Pengembangan potensi hutan mangrove untuk tujuan ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE
UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA
KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

QULDINO TAQWA SUNGKAWA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Potensi
Hutan Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Quldino Taqwa Sungkawa
NIM E14100094

ABSTRAK
QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Pengembangan Potensi Hutan
Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara, Kecamatan Teluknaga,
Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh IIN ICHWANDI.
Hutan mangrove yang memiliki fungsi utama sebagai pencegah abrasi,
perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penghasil
energi, beberapa tahun terakhir banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti
pertanian dan perikanan. Oleh karena itu perlu usaha penyelamatan hutan
mangrove yaitu salah satunya dengan pengembangan ekowisata hutan mangrove
yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan
potensi ekowisata hutan mangrove di Desa Muara melalui identifikasi persepsi,
motivasi, dan minat masyarakat di Desa Muara dan pengunjung terhadap
pengembangan ekowisata hutan mangrove. Metode yang digunakan adalah
wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa

hutan mangrove di Desa Muara memiliki potensi lokasi wisata berupa wisata
pemancingan, berperahu dan menikmati keindahan alam hutan mangrove.
Persepsi sebagian masyarakat mendukung adanya pengembangan wisata hutan
mangrove di Desa Muara karena dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat. Sementara itu, persepsi pengunjung terhadap hutan
mangrove menyatakan kekagumannya terhadap keindahan alam hutan mangrove
Desa Muara, namun fasilitas umum dianggap masih kurang baik. Minat sebagian
besar pengunjung adalah berperahu dan memancing di lokasi wisata alam hutan
mangrove di Desa Muara.
Kata kunci: ekowisata, hutan mangrove, potensi

ABSTRACT
QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Mangrove Forest Development
Determined to Ecotourism in Muara, Teluknaga, Tangerang. Supervised by IIN
ICHWANDI.
Mangrove forest which has a primary function to prevent abrasion,
protection against wind, sea water intrusion prevention, and as an energy
producer, in the last few years many have been converted to non-forest land, such
as agriculture and fisheries. Therefore it is necessary for an attempt to save
mangrove forests one of them is by developing environmental concept based

mangrove forest ecotourism. This research aims to develop the potential
ecotourism of mangrove forests in Muara Village, through identification of
perception, motivation, and interest of the people in Muara Village and visitors to
mangrove forest ecotourism development. The methods used were interviews,
observation, and literature studies. The results of the research shows that Muara
Village mangrove forests have the potential of tourist sites such as fishing,
boating and enjoying the natural beauty of the mangrove forest. Perception of

some of the community supports the tourist development of mangrove forests in
Muara Village because there motivated to improve people's welfare. Meanwhile,
the perception of visitors to the mangrove forests is expressed in their admiration
for the natural beauty of Muara Village mangrove forests, but public facilities are
considered unfavorble. Interest of most visitors is boating and fishing in the
mangrove forest of natural tourist sites in Muara Village.
Keywords: ecotourism, mangrove forest, potential

PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE
UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA
KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG


QULDINO TAQWA SUNGKAWA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala
yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini adalah hasil penelitian yang berlangsung pada bulan
Juni sampai dengan Juli 2014, dengan judul “Pengembangan Potensi Hutan

Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga
Kabupaten Tangerang”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, MSc
selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada penulis, kepada Bapak, Ibu, Teteh dan Agis, serta seluruh keluarga besar
atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya, kepada Winda A, Maya, Farikh,
Desi, Ajeng, Winda L, Advent, Fitha, Mba Qory serta teman-teman Manajemen
Hutan 47 terimakasih sudah membantu dalam pembuatan skripsi ini, dan seluruh
Masyarakat Desa Muara atas bantuan yang diberikan secara langsung maupun
tidak langsung dalam proses pengambilan data di lapangan, dan seluruh pihak
yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi
banyak pihak. Penulis pun mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan
karya ilmiah ini.

Bogor, Mei 2015
Quldino Taqwa Sungkawa

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR


x

DAFTAR TABEL

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Kerangka Pikir

1

Tujuan Penelitian


2

Manfaat Penelitian

2

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Alat dan Bahan

3

Metode Penelitian


3

Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Gambaran Umum

5

Hutan Mangrove Desa Muara

7

Kegiatan Ekowisata Desa Muara Yang Sudah Ada


9

Masyarakat Desa

13

Pengunjung Lokasi Ekowisata

15

Potensi Wisata Desa Muara Yang Dapat Dikembangkan

17

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan


20

Saran

20

DAFTAR PUSTAKA

20

LAMPIRAN

22

RIWAYAT HIDUP

25

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kerangka pikir penelitian
Peta lokasi penelitian
Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara
Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata (b)
Avicennia sp
(a) Kondisi sebelum penanaman mangrove (b) sesudah penanaman
mangrove
Lokasi Pemancingan Classic
Kuliner khas Desa Muara (a) Box kemasan bandeng presto crispy duri
lunak (b) Menu Bandeng crispy duri lunak
Lokasi parkir Desa Muara
Kegiatan berperahu di Desa Muara
Aktivitas pengunjung di lokasi pemancingan
Perahu yang sudah dimodifikasi

