Pengaruh Residu Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua pada Tanah Gambut

PENGARUH RESIDU ELECTRIC FURNACE SLAG, BLAST FURNACE
SLAG DAN UNSUR MIKRO TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH
SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
TANAMAN KEDUA PADA TANAH GAMBUT

WAL BANTA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Residu
Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia
Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua pada Tanah
Gambut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Wal Banta
NIM A14090079

ABSTRAK
WAL BANTA. Pengaruh Residu Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan
Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi
Sawah Tanaman Kedua pada Tanah Gambut. Dibimbing oleh SUWARNO dan
KOMARUDDIN IDRIS.
Steel slag adalah produk sampingan dari industri pengolahan logam yang
terbentuk dalam proses pembuatan baja. Electric Furnace Slag (EF slag) dan Blast
Furnace Slag (BF slag) adalah dua contoh steel slag yang digunakan pada penelitian
kali ini. Steel slag dapat digunakan sebagai bahan amelioran tanah. Sebagai bahan
amelioran EF slag dan BF slag mampu memperbaiki sifat kimia tanah gambut serta
dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah varietas IR 64
pada tanaman pertama. Kandungan logam berat dalam beras yang dihasilkannya

masih di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam beras. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh residu EF slag, BF slag, dan unsur mikro
terhadap sifat kimia tanah serta pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah di
tanah gambut sebagai tanaman kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu
EF slag dan BF slag sangat nyata meningkatkan pH tanah, Ca dan Mg dapat ditukar.
Residu EF slag dan BF slag nyata meningkatkan SiO2-tersedia dan unsur mikro (Fe
dan Mn tersedia). Pertumbuhan dan produksi tanaman padi pada residu EF Slag
terlihat lebih baik daripada residu BF Slag. Kadar logam berat beracun (Pb, Cd, As,
dan Hg) masih berada di bawah batas maksimum cemaran logam berat dalam
pangan, sehingga beras tersebut aman dikonsumsi.
Kata kunci: EF Slag, BF Slag, gambut.

ABSTRACT
WAL BANTA. Residual Effect of Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag and
Micro Nutrient on Chemical Soil Properties and Growth and Yield of Paddy Rice as
Second Plant on Peat Soil. Supervised by SUWARNO and KOMARUDDIN IDRIS.
Steel slag is a by-product formed in the process of steel manufacturing. Electric
Furnace Slag (EF slag) and Blast Furnace Slag (BF slag) are two examples which
were used in this research. Steel slag can be used as soil ameliorant. As soil
ameliorants, EF slag and BF slag were able to improve chemical properties of peat

soil, resulting in enchantment of growth and paddy rice yield of IR 64 on first plant.
Toxic heavy metals content was below acceptable limit for rice produced. The
objectives of this experiment were to evaluate residual effect of EF slag, BF slag and
micro nutrient on chemical soil properties and growth and yield of paddy rice on peat
soil as second plant. The results showed that residue of EF slag and BF slag
significantly increased soil pH, exchangeable Ca and Mg. Residue of EF Slag and BF
slag significantly increased SiO2 and micro nutrients (Fe and Mn). Growth and yield
of paddy rice with residue of EF slag were significantly better than those of BF slag.
Toxic heavy metals (Pb, Cd, As, dan Hg) in rice were below acceptable limit for rice
product. So that rice produced on EF slag and BF slag is save for consumer.
Keywords: EF slag, BF slag, Peat

PENGARUH RESIDU ELECTRIC FURNACE SLAG, BLAST FURNACE
SLAG DAN UNSUR MIKRO TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH
SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
TANAMAN KEDUA PADA TANAH GAMBUT

WAL BANTA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengaruh Residu Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan
Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan
Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua pada Tanah Gambut
Nama
: Wal Banta
NIM
: A14090079

Disetujui oleh


Dr Ir Suwarno. MSc
Pembimbing I

Dr Ir Komaruddin Idris, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus. MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan
penulisan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Residu Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap
Sifat Kimia Tanah serta Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah Tanaman Kedua

pada Tanah Gambut.
Terima kasih ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suwarno dan Bapak Dr Ir
Komaruddin Idris selaku pembimbing yang senantiasa memberikan nasihat dan
motivasi selama penelitian hingga penulisan skripsi. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr Ir Arief Hartono yang bersedia menjadi dosen penguji
dan memberikan saran yang bermanfaat bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua, Mondha Tarigan dan Asnitha Hanna Bancin serta adikadik tercinta Win Adrisi dan Ghina Shofy atas doa, kasih sayang dan
kepercayaannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan
S1 ini.
2. Seluruh staf laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya
Lahan dan staf University Farm Cikabayan IPB.
3. Rekan satu penelitian Pradhita Ulfah yang telah banyak membantu dan
menemani selama pengumpulan data dan pengerjaan skripsi ini.
4. Hastiana Utami, Sri Ginanjar, Esha Listianti, Michael Tjiptjadi, Andre
Mawardhi, Haidhar Wurjanto, Robi Rusliana, Astri Sabrina, Adly, Qisthy
Nur, Irfan Kusoyo, Vioni Monica, Aldith Natakusuma, Rofi Aditama,
Aktris, Suci, Sri Indahyani, Sri Wulan, Rani wulandari, Bayu Rooskandar,
Intan, Agung Ardianto, Fahrul Kamar, Wilona Octora, Gibran Ganesha,
Rani, Risya M, Usaid, Imam Pambela, Dodi dan Yessy Paramitha atas

motivasi berharganya.
5. Keluarga Besar Ilmu Tanah IPB, Tanah 46, Tanah 47, Tanah 48 Ikatan
Keluarga Pelajar Mahasiswa Riau - Bogor, keluarga besar MAPALA
Azimuth, UKM Panahan, HMIT 2011-2012.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014
Wal Banta

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… vi
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………... vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………… vi
PENDAHULUAN………………………………………………………….………………. 1
Latar Belakang…………………………………………………………………..……… 1
Tujuan Penelitian………………………………………………………………..……… 2
Hipotesis Penelitian…………………………………………………………..………… 2
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………………….…... 3
Tanah Gambut…………………………………………………………...…….…...….. 3
Steel slag sebagai Bahan Amelioran………………………………………….…,……... 4

