Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handasanitizer)

(1)

APLIKASI GEL

ALOEVERA

DAN GLISERIN SEBAGAI

PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN

(HANDSANITIZER)

ALZARA ZETIARA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Gel Aloevera

dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer)

adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Alzara Zetiara


(4)

ABSTRAK

ALZARA ZETIARA. Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). Dibimbing oleh DWI SETYANINGSIH.

Pemanfaatan gliserin dan gel aloevera sebagai pelembab pada produk pembersih tangan antiseptik diharapkan akan memberikan kesan berbeda pada produk, sehingga produk dapat memberikan kesan lembab yang lebih lama di kulit. Tujuan umum penelitian ini yaitu mendapatkan produk handsanitizer

terbaik dengan penambahan formulasi pelembab menggunakan gliserin dan gel

aloevera, mengetahui efektivitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan dan mengetahui umur simpan produk handsanitizer. Formulasi bahan pelembab tersebut menghasilkan enam jenis formulasi. Berdasarkan hasil uji kesukaan (hedonik) panelis terhadap sampel produk pembersih tangan, telah didapatkan hasil formulasi pelembab dengan konsentrasi gliserin 0.1 % dan gel

aloevera 0.5%. Formulasi tersebut memiliki karakteristik: pH 5.11; viskositas 6533 cP: densitas 0.904 g/ml. Hasil uji mikroba diketahui bahwa produk

handsanitizer mampu mengurangi cemaran mikroba pada tangan. Berdasarkan parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC, pendugaan umur simpan produk

handsanitizer dalam kemasan aluminium foil pada suhu ruang adalah selama 215 hari (7.16 bulan).

Kata kunci: gel aloevera, gliserin, hedonik, pelembab, umur simpan

ABSTRACT

ALZARA ZETIARA. Application of Aloevera Gel and Glycerin as Moisturizer on Hand Cleaner Product (Handsanitizer). Supervised by DWI SETYANINGSIH .

The use of glycerin and aloevera gel as moisturizer on antiseptic handsanitizer product is expected to give different impression to the product, so the product can give longer moist impression in the skin. The aims of this research are to obtain an antiseptic handsanitizer product with the addition of glycerin and aloevera gel formulation as moisturizer materials, to know the effectiveness of the product in reducing microbial contamination on hands and shelf life of handsanitizer product. There were six moisturizing formulations. Based on hedonic test, sixth formulation was the best moisturizing formulation which consisted of 0.1% glycerin and 0.5% aloevera gel. It was characterized by pH of 5.11; viscosity of 6533 cP; density of 0.904 g/ml. Microbial test showed that the product was able to reduce microbial contamination in hand. Based on parameter of water dan ethanol content (70oC) from shelf life analysis, the product can be stored at 25oC or room temperature using aluminium foil packaging for 215 days (7.16 months).


(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

APLIKASI GEL

ALOEVERA

DAN GLISERIN SEBAGAI

PELEMBAB PADA PRODUK PEMBERSIH TANGAN

(HANDSANITIZER)

ALZARA ZETIARA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(6)

(7)

Judul Skripsi : Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handasanitizer)

Nama : Alzara Zetiara NIM : F34100052

Disetujui oleh

Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi Pembimbing I

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen


(8)

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah pembuatan produk berbasis gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab, dengan judul Aplikasi Gel Aloevera dan Gliserin sebagai Pelembab pada Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Dwi Setyaningsih STP, M.Si selaku pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Mulyorini Rahayuningsih, M.Si dan Bapak Drs. Purwoko, M. Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penuls sampaikan kepada Ibu Egnawati Sari dari Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Ibu Rini Purnawati, S.TP, M.Si dari Laboratorium Teknologi Proses dan Ibu Dyah Purnawati dari Laboratorium Pengawasan Mutu yang telah membantu selama kegiatan penelitian di laboratorium. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang telah memberi dukungan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Hi. Raden Mansus, SE, Ibunda Hj. Mirza Triutami, SE, Adik Kharisma Putri dan Crisnina Handayani, Nenek Hj. Hayuna dan Hj. Musyah Mochtar serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014


(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODOLOGI 2

Waktu dan Termpat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Metode Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Karakteristik Produk 7

Uji Hedonik 9

Penentuan Produk Terbaik 13

Pengujian Efektivitas Produk 15

Pendugaan Umur Simpan 16

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22


(11)

DAFTAR TABEL

1 Formulasi pelembab handsanitizer ... 3

2 Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer ... 7

3 Persentase kelembaban produk handsanitizer ... 14

4 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan ... 15

5 Nilai-nilai laju persentase kadar air dan etanol suhu 70oC ... 18

DAFTAR GAMBAR

1 Alat pengukur kadar air dan etanol 7 2 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kejernihan handsanitizer 9 3 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter kekentalan handsanitizer 10 4 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelengketan handsanititzer 11 5 Persentase panelis skala 1-3 pada parameter kelembaban handsanitizer 12 6 Persentase panelis skala 5-7 pada parameter penerimaan keseluruhan 13 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada suhu 70oC 18 8 Grafik hubungan In K dengan 1/T 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan 22 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan 23 3 Hasil uji Friedman produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0 26 4 Hasil uji lanjut one way anova produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0 29 5 Nilai kepentingan uji hedonik 34 6 Perhitungan pembobotan uji hedonik produk pembersih tangan 35 7 Hasil uji efektivitas produk pembersih tangan 36 8 Hasil uji pearson correlation produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0 36 9 Hasil uji lanjut one way anova pengujian efektivitas produk 37 10 Dokumentasi Produk 38 11 Hasil pengujian susut bobot, kadar air dan etanol pada suhu 70oC dan 105oC 39 12 Grafik dan persamaan regresi susut bobot 41 13 Grafik dan persamaan regresi kadar air dan etanol suhu 105oC 42


(12)

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perilaku hidup sehat dan bersih apabila tidak diperhatikan dengan baik dapat menjadi ancaman bagi kegiatan masyarakat. Ancaman tersebut berupa masuknya penyakit ke dalam tubuh. Perilaku hidup sehat dan bersih dapat dimulai dengan ritual sederhana seperti kegiatan mencuci tangan sebelum melakukan aktivitas apapun. Mencuci tangan dapat mencegah resiko penularan penyakit seperti influenza, diare bahkan SARS (Severe Acute Respository Syndrom) hingga 50% (Rhamadanti, 2004). Kegiatan membersihkan tangan dapat dilakukan menggunakan air, sabun, tissue, sapu tangan dan sebagainya.

Seiring dengan perkembangan teknologi, maka alternatif dalam hal kepraktisan pun berkembang. Munculnya produk pembersih tangan

(handsanitizer) merupakan perkembangan dari kegiatan mencuci tangan dan bentuk handsanitizer berupa gel menjadi sediaan yang cukup digemari.

Handsanitizer memiliki komposisi terbesar bahan penyusunnya yaitu alkohol sebagai bahan antiseptik. Selain aman di gunakan pada kulit, alkohol merupakan antiseptik yang kuat dan menghambat pertumbuhan mikroba dengan cepat.

Selain bahan antiseptik, bahan pelembab juga berperan penting dalam pembuatan handsanitizer. Bahan pelembab dapat mencegah atau mengurangi kekeringan kulit, mengurangi penguapan air baik dari kemasan saat produk dibuka dan mengikat air agar tetap lembab pada saat produk digunakan di tangan. Pelembab yang dapat digunakan yaitu gliserin. Sifat gliserin yang dapat menyerap air membuat gliserin dapat melembabkan kulit dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin juga digunakan untuk mengentalkan larutan dan melembabkan permukaan ketika dioleskan pada kulit ataupun rambut (Poedjiadi, 2006).

Selain gliserin, gel aloevera dapat dijadikan bahan pelembab alami yang dapat meningkatkan fungsi pelembab pada kulit. Gel aloevera mampu menjaga kelembaban dengan cara mengontrol kehilangan air dan pertukaran komponen-komponen larut air (Reynold and Dweck, 1999). Pemanfaatan gel aloevera

sebagai pelembab dalam berbagai bidang dengan model inovasinya khususnya pada produk pembersih tangan masih menjadi hal baru untuk diteliti. Aplikasi gel

aloevera sebagai bahan pelembab dalam produk pembersih tangan selain dinilai lebih aman juga disebabkan masih sedikitnya penelitian mengenai aplikasi pelembab pada produk pembersih tangan. Oleh karena itu, gel aloevera dan gliserin menarik untuk diteliti dan dilakukan pengembangan untuk dijadikan sebagai pelembab pada produk pembersih tangan (handsanitizer).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formulasi bahan pelembab dan sifat sensori terbaik pada produk handsanitizer dengan gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui efektivitas produk dalam mengurangi cemaran mikroba pada tangan dan mengetahui umur simpan produk handsanitizer.


(14)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini adalah formulasi gel aloevera dan gliserin sebagai pelembab pada produk pembersih tangan menggunakan uji sensori dan pengujian karakteristik produk dilihat dari pH, viskositas dan densitas. Produk terbaik dari hasil uji hedonik dilakukan pengujian kelembaban menggunakan skin moisture analyzer, efektivitas produk dan umur simpan produk handsanitizer menggunakan kemasan aluminium foil pada penyimpanan suhu 25oC, 35oC dan 50oC. Penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain tahapan formulasi pelembab pada produk handsanitizer, pengujian karakteristik produk, pengujian secara sensori, pengujian efektivitas produk dan pendugaan umur simpan.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2014 hingga April 2014. Penelitian dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Laboratorium Teknologi Kimia dan ruang Organoleptik, Departemen Teknologi Industri Pertanian

Bahan

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian adalah carbomer, gel

aloevera, gliserin, dan bioetanol. Carbomer digunakan sebagai bahan pembentuk gel (gelling agent), berperan dalam membentuk sifat kekentalan produk. Carbomer memiliki karakteristik bubuk berwarna putih, ringan dan mudah lengket jika terkena air. Gel aloevera dan gliserin digunakan sebagai pelembab yang akan menjaga kelembaban kulit tangan. Bioetanol merupakan etanol (golongan alkohol) yang diproduksi dari bahan alami dan bahan baku yang biasa digunakan untuk memproduksi bioetanol yaitu ubi kayu dan tetes tebu (molases). Bioetanol digunakan sebagai bahan yang bersifat antiseptik.

