Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handasanitizer)

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK
PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER)

ARNIS SINTA WIDYASTUTI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Aplikasi Minyak
Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer)” adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Arnis Sinta Widyastuti
NIM F34090053

ABSTRAK
ARNIS SINTA WIDYASTUTI. Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk
Pembersih Tangan (Handsanitizer). Dibimbing oleh MEIKA SYAHBANA
RUSLI dan DWI SETYANINGSIH.
Pemanfaatan minyak atsiri sebagai pemberi aroma pada produk pembersih
tangan antiseptik diharapkan akan memberikan kesan berbeda pada produk,
sehingga produk dapat memberikan efek aroma yang dapat menambah selera
makan setelah penggunaan produk khususnya ketika memulai makan. Tujuan
umum penelitian ini yaitu untuk mendapatkan formulasi produk pembersih tangan
antiseptik dengan penambahan minyak atsiri sebagai bahan pewangi yang dapat
menambah selera makan. Formulasi minyak atsiri pada produk pembersih tangan
(handsanitizer) dilakukan dengan metode trial error. Formulasi tersebut
menghasilkan dua jenis formulasi yaitu formulasi citrus oil dan basil oil.
Berdasarkan dari uji kesukaan (hedonik) panelis terhadap sampel produk
pembersih tangan telah didapatkan hasil formulasi citrus oil terbaik dengan

kandungan 0.1 % minyak jeruk nipis dan 0.015% minyak green tea. Sedangkan
pada formulasi basil oil didapatkan hasil terbaik dengan kandungan minyak
kemangi 0.075% dan minyak lemon 0.075%. formulasi citrus oil terbaik tersebut
memiliki karakteristik pH 5.56; viskositas 8 203 cp; densitas 0.879 gr/ml.
Formulasi basil oil terbaik tersebut memiliki karakteristik pH 5.05; viskositas
5 863.33 cp; densitas 0.8715 gr/ml. Hasil uji mikroba diketahui bahwa produk
mampu mengurangi cemaran mikroba di tangan.
Kata Kunci: formulasi, minyak atsiri, pembersih tangan, hedonik

ABSTRACT
ARNIS SINTA WIDYASTUTI. Application of Essential Oils on Hand Cleaner
Product (Handsanitizer). Supervised by MEIKA SYAHBANA RUSLI and DWI
SETYANINGSIH.
The use of essential oils as flavor concentrates on antiseptic handsanitizer
product can give different impression to the product. The product scent can
increase appetite especially when starting a meal. The objective of this research is
to obtain an antiseptic handsanitizer product formulation with the addition of
essential oils as flavor materials which can increase appetite. Formulation of
essential oils on handsanitizer product conducted through trial error method.
There were two types of formulations,citrus oil and basil oil base formulations.

based on the hedonic test on handsanitizer samples, the best citrus oil formulation
containing 0.1% lime oil and 0.015% green tea oil. And the the best basil oil
formulation containing 0.075% basil oil and 0.075% lemon oil. The best citrus oil
formulastion is characterized by pH of 5.56; viscosity of 8 203 cp; density of
0.879 g/ml. And the best basil oil formulastion is characterized by pH of 5.05;
5863.33 cp viscosity; density of 0.8715 g / ml. Microbial test showed that the
product is able to reduce microbial contamination at hand.
Keywords: essential oils, formulation, handsanitizer, hedonic

APLIKASI MINYAK ATSIRI PADA PEMBUATAN PRODUK
PEMBERSIH TANGAN (HANDSANITIZER)

ARNIS SINTA WIDYASTUTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Perrtanian


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan
(Handasanitizer)
Nama
: Arnis Sinta Widyastuti
NIM
: F34090053

Disetujui oleh

Dr Ir Meika Syahbana Rusli, MSc. agr
Pembimbing I

Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: 31 Oktober 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah pembuatan produk
berbasis minyak atsiri, dengan judul Aplikasi Minyak Atsiri pada Pembuatan
Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer).
Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada:
1. Dr Ir Meika Syahbana Rusli, MSc. agr dan Ibu Dr. Dwi Setyaningsih STP,
MSi selaku pembimbing atas perhatian dan bimbingannya selama penelitian
dan penyelesaian skripsi.
2. Drs Chilwan Pandji SApth MS, selaku dosen penguji
3. Ayahanda Slamet Suryadi, Ibunda Umi Susanti, kakak Mira Ardiyasanti

beserta keluarga besar atas doa, dukungan semangat, dan kasih sayangnya
4. Keluarga besar TIN 46 atas keceriaan dan kenangan persahabatan indah tak
terlupakan.
5. Seluruh sanak dan kerabat yang tidak bisa disebutkan satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2013
Arnis Sinta Widyastuti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

3

Waktu dan Tempat

3

Bahan

3

Alat

3


Metode Penelitian

3

Prosedur Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Formulasi minyak atsiri

6

Uji Hedonik

9


Karakteristik Produk

22

Pengujian Efektifitas Produk

23

Pemilihan Produk Terbaik

24

Analisis Finansial

25

SIMPULAN DAN SARAN

26


Simpulan

26

Saran

26

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

28

RIWAYAT HIDUP

46

DAFTAR TABEL
1 Hasil pemilihan minyak atsiri tahap pertama ................................................... 7
2 Hasil formulasi minyak atsiri tahap kedua pada produk pembersih ................ 8
3 Hasil formulasi akhir minyak atsiri (citrus oil base) pada produk ................... 9
4 Hasil formulasi alternatif minyak atsiri (basil oil base) pada produk .............. 9
5 Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi citrus oil .... 22
6 Data hasil uji karakteristik produk pembersih tangan formulasi basil oil ...... 22
7 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan ............................................... 23
8 Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi citrus oil ........................... 24
9 Data hasil pembobotan produk terbaik formulasi basil oil ............................ 24
10 Hasil perhitungan analisis finansial kemasan sachet 5 ml ............................. 25
11 Tabel hasil perhitungan analisis finansial kemasan botol 30 ml .................... 26

DAFTAR GAMBAR
1 Hasil uji hedonik parameter aroma kesukaan (skala suka 4-5) formulasi
minyak atsiri tahap kedua
2 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kesan aroma sebagai
penambah selera makan
3 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekuatan aroma
4 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter aroma keseluruhan
5 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter warna
6 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kejernihan
7 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekentalan
8 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kelengketan
9 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan keseluruhan

