Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK
HAURBENTES JASINGA BOGOR

MUNDI LAKSONO

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

`

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan
Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan KHDTK
Haurbentes Jasinga Bogor yang dilakukan dengan mencari data informasi melalui
wawancara dan pengidentifikasian tumbuhan obat di KHDTK Haurbentes Jasinga
Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan

belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014

Mundi Laksono
NIM E34080106

ABSTRAK
MUNDI LAKSONO. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Sekitar
Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M
ZUHUD dan AGUS HIKMAT
Kawasan KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes
adalah hutan yang difungsikan sebagai hutan penelitian. Di lahan penelitian
Litbang Kehutanan terdapat berbagai macam tumbuhan yang sering digunakan
oleh masyarakat sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang digunakan masyarakat
sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes. Penelitian ini
dilaksanakan di 2 kampung yaitu Kampung Haurbentes dan Cikeusal Desa
Wirajaya. Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai Maret 2014.
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik masyarakat yang menggunakan
tumbuhan obat didominasi oleh tingkat umur 50-60 tahun, berlatar pendidikan
tingkat pendidikan SD, dan masyarakat yang paling banyak menggunakan
tumbuhan obat bermata pencaharian tidak tetap. Spesies tumbuhan yang
teridentifikasi sebanyak 21 spesies dari 16 famili yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai obat alternatif. Jenis penyakit diderita oleh masyarakat
terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat yang dimanfaatkan
oleh masyarakat.
Kata kunci : jenis penyakit, KHDTK Haurbentes, masyarakat, tumbuhan obat

ABSTRACT
MUNDILAKSONO. Utilization of medicinal plants upon people of around the
KHDTK Haurbentes Jasinga, Bogor. Supervised by ERVIZAL A.M ZUHUD and
AGUS HIKMAT.
Area KHDTK ( Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus ) Haurbentes is the
forest that function as forest research. In land research forestry there are various

kinds of herbs often used by community as a drug to cure diseases. With respect
to such matters, then this research was conducted. The aim of this research is to
identify plant species drug used of the surrounding community research KHDTK
Haurbentes forest area. This research carried out in 2 town about are in
Haurbentes town and Cikeusal Wirajaya village. Research is done in February to
March 2014.
Based on research, characteristic of community dominated by the use of
medicinal herbs age 50-60 years, education has elementary education, and society
most much use of medicinal herbs freelance. Plant species identified as much as
21 species of the family 16 that can be used by local community as an alternative
medicine. This type of the disease ever suffered by the people around KHDTK
Haurbentes there are 15 groups of diseases/use of medicinal plants which are
exploited by the community.
Keywords: community, diseases, KHDTK Haurbentes, medicinal plants

PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KAMPUNG SEKITAR KAWASAN KHDTK
HAURBENTES JASINGA BOGOR

MUNDI LAKSONO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar
Kawasan KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor
Nama
: Mundi Laksono
NIM
: E34080106


Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS
Pembimbing I

Dr Ir Agus Hikmat, M Sc F
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kampung Sekitar Kawasan

KHDTK Haurbentes Jasinga Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS selaku dosen pembimbing I dan Dr Ir
Agus Hikmat, MScF selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, serta saran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan
skripsi. Dr Ir Nandi Kosmaryandi, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi dan nasihat-nasihatnya. Keluarga tercinta, Bapak (H.
Marimin Al Sukidjo), yang selalu memberikan motivasi, dukungan, semangat
hidup, Ibu (Sumarsih), serta kakak-kakak saya (Mbak Mindi Astuti dan Mbak
Mintarsih), Bude Sum, keluarga bapak Edih Jayawiguna dan keluarga besar
Sanroesdi atas do’a, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan baik dana maupun
tenaga. Seluruh staf Tata Usaha KSHE yang telah membantu memperlancar
proses administrasi penelitian dan penyusunan skripsi. Kawan-kawan terdekat
(Komo (Rendra DS), Ojan, Uul, Pardi, Epul, Conny, Mimi, Abah (Meidilaga
S.Hut), Jey, Ibad, Fait, Agus, Azis, Irham, Pion, Ulqi, Uta MSP 48, Sigit MSP 48,
Rizal) atas semua dukungan, keceriaan, motivasi dan nasehatnya. Sahabat
EDELWEIS 45 serta abang-abang kelas yang memberikan motivasi dan dukungan
selama menyusun skripsi. Kawan-kawan workshop IF ’90 yang selalu menyuruh

untuk cepat membereskan skripsi (Satriyo, Haris, Hikmat, Chandra, dan Bagja).
Serta seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu

Bogor, Desember 2014

Mundi Laksono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Objek, Alat dan Bahan
Metode Pengumpulan Data
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Responden
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional
Cara Penggunaan Tumbuhan Obat
Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
vii
vii
1
1
2
2

2
2
3
3
6
6
6
8
9
9
10
12
20
20
21
21
23

DAFTAR TABEL
1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data

2 Karakteristik Umur Responden
3 Karakteristik Pendidikan Responden
4 Karakteristik Pekerjaan Responden

4
7
7
8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Peta KHDTK Haurbentes
Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili
Keanekaragaman
Tumbuhan
Obat
Menurut
Pertumbuhan/Perawakannya
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan
Tradisional
Cara Pengolahan Tumbuhan Obat
Cara Pemakaian Tumbuhan Obat
Jenis Penyakit/Cara Penggunaan Tumbuhan Obat
(a) Gandarusa (Justicia dahona), (b) Ki urat (Plantago mayor)
Meniran (Phyllantus ninuri)
Jahe (Zingiber officinale)
Jambu Biji (Psidium guajava)
Ciplukan (Physalis angulata)
Sirih Merah (Piper crocatum)
Bayam Merah (Althenanthera amoena)
Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides)
Sirih (Piper betle)
Bandotan (Ageratum conyzoides)
Jawer kotok (Coleus atropurrieus)
Daun katuk (Sauropus adrogynus)
Cabai (Capsicum frutescens)
Baluntas (Pluchea indica)

2
8
Tipe
9
Obat
10
11
11
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
20

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar
KHDTK Haurbentes
Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
KHDTK Haurbentes
Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya
Jenis Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat kampung
Haurbentes dan kampung Cikeusal