Bahan tambahan yang digunakan yaitu minyak atsiri sebagai bahan pemberi aroma produk. Minyak atsiri yang digunakan yaitu minyak jeruk nipis dan minyak

green tea yang diperoleh dari toko online shop Lansida. Selain minyak atsiri, bahan tambahan lain yang digunakan yaitu aquades, NaOH 1 N digunakan sebagai penetral carbomer, larutan garam fisiologis, media Plate Count Agar

(PCA), dan swab cotton.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan produk pembersih tangan antara lain:neraca digital, gelas arloji, penangas, stopwatch, pipet volumetrik, labu ukur, sudip, pengaduk, kertas timbang, gelas piala, gelas ukur, magnetic stirer, dan alat pengaduk (homomixer), sedangkan alat yang digunakan dalam pengujian


(15)

3 karakteristik produk antara lain: viskometer, pH-meter dan piknometer. Dalam pengujian efektivitas produk digunakan alat antara lain: inkubator dan autoklaf.

Metode Penelitian Pengambilan Gel Aloevera

Jenis tanaman lidah buaya yang termasuk ke dalam suku Liliaceae yang paling banyak dimanfaatkan dan tumbuh di pekarangan adalah jenis Aloe barbadensis miller. Jenis tanaman lidah buaya tersebut mengandung 75 zat aktif yang dibutuhkan manusia. Tanaman ini memiliki ciri-ciri yaitu batang tidak terlihat jelas, bentuk daun lebar di bagian bawah dengan pelepah bagian atas yang cembung, lebar daun 6-13 cm dan duri berada di bagian pinggir daun dengan panjang daun 25-30 cm.

Pengumpulan dilakukan dengan cara daun lidah buaya dipotong sedekat mungkin dari batangnya, kemudian dibilas dengan aquades dan permukaannya dikeringkan. Pangkal daun lidah buaya dipotong sekitar satu cm dan bagian berduri sepanjang daun lidah buaya juga dipotong. Daun lidah buaya dikupas melalui sisi dimana duri lidah buaya telah dibuang sebelumnya. Pada penampang yang lebar dibelah memanjang menggunakan pisau hingga menjadi 2 bagian. Bagian yang berisi daging buah diletakkan menghadap keatas dan gel dikeruk dari atas ke bawah, dari ujung ke bagian pangkal lidah buaya. Tahap tersebut diulangi hingga beberapa kali sampai seluruh gel terlepas dari kulit lidah buaya. Gel lidah buaya segera diblender dan hasilnya berupa ekstrak kasar berbuih banyak segera dimasukkan ke dalam lemari es. Ekstrak kasar gel lidah buaya disaring sehingga hanya didapat cairannya saja.

Formulasi Bahan Pelembab

Formulasi bahan pelembab yang akan digunakan sebagai pelembab pada produk handsanitizer menggunakan gel aloevera, gliserin dan kombinasi keduanya. Konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi rendah sebesar 0.1% dan konsentrasi tinggi sebesar 0.5%. Konsentrasi pelembab pada handsanitizer yang direkomendasikan berada pada kisaran 0.1% - 1%. Tabel 1 menjelaskan formulasi pelembab yang digunakan.

Tabel 1 Formulasi pelembab handsanitizer

Formulasi Konsentrasi Gliserin Konsentrasi Gel Aloevera

A 0.1% -

B 0.5% -

C - 0.1%

D - 0.5%

E 0.5% 0.1%

F 0.1% 0.5%

Pembuatan Produk Pembersih Tangan

Pembuatan produk pembersih tangan dilakukan dengan cara terlebih dahulu melarutkan carbomer sebanyak 0.5% dalam 450 ml aquades. Pelarutan carbomer ini dibantu dengan menggunakan magnetic stirer dengan kecepatan pengadukan


(16)

4

±1200 rpm selama 30 menit pada suhu 25-29oC. Carbomer yang telah larut sempurna pada air selanjutnya ditambahkan 7.5 ml basa NaOH 1 N secara perlahan untuk menetralkan larutan carbomer. Kemudian campuran diaduk secara manual selama ±5 menit hingga diperoleh gel yang kental dan bening. Formulasi bahan pelembab terlebih dahulu dilarutkan dalam bioetanol 95% sebanyak 675 ml kemudian ditambahkan ke dalam larutan. Setelah itu dihomogenkan dengan

homomixer dengan kecepatan 2000 rpm selama satu jam pada suhu 25-30oC. Penambahan Aroma Minyak Atsiri

Setelah didapatkan produk handsanitizer dengan formulasi bahan pelembab, tahapan terakhir yaitu penambahan minyak atsiri untuk meningkatkan aroma. Minyak atsiri yang digunakan yaitu campuran antara minyak jeruk nipis 0.1% dan minyak green tea 0.015% (Widyastuti, 2013).

Karakteristik Produk

Pengujian karakteristik produk handsanitizer meliputi viskositas, pH, dan densitas. Pengukuran viskositas menggunakan viscometer Brookfield. Sampel sebanyak 50 ml dimasukkan kedalam gelas piala, kemudian pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali. Spindle yang digunakan adalah spindle nomor 4 dengan kecepatan sebesar 30 rpm.

Nilai pH diperoleh dari pengukuran menggunakan alat pH-meter. Sampel sebanyak 10 g dilarutkan dalam 100 ml aquades, kemudian diaduk untuk melarutkan sampel. Sampel yang telah dilarutkan kemudian diukur menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.

Densitas produk diukur menggunakan piknometer. Hal tersebut dilakukan karena sampel handsanitizer memiliki aliran sehingga masih dapat diukur bobot jenisnya menggunakan piknometer. Bobot piknometer kosong dan tutup ditimbang setelah itu diisi dengan sampel hingga penuh dan ditimbang kembali. Nilai densitas dihitung dengan rumus berikut:

� � � = (� )

� (� ) � � � (

� )

Pengujian Sensori Produk (Hedonik)

Uji hedonik merupakan salah satu uji penerimaan yang menggunakan minimal 30 panelis untuk panel tidak terlatih maupun panel konsumen (Setyaningsih, dkk., 2010). Uji hedonik dilakukan dengan ke enam formulasi tersebut terhadap responden sebanyak 30 orang. Parameter yang dinilai dalam pengujian hedonik meliputi kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban, dan penerimaan secara keseluruhan. Kemudian panelis akan memilih formulasi pelembab yang disukai berdasarkan kelima parameter tersebut. Formulir uji organoleptik dapat dilihat pada Lampiran 2. Panelis uji hedonik kali ini dilakukan dengan panelis yang sebagian adalah wanita, hal ini dikarenakan wanita cenderung lebih peka dibandingkan laki-laki.


(17)

5 Penentuan Produk Terbaik

Penentuan produk terbaik dilakukan dengan metode pembobotan Bayes dengan modifikasi (Soraya 2007). Metode pembobotan didasarkan pada hasil uji hedonik yang telah dilakukan. Parameter uji hedonik yang digunakan meliputi parameter kejernihan, kekentalan, kelengketan, kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan. Untuk menentukan produk terbaik maka setiap parameter uji hedonik diberikan skala 1 sampai 7 berdasarkan nilai kepentingannya. Semakin penting parameter tersebut maka nilai yang diberikan semakin besar. Nilai kepentingan kemudian dibobotkan dalam persen. Nilai kepentingan tiap parameter ditentukan atas pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilihat pada Lampiran 5. Pertimbangan-pertimbangan diputuskan melalui expert judgment.

Nilai hasil analisis parameter uji hedonik diurutkan berdasarkan rangking terbaik. Peringkat terbaik diberi nilai terbesar dan peringkat terendah diberi nilai terkecil. Nilai total akhir diperoleh dari akumulasi perkalian antara nilai peringkat dikalikan dengan bobot setiap parameter kesukaan. Nilai total kemudian dirangking hingga diperoleh perlakuan terbaik.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini ada dua macam yaitu analisis deskriptif dan analisis statistik non-parameterik. Analisis statistika deskriptif dilakukan terhadap semua data yaitu data hasil pengujian sensori, hedonik, viskositas, densitas, pH dan data hasil uji efektivitas produk. Analisis dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dan menyajikannya dalam bentuk tabel dan grafik.

Analisis statistik non-parametrik dengan uji Friedman dilakukan untuk menganalisis data hasil pengujian sensori dengan uji hedonik. Uji friedman adalah uji dalam statistik non parametrik yang mensyaratkan tidak ada ulangan bagi perlakuan yang diberikan terhadap unit-unit percobaan. Uji ini dilakukan apabila data-data hasil pengamatan berupa ranking (misalnya uji organoleptik), maka friedman test lebih tepat digunakan karena data berupa ranking tergolong tipe data ordinal (Santoso, 2002). Pengujian dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistic 21.0. Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu:

H0 : Perbedaan formulasi pelembab tidak memberikan perbedaan antar sampel H1 : Perbedaan formulasi pelembab memberikan perbedaan antar sampel Pengujian Efektivitas Produk

Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel terbaik dilakukan pengujian efektivitas produk. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan metode swab (Radji, 2010). Dalam melakukan pengujian, terlebih dahulu kedua telapak tangan responden dicuci dan diberikan suatu benda untuk dipegang agar kandungan bakteri di kedua telapak tangannya sama, kemudian dengan swab kapas steril yang telah dibasahi dengan larutan NaCl 0.85% diusapkan atau disapukan dengan cukup kuat pada telapak tangan responden, berlawanan arah dengan garis telapak tangan. Swab kapas tersebut kemudian dibilaskan ke dalam air pengencernya dan dilakukan pengenceran hingga 10⁻2. Masing-masing pengenceran diambil 0.5 ml dan ditanam pada agar Plate Count


(18)

6

Agar dalam cawan petri. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan koloni bakteri yang tumbuh dihitung dan dicatat.

Pengujian mikrobiologi dilakukan sebanyak dua kali kemudain dilakukan pengolahan analisis statistik parametrik dengan software SPSS 21.0. Analisis statistik parametrik menggunakan Pearson Correlation karena lebih cocok digunakan untuk data berskala interval atau ratio untuk melihat perbedaan apakah kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah mikroba pada tangan. Hipotesis yang digunakan untuk uji statistik ini yaitu:

H0 : Perbedaan kondisi responden tidak memberikan perbedaan jumlah bakteri pada tangan

H1 : Perbedaan kondisi responden memberikan perbedaan jumlah bakteri pada tangan

Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer

Setelah didapatkan formulasi produk terbaik dari hasil uji hedonik, sampel terbaik dilakukan pengujian umur simpan. Pengujian dilakukan dengan sampel disimpan pada 3 suhu yang berbeda yaitu suhu 25oC, 35oC dan 50oC. Sampel tersebut dikemas menggunakan kemasan aluminium foil dengan isi per kemasan sebanyak 20 ml. Pengujian untuk ketiga suhu dilakukan pada waktu yang berbeda. Penyimpanan pada suhu 25oC dilakukan pada 6 titik penyimpanan yaitu pada waktu 0, 6, 12, 18, 24 dan 30 hari. Penyimpanan pada suhu 35oC dilakukan pada 9 titik penyimpanan yaitu pada waktu 0, 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28 dan 32 hari. Penyimpanan pada suhu 50oC dilakukan pada waktu 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28 dan 30 hari.