8
11
12
14
16
17
18
19
21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan
2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan
3 Hasil uji Friedman untuk uji hedonik produk pembersih tangan
(handsainitizer) dengan SPSS Statistic 17.0
4 Dokumentasi produk
5 Hasil uji efektifitas mikroba
6 Hasil pembobotan formulasi kedua
7 Nilai kepentingan uji hedonik
8 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan Citrus
Oil Base
9 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan Basil
Oil Base
10 Hasil perhitungan analisis finansial
11 Arus kas (Cash Flow)

28
29
30
35
36
37
38
39
40
41
45

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Minyak atsiri merupakan cairan yang mengandung aroma khas dari suatu
tanaman. Di Indonesia pemanfaatan minyak atsiri ini sangat beragam, berbagai
manfaat yang dimiliki minyak atsiri antara lain sebagai aromaterapi untuk
menangani masalah psikis dan bersifat menenangkan, bermanfaat untuk kesehatan
sebagai antiradang, antiserangga, anti-inflamasi, anti flogistik, afrodisiak dan
dekongestan, bermanfaat sebagai sumber aroma wangi dan juga pengikat bau
(fixatif), bermanfaat untuk bahan tambahan makanan sebagai penambah aroma
dan dapat menambah cita rasa makanan, bermanfaat sebagai pestisida alami untuk
membasmi serangga dan hama (Rusli 2010). Berdasarkan pada data Hunter (2009)
dapat diketahui bahwa penggunaan terbesar untuk minyak atsiri adalah sebagai
pemberi aroma dan cita rasa pada industri flavor dan fragrance.
Produk pembersih tangan antiseptik merupakan produk personal care
yang berbentuk gel semisolid yang masih dapat mengalir dan memiliki bahan aktif
yang bersifat antiseptik. Penggunaan produk ini cukup luas, salah satunya yaitu
penggunaan produk sebelum makan. Secara khusus produk digunakan ketika air
dan sabun untuk mencuci tangan tidak tersedia, bukan secara langsung
menggantikan fungsi keduanya akan tetapi lebih pada pemilihan kepraktisan dan
kemudahan membawa produk. Aktifitas masyarakat yang semakin meningkat
serta diiringi dengan kesadaran untuk hidup sehat dan bersih yang juga semakin
tinggi saat ini, memicu tingginya permintaan produk personal care yang praktis,
ekonomis serta memiliki fungsi untuk menjaga kebersihan.
Gaya hidup masyarakat saat ini dipengaruhi oleh aktifitas sehari-hari yang
mereka kerjakan. Ancaman terbesar pada kesehatan masyarakat berawal dari
suatu hal yang sepele dan remeh, seperti kurangnya perhatian terhadap kebersihan
tangan. Semakin meningkat aktifitas seseorang, kebutuhan terhadap produk yang
simpel dan praktis akan semakin tinggi. Hal inilah yang ditawarkan oleh produk
pembersih tangan (handsanitizer) yaitu produk yang praktis dan simpel yang
memiliki sifat antiseptik dan terbukti efektif membunuh bakteri. Fungsi utama
pembersih tangan yaitu membersihkan tangan dari bakteri dan kuman tanpa
menggunakan air dan sabun.
Produk pembersih tangan (handsanitizer) sering digunakan di tempattempat umum seperti kantin, rumah makan, toilet dan tempat umum lainnya.
Komposisi utama pembersih tangan antiseptik adalah alkohol 60-95%, bahan
tambahan berupa polimer, air, bahan aktif, pengawet dan pewangi. Pewangi yang
terdapat pada produk pembersih tangan komersial saat ini masih menggunakan
bahan sintetis dan hanya sebagian kecil merek produk pembersih tangan yang
memanfaatkan aroma alami. Sehingga konsumen cepat merasa bosan dengan
aroma sintetis dan terkadang dapat mengurangi “mood” seseorang apabila aroma
produk masih tertinggal dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan peluang ini,
penelitian ini mencoba mengembangkan produk pembersih tangan yang memiliki
aroma alami, memberikan aroma dalam waktu yang cukup singkat, serta dapat
menambah suasana hati menjadi lebih baik sebelum makan. Pewangi memegang
peranan penting dalam penentuan minat konsumen terhadap suatu produk. Hal ini

2
dikarenakan konsumen memiliki pertimbangan untuk membeli suatu produk
dilihat dari atribut yang dimiliki salah satunya yaitu aroma.
Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai
bahan bakunya diantaranya yaitu bioetanol sebagai bahan aktif, gliserin sebagai
humektan, dan poliakrilat sebagai pembentuk gel. Produk pembersih tangan yang
diharapkan yaitu yang dapat melepaskan aroma yang lebih singkat dibandingkan
produk lainnya. Oleh karena itu digunakan pewangi yang berada pada kelompok
top note antara lain yaitu minyak lemon, minyak mint, minyak jeruk nipis, minyak
jeruk manis, dan minyak kemangi. Pemakaian beberapa jenis minyak atsiri akan
diformulasikan menjadi pewangi produk handsanitizer yang disukai oleh panelis.
Perumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaimana pengaruh penambahan minyak atsiri terhadap formulasi produk
pembersih tangan antiseptik (handsanitizer)?
Apakah penambahan formulasi minyak atsiri dapat menambah selera makan?
Formulasi produk manakah yang menghasilkan produk terbaik dari respon
pengujian sensori?
Bagaimanakah karakteristik produk terbaik hasil formulasi?
Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi produk pembersih
tangan antiseptik dengan penambahan minyak atsiri sebagai pemberi aroma
(flavor) yang memiliki karakteristik dan sifat sensori terbaik dan dapat
menambah selera makan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui efektifitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi pemanfaatan minyak atsiri sebagai pemberi aroma
alami pada produk pembersih tangan yang lebih baik dan memiliki efek
aromaterapi salah satunya memberikan efek psikologis menambah selera makan
pada penggunaanya.
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian ini adalah formulasi komposisi minyak atsiri sebagai
pemberi aroma (flavor), formulasi konsentrasi minyak atsiri dengan menggunakan
uji sensori dan pengujian karakteristik produk dilihat dari pH, viskositas produk,
densitas, uji sensori (hedonik) efektifitas terhadap bakteri.

