Strategi Adaptasi Nelayan Pelabuhanratu terhadap Perubahan Iklim

i

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PELABUHANRATU
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

GILANG ANGGA PUTRA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Adaptasi
Nelayan Pelabuhanratu terhadap Perubahan Iklim adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 11 April 2014
Gilang Angga Putra
NIM I34090130

ABSTRAK
GILANG ANGGA PUTRA. Strategi Adaptasi Nelayan Pelabuhanratu Terhadap
Perubahan Iklim. Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI.
Dampak perubahan iklim dapat dilihat dari fenomena naiknya permukaan
air laut, perubahan suhu permukaan air laut, perubahan salinitas air laut serta
perubahan pola cuaca, curah hujan dan pola hidrologi.
Para nelayan
mengalaminya sebagai perubahan cuaca yang cepat, seringnya badai, dan makin
sulitnya memperoleh hasil tangkapan.
Hal ini mengakibatkan turunnya
pendapatan rumahtangga. Untuk mengatasi dampak perubahan iklim, nelayan di

Pelabuhanratu melakukan strategi adaptasi yang terdiri atas diversifikasi,
intensifikasi, mobilitas anggota rumah tangga, hubungan sosial, serta
menggadaikan dan menjual barang berharga. Bentuk-bentuk strategi adaptasi
yang dilakukan oleh nelayan berbeda menurut kelasnya, karena karakteristik
mereka berbeda. Di Pelabuhanratu dikenal ada tiga kelas nelayan, yang paling
tinggi adalah nelayan juragan, kemudian nelayan tradisional dan yang paling
rendah adalah nelayan buruh.
Kata-kata kunci: karakteristik sosial nelayan, kelas sosial nelayan, strategi
adaptasi, perubahan iklim
ABSTRACT
GILANG ANGGA PUTRA. Adaptation Strategies of Pelabuhanratu Fishermen to
Climate Change. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI.
The impact of climate change can be seen in the phenomenon of rising sea
levels, changes in sea surface temperature, sea water salinity and weather
patterns, as well as changes in rainfall and hydrological patterns. Fishermen in
Pelabuhanratu perceive the climate change impacts as the frequent storms, a
sudden weather changes, and reduce of catches. Consequently, it will reduce the
household income from fishery activity. To cope with the impact of climate
change, fisher communityin Pelabuhanratuperforms adaptation strategiesin
various ways, such as: diversification, intensification, mobilization of household

members, social relations, and sell and pawn valuables. The types of adaptation
strategies perform by the fisher community in Pelabuhanratu are different
according to social classes they belong to, as each social class owns different
social characteristics. In Pelabuhanratu, fisher communitybelongs to three social
classes: modern equip fisher, traditional equip fisher, and none equip fisher or
labor.
Keywords: fishermen social characteristics, fishermen social classes,
adaptation strategies, climate change

i

STRATEGI ADAPTASI NELAYAN PELABUHANRATU
TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

GILANG ANGGA PUTRA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2014

ii

iii

Judul Skripsi
Nama
NIM

: Strategi Adaptasi Nelayan Pelabuhanratu terhadap Perubahan
Iklim
: Gilang Angga Putra
: I34090130

Bogor, 11 April 2014
Disetujui oleh:

Dr. Ekawati Sri Wahyuni
Pembimbing


Mengetahui

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________________

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Strategi Adaptasi Nelayan Pelabuhanratuterhadap
Perubahan Iklim. Penelitian ini menjelaskan bagaimana masyarakat nelayan di
Pelabuhanratu melakukan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim yang
berpengaruh terhadap kehidupan sosial ekonominya. Karakteristik yang melekat
pada nelayan berpengaruh terhadap strategi adaptasi yang dilakukan karena
berhubungan dengan ketersediaan sumberdaya yang dimiliki.

Ucapan terima kasih dan hormat penulis sampaikan kepada Dr. Ekawati
Sri Wahyuni selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan
ide serta bimbingan selama proses penulisan hingga penyelesaian penelitian.
Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih ayahanda Istar Effendy
(alm.), Ibunda Hariyati, Spd yang telah memberikan dukungan dan doa kepada
penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga baru di Institut
Pertanian Bogor dan teman-teman SKPM 46 yang namanya tidak bisa disebutkan
satu per satu sebagai teman berdiskusi, bertukarpikiran, serta membantu dan
selalu memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, 26 Februari 2014
Gilang Angga Putra

v

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perubahan Iklim
Konsep Dampak Perubahan Iklim
Konsep Kelas Nelayan
Konsep Karakteristik Nelayan
Konsep Strategi Adaptasi
Konsep Persepsi
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Konseptual
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Desain Penelitian