Padi ………………………………………………………...…………….…………...... 5
METODE PENELITIAN……………………………………………………………............ 6
Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………….…………….………………. 6
Alat dan Bahan .………………………………………….…………………………….. 6
Prosedur Penelitian …………………………………….………………………..…....... 7
Analisis Tanah………………………………………….………………………………. 7
Percobaan Rumah Kaca…………………………………………….…………………... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….………………….. 9
Pengaruh EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah….………... 9
pH Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan ………………………………..………. 9
Kadar SiO2-Tersedia dalam Tanah…………………………………………….……..… 10
Kadar P-Tersedia dalam Tanah………………………………………………….…….... 11
Unsur Mikro dalam Tanah……………………………………………………….……... 12
Pengaruh Perlakuan EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Pertumbuhan
serta Produksi Tanaman Padi Sawah………………………………………………….…13
Tinggi Tanaman……………………………………………………………………….…13
Anakan dan Anakan Produktif………….………………………………………….….…14
Produksi Tanaman Padi………………………………………………………………..…15
Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2 Pada
jerami………………………………………………………………………………….….15

dan Kadar Logam Berat pada Beras Padi……………………………………...………...16

SIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………... 17
Simpulan……………………………………………………………………………

17

Saran………………………………………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………......... 18
LAMPIRAN…………………………………………………………………….…........... 20
RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………...…….……. 30

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan Dosis Perlakuan pada Penelitian Sebelumnya…………………..... 8
2 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar Ca,
Mg dan K Dapat Ditukar Tanah Gambut ...................................................... 11
3 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Fe, Mn,
Cu dan Zn Tersedia Tanah Gambut……………………………………..…...13
4 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Anakan
dan Anakan Produktif…………………………………………………...…...14

5 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap
Produksi Tanaman Padi……………………………………………………...15
6 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar
SiO2 pada Jerami Padi ……………………………………………..........…..16
7 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Kadar
Logam Berat pada Beras Padi……………………………………………….17

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alur Proses Pemurnian Biji Besi dalam Industri Baja………. ……..5
2 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap pH
Tanah Gambut ………………………………………………………….. ..…10
3 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap kada
SiO2-tersedia dalam Tanah Gambut ………………………………………...11
4 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap kadar
P-tersedia dalam Tanah Gambut……………………………………… …….12
5 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Tinggi
Tanaman Padi Umur 11 MST………………………………………... ……..14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Susunan Kimia Electric Furnace Slag ……………………………………...20

2 Nilai pH, Ca-dd, Mg-dd, SiO2-tersedia, dan P-tersediaTanah pada
Percobaan Inkubasi Penelitian Sebelumnya ………………………………...20
3 Kadar Unsur Mikro (Fe, Mn, Cu, dan Zn) Tersedia dalam Tanah pada
Percobaan Inkubasi Penelitian Sebelumnya………………………………....21
4 Kadar Logam Berat Tersedia dalam Tanah pada Percobaan Inkubasi
Penelitian Sebelumnya……………………………………………………….21
5 Deskripsi Padi………………………………………………………………..22
6 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap pH Tanah…………………………………………………………...22
7 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Ca-dd Tanah………………………………………………………..23
8 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Mg-dd Tanah……………………………………………………….23
9 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap K-dd Tanah…………………………………………………………23

10 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap K-dd Tanah………………………………………………………...23
11 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap P - Tersedia Tanah…………………………………………………24
12 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Fe - Tersedia Tanah………………………………………………..24
13 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Mn - Tersedia Tanah ………………………………………………24
14 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Cu - Tersedia Tanah ……………………………………………….24
15 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Zn - Tersedia Tanah………………………………………………..25
16 Analisis Ragam Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro
terhadap Tinggi Tanaman Padi Usia 11 MST……………………………….25
17 Metode Analisis Tanah dan Tanaman……………………………………….25
18 Rangkaian Percobaan Rumah Kaca: (a) Pemberian pupuk dan
penggenangan tanah, (b) Persemaian benih padi, dan (c) Penanaman
padi…………………………………………………………………………..27
19 Gambar Tanaman Padi Usia 15 MST: (a) Perbandingan Perlakuan
Residu EF slag 2 % dan 4 % dengan Residu BF slag 2 % dan 4 %, (b)
Perbandingan Perlakuan Residu EF slag 6 % dan 8 % dengan Residu
BF Slag 6 % dan 8 % ………………………………………………………..29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia mengalami permasalahan untuk memenuhi kebutuhan beras
dalam negeri. Menurut Qhorunisa dan Nurmalina (2013), peningkatan kebutuhan
beras menjadi dasar penting bagi pertanian di Indonesia untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas padi nasional. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS),
jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah 237,641,326 jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk 1.49%. Dengan adanya peningkatan jumlah
penduduk yang tinggi, menuntut adanya upaya untuk mengatasi kecukupan
produksi dan produktivitas beras dalam negeri.
Untuk mengatasi peningkatan produksi padi skala nasional tersebut
dibutuhkan lahan yang tidak sedikit. Namun, konversi lahan dari sawah produktif
ke lahan non sawah seperti pemukiman, kawasan industri dan infrastruktur
menyebabkan lahan semakin menyusut dari tahun ke tahun. Keterbatasan lahan
produktif menyebabkan ekstensifikasi pertanian mengarah pada lahan-lahan
marjinal, salah satunya yaitu lahan gambut (Ritung dan Suharta 2007). Indonesia
memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha,
yang tersebar terutama di pulau Sumatera, Kalimantan dan Papua (BB Litbang
SDLP 2008). Tetapi, pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian
khususnya dalam budidaya padi sawah memiliki berbagai permasalahan yang
dihadapi, di antaranya yaitu : tingkat kemasaman dan tingginya kandungan asamasam organik beracun. Tanah gambut juga kekurangan unsur hara mikro dan
diikat cukup kuat oleh bahan organik yang terdapat di dalam tanah tersebut,
sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah penambahan amelioran tanah. Amelioran tanah
adalah bahan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Penambahan amelioran tanah adalah salah satu solusi untuk mengatasi kesuburan
pada tanah gambut. Kriteria amelioran yang baik bagi lahan gambut adalah
memiliki kejenuhan basa (KB) yang tinggi, mampu meningkatkan derajat pH
secara nyata, mampu memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan unsur hara
yang lengkap, dan mampu mengusir senyawa beracun terutama asam-asam
organik (BLP 2011).
Dewasa ini produk sampingan industri pengolahan logam seperti steel
slag sangat banyak ditemukan pada pabrik-pabrik pembuatan baja, beberapa di
antaranya dapat dijadikan sebagai bahan amelioran tanah. Pemberian steel slag
pada tanah gambut nyata meningkatkan ketersediaan unsur Si seperti peningkatan
yang terjadi pada pH dan Ca dan Mg dapat ditukar (Suwarno 2002). Steel slag
berpotensi meningkatkan unsur hara pada tanah gambut, terutama hara mikro. Hal
ini disebabkan steel slag memiliki kandungan unsur Fe, Mn, Ca, Mg, Si, K, P, Cu
dan Zn. Beberapa contoh produk sampingan steel slag adalah iron-making slag
atau blast furnace slag dan steel-making slag (converter furnace slag dan electric
furnace slag) (Pohan 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Ginanjar (2012) menunjukkan bahwa
penambahan bahan amelioran berupa Electric Furnace Slag (EF Slag), Blast
Furnace Slag (BF Slag), dan unsur mikro dapat memperbaiki sifat tanah gambut
dan dapat meningkatkan pertumbuhan serta produksi tanaman padi sawah.

