Sebaran Spasial Habitat Teripang (Holothuroidea) di Perairan Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

SEBARAN SPASIAL HABITAT TERIPANG
(HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN LOMBOK TIMUR,
LOMBOK TENGAH, DAN SUMBAWA BARAT, PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT

WAHIDA SUTIYANI TRISNA

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sebaran Spasial Habitat
Teripang (Holothuroidea) di Perairan Lombok Timur, Lombok Tengah, dan
Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014

Wahida Sutiyani Trisna
NIM C54080046

ABSTRAK
WAHIDA SUTIYANI TRISNA. Sebaran Spasial Habitat Teripang
(Holothuroidea) di Perairan Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Sumbawa
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh VINCENTIUS P.
SIREGAR dan D. E. DJOKO SETYONO.
Teripang (Holothuridea) merupakan biota laut yang memiliki fungsi ekonomi
dan fungsi ekologis yang penting. Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah satu
daerah penghasil teripang di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis parameter keberadaan teripang, memetakan sebaran teripang, dan
menganalisis pola sebarannya dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) di
Perairan Lombok dan Sumbawa dan diinterpolasi menggunakan Inverse Distance
Weight (IDW). Parameter yang diamati adalah suhu perairan, salinitas, pH,

Dissolved Oxigen (DO), kedalaman, kecerahan, dan tipe substrat dasar perairan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa wilayah yang sangat
sesuai untuk habitat teripang adalah Sumbawa Barat bagian barat dengan luasan
mencapai 8.5 km2. Sementara itu, perairan Lombok Timur, Lombok Tengah
bagian selatan dan Sumbawa Barat bagian selatan wilayah yang sesuai untuk
habitat teripang mencapai luasan masing-masing 21.1 km2, 8.3 km2, dan 4.4 km2.
Berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) diketahui bahwa parameter
yang berpengaruh terhadap kelimpahan jumlah teripang adalah suhu, salinitas, pH,
dan kedalaman.
Kata kunci: Inverse Distance Weight, SIG, sebaran spasial, teripang, Nusa
Tenggara Barat

ABSTRACT
WAHIDA SUTIYANI TRISNA. Spatial Distribution of Holothurians Habitat in
East Lombok, Central Lombok, and West Sumbawa Waters, West Nusa Tenggara
Province. Supervised by VINCENTIUS P. SIREGAR and D. E. DJOKO
SETYONO.

Holothurians are marine animal that have important economical and
ecological functions. West Nusa Tenggara is one of holothurians producing

regions in Indonesia. The research was conducted to analyzed parameters of
holothurians existence, holothurians spatial distibrution mapping, and distribution
patterns in East Lombok and West Sumbawa waters. The data were analyzed by
using Geographic Information System (GIS) and interpolated by Inverse Distance
Weight (IDW). Parameters that were observed consist of sea temperature, salinity,
pH, DO, depth, and type of bottom subtsrate. The result showed that the most
suitable area for holothurians habitat was western part of West Sumbawa waters,
reached 8.5 km2. Meanwhile, East Lombok, southern part of Central Lombok and
southern part of West Sumbawa waters were suitable for holothurians habitat with
area reached 21.1 km2, 8.3 km2, and 4.4 km2, respectively. Based on Principal
Component Analysis (PCA) known that the parameters influenced on the
abundance number of holothurians were temperature, salinitas, pH and depth.
Keywords: Inverse Distance Weight, GIS, spatial distribution, holothurians, West
Nusa Tenggara

SEBARAN SPASIAL HABITAT TERIPANG
(HOLOTHUROIDEA) DI PERAIRAN LOMBOK TIMUR,
LOMBOK TENGAH, DAN SUMBAWA BARAT, PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT


WAHIDA SUTIYANI TRISNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLIGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Sebaran Spasial Habitat Teripang (Holothuroidea) di

Perairan Lombok Timur, Lombok Tengah, dan Sumbawa
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat
: Wahida Sutiyani Trisna
: C54080046

Disetujui oleh

Dr Ir Vincentius P. Siregar, DEA
Pembimbing I

Prof Dr Ir D. E. Djoko Setyono, MSc
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi yang
berjudul “Sebaran Spasial Habitat Teripang (Holothuroidea) di Perairan Lombok
Timur, Lombok Tengah, dan Sumbawa Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat”
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Sutrisno dan Ibu Sutinem (Alm), adik Winda
Isnaini Trisna serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi dan
doa;
2. Bapak Dr Ir Vincentius P. Siregar, DEA selaku Dosen Pembimbing I dan
Bapak Prof Dr Ir D.E. Djoko Setyono, MSc selaku Dosen Pembimbing II
atas arahan dan bimbingan yang diberikan selama proses penyelesaian
tugas akhir;
3. Bapak Ayi Rahmat, SPi, MSi selaku Dosen Pembimbing Akademik;
4. Bapak Drh Andriyanto, MSi selaku dosen yang telah membimbing dan
memberi semangat selama proses penulisan dan penyelesaian tugas akhir;
5. Pak Wahab, Pak Basir, Pak Nyong, Pak Nurcholis, Pak Wawan, beserta
staf UPT LPBIL Mataram yang telah membantu selama pengumpulan data

di lapangan;
6. Jihan, Niki, Nurlaela, Mei yang banyak membantu selama pengumpulan
data dan pengolahan data hingga penyelesaian tugas akhir;
7. Teman-teman ITK 45 atas bantuan, saran, dukungan, motivasi, dan
semangatnya;
8. Teman-teman WE dan Wisma Kompeten atas dukungan, doa, dan
kebersamaannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini
bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

Wahida Sutiyani Trisna

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

Latar Belakang .................................................................................................. 1
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 2
METODE ............................................................................................................. 2
Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................ 2
Bahan ................................................................................................................ 3
Alat ................................................................................................................... 3
Metode Pengambilan Data ............................................................................... 4
Prosedur Analisis Data ..................................................................................... 4
Inverse Distance Weight (IDW) ................................................................. 4
Pengolahan Data Pasang Surut ................................................................... 8
Pengolahan Data Angin .............................................................................. 8
Principal Component Analysis (PCA) .......................................................

9

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 10
Kondisi Umum Habitat Teripang .................................................................... 10
Kondisi Pasang Surut dan Angin pada Bulan Maret dan April di Perairan
Lombok dan Sumbawa ..................................................................................


