Pengaruh Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan Terhadap Pengetahuan, Sikap Apip Tentang Fraud, Dan Citra Pusdiklatwas Bpkp

PENGARUH MAJALAH ILMIAH KAMPUS PENGAWASAN
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP APIP TENTANG
FRAUD, DAN CITRA PUSDIKLATWAS BPKP

DIAN SETYAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Majalah Ilmiah
Kampus Pengawasan terhadap Pengetahuan, Sikap APIP tentang Fraud dan Citra
Pusdiklatwas BPKP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor,

November 2016
Dian Setyawati
NIM I352140061

RINGKASAN
DIAN SETYAWATI. Pengaruh Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan terhadap
Pengetahuan, Sikap APIP tentang Fraud, dan Citra Pusdiklatwas BPKP.
Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan MUSA HUBEIS.
Dalam upaya peningkatan transparansi dan akuntabilitas sebagai bagian dari
sembilan Program Percepatan Reformasi Birokrasi, penguatan peran Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menjadi penting untuk dikedepankan.
Berdasarkan pendekatan Internal Auditor Capability Model (IACM), kondisi saat
ini menunjukkan 85.23 persen APIP masih berada di Level 1. Hal ini berarti
APIP belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan
dan belum mampu mencegah korupsi. Salah satu penyebabnya adalah kompetensi
dan profesionalisme APIP yang belum memadai khususnya mengenai pencegahan
dan pendeteksian fraud (kecurangan).

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan salah satu unit
kerja BPKP yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyelenggaraan,
pembinaan, dan koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang
pengawasan. Humas Pusdiklatwas BPKP menerbitkan majalah ilmiah triwulanan
Kampus Pengawasan (KP) pada tahun 2015 dengan tujuan menjadi jembatan
komunikasi dan pengembangan profesi pada diklat auditor Pusdiklatwas BPKP
dan seluruh kalangan APIP se-Indonesia. Selain itu juga sebagai sarana publikasi
kinerja yang telah dicapai untuk memelihara citra positif organisasi.
Tujuan penelitian ini: (1) menguji pengaruh penggunaan media majalah KP
terhadap pengetahuan dan sikap APIP tentang fraud, (2) menguji pengaruh
penggunaan media majalah KP terhadap citra organisasi, (3) menganalisis
pengaruh karakteristik APIP, kebutuhan informasi, penilaian efektivitas majalah
dan selektivitas terhadap efek majalah berupa peningkatan pengetahuan dan sikap
APIP tentang fraud dan citra organisasi berupa citra lembaga dan pengajar.
Penelitian dilakukan dengan metode quasi eksperimen jenis Rancangan
Kelompok-Kontrol (Pre-test dan post-test) Nonekuivalen dengan responden 80
orang terbagi dalam kelompok Dengan Pemberian Majalah sebanyak dua kelas
dan kelompok Tanpa Pemberian Majalah sebanyak dua kelas. Uji t berpasangan
(paired sample t test) dengan membandingkan hasil pre-test (sebelum mendapat

perlakuan) dan post-test (setelah mendapat perlakuan) melalui majalah untuk
menganalisa pengaruh perbedaan terhadap efek majalah dan citra organisasi yang
ditimbulkan dari perlakuan. Selanjutnya, untuk mengetahui pengaruh karakteristik
APIP, kebutuhan informasi, penilaian efektivitas majalah dan selektivitas dengan
efek majalah dan citra organisasi menggunakan analisis regresi.
Hasil penelitian ini: (1) Pengetahuan awal APIP tentang fraud masih rendah
sedangkan sikap awal tentang tanggung jawab pencegahan dan pendeteksian fraud
sudah baik, perlakuan majalah KP terbukti mampu memberikan efek berupa
peningkatan pengetahuan dan sikap APIP tentang fraud dibanding kelompok
kontrol. Peningkatan pengetahuan masih kecil, disebabkan daya tarik yang perlu
ditingkatkan dan selektivitas yang tinggi sedangkan sikap APIP walaupun
meningkat namun masih mengalami dilema karena sistem yang ada belum
sepenuhnya mendukung baik independensi, SDM, anggaran maupun sarana

prasarana; (2) Perlakuan majalah KP tidak terbukti mampu meningkatkan citra
organisasi baik berupa peningkatan profesionalitas lembaga dan pengajar
dibanding kelompok kontrol karena kurangnya konten kehumasan, walaupun
demikian citra organisasi awal maupun akhir mayoritas pada kategori tinggi; (3)
Peubah karakteristik APIP, penilaian efektivitas majalah dan selektivitas
kelompok perlakuan terbukti berpengaruh terhadap efek majalah, sedangkan citra

organisasi hanya dipengaruhi karakteristik APIP.
Kesimpulan penelitian adalah majalah KP sangat diperlukan dalam
meningkatkan kompetensi APIP dan citra organisasi namun ke depan perlu
perubahan penggunaan bahasa ilmiah baku menjadi bahasa ilmiah populer,
peningkatan mutu desain majalah untuk meningkatkan daya tarik, peningkatan
kajian mengenai kebijakan dan peraturan pemerintah yang merupakan kebutuhan
informasi tertinggi serta aksesbilitas majalah. Selain itu, konten kehumasan juga
perlu ditingkatkan untuk memelihara dan meningkatkan citra positif organisasi.

Kata kunci: APIP, citra, fraud, majalah ilmiah, pengetahuan, sikap

SUMMARY
DIAN SETYAWATI. The Effect Of Scientific Magazine’s KAMPUS PENGAWASAN
to APIP’s Knowledge, Attitude about Fraud and Image of PUSDIKLATWAS BPKP.
Supervised by AMIRUDDIN SALEH and MUSA HUBEIS.