23
24
25
27

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan sebagai salah satu sumber daya alam hayati yang menyediakan hasil
hutan berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu, hutan juga memberikan
manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Salah satu manfaat yang sampai saat
ini masih dirasakan oleh manusia terutama masyarakat yang tinggal di sekitar
hutan adalah sebagai sumber penghasil obat-obatan herbalis.
Salah satu pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat
tradisional adalah pemanfaatan terhadap spesies tumbuhan yang terdapat di dalam
hutan. Bentuk pemanfaatan tersebut diperoleh dari pengalaman dan kebiasaan
seseorang yang kemudian diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan kebiasaan tersebut hanya menjadi
pengetahuan masyarakat setempat (Ajijah dan Iskandar 1995).
Menurut Winarto (2007), definisi umum tumbuhan obat yang dapat diterima
semua pihak adalah tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan digunakan
sebagai obat.
Aspek kesehatan memiliki peran penting dalam pemenuhan kehidupan
sehari-hari, karena hal tersebut menyangkut keberlangsungan dan kesejahteraan
hidup di suatu masyarakat. Namun tidak semua masyarakat Indonesia
mendapatkan akses yang baik untuk mendapatkan pelayanan kesehatan formal,
dan obat-obatan.
Dalam penanganan penyakit yang diderita oleh masyarakat hampir
semuanya memerlukan obat-obatan. Tetapi masyarakat lebih memilih
menggunakan tumbuhan obat dibandingkan dengan obat-obatan modern, karena
khasiat dari tumbuhan obat lebih berkhasiat dibandingkan dengan obat-obatan
modern. Hal itu membuat masyarakat lebih memilih untuk menggunakan
tumbuhan yang memiliki khasiat obat dalam menyembuhkan berbagai macam
penyakit yang diderita dan menjaga kesehatannya.
Tumbuhan yang memiliki khasiat obat sering dikatakan obat tradisional,
karena pada zaman dahulu tidak ada obat-obatan yang terbuat dari bahan-bahan
kimia dan ekstrak dari tumbuhan obat, sehingga masyakat terdahulu lebih banyak
menggunakan tumbuhan obat dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Obat tradisional berperan sejak dahulu berdasarkan pengalaman orang tua,
terlebih jika sulitnya jangkauan fasilitas kesehatan, terutama daerah desa yang
terpencil, atau masih banyaknya masyarakat yang mencari pertolongan
pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuh tradisional seperti tabib atau dukun,
bahkan banyak pula anggota masyarakat yang mencari tumbuhan obat untuk
menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari keluarga atau tetangga
saja (Zein 2005).
Penggunaan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat cenderung
meningkat karena berbagai alasan. Selain tumbuhan obat mudah dijangkau oleh
masyarakat, tumbuhan obat juga hampir dianggap tidak memiliki efek samping
yang membahayakan. Pemanfaatan tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat di
KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, belum banyak
dikelola oleh masyarakat.

2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang
digunakan masyarakat sekitar kawasan Hutan Penelitian KHDTK Haurbentes, dan
mengetahui cara meramu tumbuhan obat menjadi serta khasiatnya dalam
menyembuhkan suatu penyakit.

Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bentuk tulisan
ilmiah yang dapat menjadi bahan masukan berupa pengetahuan bagi semua
masyarakat tentang spesies tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat dan
pengolahannya.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2014.
Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan karena seringnya masyarakat
berinteraksi dengan KHDTK Haurbentes serta data mengenai pemanfaatan dan
pengolahan tumbuhan obat oleh masyarakat lokal di kampung sekitar KHDTK
Haurbentes masih sedikitLokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Peta KHDTK Haurbentes
Sumber: Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan (2011)

3
Objek, Alat dan Bahan
Objek yang diamati dalam penelitian ini meliputi spesies tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagi obat tradisional oleh masyarakat setempat. Pada penelitian
digunakan alat yang menunjang dalam penelitian ini yaitu alat tulis yang
digunakan untuk mengisi kuisioner dan data lainnya, kamera untuk dokumentasi
selama pengambilan data, kuisioner untuk kegiatan wawancara terhadap
responden, tally sheet untuk pengambilan data tumbuhan yang dimanfaatkan,
komputer digunakan untuk pengolahan data, buku panduan tumbuhan obat untuk
mengidentifikasi spesies tumbuhan.

Metode Pengumpulan Data
Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan secara snowball. Responden kunci
merupakan masyarakat yang sering memanfaatkan tumbuhan sebagai obat di
daerah tersebut. Untuk mengetahui responden selanjutnya yang menggunakan
tumbuhan obat diketahui dari responden sebelumnya. Menurut Singarimbun
(1989) teknik snowball dilakukan dengan cara meminta kepada sampel pertama
untuk menunjukkan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Data
karakteristik yang diambil untuk menunjang penelitian ini meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian atau pekerjaan. Seluruh data
karakteristik disajikan dalam bentuk tabel, keempat data karakteristik tersebut
dapat dilihat pada lampiran.
Jenis Data dan Pengumpulan Informasi
Data dan jenis informasi yang dikumpulkan dalam penelitian yang
diakukan ini yaitu mengenai data spesies tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai
tumbuhan pangan dan obat yang terdapat di kawasan KHDTK Haurbentes. Jenis
data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.
Data primer yang dikumpulkan meliputi data pemanfaatan tumbuhan
pangan dan obat yang berupa data spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, serta
data karakteristik responden yang akan diwawancarai dan cara pengolahan
tumbuhan obat menjadi obat yang digunakan untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan survei
lapang, sedangkan untuk data sekunder yang dikumpulkan berasal dari wawancara
dan studi literatur dari laporan hasil penelitian yang terkait dengan penelitian ini.
Data yang diambil antara lain kondisi umum lokasi penelitian berupa letak
kawasan dan kondisi biofisik kawasan serta kondisi sosial ekonomi masyarakat
dalam pemanfaatan tumbuhan obat dan pangan di lokasi penelitian. Adapun jenis
dan metode pengumpulan data ditampilkan pada Tabel 1.

4
Tabel 1 Jenis dan Metode Pengumpulan Data
No.

Jenis Data

1.

Kondisi umum 1. Letak, luas dan status
lokasi
kawasan
penelitian
2. Topografi dan
Geologi
3. Iklim dan hidrologi
4. Kondisi umum Flora
dan Fauna
Karakteristik
1. Jenis kelamin
Responden
2. Mata pencaharian
3. Pendidikan
4. Pekerjaan

2.

3.

4.

Pengetahuan
dan
pemanfaatan
tumbuhan
Obat lokal

Aspek Kajian

Spesies tumbuhan obat
yang diketahui dan
dimanfaatkan oleh
masyarakat
spesies, bagian tumbuhan
yang digunakan,
komposisi pemakaian,
tata cara penggunaan,
macam pemanfaatan,
cara pengolahan, cara
budidaya, sumber
tumbuhan obat: Hutan,
sawah, kebun, sungai,
hasil budidaya
Penyakit yang Jenis penyakit, dan jenis
pernah diderita pengolahan tumbuhan
obat

Sumber Data

Metode

Puslitbang
Peningkatan
Produktivitas
Hutan

Kajian Pustaka

Masyarakat
Desa
Haurbentes
dan Desa
Cikeusal
Masyarakat
Desa
KHDTK

Wawancara

Masyarakat
sekitar
KHDTK dan
Puskesmas

Wawancara dan
Observasi
lapang

Wawancara,
dokumentasi,
pengambilan
sampel.