14

Analisis Sebaran Spasial Habitat Teripang dengan Inverse Distance Weight di
Perairan Lombok dan Sumbawa .................................................................... 17
Sebaran Spasial Habitat Teripang di Perairan Lombok Timur (Kayangan
dan Teluk Jor) ........................................................................................... 17
Sebaran Spasial Habitat Teripang di Perairan Lombok Tengah bagian
Selatan (Gerupuk dan Kute) ..................................................................... 18
Sebaran Spasial Habitat Teripang di Perairan Sumbawa Barat bagian barat
(Kertasari dan Jelenga) ............................................................................. 19
Sebaran Spasial Wilayah Potensi Teripang di Perairan Sumbawa Barat
bagian Selatan (Sekongkang) ..................................................................

21

Analisis Keterkaitan antara Jumlah Teripang dengan Parameter Fisika dan
Kimia Peraian dengan Metode Principal Component Analysis (PCA) ........... 22
Perairan Lombok Timur (Kayangan dan Teluk Jor) .................................. 23
Perairan Lombok Tengah bagian Selatan (Gerupuk dan Kute) ................. 24

Perairan Sumbawa Barat bagian Barat (Kertasari dan Jelenga) ................. 25
Perairan Sumbawa Barat bagian Selatan (Sekongkang) ............................ 26
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 27
Simpulan .......................................................................................................... 27
Saran ................................................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 28
LAMPIRAN ........................................................................................................ 30
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 37

DAFTAR TABEL
1 Matriks kesesuaian potensi teripang ........................................................
2 Parameter fisik perairan di lokasi ditemukannya teripang .......................
3 Parameter kimia perairan di lokasi ditemukannya teripang .....................

5
13
14

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi pengambilan data di Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa

Tenggara Barat .........................................................................................
2 Diagram alir pengolahan data dengan metode IDW (Inverse Distance
Weight) .....................................................................................................
3 Diagram alir pengolahan data dengan menggunakan Principal
Component Analysis (PCA) .....................................................................
4 Lokasi penelitian di Teluk Jor (a) dan Kayangan (b) ...............................
5 Lokasi penelitian di Gerupuk (a) dan Kute (b) .........................................
6 Lokasi penelitian di Kertasari (a) dan Jelenga (b) ....................................
7 Lokasi penelitian di Tabiung, Tatar (a) dan Senutup (b) Sekongkang .....
8 Wind rose pada bulan Maret 2012 (a) April 2012
(b) .............................................................................................................
9 Peta sebaran spasial habitat teripang di Perairan Kayangan dan Teluk
Jor Kabupaten Lombok Timur .................................................................
10 Peta sebaran spasial habitat teripang di Perairan Gerupuk dan Kute
Kabupaten Lombok Tengah .....................................................................
11 Peta sebaran spasial habitat teripang di Perairan Kertasari dan Jelenga
Kabupaten Sumbawa Barat ......................................................................
12 Peta sebaran spasial habitat teripang di Perairan Sekongkang Kabupaten
Sumbawa Barat .........................................................................................
13 Lingkaran korelasi di perairan Kayangan dan Teluk Jor pada sumbu 1
(F1) dan sumbu 2 (F2) ..............................................................................
14 Lingkaran korelasi di Perairan Gerupuk dan Kute pada sumbu 1 (F1)
dan sumbu 2 (F2) (a), sumbu 1 (F1) dan sumbu 3 (F3) (b) ......................
15 Lingkaran korelasi di Perairan Kertasari dan Jelenga pada sumbu 1 (F1)
dan sumbu 2 (F2) (a), sumbu 1 (F1) dan sumbu 3 (F3)
(b) .............................................................................................................
16 Lingkaran korelasi di perairan Sekongkang pada sumbu 1 (F1) dan
sumbu 2 (F2) (a), sumbu 1 (F1) dan sumbu 3 (F3)
(b) .............................................................................................................

3
7
9
10
11
12
13
15
17
18
20
21
23
24

25

26

DAFTAR LAMPIRAN
1 Teripang yang ditemukan di lokasi penelitian .......................................
2 Biota yang berasosiasi dengan teripang ..................................................
3 Biota yang menjadi kompetitor teripang ..................................................

30
31
31

4
5
6
7
8

Kegiatan masyarakat di sekitar lokasi penelitian ...................................
Tabel konstanta pasang surut...................................................................
Proses perhitungan data pasang surut......................................................
Tipe pasut di Lembar (Labuhan Tinggi) ..................................................
Tabel korelasi matriks Pearson (Principal Component Analysis) ..........

32
32
33
34
35

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teripang merupakan hewan yang memiliki fungsi ekonomi dan fungsi
ekologis. Fungsi ekonominya yaitu sebagai komoditi perikanan/perdagangan.
Hewan ini merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan. Harga
teripang pasir (Holothuria scabra) di pasaran dapat mencapai Rp 600 000 hingga
Rp 1 000 000 per kg/bobot kering (Hartatik 2012). Teripang Indonesia telah
diekspor ke berbagai negara, antara lain Hongkong, Malaysia, Singapura, dan
Taiwan (Kordi 2010).
Selain sebagai bahan makanan, teripang juga bisa digunakan sebagai bahan
obat. Teripang mengandung saponin dan polisakarida yang digunakan sebagai
antikanker. Teripang juga berkhasiat sebagai tonik dan suplemen gizi. Selain itu,
teripang juga bermanfaat untuk penyakit rematik yang memengaruhi tulang
belakang (Arlyza 2009). Berdasarkan penelitian Pranoto et al. (2012), H. scabra
mengandung senyawa alkanoid, saponin, steroid, dan triterpenoid yang dapat
digunakan sebagai antijamur. Menurut Albutana et al. (2011), teripang jenis H.
leucospilota paling berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa
bioaktif yang memiliki efek biologi seperti antikanker, antijamur, hemolisis, dan
aktivitas kekebalan tubuh.
Teripang merupakan komponen penting dalam rantai makanan karena
peranannya sebagai pemakan endapan (deposit feeder) dan pemakan materi
tersuspensi (suspension feeder). Secara ekologis, teripang berfungsi membantu
proses dekomposisi zat organik yang ada dalam sedimen dan
melepaskan/menghasilkan nutrisi ke dalam rantai makanan (Darsono 2003). Hasil
pencernaan teripang ini menjadikan sedimen lebih gembur dan mengandung
bahan organik yang lebih banyak (Purwati dan Syahailatua 2008).
Mengingat pentingnya fungsi teripang maka diperlukan pengelolaan sumber
daya teripang yang baik. Oleh karena itu diperlukan informasi yang memadai
yang bisa dipakai untuk pengelolaan teripang secara berkelanjutan. Salah satu
metode yang digunakan adalah dengan menggunakan sistem informasi geografis
(SIG). SIG digunakan untuk memetakan kondisi dan peristiwa yang terjadi di
muka bumi. Teknologi SIG memiliki kemampuan menghubungkan berbagai
lapisan data di suatu titik yang sama pada tempat tertentu, mengombinasikan,
menganalisis data tersebut dan memetakan hasilnya (Zainuddin 2006). Penyajian
informasi dengan menggunakan peta sebaran spasial akan mempermudah
pembaca dalam memahami informasi.
Penelitian ini dilakukan di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) karena
NTB merupakan salah satu daerah penghasil teripang di Indonesia (Aziz 1997).
Permintaan teripang saat ini terus meningkat. Menurut Yusron (2003), aktifitas
nelayan dalam mengumpulkan teripang meningkat sehingga dikhawatirkan
mengganggu kelestariannya di alam. Penelitian tentang teripang di wilayah NTB
khususnya di wilayah perairan Lombok Timur dan Sumbawa Barat masih jarang
dilakukan. Sementara itu, pengelolaan sumber daya teripang yang dilakukan saat
ini adalah usaha pembudidayaan teripang Holothuria scabra yang dilakukan oleh