Pendugaan umur simpan pada ketiga suhu dilakukan dengan melihat susut bobot pada sampel dengan cara sampel beserta kemasannya ditimbang sebelum dan sesudah penyimpanan. Menurut Larasati (2012), pengukuran susut bobot dilakukan secara gravimetri yaitu membandingkan selisih bobot sebelum penyimpanan dengan sesudah penyimpanan. Kehilangan bobot selama penyimpanan dapat dihitung berdasarkan rumus:

� �� � % =�−�

x 100%

Keterangan:

W : Bobot bahan awal penyimpanan dengan kemasan (g) Wa : Bobot bahan akhir penyimpanan dengan kemasan (g)

Sesudah penyimpanan, kemasan dibuka dan sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram untuk melihat persentase kadar etanol maupun air yang masih tersisa pada suhu 70oC dan 105oC. Persentase tersebut dapat dilihat menggunakan moisture analyzer atau alat pengukur kadar air dengan metode oven dengan cara dipanaskan dan diukur kandungan bahan yang menguap. Bahan menguap sebagian besar terdiri dari air dan etanol yang merupakan bahan terbesar penyusun


(19)

7

Gambar 1 Alat pengukur kadar air dan etanol

Pengujian susut bobot, kadar air dan kadar etanol pada suhu 70oC dan 105oC untuk ketiga suhu penyimpanan dilakukan dengan metode duplo kemudian diambil rata-rata dari hasil tersebut.

Analisis laju persentase susut bobot, persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC dan 105 oC dapat dilakukan dengan mengukur nilai energi aktivasi (Ea) pada suhu T (oK) menggunakan persamaan arhenius sebagai berikut:

k = k0 . e-Ea/RT atau dilogaritmakan menjadi: In k = In k0 – (Ea/RT)

Keterangan:

k = konstanta laju penurunan/peningkatan pada suhu T k0 = konstanta (tidak tergantung suhu)

Ea = energi aktivasi (J/mol)

R = konstanta gas ideal (8.314 J/K/mol) T = suhu absolut (K)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Produk

Setelah didapatkan ke enam formulasi dan kontrol, dilakukan pengujian karakteristik sampel yang dilihat dari parameter kekentalan, pH dan densitas. Pengujian karakteristk sampel tersebut dilakukan sebelum diujikan secara hedonik ke panelis untuk mengetahui sifat kimia produk terhadap kulit. Berikut hasil pengujian karakterisitik sampel dilihat dari parameter pH, viskositas dan densitas.

Tabel 2 Hasil pengujian karakteristik formulasi handsanitizer

Parameter Satuan Sampel formulasi handsanitizer

A B C D E F K

pH 5.73 5.78 5.30 5.25 5.31 5.11 5.69

Viskositas cP 5800 6233 5633 4567 6166 6533 3700


(20)

8

Produk handsanitizer yang termasuk kedalam produk personal care

diharapkan memiliki nilai pH atau derajat keasaman produk pada rentang 4.5-6.5 atau sesuai dengan nilai pH kulit manusia (Tranggono dan Latifa, 2007). Berdasarkan data nilai pH pada Tabel 2, nilai pH tiap sampel terletak pada rentang 5-6. Jika dibandingkan dengan handsanitizer merk X sebagai kontrol, nilai pH sampel tidak jauh berbeda. Hal ini menunjukan bahwa nilai pH masih dapat diterima terutama oleh kulit karena masih dalam batasan yang diharapkan. Hal yang berpengaruh pada nilai pH produk pembersih tangan adalah basa penetral yang digunakan (Widyastuti, 2013). Basa penetral yang digunakan dalam pembuatan produk handsanitizer ini adalah larutan NaOH 1 N. Penambahan basa penetral berfungsi untuk menetralkan carbomer yang direaksikan dengan air dalam suasana asam sehingga produk handsanitizer sesuai dengan pH kulit manusia yaitu pada rentang 4.5-6.5.

Penggunaan carbomer pada sampel handsanitizer mempengaruhi viskoitas yang dihasilkan dan penggunaan carbomer aman sebagai penggunaan topikal. Berdasarkan Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No 6 mengenai Pengentalan (2008), viskositas polimer asam akrilat akan meningkat bila mengalami netralisasi. Polimer asam akrilat memiliki viskositas yang lebih tinggi dalam air daripada dalam pelarut. Selain itu, viskositas juga akan mengalami peningkatan jika konsentrasi polimer asam akrilat yang digunakan meningkat.

Carbomer adalah istilah yang digunakan untuk serangkaian polimer asam akrilat yang tersusun dari monomer asam akrilat. Carbomer memiliki karakteristik berwarna putih, bubuk halus dan banyak digunakan dalam kosmetik dan produk perawatan pribadi. Kelebihan carbomer sebagai gelling agent yaitu mudah terdispersi di dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan berwarna bening. Selain itu, dalam konsentrasi yang kecil (0.5%-2%) dapat dijadikan basis gel dengan konsistensi yang cukup dapat memberikan penampilan yang baik pada masing-masing formulasi sediaan (Rowe, 2006). Pada penelitian ini, carbomer yang digunakan dalam pembuatan formulasi gel handsanitizer

sebesar 0.5%. Menurut Meilianti (2009), kisaran viskositas gel etanol yang dapat mengalir yaitu 2381 cP hingga 16893 cP. Berdasarkan pengukuran kekentalan, keenam formulasi diatas masih berada dalam rentang viskositas gel yaitu 2381 cP hingga 16893 cP.

Karaktersitik produk handsanitizer juga dilakukan pengukuran densitas. Penetapan densitas bertujuan untuk menentukan atau mengidentifikasi suatu zat, baik dalam bentuk padat maupun cair. Produk handsanitizer merupakan salah satu produk yang berbahan baku bioetanol. Bioetanol memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan air. Semakin tinggi densitas produk maka kadar bioetanolnya semakin rendah (Widyastuti, 2013).

Berdasarkan data pada Tabel 2, hasil pengujian sampel dan kontrol terletak pada rentang 0.876-0.905 g/ml. Jika dibandingkan dengan kontrol yang berupa produk handsanitizer yang telah ada di pasaran dengan nilai densitas 0.882 g/ml, sampel masih memenuhi kriteria sebagai produk pembersih tangan yang mengandung etanol. Nilai densitas ini dapat diartikan sebagai persentase kandungan etanol yang cukup sebagai bahan antiseptik.


(21)

9 Uji Hedonik Produk

1. Kejernihan

Parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh larutan. Parameter ini menandakan homogenitas bahan telah tercampur secara sempurna. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi atau gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan. Pada parameter kejernihan dilakukan pengujian hedonik terhadap keenam formulasi dan sampel kontrol. Sampel kontrol merupakan produk handsanitizer merk X dimasukkan ke dalam penilaian parameter kejernihan. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 5-6-7 yaitu agak jernih-jernih-sangat jernih.

Gambar 2 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kejernihan

handsanitizer.

Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kejernihan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kejernihan yaitu formulasi B dibandingkan formulasi D. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi B mendapatkan persentase tingkat kesukaan kejernihan tertinggi, sedangkan formulasi D mendapatkan persentase terendah sehingga formulasi B memiliki perbedaan paling signifikan dibandingkan formulasi D. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bahan pelembab gliserin yang dinilai lebih jernih oleh panelis jika dibandingkan pelembab gel aloevera.

2. Kekentalan

Parameter yang dapat dilihat secara visual yang menentukan produk mudah dikeluarkan atau tidak serta mudah tumpah atau tidak. Kekentalan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika digunakan pada kulit. Pengujian hedonik untuk parameter kekentalan agak berbeda dengan pengujian parameter kejernihan. Pada parameter kekentalan diberi kontrol yaitu produk handsanitizer merk X sebagai pembanding karena parameter kekentalan merupakan parameter yang

33,33% 36,67% 30% 43,33% 26,67% 33,33% 50% 26,67% 43,33% 46,67% 30% 16,67% 20% 26,67% 6,67% 0% 10% 6,67% 0% 0% 10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

K A B C D E F

% Ti n g kat k e su kaan Pan e li s Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7


(22)

10

memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang kental atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 5-6-7 yaitu agak kental-kental-sangat kental.

Gambar 3 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter kekentalan

handsanitizer.

Perbedaan konsentrasi pelembab berpengaruh nyata terhadap kekentalan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kekentalan yaitu formulasi B dibandingkan dengan formulasi C, D dan E. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi B mendapatkan persentase tingkat kesukaan kekentalan tertinggi dibandingkan formulasi C, D dan E. Hal ini juga sesuai dengan uji viskositas menggunakan viskometer brookfield bahwa formulasi B mendapatkan nilai viskositas agak tinggi yaitu sebesar 6233 cP. Menurut Widyastuti (2013), panelis lebih menyukai formulasi handsanitizer yang agak kental agar produk tidak mudah tumpah saat produk digunakan atau dituang ke tangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kekentalan suatu larutan adalah kehadiran zat lain. adanya bahan tambahan seperti suspensi meningkatkan viskositas cairan (Bird, 1993). Adanya bahan tambahan yaitu bahan pelembab gliserin yang ditambahkan pada formulasi B memiliki tingkat kekentalan yang disukai oleh panelis.

3. Kelengketan

Parameter kelengketan dilakukan dengan menyentuhkan sampel ke tangan kemudian dinilai kesan lengket yang dirasakan. Pengujian parameter kelengketan diberikan penilaian terhadap ke enam formulasi sampel dengan sampel kontrol sebagai pembanding. Penggunaan kontrol yaitu produk handsanitizer merk X pada parameter kelengketan diberikan karena parameter ini memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang lebih lengket atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 1-2-3 yaitu sangat tidak lengket-tidak lengket-agak tidak lengket.

