Unsur Instrinsik Novel Negeri Lima Menara
Karena cara berpikirnya yang dewasa itu, tanpa disadari Said menjadi pemimpin informal Sahibul Menara. Dia kerap jadi tempat bertanya bagi
teman-temannya.Ia selalu memandang sesuatu dengan positif. 6
Baso Baso adalah santri yang disiplin. Ia selalu menyediakan waktu untuk
membaca. Ia juga anak yang rajin. Baso selalu bersungguh-sungguh membaca buku pelajaran dan juga Alquran. Sebagaimana terdapat pada
kutipan berikut: “Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-Quran dengan sungguh-
sungguh”.
14
Bagi Baso, tiada hari tanpa buku. Oleh karena itu, ia sering menjadi tempat bertanya bagi
teman-temannya yang kesulitan dalam pelajaran. b.
Tokoh periferal 1
Amak Amak adalah seorang wanita separuh baya yang ramah, rela berkorban,
peduli akan umat Islam, dan seorang ibu yang konsisten terhadap keputusannya.
Tokoh Amak di sini digambarkan selalu tersenyum kepada siapa saja. Ini menunjukkan bahwa ia sosok yang ramah. Amak dengan semangat rela
berkorbannya menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan beras selama 7 tahun. Ia juga seseorang yang peduli pada umat Islam. Amak
melarang Alif untuk masuk SMA dan menyarankannya masuk madrasah agar kelak lahir ulama-ulama pintar yang mendakwahkan agama kepada
umat. Amak tidak ingin hanya anak-anak dengan prestasi rendah yang bersekolah di madrasah. Ia khawatir mereka akan menjadi ulama dengan
kualitas rendah pula. Sikap adil juga ditunjukkan Amak pada saat pembagian rapor. Alif yang tidak mau menyanyi di depan kelas pada
pelajaran kesenian, ia beri angka merah pada mata pelajaran itu. Ayah Alif atau suami Amak sendiri bertanya mengapa Amak tega memberikan angka
14
I bid., h. 357.
merah pada anaknya sendiri. Pada saat itulah Amak menjelaskan bahwa ia harus bersikap adil kepada siapa saja termasuk anaknya sendiri.
2 Ayah
Ayah adalah sosok yang dapat dipercaya. Ia menunaikan amanat orang-
orang kepadanya dengan sangat baik. Berikut kutipannya :“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk kurban idul adha
minggu depan telah ditunaikan Ayah”.
15
Sosok ayah pada novel ini juga tidak terlalu banyak bicara. Ia hanya sering menyetujui apa yang dikatakan
oleh Amak.
3 Ustad Salman
Ustad Salman merupakan pengajar di Pondok Madani. Ia adalah seseorang yang kreatif sebagaimana diungkapkan pada kutipan berikut:
“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami”
16
. Tidak hanya kreatif, Ustad Salman merupakan legenda hidup dalam mempelajari bahasa.Dia
menguasai bahasa Arab, Inggris, Perancis, dan Belanda.Hobinya membaca kamus.Ia menguasai kamus bahasa Arab paling canggih bernama Munjid.
4 Kiai Rais
Kiai Rais adalah seorang lelaki separuh baya yang merupakan pimpinanPM. Dia seorang pendidik dengan pengetahuan dan pengalaman
lengkap.Ia pernah sekolah di Al-Azhar, Madinah, dan Belanda.Kiai Rais disebut sebagai renaissance man pribadi yang tercerahkan karena aneka
ragam ilmu dan kegiatannya. Petuahnya sering kali membangkitkan semangat para santri.
15
Ibid., h. 91.
16
Ibid., h. 106.
5 Tyson
Tyson merupakan lelaki yang tegas. Dia adalah seorang murid senior bernama lengkap Rajab Sujai dan menjabat sebagai kepala Keamanan
Pusat, pengendali penegakan disiplin di PM. Kerjanya berkeliling pondok, pagi, siang, dan malam dengan kereta angin. Dia tahu segala penjuru PM
seperti mengenal telapak tangannya.Begitu ada pelanggaran ketertiban di sudut PM mana pun, dia melesat dengan sepedanya ke tempat kejadian
dan langsung menegakkan hokum di tempat.Dia irit komunikasi verbal, tapi tangannya epat menjatuhkan hukuman.Keras tapi efisien.Semua murid
menakutinya.