2
Unit Pelaksana Teknis Loka Pengembangan Bio Industri Laut (UPT LPBIL) LIPI
Mataram. Oleh karena itu diperlukan informasi tentang sebaran spasial teripang
agar memudahkan dalam mengetahui lokasi penyebarannya sehingga dapat
dijadikan indukan untuk kegiatan budidaya secara berkelanjutan. Informasi ini
juga dapat digunakan untuk menentukan kesesuaian habitat teripang untuk
pengelolaan sumber daya teripang yang berkelanjutan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis parameter keberadaan
habitat teripang, memetakan sebaran habitat teripang secara spasial, dan
menganalisis pola sebarannya dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) di
perairan Lombok dan Sumbawa Barat sehingga dapat ditentukan cara pengelolaan
yang sesuai untuk teripang.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar untuk pengelolaan
teripang sehingga pemanfaatan teripang di alam tetap lestari.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret sampai April 2012. Kegiatan
pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Perairan Lombok dan Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat. Selanjutnya, lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Kawasan penelitian di Pulau Lombok terletak di Lombok Timur yaitu
perairan Kayangan dan Teluk Jor, serta Lombok Tengah bagian Selatan yaitu
perairan Gerupuk dan Kute. Sementara itu, kawasan penelitian di Pulau Sumbawa
terletak di Sumbawa Barat bagian Barat yaitu perairan Kertasari dan Jelenga, serta
Sumbawa Barat bagian Selatan yaitu perairan Sekongkang.

3

Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data di Pulau Lombok dan Sumbawa,
Nusa Tenggara Barat

Bahan
Data yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini terdiri atas:
1. Peta batimetri Dinas Hidro Oseanografi TNI AL (Dishidros TNI AL) tahun
2008 wilayah Selat Lombok dan Selat Alas dengan skala 1 : 200.000
2. Data hasil pengukuran lapang pada bulan Maret sampai April 2012. Data
yang diambil meliputi salinitas, Disolved Oxygen (DO), derajat keasaman
(pH), kedalaman, kecerahan, posisi stasiun, dan tipe substrat dasar perairan
3. Data angin pada bulan Maret dan April tahun 2012 yang diambil dari
www.ecmwf.int
4. Data ramalan pasang surut pada bulan Maret sampai April 2012 wilayah
Lombok dan Sumbawa yang diperoleh dari Dishidros TNI AL

Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas perangkat keras
berupa laptop, perangkat lunak untuk menginterpolasi data raster, overlay, dan
layout peta, perangkat lunak untuk pengolahan data angin, XLStat 2012 untuk
analisis statistik, Alat Dasar Selam (ADS), Global Positioning System (GPS),
plastik sampel, kertas newtop, termometer raksa, secchi disk, refraktometer, pH
meter, Water Quality Checker, kamera digital, dan penggaris.

4
Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi adalah sistem acak
sedangkan metode pengambilan sampel adalah metode koleksi bebas (collect by
hand). Metode koleksi bebas dilakukan di daerah rataan terumbu (reef flat) dan
dengan cara berenang (snorkling) untuk daerah yang agak dalam, seperti daerah
tubir. Pengambilan data teripang dilakukan pada saat surut terendah sehingga
pengoleksian teripang dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Ketika teripang
ditemukan, lokasi tersebut ditandai (tagging) dengan menggunakan GPS.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui posisi keberadaan teripang. Teripang
dan biota laut yang ditemukan diidentifikasi dengan menggunakan buku
Commercially Important Sea Cucumbers of The World (Purcell et al. 2012) dan
buku Lamun dan Fauna Teluk Kuta, Pulau Lombok (Susetiono 2007) serta diskusi
dengan pakar dari LIPI.
Setelah itu, pengukuran parameter fisik dan kimia perairan dilakukan di
tempat ditemukannya teripang. Parameter yang diamati adalah suhu air, salinitas,
pH, DO, kedalaman, kecerahan, posisi stasiun, dan tipe substrat dasar perairan.
Pengukuran parameter fisik dan kimia perairan ini dilakukan secara insitu.
Pengukuran suhu perairan dilakukan dengan termometer. Termometer
dimasukkan ke air tempat ditemukannya teripang setelah itu dicatat suhunya.
Salinitas perairan diukur menggunakan refraktometer. Pengukuran dilakukan
dengan cara meneteskan air sampel ke bagian kaca refraktometer. Air yang
dimasukkan harus penuh dan jangan sampai ada gelembung udara di dalamnya.
Setelah itu, nilai salinitas dilihat dari bagian teropong baca. Pada bagian teropong
nilai salinitas dapat diamati. Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter.
Cara pengukurannya adalah pH meter dimasukkan ke air sampel tempat
ditemukannya teripang. Setelah ditunggu beberapa saat, nilai pH terlihat di layar.
Nilai DO diukur dengan Water Quality Checker. Cara pengukurannya sama
dengan cara pengukuran pH, yaitu dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam air
sampel, ditunggu beberapa saat, dan nilai DO pun muncul di layar. Kedalaman air
diukur dengan alat ukur berskala. Kecerahan perairan diukur dengan secchi disk.
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan memasukkan secchi disk ke dalam
perairan. Secchi disk ini digantungkan pada tali yang berskala. Secchi disk
ditenggelamkan sampai tidak terlihat lagi sehingga diperoleh kedalaman (d1).
Kemudian secchi disk ditarik ke arah permukaan sehingga mulai terlihat kembali
sehingga di peroleh kedalaman (d2). Nilai kecerahan didapat dari hasil merataratakan nilai kedalaman secchi disk saat mulai tak terlihat dari permukaan (d1)
dengan nilai kedalaman secchi disk saat mulai terlihat kembali dari permukaan
(d2).