2
Penelitian mengenai residu EF slag, BF slag, dan unsur mikro belum pernah ada
sebelumnya. Mengacu pada uraian di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh residu dari EF slag, BF slag, dan unsur mikro terhadap sifat kimia tanah
serta pertumbuhan dan produksi tanaman kedua padi sawah di tanah gambut.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk :
1. Membandingkan pengaruh residu EF slag, BF slag serta unsur mikro
terhadap sifat kimia tanah pada tanah gambut.
2. Membandingkan pengaruh residu EF slag, BF slag dan unsur mikro
terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah pada tanah gambut.
3. Membandingkan pengaruh residu EF slag, BF slag serta unsur mikro
terhadap kandungan logam berat beracun dalam beras untuk kelayakan
konsumsi beras.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :
1. Residu EF slag, BF slag, dan unsur mikro dapat memperbaiki sifat kimia
tanah gambut terutama meningkatkan pH, basa-basa dapat dipertukarkan,
serta unsur mikro tanah gambut.
2. Pemberian EF slag, BF slag, dan unsur mikro dapat meningkatan
pertumbuhan dan produksi padi sawah tanaman kedua.
3. Beras yang produksi dengan perlakuan EF slag, EF slag ataupun unsur
mikro pada tanah gambut tidak melewati batas kandungan logam berat
beracun yang ditetapkan oleh pemerintah.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Gambut
Tanah gambut adalah tanah yang memiliki lapisan tanah kaya bahan
organik (C-organik >18 %) dengan ketebalan 50 cm atau lebih. Bahan organik
penyusun tanah gambut terbentuk dari sisa-sisa tanaman yang belum melapuk
sempurna karena kondisi lingkungan jenuh air dan miskin hara. Oleh karenanya,
lahan gambut banyak dijumpai di daerah rawa belakang atau daerah cekungan
yang berdrainase buruk (Agus dan Subiksa 2008).
Berdasarkan tingkat kematangan/dekomposisi, bahan organik dapat
dibedakan atas tiga macam, yakni bahan organik dengan tingkat dekomposisi awal
disebut bahan organik fibrik, jaringan-jaringan (fibers) tumbuhan masih nampak
jelas; bahan organik hemik, bahan organik sekitar separuh telah mengalami
dekomposisi; dan bahan organik saprik, sebagian besar bahan organik telah
mengalami dekomposisi (Subiksa dan Wahyunto 2011)
Sifat-sifat tanah gambut di Indonesia sangat ditentukan oleh kandungan
mineral, ketebalan, jenis mineral pada substratum ( di dasar gambut), dan tingkat
dekomposisi gambut, kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang
dari 5 % dan sisanya adalah bahan organik yang terdiri dari senyawa-senyawa
humat sekitar 10 hingga 20 % dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin,
selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein dan senyawa lainnya
(Agus dan Subiksa 2008).
Menurut Radjagukguk (1997) dalam Subiksa dan Wahyunto (2011) gambut
di Indonesia sebagian besar tergolong gambut mesotrofik dan oligotrofik.
Menurut Noor (2001) gambut yang tergolong oligotrofik yaitu gambut yang
memiliki tingkat kesuburan rendah. Selain itu, gambut oligotrofik ditemukan pada
gambut ombrogen, yang mana gambut ombrogen adalah jenis tanah gambut yang
tebal dan miskin unsur hara. Tanah gambut pada umumnya bereaksi masam (pH
3.0-3.9). Menurut Sabiham et al (1997) kemasaman tanah gambut disebabkan
oleh kandungan asam-asam organik yang terdapat pada koloid gambut.
Dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob menyebabkan terbentuknya
senyawa fenolat dan karboksilat yang menyebabkan tingginya kemasaman
gambut. Terbentuknya senyawa fenolat dan karboksilat dapat meracuni tanaman
pertanian.
Sifat fisik tanah gambut adalah sifat kering irreversible bila terjadi
pengeringan yang berlebihan. Sifat ini menunjukkan bahwa bila gambut menjadi
terlalu kering, maka tidak akan dapat lagi menjadi basah, karena gambut tidak
mampu menyerap air kembali (Hardjowigeno 1996). Tanah gambut yang dibuka
dan mengalami pengeringan karena drainase akan mengalami subsidence
sehingga terjadi penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan gambut
akibat subsiden, baik yang disebabkan oleh drainase maupun dekomposisi, akan
menyebabkan menurunnya kemampuan gambut menahan air (Noor 2001).

