira-kira 13 – ½ kekuatan maksimum beton.
b. Di atas kurva ini perilaku betonnya nonlinear. Ketidaklinearan kurva
tegangan-regangan beton pada tegangan yang lebih tinggi ini mengakibatkan beberapa masalah ketika kita melakukan analisis
structural terhadap konstruksi beton karena perilaku konsruksi tersebut juga akan nonlinear pada tegangan-regangan yang lebih tinggi.
7
c. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah kenyataan bahwa berapa
pun besarnya kekuatan beton, semua beton akan mencapai kekuatan puncak nya pada regangan sekitar 0,002.
d. Beton tidak memiliki titik leleh yang pasti; sebaliknya kurva beton akan
tetap bergerak mulus hingga tiba di titik kegagalan point of rupture pada regangan sekitar 0,003 sampai 0,004.
e. Banyak pengujian telah menunjukkan bahwa kurva-kurva tegangan-
regangan untuk silinder-silinder beton hampir identik dengan kurva-kurva serupa untuk sisi balok yang mengalami tekan.
f. Harus diperhatikan juga bahwa beton berkekuatan lebih rendah lebih
daktil daripada beton berkekuatan lebih tinggi, artinya beton-beton yang lebih lemah akan mengalami regangan yang lebih besar sebelum
mengalami kegagalan. b. Kuat Tarik
Kuat tarik beton bervariasi antara 8 sampai 15 dari kuat tekannya.Alasan utama dari kuat tarik yang kecil ini adalah kenyataan bahwa
beton dipenuhi oleh retak-retak halus.Retak-retak ini tidak berpengaruh besar bila beton menerima beban tekan karena beban tekan menyebabkan retak menutup
sehingga memungkinkan terjadinya penyaluran tekanan.Kuat tarik beton tidak berbanding lurus dengan kuat tekan ultimatnya fc’.Kuat tarik ini cukup sulit untuk
diukur dengan bebean-beban tarik aksial langsung akibat sulitnya memegang spesimen uji untuk menghindari konsentrasi tegangan dan akibat kesulitan dalam
meluruskan beben-beban tersebut.Kuat tarik beton pada waktu mengalami lentur sangat penting ketika kita sedang meninjau retak dan lendutan pada balok.Untuk
tujuan ini, kita selama ini menggunakan kuat tarik yang diperoleh dari uji modulus keruntuhan.
c. Modulus Elastisitas Statis Beton tidak memiliki modulus elastisitas yang pasti.Nilainya bervariasi
tergantung dari kekuatan beton, umur beton, jenis pembebanan, dan karakteristik dan perbandingan semen dan agregat.
8
d. Modulus Elastisitas Dinamis Modulus elastisitas dinamis, yang berkorespons dengan regangan-
regangan sesaat yang sangat kecil, biasanya diperoleh dari uji sonik.Nilainya biasanya lebih besar 20 - 40 daripada modulus nilai awal.Modulus dinamis ini
biasanya dipakai pada analisis struktur dengan beban gempa atau tumbukan. e. Poisson Ratio
Ketika sebuah silinder beton menerima beban tekan, silinder tersebut tidak hanya berkurang tingginya tetapi juga mengalami ekspansi pemuaian dalam arah
lateral. Perbandingan ekspansi lateral dengan perpendekan longitudinal ini disebut sebagai Poisson Ratio. Nilainya bervariasi dari 0,11 untuk beton mutu tinggi dan
0,21 untuk beton mutu rendah, dengan nilai rata-rata 0,16. f. Susut
Ketika bahan-bahan untuk beton dicampur dan diaduk, pasta yang terdiri dari semen dan air mengisi rongga-rongga di dalam agregat dan mengikat agregat
tersebut menjadi satu.Campuran ini harus cukup mudah dikerjakan workable dan dapat mengalir sehingga campuran tersebut dapat masuk diantara sela-sela
tulangan dan memenuhi seluruh cetakan.Untuk dapat mencapai tingkat kemampuan kerja workability seperti ini, biasanya digunakan air yang lebih
banyak daripada seharusnya agar semen dan air dapat bereaksi bersama. Setelah beton selesai dirawat dan mulai mengering, kelebihan campuran air ini mencari
jalan ke permukaan beton, tempat dimana campuran ini akan menguap. Akibatnya, beton akan susut dan retak. Retak yang dihasilkan akan mengurangi
kekuatan geser beton dan merusak penampilan struktur. Selainitu, retak juga akan mengakibatkan tulangan terkena udara dari luar, sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya karat. g. Rangkak
