Metode Hamparan Metode Pod Warna: hijauan kekuningan dan cerah Bau: tidak tengik Teksturkeadaan fisik: tidak terlalu kering, sehingga kalau dipatahkan tidak patah Kebersihan: tidak berjamur, berpasir atau batuan lainnya

Hay Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak berupa rumput-rumputanleguminosa yang disimpan dalam bentuk kering, dengan kadar air 20-30. Tujuan adalah: untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada priode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memiliki daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan hay adalah: agar tanaman hijauan pada waktu panen yang berlebihan dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarauyang diterap. Dua metode pembuatan hay yang diterapkan yaitu:

1. Metode Hamparan

Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara menghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di bolak balik hingga kering. Hijauan yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air 20-30, dengan warna kecoklatan.

2. Metode Pod

Dilakukan dengan menggunakan semaian rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang tidak dijemur selama 1-3 hari kadar air ± 50. Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal sehingga hay diperoleh tidak berjamur tidak berwarna gosong yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas Cara Pengeringan • Panas matahari 1. Hijauan diserakkan diatas pelataranrak-rak pengering 2. Hijauan harus dibolak balik setiap 1-2 jam waktu pengeringan dilakukan beberapa hari sehingga tercapai kadar air 15-20. Nevy Diana Hanafi : Teknologi Pengawetan Pakan Ternak, 2008 USU Repository © 2008 5 • Panas buatan Dikeringkan pada alat pengering yang mempunyai temperatur tinggi • Panas fermentasi 1. Hijauan yang telah dipotong dari lapangan ditumpuk dalam gudang sehingga akan timbul fermentasi dalam tumpukan tersebut. 2. Panas yang timbul akibat fermentasi akan menyiapkan air dari hijauan. Kualitas Hay

1. Warna: hijauan kekuningan dan cerah

2. Bau: tidak tengik

3. Teksturkeadaan fisik: tidak terlalu kering, sehingga kalau dipatahkan tidak patah

4. Kebersihan: tidak berjamur, berpasir atau batuan lainnya

Silase Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijuan rumpu-rumputan atau leguminosa yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase Prihatman, 2000. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika pengembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Menurut Kartasudjana 2001 bahwasanya silase merupakan hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat. Silase berasal dari hijauan makanan ternak ataupun limbah pertanian yang diawetkan dalam keadaan segar dengan kandungan air 60-70 melalui proses fermentasi dalam silo tempat pembuatan silase, sedangkan ensilage adalah proses pembuatan silase. Silo dapat dibuat diatas tanah yang bahannya berasal dari tanah, beton, baja, anyaman bambu, tong plastik, drum bekas, dan lain sebagainya. Prinsip utama pambuatan silase yaitu: 1. Menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman 2. Mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara 3. Menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk 4. Mencapai dan mempercepat atau keadaan hampa udara anaerob Nevy Diana Hanafi : Teknologi Pengawetan Pakan Ternak, 2008 USU Repository © 2008 6 Dalam pembuatan silase ada 3 faktor yang berpengaruh, yaitu: 1. Hijauan yang cocok dibuat silase adalah rumput, tanaman tebu, tongkol gandum dan jagung, pucuk tebu, batang nenas dan jerami padi. 2. Penambahan zat aditif untuk meningkatkan kualitas silase. Beberapa zat aditif adalah limbah ternak manure ayam dan babi, urea, air, dan molasses. Aditif digunakan untuk meningkatkan kadar protein atau karbohidrat pada material pakan, dan biasanya digunakan untuk kualitas pakan yang rendah. 3. Kadar air yang tinggi berpengaruh dalam pembuatan silase. Kadar air yang berlebihan menyebabkan tumbuhnya jamur dan akan menghasilkan asam yang tidak diinginkan seperti asam butirat. Sementara itu kadar air yang rendah menyebabkan suhu menjadi lebih tinggi, dan pada silo menyebabkan resiko yang tinggi terhadap kebakaran Pioner Development Foundation, 1991 Proses terbentuknya suasana asam dalam penyimpanan terbentuk asam laktat adalah sebagai berikut: untuk mendapatkan suasana anaerob dikerjakan dengan cara pemadatan bahan silase hijauan yang telah dicacah dengan cara ditekan, baik dengan menggunakan alat diinjak-injak sehingga udara sekecil mungkin minimal. Tempat penyimpanan silo diharapkan tidak ada kebocoran dan harus tertutup rapat, jika perlu dapat diberikan alat pemberat. Sel-sel tanaman untuk sementara waktu akan terus hidup dan mempergunakan O 2 yang ada dalam silo. Bila O 2 telah habis terpakai, terjadi keadaan anaerob didalam tempat penyimpanan yang tidak memungkinkan bagi tumbuhnya jamurcendawan. Bakteri pembusuk asam akan berkembang dengan pesat dan akan merubah gula dalam hijauan menjadi asam-asam organik seperti asam asetat, asam susu dan juga alkohol. Derajat keasaman akan meningkat, kegiatan bakteri-bakteri lainnya seperti bakteri pembusuk akan terhambat. Pada derajat keasaman tertentu pH = 3.5 bakteri asam laktat tidak pula dapat bereaksi lagi dan proses pembuatan silase telah selesai. Pembentukan suasana asam dengan cara penambahan bahan pengawet atau bahan tambahan aditif secara langsung mapupun tidak lansung. Pemberian bahan pengawet secara langsung dengan menggunakan: Natrium bisulfat, Sulfur oxida, Asam sulfat, Asam propionat, urea, dll. Nevy Diana Hanafi : Teknologi Pengawetan Pakan Ternak, 2008 USU Repository © 2008 7 Pemberian bahan pengawet atau tambahan aditif secara langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengadung hidrat arang karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain: molasses 2,5 kg100 kg hijauan, onggok 2,5 kg100 kg hijauan, tepung jagung 3,5 kg100 kg hijauan, dedak halus 5 kg100 kg hijauan, dan ampas sagu 7 kg100 kg hijauan. Pembuatan silase pada temperatur 27 – 35 C, menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni: 1. Mempunyai tekstur segar 2. Berwarna kehijau-hijauan 3. Tidak berbau dan berjamur 4. Disukai oleh ternak 5. Tidak menggumpal Beberapa metode dalam pembuatan silase, yaitu:

1. Metode Pemotongan: Hijauan dipotong-potong dahulu dengan ukuran 3 - 5 cm.