Lokasi dan Waktu
Populasi dan Sampel
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Kondisi Alam
Potensi Alami
Kependudukan
Sarana dan Prasarana
Konteks Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
Perubahan Iklim di Pelabuhanratu
KARAKTERISTIK NELAYAN
Usia
Pendidikan
Pengalaman Melaut
vi

Halaman
v
vi

vii
vii
vii
1
1
2
2
2
3
3
3
4
5
6
7
8
9
9
10
13

13
13
14
14
14
17
17
17
18
18
20
20
25
25
26
26

Pendapatan
Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Adaptasi
STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

Diversifikasi Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
Intensifikasi Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
Mobilisasi Anggota Keluarga Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
Pemanfaatan Hubungan Sosial Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
Menggadaikan atau Menjual Barang Berharga Sebagai Bentuk Strategi
Adaptasi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii

28
28
31
31
33
35
36
38
41
41
43
43
45
57

DAFTAR TABEL

1 Penggolongan Nelayan Berdasarkan Daerah Penangkapan
2 Jumlah Responden Pada Setiap Kelas Nelayan
3 Produksi Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
4 Sarana Pendidikan di Pelabuhanratu
5 Sarana Kesehatan di Pelabuhanratu
6 Karakteristik pada Kelas Nelayan
7 Hubungan Kelas Nelayan dengan Frekuensi Strategi Adaptasi yang
Dilakukan

Halaman
6
14
18
19
19
25
29

DAFTAR GAMBAR
Halaman
9
21

1 Kerangka Pemikiran
2 Kenaikan Permukaan Air Laut Secara Global
3 Perubahan Peluang Hujan Ekstrim di Wilayah Jawa Barat, Banten dan
Jakarta pada Bulan Desember – Februari Antara Tahun 1990-1999
4 Persepsi masyarakat nelayan Pelabuhanratu terhadap fenomena perubahan
iklim
5 Distribusi Nelayan Juragan, Nelayan Tradisional dan Nelayan Buruh yang
Melakukan Diversifikasi Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
6 Distribusi Nelayan Juragan, Nelayan Tradisional dan Nelayan Buruh yang
Melakukan Intensifikasi Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
7 Distribusi Nelayan Juragan, Nelayan Tradisional dan Nelayan Buruh yang
Melakukan Mobilisasi Anggota Keluarga Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
8 Distribusi Nelayan Juragan, Nelayan Tradisional dan Nelayan Buruh yang
Memanfaatkan Hubungan Sosial Sebagai Bentuk Strategi Adaptasi
9 Distribusi Nelayan Juragan, Nelayan Tradisional dan Nelayan Buruh yang
Menjual dan Menggadaikan Barang Berharga Sebagai Bentuk Strategi
Adaptasi

viii

22
23
32
34
35
37

38

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Rencana Kegiatan Penelitian
2 Peta Pelabuhanratu
3 Dokumentasi Penelitian
4 Kerangka Sampling
5 Tabel Analisis Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Strategi Adaptasi