4
Menurut Soepardi (1983) usaha pengelolaan untuk perbaikan lahan gambut
antara lain :
1. Drainase lahan gambut: penurunan dan pengendalian air untuk jangka
waktu relatif lama sehingga memungkinkan aerasi pada daerah akar
selama musim pertanaman.
2. Pengelolaan struktur: tanah gambut pada umumnya lebih memerlukan
pemadatan daripada penggemburan. Makin lama gambut diusahakan
pemadatan semakin baik. Pengelolaan cenderung merusak struktur
semula dan tanah menjadi peka terhadap erosi angin. Sehingga pemadat
merupakan hal penting dalam pengelolaan tanah gambut. Pemadatan
tanah gambut memungkinkan akar berhubungan lebih dekat dengan
tanah dan memungkinkan air naik dari bawah.
3. Penggunaan kapur: keadaan yang sangat masam menyebabkan
pelarutan Fe, Al dan Mn sampai suatu tingkat sehingga mereka menjadi
racun. Di bawah keadaan demikian, sejumlah besar kapur diperlukan
untuk memperoleh pertumbuhan normal.
4. Unsur mikro: tanaman tidak hanya memerlukan kalium, fosfor dan
nitrogen, tetapi seringkali membutuhkan beberapa unsur mikro.
Steel Slag sebagai Bahan Amelioran
Steel slag adalah produk sampingan yang terbentuk dalam proses
pembuatan baja (Anon 1996). Proses pembentukan baja terbagi atas tiga
kelompok, yaitu: proses pembuatan besi, proses pembuatan baja, dan proses
pemberian bentuk produk. Berdasarkan proses pembentukan tersebut, slag
dikelompokan menjadi blast furnace slag dan steel-making slag. Pembuatan Baja
dapat dilakukan dengan tiga metode, open hearth furnace, converter (basic
oxygen furnace), atau electric furnace (Nishiwaki 1986 dalam Suwarno 2010).
Suwarno dan Goto (1997) menyebutkan bahwa steel slag yang dapat
dimanfaatkan untuk pengapuran memungkinkan terjadinya kenaikan pH,
menurunkan konsentrasi Al, Fe dan Mn serta menaikkan kandungan Ca dalam
tanah.
Menurut Hadisaputra (2011), Steel slag merupakan limbah padat dari
proses pembakaran besi dalam produksi pembuatan baja. Steel slag terbentuk
melalui reaksi antara biji besi dan batu kapur yang ditambahkan. Penambahan
batu kapur bertujuan untuk mengikat bahan-bahan pengotor dari biji besi, agar
diperoleh besi murni atau sudah terpisah dari teraknya. Steel slag mengandung
unsur- unsur seperti Ca, Mg, Si dan unsur-unsur lainnya.
Menurut Barber (1967) dalam Rahim (1995) steel slag digunakan dalam
pertanian antara lain :
1. Untuk menetralkan kemasaman tanah serta menambah unsur Ca dan Mg.
2. Menurunkan unsur-unsur beracun dalam tanah.
3. Meningkatkan unsur fosfor dalam tanah.
4. Sebagai sumber silikat.
EF slag dan BF slag adalah beberapa jenis dari steel slag yang biasa
dimanfaatkan dalam pertanian sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki sifat
kimia, fisik dan biologi pada tanah masam (Rahim 1995). Perbedaan steel slag
tersebut terdapat pada proses yang digunakan dalam pemurnian biji besi dan alat

5
pembakar yang digunakan dalam pemurnian biji besi dan kandungan kimia yang
ada di dalam nya.
BF slag adalah produk sampingan yang berasal dari peleburan biji besi. Biji
besi dipanaskan pada Iron making process hingga suhu 1.900o C. Saat besi cair
keluar dari tungku untuk dilanjutkan ke proses berikutnya, yang tersisa adalah
slag yang disebut dengan Blast Furnace Slag. BF slag mengandung beberapa
unsur, seperti silika (30-35 %), kalsium oksida (28-25 %), magnesium oksida (16 %) dan Al2O3/Fe2O3 (18-25.8 %) (Das S et al 2006 dalam Ginanjar 2012).
EF slag adalah slag hasil produk sampingan dari pembuatan baja. Bahan
baku pembuatan baja yang digunakan pada Electric Furnace adalah besi cair yang
berasal dari Blast Furnace. Slag ini terbentuk ketika pembakaran silikat dan
kalsium oksida menghasilkan kalsium silikat dalam jumlah yang besar (Listianti
2012). EF slag berukuran kurang dari 2 mm, yang berasal dari PT. Krakatau Steel,
Cilegon. Kandungan P2O5 0.9-23 dengan daya netralisasi (DN) sebesar 65-80 %
(Tisdale et al.1985).

Gambar 1 Diagram Alur Proses Pemurnian Bijih Besi dalam Industri Pembuatan
Baja. Sumber: Dipublikasikan dalam artikel Profile in Steel (1994),
oleh Kawasaki Steel Mizushima Works.
Padi
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang terdiri dari
dua kelompok organ tanaman yakni organ vegetatif dan organ generatif
(reproduktif). Padi telah menjadi tanaman prasejarah. Akan tetapi asal-usul padi
sendiri masih diperdebatkan oleh ahli sejarah. Beberapa pihak menyebutkan
bahwa tanaman padi berasal dari Cina, karena di wilayah ini banyak ditemukan
jenis-jenis padi liar (Manurung dan Ismunadji 1983) Klasifikasi botani tanaman
padi adalah sebagai berikut.
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monotyledonae
Keluarga
: Graminaeae (Poceae)
Genus
: Oryza
Spesies
: Oriza sativa

6

Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O. sativa dengan dua
subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia dan Sinica (padi
cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (gogo) yang ditanam di
dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang memerlukan penggenangan
(BBPT Padi 2010).
Menurut De Datta (1981) pertumbuhan tanaman padi dibagi dalam tiga
fase yaitu:
1. Fase vegetatif, yaitu meliputi awal pertumbuhan sampai pembentukan
malai. Pada fase ini terdapat empat tahap yaitu; 0 saat benih berkecambah
sampai munculnya daun pertama muncul. Tahap 1 yaitu tahap pertunasan;
dimulai saat benih berkecambah sampai dengan sebelum anakan pertama
muncul. Selama tahap ini, daun dan sistem perakaran terus berkembang
dengan cepet. Tahap 2 yaitu tahap anakan; berlangsung sejak muncul
anakan pertama ssampai pembentukan anakan maksimal tercapai. Anakan
terus berkembang sampai tanaman memasuki tahap pertumbuhan.
berikutnya tahap 3 yaitu pemanjangan batang. Tahapan ini terjadi sebelum
pembentukan malai atau terjadi pada tahap akhir pembentukan anakan.
2. Fase reproduksi, yaitu fase pembentukan malai sampai pembungaan. Pada
fase ini terdapat tiga tahap, yang terdiri dari; tahap 4 yaitu pembentukan
malai sampai bunting yang ditandai dengan adanya proses inisiasi
primordial malai pada ujung tunas. Malai muda meningkat dalam ukuran
dan berkembang ke atas di dalam pelepah dan menyebabkan pelepah daun
menggembung, penggembungan daun bendera disebut bunting. Bunting
pertama terjadi pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun
layu (menjadi tua dan mati) dan anakan non produktif terlihat pada bagian
dasar tanaman. Tahap 5, yaitu tahap keluarnya malai yang ditandai dengan
kemunculan ujung malai dari pelepah daun bendera. Malai terus
berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun. Tahap 6, yaitu
tahap pembungaan dimulai ketika serbuk sari menonjol keluar dari bulir
dan terjadi proses pembuahan
3. Fase Pematangan, yaitu fase pembungaan sampai gabah matang. Pada fase
ini terdapat tiga tahap, yaitu; tahap 7 dimana pada tahap ini gabah mulai
terisi dengan cairan serupa susu atau disebut gabah matang susu. Malai
hijau dan mulai merunduk. Pelayuan (senescense) pada dasar anakan
berlanjut. Daun bendera dan dua daun di bawahnya tetap hijau. Tahap 8,
yaitu tahap gabah setengah matang. Isi gabah yang menyerupai susu
berubah menjadi gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada
malai mulai menguning. Pertanaman kelihatan menguning. Seiring
menguningnya malai, ujung kedua daun terakhir pada setiap anakan mulai
mengering. Tahap 9; yaitu tahap gabah matang penuh. Setiap gabah
matang berkembang penuh, keras dan berwarna kuning. Daun bagian atas
mengering dengan cepat (daun dari sebagian varietas ada yang tetap hijau).
Sejumlah daun yang mati terakumulasi pada bagian dasar tanaman.