Ketika menerima beban tekan terus-menerus, beton akan terus mengalami deformasi untuk waktu yang lama. Setelah deformasi awal terjadi, deformasi yang
terjadi selanjutnya disebut rangkakcreep atau aliran plastis plastic flow.Jika
9
beban tekan diterapkan kepada suatu batang beton, terjadi pemendekan sesaat atau elastis. Jika beban dibiarkan tetap ada untuk waktu yang lama, batang tersebut
akan terus memendek selama beberapa tahun dan deformasi akhir yang terjadi biasanya sebesar 2 sampai 3 kali deformasi awal. Besar rangkak yang terjadi
sangat tergantung pada besarnya tegangan.Rangkak hampir berbanding lurus terhadap teganagan selama tegangan yang terjadi tidak lebih besar dari sentengah
fc’. 2.1.3 Kelebihandan Kekurangan Beton Bertulang
Beton bertulang masih merupakan bahan struktur yang paling umum digunakan secara umum di seluruh dunia baik untuk bangunan gedung, rumah,
jembatan, bendungan, drainase, dan sebagainya. Pemilihan beton ini sebagai bahan struktur tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan dari aspek kelebihan
beton tersebut terhadap jenis bangunan yang akan dibangun. Berikut merupakan beberapa kelebihan beton sebagai bahan struktur:
1. Beton memiliki kekuatan tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kebanyakan bahan struktur lainnya. 2.
Beton memiliki ketahanan yang tinggi terhadap temperatur tinggi atau pun api. 3.
Pemeliharaan nya mudah dan relatif lebih murah 4.
Beton memiliki kekakuan yang cukup tinggi sangat kaku 5.
Lebih mudah dibentuk sesuai dengan bentuk perencanaan yang diinginkan. 6.
Usia layan beton yang panjang. 7.
Material yang dibutuhkan untuk membuat struktur beton mudah didapat, seperti kerikil, pasir dan air.
8. Keahlian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi dengan
bahan beton bertulang lebih rendah dibanding bahan lain contohnya baja. 9.
Lebih ekonomis untuk struktur pondasi, basement, pier, dan lain-lain Kekurangan Beton Bertulang
1. Kuat tarik beton yang rendah
2. Memerlukan bekisting dalam pencetakannya sampai beton mengalami
pengerasan, serta penyangga bekisting yang biayanya cukup mahal.
10
3. Kekuatan beton per satuan berat yang rendah mengakibatkan berat sendiri
beton besar terutama dalam penggunaannya dalam bentang yang panjang. 4.
Kekuatan beton per satuan volume mengakibatkan dimensi beton yang besar jika menginginkan kekuatan beton yang besar pula.
5. Bervariasinya sifat-sifat beton karena variasi proporsi campuran, proses
pembuatan, penuangan ke dalam cetakan, dan pemeliharaan. 6.
Beton dapat mengalami susut dan rangkak seiring berjalannya waktu.
2.1.4 Kolom beton bertulang Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka framestruktural yang
memikul beban dari balok.Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi Nawy,
2008, h306.Berdasarkan posisi beban terhadap penampang melintang kolom, kolom dapat diklasifikasikan atas kolom dengan beban sentris dan kolom dengan
beban eksentris.Kolom yang mengalami beban sentris berarti tidak mengalami momen lentur, namun pada kenyataannya kolom jenis ini sangat jarang
ditemukan.Perencanaan kolom umumya di desain sebagai kolom dengan beban eksentris. Kolom dengan beban eksentris mengalami momen lentur dan juga gaya
aksial. Momen ini dapat dikonversikan menjadi beban P dengan eksentrisitas tertentu.Momen lentur sendiri dapat bersumbu tunggal uniaxial seperti halnya
kolom luar eksterior bangungan tingkat tinggi.Kolom dengan momen lentur bersumbu rangkap biaxial apabila lenturnya terjadi terhadap sumbu x dan y.
Karena kolom merupakan elemen yang menahan beban-beban balok dan pelat lantai maka dalam perencanaannya kolom didesain dengan kekuatan
cadangan yang lebih tinggi dibandingkan elemen balok. Kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip dasar berikut :
1. Distribusi regangannya linier diseluruh tebal kolom
2. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja regangan baja sama
dengan regangan pada beton yang mengelilinginya 3.
Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal untuk perhitungan kekuatan adalah 0,003in.in
4. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak digunakan dalam perhitungan
11
Kolom beton bertulang ada yang bersengkang persegi dan spiral.Kolom dengan sengkang persegi adalah kolom yang dipasang tulangan sengkang
berbentuk persegi untuk menahan tulangan longitudinal agar tidak bergerak selama pembangunan juga menjaga tulangan longitudnal menekuk ke arah luar
akibat adanya beban. Kolom spiral adalah kolom yang diberikan tulangan sengkang berbentuk lingkaran. Tulangan spiral ini mempunyai kekuatan yang
lebih besar untuk menahan tulangan longitudinal, namun pembuatannya jauh lebih mahal dibandingkan tulangan persegi. Balok spiral juga lebih banyak digunakan
pada kolom yang berada di dalam ruangan terbuka karena bentuk nya yang lebih menarik. Kolom spiral juga lebih baik untuk bangunan yang berada di daerah
rawan gempa. Spiral efektif untuk meningkatkan kekokohan dan daktilitas kolom.
2.1.4.1 Keruntuhan kolom beton Keruntuhan kolom dapat terjadi apabila tulangan bajanya mengalami leleh
karena tarik, atau terjadinya kehancuran pada beton yang tertekan. Selain itu dapat pula kolom mengalami keruntuhan apabila terjadi kehilangan stabilitas lateral,
yaitu terjadi tekuk. Apabila kolom runtuh karena materialnya yaitu lelehnya baja atau hancurnya beton, maka kolom ini diklasifikasikan sebagai kolom
pendek.Apabila panjang kolom bertambah, kemungkinan kolom runtuh karena tekuk semakin besar.
a. Kolom Persegi
Pada kolom dengan sengkang persegi, saat kolom mendapat beban yang besar yang dapat membuat selimut beton pecah dan gompal, tulangan
longitudinal akan menekuk dengan cepat, hal ini dapat membuat keruntuhan yang terjadi secara tiba-tiba, umumnya karena gempa. Namun
dapat dihindari jika tulangan sengkang dipasang berdekatan.
b. Kolom Spiral
Berbeda dengan kolom sengkang persegi, tulangan sengkang spiral akan dapat menahan tulangan longitudinal meskipun selimut beton sudah
gompal, jadi struktur masih dapat dipertahankan. Jika tulangan sengkang dipasang berdekatan, maka tulangan sengkang dan longitudinal dapat
12
menahan beban yang sedikit lebih besar dari beban yang membuat selimut beton gompal.
Gambar 2.2 Tipe kolom beton
2.1.4.2 Persyaratan Peraturan ACI untuk Kolom Cor ditempat. Peraturan ACI mensyaratkan banyak batasan pada dimensi, tulanganm kekangan
lateral, dan hal lain yang berhubungan dengan kolom beton. Beberapa batasan yang penting diberikan sebagai berikut.
1. Persentase tulangan tidak boleh kurang dari 1 luas bruto penampang
kolom ACI 10.9.1 2.
Persentase tulangan maksimum tidak boleh lebih besar dari 8 luas bruto penampang kolom ACI 10.9.1
3. Jumlah tulangan longitudinal minimum yang diizinkan untuk batang tekan
ACI 10.9.2 adalah 4 untuk tulangan dengan sengkang persegi atau lingkaran, 3 untuk tulangan sengkang segitiga, dan 6 untuk tulangan
dengan sengkang spiral. 4.
Peraturan ACI tidak secara langsung memberikan luas penampang kolom minimum, tetapi memberikan selimut yang diperlukan disisi luar sengkang
atau spiral dan memberikan jarak yang diperlukan antar tulangan
13
longitudinal dari satu permukaan kolom ke permukaan lainnya jadi lebar minimum adalah sekitar 8 sampai 10 in.
5. Jika digunakan kolom sengkang persegi, sengkang tersebut tidak boleh
lebih kecil dari 3 dengan tulangan longitudinal 10 atau lebih kecil. Ukuran minimum sengkang adalah 4 untuk tulangan longitudinal lebih
besar dari 10 danuntuk tulangan gabungan. Jarak sengkang pusat ke pusat tidak boleh lebih dari 16 kali diameter tulangan longitudinal, 48 kali
diameter sengkang, atau dimensi lateral terkecil dari kolom. 6.