20,00% 33,33% 26,67% 20,00% 43,33% 30,00% 30,00% 36,67% 13,33% 20,00% 6,66% 26,67% 3,33% 6,67% 0,00% 0,00% 6,67% 3,33% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00% 50,00%

A B C D E F

% Ti n g kat ke su kaan p an e li s Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7


(23)

11

Gambar 4 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelengketan

handsanitizer.

Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelengketan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kelengketan yaitu formulasi D dibandingkan dengan formulasi C, E dan F. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi D mendapatkan persentase tingkat kesukaan ketidaklengketan tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi C, E dan F.

Secara umum panelis lebih menyukai sampel produk yang tidak lengket setelah penggunaan produk (Widyastuti, 2013). Berdasarkan hasil uji hedonik, formulasi D adalah formulasi yang disukai panelis karena mendapatkan persentase tertinggi yaitu sebesar 70% dengan rincian 33.33% panelis menilai formulasi D memiliki kesan tidak lengket. Hal ini disebabkan karena bahan pelembab gel

aloevera 0.5% memiliki tingkat kelengketan lebih rendah dibanding sampel dengan bahan pelembab gliserin dan kombinasi keduanya.

4. Kelembaban

Kelembaban merupakan parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan mengoleskan sampel ke tangan kemudian memberikan penilaian terhadap kesan lembab. Kesan lembab tersebut digunakan untuk mengetahui lamanya sampel kering di tangan setelah beberapa menit pemakaian sampel. Pengujian parameter kelembaban menggunakan kontrol sebagai pembanding karena parameter ini memiliki tingkat kesukaan relatif dan tidak dapat dipastikan apakah panelis menyukai formulasi yang lebih lembab atau tidak. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 1-2-3 yaitu sangat lebih lembab-lebih lembab-agak lebih lembab. 6,66% 3,33% 3,33% 10,00% 0,00% 0,00% 26,67% 16,67% 23,33% 33,33% 26,67% 30,00% 30,00% 33,33% 26,67% 26,67% 16,67% 13,33% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00%

A B C D E F

% Ti n g kat p e rsen tase p an e li s Formulasi Skala 1 Skala 2 Skala 3


(24)

12

Gambar 5 Persentase panelis (skala suka 1-3) pada parameter kelembaban

handsanitizer.

Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap kelembaban sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter kelembaban yaitu formulasi F dibandingkan dengan formulasi A, B dan C. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan kelembaban tertinggi yang disukai panelis dibandingkan formulasi A, B dan C.

Berdasarkan hasil uji hedonik, panelis menyukai sampel handsanitizer

dengan kelembaban yang tinggi agar kesan lembab pada tangan masih dapat dirasakan setelah beberapa menit pemakaian. Sampel yang terdiri dari bahan bioetanol yang termasuk kedalam golongan alkohol memiliki sifat yang mudah menguap dan cepat kering jika digunakan pada kulit. Oleh karena itu diperlukan bahan pelembab agar pemakaian handsanitizer masih memberikan kesan lembab lebih lama dan tidak cepat kering.

5. Penerimaan Secara Keseluruhan

Parameter penerimaan secara keseluruhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap produk berdasarkan penilaian dari parameter-parameter sebelumnya. Penilaian keseluruhan panelis ini akan memberikan kesimpulan sampel produk yang disukai (Widyastuti, 2013). Parameter penerimaan secara keseluruhan, semua sampel dilakukan pengujian hedonik termasuk sampel keenam formulasi dan sampel kontrol. Sampel kontrol dimasukkan kedalam penilaian parameter penerimaan secara keseluruhan karena dapat dipastikan bahwa panelis menyukai sampel yang ditandai dengan pemberian nilai yang tinggi. Tingkat kesukaan panelis dinilai dari skala 5-6-7 yaitu agak suka-suka-sangat suka terhadap formulasi.

0,00% 3,33% 6,66% 6,66% 0,00% 10,00% 23,33% 20,00% 20,00% 26,67% 33,33% 26,67% 20,00% 30,00% 26,67% 26,67% 30,00% 43,33% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00% 50,00%

A B C D E F

% Ti n g kat ke su kaan p an e li s Formulasi Skala 1 Skala 2 Skala 3


(25)

13

Gambar 6 Persentase panelis (skala suka 5-7) pada parameter penerimaan secara keseluruhan handsanitizer

Perbedaan pelembab berpengaruh nyata terhadap penerimaan secara keseluruhan sampel (P<0.05). Hasil tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 4, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan pada parameter penerimaan secara keseluruhan yaitu formulasi D dibandingkan dengan formulasi F. Hasil tersebut disebabkan karena dari perhitungan Bayes bahwa formulasi F mendapatkan peringkat tertinggi untuk formulasi handsanitizer yang disukai panelis sedangkan formulasi D mendapatkan peringkat terendah sehingga kedua formulasi tersebut berbeda signifikan.

Penentuan Produk Terbaik

Penentuan produk terbaik didapatkan dari metode pembobotan Bayes yang dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil menunjukkan bahwa formulasi F dengan kombinasi pelembab gliserin 0.1% dan gel aloevera 0.5%. Formulasi tersebut mendapat nilai tertinggi dari perhitungan Bayes yaitu sebesar 6.23 dengan parameter kejernihan, kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan mendapatkan peringkat tertinggi. Ketiga parameter tersebut mendapat persentase berturut-turut sebesar 87%, 80% dan 83%. Namun disisi lain, berdasarkan hasil metode pembobotan bayes formulasi F mendapatkan persentase tingkat kesukaan untuk parameter kelengketan terendah yaitu sebesar 43.33%. Hal ini disebabkan jika kombinasi pelembab digabungkan akan meghasilkan kelengketan yang tinggi.

Formulasi F yang menjadi formulasi terbaik selanjutnya digunakan untuk mengukur kelembaban kulit dengan alat skin moisture analyzer. Pengukuran dilakukan terhadap 5 panelis dengan menempelkan alat tersebut pada telapak tangan sebelah kanan untuk mengetahui persentase kelembabannya. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah pemakaian sampel. Standar baku mutu sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 261 yaitu kelembaban ideal berkisar antara

40-26,67% 36,67% 46,67% 36,67% 20,00% 26,67% 50,00% 23,33% 30,00% 30,00% 26,67% 20,00% 30,00% 26,67% 0,00% 10,00%

3,33% 6,67% 3,33% 6,66% 6,66%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

K A B C D E F

% Ti n g kat p e rsen tase p an e li s Formulasi Skala 5 Skala 6 Skala 7


(26)

14

60%. Persentase kelembaban sebelum dan sesudah pemakaian sampel dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 Persentase kelembaban produk handsanitizer

No Panelis Pemakaian Sebelum Sesudah 1 1 27.8% 46,.9% 2 2 37.7% 52.4% 3 3 25.7% 46.0% 4 4 29.4% 48.7% 5 5 31.2% 50.6%

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa kelembaban telapak tangan meningkat setelah pemakaian sampel handsanitizer. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel handsanitizer membuat kulit lebih lembab sesudah pemakaian. Hasil yang didapatkan sesudah pemakaian sampel masih dalam kisaran kelembaban ideal kulit yaitu 40-60%. Sampel handsanitizer yang digunakan merupakan sampel yang memiliki tingkat kelembaban tertinggi.

Keistimewaan lidah buaya ini terletak pada gelnya yang dapat membuat kulit tidak cepat kering dan selalu lembab. Keadaan tersebut disebabkan sifat gel lidah buaya yang mampu meresap ke dalam kulit, sehingga dapat menahan kehilangan cairan yang terlampau banyak dari dalam kulit (Suryowidodo, 1988). Kandungan lignin di dalam gel lidah buaya mampu melindungi dan menjaga kelembaban kulit. Lignin merupakan senyawa polifenol yang banyak ditemukan pada tumbuhan dan memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil. Gugus hidroksil tersebut dapat mengikat air dan memungkinkan penyerapan air pada kulit (Fengel D dan Wagener G, 1995).

Selain itu, gliserin memilik sifat higroskopis yang dapat melembabkan kulit dan melindunginya dari kekeringan. Gliserin merupakan pelembab yang baik karena dapat berfungsi sebagai penarik, penahan, penyimpan dan penyuplai sumber air pada celah lapisan permukaan kulit. Kemampuan mengikat air oleh gliserin disebabkan oleh adanya tiga gugus hidroksil yang dimilikinya, sehingga gliserin mampu mengikat air lebih besar dibandingkan jenis gula lain. Penambahan konsentrasi gliserin yang semakin besar menyebakan air yang diikat semakin banyak, karena gliserin memiliki kemampuan mengikat/menahan air (Barnett, 1972).

Hal tersebut menyebabkan gliserin dan gel aloevera memiliki kemampuan sebagai bahan pelembab dan menjadi kombinasi pelembab terbaik yang disukai panelis. Namun kombinasi bahan pelembab tersebut menyebabkan lengket di tangan. Hal tersebut disebabkan karena gliserin akan berinteraksi dengan lignin menyebabkan senyawa yang lebih besar dan gugus hidroksil pada kedua kandungan pelembab tersebut bertemu sehingga menyebabkan kelengketan yang kurang disukai oleh panelis.


(27)

15 Pengujian Efektivitas Produk

Pengujian efektivitas produk menggunakan uji swab. Bakteri yang didapatkan dari hasil usapan pada setengah telapak tangan dan sela-sela jari pada tangan kanan. Jumlah bakteri didapatkan dengan membagi total koloni yang tumbuh pada media Plate Count Agar dengan luas permukaan tangan (cm²). Luas permukaan telapak tangan adalah 180 cm² dan luas permukaan sela-sela jari adalah 41 cm² (Supeni 2009). Luas permukaan tangan yang diambil adalah setengah dari jumlah luas telapak tangan dan sela-sela jari, maka luas permukaan tangan yang diambil adalah 110.5 cm². Hasil dibandingkan dengan jumlah normal bakteri pada tangan yaitu sebesar 847 CFU/cm² pada telapak tangan dan 223 CFU/cm² pada jari-jari tangan (Fierer 2008), sehingga total bakteri normal rata-rata adalah 1070 CFU/cm². Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Widyastuti (2013), hanya setengah dari luas permukaan yang diambil usapan, sehingga hasil normal rata-ratanya adalah 535 CFU/cm².