7
Menurut Yoshida (1981), terdapat tiga fase pertumbuhan padi, yaitu fase
vegetatif aktif, generatif dan pemasakan. Fase vegetatif aktif dimulai dari
perkecambahan sampai inisiasi primordia malai, fase reproduktif dimulai dari
inisiasi primordia malai sampai rampak dan fase pemasakan dimulai dari rampak
sampai masak.

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian terdiri atas percobaan rumah kaca dan analisis laboratorium.
Dapat dilihat pada Lampiran 18 percobaan rumah kaca dilaksanakan di University
Farm Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, sedangkan analisis laboratorium
berupa analisis tanah dan tanaman dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan
Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Maret
2013 sampai dengan September 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah gambut, benih padi
sawah varietas IR-64, pupuk dasar (Urea,SP-36, dan KCl), dan beberapa bahan
kimia untuk analisis tanah dan tanaman. Contoh tanah gambut yang digunakan
berasal dari Kec. Kumpeh, Kab. Muaro Jambi, Prov. Jambi Pada penelitian
sebelumnya tanah gambut tersebut telah ditambah EF slag, BF slag dan unsur
mikro (CuSO4 dan ZnSO4) serta telah digunakan untuk penanaman padi satu kali
masa panen. Peralatan yang digunakan dalam percobaan rumah kaca yaitu: ember
(sebagai pot), penggaris, hand sprayer, timbangan, jaring perangkap burung, kain
kasa, dan kamera, sedangkan beberapa peralatan untuk analisis tanah dan tanaman
yang digunakan di laboratorium yaitu: neraca, labu kjeldahl/digestion, destilator
dan labunya, waterbath, tabung reaksi, pipet, buret, oven, spectrophotometer,
flamephotometer, dan atomic absorption spectrophotometer (AAS) dan peralatan
pendukung lainnya.

Prosedur Percobaan
Percobaan rumah kaca merupakan percobaan faktor tunggal yang terdiri dari
10 perlakuan dan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 30 satuan percobaan.
Rancangan percobaan yang dipakai adalah rancangan acak lengkap (RAL). Pada
Tabel 1 tercantum jenis dan dosis perlakuan yang telah diberikan pada penelitian
sebelumnya. Masing-masing perlakuan tercantum pada Tabel 1.

8
Tabel 1 Jenis dan Dosis Perlakuan pada Penelitian Sebelumnya.
Perlakuan
Kontrol
Unsur Mikro
EF Slag 2 %
EF Slag 4 %
EF Slag 6 %
EF Slag 8 %
BF Slag 2 %
BF Slag 4 %
BF Slag 6 %
BF Slag 8 %

EF slag *
BF slag *
...…….(g/pot)……..
0
0
0
0
68
0
136
0
204
0
272
0
0
68
0
136
0
204
0
272

CuSO4
ZnSO4
…...(mg/pot)….
0
0
170
170
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

ket: *) = % dari bobot tanah BKM (EF Slag = BF Slag).

Selanjutnya, data hasil penelitian dianalisis statistik dengan menggunakan
analisis ragam. Apabila didapatkan pengaruh perlakuan yang nyata maka
dianalisis lanjutan dengan menggunakan Duncan‟s Multiple Range Test (DMRT)
atau uji wilayah Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Tanah
Setelah tanaman pertama dipanen, dilakukan pengambilan contoh tanah
sebanyak 100 g setara bobot kering oven dari setiap pot percobaan untuk
dilakukan analisis sifat kimia tanah di laboratorium.
Variabel yang diamati pada analisis sifat kimia tanah meliputi: pH H2O
(1:5), N-total (metode Kjeldahl), P-tersedia (metode Bray I), basa-basa dapat
ditukar (Ca, Mg, K) metode NH4OAc 1 N pH 7, Si-tersedia metode ekstraksi
natrium asetat 0.1 N pH 4, unsur-unsur mikro (Fe, Mn, Cu, Zn) tersedia metode
ekstraksi DTPA (Dietilen Triamine PentaAcetic Acid) pH 7.3.
Percobaan Rumah Kaca
Setelah contoh tanah diambil dari setiap pot, selanjutnya dilakukan
penggabungan tanah gambut pada perlakuan yang sama antara tanah pada pot
yang pernah ditanami padi sawah varietas IR-64 dan tanah pada pot yang pernah
ditanami padi sawah varietas Air Tenggulang. Tanah yang diperoleh dari hasil
penggabungan memiliki bobot setara 3.40 kg BKM/pot.
Tahap selanjutnya dilakukan penyemaian benih padi sawah IR-64 pada
media semai berupa kain kasa dalam keadaan basah di atas permukaan sebuah
nampan yang dijaga ketersediaan airnya. Sebelumnya benih direndam selama 24
jam, kemudian benih ditiriskan di ruang teduh selama 24 jam. Setelah umur
semaian 18 hari dilakukan penanaman 2 batang padi pada setiap pot. Pada satu
hari sebelum tanam dilakukan pemumpukan. Pupuk dasar yang diberikan adalah
Urea (300 kg/ha), SP-36 (300 kg/ha) dan KCl (200 kg/ha). Pemupukan terdiri dari