3

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan April 2013 hingga September
2013. Penelitian pendahuluan dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan,
sedangkan penelitian utama dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan
ruang Organoleptik, Departemen Teknologi Industri Pertanian. Penelitian ini
meliputi beberapa tahapan antara lain tahapan formulasi produk, pengujian secara
sensori, karakteristik produk, dan pengujian mikrobiologi.
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah minyak atsiri,
polimer dan bioetanol. Poliakrilat digunakan sebagai bahan pembentuk gel yang
penting dalam sifat kekentalan produk dengan karakteristik bubuk berwarna putih,
ringan dan mudah lengket jika terkena air. Gliserin digunakan sebagai humektan
yang akan menjaga kelembaban kulit tangan. Bioetanol digunakan sebagai bahan
yang bersifat antiseptik dan juga sebagai pelarut dari minyak atsiri. Minyak atsiri
yang digunakan sebagai pemberi aroma produk adalah minyak jahe, minyak
lemon, mint oil, green tea oil minyak jeruk nipis, minyak jeruk manis, dan minyak
kemangi. Minyak atsiri tersebut diperoleh dari Kreasi Aroma, online shop Lansida,
dan suplier dari Jogjakarta. Bahan lain yang digunakan yaitu aquades, NaOH 1N
digunakan sebagai penetral polimer, larutan garam fisiologis, media Plate Count
Agar (PCA), dan swab cotton.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk pembersih tangan antara
lain: neraca digital, gelas arloji, penangas, stopwatch, pipet volumetrik, labu ukur,
sudip, pengaduk, kertas timbang, gelas piala, gelas ukur, magnetik stirer, dan alat
pengaduk (homomixer). Sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian
karakterisasi produk antara lain: pengukur viskositas, pH-meter, dan
spektrofotometer. Dalam pengujian mikrobiologi digunakan alat antara lain,
inkubator, swab cotton, cawan petri, tabung ulir dan kamera digital untuk
dokumentasi.
Metode Penelitian
Formulasi Aroma
Formulasi minyak atsiri akan digunakan sebagai pemberi aroma pada
produk gel. Proses formulasi minyak atsiri dimulai dengan memilih 2-3 jenis
minyak atsiri kemudian dilarutkan ke dalam etanol. Konsentrasi yang digunakan
yaitu antara 0,1%-0,5%. Kemudian dicampur dengan cara dikocok manual ±5
menit pada suhu ruang hingga homogen. Untuk menentukan minyak atsiri yang
akan digunakan dilakukan uji hedonik terhadap responden sebanyak 25 orang. Uji

4
hedonik dilakukan dengan membawa produk yang telah diformulasikan dengan
minyak atsiri untuk dinilai aromanya oleh responden dan kemudian responden
akan memilih formulasi yang diinginkan dalam hal aroma.
Pembuatan Produk Pembersih Tangan
Tahapan formulasi gel pembersih tangan (handsanitizer) dilakukan dengan
mengacu metode pembuatan gel bioetanol pada penelitian Meilianti (2009) yang
dimodifikasi. Metode yang digunakan yaitu melarutkan juga poliakrilat pada air.
Pelarutan carbomer ini dibantu dengan menggunakan magnetik stirer dengan
kecepatan pengadukan ±1 200 rpm selama 30 menit. Setelah poliakrilat telah
terdispersi sempurna pada air selanjutnya ditambahkan basa NaOH untuk
menetralkan poliakrilat. Kemudian campuran diaduk secara manual selama ±5
menit hingga diperoleh gel yang kental dan bening. Etanol ditambahkan dengan
jumlah disesuaikan dengan konsentrasi yang ingin digunakan. Secara bersamaan
ditambahkan juga gliserin yang telah dilarutkan pada etanol terlebih dahulu.
Setelah semua bahan telah dimasukkan terakhir ditambahkan formula minyak
atsiri yang telah diformulasikan sebelumnya dengan melarutkan terlebih dahulu
pada etanol 99%. Setelah itu dihomogenkan dengan homomixer berkecepatan
2000 rpm selama satu jam.
Pengujian Sensori Produk (Hedonik)
Pada tahap ini produk yang telah dihasilkan pada tahap sebelumnya diuji
secara sensori dengan parameter warna, kejernihan, aroma, kekentalan, dan kesan
lengket. Parameter aroma pada uji hedonik terbagi menjadi tiga parameter spesifik
yaitu kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan aroma, dan
penerimaan aroma keseluruhan. Pengujian sensori dilakukan dengan uji hedonik
atau kesukaan. Panelis diminta menyatakan kesukaan terhadap produk dengan
skala hedonik berikut, 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 = suka, 5
= sangat suka. Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang
menggunakan minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel
konsumen (Setyaningsih 2010).
Karakterisasi Produk
Sifat fisik produk yang ingin diketahui yaitu viskositas, pH, densitas dan
kejernihan. Nilai viskositas produk dapat diperoleh dengan pengukuran
kekentalan produk menggunakan viskometer Brookfield. Pengukuran dilakukan
pada 500 ml sampel dengan dua kali ulangan. Setiap ulangan dilakukan tiga kali
pengukuran pada bagian yang berbeda di wadah yang sama. Jika viskositas
semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir juga semakin tinggi. Viskositas
suatu fluida merupakan ukuran resistansi bahan terhadap aliran.
Nilai pH yang didapat diperoleh dari pengukuran menggunakan alat pHmeter. Persiapan sampel dilakukan dengan melarutkan sampel terlebih dahulu.
Sampel diambil sebanyak 10 gr dan dilarutkan dalam 100 ml air aquades.
Kemudian dilakukan pengadukan untuk melarutkan sampel. Sampel yang telah
dilarutkan kemudian diukur menggunakan pH-meter yang telah dikalibrasi.

5
Densitas produk diukur menggunakan piknometer. Penggunaan piknometer
dikarenakan sampel merupakan fluida yang memiliki aliran sehingga masih dapat
diukur bobot jenisnya dengan menggunakan piknometer. Bobot piknometer
kosong dan tutup ditimbang setelah itu diisi dengan sampel hingga penuh dan
ditimbang kembali. Nilai densitas dihitung dengan rumus berikut.