Tabel 4 Hasil perhitungan jumlah bakteri pada tangan

Kondisi responden Ulangan jumlah bakteri (CFU/cm²)

rata-rata (CFU/cm²)

10⁻¹ 10⁻²

Cuci tangan + pakai air biasa 1 53.85 25.33 39.59 2 46.60 19.45 33.02 Cuci tangan + pakai handsanitizer merk X 1 38.46 14.48 26.47 2 34.39 12.67 23.53 Cuci tangan + pakai handsanitizer 1 19.45 9.95 14.70 2 19.00 8.14 13.57 Kondisi responden sebelum dilakukan pengujian diharuskan mencuci tangan terlebih dahulu sehingga mikroba di tangan sebagian besar telah menurun, hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girou et al. (2002) membuktikan bahwa cuci tangan dapat menurunkan jumlah kuman di tangan hingga 58%. Berdasarkan uji statistik parametrik pada Lampiran 8 didapatkan nilai (P<0.05), maka disimpulkan tolak Ho dan terima H1. Hal tersebut dapat diartikan perbedaan

kondisi responden mempengaruhi cemaran mikroba pada tangan.

Berdasarkan hasil kondisi tangan responden mempengaruhi jumlah cemaran mikroba pada tangan, selanjutnya dilakukan uji lanjut one way anova untuk mengetahui perbedaan paling signifikan diantara ketiga kondisi tangan responden. Berdasarkan hasil uji lanjut one way anova pada Lampiran 9, menunjukkan adanya perbedaan paling signifikan rata-rata kondisi tangan responden yaitu kondisi responden dengan cuci air biasa dan cuci tangan menggunakan formulasi

handsanitizer, sedangkan untuk cuci tangan menggunakan handsanitizer X tidak memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan cuci air biasa dan cuci menggunakan formulasi handsanitizer.


(28)

16

Pendugaan Umur Simpan Produk Handsanitizer

Umur simpan suatu produk adalah rentang waktu antara produk mulai dikemas atau diproduksi sampai digunakan dengan mutu yang masih memenuhi syarat untuk dikonsumsi (Robertson, 2010). Pendugaan umur simpan pada produk

handsanitizer menggunakan formulasi F yang menjadi formulasi terbaik dari hasil uji hedonik. Sampel tersebut dilakukan pengamatan terhadap perubahan pada suhu 25oC, 35oC dan 50oC dengan parameter susut bobot, persentase kadar air dan etanol pada suhu 70 oC dan 105oC.

Perubahan susut bobot diamati selama penyimpanan dengan tujuan untuk mengetahui besar bobot produk yang hilang ketika penyimpanan dengan suhu normal dan suhu tinggi. Selain penyusutan bobot, penyusutan kadar air dan etanol juga menjadi parameter pengujian umur simpan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang menguap pada suhu 70 oC dan 105oC.

Produk handsanitizer yang memiliki komposisi bahan sebagian besar tersusun dari air dan etanol memiliki karakteristik mudah menguap. Etanol akan mudah menguap pada suhu 70oC, sedangkan air akan menguap pada suhu 100-105oC. Namun pada produk handsanitizer, karena air dan etanol telah bercampur dan sulit untuk dibedakan, maka pada suhu 70oC tidak murni etanol yang menguap dan pada suhu 105 oC tidak murni air yang menguap.

Oleh karena itu pengujian diukur kadar air dan etanol pada suhu 70 oC dan 105oC untuk mengetahui persentase penurunan kadar air dan etanol yang menguap. Pengukuran kadar air dan etanol menggunakan alat moisture analyzer. Alat tersebut memiliki prinsip kerja sama dengan oven, namun memiliki kelebihan dibandingkan dengan oven yaitu lebih akurat, terkalibrasi dan pengukuran dapat dilakukan dengan cepat.

Pendugaan umur simpan produk menggunakan persamaan arhenius untuk mengetahui apakah produk masih layak diterima oleh konsumen. Persamaan arhenius menunjukkan laju reaksi terhadap suhu penyimpanan. Keadaan suhu penyimpanan sebaiknya tetap dari waktu ke waktu (Syarief dan Halid, 1993). Penentuan persamaan arhenius bertujuan untuk mengetahui berapa lama produk dapat disimpan dalam penyimpanan suhu yang diinginkan.

Penyimpanan produk handsanitizer pada ketiga suhu tersebut mneggunakan kemasan alumnium foil 20 ml. Foil adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0.15 mm. Foil mempunyai sifat hermetis, fleksibel dan tidak tembus cahaya. Ketebalan dari aluminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap. Sifat alufo yang tipis dapat diperbaiki dengan memberi lapisan plastik atau kertas menjadi foil-plastik, foil-kertas atau kertas-foil-plastik (Syarief et al., 1989).

Aluminium foil didefinisikan sebagai aluminium murni (derajat kemurnian tidak kurang dari 99.4%) yang dapat diperoleh dalam bentuk campuran yang berbeda-beda. Kemasan aluminium foil digunakan sebagai bahan pengemas primer produk handsanitizer karena barrier aluminium foil yang baik dengan dua lapis yakni plastik dan aluminium tipis. Kemasan primer tersebut akan melindungi produk dengan baik dan tahan lama (Puspasafitri, 2014).


(29)

17 Persentase Susut Bobot

Pada perhitungan susut bobot, jika persentase susut bobot diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus meningkat. Data rata-rata penyusutan bobot sampel pada suhu 25oC, 35oC dan 50oC dapat dilihat pada Lampiran 11. Grafik peningkatan susut bobot dapat dilihat pada Lampiran 12. Berdasarkan grafik peningkatan susut bobot, garis linier antara suhu 35oC dan 50oC terlihat berimpit sehingga tidak dapat dilihat perbedaan jelas diantara kedua suhu tersebut.

Hasil koefisien determinasi (R2) untuk peningkatan susut bobot sebesar 0.858. Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar nilai X dapat menjelaskan nilai Y atau seberapa nilai X dapat mempengaruhi nilai Y. Pada grafik hubungan In K dan 1/T yang diperoleh dari persamaan arhenius dapat dilihat pada Lampiran 12 juga menunjukkan hasil grafik yang kurang baik dan nilai In K berada diluar garis linier. Oleh karena itu data peningkatan susut bobot tidak dijadikan sebagai acuan pendugaan umur simpan.

Persentase Kadar Air dan Etanol pada Suhu 105oC

Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 105oC, jika persentase kadar air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus menurun. Hasil persentase kadar air dan etanol pada suhu 105oC menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dari parameter susut bobot. Grafik penurunan kadar air dan etanol tersebut dapat dilihat pada Lampiran 13.

Pada grafik suhu 25oC dan 35oC berimpit dan tidak dapat dilihat perbedaan diantara kedua penurunan suhu tersebut. Hal ini juga didukung dari grafik persamaan arhenius dari grafik hubungan In K dengan 1/T yang didapatkan hasil koefisien determinasi (R2) rendah yaitu sebesar 0.636. Berdasarkan grafik persamaan arhenius pada Lampiran 13 terlihat bahwa koefisien determinasi (R2) yang didapatkan sebesar 0.636. Koefisien determinasi menunjukkan bahwa keragaman dari nilai In kurang baik dijelaskan oleh model regresi linier tersebut sehingga parameter kadar air dan etanol pada suhu 105oC tidak dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan.

Persentase Kadar Air dan Etanol Pada Suhu 70oC

Pada persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC, jika persentase kadar air dan etanol diplotkan kedalam sumbu Y dan lama penyimpanan (hari) diplotkan kedalam sumbu X, maka akan diperoleh titik-titik pengamatan yang cenderung membentuk garis lurus menurun. Persentase tersebut dilakukan dengan interval waktu yang berbeda selama 32 hari ditunjukkan pada Gambar 7 dibawah ini:


(30)

18

Gambar 7 Grafik persentase rata-rata kadar air dan etanol pada 70oC selama penyimpanan

Berdasarkan grafik diatas, pola persentase kadar air dan etanol pada ketiga suhu penyimpanan dapat dikatakan sama, yakni menurun selama penyimpanan dan mengikuti garis linier. Pola grafik diatas dapat dikatakan baik karena ketiga grafik tidak berhimpit dan terlihat jelas perbedaan pola penurunan ketiga grafik tersebut. Oleh karena itu, parameter kadar air dan etanol pada 70oC dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan pendugaan umur simpan.

Pendugaan umur simpan menggunakan persamaan arhenius dengan melihat laju persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC dapat dilakukan dengan mengukur nilai energi aktivasi (Ea) pada suhu T (oK). Tabel 5 memuat data-data yang digunakan untuk menentukan laju persentase kadar air dan etanol. Nilai k didapat dari kemiringan garis persamaan regresi. Grafik persamaan arhenius yang menjelaskan hubungan In K dengan 1/T (K) dapat dilihat pada Gambar 8.

Tabel 5 Nilai-nilai laju penurunan persentase kadar air dan etanol pada suhu 70oC

Suhu Persamaan Regresi In K 1/T (OK)

Persamaan Arhenius Ea (J/mol)

k0

25 oC Y = 97.20-0.0933X -2.372 0.0033 In k = 15.65-5460 (1/T); R2 = 0.999

45394.44 6261936. 24 35 oC Y = 96.60-0.166X -1.796 0.0032

50oC Y = 96.80-0.278X -1.280 0.0031

Gambar 8 Grafik hubungan In K dengan 1/T (K) 86,00% 88,00% 90,00% 92,00% 94,00% 96,00% 98,00% 100,00%

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

% K adar ai r d an et ano l

Lama Penyimpanan (hari) Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50

y = -5460x + 15.65 R² = 0.999

-2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0

0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335

In

K


(31)

19 Koefisien determinasi (R2) pada grafik menunjukkan nilai kestabilan produk yaitu semakin tinggi nilai R2 maka semakin tinggi tingkat kestabilan produk (Connors, 1992). Pada penyimpanan ketiga suhu tersebut menunjukkan kestabilan tertinggi apabila dilakukan pendugaan umur simpan menggunakan parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC. Koefisien determinasi pada parameter tersebut sebesar 0.999. Jika dibandingkan dengan koefisien determinasi parameter susut bobot sebesar 0.858, parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC dengan penyimpanan ketiga suhu masih dinilai lebih stabil untuk dijadikan parameter pendugaan umur simpan karena nilai koefisien determinasi yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan koefisien determinasi susut bobot.