ix

45
47
50
51
54

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan peristiwa alamiah bumi dan terjadi dalam
kurun waktu milyaran tahun. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan, serta
kerusakan lingkungan melalui deforestasi dan degradasi lahan memberi kontribusi
yang cukup besar terhadap percepatan terjadinya perubahan iklim ini (Marr et al..
2009). Penduduk yang semakin bertambah serta penggunaan gas emisi rumah
kaca juga menjadi penyumbang terjadinya percepatan perubahan iklim. Efek dari
penggunaan gas rumah kaca dalam jangka panjang adalah terkumpulnya gas-gas
tersebut dilapisan atmosfer, dan ketika matahari memantulkan gelombang panjang
ke bumi, pancaran gelombang panjang ini tertahan oleh gas-gas rumah kaca.
Akibatnya, gelombang panjang yang bersifat panas tadi terjebak di dalam rumah
kaca, kemudian meningkatkan suhu di dalam atmosfer bumi, sehingga hal inilah
yang menyebabkan suhu bumi meningkat dan mengganggu sistem yang ada di
bumi dan atmosfernya, dan fenomena ini lazim disebut sebagai pemanasan global
(Diposaptono et al. 2009).
Indonesia, sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang
di dunia tentunya tidak lepas dari dampak perubahan iklim. Kawasan pesisir yang
luas membuat sebagian besar masyarakat memilih tinggal di pesisir untuk
memanfaatkan sumberdaya pesisir yang melimpah, dimana sebagian besar
penduduk Indonesia yang tinggal dan bermukim di daerah pesisir. Tingginya
jumlah penduduk yang bermukin di daerah pesisir, membuat dampak perubahan
iklim menjadi sangat terasa bagi masyarakat nelayan. Dampak perubahan iklim
yang terlihat adalah kenaikan permukaan air laut, serta meningkatkan intensitas
dan frekuensi badai di lautan dan pesisir (Diposaptono et al. 2009). Masyarakat
pesisir dengan ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya kelautan tentunya
harus memiliki strategi adaptasi untuk dapat bertahan hidup dalam menghadapi
dampak perubahan iklim yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
pendapatan serta sumber mata pencarian mereka.
Pelabuhanratu merupakan salah satu Pusat Pelabuhan Nusantara (PPN)
dan menjadi salah satu sentra perikanan laut di pantai utara Jawa. Letaknya yang
strategis serta fasilitas yang lengkap seperti adanya tempat pelelangan ikan,
gedung pasar grosir ikan, gedung pengecer ikan, kios, gudang, kantor yang
dimanfaatkan oleh para pengusaha perikanan, kios penjualan, tempat pengepakan
ikan dan berbagai fasilitas penunjang lainnya membuat daerah ini menjadi salah
satu daerah pemasok ikan untuk Pulau Jawa dan sekitarnya. Tingginya jumlah
penduduk yang bekerja sebagai nelayan, yakni sebanyak 3297 orang (Profil
Kecamatan Pelabuhanratu 2011) menjadikan Pelabuhanratu menjadi salah satu
sentra perikanan di Jawa Barat. Sebagai salah satu sentra perikanan tangkap,
Pelabuhanratu memiliki berbagai macam jenis kapal yang bersandar serta nelayan
yang menggantungkan hidupnya dari kekayaan alam laut di kawasan ini.
Pada penelitian sebelumnya, adaptasi sosial ekonomi nelayan yang dibahas
secara keseluruhan dimana nelayan dipandang sebagai satu kesatuan, padahal
pada kenyatannya nelayan memiliki stratifikasi yang di dalamnya terdapat kelas-

