Sistem Perizinan: Sistem Gaji bagi Supir Angum

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 Oktober 2006 58 misalnya seperti Dewan Transportasi Kota Medan atau Badan Koordinasi Transportasi Kota Medan atau Badan Otorita Angkutan UmumBOAU Kota Medan Heru Sutomo, 2005. Perubahan-perubahan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam sistem angum di Kota Medan?

3.3.1 Sistem Perizinan:

¾ Izin trayek diberikan pada satu perusahaan dan bukan kepada perorangan untuk mengoperasikan satu trayek secara keseluruhan melalui tender. Prinsip tender per trayek tersebut adalah sebagai berikut: a. Untuk rute gemuk penumpang: yang menjadi pemenang tender adalah perusahaan yang dapat memberi keuntungan terbesar kepada BOAU. Misalnya bila pada umumnya occupancy kenderaan untuk trayek A adalah 80 namun bila dengan adanya pembenahan dalam sistem, pengusaha yakin akan mendapatkan 95 occupancy , maka pengusaha dapat menentukan 5 profit diberikan ke BOAU dan 10 profit merupakan hak pengusaha. Profit pendapatan ini dapat digunakan BOAU untuk mengembangkan sistem ataupun sebagai subsidi terhadap pengusaha untuk rute kurus penumpang. b. Untuk rute kurus penumpang: yang menjadi pemenang tender adalah perusahaan yang meminta subsidi yang paling minimum dari Pemda. Subsidi ini dapat berasal dari profit yang diberikan oleh pengusaha yang memiliki rute gemuk penumpang subsidi silang ataupun dari sumber daya Pemda sendiri. Bila ada investor kecil yang hanya mampu memiliki beberapa kenderaan saja ingin menanamkan modalnya pada rute-rute tersebut, dapat menghubungi pemenang tender untuk bekerjasama, namun penanggung jawab operasional tetaplah perusahaan pemenang tender . Pengusahaan angum oleh pemenang tender mempunyai jangka waktu tertentu dan dievaluasi pelaksanaannya sebagai pedoman dalam penentuan pemenang tender periode berikutnya. Sistem ini memberikan kesempatan pada kekuatan pasar untuk mempengaruhi kualitas pelayanan dan harga tikettarif angum. ¾ Izin bentuk dan tipe angkutan ditentukan oleh pemerintah. Misalnya untuk trayek A jenis angkutan adalah tipe bus sedang dengan kapasitas maksimal 40 seats, dan untuk trayek B dengan tipe bus kecil dengan kapasitas penumpang 14 seats. Jadi bagi setiap perusahaan pemenang tender haruslah menyediakan tipe angkutan yang sesuai.

3.3.2 Sistem Gaji bagi Supir Angum

Apa keuntungan sistem gaji dibandingkan sistem setoran dalam sistem angum? Adanya kepastian pendapatan bagi pengemudi angum akan mengurangi ketidakdisiplinan pengemudi angum di jalanan sehingga umur kendaraan juga akan lebih lama. Schedule kedatangankeberangkatan angum juga dapat diatur sehingga dengan jadwal yang pasti para penumpang tidak akan memaksakan diri untuk berjejalan di satu kendaraan overcrowded karena kendaraan berikut sudah dijadwalkan. Selain itu pengemudi angum juga akan menanggung dendasanksi tilang bila melanggar peraturan lalu lintas Iwan Margono, 2004. 3.3.3 Sistem Retribusi Hapuskan istilah pagar makan tanaman bagi pihak Pemda Heru Sutomo, 2005. Pos-pos pemasukan bagi Pemda sehubungan dengan angum jangan lagi ditargetkan dalam konteks untuk menggemukkan APBD, termasuk sistem target PAD dari instansi-instansidinas-dinas terkait maupun dari retribusi-retribusi retribusi terminal, STNK, dsb.. Jadi retribusi-retribusi tersebut hanya sekedar alat pengaturan dan bukan untuk cari uang. 3.3.4 Sistem Tarif Sistem tarif angum jangan lagi dibatasi, jika memang tarif hasil perhitungan modal pengadaan kenderaan, BOK serta biaya pencapaian mutu minimal 1pelayanan angum dan profit-nya tinggimahal, maka tarif angum tersebut hendaknya juga mahal. Namun bila daya beli masyarakat masih rendah maka Pemda harus subsidi. Selain subsidi dari Pemda, subsidi dapat juga berasal dari sistem tender yang ditetapkan pada pasal 2.3.1. Contoh-contoh developing ataupun developed countries yang mempunyai sistem transportasi yang murah, cepat, terpercaya, aman dan nyaman, memiliki tanggung jawab subsidi dan keterlibatan yang tinggi dari masing-masing Pemda maupun pemerintah nasionalnya. 3.3.5 Sistem Internal dan Eksternal Institusional Sistem konvensional dan kediktatoran dari Pemda harus diubah menjadi lebih liberal: ¾ Memberi keleluasaan pada pengusaha pemenang tender trayek untuk menanggapi kebutuhan, sekalipun tetap di bawah pengawasan BOAU Kota Medan; misalnya dalam penambahan pengurangan jumlah armada, kompensasi pemasukan pendapatan dari pemasangan iklan pada kenderaan angum serta pengadaan usaha- usaha toko-tokocafe di terminal. ¾ Pengadaan sanksihukuman bagi pelanggar kontrak dalam bentuk sanksi uang dan bukan pencabutan izin trayek. Misalnya dalam bentuk pengurangan subsidi ataupun denda. Sanksi uang ini dapat dijadikan sebagai masukan sumber subsidi BOAU sendiri bagi rute-rute kurus penumpang ataupun untuk pembenahan sistem. Filiyanti T.A. Bangun 59 ¾ Bila BP Badan Pengelola atau UPTUPTD dari Dishub tidak lagi sesuai dalam pelaksanaan ataupun pengawasan pelaksanaan operasional sistem angum maupun penerapan peraturan secara konsisten ini maka dapat menunjuk suatu BUMN atau Perusahaan Daerah untuk melakukannya sesuai dengan proses tender dengan prinsip, pemenang tender adalah yang dapat memberikan kontribusi terbesar kepada Pemda karena diharapkan pengelolaan, pelaksaaan dan pengawasan yang lebih transparan karena melibatkan uang rakyat. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan sumber daya bagi Pemda guna penerapan peraturan secara konsisten yang mengakibatkan pelaksanaan peraturan dapat “dinegosiasi” di lapangan.

3.3.6 Darimana Pemasukan bagi Pemda untuk