Berdasarkan hasil nilai-nilai seperti tertera dalam Tabel 5, maka model atau persamaan untuk laju persentase penurunan kadar air dan etanol pada suhu 70oC yang disimpan pada suhu 25oC adalah:

k = k0 . e-Ea/RT

k = 6261936.24.e-5460/(1/T)

Apabila sudah didapatkan model seperti tersebut diatas, maka dapat diduga laju kadar air dan etanol apabila disimpan pada suhu 25oC, yaitu:

k = 6261936.24 . e-5460/(1/273+25) k = 6261936.24. e-18,02

k = 0.093%

Hasil diatas dapat diartikan dalam satu hari terjadi penurunan laju kadar air dan etanol pada suhu 70oC sebesar 0.093%. Apabila toleransi penerimaan konsumen terhadap laju penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%, maka pendugaan umur simpan produk handsanitizer dapat disimpan pada suhu ruang selama 215 hari (7.16 bulan). Pada saat penurunan kadar air dan etanol pada 70oC ditoleransi sebesar 20% maka jika dibandingkan dengan penurunan susut bobot produk handsanitizer dalam kemasan aluminium foil didapatkan hasil kurang dari 1.5%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa produk handsanitizer dalam kemasan aluminium foil masih dapat ditoleransi.

Toleransi konsumen diasumsikan sebesar 20% karena pada suhu 50oC yang merupakan suhu kritis produk dapat rusak dengan waktu penyimpanan selama 30 hari, namun ternyata produk tidak rusak. Hal ini dapat dilihat pada hari ke 30 penyimpanan suhu 50oC, kadar air dan etanol tersisa sebesar 88.44%. Oleh karena itu, diasumsikan penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%, sehingga kadar air dan etanol pada produk tersisa 80% dan diluar persentase tersebut produk sudah dianggap rusak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Formulasi bahan pelembab terbaik yang disukai panelis yaitu formulasi F dengan penambahan pelembab gliserin 0.1% dan gel aloevera 0.5%. Formulasi tersebut mendapat peringkat tertinggi dilihat dari parameter kejernihan,


(32)

20

kelembaban dan penerimaan secara keseluruhan. Namun, kombinasi bahan pelembab tersebut menyebabkan lengket di tangan. Hasil pengujian cemaran mikroba menggunakan uji swab menunjukan adanya penurunan jumlah mikroba setelah menggunakan produk. Berdasarkan hasil parameter kadar air dan etanol pada suhu 70oC, pendugaan umur simpan produk handsanitizer dapat disimpan pada suhu ruang selama 215 hari (7.16 bulan) dengan penerimaan konsumen terhadap laju penurunan kadar air dan etanol sebesar 20%.

Saran

Perlu dilakukan penelitian terhadap gliserin dan gel aloevera sebagai bahan pelembab dengan kombinasi konsentrasi berbeda. Penyimpanan selama 7.16 bulan tersebut belum terjadi kerusakan fisik. Hal tersebut hanya dilihat dari parameter kadar air dan etanol serta parameter susut bobot. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian selama waktu penyimpanan produk tersebut untuk memastikan apakah terjadi perubahan kerusakan seperti warna, bau, pH, viskositas dan perlu dilakukan perbaikan kemasan.

DAFTAR PUSTAKA

Barnett, G. 1972. Emollient Cream and Lotions.In :Cosmetic, Science and Technology. 2nd ed. Vol. I. Canada : Wiley Interscience

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta: PT. Gramedia

Connors, K.A. 1992. Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi Kedua, Semarang: IKIP Semarang Press; 1992. Hal 268.

Fengel D dan Wegener G. 1995. Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

“Edisi ke-1. Harjono Sastroamidjoyo. Penerjemah: Soenardi Prawirohatmojo. Penyunting: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Wood: Chemistry, Ultrastructure, reactions.

Fierer N et al. (2009). Bacterial variation in human body habitats across space and time. Science 326: 1694-1697. doi:10.1126/science.1177486.

Girou E et al. 2002. Efficiency of Handrubbing with an Alcohol Based Solution versus Standard Handwashing with Antiseptic Soap: randomised clinical trial. BMJ 325 : 362-5

Larasati, Dyah Ayu. 2012. Aplikasi Gel Lidah Buaya Sebagai Pelapis Buah Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw). [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor

Lubrizol Pharmaceutical Bulletin No. 6 (2008). Thickening Properties. Edisi 29 Oktober 2008. [terhubung berkala] www.pharma.lubrizol.com. Diakses pada 20 Maret 2014

Meilianti Sondang. 2009. Formulasi Gel Bioetanol dengan Pengental Polimer Asam Akrilat.[Skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(33)

21 Radji, M. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta

Reynolds, T. & A.C. Dweck. 1999. Aloe vera leaf gel;: a review update. J. Ethnopharmacal. 68:3-37

Rhamadanti. 2004. Analisis Perilaku Konsumen Produk Pembersih Tangan Tanpa Air (Handsanitizer) (Studi Kasus Kota Bogor). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor

Robertson GL. 2010. Food Packaging Principle and Shelf Life: A Practical Gu Boca Raton, Florida: CRC Press.

Rowe R.C et, al. 206. Handbook of Pharmaceutical Exipients, pharmaceutical Press. American Pharmaecutical Association. 5th EDITION. 346.466.624.

Puspasafitri, DU. 2014. Kajian Strategi Pengembangan Bisinis “Produk Gel Handsanitizer” [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Santoso, Singgih. 2002. Statistik Multiviarat. PT. Elex Media Komoutindo

Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press

Soraya N. 2007. Kajian Aplikasi Virgin Coconut Oil dan Dietanolamida pada Formulasi Sabun Transparan. [tesis]. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, IPB. Bogor

Supeni Meila, Inayati Habib. 2009. Hubungan antara perilaku cuci tangan perawat dengan pertumbuhan bakteri aerob penyebab infeksi nosokomial. Publikasi UMY Vol 8 no 9. Fakultas Kedokteran Universitas MuhammadyahYogyakarta.

Suryowidodo, C.W, 1988. Lidah Buaya (Aloe vera Linn) Sebagai Bahan Baku Industri. Journal Agro-Based Industry: Vol 5 No 2, PP: 66-71

Syarief, R dan Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Penerbit Arcan, Bandung

Syarief, R.,S. Santausa, dan B. Isyana. 1989. Buku dan Monograf Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor

Tranggono RI, Latifah F. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetika.

PT. Gramedia :Jakarta.

Widyastuti, Arnis. 2013. Aplikasi Minyak Atsiri Pada Pembuatan Produk Pembersih Tangan (Handsanitizer). [skripsi]. Bogor. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(34)

22

Lampiran 1 Diagram alir proses pembuatan produk pembersih tangan

Diagram alir pembuatan gel bioetanol (modifikasi dari: Meilianti,2009) NaOH 1 N 7.5

ml

Formulasi bahan pelembab dilarutkan dalam Bioetanol 95%

sebanyak 675 ml

Polimer asam akrilat sebanyak 0.5% dilarutkan

dalam 450 ml aquades

Campuran keduanya diaduk dengan stirer

(v=±1200 rpm, t= 30 menit, T=25-29°C)

Campuran sebelumnya diaduk dengan

homomixer

(v=2000 rpm, t=1 jam, T= 25-30°C) Gel yang terbentuk diaduk

secara manual hingga merata

Gel bioetanol pembersih tangan Minyak jeruk nipis

0.1% dan minyak green tea 0.015%

Gel polimer asam akrilat


(35)

23 Lampiran 2 Formulir uji organoleptik produk pembersih tangan

Tanggal : 4 Maret 2014

Nama/NRP :

Umur :

Jenis Kelamin :

Sampel : Pembersih tangan (handsanitizer)

Mohon baca petunjuk penilaian kriteria dibawah ini dengan sebaik-baiknya Bagian I. Kejernihan

- Kejernihan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh larutan. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi atau gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan.

- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini:

Atribut Penilaian Kode Sampel

194 325 279 175 593 243 154 Kejernihan

Keterangan penilaian : 1 = sangat tidak jernih 2 = tidak jernih

3 = agak tidak jernih 4 = biasa

5 = agak jernih 6 = jernih 7 = sangat jernih Bagian II. Kekentalan

- Kekentalan merupakan parameter yang dapat dilihat secara visual berdasarkan tekstur sampel. Kekentalan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika digunakan pada kulit.

- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini: (dibandingkan dengan sampel kontrol)

Atribut Penilaian Kode Sampel

154 243 593 175 279 325 Kekentalan

Keterangan penilaian : 1 = sangat lebih encer 2 = lebih encer

3 = agak lebih encer 4 = biasa


(36)

24

6 = lebih kental

7 = sangat lebih kental Bagian III. Kelengketan

- Kelengketan merupakan parameter yang didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk mengatasi gaya tarik-menarik antara permukaan sampel dengan permukaan lain yang bersentuhan dengan sampel tersebut. Dalam hal ini, pengukuran kelengketan dilakukan dengan menyentuhkan sampel ke tangan kemudian dinilai kesan lengket yang dirasakan.

- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini : (dibandingkan dengan sampel kontrol)

Atribut Penilaian Kode Sampel

154 243 593 175 279 325 Kelengketan

Keterangan penilaian : 1 = sangat tidak lengket 2 = tidak lengket

3 = agak tidak lengket 4 = biasa

5 = agak lengket 6 = lengket 7 = sangat lengket

Bagian IV. Kelembaban

- Kelembaban merupakan parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan mengoleskan sampel ke tangan kemudian memberikan penilaian terhadap kesan lembab. Kesan lembab tersebut digunakan untuk mengetahui lamanya sampel kering di tangan setelah beberapa menit pemakaian sampel.

- Disediakan ketujuh jenis sampel dengan kode berbeda. Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini : (dibandingkan dengan sampel kontrol)

Atribut Penilaian Kode Sampel

154 243 593 175 279 325 Kelembaban

Keterangan penilaian : 1 = sangat lebih kering 2 = lebih kering

3 = agak lebih kering 4 = biasa

5 = agak lebih lembab 6 = lebih lembab


(37)

25 Bagian V. Penerimaan Keseluruhan

- Disediakan ketujuh sampel dengan kode yang berbeda -Panelis dapat memberikan penilaian pada kotak dibawah ini:

Atribut Penilaian Kode Sampel

194 325 279 175 593 243 154 Penerimaan

keseluruhan

Keterangan penilaian : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka

3 = agak tidak suka 4 = biasa

5 = agak suka 6 = suka 7 = sangat suka

Kritik/Saran (wajib diisi) :

(Terkait dengan sampel yang paling disukai berserta alasan)


(38)

26

Lampiran 3 Hasil uji Friedman produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0

Hipotesa :

H0 : Perbedaan formulasi pelembab tidak memberikan perbedaan antar sampel H1 : Perbedaan formulasi pelembab memberikan perbedaan antar sampel Kejernihan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

K 30 4,7667 1,00335 3,00 7,00

A 30 5,1000 1,00630 2,00 6,00

B 30 4,7000 1,14921 2,00 7,00

C 30 5,0333 1,15520 2,00 7,00

D 30 4,3000 1,29055 2,00 6,00

E 30 4,6667 1,21296 2,00 6,00

F 30 5,2667 1,24291 3,00 7,00

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 28,218

df 6

Asymp. Sig. ,000 a. Friedman Test

Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kejernihan.