Studi literatur
Studi literatur dalam sebuah penelitian bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang menyeluruh tentang apa yang sudah dikerjakan orang lain dan
bagaimana orang mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda dengan penelitian
yang akan dilakukan. Data yang diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai
sumber seperti dokumen, laporan penelitian, buku dan lain-lain yang kemudian
diverifikasi di lapangan.
Observasi Lapang
Observasi lapangan bertujuan untuk memverifikasi spesies-spesies
tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara. Verifikasi dilakukan dengan

5
mencari tumbuhan obat yang diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat
secara disengaja sebagai sampel dan membuat dokumentasi.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk pengumpulan data awal, kemudian dikaji
sehingga relevan dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data dan informasi
tersebut dikumpulkan dari penelitian terdahulu, buku, dokumen, dan sumber
lainnya. Data yang diambil melalui studi pustaka adalah data kondisi umum yang
meliputi: letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi,
hidrologi, flora dan fauna.
Wawancara
Wawancara ditujukan kepada masyarakat sekitar kawasan KHDTK
Haurbentes. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai spesies
tumbuhan obat dan pangan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK
Haurbentes. Penetapan responden pertama secara purposive sampling (informasi
kunci) dengan masing-masing 30 orang responden dari masyarakat kampung
sekitar KHDTK Haurbentes yang memanfaatkan tumbuhan obat.
Dokumentasi
Pengumpulan data dengan cara menampilkan dan mengabadikan bentuk
visual melalui objek gambar atau foto.
Survei Lapang
Survei lapangan dilakukan untuk mengambil data dasar maupun data
pendukung di lokasi penelitian terkait penelitian yang akan dilakukan. Survei
lapangan yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu:
1. Mengidentifikasi banyak atau sedikitnya masyarakat yang menggunakan
tumbuhan pangan dan obat di sekitar KHDTK Haurbentes
2. Menentukan desa-desa yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Kriteria
dalam penentuan desa antara lain: masyarakat yang terdapat di desa tersebut
merupakan masyarakat lokal yang sudah turun temurun tinggal di Kampung
Haurbentes dan Kampung Cileuksa, serta mengetahui spesies tumbuhan obat
dan mengetahui cara penggunannya atau kelompok masyarakat yang
membudidayakan tumbuhan pangan dan obat.
Analisis Data
Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokan menjadi data spesies
tumbuhan obat dan data pemanfaatan tumbuhan obat. Data pemanfaatan
tumbuhan obat meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatakan atau digunakan
obat, kelompok penyakit/kegunaan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan
tumbuhan oleh masyarakat lokal di desa sekitar KHDTK Haurbentes.
Penghitungan bagian tumbuhan yang digunakan dengan menggunakan rumus:

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah hutan yang
difungsikan sebagai hutan penelitian. Luas hutan penelitian yaitu 105,5 ha. Dari
total luasan tersebut areal yang sudah dimanfaatkan oleh Litbang Kehutanan
seluas ± 60 ha. Berlokasi di kecamatan Jasinga Bogor, sedangkan menurut
administrasi kehutanan masuk kedalam Resort Polisi Hutan (RPH) Jasinga,
Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Jasinga, dan Kesatuan Pemangku
Hutan (KPH) Bogor. Jarak dari Bogor-Jasinga ± 60 Km arah Rangkasbitung yang
merupakan jalan provinsi dengan kondisi aspal dan dilanjutkan dengan jalan desa
dengan kondisi berbatu-batu. Bila menggunakan kendaraan roda dua, dari bogor
ke KHDTK Haurbentes memerlukan waktu ± 1 jam. Lokasi KHDTK Haurbentes
secara geografis terletak pada 6º32º-6º33º LS dan 106º26º BT. Saat ini merupakan
bagian dari TNGHS yang di batasi oleh Desa Curug Kecamatan Jasinga. KHDTK
Haurbentes dikelilingi oleh 4 kampung yaitu kampung Haurbentes, Cileuksa,
Cikeusal, dan Cibentang.
Sejak tahun 1940 sampai dengan tahun 1998 di Hutan Penelitian Haurbentes
telah ditanam sebanyak 66 spesies tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari 22 spesies
rotan, dan 44 spesies pohon. Dari 44 spesies pohon yang ditanam sebanyak 33
spesies adalah spesies Dipterrocarpus dua spesies, Dryobalanops dua spesies,
Shorea 21 spesies, Hopea enam spesies dan Vatica satu spesies.
Sedangkan untuk fauna dapat ditemukan 6 spesies mamalia 5 suku yaitu
lutung hitam (Trachpiteus villosus), surili (Presbytis comata), owa jawa
(Hylobates moloch), bajing kelapa (Callosiurus notatus), musang luwak
(Paradoxurus hermaphroditus), babi hutan (Sus scrofa), dan pelanduk kecil
(Tragulus javanicus).
Adapun reptil dan amphibi yang ditemukan di KHDTK Haurbentes antara
lain katak pohon hijau (Rhacoporus reindwartii), katak pohon bergaris
(Polypedates leucomystax), Bancet (Occidozyga leavis), katak mulut sempit
(Microhyla achatina), katak kongkang kolam (Rana chalconata), katak sawah
(Fejervarya cancrivora), katak sawah (Fejervarya limnocharis), kodok puru
hutan (Bufo biporcatus), kodok buduk (Bufo melanostictus). Pada spesies reptil
yang ditemukan diantaranya adalah ular viper pohon (Trimeresurus albolabris),
ular lidah api (Dendrelaphis pictus), kadal kebun (Eutropis multifasciata). Spesies
reptil yang ditemukan di kawasan KHDTK Haurbentes, areal KHDTK Haurbentes
dapat digolongkan sebagai areal dataran rendah karena pada areal ini masih dapat
hidup spesies ular Trimeresurus albolabris.
Karakteristik Responden
Umur/usia
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap jenis kelamin yang
berbeda yaitu pria dan wanita, diperoleh bahwa umur/usia pemanfaatan tumbuhan
obat di sekitar KHDTK Haurbentes antara 30-60 tahun. Pemanfaatan tumbuhan
obat dikelompokkan menjadi 4 kelompok umur seperti yang disajikan pada Tabel
2.