In an effort to increase transparency and accountability as part of the nine
Program to Accelerate Reforms, strengthening the role of Government Internal
Supervisory Apparatus ( APIP ) becomes essential to put forward. Based approach
to the Internal Auditor Capability Model ( IACM ), the current conditions showed

an overall 85.23 percent APIP still at Level 1. This means APIP can not provide
assurance on the governance process according to the rules and have not been able
to prevent corruption. One reason is the inadequate competence and
professionalism of APIP, especially regarding the prevention and detection of
fraud.
Education and Training Center Supervision (Pusdiklatwas) of Financial and
Development Supervisory Agency (BPKP) is BPKP unit which has the
fundamental duty to implement the organization, supervision, and coordination of
education and training activities in the field of supervision. Public Relations of
Pusdiklatwas BPKP publishes the quarterly scientific magazine Kampus
Pengawasan (KP) in 2015 with the aim of being a bridge of communication and
the development of the profession in auditor training of Pusdiklatwas BPKP and
the rest of the APIP in Indonesia. Other than that, it serves as a means of
publicizing the performance achieved to maintain a positive image of the
organization.
The purposes of this study are: (1) to examine the effect of KP Magazine
media use on the knowledge and attitudes APIP about fraud, (2) to test the effect
of KP Magazine media use on the image of the organization, (3) to analyze the
effect of the characteristics of the reader, the information needs, assess the
effectiveness of magazine and selectivity to increase knowledge and attitudes

APIP about fraud and the organization's image.
The study was conducted by the quasi-experimental type method of
Nonequivalent (Pre-test and post-test) Control-Group Design by respondents as
many as 80 people divided into two treatment classes and two control classes,
Paired t-test (paired sample t test) by comparing the pre-test (before getting
treatment) and post-test (after receiving treatment) through the magazine to
analyze the effect of the difference in the increase of knowledge, attitude and
image of the organization arising from the treatment. Whereas Regression analysis
was done to determine the effect of the characteristics of APIP, the information
needs, assessing the effectiveness of magazines and selectivity with increased
knowledge, attitude and image of the organization.
The results of this study were as follows: 1) initial knowledge APIP about
fraud is still low while the initial attitude of responsibility prevention and
detection of fraud is good, KP magazine treatment proved capable of providing
effects including increased knowledge and attitudes APIP about fraud than the
control group. Increased knowledge is still small, because of the appeal that needs
improvement and high selectivity while APIP attitude although increased but still
facing dillema due the current system not completely able to support in terms of

independence, human resources, budget and infrastructure; (2) Treatment KP

magazine was not shown to improve the organization’s image in the form of an
increase on the professionalism of the instituton and the teacher than the control
group because of the lack of content of public relations, yet the image of the
organization beginning or end of majority of the high category; 3) The parameters
characteristic of APIP, assessing of effectiveness of magazines and selectivity of
the treatment groups shown to influence the effects of the magazine, while the
image of organizations only influenced by characteristic of APIP.
In conclusion, this research shows that KP magazine is indispensable in
improving the competence of APIP and image of the organization but in the future
it needs to change the use of scientific language standard to the language of
popular science, improving the quality of the design of the magazine to increase
the attractiveness, improvement of studies on government policy and regulations
that constitute the information needs of the highest and increase accessibility of
magazines. In addition, public relations content also needs to be improved to
maintain and enhance the positive image of the organization.

Keywords: attitudes, effect, fraud, image, knowledge, scientific magazine

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH MAJALAH ILMIAH KAMPUS PENGAWASAN
TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP APIP TENTANG
FRAUD, DAN CITRA PUSDIKLATWAS BPKP

DIAN SETYAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Heri Budianto, MSi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2016 ini ialah
pengaruh media, dengan judul Pengaruh Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan
terhadap Pengetahuan, Sikap APIP tentang Fraud, dan Citra Pusdiklatwas BPKP.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Amiruddin Saleh, MS
dan Bapak Prof Dr Ir Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku pembimbing. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Pusat Pembinaan,
Pendidikan dan Pelatihan Perencana (Pusbindiklatren) Kementerian
PPN/Bappenas Ir Yahya Rachmana Hidayat, MSc., Ph.D beserta staf dan Kepala
Biro Kepegawaian dan Organisasi BPKP Dra Ratna Tianti Ernawati, MPsi beserta
staf yang telah memberikan beasiswa Scholarship Program for Strengthening

Reforming Institutions (SPIRIT) dan dukungan penuh kepada penulis selama
menjalankan studi S2 di IPB. Penghargaan juga disampaikan kepada Kepala Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Slamet Hariyadi, Ak., MSA, Kepala
Bagian Tata Usaha Widhi Sutikno, Ak dan Pemimpin Umum dan Redaksi
Majalah Kampus Pengawasan Tri Wibowo, Ak., MSi beserta seluruh staf
Pusdiklatwas BPKP yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada bapak, mamah, suami, dan seluruh keluarga, serta
teman-teman program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan
angkatan 2014 atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, November 2016
Dian Setyawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
Error! Bookmark not defined.
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA
Humas/ Public Relations
Jurnal Internal, Majalah Ilmiah dan Perancangan Majalah
Karakteristik APIP sebagai Khalayak
Kebutuhan Informasi yang Mendukung Kompetensi APIP
Penilaian Efektivitas Media Majalah
Selektivitas
Efek Media
Citra Organisasi
Teori Uses and Effect
Fraud
Hasil Penelitian yang telah Dilakukan dan State of the Art
Kerangka Berpikir
Hipotesis

5
5
7
11
12
14
16
17
18
19
19
23
24
26

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Subyek Penelitian
Pengumpulan data, Data dan Instrumentasi
Definisi Operasional
Uji Coba Rancangan Media
Prosedur Penelitian
Uji Validitas dan Reliabilitas
Analisis data

26
26
27
27
28
29
31
32
33
33

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pandangan Umum
Karakteristik APIP
Perbandingan karakteristik APIP
Kebutuhan Informasi yang Mendukung Kompetensi APIP
Penilaian Efektivitas Majalah
Selektivitas
Pengetahuan APIP tentang fraud
Sikap APIP tentang fraud

34
34
39
41
42
43
44
45
47

Citra Profesionalitas Lembaga
50
Citra Profesionalitas Pengajar
52
Pengaruh Karakteristik APIP, Kebutuhan Informasi, Penilaian Efektivitas
Majalah dan Selektivitas terhadap Efek Majalah dan Citra Organisasi
54
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