9
pupuk urea 1/3 bagian (1.70 g/pot), SP-36 diberikan seluruhnya (5.10 g/pot), dan
KCl ½ bagian (1.27 g/pot). Selanjutnya, pada umur 21 HST diberikan pupuk Urea
1/3 bagian (1.70g/pot) dan pada umur 35 HST pupuk yang diberikan terdiri dari
pupuk urea 1/3 bagian (1.70 g/pot) dan KCl ½ bagian (1.27 g/pot). Penyiraman
tanaman disesuaikan dengan kondisi lapang di sawah yaitu dengan melakukan
penyiraman satu kali sehari hingga tinggi genangan mencapai 2.5 cm dari
permukaan tanah. Setelah malai mulai tumbuh, tanaman dilindungi dari gangguan
burung dengan memasang jaring yang mengelilingi area penanaman.
Variabel yang diamati dalam percobaan rumah kaca adalah variabel
pertumbuhan vegetatif dan produksi. Variabel pertumbuhan vegetatif tanaman
yang diamati terdiri dari: tinggi tanaman umur 3-11 minggu setelah tanam (MST)
dan jumlah anakan produktif. Panen dilakukan setelah terjadi fase pematangan
pada tahap gabah matang penuh. Kriteria siap panen dapat berupa 95 % bulir padi
sudah menguning, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau yaitu
pada umur 19 MST. Variabel produksi tanaman yang diukur terdiri dari: bobot
gabah kering panen (BGKP), bobot gabah kering giling (BGKG), bobot kering
gabah bernas (BKGB), dan bobot kering gabah hampa (BKGH). Setelah malai
dipotong, kemudian daun dan batang dipotong, dicuci hingga bersih, dioven dan
digiling untuk selanjutnya dianalisis kadar SiO2 tanaman (metode gravimetri).
Gabah bernas yang sudah dipisahkan dari gabah hampa lalu dikupas dan ditumbuk
halus, lalu berasnya dianalisis kandungan logam berat beracun timbal (Pb),
kadmium (Cd), arsen (As), dan air raksa (Hg) (metode ekstrasi asam nitrat dan
HClO4 2:1).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah
Tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan analisis kimia terhadap
tanah perlakuan residu gambut pada semua perlakuan, yaitu: kontrol, unsur mikro,
EF slag, dan BF slag. Hasil analisis uji wilayah berganda Duncan menunjukkan
bahwa residu EF slag dan BF slag nyata meningkatkan pH, Ca-dd dan Mg-dd,
Mn-tersedia. Selain itu, EF slag meningkatkan kadar unsur mikro (Fe dan Mn
tersedia) dalam tanah. Residu EF slag, BF slag dan unsur mikro berpengaruh
tidak nyata terhadap K-dd dalam tanah.


pH Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan

Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh residu EF slag dan BF slag
mampu meningkatkan pH tanah gambut. Nilai pH pada perlakuan EF slag lebih
tinggi daripada perlakuan BF slag dan unsur mikro. Umumnya pH pada tanah
meningkat seiring dengan bertambahnya dosis yang diberikan. Nilai pH tertinggi
terdapat pada perlakuan EF slag 8 % dengan pH 5.13, sedangkan pH terendah
terdapat pada perlakuan unsur mikro sebesar 4.30. Peningkatan pH pada
pemberian EF slag juga sesuai dengan penelitian Syihabudin (2011) yang
menyatakan bahwa penambahan slag ke dalam tanah gambut mampu
meningkatkan pH. Perlakuan EF slag masih lebih baik dalam meningkatkan pH
dibandingkan dengan perlakuan BF slag dan unsur mikro.

10

5.2
5
4.8
4.6
4.4
4.2
4
3.8

5.1

5
4.8 4.8

4.7

4.7

4.8
EF Slag

4.5
4.3

4.3

BF Slag
kontrol
unsur mikro

kontrol

unsur
mikro

2%

4%

6%

8%

Gambar 2 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap pH
Tanah Gambut.
Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan EF slag dan BF slag nyata
meningkatkan Ca-dd dan Mg-dd pada tanah. Kadar Ca-dd dan Mg-dd meningkat
seiring dengan penambahan dosis yang diberikan. Kadar Ca-dd dan Mg-dd yang
tertinggi ada pada perlakuan EF slag 8 % yaitu, 36.04 me/100g dan 10.42
me/100g. Dimana Ca-dd meningkat sebesar 683.87 % dan Mg-dd meningkat
sebesar 789.39 %. Sedangkan kadar terendah Ca-dd dan Mg-dd terdapat pada
perlakuan kontrol.
Secara umum EF slag lebih baik dalam meningkat Ca-dd dan Mg-dd di
dalam tanah dibanding dengan BF slag dan unsur mikro. Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian Listianti (2012) yang menunjukan meningkatnya Ca dan Mg
tersedia tanah akibat pemberian EF slag dikarenakan pada EF slag juga
terkandung unsur Ca dan Mg.
Tabel 2 menunjukkan bahwa EF slag dan BF slag berpengaruh nyata
terhadap K-dd dalam tanah. Nilai K-dd tertinggi terdapat pada perlakuan BF slag
2 % dan terendah ada pada perlakuan EF slag 8 %. Secara umum K-dd pada
perlakuan residu BF slag cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
residu EF slag pada dosis yang sama. Ini disebabkan karena kandungan K2O pada
BF slag memang lebih tinggi dibandingkan dengan EF slag, yaitu 4.1 g kg-1.

11
Tabel 2 Pengaruh Residu EF slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar
Ca,Mg dan K Dapat Ditukar Tanah Gambut.
Perlakuan

Ca-dd
Mg-dd
K-dd
..….…….….(me/100g)…………….
5.27 a
1.32 a
0.63 ab
5.76 a
1.41 a
0.59 ab
17.71 b
5.72 bc
0.74 b
19.99 bc
6.30 cd
0.56 ab
30.37 de
9.19 de
0.46 a
36.04 ef
10.42 e
0.45 a
15.59 b
3.46 ab
0.69 ab
22.10 bc
4.81 bc
0.65 ab
27.89 cd
5.86 bc
0.75 b
28.28 cd
5.38 bc
0.55 b

Kontrol
Unsur Mikro
EF Slag 2 %
EF Slag 4 %
EF Slag 6 %
EF Slag 8 %
BF Slag 2 %
BF Slag 4 %
BF Slag 6 %
BF Slag 8 %

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%
dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).