Pengujian Mikrobiologi
Uji mikrobiologi yang dilakukan yaitu dengan metode swab (Radji 2007)
dengan beberapa modifikasi. Sebelum diperiksa kedua telapak tangan responden
dicuci dan diberikan suatu benda untuk dipegang agar kandungan bakteri di kedua
telapak tangannya sama, kemudian dengan swab kapas steril yang telah dibasahi
dengan larutan NaCl 0.85% diusapkan atau disapukan dengan cukup kuat pada
telapak tangan responden, berlawanan arah dengan garis telapak tangan. Swab
kapas tersebut kemudian dibilaskan ke dalam air pengencernya. Selanjutnya
dilakukan pengenceran hingga 10⁻³. Dari masing-masing pengenceran diambil 0.5
ml dan ditanam pada agar (PCA) dalam cawan petri. Kemudian cawan diinkubasi
pada suhu 370 C selama 24 jam. Setelah itu koloni bakteri yang tumbuh dihitung
dan dicatat.
Penentuan Produk Terbaik
Penentuan produk terbaik dilakukan dengan metode pembobotan Bayes
dengan modifikasi (Soraya 2007). Metode pembobotan didasarkan pada hasil uji
hedonik yang telah dilakukan. Parameter uji hedonik yang digunakan meliputi
parameter kesan aroma penambah selera makan, kekuatan aroma, aroma
keseluruhan, warna, kejernihan, kekentalan, kelengketan, serta penerimaan
keseluruhan panelis terhadap produk. Untuk menentukan produk terbaik maka
setiap parameter uji hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai
kepentingannya. Semakin penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan
semakin besar. Nilai kepentingan kemudian dibobotkan dalam persen. Nilai
kepentingan tiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang
dapat dilihat pada Lampiran 7. Pertimbangan-pertimbangan diputuskan melalui
expert judgment.
Nilai hasil analisis parameter uji hedonik diurutkan berdasarkan rangking
terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai terbesar dan peringkat terendah diberi nilai
terkecil. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat
dikalikan dengan bobot setiap parameter kesukaan. Nilai total kemudian
dirangking hingga diperoleh perlakuan terbaik.
Analisis Finansial
Menurut Kadriah et al. (1978) bahwa indikator yang biasa dipakai untuk
membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah Net Present Value (NPV),
Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan periode

6
kembalinya modal atau dikenal dengan payback period. NPV merupakan nilai
sekarang dari arus pendapatan yang timbul oleh investasi. Bila NPV lebih besar
dari nol (positif) berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan sehingga secara finansial investasi dikatakan layak begitu sebaliknya.
Apabila Net B/C lebih besar dari satu berarti manfaat yang diperoleh lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan maka investasi layak untuk dilaksanakan dan berlaku
sebaliknya. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata keuntungan intern
tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen (Gottinger 1986). Nilai IRR lebih tinggi dari suku bunga bank
menunjukan kegiatan investasi dikatakan layak untuk dijalankan.
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu
analisis deskriptif dan analisis statistik non-parameterik. Analisis statistika
deskriptif dilakukan terhadap semua data yaitu data hasil pengujian sensori,
hedonik, viskositas, densitas, pH dan data hasil uji mikrobiologi. Analisis
dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk
tabel dan grafik.
Analisis statistik non-parametrik dengan uji Friedman dilakukan untuk
menganalisis data hasil pengujian sensori dengan uji hedonik. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic 17.0. Pengujian dapat
juga dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

Keterangan :
b = blok (panelis)
k = perlakuan (sampel)
Rj = peringkat pada masing-masing blok (panelis)
Analisis statistik non parametrik dilakukan dengan syarat data nominal,
ordinal atau memiliki skala, dan berupa data interval dan rasio tidak normal.
Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu:
H0 : Perbedaan formulasi minyak atsiri tidak memberikan perbedaan
antar
sampel
H1 : Perbedaan formulasi minyak atsiri memberikan perbedaan antar sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN
Formulasi Aroma
Pada tahap pertama minyak atsiri yang dipilih untuk aroma dibedakan
menjadi dua kelompok aroma yaitu kelompok middle note dan top note. Jenis
minyak kedua kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. Alasan pemilihan minyak
atsiri pada kelompok middle note ini didasarkan pada penggunaan bahan tersebut

7
sebagai campuran dalam pembuatan makanan atau minuman dalam menambah
citarasa. Sedangkan untuk kelompok top note, pemilihan minyak atsiri yang
digunakan didasarkan pada aromanya yang memberikan kesan segar (fresh) dan
dingin (cool). Penggunaan kedua kelompok disebabkan aroma produk yang ingin
dihasilkan memiliki aroma yang cepat hilang dan tidak tertinggal pada tangan.
Menurut Hunter (2009), kelompok top note memberikan kesan pertama pada
suatu aroma dan memiliki sifat volatil yang tinggi. Sedangkan kelompok middle
note merupakan kelompok yang menjadi tema aroma setelah aroma top note
menghilang dan memiliki sifat yang lebih rendah dibandingkan top note.
Selain dilihat dari kesukaan terhadap aroma, responden juga diminta
memilih berdasarkan aroma yang dapat menambah selera makan seseorang
setelah menggunakan produk. Berdasarkan hasil kuisioner didapatkan hasil
minyak yang memiliki aroma terbaik yaitu minyak jahe 0.3% dan minyak lemon
0.2%. Kombinasi aroma dari kedua jenis minyak atsiri yaitu segar, pungent, dan
sedikit manis. Hasil kuisioner penentuan kombinasi minyak atsiri untuk
mendapatkan aroma yang disukai dan dapat menambah selera makan dapat dilihat
pada Tabel 1. Dengan Persentase pemilih yang masih rendah maka perlu
dilakukan formulasi lanjutan.
Tabel 1 Hasil pemilihan minyak atsiri tahap pertama
Kode
Persentase hasil
Middle note
sampel pemilihan
A
B
C
D
E
F
G

6.2%
12.3%
9.9%
13.6%
7.4%
22.2%
14.8%

H

13.6%

jeruk purut 0.2%
kayu manis 0.2%
sereh wangi 0.2%
kayu manis 0.2%
jahe 0.3%, kayu manis 0.2%
jahe 0.3%,
jahe 0.3%,

Top Note
mint 0.3%,
mint 0.3%,
lemon 0.3%,
lemon 0.3%,
lemon 0.2%
mint 0.2%
mint 0.3%, lemon
0.2%

Kombinasi minyak atsiri terpilih dari formulasi tahap pertama tersebut
digunakan dalam formulasi minyak atsiri tahap kedua dengan ditambahkan pada
produk pembersih tangan. Hasil formulasi produk pembersih tangan dengan
penambahan minyak atsiri dapat dilihat pada Tabel 2.