Peraturan ACI 7.10.4 menyatakan bahwa jarak bersih spiral tidak boleh kurang dari 1 in. atau lebih dari 3 in.
2.2Portal Baja
Struktur baja dibagi atas tiga kategori umum : a struktur rangka framed structure yang elemennya bisa terdiri dari batang tarik, kolom, balok, dan batang
yang mengalami gabungan lenturan dan beban aksial; b struktur selaput shell yang tegangan aksialnya dominan; dan c struktur gantung suspension, yang
sistem pendukung utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan. Salmon Jhonson 1986, h 17.
2.2.1 Sifat - Sifat Mekanis Baja Pengujian yang paling efektif untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik baja
adalah pengujian tarik. Karena pengujian tekan terhadap baja akan memberikan hasil yang kurang akurat karena disebabkan akan terjadinya tekuk pada baja
sehingga terjadi ketidakstabilan dari baja. Perhitungan regangan baja juga lebih mudah dilakukan untuk uji tarik daripada uji tekan. Berikut beberapa sifat
mekanis baja : a.
Elastisitas Elastisitas merupakan kemampuan suatu bahan untuk kembali ke bentuk
semula. Jika beban dibawah batas titik leleh baja yang diberikan kemudian dihilangkan maka baja akan kembali pada dimensinya sebelum di berikan
pembebanan atau dikatakan baja tersebut masih bersifat elastis.
14
b. Daktilitas
Daktilitas merupakan sifat material yang memungkinkan adanya deformasi yang besar tanpa mengalami kehancuran akibat tegangan tarik.Sifat ini yang
menjadi kelebihan baja karena tidak dapat runtuh secara tiba-tiba.Namun untuk kondisi tertentu akibat berbagai faktor baja dapat bersifat getas dimana
baja tidak mengalami deformasi plastis, melainkan putus pada saat deformasi tidak benar.
c. Keliatan toughness dan Kekenyalan resilience
Kekenyalan berhubungan dengan penyerapan energi elastis suatu bahan. Kekenyalan adalah jumlah energi elastis yang dapat diserap oleh satu satuan
volume bahan yang dibebani tarikan; besarnya sama dengan luas bidang di bawah diagram tegangan regangan sampai tegangan leleh.
Keliatan berhubungan dengan energi total, baik elastis maupun inelastis, yang dapat diserap oleh suatu satuan volume bahan sebelum patah.Salmon
Jhonson 1986, h 42. d.
Kekuatan lelah fatigue Baja dapat mengalami keruntuhan saat dilakukan pembeban dan
penghilangan beban secara berulang-ulang walaupun beban diberikan berada di bawah titik leleh nya.Hal tersebut dikarenakan baja berada pada keadaan
fatigue.Kekuatan lelah dipengaruhi oleh daktilitas dan tegangan multiaksial pada baja.
2.2.2 Hubungan Tegangan-Regangan Baja Diagram tegangan-regangan menampilkan informasi yang penting untuk
dapat memahami bagaimana perilaku baja terhadap kondisi yang diberikan padanya. Jika suatu struktur baja yang daktil diberikan gaya tarik, baja akan mulai
memanjang. Jika gaya tarik yang diberikan konstan pertambahan panjang juga akan meningkat linear dalam batas tertentu.
15
Tegangan terbesar yang dapat dipikul baja tanpa mengalami deformasi permanen disebut sebagai batas elastis. Tegangan dimana terjadi regangan besar
yang signifikan tanpa adanya peningkatan tegangan disebut sebagai titik leleh. Hubungan antara tegangan dan regangan untuk baja di tunjukkan pada grafik
berikut :
Gambar 2.3 Kurva hubungan tegangan-regangan
Keterangan : fp
: batas proporsional fe
: batas elastis fyu, fy : tegangan leleh atas dan bawah
fu : tegangan putus
ɛ
sh
: regangan saat mulai terjadi efek strain-hardening ɛ
u
: regangan saat tercapainya tegangan putus
Titik ini membagi kurva tegangan – regangan menjadi beberapa daerah sebagai berikut :
1 Daerah linear antara 0 dan fp, dalam daerah ini berlaku Hukum Hooke,
kemiringan dari bagian kurva yang lurus ini disebut sebagai Modulus Elastisitas atau Modulus Young, E= f
ɛ 2
Daerah elastis antara dan f
e,
pada daerah ini jika beban dihilangkan maka benda uji akan kembali ke bentuk semula atau dikatakan bahwa
benda uji tersebut masih bersifat elastis.