Prosedur Analisis Data
Inverse Distance Weight (IDW)
Metode analisis data spasial yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Inverse Distance Weight (IDW). IDW adalah metode interpolasi dengan
memperkirakan nilai sel dengan rata-rata nilai titik sampel data di lingkungan

5
masing-masing sel pengolahan. Metode ini mengasumsikan bahwa variabel yang
sedang dipetakan berkurang pengaruhnya seiring dengan semakin jauhnya jarak
dari lokasi sampel (ESRI 2009).
Data yang diperoleh merupakan hasil pengukuran yang meliputi data
parameter fisik (suhu, salinitas, kedalaman, dan kecerahan) dan data parameter
kimia (salinitas, pH, dan DO). Data tersebut diinterpolasi dengan metode IDW
(Gambar 2) dan diklasifikasikan tingkat kesesuaian wilayahnya. Klasifikasi ini
dilakukan dengan membuat matriks kesesuaian yang tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Matriks kesesuaian potensi teripang
Bobot
(%)

Salinitas (5) (6)

10

Suhu (2) (6)

10

pH (1) (6)

Satuan

Sangat
Sesuai
(SS)


o

Tidak
Sesuai
(TS)
34
31
< 6.5 dan
>8.5
5

2
2

DO (6)

15

ppm

6–8

3

4 -6

2

Jumlah
teripang(6) (7)

20

individu

>3

3

1–3

2

0

1

Tipe
Substrat(4)(7)

20

-

Lumpur
berpasir

3

Pasir,
Pecahan
karang

2

Karang

1

Parameter

Sumber: Dimodifikasi dari Effendi (2003)1, Purnawati (2003)2, Gultom (2004)3,
Purwati dan Syahailatua (2008)4, Lewerissa (2009)5, Kordi (2010)6,
wawancara dengan ahli LIPI7
Matriks kesesuaian ini dibuat berdasarkan paramater yang sesuai untuk
kehidupan teripang. Matriks kesesuaian inilah yang menentukan sesuai atau
tidaknya suatu daerah untuk dijadikan habitat hidup teripang. Di matriks
kesesuaian ini terdapat tiga skor/bobot nilai. Parameter yang diinterpolasi akan
dibagi ke dalam tiga kelas, yaitu sangat sesuai dengan skor 3, sesuai dengan skor
2, dan tidak sesuai dengan skor 1.
Menurut Wahyuningrum (2001), ketiga kelas tersebut dapat didefinisikan
sebagai berikut:
1. Kelas sangat sesuai (SS)
Daerah perairan ini sangat sesuai bagi kehidupan teripang. Daerah ini tidak
memiliki faktor pembatas yang berarti atau memiliki faktor pembatas yang
tidak begitu berpengaruh secara nyata terhadap kehidupan teripang.
2. Kelas sesuai (S)
Daerah perairan ini memiliki faktor pembatas yang berpengaruh. Faktor
pembatas ini meningkatkan masukan dan tingkatan perlakuan yang
diperlukan.

Skor
1
1
1
1
1
1

6
3. Kelas tidak sesuai (TS)
Daerah ini memiliki faktor pembatas yang sangat berat, baik permanen
maupun tidak permanen sehingga mencegah segala kemungkinan perlakuan
pada daerah tersebut.
Setelah itu, dilakukan pembobotan yang didasarkan kepada studi pustaka
untuk menentukan tingkat potensi teripang. Pembobotan didasarkan kepada
tingkat kedekatan parameter terhadap keberadaan teripang di lokasi penelitian.
Semakin berpengaruh suatu parameter semakin besar bobotnya dan demikian juga
sebaliknya. Parameter yang lebih berpengaruh terhadap kehidupan teripang
diberikan bobot yang lebih tinggi (Ariyati et al 2007). Hasil interpolasi tersebut
dilakukan perhitungan dengan raster calculation pada tool spatial analyst di
ArcGIS 9.3. Secara matematis, perhitungan tingkat kesesuaian teripang dapat
ditulis sebagai berikut:
([salinitas]*0.1 + [suhu]*0.1 + [pH]*0.1 + [kecerahan]*0.05 + [kedalaman]*0.05
+ [DO]*0.15 + [jumlah teripang]*0.2 + [tipe substrat]*0.2) .................... (1)
Proses perhitungan ini mengalikan parameter-parameter yang memengaruhi
kehidupan teripang dengan bobot nilainya. Hasil perhitungannya adalah nilai total
bobot yang akan digunakan untuk mengelompokkan potensi teripang menurut
kelas-kelas kesesuaian. Hasil perhitungan didapatkan nilai bobot tertinggi dan
nilai bobot terendah. Bersadarkan kedua nilai tersebut dibuatlah interval kelas.
Berdasarkan Aryati et al (2007), interval kelas tersebut dibagi menjadi sub-sub
jangkauan dengan ukuran yang sama setiap kelasnya. Penelitian ini akan membagi
nilai bobot tersebut menjadi tiga kelas. Perhitungan ini menggunakan persamaan
sebagai berikut:




......... (2)

Keterangan:
I
= interval kelas kesesuaian
ai
= faktor pembobot
Xn
= nilai tingkat kesesuaian
k
= jumlah kelas kesesuaian yang diinginkan
Berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan 2, interval kelas
kesesuaian yang didapat adalah sebagai berikut:
1. Kelas sangat sesuai memiliki interval kelas antara 2.35 – 3
2. Kelas sesuai memiliki interval kelas antara 1.68 – 2.34
3. Kelas tidak sesuai memiliki interval kelas antara 1 – 1.67
Selanjutnya, diagram alir pengolahan data dengan metode IDW disajikan
pada Gambar 2.

7
Mulai

Buka Program Arc GIS 9.3

Add data parameter perairan teripang yang
berformat *.xls

Ubah menjadi data yang
berformat *.shp

Interpolasi data dengan IDW
(Inverse Distance Weighted)

3D Analyst: Reclassify

Masukkan skor/bobot poin
parameter yang akan diinterpolasi

Kalikan hasil reclass dengan skor/bobot poin
([reclass_....]*bobot)+([reclass_....]*bobot)+.....dst

Lakukan reklasifikasi dengan equal interval
Lalu konversi raster to feature

Periksa GRIDCODE pada attribute and table dan
satukan (dissolve) poligon yang masih terpisah

Tentukan warna

Selesai

Gambar 2 Diagram alir pengolahan data dengan metode Inverse Distance Weight
(IDW)

8
Data pengukuran lapang yang telah didapat akan diolah di ArcGIS 9.3. Data
yang masih berformat *.xls diubah menjadi data yang berformat *.shp. Lalu, data
berformat *.shp diinterpolasi dengan IDW. Data digolongkan menurut bobot poin
parameter kehidupan teripang. Bobot poin tersebut akan menentukan potensi
teripang untuk hidup daerah tersebut. Setelah hasil perhitungan reclass dengan
bobot poin muncul, hasil perhitungan digolongkan kembali agar tampilannya
sesuai dengan yang diinginkan. Data diubah dari raster menjadi feature.
Selanjutnya, GRIDCODE pada attribute table diperiksa kembali. Jika masih ada
poligon yang terpisah, maka poligonnya disatukan dengan dissolve. Kemudian
warna ditentukan agar tampilan menjadi menarik.