Kekentalan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

X1 30 4,6000 1,30252 2,00 7,00

X2 30 5,1667 1,17688 2,00 7,00

X3 30 4,0667 1,63335 1,00 6,00

X4 30 3,9333 1,18613 2,00 6,00

X5 30 4,5000 1,47819 2,00 7,00

X6 30 4,6333 1,45586 2,00 7,00


(39)

27

N 30

Chi-Square 22,483

df 5

Asymp. Sig. ,000 a. Friedman Test

Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kekentalan.

Kelengketan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

X1 30 3,3333 1,54659 1,00 7,00

X2 30 3,5333 1,67332 1,00 6,00

X3 30 3,7000 1,85199 1,00 7,00

X4 30 3,0333 1,15917 1,00 6,00

X5 30 4,0667 1,67607 2,00 7,00

X6 30 3,9000 1,56873 2,00 7,00

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 11,808

df 5

Asymp. Sig. ,038 a. Friedman Test

Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kelengketan.

Kelembaban

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

A 30 3,80 1,400 2 6

B 30 3,77 1,633 1 7

C 30 3,50 1,456 1 6

D 30 3,40 1,545 1 7

E 30 3,23 1,165 2 6


(40)

28

Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater kelembaban.

Penerimaan Secara Keseluruhan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

K 30

X1 30 5,0000 1,14470 3,00 7,00

X2 30 5,0000 1,01710 3,00 7,00

X3 30 4,9667 1,47352 2,00 7,00

X4 30 4,1000 1,32222 2,00 6,00

X5 30 4,6667 1,51620 2,00 6,00

X6 30 5,2667 1,01483 3,00 7,00

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 9,516

df 6

Asymp. Sig. ,024 a. Friedman Test

Berdasarkan data uji stastistik α=0.05 didapatkan hasil P(Asymp. Sig)<0,05, maka disimpulkan untuk terima H1 dengan perbedaan fomulasi pelembab berpengaruh beda untuk tiap sampel pada paramater penerimaan secara keseluruhan.

Test Statisticsa

N 30

Chi-Square 17,144

df 5

Asymp. Sig. ,004 a. Friedman Test


(41)

29

Lampiran 4 Hasil uji lanjut one way anova produk pembersih tangan dengan SPSS Statistic 21.0

1. KEJERNIHAN

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 K - A -,333 1,626 ,297 -,940 ,274 -1,123 29 ,271

Pair 2 K - B -,600 1,714 ,313 -1,240 ,040 -1,917 29 ,065

Pair 3 K - C -,267 1,721 ,314 -,909 ,376 -,849 29 ,403

Pair 4 K - D ,633 1,608 ,294 ,033 1,234 2,158 29 ,039

Pair 5 K - E ,300 1,932 ,353 -,422 1,022 ,850 29 ,402

Pair 6 K - F -,500 1,996 ,364 -1,245 ,245 -1,372 29 ,181

Pair 7 A - B -,267 1,617 ,295 -,871 ,337 -,903 29 ,374

Pair 8 A - C ,067 1,461 ,267 -,479 ,612 ,250 29 ,804

Pair 9 A - D ,967 1,066 ,195 ,569 1,365 4,966 29 ,000

Pair 10 A - E ,633 1,586 ,290 ,041 1,226 2,187 29 ,037

Pair 11 A - F -,167 1,464 ,267 -,713 ,380 -,623 29 ,538

Pair 12 B - C ,333 1,241 ,227 -,130 ,797 1,471 29 ,152

Pair 13 B - D 1,233 1,501 ,274 ,673 1,794 4,499 29 ,000

Pair 14 B - E ,900 1,918 ,350 ,184 1,616 2,570 29 ,016

Pair 15 B - F ,100 1,348 ,246 -,403 ,603 ,406 29 ,687

Pair 16 C - D ,900 1,423 ,260 ,369 1,431 3,465 29 ,002


(42)

30

Pair 18 C - F -,233 1,305 ,238 -,721 ,254 -,980 29 ,335

Pair 19 D - E -,333 1,155 ,211 -,765 ,098 -1,581 29 ,125 Pair 20 D - F -1,133 1,306 ,238 -1,621 -,646 -4,753 29 ,000

Pair 21 E - F -,800 1,349 ,246 -1,304 -,296 -3,247 29 ,003

2. KEKENTALAN

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 A - B -,567 1,251 ,228 -1,034 -,100 -2,482 29 ,019

Pair 2 A - C ,533 1,332 ,243 ,036 1,031 2,193 29 ,036

Pair 3 A - D ,667 1,539 ,281 ,092 1,241 2,373 29 ,024

Pair 4 A - E ,100 1,788 ,326 -,568 ,768 ,306 29 ,762

Pair 5 A - F -,033 1,956 ,357 -,764 ,697 -,093 29 ,926

Pair 6 B - C 1,100 1,094 ,200 ,692 1,508 5,508 29 ,000

Pair 7 B - D 1,23 1,278 ,233 ,756 1,711 5,286 29 ,000

Pair 8 B - E ,667 1,348 ,246 ,163 1,170 2,710 29 ,011

Pair 9 B - F ,533 1,432 ,261 -,001 1,068 2,040 29 ,051

Pair 10 C - D ,133 1,358 ,248 -,374 ,640 ,538 29 ,595

Pair 11 C - E -,433 1,775 ,324 -1,096 ,229 -1,337 29 ,192

Pair 12 C - F -,567 1,591 ,290 -1,161 ,027 -1,951 29 ,061


(43)

31

Pair 14 D - F -,700 1,442 ,263 -1,238 -,162 -2,659 29 ,013

Pair 15 E - F -,133 1,196 ,218 -,580 ,313 -,611 29 ,546

3. KELENGKETAN

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 A - B -,200 1,584 ,289 -,792 ,392 -,691 29 ,495

Pair 2 A - C -,367 1,829 ,334 -1,049 ,316 -1,098 29 ,281

Pair 3 A - D ,300 2,054 ,375 -,467 1,067 ,800 29 ,430

Pair 4 A - E -,733 1,982 ,362 -1,473 ,007 -2,027 29 ,052

Pair 5 A - F -,567 2,176 ,397 -1,379 ,246 -1,426 29 ,165

Pair 6 B - C -,167 1,724 ,315 -,810 ,477 -,530 29 ,600

Pair 7 B - D ,500 1,676 ,306 -,126 1,126 1,634 29 ,113

Pair 8 B - E -,533 1,907 ,348 -1,245 ,179 -1,532 29 ,136

Pair 9 B - F -,367 1,938 ,354 -1,090 ,357 -1,036 29 ,309

Pair 10 C - D ,667 1,768 ,323 ,006 1,327 2,065 29 ,048

Pair 11 C - E -,367 1,810 ,330 -1,042 ,309 -1,110 29 ,276

Pair 12 C - F -,200 2,156 ,394 -1,005 ,605 -,508 29 ,615

Pair 13 D - E -1,033 2,059 ,376 -1,802 -,264 -2,749 29 ,010

Pair 14 D - F -,867 1,943 ,355 -1,592 -,141 -2,443 29 ,021


(44)

32

4. KELEMBABAN

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 A - B ,033 1,829 ,334 -,649 ,716 ,100 29 ,921

Pair 2 A - C ,300 2,054 ,375 -,467 1,067 ,800 29 ,430

Pair 3 A - D ,400 1,793 ,327 -,269 1,069 1,222 29 ,232

Pair 4 A - E ,567 1,569 ,286 -,019 1,152 1,979 29 ,057

Pair 5 A - F 1,033 1,377 ,251 ,519 1,547 4,111 29 ,000

Pair 6 B - C ,267 1,484 ,271 -,287 ,821 ,984 29 ,333

Pair 7 B - D ,367 1,866 ,341 -,330 1,063 1,076 29 ,291

Pair 8 B - E ,533 2,113 ,386 -,256 1,322 1,383 29 ,177

Pair 9 B - F 1,000 1,781 ,325 ,335 1,665 3,075 29 ,005

Pair 10 C - D ,100 1,668 ,305 -,523 ,723 ,328 29 ,745

Pair 11 C - E ,267 2,050 ,374 -,499 1,032 ,713 29 ,482

Pair 12 C - F ,733 1,964 ,359 ,000 1,467 2,045 29 ,050

Pair 13 D - E ,167 1,621 ,296 -,438 ,772 ,563 29 ,578

Pair 14 D - F ,633 1,866 ,341 -,063 1,330 1,859 29 ,073

Pair 15 E - F ,467 1,306 ,238 -,021 ,954 1,957 29 ,060

5. PENERIMAAN SECARA KESELURUHAN


(45)

33

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 K - A -,667 1,493 ,273 -1,224 -,109 -2,445 29 ,021

Pair 2 K - B -,500 1,548 ,283 -1,078 ,078 -1,769 29 ,087

Pair 3 K - C -,367 1,810 ,330 -1,042 ,309 -1,110 29 ,276

Pair 4 K - D ,300 2,020 ,369 -,454 1,054 ,814 29 ,423

Pair 5 K - E -,200 2,024 ,370 -,956 ,556 -,541 29 ,592

Pair 6 K - F -,667 1,422 ,260 -1,198 -,136 -2,567 29 ,016

Pair 7 A - B ,167 1,416 ,259 -,362 ,696 ,645 29 ,524

Pair 8 A - C ,300 1,841 ,336 -,387 ,987 ,892 29 ,379

Pair 9 A - D ,967 1,974 ,360 ,230 1,704 2,683 29 ,012

Pair 10 A - E ,467 1,697 ,310 -,167 1,100 1,507 29 ,143

Pair 11 A - F ,000 1,619 ,296 -,604 ,604 ,000 29 1,000

Pair 12 B - C ,133 1,814 ,331 -,544 ,811 ,403 29 ,690

Pair 13 B - D ,800 1,710 ,312 ,161 1,439 2,562 29 ,016

Pair 14 B - E ,300 1,512 ,276 -,265 ,865 1,087 29 ,286

Pair 15 B - F -,167 1,704 ,311 -,803 ,469 -,536 29 ,596

Pair 16 C - D ,667 1,295 ,237 ,183 1,150 2,819 29 ,009

Pair 17 C - E ,167 2,135 ,390 -,630 ,964 ,428 29 ,672

Pair 18 C - F -,300 1,725 ,315 -,944 ,344 -,953 29 ,349

Pair 19 D - E -,500 1,889 ,345 -1,205 ,205 -1,450 29 ,158

Pair 20 D - F -,967 1,712 ,313 -1,606 -,328 -3,093 29 ,004


(46)

34

Lampiran 5 Nilai kepentingan uji hedonik

No Parameter Analisis

Dasar Pertimbangan Analisis Nilai

Kepentingan 1 Kejernihan Parameter yang dapat dilihat secara visual

berdasarkan cahaya yang diteruskan oleh larutan. Parameter ini menandakan homogenitas bahan telah tercampur secara sempurna. Adanya partikel yang tersuspensi, emulsi atau gelembung udara dapat mempengaruhi kejernihan.