16
3 Daerah plastis yang dibatasi oleh regangan antara 2 hingga 1,2-1,5,
pada bagian ini regangan mengalami kenaikan akibat tegangan konstan sebesar f
y
. Daerah ini menunjukkan daktilitas dari material baja. 4
Daerah penguatan regangan strain-hardening antara ɛ
sh
dan ɛ
u.
Untuk regangan 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan
kembali mengalami kenaikan namun dengan kemiringanyang lebih kecil daripada kemiringan daerah elastis, daerah regangan ini berlanjut
hingga mencapai tegangan putus. Kemiringan daerah ini dinamakan modulus penguatan regangan E
u
.
2.2.3 Kelebihandan Kekurangan Baja Sebagai Bahan Stuktur Dalam pemilihannya sebagai bahan struktur, baja memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan bahan struktur lain seperti beton, yaitu : 1.
Baja merupakan material yang berkekuatan tinggi. Kekuatan per volumenya lebiih tinggi dibandingkan dengan material lain. Sehingga
berat struktur lebih ringan dan diperoleh keleluasaan dalam kebutuhan ruang. Fakta inipenting untuk bangunan seperti jembatan dengan
bentang panjang, bangunan gesung tinggi, dan struktur diatas pondasi yang lemah.
2. Baja lebih mudah dipasang karena baja merupakan produk pabrikan
yang pada saat pemasangan nya dilapangan hanya tinggal menyambung komponen-komponennya.
3. Efisiensi waktu lebih tinggi dalam pemasangan atau pembangunan
strukturnya. 4.
Baja merupakan produksi pabrik sehingga di dapat keseragaman dalam mutu nya. Berbeda dengan beton yang mutunya dapat berbeda karena
pengaruh berbagai faktor saat pengecoran dilakukan. 5.
Baja umumnya bersifat daktil sehingga keruntuhan tiba-tiba dapat dihindari.
6. Baja dapat dibongkar kembali apabila bangunan bersifat sementara
sehingga dapat digunakan kembali. 7.
Merupakan material yang dapat di daur ulang.
17
Kekurangan Baja Berikut merupakan kelemahan baja sebagai bahan struktur.
1. Baja perlu diberikan perlindungan tambahan agar tahan terhadap api.
2. Baja rentan terhadap korosi.
3. Biaya pemeliharaannya lebih mahal.
4. Dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan lebih khusus bila
dibandingkan dengan pembuatan beton. 5.
Baja mampu menahan tekukan pada batang-batang langsing, tetapi tidak dapat mencegah terjadinya pergeseran horizontal.
2.2.4 Kolom baja Tipe kegagalan pada elemen kolom baja dibagi menjadi :
1. Tekuk lentur disebut juga tekuk Euler adalah peristiwa menekuknya
batang tekan ke arah sumbu lemah saat mencapai kondisi tidak stabil. 2.
Tekuk lokal, yaitu ketika suatu batang mengalami tekuk di beberapa bagian penampang tertentu akibat rasio lebar terhadap tebal yang terlalu
besar. 3.
Tekuk torsi, tekuk ini terjadi pada kolom dengan tipe penampang tertentu, seperti siku ganda dan profil T, tekuk torsi membuat penampang batang
tekan terputar atau terpuntir. Kolom ideal yang memenuhi persamaan Euler, harus memenuhi anggapan berikut
1. Kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama diseluruh
penampang 2.
Tak ada tegangan sisa 3.
Kolom benar-benar lurus dan prismatis 4.
Beban bekerja pada titik berat penampang, sehingga batang melentur 5.
Kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti 6.
Berlakunya teori lendutan kecil 7.