6 Ustad Torik
Sama seperti Tyson, Ustad Torik adalah orang yang tegas. Ketika ada yang melanggar aturan Ustad Torik langsung memberikan hukuman.Ia
tidak segan-segan menjatuhi Alif, Said dan Atang hukuman botak begitu mengetahui mereka pergi ke Surabaya tanpa izin.
3. Alur
Alur yang terdapat dalam novel “Negeri 5 Menara”, yaitu flashblack
kilas balik. Hal ini dibuktikan oleh beberapa tahapan sebagai berikut: Tengah
Awal cerita dalam novel ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan
VOA. Ia berencana berangkat ke London. Sebelum ia berangkat, ia mendapat pesan dari Atang temannya di pesantren dulu yang akan pergi ke London juga.
Awal Alif kemudian mengingat kembali awal-awal masa di pesantrennya. Saat
itu Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya ke SMA tetapi ke sekolah agama dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru
diberitahukan. Tetapi akhirnya, dengan mempertimbangkan usul dari Pak Etek
Gindo Alif pun bersedia bersekolah di sekolah agama tapi tidak di Sumatera Barat. Ia memilih untuk masuk pesantren yaitu Pondok Madani Gontor.
Konflik Titik puncak cerita dimulai saat Alif mulai memasuki PM hingga naik ke
kelas tertinggi yaitu kelas 6. Antiklimaks
Antiklimaks dalam novel ini dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengikuti ujian akhir yang harus diikuti oleh seluruh siswa tahun
terakhir PM. Penyelesaian
Pada akhirnya setelah melewati ujian, Alif dan kawan-kawannya lulus dari Pondok Madani.
Akhir Cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu
dengan Atang dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara.
4. Latar
a. Latar tempat
Latar tempat pada novel ini di antaranya adalah di kantor Alif di Washington DC. Latar tempat lainnya adalah di rumah Alif di Maninjau,
Trafalgar Square di London, Pondok Madani, rumah Atang di Bandung, rumah Said di Surabaya dan apartemen Raja di London. Latar tempat yang
paling banyak diceritakan pada novel ini adalah Pondok Madani.
b. Latar waktu
Latar waktu pada novel ini tidak dijelaskan secara langsung. Namun berdasarkan kutipan di bawah ini dapat dikatakan waktunya
berkisar antara tahun 1988 sampai 1992. Dengan wajah cemas, aku menghadap Ustad Torik yang duduk
menunggu di kantornya.Dia dengan santai membolak-balik sebuah buku besar tebal berwarna hitam. Aku sekilas melihat sampulnya:
Catatan Perilaku Angkatan 1988”. Buku in kami sebut kitab “dosa dan pahala” kami selama berada di PM.
c. Latar sosial
Latar sosial pada novel Negeri Lima Menaramenggambarkan bahwa kehidupan di sini penuh kebersamaan dalam berbagai hal, di mana
semuanya dilakukan bersama-sama.Walaupun santrinya mempunyai latar belakang yang berbeda-beda tetapi itu tidak menghalangi kebersamaan
mereka. Hal ini dapat kita lihat saat ujian di akhir semester di mulai,
semua orang di dalam pesantren itu saling membantu dalam belajar baik antara guru dan murid, selain itu, dalam hal memburu pencuri yang sering
datang ke pondok pesantren mereka bersama-sama untuk menjaga dan meronda setiap malam.
5. Amanat
Amanat dari novel ini adalah agar kita tidak mudah berputus asa. Apapun keinginan dan cita-cita kita, jika kita mengupayakannya dengan sungguh-
sungguh pasti akan membuahkan hasil.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel tersebut, yaitu sudut pandangfirst person peripheral atau akuan taksertaan Hal ini dibuktikan
oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-
akan pengarang adalah si tokoh utama :“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung
telunjuk kananku. ”
17
Tidak hanya itu “Aku” juga menceritakan orang-orang di sekelilingnya.
17
Ibid ., h. 1.