2
5
7
8
9
10
11
12
12
17
18

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6

Jenis dan teknik pengumpulan data
Penggunaan lahan Desa Muara
Mata pencaharian masyarakat Desa Muara
Data lokasi pemancingan di Desa Muara
Karakteristik masyarakat yang terpilih menjadi responden
Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove
Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan kelompok umur
7 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove
Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan status pekerjaan
8 Motivasi responden terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara
9 Minat usaha masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa
Muara
10 Karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden
11 Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di
Desa Muara
12 Minat pengunjung

4
6
7
10
13
14
14
15
15
16
16
17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial
di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut
(Soerianegara 1987). Hutan mangrove memiliki fungsi antara lain, pencegah
abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai
penghasil energi (Ghufran dan Kordi 2012). Namun beberapa tahun terakhir hutan
mangrove banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti pertanian dan
perikanan.
Salah satu kawasan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan non
hutan adalah kawasan hutan mangrove di Desa Muara. Desa Muara termasuk
kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang yang memiliki hutan mangrove
seluas 25 ha dan ditumbuhi tanaman bakau dan api-api. Namun, hutan mangrove
yang terdapat di desa tersebut setiap tahun semakin berkurang luasannya karena
dikonversi menjadi lahan pertanian rumput laut, sawah dan lahan tambak.
Kerusakan hutan mangrove tersebut berdampak pada masyarakat Desa Muara
yang semakin kekurangan sumber air bersih dan rumah mereka tergenang setiap
kali air laut pasang.
Rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove perlu dilakukan untuk
mengatasi permasalahan kerusakan hutan mangrove dengan melibatkan banyak
pihak, antara lain masyarakat Desa Muara, pemerintah setempat, pihak swasta dan
stakeholder lainnya. Kondisi suatu hutan sangat tergantung pada kondisi sosial
ekonomi masyarakat disekitarnya. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat sekitar
sangat menentukan kondisi suatu kawasan hutan saat ini dan dimasa depan. Pihak
swasta dapat membantu kegiatan rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove
melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Bentuk pengelolaan
hutan mangrove salah satunya adalah pengelolaan dan pengembangan ekowisata
hutan mangrove.
Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara berpotensi untuk dikelola dan
dikembangkan karena hutan mangrove di Desa Muara memiliki pemandangan
alam yang mampu menarik perhatian masyarakat dan lokasinya berada dekat
dengan Kota Jakarta. Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara dapat
dikembangkan dengan upaya pengelolaan dan rencana program sistematis agar
kawasan Hutan Mangrove Desa Muara berkembang menjadi objek wisata
unggulan di Kabupaten Tangerang yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi nilai potensi mangrove sebagai
objek wisata di Desa Muara.
Kerangka Pikir
Ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan
lingkungan. Masyarakat Ekowisata (Lash 1997) mengartikan ekowisata sebagai
perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi
lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Penelitian
pengembangan ekowisata Hutan Mangrove di Teluknaga didekati melalui
pendekatan karakteristik yaitu supply dan demand ekowisata. Karakteristik supply

2
terdiri dari potensi sumber daya hutan mangrove dan masyarakat desa, sedangkan
karakteristik demand diukur melalui jumlah pengunjung. Secara rinci kerangka
pikir dari penelitian ini di tunjukkan pada Gambar 1.

Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Muara

Supply

Gambaran
umum

Potensi sumber
daya ekowisata
Mangrove

 Lokasi
 Aksesibilitas
 Penggunaan
lahan
 Iklim
 Sosial
ekonomi
masyarakat

 Potensi hutan
mangrove
Desa Muara
 Kegiatan
wisata yang
sudah ada
 Potensi
wisata yang
dapat di
kembangkan

Demand

Pengunjung

Masyarakat desa






Karakteristik
Persepsi
Motivasi
Minat

 Karakteristik
 Persepsi
 Minat

Pengembangan Ekowisata Mangrove di
Desa Muara
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata
yang terdapat di Desa Muara Kecamatan Teluknaga, sebagai daya tarik ekowisata
hutan mangrove yang berwawasan lingkungan.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai potensi
ekowisata yang dapat dikembangkan dalam upaya pelestarian hutan mangrove di