Kadar SiO2-Tersedia dalam Tanah

Pada Gambar 2 tampak bahwa residu perlakuan BF slag meningkatkan
kadar SiO2 – tersedia dalam tanah. Kadar SiO2 – tersedia pada residu BF slag
yang tertinggi ada pada perlakuan 8 % (445.78 ppm), dimana terjadi kenaikan
sebesar 354.86 %. Sementara residu perlakuan EF slag yang tertinggi tidak lebih
baik dibandingkan dengan pemberian dosis terendah (2 %) pada perlakuan BF
slag. Kadar SiO2 tertinggi EF slag ada pada perlakuan 8 % (223.24 ppm).
Secara keseluruhan kadar SiO2 pada perlakuan BF slag lebih tinggi jika
dibandingkan dengan EF slag dan unsur mikro. Hal ini disebabkan karena adanya
sumbangan SiO2 dengan jumlah yang besar dari BF slag apabila dibandingkan
dengan perlakuan yang lain, yaitu 34.4 %. Sehingga BF slag lebih baik dalam
meningkatkan SiO2–tersedia dalam tanah di antara perlakuan yang lainnya.

(ppm)

445.78
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

340.01
295.99
204.66
182.58

252.84
223.24
185.79

EF Slag
BF Slag

159.8

125.62

kontrol
unsur mikro

kontrol

unsur
mikro

2%

4%

6%

8%

Gambar 3 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar
SiO2-tersedia dalam Tanah Gambut.

12


Kadar P-Tersedia dalam Tanah

Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar P-tersedia tanah hasil residu
perlakuan EF slag dan BF slag lebih rendah daripada perlakuan kontrol dan unsur
mikro. Pada Gambar 3 terlihat nilai P-tersedia terendah terdapat pada perlakuan
BF slag 6 %. Data hasil analisis perlakuan EF slag, BF slag dan unsur mikro pada
percobaan inkubasi satu bulan di penelitian sebelumnya menunjukan kadar Ptersedia tertinggi ada pada perlakuan EF slag 8 % (119.8 ppm) dan terendah ada
pada perlakuan kontrol (48.7 ppm). Namun, data hasil analisis penelitian saat ini
menunjukan kadar P-tersedia dalam tanah tertinggi terdapat pada perlakuan unsur
mikro (367.29 ppm) dan diikuti dengan perlakuan kontrol (336.68 ppm). Hal ini
disebabkan karena pada penelitian sebelumnya tanaman padi tidak tumbuh dan
mati di dalam pot perlakuan kontrol dan pada perlakuan unsur mikro, sehingga Ptersedia tidak lagi terserap. Sementara pada perlakuan EF slag dan BF slag
tanaman padi tumbuh subur seiring dosis perlakuan yang diberikan, sehingga
unsur P-tersedia tersisa sedikit akibat terserap oleh tanaman.
400
350

367.29
336.68

300
250
200
151.65
150

(ppm)

EF Slag

202.92

190.86
162.17

155.87
121.53
124.04
112.86

BF Slag
kontrol
unsur mikro

100
50
0
kontrol

unsur
mikro

2%

4%

6%

8%

Gambar 4 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar
P-tersedia dalam Tanah Gambut.


Unsur Mikro dalam Tanah

Pada Tabel 3 terlihat bahwa perlakuan EF slag berpengaruh nyata dalam
meningkatkan ketersediaan unsur Fe dan Mn dalam tanah. Kadar Fe dan Mn yang
tertinggi terdapat pada EF slag 4 %. Jika dibandingkan dengan BF slag dan unsur
mikro, perlakuan EF slag umumnya lebih baik dalam meningkatan unsur Fe dan
Mn di dalam tanah. Sesuai dengan penetian Pohan (2012), hal ini disebabkan oleh
kandungan Fe dan Mn yang cukup tinggi di dalam EF slag, sehingga dapat
meningkatkan ketersediaan kedua unsur ini dalam tanah.

13
Perlakuan unsur mikro hanya meningkatkan nilai Cu dan Zn tersedia. Pada
Tabel 3 terlihat bahwa nilai Cu-tersedia tanah tertinggi terdapat pada perlakuan
unsur mikro (23.58 ppm) dan tidak terdeteksi pada perlakuan lain. Kadar Zntersedia tertinggi terdapat pada residu unsur mikro (24.13 ppm). Hal ini
dikarenakan pada perlakuan unsur mikro memang hanya CuSO4 dan ZnSO4 yang
diberikan.
Tabel 3 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Fe, Mn,
Cu dan Zn Tersedia Tanah Gambut.
Perlakuan
Kontrol
Unsur Mikro
EF Slag 2 %
EF Slag 4 %
EF Slag 6 %
EF Slag 8 %
BF Slag 2 %
BF Slag 4 %
BF Slag 6 %
BF Slag 8 %
Keterangan:

Fe-tersedia
Mn-tersedia
Cu-tersedia Zn-tersedia
………………….….(ppm)……………………..
366.78 a
0.53 a
Td
9.06 ab
334.20 a
1.07 a
23.58
24.13 c
1670.56 b
78.34 b
Td
9.26 ab
1672.66 b
79.11 b
Td
10.09 ab
1646.32 b
70.29 b
Td
7.67 ab
1460.13 b
67.10 b
Td
5.95 a
373.20 a
36.30 ab
Td
10.74 b
308.16 a
47.16 ab
Td
8.29 ab
334.69 a
64.36 b
Td
7.29 ab
332.58 a
57.58 b
Td
7.08 ab

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%
dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).

Pengaruh Perlakuan EF Slag, BF Slag dan Unsur Mikro terhadap
Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Padi Sawah


Tinggi Tanaman

Pada Gambar 3 terlihat bahwa EF slag dan BF slag berpengaruh dalam
meningkatkan tinggi tanaman padi seiring peningkatan dosis perlakuan yang
diberikan. Secara umum tinggi tanaman EF slag memiliki padi yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan BF slag. Berdasarkan hasil uji lanjut pertumbuhan
tanaman pada perlakuan EF slag berbeda sangat nyata dibandingkan dengan
perlakuan unsur mikro dan kontrol.
Pada perlakuan unsur mikro dan kontrol, tanaman padi tidak dapat tumbuh
dengan baik. Hal ini disebabkan tanaman mengalami kekurangan kebutuhan unsur
hara essensial. Pada perlakuan kontrol tidak ada penambahan unsur hara essensial
selain Urea, SP-36 dan KCl. Selain ketiga unsur makro tersebut, pada pot
perlakuan unsur mikro hanya ditambahkan unsur Cu dan Zn. Kurangnya unsur
hara essensial pada kedua perlakuan tersebut menyebabkan tanaman menjadi
kerdil dan kemudian mati di umur 15 MST. Sedangkan pada perlakuan EF slag
dan BF slag mampu menambah ketersediaan unsur hara essensial yang mana
dibutuhkan oleh tanaman, karena itu tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman yang tertinggi terdapat pada EF slag 6 %, yaitu 105.9 cm.