Pengolahan Data Pasang Surut
Data pasang surut diperoleh dari ramalan pasut berdasarkan metode
Admiralty. Pengolahan data pada admiralty dilakukan dengan mengubah nilai
pasut pada admiralty dengan nilai dari Dishidros TNI-AL. Kemudian dari
pengubahan nilai tesebut akan didapatkan konstanta pasut, yaitu K1, O1, M2, dan
S2. Konstanta pasut yang didapat dari admiralty dimasukkan ke rumus bilangan
Formzhal. Penentuan tipe pasut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
Formzahl sebagai berikut:
K  O1
F  1
M 2  S 2 ........... (3)
Keterangan:
F
= nilai Formzahl
K1 dan O1
= amplitudo komponen pasut diurnal
M2 dan S2
= amplitudo komponen pasut semidiurnal
Kisaran nilai Formzahl adalah sebagai berikut:
0.00 < F ≤ 0.25 = tipe pasut semidiurnal (ganda)
0.25 < F ≤ 1.50 = tipe pasut campuran dominan ganda
1.50 < F ≤ 3.00 = tipe pasut campuran dominan tunggal
F ≥ 3.00
= tipe pasut diurnal (tunggal)

Pengolahan Data Angin
Data angin diperoleh dari www.ecmwf.int. Data angin yang digunakan
adalah data angin pada bulan Maret – April 2012. Data angin yang diunduh
merupakan file yang berekstensi *nc. Data angin tersebut diekstrak menggunakan
perangkat lunak dan dipilih data angin yang sesuai dengan dengan wilayah
penelitian. Nilai komponen angin zonal (u) dikonversi menjadi arah (r) dan
komponen angin meridional (v) menjadi kecepatan (θ). Lalu, nilai konversi
dipindahkan menjadi data baru dengan format tahun, bulan, hari, jam, arah, dan
kecepatan. Setelah itu, perangkat lunak digunakan untuk mengetahui arah dan
kecepatan angin yang mendominasi wilayah penelitian.

9
Principal Component Analysis (PCA)
Principal Component Analysis (PCA) merupakan metode statistik deskriptif
yang bertujuan menyajikan informasi maksimum suatu matriks data ke dalam
bentuk grafik. Matriks data tersebut terdiri atas stasiun penelitian sebagai individu
statistik (matriks baris) serta karakter fisika-kimia air dan sedimen sebagai
variabel kuantitatif (matriks kolom). Karena data-data tersebut tidak mempunyai
unit pengukuran yang sama, maka data-data ini dinormalisasikan lebih dahulu
melalui pemusatan dan pereduksian. Principal Component Analysis pada
prinsipnya menggunakan jarak Euclidiean (jumlah kuadrat perbedaan karakteristik
fisika-kimia dan sedimen antar stasiun yang berkoresponden) pada data. Semakin
kecil jarak Euclidiean antara dua stasiun, maka semakin mirip sifat fisika-kimia
air dan sedimen antar kedua stasiun tersebut (Setyobudiandi et al. 2009). Diagram
alir pengolahan data menggunakan PCA disajikan pada Gambar 3.
Mulai

Data pengukuran
lapang

PCA

Korelasi antar
variabel

Selesai

Gambar 3 Diagram alir pengolahan data menggunakan Principal Component
Analysis (PCA)
Data hasil pengukuran lapang diolah menggunakan metode PCA dengan
perangkat lunak XLSTAT 2012. Setelah proses pengolahan data selesai, korelasi
antarvariebel dilihat hasilnya. Hasil PCA menunjukkan variabel manakah yang
berpengaruh terhadap penyebaran teripang di lokasi penelitian.

10

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Habitat Teripang
Penelitian ini dilaksanakan di empat lokasi di perairan Lombok dan
Sumbawa. Lokasi penelitian di Pulau Lombok terletak di Lombok Timur yaitu
Kayangan dan Teluk Jor sedangkan lokasi penelitian Lombok Tengah bagian
Selatan yaitu Gerupuk dan Kute. Secara geografis Kabupaten Lombok Timur
terletak antara 116 – 117o BT dan 8 – 9o LS (Pemerintah Kabupaten Lombok
Timur, 2013). Lokasi penelitian di Lombok Timur disajikan pada Gambar 4.

(a)

(b)

Gambar 4 Lokasi Penelitian di Teluk Jor (a) dan Kayangan (b)
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Penelitian di Lombok Timur terletak di Teluk Jor dan Kayangan. Di Teluk
Jor ini terdapat tiga ekosistem perairan, yaitu mangrove, lamun, dan terumbu
karang. Oleh karena itu, di lokasi ini memiliki tipe substrat dasar yang bervasiasi
mulai dari lumpur berpasir di daerah mangrove, pasir, sampai dengan pasir
dengan pecahan karang di daerah terumbu karang. Di perairan Teluk Jor jarang
ditemukan teripang. Teripang yang ditemukan hanya H. atra, H. leucospilota, dan
teripang yang mempunyai nilai ekonomi rendah seperti Synapta. Teripang
biasanya ditemukan di padang lamun karena daerah tersebut memberikan
perlindungan terhadap sinar matahari pada siang hari (Purwanti dan Syahailatua
2008). Jenis lamun yang dapat ditemukan di Teluk Jor adalah Enhalus acoroides
dan Thalassia hemprichii. Teripang di Teluk Jor berasosiasi dengan ubur-ubur
dan ular laut. Biota yang menjadi kompetitor bagi teripang adalah bulu babi dan
bintang laut. Sementara itu, parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada Tabel 2
dan Tabel 3.
Kayangan memiliki tipe substrat pasir, pasir dengan pecahan karang, dan
pasir berlumpur sehingga banyak ditemukan teripang H. scabra dan H. atra.
Lamun yang ditemukan di perairan ini adalah Enhalus acoroides. Menurut
Purwanti dan Syahailatua (2008), H. scabra menyukai daerah yang berlamun
sedangkan H. atra menyukai daerah yang bersubstrat keras dan kasar. H. atra
menyelimuti dirinya dengan pasir halus untuk melindungi diri dari sinar matahari.
Biota kompetitor teripang di perairan Kayangan adalah bintang laut.
Kabupaten Lombok Tengah terletak antara 116o 05’ – 116o 24’ BT dan 8o
24’ – 8o 57’ LS (Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah 2009). Lokasi penelitian
di Lombok Tengah dapat disajikan Gambar 5.