59
59
60

DAFTAR PUSTAKA

60

LAMPIRAN

65

RIWAYAT HIDUP

82

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Matriks hubungan antara tujuan, sumber data dan teknik pengumpulan
data
Jumlah SDM Pusdiklatwas BPKP berstatus PNS berdasarkan jenis
jabatan dan tingkat pendidikan di Bogor tahun 2015
Jumlah SDM Pusdiklatwas BPKP berstatus THL berdasarkan jenis
jabatan di Bogor tahun 2015
Jumlah dan kapasitas fasilitas sarana prasarana utama Pusdiklatwas
BPKP di Bogor tahun 2015
Susunan pengelola Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan di Bogor
tahun 2016
Judul artikel dan nama penulis Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan di
Bogor edisi 4 tahun 2016
Edisi dan judul (headline) Majalah Ilmiah Kampus Pengawasan di
Bogor tahun 2015
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan karakteristik di Bogor tahun
2016
Nilai mean rank dan nilai koefisien Z pada perbandingan karakteristik
APIP kelompok Dengan Pemberian Majalah (DPM) dan kelompok
Tanpa Pemberian Majalah (TPM) di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP kelompok Dengan Pemberian Majalah
berdasarkan kebutuhan informasi di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP kelompok Dengan Pemberian Majalah
berdasarkan penilaian efektivitas majalah di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP kelompok Dengan Pemberian Majalah
berdasarkan selektivitas di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan pengetahuan awal tentang
fraud di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan pengetahuan akhir tentang
fraud di Bogor tahun 2016
Total skor dan rataan peningkatan/penurunan pengetahuan APIP
tentang fraud di Bogor tahun 2016
Hasil uji t berpasangan peningkatan pengetahuan APIP tentang fraud
pada kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan sikap awal tentang fraud di
Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan sikap akhir tentang fraud di
Bogor tahun 2016
Total skor dan rataan peningkatan/penurunan sikap APIP tentang fraud
di Bogor tahun 2016
Hasil uji t berpasangan peningkatan sikap APIP tentang fraud pada
kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan citra profesionalitas lembaga
awal di Bogor tahun 2016
Jumlah dan persentase APIP berdasarkan citra profesionalitas lembaga
akhir di Bogor tahun 2016

28
36
36
37
37
38
38
40

41
42
44
45
45
46
46
47
48
48
49
49
50
51

23 Total skor dan rataan peningkatan citra profesionalitas lembaga di
Bogor tahun 2016
24 Hasil uji t berpasangan peningkatan citra profesionalitas lembaga pada
kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor tahun 2016
25 Jumlah dan persentase APIP berdasarkan citra profesionalitas pengajar
awal di Bogor tahun 2016
26 Jumlah dan persentase APIP berdasarkan citra profesionalitas pengajar
akhir di Bogor tahun 2016
27 Total skor dan rataan peningkatan/penurunan citra profesionalitas
pengajar di Bogor tahun 2016
28 Hasil uji t berpasangan peningkatan citra profesionalitas pengajar pada
kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor tahun 2016
29 Nilai koefisien regresi karakteristik APIP terhadap efek majalah dan
citra organisasi pada kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor
tahun 2016
30 Nilai koefisien regresi kebutuhan informasi APIP terhadap efek
majalah dan citra organisasi pada kelompok Dengan Pemberian
Majalah di Bogor tahun 2016
31 Nilai koefisien regresi penilaian efektivitas majalah APIP terhadap
efek majalah dan citra organisasi pada kelompok Dengan Pemberian
Majalah di Bogor tahun 2016
32 Nilai koefisien regresi selektivitas APIP terhadap efek majalah dan
citra organisasi pada kelompok Dengan Pemberian Majalah di Bogor
tahun 2016

51
51
52
52
53
53

55

56

57

58

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Kerangka pemikiran penelitian
Rancangan kelompok-kontrol (pre-test dan post-test) nonekuivalen
Struktur organisasi Pusdiklatwas BPKP

25
26
35

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Uji validitas dan reliabilitas
Uji komparatif Mann-Whitney karakteristik APIP
Uji t berpasangan
Uji regresi
Foto-foto penelitian

66
72
73
74
80

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Reformasi birokrasi yang bertujuan menciptakan birokrasi pemerintah yang
profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih
dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), mampu melayani publik, netral,
sejahtera, berdedikasi dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik
aparatur negara merupakan upaya perubahan yang memerlukan waktu panjang
dan kesungguhan seluruh pihak. Dalam upaya peningkatan transparansi dan
akuntabilitas sebagai bagian dari sembilan Program Percepatan Reformasi
Birokrasi, penguatan peran Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menjadi
penting untuk dikedepankan.
Sesuai PP No 60 Tahun 2008, APIP yang terdiri dari Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal pada
kementerian/lembaga, Inspektorat Provinsi, Kabupaten dan Kota mempunyai
peran antara lain: memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi
instansi pemerintah; memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas
manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
serta memberikan masukan yang dapat memelihara dan meningkatkan kualitas
tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Berdasarkan pendekatan Internal Auditor Capability Model (IACM), kondisi
saat ini menunjukkan secara keseluruhan 85.23 persen atau 404 unit kerja APIP
masih berada di Level 1. Hal ini berarti APIP belum dapat memberikan jaminan
atas proses tata kelola sesuai peraturan dan belum mampu mencegah korupsi;
14.56 persen atau 68 unit kerja APIP mencapai Level 2, dimana APIP mampu
memberikan keyakinan yang memadai, proses sesuai dengan peraturan serta
mampu mendeteksi terjadinya korupsi. Hanya 0.21 persen atau satu unit kerja
APIP yang telah mencapai Level 3 dimana APIP telah mampu menilai efisiensi,
efektivitas ekonomis suatu kegiatan dan mampu memberikan konsultasi pada
tatakelola, manajemen risiko dan pengendalian intern. Hingga kini belum terdapat
unit kerja APIP yang mampu mencapai Level 4 dimana APIP telah mampu
memberikan jaminan secara keseluruhan atas tata kelola, manajemen risiko dan
pengendalian intern serta Level 5 dimana APIP mampu menjadi agen perubahan.
(Simanjuntak 2015).
Beberapa penyebabnya antara lain dari segi jumlah Auditor saat ini baru
berjumlah 12.755 orang atau (27,39 persen) dari total kebutuhan nasional 46.560
orang sehingga terjadi kekurangan 33.805 orang. Selain itu, kompetensi dan
profesionalisme sumber daya manusia (SDM) belum memadai, seringnya mutasi
tanpa kaderisasi, sehingga menunjukkan kurangnya komitmen pimpinan dalam
memberdayakan APIP, anggaran dan sarana Teknologi Informasi (TI) belum
memadai, maupun perencanaan yang belum berdasarkan prioritas/risiko
(Simanjuntak 2015). Selain itu, isu mengenai independensi juga menguat
khususnya pada pemerintahan daerah terkait regulasi dimana secara struktur
eselonisasi berada pada Sekretaris Daerah sesuai pasal 216 UU 23/2014 padahal
berdasarkan PP 60/2008 Pasal 1 angka 6 menyatakan Inspektorat Provinsi