Tak ada puntiran pada penampang Bila asumsi-asumsi diatas dipenuhi maka kekuatan kolom dapat ditentukan
berdasarkan :
18
��� = �
2
�
�
���
2
. �
�
= �
�
Keterangan : �
�
: tangen modulus elastisitas pada tegangan �
�
: luas kotor penampang batang ��� : angka kelangsingan efektif
� : faktor panjang efektif
� : jari-jari girasi
� : panjang bentang
2.2.5 Tipe penampang baja Tipe penampang untuk batang tarik dan batang tekan secara umum sama,
yang membedakan adalah kekuatan batang tekan bervariasi dalam hubungan perbandingannya dengan rasio kelangsingan. Berikut jenis-jenis penampang baja
yang umum digunakan.
Gambar 2.4 Tipe penampang batang tekan
Baja siku banyak digunakan untuk bracing dan batang tekan untuk struktur light truss.Terdapat 2 macam bentuk profil baja berdasarkan cara pembuatannya,
yaitu : a.
Hot rolled shapes: Profil baja yang dibentuk dalam kondisi panas dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam
pabrik. Hot rolled shapes ini mengandung tegangan residu residual stress.
19
b. Cold formed shapes : Profil yang dibentuk pada kondisi sudah dingin,
yaitu dengan membentuk pelat-pelat yang sudah jadi menjadi baja dalam temperatur atmosfer.
2.3Nippon Steel
2.3.1 Pengenalan Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation NSSMC didirikan pada
oktober 2012 yang merupakan kerja sama antara Nippon Steel Corporation dan Sumitomo Metal Industries, Ltd adalah salah satu perusahaan Jepang penghasil
baja terdepan di dunia yang berpartisipasi dalam pembuatan material struktur inovatif yang bersifat tahan kerusakan dan memiliki masa layan yang panjang.
Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation telah mengembangkan baja mutu tinggi kelas 1000 N kuat tarik 950 Nm
2
. Dalam bidang infrastruktur, Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation
mempromosikan perkembangan dari produk baru baja tube untuk menjawab kebutuhan akan struktur yang lebih tahan terhadap gempa, dan biaya yang lebih
murah dalam pembangunan dan perbaikan.
2.3.2 Perkembangan Tube Steel untuk pekerjaan konstruksi bangunan Karena adanya kebutuhan akan baja yang memiliki kekuatan tinggi, biaya
yang lebih murah dalam pemeliharaan, ketahanan terhadap korosi, kekuatan fatigue yang tinggi, Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation menciptakan
dan menyuplai baja tabung yang unik dan metode penyambungannya untuk memenuhi kebutuhan ini. Beberapa aplikasi penggunaan steel tube yaitu pada
menara observasi Tokyo Skytree, bangunan dengan tinggi 632 meter, juga gedung pusat penelitian dan pengembangan Nippon Steel Sumitomo Metal
Corporation.Nippon Steel Sumitomo Metal Corporation, Technical Report No. 107.
Hollow section dibeberapa negara seperti Amerika pada mulanya sering digunakan untuk struktur di kawasan pantai khususnya bentuk circular
section.Penelitian tentang hollow section ini mulai aktif di Amerika Utara sejak tahun 1970 akibat kondisi pasar yang cukup baik untuk penggunaan hollow
20
section di struktur industri. Penelitian pun dikembangkan dari berbagai aspek seperti sambungan, perlindungan terhadap api dan korosi, aplikasinya terhadap
struktur terhadap gempa, elemen komposit, dan lain-lain.
Hollow Steel Section HSS dibentuk dalam keadaan dingin cold formed menjadi bentuk persegi, persegi panjang dan lingkaran.HSS sering digunakan
sebagai elemen kolom, bracing, truss element.HSS sering digunakan untuk struktu sistem rangka penahan momen dengan profil WF sebagai balok, penggunaan HSS
sebagai kolom terbukti dapat meningkatkan kemampuan dari sistem tersebut untuk bangunan tingkat rendah sampai menegah.Keuntungan yang didapat dengan
menggunakan HSS pada sistem rangka pemikul momen termasuk dapat mengurangi berat struktur, kemungkinan untuk tidak menggunakan bracing, juga
memenuhi aspek estetik bangunan.
2.3.3 Profil Hollow Penampang hollow yang terdiri dari persegi, persegi panjang, dan bulat
merupakan penampang yang sangat baik digunakan sebagai elemen tekan dibandingkan profil baja lain seperti I, H maupun baja siku. Beberapa kelebihan
baja hollow antara lain: 1.
Radius girasi yang konstan 2.