3
Desa Muara. Adanya pengembangan ekowisata di Desa Muara diharapkan dapat
memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Muara.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2014
di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
sebagai panduan wawancara, alat tulis, alat rekam, kamera dan laptop yang
dilengkapi, Microsoft Excel,Microsoft Word, ArcMap GIS 9.3, Google Earth
untuk pengolahan data.
Metode Penelitian
Pengambilan data dilakukan melalui tiga metode yaitu wawancara,
observasi, dan studi pustaka. Wawancara dalam pelaksanaannya dilakukan secara
terstruktur terhadap 80 orang responden dan wawancara tidak terstruktur dengan
pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai CitarumCiliwung). Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi Hutan Mangrove di
Desa Muara dan studi pustaka digunakan untuk mendukung kegiatan penelitian.
Sasaran penelitian ini yaitu masyarakat Desa Muara dan pengunjung wisata
Desa Muara. Responden berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang masyarakat
Desa Muara dan 40 orang adalah pengunjung. Penentuan jumlah sampel
responden yang diambil berdasarkan standar penelitian survei minimal berjumlah
30 orang (Singarimbun dan Effendi 1987). Pemilihan responden tersebut
dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan contoh
yang dipilih secara sengaja untuk tujuan tertentu.
Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan wawancara dengan
pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai CitarumCiliwung). Data sekunder adalah data yang didapatkan dari instansi terkait berupa
luas hutan yang berada di Kecamatan Teluknaga, luas penggunaan lahan di Desa
Muara, dan laporan kegiatan rehabilitasi mangrove oleh PT Pertamina.
Data hasil wawancara terstruktur di sajikan dalam bentuk tabulasi.
Sementara data hasil wawancara tidak terstruktur, observasi, dan studi pustaka

4
diolah dan dianalisis secara deskriptif. Jenis dan pengolahan data dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data
Jenis data
Primer

Sekunder

Data
1. Gambaran umum
Desa Muara
meliputi
aksesibilitas
2. Potensi
sumberdaya
ekowisata meliputi
potensi hutan
mangrove Desa
Muara, kegiatan
wisata yang sudah
ada, potensi wisata
yang dapat
dikembangkan
3. Karakteristik,
persepsi, motivasi,
dan minat
masyarakat Desa
Muara terhadap
pengembangan
ekowisata hutan
mangrove di Desa
Muara
4. Karakteristik,
persepsi, dan minat
pengunjung
terhadap
pengembangan
ekowisata hutan
mangrove Desa
Muara
1. Gambaran umum
Desa Muara
meliputi lokasi,
penggunaan lahan,
iklim, dan sosial
ekonomi
masyarakat.
Laporan
rekapitulasi
penanaman Hutan
Mangrove Desa
Muara

Teknik
pengumpulan
data
Observasi
lapang,
wawancara.

Studi literatur

Sumber data
Masyarakat,
pengunjung

PT Pertamina

Pengolahan
data
Analisis
deskriptif

Analisis
deskriptif

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Lokasi

Desa Muara secara geografis terletak di 106º 40’ 00” - 106º 42’ 20” BT
dan 06º 01’ 15” - 06º 02’ 40” LS, sedangkan secara adminstratif terletak di
Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Badan Informasi Geospasial, Desa Muara memiliki luas 505 ha.
Desa Muara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 40 m dari
permukaan laut dengan suhu udara 27-33 oC. Batasan Desa Muara yaitu:
- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.
- Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa/Desa Lemo.
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lemo.
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir.
Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian
Aksesibilitas
Aksesibilitas menuju Desa Muara ini dapat dicapai melalui beberapa jalur
diantaranya:
1. Kota Bogor – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dengan jarak 87
km dapat ditempuh dalam waktu 2.5 – 3 jam dengan kendaraan roda empat.
2. DKI Jakarta (Jakarta Barat) – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang
dengan jarak 31 km dapat ditempuh dalam waktu 1 – 2 jam dengan kendaraan
roda empat.
3. Kota Tangerang – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dengan jarak
23 km dapat ditempuh dalam waktu 1 jam baik dengan kendaraan roda dua
maupun roda empat.