7
Tabel 2 Karakteristik umur responden
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Total

Umur Responden
30-40 Tahun
4
3
7

41-50 Tahun 51-60 Tahun >60 Tahun Total
3
7
5
19
3
3
2
11
6
10
7
30

Paling banyak yang menggunakan tumbuhan obat adalah responden yang
berusia 51-60 tahun (10 rsponden). Hal ini disebabkan penggunaan tumbuhan
obat lebih banyak pada usia tersebut karena mereka mengerti serta memahami
dalam penggunaan tumbuhan obat.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat di
sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu mulai dari SD, SMP dan SMA. Perincian
tingkat pendidikan masyarakat yang memanfaatkan tumbuhan obat pada 2
kampung di sekitar KHDTK Haurbentes disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Karakteristik pendidikan responden
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Total

Pendidikan Terakhir
SD
10
5
15

SMP
3
1
4

SMA
6
5
11

Total
19
11
30

Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukan banyaknya masyarakat yang
menggunakan tumbuhan obat berlatar belakang pendidikan SD baik pria maupun
wanita karena menurut masyarakat, penyembuhan penyakit dengan menggunakan
tumbuhan obat lebih efektif daripada penyembuhan penyakit secara medis. Selain
itu tidak memerlukan biaya yang mahal dalam memperoleh tumbuhan obat serta
pengolahannya.
Pekerjaan/Mata Pencaharian
Penduduk masyarakat KHDTK Haurbentes memiliki empat mata
pencaharian yaitu tidak tentu, petani, pedagang, dan swasta. Untuk masyarakat
yang bermata pencaharian tidak tentu, masyarakat ini biasanya melakukan
pekerjaan sebagai kuli panggul atau menjadi petani jika pasca panen di lahan yang
sudah tidak digunakan lagi. Rincian mata pencaharian masyarakat disajikan pada
Tabel 4.

8
Tabel 4 Karakteristik pekerjaan/mata pencaharian responden
Jenis Kelamin
Tidak tentu
5
6
11

Pria
Wanita
Total

Pekerjaan
Petani Pedagang
8
3
0
1
8
4

Swasta
3
4
7

Total
19
11
30

Tabel 4 menunjukan bahwa masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes paling
banyak bermata pencaharian sebagai petani dan berjenis kelamin pria .
Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Obat

Jumlah

Berdasarkan hasil wawancara terhadap seluruh responden diketahui 21
spesies tumbuhan dari 15 famili yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes di kampung
Haurbentes dan Cikeusal desa Wirajaya sebagai obat alternatif atau obat
tradisional. Informasi tentang pemanfaatan spesies tumbuhan obat oleh
masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Lampiran 2.
Lampiran 2 menunjukan bahwa spesies tumbuhan yang digunakan sebagai
bahan obat oleh masyarakat KHDTK Haurbentes terdapat 21 spesies tumbuhan
dari 15 famili dan lokasi pengambilan tumbuhan obat bervariasi yaitu
pengambilan di sawah, kebun, pekarangan, dan hutan.
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat
sekitar KHDTK Haurbentes paling banyak diperoleh dari pekarangan rumah
berjumlah 15 spesies tumbuhan, 6 spesies pengambilan di hutan, 5 spesies di
sawah, dan 4 spesies di kebun.
Keanekaragaman tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan yang
dimanfaatkan oleh masyarakat KHDTK Haurbentes menurut famili seperti
disajikan pada Gambar 2.
3
2
1
0

2
1

2
1

2
1

1

2
1

1

1

2
1

2

1

Famili

Gambar 2 Keanekaragaman spesies tumbuhan obat menurut famili
Diagram di atas menunjukan bahwa terdapat 15 famili tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional jumlah spesies terbanyak hanya
memiliki 2 spesies yaitu 6 famili diantaranya Amarantaceae, Asteraceae,
Piperaceae, Solanaceae, Apiaceae, dan Zingiberaceae sedangkan sisanya hanya 1
spesies yaitu 9 famili diantaranya Acantaceae, Basellaceae, Caricaceae,
Euphorbiaceae, Labiatae, Myrtaceae, Oleaceae, Plantaginaceae, dan

9
Pholypodiaceae. Dari 6 famili yang memiliki 2 spesies tumbuhan, banyak
digunakan karena spesies tersebut mudah sangat ditemukan sesuai tempat
tumbuhnya, selain itu khasiat dari spesies tumbuhan tersebut sebagai obat sudah
banyak diketahui oleh masyarakat.
Keanekaragaman Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitusnya
Berdasarkan habitus spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
tradisional oleh masyarakat KHDTK Haurbentes, bila dilihat dari tipe
pertumbuhannya dapat digolongkan dalam empat tipe yaitu Perdu, Herba, Epifit
dan Pohon. Seperti yang dijelaskan oleh Tjitrosoepomo 1988 dalam Damayanti
1999.
Spesies tumbuhan obat berdasarkan tipe pertumbuhannya disajikan pada
Gambar 3.
12

11

Jumlah (spesies)

10
8

7

6
4
2
2

1

0
Perdu

Herba

Epifit

Pohon

Habitus

Gambar

3

Keanekaragaman spesies
pertumbuhan/perawakan

tumbuhan

obat

menurut

tipe

Gambar 3 menjelaskan bahwa tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh
masyarakat KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes
berjumlah 21 spesies menurut perawakan diantaranya adalah dari golongan herba
sebanyak 11 spesies, golongan perdu sebanyak 7 spesies, golongan pohon
sebanyak 2 spesies, dan epifit sebanyak 1 spesies. Tumbuhan herba umumnya
memiliki bagian-bagian tumbuhan yang lunak mengandung banyak getah,
sehingga kelompok ini banyak dijadikan bahan baku obat-obatan tradisional oleh
masyarakat setempat. Pada tumbuhan herba hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan sebagai obat atau sebagai kebutuhan lainnya seperti pangan.
Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan Sebagai Bahan Obat Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian di KHDTK Haurbentes dijumpai 6 bagian
tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional. Pada umumnya bersumber

10
dari bagian daun, bunga, rimpang, akar, buah, bahkan seluruh bagian. Bagian
tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh masyarakat di KHDTK adalah bagian
daun diperoleh dari 17 spesies. Hampir semua spesies tumbuhan berkhasiat obat
yang diketahui masyarakat, bagian daunnya dapat diolah menjadi bahan obat
tradisional yang mereka ramu, karena jenis daun sangat mudah untuk diperoleh.
Selain dapat dijadikan sebagai ramuan obat, menurut masyarakat bagian daun
dapat dijadikan sebagai pelengkap untuk pangan, karena bagian daun dapat
dijadikan sebagai lalapan atau hidangan lainnya. Bagian daun yang dijadikan
sebagai hidangan memiliki khasiat untuk menambah protein dan dapat
menyembuhkan penyakit yang diderita secara berangsur, karena pengkonsumsian
bagian daun yang dapat dimakan dikonsumsi secara terus-menerus/berangsur
seperti pada Gambar 4.
Akar; 3,33%
Rimpang; 6,67%