Untuk tampang hollow persegi ideal untuk elemen tekan karena tidak memiliki sumbu lemah seperti profil WF
3. Mempunyai tegangan torsi yang baik
4. Profil bulat baja hollow memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap
angin. 5.
Menghasilkan berat bangunan yang lebih ringan yang bermanfaat untuk bangunan tahan gempa serta desain pondasinya.
6. Untuk mendapatkan kapasitas terhadap beban yang lebih besar dengan
dimensi yang sama dapat diisi dengan beton. 7.
Permukaan yang lebih sedikit untuk dicat dengan lapisan tahan api dibandingkan profil WF
21
8. Untuk bangunan bertingkat tinggi, dimana kolom di lantai atas menerima
beban yang lebih kecil dibandingkan kolom di lantai dasar bangunan, dimensi luar kolom dapat didesain sama, dengan mengurangi tebal
penampang untuk kolom dengan beban yang lebih kecil. 9.
Permukaan yang lebih baik dari segi estetika Desain dengan menggunakan baja hollow ini pada umumnya akan
menghasilkan material yang lebih ringan jika dibandingkan dengan baja profil I untuk struktur yang sama. Jadi dari segi biaya umumnya akan menghasilkan
struktur dengan cost yang lebih murah, meskipun baja hollow ini lebih mahal daripada baja penampang terbuka.
Perbandingan kapasitas tekan penampang hollow dan penampang terbuka H untuk massa yang sama dapat dilihat pada gambar 2.5 yang merupakan hasil
analisa suatu penampang dengan panjang efektif 5 m dan di desain dengan Eurocode 3, dimana penampang H yang digunakan merupakan British Universal
ColumnUC, H-Section dan dua penampang hollow hot-finished tampang bulat dan persegi sengan semua penampang memiliki tegangan leleh 275 Nmm
2
. Dari grafik dapat dilihat untuk penampang dengan massa 60 kgm penampang hollow
memiliki kapasitas hampir dua kali dari kolom lain, dan untuk massa 106 kgm kapasitasnya sekitar 50 lebih tinggi.
Sedangkan sebaliknya untuk kapasitas tekan yang sama perbandingan massa material dapat dilihat pada gambar 2.6 dimana untuk kapasitas tekan yang
sama 1000kN massa yang lebih ringan hingga 40 untuk penampang hollow, dan 30-35 untuk kapasitas tekan 2100kN.
22
Sumber : Design Guide 9 for structural hollow section column connection
Gambar 2.5 Perbandingan kapasitas tekan dengan massa yang sama
Sumber : Design Guide 9 for structural hollow section column connection
Gambar 2.6 Perbandingan massa dengan kapasitas tekan yang sama
Perbandingan inersia penampang baja hollow dan profil terbuka yang ukuran dan beratnya mendekati ditunjukkan pada gambar 2.7 dapat menjadi acuan kelebihan
baja hollow pada beban torsi, tekan, dan lentur multi aksial dibanding profil terbuka.
23
Gambar 2.7 Perbandingan Inersia penampang baja Sumber : CIDECT Design Guide 7
• Tahanan terhadap beban tekuk yang lebih tinggi pada tampang hollow
ditunjukkan dengan momen inersia sumbu lemah yang lebih besar. •
Dibawah beban torsi, keunggulan tampang hollow dapat dilihat dari momen inersia torsi yang juga jauh lebih besar dibanding tampang
terbuka. •
Untuk momen lentur uniaxial, profil terbuka lebih ekonomis dibanding profil hollow akibat momen inersia sumbu utama Imax lebih besar. Untuk
momen lentur multiaxial hollow section menghasilkan penampang optimum karena inersia yang tinggi di kedua sumbu.
Klasifikasi penampang hollow section menurut Eurocode Dalam desain batas ultimit biasanya desainer dihadapkan pada tiga metode desain:
• Prosedur plastis-plastis cross section class 1
Prosedur ini berhubungan dengan desain plastis dan terbentuknya sendi plastis pada struktur.Penampang dapat membentuk sendi plastis dengan
24
kapasitas rotasi yang dibutuhkan untuk analisis plastis.Kondisi batas ultimit dicapai saat jumlah sendi plastis yang terbentuk cukup untuk
menghasilkan mekanisme keruntuhan. •
Prosedur elastis-plastis cross section class 2 Pada prosedur ini resultan gaya ditentukan dengan mengikuti analisis
elastis lalu dibandingkan dengan kapasitas kekuatan plastis dari penampang. Kondisi batas ultimit tercapai oleh pembentukan sendi plastis
pertama. •
Prosedur elastis-elastis cross section class 3 Prosedur ini terdiri dari perhitungan elastis penuh dari resultas gaya dan
kapasitas kekuatan dari penampang. Keadaan batas ultimit tercapai oleh pelelehan dari serat penampang.