8
Tabel 2 Hasil formulasi minyak atsiri tahap kedua pada produk pembersih
tangan
Bahan
Jahe
Lemon
Mint
Green Tea

Aa
0.1%
0.15%
-

Formulasi
Ab
Ac
Ad
0.03% 0.03%
0.1%
0.1% 0.10%
0.15%
0.01%
- 0.01%
-

Etanol

70%

70%

70%

60%

Ae
0.03%
0.1%
0.01%
-

Af
0.03%
0.10%
0.01%

60%

60%

Terhadap produk hasil formulasi kemudian dilakukan uji hedonik. Setelah
dilakukan uji hedonik ternyata penerimaan panelis terhadap kesukaan aroma
masih kurang baik dibandingkan kontrol (Gambar 1). Pada formulasi tahap kedua
ini, masih digunakan minyak jahe sebagai middle note dan minyak lemon, mint oil
serta green tea oil sebagai top note. Penambahan mint oil dan green tea dilakukan
untuk menambah karakter aroma yang lebih fresh untuk mint oil dan lebih sweet
untuk green tea oil, dengan kombinasi awal minyak lemon dan minyak jahe yang
pada sama setiap sampel. Berdasarkan hasil uji hedonik diketahui bahwa aroma
kontrol merupakan aroma yang paling disukai panelis dibandingkan sampel
sehingga formulasi lanjutan perlu dilakukan untuk memperbaiki aroma.

%

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
K

Aa Ab Ac Ad Ae Af

Gambar 1 Hasil uji hedonik parameter aroma kesukaan (skala suka 4-5) formulasi
minyak atsiri tahap 2.
Perbaikan formulasi dilakukan dengan menambah jenis minyak atsiri yang
digunakan dan mengatur konsentrasi minyak serta menentukan jumlah jenis
minyak atsiri yang akan digunakan. Penambahan minyak atsiri dilakukan untuk
memperoleh formulasi aroma yang lebih disukai dibandingkan dengan kontrol.
Minyak yang ditambahkan adalah minyak jeruk nipis dan minyak jeruk manis.
Keduanya termasuk dalam kelompok top note. Pemilihan keduanya disebabkan
karakteristik aroma yang hampir mirip dengan minyak lemon sebagai jenis
minyak yang digunakan pertama kali. Karakter aroma yang dominan untuk
keluarga Citrus sp adalah segar (fresh). Penggunaan kelompok top note pada
akhirnya dikarenakan aroma yang dihasilkan bertahan dalam waktu yang singkat.

9
Hal inilah yang dibutuhkan dalam formulasi produk pembersih tangan, aroma
yang dimiliki tidak boleh tertinggal dalam waktu yang lama. Sedangkan
pemilihan golongan citrus sebagai dasar formulasi aroma dikarenakan aromanya
sangat dikenal oleh sebagian besar panelis.
Konsentrasi minyak yang digunakan pada setiap formulasi tidak selalu sama,
hal ini dikarenakan untuk formulasi aroma diperlukan teknik pencampuran
tersendiri. Namun konsentrasi minyak yang digunakan harus kurang dari 0.2%.
Hal ini dikarenakan produk pembersih tangan yang memiliki konsentrasi lebih
dari 0.2% memiliki kekuatan aroma yang menyengat dan memberikan kesan
kurang nyaman bagi panelis. penentuan konsentrasi tersebut dilakukan
berdasarkan hasil formulasi yang dilakukan sebelumnya dengan melihat respon
dari panelis. Formulasi tahap akhir atau tahap ketiga dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil formulasi akhir minyak atsiri (citrus oil base) pada produk
pembersih tangan
Minyak
Atsiri
Jeruk Nipis
Jahe
Jeruk Manis
Lemon
Mint
Green Tea

Satuan
%
%
%
%
%
%

ACA
0.025
0.15
0.0125

Formulasi
ACC
ACD ACE ACF
0.15
0.1
0.025
0.15
0.1
0.005
0.01
0.01
- 0.015 0.015
-

ACB
0.15
0.01

Formulasi aroma tahap selanjutnya yaitu pembuatan formulasi alternatif
yang dapat dikembangkan untuk produk pembersih tangan antiseptik. Formulasi
alternatif ini berasal dari minyak atsiri kemangi (basil oil). Pemilihan minyak
kemangi untuk formulasi aroma dikarenakan adanya budaya yang berkembang
dalam masyarakat Jawa dan Bali. Kemangi dapat dimanfaatkan sebagai lalap,
sayur dan bahan pelengkap masakan tradisional. Selain itu kemangi juga
dipercaya masyarakat dapat meningkatkan selera makan, sehingga penambahan
minyak kemangi ditujukan untuk melihat pengaruhnya dalam kesan menambah
selera makan. Minyak kemangi digunakan sebagai aroma utama produk dengan
ditambahkan jenis minyak atsiri lain pada formulasinya. Hasil formulasi alternatif
minyak kemangi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil formulasi alternatif minyak atsiri (basil oil base) pada produk
pembersih tangan
Minyak
Atsiri
Kemangi
Jahe
Lemon
Jeruk nipis
Jeruk manis
Mint

Satuan
%
%
%
%
%
%

BKA
0.075
0.01
0.015
-

BKB
0.075
0.075
-

Formulasi
BKC
BKD
0.075
0.075
0.075
0.075
-

BKE
0.075
0.075

BKF
0.035
0.075
-

10

Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa
tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang
pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada
otak dibawah kesetimbangan korteks serebral (Buckle 1985). Setiap senyawa
penyusun minyak atsiri memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat
menghasilkan rasa yang berbeda. Dua atau lebih bau dapat bercampur untuk
saling menguatkan atau saling menutupi (Setyaningsih 2010).
Uji Hedonik Produk
Pengujian terhadap kesukaan produk dilakukan dengan menggunakan uji
hedonik (kesukaan). Pengujian dilakukan dengan menggunakan empat parameter
utama yaitu aroma, warna, kejernihan, dan kelengketan.
1. Aroma
Aroma minyak atsiri merupakan aroma yang ingin ditambahkan pada
produk pembersih tangan. Parameter aroma pada uji hedonik terbagi menjadi tiga
parameter spesifik yaitu kesan aroma sebagai penambah selera makan, kekuatan
aroma, dan penerimaan aroma keseluruhan.
a. Kesan Aroma sebagai Penambah Selera Makan
Berdasarkan data pada Gambar 2 dapat diketahui bahwa kesukaan panelis
terhadap parameter kesan aroma sebagai penambah selera makan untuk formulasi
citrus oil berkisar di atas 40%. Sampel ACC dan ACE merupakan sampel yang
paling disukai panelis karena dianggap memiliki kesan aroma sebagai penambah
selera makan dibandingkan kontrol. Pada formulasi basil oil, menggunakan
minyak kemangi (basil oil) dan ditambahkan minyak atsiri yang dipakai formulasi
sebelumnya. Berdasarkan Gambar 1, diperoleh hasil bahwa sampel BKB memiliki
persentase panelis tertinggi skala 5-7 dengan persentase panelis sebesar 60%.
Hasil uji Friedman pada taraf 5% untuk kedua formulasi ini menunjukan bahwa
perbedaan formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan
panelis untuk kesan aroma penambah selera makan (P>0.05).
Perbandingan kedua formulasi pada parameter kesan aroma sebagai
penambah selera makan yaitu memiliki kesamaan dengan penerimaan yang baik
yang berkisar antara 50-70% untuk skala suka 5-7. Hal ini menunjukan bahwa
panelis menerima formulasi citrus oil maupun basil oil sebagai aroma yang
memiliki kesan sebagai penambah selera makan.
Aroma indikator untuk menambah selera makan adalah aroma yang ringan,
segar, dan memiliki sedikit aroma asam (Marsili 2002). Aroma yang ringan akan
memberikan kesan yang cepat teridentifikasi oleh seseorang. Aroma segar akan
memperbaiki suasana hati sehingga dapat menimbulkan rasa senang sebelum
memulai makan. Secara psikologi, suasana hati yang baik sebelum memulai
makan dapat meningkatkan selera makan (Marsili 2002). Aroma asam yang
ditimbulkan oleh makanan akan memberikan rangsangan sistem saraf yang akan
menstimulasi alat pencernaan terutama lambung sehingga menimbulkan keinginan
untuk makan.