11

(a)

(b)

Gambar 5 Lokasi penelitian di Gerupuk (a) dan Kute (b)
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Lokasi penelitian di Lombok Tengah bertempat di Lombok Tengah bagian
selatan yaitu Gerupuk dan Kute. Di perairan Gerupuk hanya terdapat dua
ekosistem yaitu ekosistem lamun dan terumbu karang. Hal ini mengakibatkan
perairan Gerupuk memiliki substrat dasar yang bervariasi, yaitu batu berpasir,
lumpur berpasir, pasir, dan pasir berkarang mati. Bervariasinya tipe substrat
menyebabkan beragamnya jenis teripang yang ditemukan. Teripang yang
ditemukan diperaian ini adalah H. pardalis, H. fuscogilva, H. atra, H.
leucospilota, H. hilla, dan Stichopus. Purwanti dan Syahailatua (2008)
menyatakan H. leucospilota lebih senang berlindung di bebatuan atau karang
mati. H. hilla yang memiliki kulit tubuh yang lunak dan tipis lebih senang
bersembunyi di balik batu. Lamun yang ditemukan di perairan Gerupuk adalah
Enhalus, Thalassia, Syringodium, Halophila, dan Cymodocea. Selain itu, biota
asosiasi yang ditemukan adalah makroalga, kima, bintang ular laut, sponge, dan
Cyprea. Biota yang menjadi kompetitor bagi teripang adalah bulu babi dan
bintang laut.
Di perairan Kute juga terdapat ekosistem lamun dan terumbu karang.
Lamun yang ditemukan adalah Syringodium, Halophila, dan Cymodocea. Tipe
substratnya adalah pasir berbatu, batu karang mati, pasir, batu berpasir. Teripang
yang ditemukan adalah H. atra, H. leucospilota, H. hilla, dan Stichopus. Biota
yang berasosiasi dengan teripang yang ditemukan di Kute yaitu bintang ular laut,
sponge, dan abalon. Biota yang menjadi kompetitor bagi teripang adalah kepiting,
bulu babi dan bintang laut. Kordi (2010) menyatakan bahwa hama yang dapat
mengganggu teripang antara lain bulu babi, bintang laut, dan kepiting. Hama
dapat menyebabkan kerusakan fisik pada tubuh teripang dan dapat pula menjadi
kompetitor, baik berupa ruang, makanan, dan oksigen.
Sementara itu, kawasan penelitian di Pulau Sumbawa terletak di Sumbawa
Barat bagian Barat yaitu Kertasari dan Jelenga. Lokasi lainnya di Sumbawa Barat
bagian Selatan yaitu Sekongkang. Kabupaten Sumbawa Barat terletak diujung
barat Pulau Sembawa pada posisi 116o 42’ – 117o 05’ BT dan 8o 08’ – 9o 07’ LS.
(Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat 2013). Lokasi penelitian di Sumbawa
Barat disajikan pada Gambar 6 dan Gambar 7.

12

(a)

(b)

Gambar 6 Lokasi penelitian di Kertasari (a) dan Jelenga (b)
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Di perairan Jelenga terdapat tiga ekosistem perairan yaitu ekosistem
mangrove, lamun, dan terumbu karang. Tipe substrat dasarnya adalah lumpur,
pasir berlumpur, dan pecahan karang. Teripang yang ditemukan di Jelenga adalah
H. scabra, H. atra, H. leucospilota, H. nobilis, dan Thelonota ananas. Teripang
H. scabra ditemukan tidak jauh dari ekosistem mangrove. H. scabra banyak
terdapat di substrat lumpur dan pasir berlumpur yang ditumbuhi lamun jenis
Thalassia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi (2010) yaitu H. scabra banyak
ditemukan di daerah berpasir atau pasir bercampur lumpur dan sering pula
ditemukan di perairan yang dangkal dan banyak ditumbuhi lamun. Sama seperti di
perairan yang lain, H. atra ditemukan di daerah berpasir. Sementara itu, H.
leucospilota dan Thelonota ananas ditemukan pecahan karang dan karang mati.
Teripang di perairan ini berasosiasi dengan makroalga, sponge, ikan, dan
gastropoda.
Perairan Kertasari juga memiliki ketiga ekosistem perairan tersebut di atas
sehingga tipe substratnya juga beragam. Tipe substrat yang ditemukan di perairan
ini adalah lumpur, lumpur berpasir, pasir, dan pecahan karang. Teripang yang
ditemukan adalah adalah H. scabra, H. atra, H. hilla, dan Stichopus. Sementara
itu, lamun yang terdapat di perairan Kertasari adalah Enhalus, Thalassia,
Syringodium, Halophila, dan Cymodocea. Biota yang berasosiasi dengan teripang
di perairan ini adalah makroalga, ular laut, dan sponge. Biota yang menjadi
kompetitor bagi teripang adalah bulu babi dan bintang laut.
Di perairan Sekongkang dilakukan pengamatan di beberapa desa, yaitu
Tatar, Senutup, dan Muluk. Perairan Sekongkang termasuk bagian selatan dari
Kabupaten Sumbawa Barat. Perairan ini langsung berbatasan dengan Samudera
Hindia sehingga tipe subtrat yang ditemukan adalah batu berpasir, batu, dan
pecahan karang. Jenis teripang yang ditemukan di perairan ini juga sesuai dengan
tipe substratnya. Teripang yang ditemukan yaitu H. atra, H. leucospilota, H. hilla,
dan Stichopus. Lamun yang ditemukan di perairan ini adalah Thalassia. Biota
asosiasi yang ditemukan adalah makroalga, bintang ular, anemon, Cyprea,
kepiting, kima, sponge, kerang darah, dan ikan. Biota yang menjadi kompetitor
bagi teripang adalah bulu babi dan bintang laut.