Seluruh bagian;
16,67%;

Buah; 3,33%

Daun; 56,67%

Bunga; 10%

Gambar 4 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional

Cara Penggunaan Tumbuhan Obat
Cara Pengolahan
Cara pengolahan dalam penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat
KHDTK Haurbentes dilakukan dengan 4 cara yaitu direbus, ditumbuk, diparut,
dan dimasak. Pengolahan yang dilakukan paling banyak, dilakukan dengan cara
direbus dan ditumbuk, karena umumnya masyarakat meramu tumbuhan obat
tersebut dalam bentuk jamu, sedangkan pengolahan yang paling sedikit dilakukan
dengan cara dimasak dan diparut. Karena menurut masyarakat pengolahan yang
dilakukan dengan cara direbus dan ditumbuk lebih ampuh dalam menyembuhkan
penyakit yang dialaminya. Pengolahan tumbuhan obat dapat dilihat pada Gambar
5.

11
12
10

10

10
Jumlah

8
6
4
4
2
2
0
Direbus

Ditumbuk

Dimasak

Diparut

Pengolahan

Gambar 5 Cara pengolahan tumbuhan
Cara Pemakaian
Dalam penggunaan tumbuhan banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat,
ada 5 cara dalam penggunaan yang dilakukan oleh masyarakat KHDTK (Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, yaitu diminum, ditempel, dibalur,
dimakan, dan dikumur. Penggunaan dengan cara diminum paling banyak
digunakan oleh masyarakat, karena menurut masyarakat selain mudah dalam
pengolahannya, reaksi dari tumbuhan obat tersebut pun lebih cepat bereaksi
dibandingkan dengan cara lain. Cara pemakaian tumbuhan obat yang dilakukan
oleh masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes dapat dilihat pada Gambar 6.
18

16

16
14
Jumlah

12
10

8

8
5

6
4

2
1

2
0
Diminum

Ditempel

Dimakan

Dibalur

Pemakaian/penggunaan

Gambar 6 Cara pemakaian tumbuhan obat

Dikumur

12
Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat

Jumlah

Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat sekitar KHDTK
(Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes, terutama di Kampung
Haurbentes dan Kampung Cikeusal terdapat 15 kelompok penyakit/penggunaan
tumbuhan
obat
yang
dimanfaatkan
oleh
masyarakat.
Kelompok
penyakit/penggunaan tumbuhan obat, diantaranya yaitu sakit kepala dan demam,
penyakit otot dan persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan,
penyakit saluran pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan peredaran darah,
penyakit mulut, penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit,
perawatan kehamilan dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, serta penyakit
malaria. Jumlah jenis yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kampung
Haurbentes dan Kampung Cikeusal adalah untuk mengobati kelompok penyakit
otot dan persendian, yaitu sebanyak 5 responden. Masyarakat di kampung sekitar
KHDTK Haurbentes pada umumnya bekerja sebagai petani atau bukan petani
yang selalu mengangkat beban berat seperti mengangkut kayu bakar, sehingga
keluhan penyakit yang sering mereka derita atau dirasakan seperti pegal-pegal dan
reumatik. Data selengkapnya mengenai khasiat tumbuhan obat berdasarkan
kelompok penyakit/penggunaan menurut responden pada kampung Haurbentes
dan kampung Cikeusal di KHDTK Haurbentes tersaji pada Gambar 7.

6
5
4
3
2
1
0

5
4
3

3
2

2
1

2
1

1

2
1

1

1

1

Jenis Penggunaan Tumbuhan Obat

Gambar 7 Diagram jenis penggunaan tumbuhan obat
Dari semua penyakit yang diderita oleh masyarakat KHDTK Haurbentes
terutama di Kampung Haurbentes dan Kampung Cikeusal diuraikan menurut
tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat penawarnya.
Spesies Tumbuhan Obat untuk Mengobati Sakit Kepala dan Demam
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit
kepala dan demam sebanyak 3 spesies yang digunakan oleh masyarakat kampung
sekitar KHDTK Haurbentes, yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus), gandarusa
(Justicia dahona), ki urat (Plantago mayor). Zat yang terkandung dalam
tumbuhan ki urat dan gandarusa antara lain kalium, alkaloid, dan indikan (Wakidi
2003). Tumbuhan ki urat dan gandarusa ditampilkan pada Gambar 8.

13

Gambar 8 tumbuhan obat (a) Ki urat (Plantago mayor), (b) Gandarusa (Justicia
dahona)
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Otot dan Persendian
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
otot dan persendian sebanyak 8 spesies tumbuhan obat, diantaranya yaitu baluntas
(Pluchea indica), cabai (Capsicum frutescens), gandarusa (Justicia dahona),
melati (Jasminum sambac), meniran (Phyllantus ninuri), sirih merah (Piper
crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Salah satu gambar tumbuhan
obat pada Gambar 9.

Gambar 9 Meniran (Phyllantus ninuri)
Kandungan zat yang terdapat dalam tumbuhan meniran diantaranya filantin,
kalium, dan hipofilantin (Wakidi 2003). Zat-zat tersebut yang dapat mengobati
suatu penyakit.
Spesies Tumbuhan Obat Sebagai Penawar Racun
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan sebagai penawar racun oleh
masyarakat sekitar KHDTK Haurbentes hanya 1 spesies saja, yaitu jahe (Zingiber
officinale). Karena spesies tumbuhan itu saja yang pernah menyembuhkan orang
yang pernah tersengat kalajengking. Oleh sebab itu masyarakat selalu
menggunakan jahe sebagai penawar racun. Dalam pengobatannya masyarakat
hanya menggunakan rimpang jahe yang telah dipotong, kemudian
menempelkannya pada bagian yang digigit/disengat binatang beracun. Kandungan
zat yang terdapat pada tumbuhan jahe gingerol, curcuma, zingeron, shogaol, serta
minyak astiri (Hernani dan Hayani 2001) Tumbuhan jahe dan rimpangnya
ditampikan pada gambar 10.

14

Gambar 10 Jahe (Zingiber officinale)
Spesies Tumbuhan Obat Untuk Penyakit Saluran Pembuangan
Jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati sakit pada saluran
pembuangan sebanyak 6 jenis tumbuhan obat. 6 jenis tumbuhan obat tersebut
yaitu bayam duri (Amaranthus spinosus), binahong (Anredera cordifolia), jambu
biji (Psidium guajava), ki urat (Plantago mayor), meniran (Phylanthus ninuri),
sisik naga (Drymoglossum piloselloide). Bagian tumbuhan yang digunakan bisa
berupa daun, akar, dan seluruh bagian tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang
mengobati penyakit saluran pembuangan seperti pada Gambar 11.