11
Minyak atsiri jeruk bermanfaat bagi kesehatan sebagai aromaterapi. Aroma
jeruk dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan perasaan senang dan tenang,
meningkatkan nafsu makan, dan menyembuhkan penyakit (Anonim 2008). Selain
pengunaan minyak jeruk, penambahan minyak kemangi juga dapat menambah
selera makan karena adanya aroma yang dihasilkan daun kemangi (Wahyuni dan
Hadipoentyanti 2006). Berdasarkan uji hedonik sampel yang memiliki kesan
aroma penambah selera makan adalah sampel ACC, ACE, dan BKB. Sampel
ACC memiliki formulasi minyak jahe, jeruk manis, dan mint. Karakter aroma
minyak jeruk manis adalah manis, tipis (light), segar, dan beraroma buah,
dipadukan dengan mint oil yang berkarakter tajam, segar, dan beraroma mint,
serta minyak jahe yang berkarakter hangat, spicy, manis, beraroma lemon, earthy,
dan woody (Heath 1978). Aroma yang mungkin tercium sehingga dapat
menambah kesan penambah selera makan yaitu berkarakter segar, perpaduan
aroma fruty minty, manis dan sedikit pedas.
70

60

60

50

50

40

40
%

%

70

30

30

20

20

10

10

0

0

(a)

(b)

Gambar 2 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kesan aroma sebagai
penambah selera makan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD =jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Sampel ACE mngandung minyak jeruk nipis dan green tea oil. Karakter
aroma jeruk nipis adalah segar (fresh), beraroma jeruk (citrusy), manis, dan
sedikit asam (Heath 1978) dan jika dicampur dengan green tea oil yang
berkarakter segar, manis, dan sedikit aroma khas teh menghasilkan kombinasi
aroma lembut, segar, dan lebih beraroma jeruk. Kombinasi karakter kedua minyak
tersebut dianggap panelis memiliki kesan sebagai penambah selera makan.

12
Sampel BKB mengandung minyak lemon dan minyak kemangi. Karakter
aroma minyak kemangi adalah manis, beraroma tumbuhan herba, sedikit
beraroma lemon, fresh, dan sedikit beraroma mint. Aroma khasnya berasal dari
kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya. Minyak lemon memiliki
karakteristik aroma fresh, light, dan fruity. Komponen utama minyak lemon antara
lain citral, limonene, dan linalool (Price 1993). Karakter kedua minyak tersebut
yaitu segar, beraroma lemon, light, beraroma herba dan sedikit manis. Karakter
aroma tersebut mendapatkan kesukaan panelis tertinggi dibandingkan kombinasi
yang lain sebagai aroma penambah selera makan.
b. Kekuatan Aroma

80

80

70

70

60

60

50

50

40

40

%

%

Formulasi citrus oil pada Gambar 3 menunjukan bahwa kekuatan aroma
untuk semua sampel memiliki persentase kesukaan diatas 50 % pada skala 5-7.
Sampel formulasi citrus oil yang memiliki kekuatan aroma yang lebih disukai
pada persentase 70 % adalah sampel ACE dan K. Sampel K merupakan kontrol
dengan wangi aroma jeruk nipis yang konsentrasinya tidak diketahui. Sedangkan
untuk sampel ACE konsentrasi minyak atsiri yang digunakan sebesar 0.115%.
Kedua sampel tersebut memiliki persentase kesukaan yang lebih tinggi
dibandingkan sampel lainnya dan dianggap memiliki kekuatan aroma yang lebih
disukai oleh panelis. Untuk kekuatan aroma formulasi basil oil, sampel yang
mendapatkan penerimaan panelis tertinggi yaitu sampel BKA dengan persentase
57%.

30

30

20

20

10

10

0

0

(a)

(b)

Gambar 3 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekuatan aroma (a)
citrus oil base dan (b) basil oil base