• Prosedur elastis-elastis cross section class 4
Penampang ini memiliki dinding yang lebih tipis dari ketiga kelas diatas.Penting sekali untuk membuat suatu batasan yang jelas untuk efek
dari tekuk lokal saat menentukan momen ultimit atau efek kapasitas kekuatan tekan dari penampang.
Penggunaan dari ketiga kelas yang dijelaskan diatas adalah berdasarkan anggapan bahwa penampang tidak mengalami tekuk lokal
sebelum mencapai batas beban ultimitnya, yang berarti penampang bukan merupakan penampang dinding tipis seperti pada kelas 4. Maka untuk
memenuhi keadaan ini dibuat suatu batasan kelangsingan bt untuk penampang hollow persegi dan persegi panjang, juga rasio dt untuk
tampang hollow bulat. Tabel 2.1 sampai 2.4 menyajikan batasan rasio bt dan dt.
25
Gambar 2.8 Distribusi tegangan pada kolom hollow
Cross section Method for calculating Method for calculating
Distribution of stresses when class
action loads resistance
the resistance is reached
Plastic analysis
Plastic analysis Elastic analysis
Elastic analysis Elastic analysis
Elastic analysis Effective cross section
2
3
4 1
Plastic analysis
26
Tabel 2.1 rasio dt penampang hollow bulat
Tabel 2.2 rasio h
1
t untuk badan penampang hollow rectangular
Sumber :Design Guide 2 Structural stability of hollow section
27
Tabel 2.3 rasio b
1
t untuk sayap penampang hollow rectangular
Sumber :Design Guide 2 Structural stability of hollow section
Sedangkan batasan rasio bt dan dt menurut AISC LRFD adalah : Tabel 2.4 batasan bt dan dt profil hollow berdasarkan AISC LRFD
28
2.3.4 Sambungan rigid pada kolom hollow Sambungan semi-rigid antara balok ke kolom bisa bermanfaat untuk
desain terhadap gempa, karena sejumlah energi terdisipasi pada sambungan dan overstress pada area lokal sambungan yang dapat mengarah ke keruntuhan getas
dapat dihindari.Tetapi untuk penggunaannya terhadap beban inelastic yang berulang masih membutuhkan investigasi lebih dalam sehingga belum dapat
diterapkan.Oleh karena itu umumnya sambungan untuk desain gempa menggunakan sambungan full-rigid kecuali pada panel sayap kolom yang
diizinkan untuk dilas pada bagian gesernya. Untuk menghasilkan kapasitas momen penuh, pengaku pada potongan kolom dibutuhkan mampu mentransfer
gaya aksial ke sayap balok. Pengaku ini bisa berupa: •
through diaphragm
• internal diaphram
• eksternal diaphragm.
29
Di Jepang sendiri umumnya menggunakan through diaphragm karena beban aksial pada sayap balok secara langsung ditransfer ke badan kolom dengan
perilaku yang paling sederhana. Faktor lain yang menyebabkan model ini sering digunakan adalah karna kebanyakan pabrik di Jepang sudah menetapkan sumber
produksi dimana pengelasan menggunakan robot yang lebih cocok untuk menghasilkan sambungan jenis ini. Seperti terlihat pada gambar 2.9 berikut.
Gambar 2.9 pengelasan sambungan join kolom Stub beam ke joint kolom dilas di pabrik pada tiap sambungan. Balok yang
membentang diantara dua stub beam dengan sambungan baut. Pelat untuk through diaphragm biasanya didesain lebih tebal dari sayap balok 3 – 6 mm.
Gambar 2.10 sambungan balok WF ke kolom hollow Sambungan untuk through diaphragm dapat dilihat pada gambar berikut :
30
Gambar 2.11 langkah sambungan through diaphragm Sumber : Nippon Steel Sumikin Metal
2.4 PembebananPada Struktur