2
bertanggungjawab langsung kepada Gubernur (Santosa 2016). Hingga kini belum
terdapat Undang-undang yang secara khusus mengatur Audit Internal Pemerintah,
regulasinya masih tersebar pada beberapa kebijakan yang berpotensi tidak
konsisten, tidak selaras maupun tidak operasional (Santosa 2016).
Berdasarkan data dari tahun 2009 s/d. 2013, BPKP telah membantu
Kejaksaan, Kepolisian dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam
menghitung dugaan kerugian keuangan negara akibat korupsi (fraud) Rp. 10.149
triliun (Mardiasmo dalam Anugerah 2014). Indikator Indeks Persepsi Korupsi
pada tahun 2015 juga menunjukkan Indonesia masih menempati urutan ke-88
dengan nilai 36, berada di bawah Malaysia dan Thailand. Masih tingginya tingkat
kecurangan, khususnya korupsi di sektor pemerintah telah menimbulkan dampak
sangat merugikan, dimana target pembangunan menjadi tidak optimal, rendahnya
pelayanan publik hingga kesejahteraan masyarakat yang masih rendah.
APIP sebagai lembaga pengawasan internal pemerintah diharapkan mampu
mendukung sistem pengendalian internal dan dituntut mempunyai tanggungjawab
yang kuat dalam mendeteksi fraud, sehingga dapat mendeteksi fraud secara dini.
Kompetensi APIP di bidang fraud sangat penting dimiliki dan harus terusmenerus ditingkatkan. Audit internal yang berkualitas akan mampu mendeteksi
kecurangan (fraud) dan menginformasikan secara cepat kepada manajemen
(Coram et al. 2006; Kinsella 2010 dalam Gamar dan Djamhari 2015).
Erina et al. (2012) menyimpulkan kompetensi secara parsial maupun
bersama-sama peubah integritas, obyektifitas, dan kerahasiaan berpengaruh
terhadap kinerja APIP. Refdi (2013) menyatakan kompetensi secara parsial
maupun bersama-sama peubah independensi, kepatuhan pada kode etik dan
motivasi berpengaruh terhadap mutu audit. Kompetensi menjadi faktor nyata
dalam mendukung kinerja APIP. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki APIP
adalah kemampuan mendeteksi kecurangan (fraud). Fuad (2015) meneliti persepsi
auditor pada kantor BPK dan BPKP Provinsi Jawa Tengah mengenai
tanggungjawab dalam mendeteksi fraud dan menyimpulkan bahwa faktor
independensi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap tanggungjawab auditor
dalam mendeteksi kecurangan.
Salah satu unsur penting dalam mendukung profesionalisme auditor internal
selain kerangka pengetahuan, pendidikan dan pelatihan, organisasi profesi,
standar, kode etik, telaah sejawat adalah tersedianya majalah/jurnal yang berisi
perkembangan pengetahuan teknis maupun artikel bermanfaat dalam bentuk
features (Pickett 2003). Media seperti ini penting dalam membangun
profesionalisme anggota, karena melalui media tersebut anggota dapat
menyampaikan hasil riset, pemikiran, dan pengalaman yang masih berkaitan
dengan a commonbody of knowledge profesi. Dengan demikian terbangun transfer
knowledge dan berbagi informasi yang kuat antar anggota profesi, hingga setiap
anggota dapat memperoleh pengetahuan terkini di bidangnya (Wibowo 2012).
Sebagian besar Hubungan Masyarakat (Humas) pemerintah maupun swasta
saat ini banyak menggunakan media yang dikelola sendiri yang lazim disebut
jurnal internal sebagai media komunikasi dan publikasi dengan khalayaknya.
Media ini memberikan beberapa keuntungan bagi humas dibandingkan media
massa pada umumnya dimana berita yang disusun harus melewati proses seleksi
dan editing sehingga berpeluang mengalami reduksi atau bahkan tidak dimuat.

3
Penelitian mengenai efek media berkembang secara dinamis mengikuti
perubahan penggunaan media oleh khalayak. Taksiran rentang waktu efek
komunikasi massa beragam versi, menurut (Stamm & Bowes dalam Nurudin
2011), jika dirinci: Tahun 1930-1950 efek tak terbatas (unlimited effect), Tahun
1950-1970 efek terbatas (limited effect) dan Tahun 1970-1980an efek moderat
(not so limited effect). Perkembangan penelitian efek media yang dahulu
didominasi mengenai konten negatif media sekarang telah meluas meliputi konten
positif media, baik di bidang pendidikan maupun kesehatan.
Perumusan Masalah
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (Pusdiklatwas BPKP) merupakan salah satu unit kerja BPKP
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan
koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan. Visi
Pusdiklatwas BPKP “Menjadi Lembaga Diklat Terdepan dan Terpercaya di
Lingkungan Pemerintahan” berupaya menjalankan misi ketiga BPKP yakni
mengembangkan kapasitas pengawasan intern pemerintah profesional dan
kompeten. Pusdiklatwas BPKP melakukan pembelajaran yang dapat mempercepat
pemenuhan kompetensi auditor di seluruh instansi pemerintah pusat dan instansi
pemerintah daerah (Pusdiklatwas 2015).
Beberapa keberhasilan kinerja Pusdiklatwas antara lain, meraih sertifikat
ISO 9001:2008 dari TUV Nord terhadap penerapan standarisasi proses kerja
kediklatan sejak tahun 2007, memperoleh akreditasi A dari Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk program Pelatihan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah serta seringkali menjadi tempat tujuan kegiatan studi
banding penyelenggaraan diklat oleh lembaga-lembaga diklat lain (Pusdiklatwas
2015).
Humas Pusdiklatwas BPKP menerbitkan majalah ilmiah triwulanan Kampus
Pengawasan (KP) pada tahun 2015 dengan tujuan menjadi jembatan komunikasi
dan pengembangan profesi pada diklat auditor Pusdiklatwas BPKP dan seluruh
kalangan APIP se-Indonesia. Selain itu juga sebagai sarana publikasi kinerja yang
telah dicapai untuk memelihara citra positif organisasi. Sebagian besar konten
majalah berisikan artikel yang bersifat ilmiah, sedangkan sebagian lainnya
merupakan konten yang bersifat kehumasan khususnya reportase kegiatan
Pusdiklatwas. Khusus pada edisi yang digunakan dalam penelitian ini, majalah KP
mengangkat topik pencegahan fraud secara mendalam dan komprehensif. Majalah
KP dengan oplah tiga ribu eksemplar didistribusikan langsung ke seluruh peserta
diklat serta untuk memperluas jangkauan, majalah KP juga telah diunggah di
Facebook komunitas APIP.
Penggunaan media internal oleh humas pemerintah diharapkan mampu
mendukung misi organisasi terhadap khalayaknya serta memelihara citra positif
organisasi. Penelitian ini menyoroti pengaruh majalah KP terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap APIP tentang fraud, serta citra positif Pusdiklatwas BPKP
sebagai salah satu unsur penting pendukung sektor pengawasan di Indonesia.
Dari uraian tersebut, rumusan masalah penelitian diarahkan untuk menjawab
beberapa pertanyaan berikut ini:

4
1. Apakah penggunaan media majalah KP pada kelompok perlakuan
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap APIP tentang
fraud?
2. Apakah penggunaan media majalah KP pada kelompok perlakuan
berpengaruh terhadap peningkatan citra organisasi?
3. Faktor-faktor apakah yang memengaruhi peningkatan pengetahuan dan sikap
APIP tentang fraud serta citra organisasi?
Tujuan Penelitian
Berbagai faktor yang melekat pada pembaca maupun efektivitas sebuah
media akan mempengaruhi bagaimana sebuah media mampu berperan secara
optimal. Penelitian bertujuan untuk:
1. Menguji pengaruh penggunaan media majalah KP terhadap efek majalah
berupa peningkatan pengetahuan dan sikap APIP tentang fraud.
2. Menguji pengaruh penggunaan media majalah KP terhadap citra organisasi
berupa peningkatan citra profesionalitas lembaga dan pengajar.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik APIP, kebutuhan informasi, penilaian
efektivitas majalah dan selektivitas terhadap efek majalah dan citra organisasi.
Manfaat Penelitian
Penggunaan media berupa publikasi internal berbentuk majalah telah
banyak digunakan baik oleh instansi pemerintah maupun perusahaan. Penelitian
diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khazanah ilmu komunikasi
khususnya pengelolaan media internal dan efek media.
2. Penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemahaman masyarakat
terhadap urgensi informasi pengawasan khususnya tentang fraud dalam
mendukung peran APIP dalam mengawal pengelolaan keuangan negara.
3. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dan perbaikan bagi
Pusdiklatwas BPKP dalam pengembangan pengelolaan Majalah Kampus
Pengawasan.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan memberikan
perlakuan majalah KP kepada APIP peserta diklat Pembentukan Auditor Ahli
Inspektorat Kab/Kota. Kelompok perlakuan merupakan kelompok yang terbentuk
secara alami sebagai kelas diklat di Pusdiklatwas BPKP. Majalah KP yang
dipergunakan dalam penelitian merupakan edisi yang didistribusikan pada saat
penelitian.

5

TINJAUAN PUSTAKA
Humas/Public relations
Dari berbagai definisi public relations (PR)/humas, salah satunya menurut
(British) Institute of Public Relations adalah keseluruhan upaya yang dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan
memelihara niat baik (goodwill) dan saling pengertian antara suatu organisasi
dengan segenap khalayaknya, sedangkan menurut Jefkins, PR adalah semua
bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu
organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian (Jefkins dan Yadin 2014).
Selanjutnya Dr. Rex Harlow merumuskan definisi PR sebagai fungsi
manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama
antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian,
penerimaan dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam menghadapi berbagai
persoalan/permasalahan, membantu manajemen dalam mengikuti dan
memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini
dalam mengantisipasi kecenderungan dengan penggunaan penelitian serta teknik
komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama (Wilcox et al. 2003).
Penelitian Mykkänén dan Vos (2015) terhadap 26 jurnal selama tahun 20022012 menunjukkan beberapa peran PR dalam berkontribusi terhadap proses
pengambilan keputusan organisasi, yaitu partisipan, advisor, fasilitator dan
diseminator. Pembagian peran tersebut menggambarkan bagaimana pendidikan,
pengalaman, sikap, orientasi, manajemen dan pembagian tugas telah membantu
PR dihargai oleh koalisi dominan atau pimpinan organisasi, sehingga dapat
berkontribusi secara lebih berkualitas dalam proses pengambilan keputusan
organisasi terhadap lingkungan sosialnya.
Menurut Sam Black dalam Effendy (1999) disebutkan empat tujuan humas
pemerintahan yaitu:
1. To key citizen informed the council’s policy and it’s day by day activities.
Memberitahu penduduk agar tahu jelas mengenai kebijaksanaan lembaga
beserta kegiatan sehari-hari.
2. To give them decisions are by the council.
Memberi kesempatan kepada publik untuk menyatakan pandangan mengenai
proyek baru yang penting sebelum lembaga mengambil keputusan.
3. To enlighten citizen the of their right and responsibilities.
Memberikan penerangan kepada penduduk mengenai cara pelaksanaan sistem
pemerintahan dan mengenai hak-hak dan tanggung jawab mereka.
4. To promote a sense of civil pride.
Mempromosikan kebanggaan sebagai warga negara.
Hal tersebut sejalan dengan peraturan Menpan RB No 30 Tahun 2011
tentang pedoman tata kelola kehumasan di lingkungan instansi pemerintah, yang
menyatakan bahwa pembentukan pengelola kehumasan dilakukan dengan tujuan
membangun citra dan reputasi positif humas pemerintah sebagai salah satu
aparatur negara, membentuk opini publik, menampung dan mengolah pesan, serta
aspirasi masyarakat, mengklarifikasi data dan informasi yang berkembang di