13
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD = jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Konsentrasi minyak keseluruhan yang digunakan tiap formulasi yaitu 0.1%.
Secara keseluruhan penerimaan panelis cukup baik yang ditandai dengan skala
suka 5-7 lebih dominan. Meskipun hasil uji Friedman taraf 5% untuk kedua jenis
formulasi ini menunjukan bahwa perbedaan konsentrasi formulasi minyak atsiri
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter kekuatan aroma (P>0.05). Hal ini
disebabkan minyak atsiri yang ditambahkan memiliki konsentrasi yang hampir
sama karena itu perbedaan konsentrasi antar sampel sangat kecil.
Konsentrasi minyak atsiri yang tinggi belum tentu akan memberikan
intensitas aroma tinggi juga. Pada uji kesukaan, panelis diminta untuk menilai
kesukaan kekuatan aroma bukan memilih intensitas aroma yang kuat atau lemah.
Intensitas aroma yang diterima oleh panelis bergantung pada kepekaan indera
penciuman masing-masing panelis. Berdasarkan hasil hedonik didapatkan sampel
dengan kesukaan tertinggi yaitu ACE dan BKA. Sampel ACE menggunakan
konsentrasi 0.115% minyak atsiri sedangkan BKA 0.1% minyak atsiri. Hal ini
menunjukan bahwa panelis lebih menyukai aroma minyak atsiri dengan
konsentrasi rendah. Karakter dari minyak atsiri yang beraroma agak tajam dapat
dilembutkan dalam penggunaan pada konsentrasi rendah. Semua minyak atsiri
yang digunakan dalam formulasi memiliki aroma tajam kecuali minyak jeruk
nipis, minyak jeruk manis dan green tea oil.
c. Penerimaan Aroma Keseluruhan
Aroma keseluruhan suatu sampel merupakan parameter yang meliputi
atribut aroma secara keseluruhan dari suatu sampel. parameter ini digunakan
untuk mengetahui besar penerimaan panelis terhadap aroma produk secara
keseluruhan. Berdasarkan data Gambar 4, sampel ACE memiliki tingkat kesukaan
(skala suka 5-7) paling tinggi terhadap penerimaan aroma keseluruhan yaitu 73%.
Berdasarkan data tersebut panelis menerima parameter aroma secara keseluruhan,
ditandai oleh tingkat persentase panelis dominan di atas 50%.
Pada formulasi citrus oil penerimaan panelis terhadap aroma keseluruhan
dapat dikatakan sangat baik karena semua sampel mendapatkan persentase panelis
(skala suka 5-7) di atas 50%, dengan nilai persentase netral dan ketidaksukaan
rendah. Sedangkan pada formulasi basil oil hanya tiga dari enam sampel yang
memiliki persentase panelis di atas 50%.
Pada formulasi basil oil didapatkan sampel dengan persentase panelis
tertinggi 53% yaitu sampel BKB. Berdasarkan hasil uji hedonik pada formulasi ini
diketahui bahwa panelis lebih menyukai aroma hasil kombinasi minyak kemangi
dan lemon. Berdasarkan hasil uji Friedman pada formulasi citrus oil dan basil oil
menunjukan bahwa perbedaan minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap
aroma keseluruhan dari sampel (P>0.05).

14

90

90

80

80

70

70

60

60

50

50

%

%

Berdasarkan uji Friedman pada ketiga parameter spesifik aroma tidak
menunjukan adanya perbedaan nyata antar sampel pada setiap parameter yang
diuji. Hal ini adanya keterbatasan panelis dalam melakukan uji organoleptik.
Panelis yang seluruhnya merupakan mahasiswa memiliki kecenderungan
menyukai aroma yang sama, sehingga diperlukan juga edukasi pada panelis
sebelum melakukan uji misalnya untuk parameter aroma penambah selera makan,
panelis harus diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai karakter aroma
penambah selera makan. Hal ini diperlukan karena pada saat menguji sampel
panelis akan dapat membedakan aroma mana yang sesuai untuk aroma penambah
selera. Keragaman panelis merupakan salah satu faktor penentu untuk menilai satu
sampel dengan sampel lainnya. Semakin beragam profil panelis maka akan
memberikan penilaian yang akan beragam.

40

40

30

30

20

20

10

10

0

0

(a)
(b)
Gambar 4 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan aroma secara
keseluruhan (a) citrus oil base dan (b) basil oil base
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD = jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Sampel memiliki formulasi minyak atsiri dengan beberapa jenis minyak
atsiri yang digunakan sama sehingga panelis menganggap aroma sampel sama
satu sama lain. Hal ini dipengaruhi adanya komponen yang sama pada setiap jenis
minyak. Misalnya sampel yang paling disukai pada formulasi citrus oil adalah
sampel ACE dan untuk formulasi basil oil adalah sampel BKB.
Sampel ACE merupakan hasil formulasi minyak jeruk nipis dan green tea
oil. Karakter aroma jeruk nipis adalah segar (fresh), beraroma jeruk (citrusy),
manis, dan sedikit asam (Heath 1978) dan jika dicampur dengan green tea yang
berkarakter segar, manis, dan sedikit aroma khas teh menghasilkan kombinasi

15
aroma lembut, segar, dan lebih beraroma jeruk. Aroma yang lembut kemungkinan
disebabkan adanya interaksi antara komposisi masing-masing minyak.
Bervariasinya komposisi minyak jeruk nipis dan green tea oil memungkinkan
terdapat beberapa senyawa saling berinteraksi sehingga menghasilkan aroma
keseluruhan yang lebih baik. Namun tidak semua senyawa berinteraksi satu sama
lain, beberapa diantaranya memberikan efek aroma khas lebih menonjol
dibandingkan senyawa lain. Dalam pengukuran aroma produk ini hanya dilakukan
dengan menggunakan penilaian subyektif, oleh karena itu belum dapat ditentukan
senyawa-senyawa yang berinteraksi maupun yang menonjol dalam pembentukan
aroma yang disukai. Minyak jeruk nipis memiliki sitral sebagai pembentuk aroma
utama, sedangkan green tea mengandung β-Linalool.
Pada formulasi basil oil diperoleh sampel yang paling disukai dari aroma
keseluruhannya adalah sampel BKB. Sampel ini merupakan hasil formulasi dari
minyak kemangi dengan lemon. Komposisi kimia minyak kemangi antara lain; dlinalool, methyl chavicol, citral dan cineol. Komponen utama minyak lemon
antara lain citral, limonene, dan linalool (Price 1993). Karakter aroma kemangi
yang manis, beraroma herba, sedikit beraroma lemon, fresh, dan sedikit beraroma
mint dipadukan dengan aroma lemon yang khas dan segar, ringan, dan beraroma
buah. Perpaduan karakter dari kedua minyak telah memberikan aroma
keseluruhan yang disukai oleh panelis.
2.

Warna

Warna merupakan atribut yang paling mudah diamati karena dapat dilihat
secara visual. Parameter warna ditujukan untuk mengetahui kesukaan panelis
terhadap atribut visual ini. Berdasarkan data Gambar 5, dapat diketahui bahwa
untuk formulasi citrus oil, sampel yang paling disukai adalah sampel ACD dan K.
Untuk sampel ACD dan K, persentase panelis mencapai tingkat 90% terhadap
kesukaan parameter warna. Sedangkan untuk formulasi basil oil, sampel yang
paling disukai adalah sampel BKB dengan persentase panelis yaitu 83%.
Pada pengujian dengan parameter warna terdapat sampel yang masih kurang
disukai oleh panelis yaitu sampel ACC untuk formulasi citrus oil dan sampel
BKC untuk formulasi basil oil. Analisis menggunakan uji Friedman menyatakan
bahwa perbedaan formulasi minyak atsiri berpengaruh terhadap kesukaan panelis
pada warna.

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

%

%

16

(a)

(b)

Gambar 5 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter penerimaan warna
(a) citrus oil base dan (b) basil oil base
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD = jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea
3.