6
Menuju Desa Muara hanya dapat diakses menggunakan ojek atau kendaraan
pribadi dengan melewati Desa Lemo. Tiket masuk ke Desa Lemo yang harus
dibayarkan pengunjung sebesar Rp 5000/mobil atau Rp 3000/motor dan saat
memasuki perbatasan Desa Lemo dengan Desa Muara pengunjung dikenakan
biaya tiket masuk kembali dengan harga yang sama. Hasil dari pembayaran tiket
masuk digunakan untuk kegiatan pembangunan desa, seperti pembangunan dan
pemeliharaan masjid, uang kas desa, dan perbaikan jalan desa yang dikelola oleh
Karang Taruna Desa Lemo dan Desa Muara.
Penggunaan Lahan
Desa Muara memiliki luas sebesar 505 ha yang dibagi menjadi tambak,
sawah, permukiman warga, dan mangrove. Penggunaan lahan di Desa Muara
didominasi oleh tambak seluas 272.65 ha dan sawah seluas 148.19 ha. Luasan
masing-masing jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Penggunaan lahan Desa Muara
Jenis lahan
Luas (ha)
Tambak
272.65
Sawah
148.19
Pemukiman warga
58.29
Mangrove
25.87
Jumlah
505.00
Sumber: BAPPENAS (2013)

Persentase (%)
53.99
29.35
11.54
5.12
100.00

Sumber penghasilan utama masyarakat Desa Muara berasal dari hasil
tambak. Hal tersebut menyebabkan sebagian masyarakat mengkonversi hutan
mangrove menjadi tambak. Banyaknya hutan mangrove yang telah dikonversi
menjadi tambak seluas lebih dari 150 ha, sehingga hutan mangrove yang masih
tersisa seluas 25.87 ha. Hutan mangrove tersebut tersebar di wilayah sekitar
tambak, kanan kiri sungai, dan pesisir pantai.
Iklim
Desa Muara memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau.
Kecepatan angin yang bertiup di Desa Muara adalah 4–5 knots dan curah hujan
rata-rata 200–400 mm/bulan. Desa Muara merupakan wilayah dengan suhu yang
relatif panas yaitu sekitar 35.40 C pada bulan Oktober dan Desember, sedangkan
suhu terendah pada bulan Agustus yaitu sekitar 20.20 C. Rata-rata kelembaban
udara dan intensitas matahari sekitar 78.0% (BAPPEDA 2013).
Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan data dari BAPPEDA (2013) Desa Muara terdiri dari 8 dusun, 8
rukun warga (RW) dan 22 rukun tetangga (RT). Keadaan sosial ekonomi erat
kaitannya dengan sumber pencaharian penduduk. Jumlah penduduk Desa Muara
sampai bulan Maret 2014 tercatat sebanyak 3494 jiwa, terdiri dari 1796 jiwa lakilaki dan 1698 jiwa perempuan. Jumlah kepala keluarga sebanyak 979 Kepala
keluarga. Umumnya, mata pencaharian penduduk Desa Muara yaitu buruh/swasta,
nelayan, petani, sedangkan sebagian kecil adalah pegawai negeri sipil dan
pengusaha. Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok dapat dilihat
pada Tabel 3.

7
Tabel 3 Mata pencaharian masyarakat Desa Muara
Mata pencaharian pokok
Buruh/Swasta
Pegawai negeri sipil (PNS)
Pengrajin
Pedagang
Nelayan
Pengusaha
Petani

Jumlah penduduk
1280
5
20
75
495
2
133

Hutan Mangrove Desa Muara
Menurut BAPPEDA (2013) Hutan Mangrove Desa Muara termasuk dalam
kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk areal yang berfungsi sebagai
fasilitas umum sekaligus areal konservasi. Ruang Terbuka Hijau mempunyai
beberapa fungsi antara lain ekologi kota, sosial ekonomi masyarakat, dan estetika.
Saat ini lahan hutan mangrove Desa Muara sudah banyak terkonversi menjadi
lahan tambak ikan. Hal ini berakibat pada munculnya keinginan masyarakat
melakukan rehabilitasi mangrove di Desa Muara.
Hutan mangrove Desa Muara termasuk dalam hutan lindung yang berada di
Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tangerang. Berdasarkan laporan hasil
Rekapitulasi Penanaman oleh PT Pertamina (2014), hutan mangrove Desa Muara
seluas 25.87 ha memiliki jumlah 1321 pohon dengan jenis mangrove yaitu, bakau
merah (Rhizophora mucronata), bakau kurap (Rhizophora stylosa), bakau minyak
(Rhizophora apiculata), dan api-api (Avicennia sp.). Hutan mangrove di Desa
Muara tersebar di beberapa lokasi antara lain tambak, kanan kiri sungai, dan
sekitar pantai. Gambar 3 menunjukan lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara.

Gambar 3 Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara

8
Gambar 3 menunjukan bahwa lahan hutan mangrove terbesar berada di
kanan-kiri sungai, sedangkan pada kanan-kiri tambak dan pantai mangrove
menyebar di seluruh kawasan tersebut, namun luasannya tidak begitu besar. Luas
mangrove di kanan-kiri sungai mencapai 0.5-2 ha, sedangkan mangrove pada
kanan-kiri tambak dan pantai seluas