Gambar 11 Jambu Biji (Psidium guajava)
Kandungan zat yang terkandung dalam daun jambu biji antara lain polifenol,
karoten, flavonoid, dan tannin (Hapsari 2011).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Saluran Pernafasan/THT
Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit saluran
pernafasan/THT sebanyak 5 spesies tumbuhan obat yaitu bayam duri
(Amaranthus spinosus), ciplukan (Physalis angulata), ki urat (Plantago mayor),
sisik naga (Drymoglossum piloselloides), tapal kuda (Centella asiatica). Bagian
tumbuhan yang digunakan biasanya berupa daun, akar, batang, atau seluruh
bagian tumbuhan. Penggunaan tumbuhan-tumbuhan tersebut diolah dengan cara
direbus lalu diminum air rebusannya. Tumbuhan ciplukan ditampilkan pada
Gambar 12.

15

.
Gambar 12 Ciplukan (Physalis angulata)
Daun dan akar ciplukan mengandung saponin dan flavonoid, disamping itu
daunnya juga mengandung polifenol (Riset dan Teknologi Indonesia 2002).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Diabetes
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
diabetes hanya 1 spesies saja yaitu sirih merah (Piper crocatum). Bagian yang
digunakan hanya daunnya saja. Dalam penggunaanya daun sirih merah direbus
kemudian diambil airnya untuk diminum. Pemakaian dianjurkan 1 hari 1 gelas
untuk diminum. Sirih merah ditampilkan pada Gambar 13.

Gambar 13 Sirih Merah (Piper Crocatum)
Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid,
polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Gangguan Peredaran Darah
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
gangguan peredaran darah terdapat 5 spesies tumbuhan obat, yaitu bayam duri
(Amaranthus spinosus), bayam merah (Althenanthera amoena), jahe (Zingiber
officinale), kunyit (Curcuma domestica), pepaya (Carica papaya). Bagian
tumbuhan yang digunakan yaitu daun, rimpang dan buah. Bayam merah
ditampilkan pada Gambar 14.

16

Gambar 14 Bayam Merah (Althenanthera amoena)
Dalam bayam merah terdapat kandungan protein, mineral kalsium, zat besi
dan vitamin ( A, B, dan C) (Fajria 2011).
Spesies Tumbuhan Untuk Mengobati Penyakit Mulut
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
mulut terdapat 4 spesies tumbuhan yaitu cabai (Capsicum frutescens), sirih (Piper
betle), sirih merah (Piper crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides).
Bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan terdiri dari daun, buah, dan
seluruh bagian, sisik naga ditampilkan pada Gambar 15.

Gambar 15 Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides)
Kandungan senyawa yang terkandung dalam sisik naga antara lain saponin,
polifenol, minyak astiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula
(Khastini dan Setiyowati 2013)
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Khusus Wanita
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit khusus
wanita terdapat 4 spesies tumbuhan yaitu sirih (Piper betle), sirih merah (Piper
crocatum), sisik naga (Drymoglossum piloselloides). Bagian tumbuhan yang

17
digunakan dalah bagian daun dan seluruh bagian. Dalam pengolahannya bagian
tumbuhan yang digunakan di rebus dan diambil airnya atau digerus kemudian di
tempel pada bagian yang terkena penyakit. Sirih ditampilkan pada Gambar 16.

Gambar 16 Sirih (Piper betle)
Zat yang terkandung dalam sirih merah antara lain alkali, flavonoid,
polivenol, tanin, minyak astiri, dan saponin (Oktaviani 2012).
Spesies Tumbuhan untuk Pengobatan Luka
Jumlah spesies tumbuhan yang berfungsi dalam pengobatan luka terdapat 5
spesies tumbuhan yaitu bandotan (Ageratum conyzoides), binahong (Anredera
Cordifolia), ciplukan (Physalis angulata), daun katuk (Sauropus adrogynus),
jawer kotok (Coleus atropurrieus). Bagian tumbuhan yang digunakan pada
tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam pengobatan luka digunakan daunnya saja,
dengan cara digerus atau ditumbuk yang kemudian di tempelkan pada luka. Salah
satu tumbuhan yang berguna dalam pengobatan luka disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17 Bandotan (Ageratum conyzoides)
Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan bandotan antara lain
asam amino, organacid, minyak terbang coumarin, ageratochromene, friedelin,
betasitosterol, stigmasterol, dan pottassium chlorida (Setyowati 2010).
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Kulit
Jumlah tumbuhan yang berguna untuk mengobati penyakit kulit terdapat 7
spesies tumbuhan obat yaitu Bandotan (Ageratum conyzoides), Ciplukan (Physalis
angulata), Daun katuk (Sauropus adrogynus), Gandarusa (Justicia dahona),
Jawer kotok (Coleus atropurrieus), Ki urat (Plantago mayor). Bagian tumbuhan

18
yang digunakan adalah daunnya saja. Dalam penggunaannya masyarakat biasanya
menggunakan dengan cara digerus kemudian dibalurkan kebagian tubuh yang
gatal atau bisa juga di gunakan ketika mandi.
Kandungan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan jawer kontok antara
lain alkaloid, etil salisitas, metil eugenol, eugenol, timol, karvakrol, dan mineral.
Oleh karenanya, jawer kotok menjadi tanaman obat yang cukup penting karena
jawer kotok ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti penyakit kulit,
penyakit saluran pembuangan, penyakit demam, hingga penyakit datang bulan.
(Anonim 2012), salah jawer kotok disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Jawer kotok (Coleus atropurrieus)
Spesies Tumbuhan untuk Perawatan Kehamilan dan Persalinan
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk perawatan kehamilan dan
persalinan terdapat 1 spesies tumbuhan yaitu daun katuk (Sauropus adrogynus).
Daun katuk memiliki kandungan kimia yaitu zat protein, lemak, kalsium, fosfor,
besi, serta vitamin A, B1, dan C (Anonim, 2006). Selain itu, Soedibyo (1998)
menambahkan bahwa dalam daun katuk juga mengandung senyawa steroid dan
polifenol. Bagian tumbuhan yang digunakan hanya daunnya saja. Biasanya
masyarakat menggunakannya dengan cara disayur atau direbus yang kemudian
daunnya dimakan langsung. Khasiat dari tumbuhan ini untuk melancarkan ASI
(Air Susu Ibu) ketika seorang ibu sedang menyusui.