14
120

105.9
96.4

100
81.6

(cm)

80

83.8

86.8

100.8
86.9

72.3

EF Slag

60

BF Slag
kontrol

40

26.7

22.6

unsur mikro

20
0
kontrol

unsur
mikro

2%

4%

6%

8%

Gambar 5 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap
Tinggi Tanaman Padi Umur 11 MST.


Anakan dan Anakan Produktif

Terlihat pada Tabel 4 jumlah anakan dan anakan produktif pada perlakuan
EF slag lebih tinggi dibandingkan dengan BF slag, unsur mikro maupun kontrol.
Jumlah anakan terbanyak terdapat pada perlakuan EF slag 8 %, yaitu 35
batang/pot. Sedangkan jumlah anakan produktif terbanyak terdapat pada EF slag
6 % yaitu 66 batang/pot. Jumlah anakan dan anakan produktif padi terendah yaitu
pada kontrol dan unsur mikro, dimana kedua perlakuan ini tidak memiliki anakan
maupun anakan produktif (0 batang/pot) sebab tanaman padi pada pot ini tidak
tumbuh hingga tiba waktunya panen. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi
pada perlakuan EF slag mampu menunjang jumlah anakan dan anakan produktif
dengan baik.
Tabel 4 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Anakan
dan Anakan Produktif.
Perlakuan
Kontrol
Unsur Mikro
EF Slag 2 %
EF Slag 4 %
EF Slag 6 %
EF Slag 8 %
BF Slag 2 %
BF Slag 4 %
BF Slag 6 %
BF Slag 8 %

Anakan
Anakan Produktif
….…….….(batang)……………
0.0 a
0.0 a
0.0 a
0.0 a
5.0 abc
8.3 a
16.33 d
29.67 c
32.33 e
66.0 d
35.00 e
61.0 d
1.67 ab
4.3 a
13.33 cd
15.3 abc
9.67 bcd
28.0 bc
16.00 d
32.67 c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%
dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).

15


Produksi Tanaman Padi

Tabel 5 menyajikan bobot gabah kering panen (GKP), bobot gabah kering
giling (GKG), bobot gabah bernas (GB), dan persentase bobot gabah hampa (GH).
Residu EF slag dan BF slag berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot GKP,
GKG, dan GB. Hal disebabkan karena EF slag dan BF slag mampu memperbaiki
sifat kimia tanah, seperti meningkatkan pH tanah gambut, Ca dan Mg dapat
ditukar, SiO2 tersedia, serta Fe dan Mn tersedia tanah. Namun, residu EF slag
masih lebih baik dalam meningkatkan produksi tanaman padi bila dibandingkan
dengan residu BF slag. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis sifat kimia tanah
yang mana EF slag masih lebih baik dalam meningkatkan pH, Ca-dd, Mg-dd, Fetersedia dan Mn-tersedia dibandingkan dengan residu BF slag. Unsur Ca dan Mn
yang terdapat dalam residu EF slag banyak berguna dalam proses fotosintesis
tanaman, sehingga penyerapan energi untuk proses pembentukan bulir beras pada
tanaman padi menjadi sangat baik.
Tabel 5 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Produksi
Tanaman Padi.
Perlakuan
Kontrol
Unsur Mikro
EF Slag 2 %
EF Slag 4 %
EF Slag 6 %
EF Slag 8 %
BF Slag 2 %
BF Slag 4 %
BF Slag 6 %
BF Slag 8 %

Bobot GKP Bobot GKG Bobot GB Persentase Bobot GH
……………(g/pot)…………
……..(%)……
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00
0.00 a
0.00 a
0.00 a
0.00
2.73 a
2.32 a
1.61 a
30.60
22.86 b
17.85 b
14.50 b
18.77
54.57 c
41.18 c
33.55 c
18.53
60.89 c
46.56 c
40.43 c
13.17
0.63 a
0.52 a
0.11 a
78.84
3.69 a
2.95 a
1.42 a
51.52
12.82 ab
9.77 ab
6.08 ab
37.77
13.64 ab
10.77 ab
7.58 ab
29.62

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf α = 5 %
dengan Uji Wilayah berganda Duncan (DMRT).

Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap Kadar SiO2
pada Jerami
Berdasarkan Tabel 6, kadar SiO2 pada jerami yang tertinggi terdapat pada
perlakuan EF slag 8 % dengan kadar SiO2 sebesar 15.94 %. Yang terendah
terdapat pada perlakuan BF slag 6 % yaitu sebesar 12.01 %. Kadar SiO2 dalam
jerami pada perlakuan EF slag cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
perlakuan BF slag.
Peranan Si sangat penting bagi tanaman padi. Leiwakabessy et al. (2003:320) menyatakan “… akhir-akhir ini peneliti Jepang dalam percobaan dengan
kultur hara menemukan bahwa pada tanaman padi Si dapat menambah tinggi
tanaman, jumlah batang, berat basah dan berat kering tanaman … “.

16
Penyerapan SiO2 pada tanaman tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah
SiO2-tersedia dalam tanah, tetapi dipengaruhi juga oleh ketersediaan unsur hara
lainnya baik makro maupun mikro. Kadar SiO2 dalam jerami pada perlakuan EF
slag lebih tinggi dibanding dengan BF slag. Hal ini diduga tanaman padi pada
perlakuan EF slag dapat menyerap SiO2 lebih tinggi dibandingkan dengan BF
slag karena tanaman tumbuh lebih baik. Tanaman dapat tumbuh dengan baik
disebakan unsur hara makro dan mikro seperti Fe, Mn, Ca dan Mg yang terdapat
pada residu tanah perlakuan EF slag lebih tinggi dibandingkan dengan yang
terdapat pada BF slag sehingga akar tumbuh dengan baik dan dapat menyerap
SiO2 lebih intensif. Seperti yang diketahui bahwa unsur Ca dapat merangsang
pembentukan bulu-bulu akar halus yang berguna untuk penyerapan unsur hara.
Unsur Mg, Fe dan Mn berguna untuk pembentukan klorofil, protein dan enzim
yang membuat proses fotosintesis bekerja dengan baik, sehingga energi pada
tanaman tersedia untuk menyerap dan mendistribusikan unsur hara lebih banyak
pada tanaman.
Tabel 6 Pengaruh Residu EF Slag, BF Slag, dan Unsur Mikro terhadap SiO2
dalam Jerami.
Perlakuan
Kontrol
Unsur