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Kejernihan

Kejernihan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual. Sama
halnya dengan parameter warna, kejernihan setiap sampel berbeda satu dengan
lainnya. Berdasarkan data kejernihan pada Gambar 6, diperoleh hasil bahwa
sampel yang banyak disukai yaitu sampel ACD, ACE, dan K untuk formulasi
citrus oil dan sampel BKE untuk formulasi basil oil. Ketiga sampel dari formulasi
citrus oil memiliki persentase panelis yang sama yaitu 87%, sedangkan sampel
dari formulasi basil oil memiliki persentase panelis sebesar 80%. Hal ini
menunjukkan bahwa keempat sampel dari dua formulasi tersebut merupakan
sampel yang paling disukai kejernihannya oleh panelis. Sedangkan panelis kurang
menyukai sampel ACC pada formulasi citrus oil dan sampel BKC pada formulasi
basil oil.

90

90

80

80

70

70

60

60

50

50
%

%

17

40

40

30

30

20

20

10

10

0

0
ACA ACB ACC ACD ACE ACF K

(a)

BKA BKB BKC BKD BKE BKF

(b)

Gambar 6 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kejernihan (a) citrus
oil base dan (b) basil oil base
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD = jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Kedua sampel yang kurang disukai oleh panelis merupakan sampel dengan
penambahan minyak jahe dalam komposisinya. Hal ini ditunjukan pada hasil uji
Friedman untuk kedua jenis formulasi bahwa perbedaan minyak atsiri
berpengaruh nyata terhadap kejernihan sampel. Seperti pada parameter warna,
minyak jahe memberikan efek keruh pada sampel dikarenakan pada saat pelarutan
minyak jahe tidak terlarut sempurna. Berdasarkan hasil uji lanjut didapatkan
bahwa untuk formulasi citrus oil sampel ACC dan formulasi basil oil sampel
BKC berbeda secara signifikan dengan sampel lainnya pada parameter kejernihan.
4.

Kekentalan

Pengujian terhadap parameter kekentalan ditujukan untuk mengetahui
tekstur sampel yang diinginkan atau disukai oleh panelis. Untuk produk
pembersih tangan, kekentalan merupakan atribut yang cukup penting karena
berhubungan dengan kemudahan produk dikeluarkan dari kemasan. Panelis lebih
menyukai produk dengan kekentalan yang agak tinggi, hal ini disebabkan oleh
produk yang tidak mudah tumpah pada saat produk digunakan. Parameter
kekentalan dapat diukur dengan alat yang disebut viskometer.
Berdasarkan data Gambar 7, sampel ACE merupakan sampel yang lebih
disukai kekentalannya oleh panelis dibandingkan dengan sampel lain dan kontrol.

18

80

80

70

70

60

60

50

50

40

40

%

%

Sampel ACE dari formulasi citrus oil memiliki tingkat kesukaan sebesar 80%.
Sedangkan untuk formulasi basil oil, panelis memberikan penilaian yang hampir
sama untuk sumua sampel. Sampel yang paling disukai oleh panelis yaitu sampel
BKE, dengan tingkat persentasea mencapai 63%. Meskipun demikian,
berdasarkan hasil uji Friedman kedua jenis formulasi ini menunjukan bahwa
perbedaan formulasi minyak atsiri tidak berpengaruh nyata terhadap kesukaan
panelis pada kekentalan (P>0.05).
Nilai viskositas pada kedua jenis formulasi sedikit mengalami perbedaan.
Pada formulasi basil oil nilai kekentalannya mengalami penurunan dibandingkan
dengan nilai viskositas formulasi citrus oil. Perbandingan nilai viskositas pada
kedua formulasi dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Penurunan nilai
kekentalan juga mempengaruhi penurunan persentase panelis terhadap parameter
kekentalan pada formulasi basil oil dibandingkan dengan persentase panelis pada
formulasi citrus oil.
Berdasarkan nilai viskositas yang telah diperoleh pada Tabel 5, nilai
viskositas setiap sampel relatif sama. Nilai viskositas formulasi citrus oil berkisar
pada 8 000 cP hingga 8 500 cP. Sedangkan untuk nilai viskositas formulasi basil
oil berkisar pada 5 700 cP hingga 6 000 cP. Jika dibandingkan dengan kontrol
nilai viskositas sampel jauh lebih tinggi daripada kontrol. Kontrol memiliki
viskositas yang rendah yang berkisar antara 4 000 cP hingga 4 500 cP. Jika dilihat
berdasarkan uji hedonik kedua nilai viskositas dari produk maupun kontrol masih
dapat diterima oleh panelis. Menurut Meilianti (2009), rentang viskoistas gel
etanol yang dapat mengalir yaitu 2 381 cP hingga 16 893 cP.

30

30

20

20

10

10

0

0
ACA ACB ACC ACD ACE ACF K

(a)

BKA BKB BKC BKD BKE BKF

(b)

Gambar 7 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekentalan (a) citrus
oil base dan (b) basil oil base

19
Keterangan :
ACA = lemon, jahe, mint
ACB = jeruk nipis, jahe, mint
ACC = jeruk manis, jahe, mint
ACD = jeruk nipis, mint
ACE = jeruk nipis, green tea
ACF = jeruk manis, green tea

BKA = kemangi, jahe, lemon
BKB = kemangi, lemon
BKC = kemangi, jahe
BKD = kemangi, jeruk nipis
BKE = kemangi, mint
BKF = kemangi, jeruk manis

Faktor penting yang mempengaruhi viskositas sampel antara lain polimer
pengental dan basa penetral. Basa merupakan faktor yang cukup penting dalam
melakukan formulasi gel. Basa berfungsi sebagai penetral gelling agent yang
digunakan yaitu polimer asam akrilat yang bersifat lebih asam. Selain itu basa
juga berfungsi sebagai pembentuk gel. Dalam Lubrizol Pharmaceutical Bulletin
No 6 mengenai Pengentalan (2008), viskositas polimer asam akrilat akan
meningkat bila mengalami netralisasi. Polimer asam akrilat memiliki viskositas
yang lebih tinggi dalam air daripada dalam pelarut, selain itu viskositas juga akan
mengalami peningkatan jika konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan
meningkat.
5.

Kelengketan

80

80

70

70

60

60

50

50

40

40

%

%

Pada parameter ini panelis diminta untuk menilai kesukaan terhadap kesan
lengket pada sampel. Kesan lengket pada sampel dipengaruhi adanya tambahan
gliserin sebagai humektan dan pelembab.