Gambar 19 Daun katuk (Sauropus adrogynus)
Spesies Tumbuhan yang Berfungsi Sebagai Tonikum
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan sebagai tonikum (penambah
nafsu makan) ada 3, yaitu cabai (Capsicum frutescens), sirih (Piper betle), tapal

19
kuda (Centella asiatica). Bagian tumbuhan yang digunakan adalah buah dan daun.
Dalam penggunaannya biasanya masyarakat memasaknya untuk bagian buah
seperti cabai. Sedangkan untuk bagian daun masyarakat biasanya masyarakat
merebus atau dimakan langsung. Senyawa yang terkandung dalam cabai antara
lain fenol, flavonoid, vitamin (C dan E), beta karoten, dan pigmen karotenid
(Yunita 2012). Tumbuhan cabai tersaji pada Gambar 20.

Gambar 20 Cabai (Capsicum frutescens)
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Gigi
Jumlah spesies tumbuhan yang digunakan untuk mengobati penyakit gigi
hanya terdapat 1 spesies, yaitu ciplukan (Physalis angulata). Bagian yang
digunakan adalah seluruh bagiannya. Dalam pengolahannya dilakukan dengan
cara di rebus seluruh bagiannya, kemudian airnya digunakan untuk kumur-kumur
dan diminum.
Spesies Tumbuhan untuk Mengobati Penyakit Malaria
Jumlah spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
malaria, ada 2 spesies, yaitu baluntas (Pluchea indica) dan bayam merah
(Althenanthera amoena). Sayuran beluntas memiliki kandungan saponin,
flavonoid, polifenol, tanin, asam klorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium,
magnesium, dan fosfor (Anonim, 2005a). Anonim (2005b) menambahkan bahwa
daun dan bunga beluntas mengandung alkali yang bertindak sebagai antiseptik.
Asam amino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, besi, vitamin A, dan
vitamin C, juga terdapat dalam tanaman ini. Bagian yang digunakan untuk
pengobatan yaitu bagian daun dan seluruh bagiannya. Dalam penggunaannya
bagian daun dimasak kemudian dimakan untuk bayam merah, sedangkan untuk
Baluntas bagian daun direbus kemudian diambil air rebusannya lalu diminum.
Baluntas tersaji pada Gambar 21.

20

Gambar 21 Baluntas (Pluchea indica)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus)
Haurbentes diketahui memanfaatkan tumbuhan obat sebanyak 21 spesies,
diantaranya adalah baluntas, jahe, kunyit, pepaya, daun katuk, sisik naga, ki urat,
tapal kuda/antanan, meniran, sirih, sirih merah, jambu biji, ciplukan, bayam duri,
bayam merah, bandotan, cabai, melati, gandarusa, binahong, dan jawer kotok.
Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat tersebut untuk mengobati 15
jenis penyakit diantaranya adalah sakit kepala dan demam, penyakit otot dan
persendian, penawar racun, penyakit saluran pembuangan, penyakit saluran
pernafasan/THT, penyakit diabetes, gangguan pendarahan, penyakit mulut,
penyakit khusus wanita, pengobatan luka, penyakit kulit, perawatan kehamilan
dan persalinan, tonikum, penyakit gigi, dan penyakit malaria.
Saran
1. Perlu adanya pengembangan pengetahuan tentang tumbuhan obat tradisional
yang lebih luas pada masyarakat di sekitar kawasan KHDTK Haurbentes,
terutama di kampung-kampung yang berada di sekitar KHDTK Haurbentes
Jasinga, Bogor. Agar pengetahuan tersebut tidak punah atau hilang melalui
penyuluhan yang didasari dengan hasil penelitian ini.
2. Memberikan penyuluhan tentang budidaya tumbuhan obat agar dapat berguna
bagi masyarakat baik untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit
secara mandiri, serta dapat mendukung ekonomi keluarga.

21

DAFTAR PUSTAKA
Ajijah N., M. Iskandar. 1995. Menggali budaya orang tua tempo doeloe
memanfaatkan tumbuhan obat di pedesaan di Jawa Barat. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani II. Puslitbang Biologi-LIPI,
Fakultas Biologi UGM dan Ikatan Pustakawan Indonesia, Yogyakarta I: 61
– 70.
Anonim. 2005a. Beluntas. http://iptek.apjii.or.id/artikel/ttg_tanaman_obat/lipipdii/beluntas.htm. [11 September 2014]
Anonim. 2005b. Beluntas. http:// www.asiamaya.com/ jamu/ isi/
beluntas_plucheaindicaless.htm. [11 September 2014].
Anonim. 2006. Katuk. http://www.ningharmanto.com/in-to/katu.htm. [11
September 2014].
Anonim. 2012. Obat Herbal dan Jamu Tradisional untuk Segala Macam Penyakit.
http://semuaberkhasiat.blogspot.com/2012_10_01_archive.html.
[12
September 2014]
Damayanti EK. 1999. Kajian Tumbuhan Obat Berdasarkan Kelompok Penyakit
Penting pada Berbagai Etnis di Indonesia [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Fajria MA. 2011. Pengukuran zat besi dalam bayam merah dan suplemen
penambah darah serta pengaruhnya terhadap peningkatan hemoglobin dan
zat besi dalam darah [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia.
Hapsari R. 2011. Studi Isolasi dan Penentuan Struktur Molekul Senyawa Kimia
Dalam Fraksi Asam dari Daun Jambu Biji Lokal Daging Buah Merah
(Psidium guajava L.) [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia.
Hernani, Hayani E. 2001. Identification of chemical components on red ginger
(Zingiber officinale var. Rubrum) by GC-MS. Proc. International Seminar
on natural product chemistry and utilization of nature resources UI-Unesco,
Jakarta. Hlm: 501.
Khastini RO, Setiyowati V. 2013. Uji aktivitas ekstrak air daun fertil dan steril
sisik naga terhadap enteropatogenik E. Coli. Prodi Pendidikan Biologi FKIP
UNTIRTA. Banten. Hlm: 237.
Kenali Riset dan Teknologi Indonesia. 2002. Inventaris Tanaman Obat Indonesia
Jilid 1-5 Seri RISTEK (CD-ROM Melestarikan Warisan Budaya Bangsa
Seri ke-1). Jakarta: Kementrian Riset dan Teknologi.
Oktaviani D. 2012. Uji banding efektifitas ekstrak daun sirih merah (Piper
crocatum) dengan zinc pyrithione 1% terhadap pertumbuhan Pityrosporum
Ovale pada penderita berketombe [Skripsi]. Semarang (ID): Fakultas
Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Pusprohut (Pusat Produktivitas Hutan). 2012. Laporan Pengelolaan Kawasan
Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK). Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan (PUSLITBANG) Kehutanan. Hlm: 19-24.
Setyowati FM. 2010. Etnoformotologi dan Pemakaian Tanaman Obat Suku Dayak
Tunjung di Kalimantan Timur. Media Litbang Kesehatan. Puslitbang
Biologi-LIPI, Bidang Botani, Bogor XX: 108.
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID) : LP3ES