6
masyarakat serta menyosialisasikan kebijakan dan program pemerintah. Lebih
lanjut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan humas pemerintah adalah
lembaga humas dan atau praktisi humas pemerintah yang melakukan fungsi
manajemen dalam bidang informasi dan komunikasi persuasif, efektif, dan efisien
untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai
sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra dan reputasi positif instansi
pemerintah (MenpanRB 2011).
Namun demikian pemerintah dinilai masih belum menempatkan strategi
pengelolaan informasi dan PR sebagai ujung tombak untuk memperlihatkan
kinerjanya, baik pada masyarakat domestik, regional atau bahkan internasional.
Hal ini disebabkan lemahnya fungsi koordinasi yang dilakukan Kementerian
Komunikasi dan Informatika yang belum mampu mendorong sinergi masingmasing Humas Kementerian/Lembaga sehingga pembentukan opini publik lemah
karena masing-masing mengusung isu yang sektoral dan terkadang saling
berlawanan. Birokrasi yang gemuk dan minimnya kewenangan serta infrastruktur
Humas Pemerintah juga mengakibatkan pemerintah cenderung lambat dalam
merespon isu-isu yang berkembang sehingga kontraproduktif dengan tujuan
pembangunan yang telah direncanakan (Wasesa & Macnamara 2010).
Menurut Dozier dan Broom dalam Ruslan 2007, peranan Humas dalam
suatu organisasi dibagi menjadi empat kategori, yaitu: penasihat ahli (expert
prescriber), fasilitator komunikasi (communication fasilitator), fasilitator proses
pemecahan masalah (problem solving process fasilitator) dan teknisi komunikasi
(communication technician).
Adapun model-model humas yang ada menurut Ngurah dalam Sukmana
(2012) meliputi:
1. Model keagenan pers atau propaganda (Press Agentry Model)
Program-program humas dengan tujuan tunggal untuk memperoleh publisitas
melalui media massa yang menguntungkan organisasi, kebenaran dari
informasi yang disampaikan menjadi tidak berarti.
2. Model Informasi Publik (Public Information Model)
Kegiatan humas bertujuan untuk penyebaran informasi kepada publik. Praktisi
sudah mempertimbangkan pentingnya kebenaran dalam informasi.
3. Model Asimetris Dua Arah (Two Way Asymetrical Model)
Praktisi sudah menggunakan hasil riset untuk mengembangkan pesan-pesan
agar lebih mudah untuk membujuk publik agar publik berpikir, bersiap dan
bertindak sesuai dengan harapan-harapan organisasi.
4. Model Simetris Dua Arah (Two Way Symetrical Model)
Humas beroperasi berdasarkan penelitian dan menggunakan komunikasi untuk
mengelola konflik dan meningkatkan pemahaman dengan publik strategis.
Model ini menekankan pentingnya sebuah perubahan perilaku organisasi
untuk merespon tuntutan publik.
Sukmana (2012) menyatakan bahwa peran humas BPKP masih lebih pada
communication fasilitator dan communication technician dikarenakan masih
minimnya pemahaman manajemen kunci terhadap peran humas serta kendala
SDM dan struktur organisasi. Luqman (2013) juga menyatakan bahwa humas
universitas negeri masih berada di posisi marjinal terbukti masih banyaknya
jenjang birokrasi yang harus dilalui dalam menjalankan tugas komunikasi.
Penelitian Lubis (2012) menunjukkan bahwa peran humas Pemprov Riau belum

7
optimal karena penyampaian informasi cenderung satu arah serta masih
mengalami kendala antara lain faktor sumber daya manusia, kemudian faktor
politis dan struktur organisasi.
Selain masalah peran dan kelembagaan, tantangan selanjutnya bagi PR
adalah bagaimana mengevaluasi dan mengukur kinerja. Tidak seperti disiplin
komunikasi pemasaran, praktisi PR masih gagal mencapai konsensus tentang
bagaimana dasar evaluasi pengukuran untuk mengarahkan penelitian mengenai
kinerja PR (Michaelson & Stacks 2011).
Sejalan dengan hal tersebut, Wasesa dan Macnamara (2010) juga
menyatakan walaupun kajian akademis dan industri di seluruh dunia menunjukkan
kesadaran PR yang semakin kuat terhadap pentingnya riset dan evaluasi, namun
masih tidak banyak praktisi yang mempraktikkannya. Terkait pengukuran
efektivitas newsletter yang sejenis dengan majalah internal semi eksternal,
beberapa evaluasi yang dapat dilakukan (Wilcox et al. 2003) seperti persepsi
pembaca, bagaimana keseimbangan proporsi konten, rubrik yang banyak diminati,
tambahan topik yang diperlukan pembaca, kredibilitas publikasi serta menggali
hal-hal yang terkait dengan tujuan organisasi.
Kondisi humas BPKP yang masih berperan sebagai communication
fasilitator dan communication technician, menjadikan humas BPKP lebih banyak
berkiprah pada hal-hal teknis khususnya pengelolaan media baik majalah maupun
website. Penelitian ini mengukur sejauhmana efektivitas majalah KP dalam
mendukung kompetensi APIP dan citra organisasi. Pengukuran yang baik akan
mencerminkan kinerja humas sekaligus sebagai masukan perbaikan di masa
mendatang.

Jurnal Internal, Majalah Ilmiah dan Perancangan Majalah
Jurnal Internal
Jurnal internal merupakan media yang diciptakan sendiri oleh
organisasi/perusahaan untuk menjangkau khalayak tertentu dalam rangka
mencapai tujuan-tujuan PR. Jurnal internal terdiri dari jurnal internal yang khusus
diperuntukkan bagi staf dan pegawai serta jurnal eksternal yang diperuntukkan
bagi pihak luar seperti pemakai jasa, konsumen, dealer, para pemegang saham
atau pencipta pendapat umum. Publikasi yang didistribusikan kepada para anggota
ataupun khalayak pendukung dari suatu organisasi seperti institusi-institusi
profesional, universitas, komunitas profesi tertentu, serikat buruh, dan yayasan
amal lazim disebut jurnal internal semi-eksternal. Salah satu bentuk jurnal internal
berupa majalah dengan format majalah dan biasanya berukuran A4 (297x110 mm).
Isinya kebanyakan adalah tulisan fitur dan ilustrasi, bisa dicetak dengan
menggunakan teknik lithografi atau photogravure (Jefkins & Yadin 2014).
Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh PR dalam membuat jurnal
internal menurut Ardianto (2009) adalah:
1. Readers (Pembaca), target pembaca akan menentukan gaya dan isi penerbitan.
2. Quantity (eksemplar/tiras/oplah), tiras akan memengaruhi cara produksi, mutu
bahan dan isi jurnal.

