Penerapan Contextual Teaching and Learning

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul di atas, maka penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam judul skripsi di atas.

1. Penerapan

“Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan” Depdikbud, 2005: 1180. Berdasarkan uraian di atas, istilah yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu cara untuk melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.

2. Contextual Teaching and Learning

Menurut Johnson 2009: 67 Contextual Teaching and Learning adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Menurut Rohman 2009: 184, “Contextual Teaching and Learning adalah suatu proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari”. Berdasarkan uraian di atas, istilah Contextual Teaching and Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. 3. Pembelajaran “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik” Kunandar, 2009: 287. Menurut Sanjaya 2008: 107, “pembelajaran adalah proses berfikir bahwa dalam belajar berfikir menekankan pada proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antar individu dengan lingkungan”. Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran dalam penelitian ini yaitu segala kegiatan yang berkaitan dengan belajar mengajar. 4. Pendidikan Agama Islam Menurut Daradjat 2006: 25 Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan hidupnya demi keselamatan hidup dunia dan akhirat kelak. Menurut Muhaimin 2001: 183, “pendidikan agama Islam adalah suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk terus menerus mempelajari ajaran agama Islam, baik untuk kepentingan untuk mengetahui cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan”. Pendidikan agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diajarkan di Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 28 Solo Baru. 5. Motivasi Belajar “Motivasi belajar adalah kekuatan power motivation, dan pendorong driving force, atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor” Hanafiah Suhana, 2009: 26 . Menurut Sardiman 2009: 75, “motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1 adanya hasrat dan keinginan berhasil; 2 adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; 3 adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4 adanya perhargaan dalam belajar; 5 adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; 6 adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik Uno, 2008: 23. Thorndike dalam Uno 2008: 11 Salah seorang pendiri aliran teori belajar tingkah laku, mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan respons yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan. Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku dapat berwujud sesuatu yang konkret dapat diamati, atau yang nonkonkret tidak bisa diamati. Berdasarkan uraian di atas, istilah Motivasi Belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi yang mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan melangsungkan pelajaran dengan memberikan arah atau tujuan yang telah ditentukan serta memperhatikan aspek-aspek motivasi belajar, yaitu: Tanggung jawab, tekun terhadap tugas, waktu penyelesaian tugas, menetapkan tujuan yang realistis. 6. Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 28 Solo Baru Sekolah Dasar Islam Al-Azhar 28 Solo Baru adalah lembaga pendidikan Islam yang menghasilkan lulusan yang bertakwa dan berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cerdas, terampil, dan kreatif, serta memiliki kemampuan dasar menghadapi era globalisasi bertumpu pada IMTAQ dan IPTEK dengan motto do the best everyday. Dengan demikian yang dimaksud dengan judul di atas adalah cara, proses yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Islam Al Azhar 28 Solo Baru.

C. Rumusan Masalah