22
Soedibyo M. 1998. Alam Sumber Kesehatan, Manfaat dan Kegunaan. Balai
Pustaka, Jakarta.
Wakidi. 2003. Prospek Tumbuhan Obat Tradisional Untuk Menghancurkan batu
Ginjal (Urolitikum). Sumatera Utara. Fakultas Kedokteran. USU.
Winarto WP. 2007. Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal. Jilid 1.
Jakarta: Karyasari Herba Media.
Yunita. 2012. Uji antioksidan ekstrak dan fraksi ekstrak daun cabe rawit
(Capsicum frutescens L.) dan identifikasi golongan senyawa dari fraksi
teraktif [Skripsi]. Depok (ID): FMIPA. Universitas Indonesia.
Zein U. 2005. Pemanfaatan Tumbuhan Obat dalam Upaya Pemeliharaan
Kesehatan. http://www.library.usu.ac.id [ 10 April 2014].

23
Lampiran 1 Jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat.
Desa
Jenis Penyakit/Penggunaan
Sakit Kepala Dan Demam
Penyakit Otot Dan Persendian
Penawar Racun
Penyakit Saluran Pembuangan
Penyakit Saluran Pernafasan/THT
Penyakit Diabetes
Gangguan Peredaran Darah
Penyakit Mulut
Penyakit Khusus Wanita
Pengobatan Luka
Penyakit Kulit
Perawatan Kehamilan Dan Persalinan
Tonikum
Penyakit Gigi
Penyakit Malaria
Total

Haurbentes
1
3
1
1
1
1
2
2
1
1
1
0
0
0
0
15

Cikeusal
1
2
0
1
0
0
1
2
1
2
1
1
1
1
1

Total
2
5
1
2
1
1
3
4
2
3
2
1
1
1
1

15

30

24
Lampiran 2 Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) Haurbentes

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Spesies tumbuhan
/nama lokal
Baluntas
Jahe
Kunyit
Pepaya
Daun Katuk
Sisik Naga
Ki Urat
Tapal
Kuda/Antanan
Meniran
Sirih
Sirih Merah
Jambu Biji
Ciplukan
Bayam Duri
Bayam Merah
Bandotan
Cabai
Melati
Gandarusa
Binahong
Jawer kotok

Nama Ilmiah
Pluchea indica
Zingiber officinale
Curcuma domestica
Carica papaya
Sauropus adrogynus
Drymoglossum piloselloides
Plantago mayor

Famili
Asteraceae
Zingiberaceae
Zingiberaceae
Caricaceae
Euphorbiaceae
Polypodiaceae
Plantaginaceae

Bagian yang
digunakan
Daun dan akar
Rimpang
Rimpang
Daun dan buah
Daun
Daun
Daun

Centella asiatica
Phyllanthus ninuri
Piper betle
Piper crocatum
Psidium guajava
Physalis angulata
Amaranthus spinosus
Althenanthera amoena
Ageratum conyzoides
Capsicum frutescens
Jasminum sambac
Justicia dahona
Anredera cordifolia
Coleus atropurrieus

Apiaceae
Euphorbiaceae
Piperaceae
Piperaceae
Myrtaceae
Solanaceae
Amaranthaceae
Amaranthaceae
Asteraceae
Solanaceae
Oleaceae
Acanthaceae
Basellaceae
Labiatae

Seluruh bagian
Daun
Daun
Daun
Daun
Seluruh bagian
Daun
Daun
Daun
Buah
Bunga
Daun
Daun
Daun

Lokasi ditemukan
Pekarangan
Kebun, pekarangan
Kebun, pekarangan
Kebun, ladang
Kebun,pekarangan
Pekarangan, hutan
Hutan, sawah
Pekarangan
Hutan, Pekarangan, Ladang
Pekarangan
Pekarangan
Kebun, pekarangan
Sawah, kebun, hutan
Kebun, ladang
Kebun, sawah
Hutan, sawah
Kebun, pekarangan
Pekarangan
Pekarangan, hutan
Pekarangan, hutan
Pekarangan, hutan, kebun

Lampiran 3 Cara meramu tumbuhan obat dan khasiatnya
No

Nama spesies

1

Cabai

2

Jahe

3

Jambu biji

4

Ki urat

5

Kunyit

6

Melati

7

Meniran

8

Pepaya

9

Baluntas

10

Daun katuk

Komposisi
5 buah cabai dicuci bersih, kemudian
diblender bersama 3 buah wortel dan 1 buah
tomat, tambahkan air secukupnya
1 rimpang jahe, gula merah secukupnya
direbus bersamaan dengan 3 gelas air
sampai mendidih
Daun jambu biji muda 9 helai, kunyit 1 ruas
jari, biji kedawung (disangrai), air 3 gelas
Daun ki urat secukupnya, air secukupnya,
kemudian digerus atau ditumbuk
Rimpang kunyit 1 ruas jari, daun asam 10
helai, air sedikit kemudian di tumbuk kasar
bersamaan
Daun melati 9 helai, 1 genggam bunga
melati kemudian ditumbuk kasar
5 meniran (bentuk perdu/seluruh bagian)
direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 1
gelas air. Tunggu sampai dingin, kemudian
disaring
Daun pepaya muda dan segar 1 helai, asam
secukupnya, air 2 gelas, direbus sampai
mendidih
± 20 helai daun direbus dengan 2 gelas air,
kemudian di ambil air rebusannya
Daun katuk secukupnya dimasak (jangan
terlalu matang)

Cara penggunaan

Khasiat

Diminum 1 kali sehari sebelum
makan

Anti diabetes dan penghilang
rasa sakit

Diminum sebelum dan setelah
beraktifitas

Mengobati masuk angin dan
penghangat tubuh

Diminum 2 kali sehari sebanyak 1
gelas selama 4 hari
Dibalurkan pada bagian yang
sakit
Tempelkan pada bagian yang luka
dan diganti setiap 3 jam

Mengobati mencret

Dikompreskan pada bagian dahi

Mengobati sakit kepala

Diminum langsung habis

Anti radang dan anti demam

Diminum 2 kali sehari, setiap kali
minum 1 gelas

Mengobati demam dan mulas

Mengobati reumatik
Mengobati luka dan kurap

Dimi