13

(a)

(b)

Gambar 7 Lokasi Penelitian di Tabiung, Tatar dan Senutup (b) kecamatan
Sekongkang
(Sumber: Dokumentasi pribadi)
Selanjutnya, parameter perairan pada keempat kawasan disajikan pada
Tabel 2 dan Tabel 3.
Tabel 2 Parameter fisik perairan di lokasi ditemukannya teripang
Lokasi Penelitian
Lombok
Timur

Teluk Jor
Kayangan

27 – 28
25 – 26

Kecerahan
(m)
0.2 – 1.5
0.9 – 1

Lombok
Tengah
bagian
Selatan

Gerupuk

28 – 31

0 – 0.75

Kute

27 – 29

0 – 0.5

Sumbawa
Barat
bagian
Barat

Jelenga

26 – 29

0.03 – 0.2

Kertasari

24.5 – 28

0.05 – 0.15

Sekongkang

26 – 28

0.03 – 0.18

Sumbawa
Barat
bagian
Selatan

Suhu (oC)

Parameter Fisik
Kedalaman
Tipe Substrat
(m)
0.5 - 3
Lumpur Berpasir
0.9 - 1
Pasir
Batu berpasir, pasir,
0.4 – 1.05
pasir berkarang mati
Pasir berbatu, batu
0 – 1.12
karang mati, pasir,
batu berpasir
Lumpur, pasir
0.03 – 1.1
berlumpur, pecahan
karang
Lumpur, lumpur
0.09 – 1.08
berpasir, pasir,
pecahan karang
0-1

Batu berpasir, batu
karang, pecahan
karang

Tabel 2 menunjukkan kondisi parameter fisik yang terdapat di lokasi
penelitian. Kisaran suhu di lokasi penelitian berkisar antara 24.5 – 31oC. Hal ini
sesuai dengan suhu perairan yang sesuai untuk pertumbuhan teripang, yaitu 23 –
32oC (Kordi 2010). Sementara untuk parameter kecerahan di seluruh lokasi
berkisar antara 0 – 1.5 m. Parameter kecerahan yang sesuai untuk teripang adalah
0.5 – 1.5 m (Kordi 2010). Nilai parameter teripang yang diambil terdapat
kecerahan yang tidak ada datanya (no data). Hal ini disebabkan pada saat
pengambilan data lapang dilakukan air laut surut sehingga ada wilayah yang tidak
tergenang air sehingga nilainya tidak ada (no data). Kedalaman di lokasi perairan

14
berkisar antara 0 – 3 meter. Kedalaman ini juga dipengaruhi oleh adanya pasang
surut. Menurut Kordi (2010), kisaran pasang surut yang cocok adalah 2 – 3 meter.
Tipe substrat yang terdapat di lokasi penelitian beragam mulai dari lumpur sampai
karang. Berbedanya tipe substrat berakibat pada jenis teripang yang ditemukan.
Kordi (2010) menyatakan tipe substrat yang berpasir atau pasir bercampur lumpur
lebih disukai oleh teripang pasir (H. scabra). Daerah bebatuan atau karang mati
adalah tempat ditemukannya H. leucospilota. H. atra menyukai tempat terbuka
yang selalu tergenang pada saat surut yang biasanya bersubstrat keras dan kasar
(Purwanti dan Syahailatua 2008).
Tabel 3 Parameter kimia perairan di lokasi ditemukannya teripang
Parameter Kimia
Lokasi Penelitian
Lombok Timur
Lombok Tengah
bagian Selatan
Sumbawa Barat
bagian Barat
Sumbawa Barat
bagian Selatan

pH

DO (mg/l)

Teluk Jor
Kayangan
Gerupuk
Kute
Jelenga
Kertasari

Salinitas
(‰)
31 – 32
31 – 32
33 – 35
33 – 34
32 – 34
33 – 35

7.8 – 7.9
7.7 – 7.9
7.8 – 8.6
7.1 – 8
7.5 – 8
7.3 – 8

7.9 – 8
8
7.2 – 8.09
7.86 – 8.02
8.01 – 8.13
7.41 – 8.28

Sekongkang

32 – 34.5

7.7 – 8

7.64 – 8.09

Berdasarkan Tabel 3, salinitas di lokasi penelitian berkisar antara 31 – 35‰,
nilai pH berkisar antara 7.7 – 8.6, dan nilai DO berkisar antara 7.2 – 8.28 mg/L.
Nilai yang sesuai untuk parameter salinitas berkisar antara 26 – 33 ‰, pH berkisar
antara 6.5 – 8.5, dan DO berkisar antara 4.0 – 8.0 mg/L (Kordi 2010). Di daerah
Gerupuk, Kute, Jelenga, dan Sekongkang memiliki nilai salinitas yang lebih tinggi
dibandingkan kisaran parameter yang sesuai untuk teripang. Nilai pH di daerah
Gerupuk juga lebih tinggi dibandingkan nilai parameter pH yang sesuai dengan
teripang. Sementara itu, nilai DO masih termasuk kisaran nilai yang sesuai dengan
nilai yang sesuai untuk teripang.

Kondisi Pasang Surut dan Angin pada Bulan Maret dan April 2012 di
Perairan Lombok dan Sumbawa
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan
oleh tiupan angin, atau karena perbedaan dalam dimensitas air laut atau dapat pula
disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang (pasang surut). Arus yang
disebabkan oleh pasang surut biasanya lebih mudah diamati di perairan pantai
terutama pada selat-selat yang sempit dengan kisaran pasang surut yang tinggi. Di
laut yang terbuka, arah dan kekuatan arus di lapisan permukaan sangat banyak
ditentukan oleh angin (Nontji 2007).

15
Sementara itu, untuk parameter arus tidak dapat diamati karena pengambilan
data dilakukan saat air laut surut. Hal ini mengakibatkan perairan sangat tenang
dan terkadang ada daerah yang sama sekali tidak digenangi air. Oleh karena itu,
yang dibahas adalah dua faktor pembangkit arus, yaitu angin dan pasang surut
pada bulan Maret dan April di Perairan Lombok dan Sumbawa.
Faktor pembangkit arus yang pertama adalah angin. Menurut Nontji (2007)
menyatakan bahwa angin yang berhembus di Indonesia adalah angin musim
(monsoon). Angin ini terjadi dua kali pembalikan arah dalam setahun, yaitu angin
Musim Barat dan angin Musim Timur. Angin Musim Barat adalah angin yang
bertiup dari Benua Asia ke Benua Australia. Angin Musim Barat terjadi pada
bulan Desember – Januari. Angin Musim Barat banyak mengandung uap air
sehingga terjadi musim hujan di Indonesia. Angin Musim Timur adalah angin
yang bertiup dari Benua Australia ke Benua Asia. Angin Musim Timur sedikit
mengandung uap air sehingga terjadi musim kemarau di Indonesia. Angin Musim
Barat terjadi pada bulan Juni – Agustus. Sementara itu, diantara Musim Barat dan
Musim Timur terdapat Musim Peralihan (Pancaroba). Musim Peralihan pertama
terjadi pada bulan Maret – Mei sedangkan Musim Peralihan kedua terjadi pada
bulan September – November.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret dan April 2012. Bulan-bulan
tersebut termasuk musim peralihan dari musim barat ke musim timur. Hasil
pengolahan data angin pada bulan Maret dan April 2012 disajikan pada Gambar
8(a) dan Gambar 8(b).