5

2 Kekentalan Parameter yang dapat dilihat secara visual yang menentukan produk mudah dikeluarkan atau tidak serta mudah tumpah atau tidak. Kekentalan mempengaruhi daya sebar dan daya lekat gel ketika digunakan pada kulit.

5

3 Kelengketan Parameter yang didasarkan pada gaya yang diperlukan untuk mengatasi gaya tarik-menarik antara permukaan sampel dengan permukaan lain yang bersentuhan dengan sampel tersebut. Dalam hal ini, kesukaan pada kesan lengket yang ditimbulkan setelah pemakaian produk merupakan parameter yang diharapkan tidak ada setelah pemakaian produk.

6

4 Kelembaban Parameter yang dapat dilihat secara langsung dengan mengoleskan sampel ke tangan. Dalam hal ini, kesukaan terhadap kesan lembab yang ditimbulkan setelah pemakaian produk masih bertahan lama di tangan.

7

5 Penerimaan keseluruhan

Bagian yang menilai keseluruhan parameter dengan menilai seluruh parameter secara general serta untuk mengetahui konsumen menerima atau tidak produk jika dilihat secara umum


(1)

Lampiran 10 Dokumentasi Produk

Produk terbaik hasil uji hedonik

Hasil pengemasan produk dengan kemasan aluminium foil untuk


(2)

Lampiran 11 Hasil pengujian susut bobot , kadar air dan Etanol pada suhu 70oC dan 105oC

1. Hasil pengujian susut bobot Hari

ke

Suhu 25oC (%)

Rata-rata(%)

Suhu 35oC (%)

Rata-rata (%)

Suhu 50oC (%)

Rata-rata(%)

1 2 1 2 1 2

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 - - - 0.06 0.05 0.055

4 - - - 0.09 0.09 0.09 0.15 0.13 0.14

6 0.12 0.15 0.135 - - - 0.12 0.13 0.125

8 - - - 0.13 0.20 0.165 0.14 0.15 0.145

10 - - - 0.15 0.20 0.175

12 0.18 0,21 0.195 0.24 0.26 0.25 0.17 0.18 0.175

14 - - - 0.23 0.21 0.22

16 - - - 0.26 0.24 0.25 0.25 0.26 0.255

18 0.31 0.27 0.265 - - - 0.28 0.31 0.295

20 - - - 0.28 0.29 0.285 0.26 0.28 0.27

22 - - - 0.28 0.30 0.29

24 0.24 0.29 0.3 0.32 0.35 0.335 0.33 0.34 0.335

26 - - - 0.34 0.36 0.35

28 - - - 0.41 0.35 .,38 0.38 0.40 0.39

30 0.29 0.28 0.285 - - - 0.42 0.41 0.415

32 - - - 0.42 0.40 0.41 - -

2. Hasil pengujian kadar air dan etanol pada suhu 70oC Hari

ke

Suhu 25oC (%)

Rata-rata (%)

Suhu 35oC (%)

Rata-rata (%)

Suhu 50oC (%)

Rata-rata (%)

1 2 1 2 1 2

0 100 100 100 100 100 100 100 100 100

2 - - - 98.28 97.52 97.95

4 - - - 97.89 96.10 96.99 96.53 96.74 96.63

6 96.79 97.80 97.29 - - - 94.24 95.68 94.96

8 - - - 95.30 95.08 95.19 93.87 95.43 94.65

10 - - - 92.52 92.30 92.41

12 95.60 95.45 95.52 94.60 93.02 93.31 90.28 91.23 90.75

14 - - - 91.56 90.62 90.09

16 - - - 94.18 91.56 92.87 92.52 92.80 92.52

18 95.14 95.20 95.17 - - - 91.20 91.35 91.27

20 - - - 94.88 93.21 94.04 90.56 91.87 91.21

22 - - - 90.17 89.45 89.81

24 94.23 94.85 94.54 93.62 92.43 93.02 89.43 90.67 90.05

26 - - - 90.33 90.83 90.58

28 - - - 92.45 92.58 92.51 90.38 89.36 89.87

30 95.34 94.62 94.98 - - - 88.20 88.69 88.44


(3)

3. Hasil pengujian kadar air dan atanol pada suhu 105oC Hari

ke

Suhu 25oC (%) Rata-rata (%)

Suhu 35oC (%) Rata-rata (%)

Suhu 50oC (%)

Rata-rata (%)

1 2 1 2 1 2

0 100 100 100 100 100 100 100 100 100

2 - - - 85.80 84.56 85.18

4 - - - 86.15 85.70 85.92 84.59 84.21 84.40

6 85.15 85.56 85.35 - - - 82.75 83.46 83.11

8 - - - 84.72 83.90 84.31 80.32 81.77 81.04

10 - - - 81.18 80.19 80.68

12 83.07 83.85 83.46 85.36 84.55 84.95 80.11 80.24 80.17

14 - - - 79.62 79.38 79.50

16 - - - 83.21 82.79 83.00 80.87 80.09 80.48

18 84.80 84.21 84.50 - - - 81.30 81.60 81.45

20 - - - 83.65 82.90 83.27 80.45 81.24 80.84

22 - - - 80.53 80.27 80.40

24 81.87 82.50 82.18 .82.42 81.78 82.10 79.54 79.82 79.68

26 - - - 78.55 79.89 79.22

28 - - - 81.37 81.45 81.41 80.38 78.34 79.36

30 81.66 81.80 81.73 - - - 80.32 79.21 79.76


(4)

Lampiran 12 Grafik dan persamaan regresi susut bobot

Suhu 25oC Suhu 35oC Suhu 50oC Persamaan Linier Y = 0,114 +

0.00675X

Y = 0.0775 + 0.0107X

Y = 0.0562 + 0.0116X Koefisien Korelasi

(r)

0.92 0.98 0.99

Koefisien

Determinasi (R2)

0.85 0.96 0.97

Suhu Persamaan Regresi In K 1/T (OK)

Persamaan Arhenius

Ea (J/mol)

k0

25 oC Y = 0.114 + 0.00675X -4.99 0.0033 In k = 3.983-2700 (1/T); r = 0.858

22447. 8

53.6 78 35 oC Y = 0.0775 + 0.0107X -4.53 0.0032

50oC Y = 0.0562 + 0.0116X -4.45 0.0031

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

% S u su t B o b o t

Lama Penyimpanan (Hari)

Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50

y = -2700x + 3.983 R² = 0.858 -5,1 -5 -4,9 -4,8 -4,7 -4,6 -4,5 -4,4 -4,3

0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335

In

K

Grafik hubungan In K dengan 1/T


(5)

Lampiran 13 Grafik dan persamaan regresi kadar air dan etanol suhu 105oC

Suhu 25oC Suhu 35oC Suhu 50oC Persamaan Linier Y = 86-0.142X Y = 86.20-0.165X Y = 83.60-0.162X Koefisien Korelasi

(r)

-0.88 -0.96 -0.63

Koefisien

Determinasi (R2)

0.78 0.92 0.80

Suhu Persamaan Regresi In K 1/T (OK)

Persamaan Arhenius

Ea (J/mol)

k0

25 oC Y = 86 – 0.142X -1.95 0.0033 In k = 0.223-650 (1/T); r = 0.636

5404.1 1.25 35 oC Y = 86.20 – 0.165X -1.80 0.0032

50oC Y = 83.60 – 0.162X -1.82 0.0031

78,00% 80,00% 82,00% 84,00% 86,00% 88,00%

2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32

(%

K

ad

ar

air

d

an

e

tan

o

l)

Lama Penyimpanan (hari)

Suhu 25 Suhu 35 Suhu 50

y = -650x + 0.223 R² = 0.636 -2

-1,95 -1,9 -1,85 -1,8 -1,75

0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325 0,0033 0,00335

In

K

Grafik hubungan In K dengan 1/T


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung pada tanggal 10 Oktober 1992 dari ayah Hi. Raden Mansus, SE dan Hj.Mirza Triutami, SE. Anak pertama dari tiga bersaudara dengan adik Kharisma Putri dan Crisnina Handayani. Penulis menempuh studi di TK Pertiwi 1997 – 1998, SD Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung 1998 – 2004, SMP Negeri 2 Bandar Lampung 2004 – 2007, SMA Negeri 3 Bandar Lampung 2007 – 2010. Ketika di SMA ini juga aktif dalam organisasi Rohis (Rohani Islam) dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010.

Penulis aktif dalam kegiatan IAAS LC IPB sebagai Staff Departemen Science and Technology dan Forces IPB sebagai Staff Departemen Riset dan Edukasi tahun 2010-2011. Penulis juga mengikuti himpunan profesi di Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (Himalogin) sebagai Bendahara Departemen Human Resource and Development pada tahun 2011 – 2012 dan sebagai staff departemen Human Resource and Development pada tahun 2012 – 2013. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Peralatan Industri Pertanian pada tahun 2013 dan asisten mata kuliah Teknologi Minyak Atsiri, Rempah dan Fitofarmaka pada tahun 2014.

Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada bulan Juli - Agustus 2013 dengan program reguler pada Bagian Quality Control di PT. Great Giant Pineapple, Lampung. Judul yang dikerjakan dalam praktik lapang tersebut adalah “Pengawasan Mutu (Quality Control) pada Proses Pengolahan Nanas Kaleng di PT. Great Giant Pineapple – Lampung”.