8
3. Frequency (waktu terbit atau edisi), dari ketersediaan fasilitas dan biaya dapat
menentukan frekuensi apakah harian, mingguan, bulanan, dwibulanan atau
triwulanan.
4. Policy (kebijakan produksi), jurnal internal bisa sekedar memberi informasi
kepada pembaca mengenai perusahaan, untuk membina hubungan baik top
manajemen dengan karyawan, untuk membantu agen/dealer dan konsumen
agar lebih paham terhadap penjualan suatu produk. Yang terpenting adalah
jurnal internal yang diterbitkan harus sejalan dengan program PR secara
menyeluruh sehingga tercapai sasaran suatu organisasi/perusahaan dalam
memelihara dan menciptakan citra positif.
5. Title (Nama jurnal internal), nama harus mencerminkan kekhasan atau
karakteristik tersendiri, mudah diingat dan komunikatif.
6. Proses percetakan, bisa menggunakan letterpress, photogravure atau weboffset. Proses percetakan ini ditentukan oleh faktor-faktor tertentu seperti
eksemplar/tiras, penggunaan warna, dan jumlah gambar atau foto.
7. Style (format/gaya/bentuk), hal yang memengaruhi gaya jurnal internal adalah
ukuran halaman, berapa banyak kolom, tipografi, ilustrasi, keseimbangan
berita, feature dan artikel.
8. Free issue or cover price, ada dua pendapat, pertama jurnal internal tidak
dijual dan pendapat lain apabila ingin dihargai jurnal internal harus dijual
dengan harga tertentu. Hal ini tergantung sejauh mana jurnal internal tersebut
mewakili kepentingan, baik top manajemen, karyawan, maupun
pelanggan/pembeli.
9. Advertisement (iklan), seperti media pers lainnya, jurnal internal mampu
menyerap iklan tergantung karakteristik pembaca dan jumlah tiras.
10. Distribution (sirkulasi), harus memperhitungkan aktualitas penerbitan, bisa
dikirim melalui kurir, via pos atau digabung dengan sirkulasi pers komersil.
Publikasi organisasi mempunyai karakteristik antara lain: memuaskan
kebutuhan organisasi untuk terus mencatat sikapnya dan mengkomunikasikan
informasi yang perlu bagi pencapaian sasaran-sasaran organisasi; publikasipublikasi ini memungkinkan organisasi mengirimkan pesan kepada publik yang
spesifik sasarannya; serta membiarkan organisasi berkomunikasi dengan katakatanya sendiri tanpa interupsi atau pengubahan (Cutlip et al. 2005).
Wood (2006) menyatakan walaupun banyak perusahaan dan organisasi yang
menerbitkan house journal, namun belum ada teori komprehensif yang tersedia
bagi perangkat penting PR tersebut. Wood dalam penelitiannya menggunakan
teori excellence PR yang dipopulerkan James Grunig dengan konsep two way
symmetrical communication sebagai dasar dalam menyusun kriteria teknis house
journal yang “excellence” di Afrika Selatan. Konsep Excellence house journal
menggabungkan konten yang bersifat internal meliputi visi dan misi organisasi,
budaya organisasi, kebijakan dan karyawan maupun konten yang bersifat
eksternal seperti politik, sosial, ekonomi, lingkungan dan hukum karena akan
berdampak kepada organisasi baik secara langsung atau tidak langsung.

9
Majalah Ilmiah
Sebagai media, majalah memiliki peranan sosial, kultural, bahkan politis
yang cukup penting di masyarakat (Mc Quail dalam Delia 2012). Majalah
merupakan penerbitan berkala yang menyajikan liputan jurnalistik dan artikel
berisi informasi dan opini yang membahas berbagai aspek kehidupan. Majalah
lazimnya berjilid, sampul depannya dapat berilustrasi foto, gambar atau lukisan,
tetapi dapat juga berisi daftar isi. Majalah secara berkala yang terbit setiap minggu,
bulan, dan sebagainya isinya bermacam-macam, berita, laporan, cerpen, membuat
bermacam-macam keterampilan, ada yang bergambar, ada yang khusus
perempuan, khusus anak-anak (Iskandar & Atmakusumah dalam Sardi 2012).
Berbeda dengan surat kabar yang fungsinya murni mengantarkan berita
kepada khalayak, majalah memiliki isi editorial dengan aktualitas yang panjang
sehingga bisa dinikmati lebih lama (Bland et al. dalam Delia 2012). Media digital
seperti internet tidak mematikan majalah, namun justru melengkapinya (Aikala
dalam Delia 2012).
Straubhaar dan LaRose dalam Delia (2012), menyatakan beberapa
keunggulan majalah dibandingkan media massa lain:
1. Majalah lebih tersegmentasi dan mengkhususkan informasi untuk segmen
tertentu. Misalnya, majalah remaja, majalah wanita, majalah aviasi dan lainlain.
2. Segmentasi majalah ini juga menjadikan majalah sebagai perangkat
komunikasi yang efektif bagi elite audience.
3. Majalah dapat menyajikan informasi penting yang tidak bisa ditampilkan di
media massa lain, seperti rincian perkembangan dunia profesional, berita
mengenai sektor bisnis yang spesifik, dan lain-lain.
Hubeis dalam Sardi (2012) membagi majalah menjadi lima kategori utama:
1. General consumer magazine (Majalah konsumen umum)
Majalah konsumen umum menyajikan informasi tentang produk dan jasa yang
diiklankan pada halaman-halaman tertentu.
2. Business publication (Majalah bisnis)
Majalah bisnis disebut juga trade publication yang melayani secara khusus
informasi bisnis, industri, atau profesi. Pembaca majalah ini terbatas pada
kelompok profesional atau pelaku bisnis.
3. Literacy review and academic journal (Kritik sastra dan majalah sains)
Terdapat ribuan majalah kritik sastra dan majalah ilmiah yang pada umumnya
memiliki sirkulasi di bawah 10 ribu. Majalah ini banyak diterbitkan oleh
organisasi-organisasi nonprofit, universitas, yayasan atau organisasi profesional.
Kebanyakan majalah ini tidak memiliki halaman iklan.
4. Newsletters (Majalah terbitan khusus)
Media ini dipublikasikan dalam bentuk khusus biasanya 4 - 8 halaman dengan
perwajahan khusus dan didistribusikan secara gratis atau dijual secara
berlangganan.
5. Public Relations Magazines (Majalah kehumasan)
Majalah PR diterbitkan dan dirancang oleh perusahaan untuk para karyawan,
agen, pelanggan, dan pemegang saham. Jenis publikasi ini berbeda dengan
iklan, namun menjadi bagian dari kegiatan promosi suatu organisasi atau
perusahaan yang mensponsori penerbitan majalah ini.