(a)
(b)
Gambar 8 Wind rose pada bulan Maret 2012 (a) dan April 2012 (b)
Berdasarkan Gambar 8, arah angin berhembus cukup beragam, baik itu
untuk bulan Maret maupun bulan April 2012. Gambar 8(a) menunjukkan bahwa
arah angin dominan pada bulan Maret 2012 adalah dari timur ke barat. Kecepatan
angin mencapai 8.8 – 11.1 m/s dengan presentase 9.7 %. Pergerakan angin lainnya
adalah dari arah tenggara ke barat laut. Kecepatan anginnya mencapai lebih dari
11.1 m/s dengan presentase 1.6 %. Selain itu, arah angin juga juga berasal dari
utara ke selatan dengan kecepatan mencapai 5.7 – 8.8 m/s yang presentasenya
sebesar 10.5 %. Arah angin lainnya yaitu dari timur laut ke barat daya dengan
kecepatan mencapai 3.6 – 5.7 m/s yang presentasenya sebesar 23.4%. Angin yang
bertiup pada bulan Maret 2012 didominasi oleh 4 arah.

16
Gambar 8(b) menunjukkan bahwa bulan April 2012 didominasi oleh angin
yang bertiup dari arah barat laut menuju ke tenggara. Kecepatan anginnya
mencapai 5.7 – 8.8 m/s dengan presentase 5 %. Arah angin lainnya berasal dari
barat yang bertiup ke timur. Kecepatannya juga mencapai 5.7 – 8.8 m/s. Selain
itu, angin juga bertiup dari utara ke selatan dengan kecepatan yang sama yaitu 5.7
– 8.8 m/s. Angin yang bertiup pada bulan April 2012 didominasi oleh 3 arah.
Berdasarkan Wind rose pada bulan Maret dan April 2012, arah anginnya
didominasi oleh beberapa arah angin. Pergerakan anginnya berubah-ubah. Hal ini
terjadi karena pada bulan Maret dan April merupakan Musim Peralihan sehingga
arah anginnya tidak menentu.
Faktor pembangkit arus yang lain adalah pasang surut. Menurut Nontji
(2007) menyatakan pasang surut (pasut) gerakan naik turunnya muka laut secara
berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan bintang. Berdasarkan pola
gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat
jenis, yaitu pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pasang surut harian ganda
(semidiurnal tide), pasang surut campuran dominan harian tunggal (mixed tide,
prevailing diurnal), dan pasang surut campuran dominan harian ganda (mixed
tide, prevailing semidiurnal).
Tipe pasut di perairan Lombok dan Sumbawa diolah dengan metode
Admiralty. Data pasut dari DISHIDROS TNI AL diolah dan menghasilkan
konstanta pasut dan grafik pasut. Konstanta pasut dihitung dan didapatkan
bilangan Formzahl untuk mengetahui tipe pasutnya. Sementara itu, grafik pasut
disajikan pada Lampiran 7.
Berdasarkan Lampiran 7, menunjukkan bahwa tipe pasut di perairan
Lombok dan Sumbawa di Maret adalah tipe pasut campuran dominan harian
ganda. Tipe pasut ini terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
berbeda dalam tinggi dan waktunya (Nontji 2007). Hasil dari perhitungan tipe
pasut dengan menggunakan persamaan 3 pada pengolahan data pasut juga
mendapatkan hasil yang sama. Perhitungan dengan konstanta K1, O1, M2, dan S2
didapatkan bilangan Formzahl sebesar 1.3632 sehingga tipe pasutnya adalah tipe
pasut campuran dominan ganda. Tipe pasut campuran dominan harian ganda ini
terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur. Di selat-selat di antara
pulau-pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2.5 – 3 m/s pada saat
pasang purnama (Nontji 2007).
Sama seperti bulan Maret, tipe pasut di perairan Lombok dan Sumbawa
pada bulan April 2012 adalah tipe pasut campuran dominan harian ganda. Hasil
perhitungan dengan konstanta pasut K1, O1, M2, dan S2 diperoleh hasil bilangan
Formzahl sebesar 1.3171 sehingga tipe pasutnya adalah tipe pasut campuran
dominan harian ganda. Surut yang rendah digunakan oleh teripang untuk
membenamkan diri ke dalam pasir ataupun bersembunyi di bawah batu agar tidak
terekspos ke permukaan. Saat pasang memberikan kesempatan bagi teripang
untuk berpindah tempat ataupun mendapatkan nutrisi segar agar dapat bertahan
hidup (Purwanti dan Syahailatua 2008).

17
Analisis Sebaran Spasial Habitat Teripang dengan Inverse Distance Weight di
Perairan Lombok dan Sumbawa
Ketersediaan informasi tentang lokasi menyebaran teripang akan sangat
membantu dalam upaya pemanfaatannya. Teripang yang ditemukan dapat
dijadikan indukan untuk kegiatan budidaya teripang. Habitat sebaran teripang
disajikan dalam bentuk peta tematik dari empat wilayah pengamatan pada Gambar
9 – Gambar 12. Wilayah habitat teripang ini akan diklasifikasikan menjadi tiga
kelas, yaitu sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai yang direpresentasikan dengan
warna biru muda, hijau muda, dan merah muda.

Sebaran Spasial Habitat Teripang di Perairan Lombok Timur (Kayangan
dan Teluk Jor)
Peta wilayah habitat teripang di perairan Kayangan dan Teluk Jor diperoleh
dengan analisis IDW. Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai bobot
maksimum dan nilai bobot minimum. Nilai maksimum yang didapatkan untuk
perairan Kayangan dan Teluk Jor adalah 1.95 sedangkan nilai minimumnya 1.4.
Nilai inilah yang menentukan interval kelas kesesuaian habitat teripang dengan
menggunakan Persamaan 2. Berdasarkan nilai maksimum yang didapatkan maka
kesesuaian habitat teripang ini dibagi menjadi dua kelas saja, yaitu sesuai dan
tidak sesuai. Hasil yang didapat untuk interval kelas sesuai memiliki interval
sebesar 1.67 – 1.95. Sementara itu, untuk kelas tidak sesuai interval kelasnya
sebesar 1.4 – 1.67. Peta sebaran spasial habitat teripang di Lombok Timur
disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Peta sebaran spasial habitat teripang di Perairan Kayangan dan