10
Majalah Kampus Pengawasan merupakan jurnal internal semi eksternal yang
berbentuk majalah ilmiah. Menurut Prawati (2003), majalah ilmiah merupakan
terbitan berkala, terbit terus-menerus dengan judul majalah yang sama, untuk
jangka waktu yang tidak dapat ditentukan dan dengan kala terbit yang tertentu
pula. Setiap nomer terbitan memuat beberapa tulisan atau artikel, bisa dengan
topik yang sama atau berbeda. Teks artikel tidak sepanjang teks buku sehingga ide
pokok penulis lebih mudah ditangkap.
Lebih lanjut Prawati (2003) menyatakan majalah ilmiah berisi temuan dan
ide baru, diterbitkan oleh organisasi atau sekelompok orang yang membentuk
perhimpunan, dan dikelola oleh suatu tim redaksi tertentu. Majalah memiliki
sistem kontrol internasional, yaitu International Standard Serial Number (ISSN).
Majalah juga merupakan media penyebaran informasi di antara ilmuwan, melalui
media ini dapat dikenal siapa mengetahui siapa, serta orang-orang yang ahli dalam
suatu bidang profesi tertentu. Artikel yang dimuat dalam majalah ilmiah biasanya
merupakan hasil dan temuan baru penelitian, isinya penuh dengan nada
keorisinilan yang tinggi sehingga hanya menjadi arena komunikasi pakar atau
ilmuwan spesialis (Rifai dalam Tambunan 2014).
Penelitian Tambunan (2014) menunjukkan majalah-majalah yang terdaftar
pada Directory of Indonesian Learned Periodicals = Direktori Majalah Ilmiah
Indonesia hingga tahun 2003 sebanyak 1.170 judul. Tiga subyek terbanyak adalah
subyek teknologi (418 judul), ilmu sosial (380 judul), dan ilmu murni (172 judul)
dibandingkan subyek lain. Berdasarkan pemetaan terbitan majalah di Indonesia
maka dari 27 provinsi, majalah terbanyak diterbitkan di Provinsi DKI Jakarta (182
judul), Jawa Barat (176 judul), dan Jawa Timur (174 judul). Dilihat dari
penerbitnya, majalah yang diterbitkan oleh lembaga pendidikan paling banyak,
yaitu 954 (81,54%) dibandingkan dengan departemen 94 (8,03%), perkumpulan
67 (5,73%), dan perusahaan 10 (0,85%).
Perancangan Majalah
Pada prinsipnya perancangan majalah sama seperti perancangan media
lainnya hanya berbeda pada materi yang digunakan serta teknis pembuatannya.
Sebagai media visual, materi utama majalah antara lain meliputi tulisan, gambar,
foto, tabel, matriks maupun ilustrasi. Kemp et al. (1975) menyatakan dalam
pendekatan desain media instruksional terdapat tiga tahap:
1. Tahap Persiapan
Dimulai dengan penentuan ide mengenai tema yang akan menjadi pesan utama
sebuah media, diikuti penentuan tujuan secara spesifik, terdapat tiga jenis
tujuan meliputi kemampuan psikomotorik, kognitif dan afektif. Selanjutnya
perancangan media menyesuaikan dengan karakteristik audiens yang menjadi
sasaran, baik umur, pendidikan, pengetahuan mengenai topik terkait, sikap
serta perbedaan masing-masing sebagai individu.
Setelah tahapan di atas, perancangan media dilanjutkan dengan mempersiapkan
content outline perancangan majalah meliputi pemilihan topik pada pada setiap
rubrik serta penentuan kontributor yang akan menulis. Penyusunan kerangka
kerja juga harus ditetapkan dengan seksama mempertimbangkan deadline
penerbitan majalah, antara lain meliputi jadwal batas akhir penyetoran tulisan,
proses layout, editing, hingga proses pencetakan.

11
2. Tahap Produksi, masing-masing kontributor menulis sesuai pembagian rubrik
dilanjutkan proses layout, editing, pembuatan dummy hingga proses pencetakan.
3. Tahap Tindak lanjut sebagai tahapan terakhir meliputi penggunaan majalah dan
evaluasi terhadap efektivitasnya sebagai perbaikan untuk edisi-edisi berikutnya.

Karakteristik APIP sebagai Khalayak
Khalayak (public) adalah kelompok orang-orang yang berkomunikasi
dengan suatu organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Menurut definisi
yang dirumuskan oleh IPR, istilah khalayak sengaja dituangkan ke dalam istilah
yang bermakna majemuk yaitu public bukan khalayak dalam arti masyarakat luas.
Dalam kalimat lain, kegiatan PR tersebut khusus diarahkan kepada khalayak
terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda-beda dan masing-masing dengan
cara yang berlainan. Dalam memilih khalayak, PR bersifat lebih diskriminatif,
unsur atau segmen tertentu sengaja dipilih dalam rangka lebih mengefektifkan
penerimaan pesan-pesan (Jefkins & Yadin 2014).
Sesuai peran Pusdiklatwas BPKP sebagai penyelenggara pendidikan dan
pelatihan bagi APIP, maka APIP merupakan khalayak yang harus menjadi sasaran
utama dalam program humas. Menurut PP No 60 Tahun 2008 mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, APIP terdiri dari BPKP, Inspektorat Jenderal di
kementerian, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten yang bertugas
melakukan pengawasan intern pemerintah dan harus memenuhi syarat kompetensi
keahlian sebagai auditor melalui sertifikasi oleh instansi yang berwenang. APIP
meliputi dua jenis jabatan fungsional yaitu Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang
sertifikasi dan pembinaannya dilakukan oleh BPKP serta Pejabat Pengawas
Urusan Pemerintahan Daerah (P2UPD) yang sertifikasi dan pembinaannya
dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Sejak tanggal 30 November 2012 APIP juga telah mempunyai wadah profesi
yang diberi nama Asosiasi Auditor Intern Pemerintah Indonesia atau disingkat
AAIPI. Sebagai kelengkapan dalam menunjang profesionalisme APIP, AAIPI
juga telah menyusun standar audit, kode etik dan pedoman telaah sejawat (AAIPI
2014).
Karakteristik APIP diduga merupakan salah satu peubah yang akan
mempengaruhi sejauhmana efek yang media yang terjadi meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, penghasilan, komitmen organisasi, komitmen profesi dan
motivasi untuk meningkatkan kompetensi. Komitmen organisasi APIP adalah
terhadap unit kerja Inspektorat sebagai struktur organisasi di pemeri

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP CITRA PERUSAHAAN PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP CITRA PERUSAHAAN.

0 2 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER PAYUDARA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Kanker Payudara Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Melakukan Sadari Di Posyandu Desa Makamhaji.

1 3 17

PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP Pengaruh Promosi Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seks Pranikah di SMA Muhammadiyah 4 Surakarta.

0 4 11

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PENYAKIT Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit Chikungunya Warga Trangsan Gatak Sukoharjo.

0 2 17

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU MEROKOK Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Perilaku Merokok Pada Siswa SMK Muhammadiyah Kartasura.

0 0 15

PEMBERDAYAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KEPUASAN PENGGUNA : Studi Kasus Diklat Auditor Pada Pusdiklatwas BPKP.

0 5 11

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan dan Sikap Dalam Melakukan Sadari Pada Ibu cover

0 0 14

Pengaruh Pengetahuan Reproduksi Dan Tingkat Pendidikan Orang Tua, Terhadap Sikap Mahasiswa Tentang Seks Pranikah COVER

0 0 16

Struktur Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Ilmiah Ilmuwan

0 0 11

PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGETAHUAN AUDIT, INDEPENDENSI DAN GENDER TERHADAP KUALITAS HASIL KERJA APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) INSPEKTORAT PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 17