2

kelas, seperti nelayan juragan, nelayan tradisional dan nelayan buruh. Ketiga kelas
ini memiliki kemampuan dan cara tersendiri dalam melakukan upaya adaptasi.
Penelitian ini nantinya akan menjabarkan bahwa pada setiap kelas nelayan tingkat
dan jenis strategi adaptasi yang dilakukan berbeda-beda.
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik
beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana bentuk strategi adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan nelayan
sebagai dampak perubahan iklim?
2. Bagaimana pengaruh kelas nelayan terhadap strategi adaptasi nelayan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat
disusun beberapa tujuan sebagai berikut:
1. Mendiskripsikan hubungan karakteristik pada kelas nelayan dengan strategi
adaptasi yang dilakukan.
2. Menganalisis strategi adaptasi berdasarkan kelas nelayan.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh
kelas terhadap bentuk strategi adaptasi yang dilakukan masyarakat nelayan.
Penelitian ini juga berguna untuk:
1. Bagi akademisi, sebagai literatur mengenai strategi adaptasi masyarakat
nelayan.
2. Bagi pemerintah, sebagai acuandalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
nelayan.
3. Bagi swasta, sebagai acuan dalam melakukan investasi pada sektor perikanan
dan kelautan.
4. Bagi masyarakat, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan strategi
adaptasi sebagai dampak perubahan iklim.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Perubahan Iklim
Diposaptono et al. (2009) berpendapat bahwa perubahan iklim terjadi
secara alami terkait dengan proses alam yang sangat panjang (evolusi) dalam
rentang waktu 4.5 milyar tahun silam. Fenomena yang terjadi saat ini adalah
perubahan yang terjadi lebih cepat dari yang seharusnya. Fenomena ini penting
disoroti mengingat penyebab-penyebab pemanasan global ini berasal dari faktorfaktor antropogenis yang menghasilkan emisi gas rumah kaca. Peningkatan emisi
GRK disebabkan oleh aktivitas ekonomi manusia yang mengkonsumsi energi fosil
seperti bahan bakar minyak, batu bara dan sejenisnya serta diperparah oleh
deforestasi (Satria 2009), degradasi lahan gambut serta kebakaran hutan (Marr et
al.. 2009). Semenjak revolusi industri pertengahan abad 18, intensitas dan
inefisiennya pembakaran kayu, arang, minyak dan gas, diikuti oleh konversi lahan
besar-besaran telah mengakibatkan meningkatnya konsentrasi GRK di atmosfer.
Tumbuhan berperan dalam mengubah CO2 menjadi oksigen. Pengurangan jumlah
tumbuhan membuat ketersediaan oksigen juga ikut terbatas, sehingga bakteri
memproduksi metana yang menjadi gas pemicu pemanasan global. Penggunaan
pupuk buatan di akhir abad 19 juga menyebabkan pelepasan nitrogen oksida,
salah satu GRK, ke udara. Semenjak tahun 1920, aktivitas industri mulai
menggunakan sejumlah campuran karbon buatan yang digunakan untuk mesin
pendingin, fire suppression, dan sebagainya yang menghasilkan GRK yang
sangat kuat (UNEP 2009).
Pemanasan global merupakan salah bentuk perubahan iklim yang paling
nyata dirasakan. Pemanasan global merupakan suatu keadaan dimana permukaan
bumi dan lautan mengalami kenaikan suhu dibanding dengan abad-abad
sebelumnya (Tauli-Corpuz et al.. 2009). Emisi gas rumah kaca yang terkumpul di
atmosfer sanggup menangkap panas dan memancarkan lagi lagi panas ke bumi.
Gas tersebut antara lain adalah karbondioksida (CO2), metana (NH4),
klorofluorokarbon atau CFC (Satria 2009), nitrat oksida, ozon, uap air
(Diposaptono et al. 2009). Proses efek rumah kaca sebagai kondisi dimana sinar
matahari yang memancarkan gelombang pendek leluasa menerobos masuk ke
rumah kaca, namun ketika bumi memancarkan gelombang panjang ke atmosfer
gelombang ini tertahan oleh gas-gas rumah kaca. Akibatnya, gelombang panjang
yang bersifat panas tadi terjebak di dalam rumah kaca, kemudian meningkatkan
suhu di dalam rumah kaca, sehingga hal inilah yang menyebabkan suhu bumi
meningkat dan mengganggu sistem yang ada di bumi dan atmosfernya
(Diposaptono et al. 2009).
Konsep Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim yang dipercepat akibat campur tangan manusia
menyebabkan berbagai perubahan dalam ekosistem laut dan perairan seiring
terjadinya perubahan temperatur dan peningkatan keasaman akibat penyerapan

4

gas CO2 oleh perairan laut (UNEP 2009). Dampak yang ditimbulkan akibat dari
perubahan ini antara lain:
1. Naiknya Permukaan air laut akibat pemanasan yang dipicu peningkatan suhu
atmosfer sehingga lapisan gletse dan es di kutub utara mencair (Diposaptono
et al. 2009; UNEP 2009; Tauli-Corpuz 2009; Satria 2009) yang nantinya
berakibat pada:
a. Kerusakan ekosistem mangrove (Satria 2009; Diposaptono et al. 2009;
UNEP 2009)
b. Terjadinya peningkatan erosi pantai (Diposaptono et al. 2009; UNEP
2009; Tauli-Corpuz 2009)
c. Banjir, badai dan gelombang ekstrim (Diposaptono et al. 2009)
d. Intrusi air laut ke daratan (Diposaptono et al. 2009; Tauli-Corpuz 2009)
2. Terjadinya kenaikan suhu permukaan air laut (Diposaptono et al. 2009; UNEP
2009; Chen 2008) yang kemudia memicu timbulnya:
a. Kerusakan terumbu karang, dimana peningkatan suhu memicu matinya
jaringan terumbu karang dan berakibat pada munculnya fenomena
pemutihan terumbu karang (Satria 2009; UNEP 2009; Chen 2008)
b. Perubahan upwelling atau gerombolan ikan (Chen 2008: Diposaptono et
al. 2009)
3. Menurunnya salinitas air laut sehingga memicu migrasi berbagai jenis spesies
hewan karena kondisi lingkungan yang berubah (Chen 2008; Satria 2009)
4. Perubahan Curah hujan, pola hidrologi dan pola angin dimana hal ini
menyebabkan peningkatan frekuensi dan intensitas badai dilautan (Chen 2008;
Diposaptono et al. 2009; UNEP 2009).
Konsep Kelas Nelayan
Menurut Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan, pengertian
nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Menurut Satria (2002) dilihat dari penguasaan kapital, nelayan dibedakan menjadi
nelayan pemilik dan nelayan pekerja (buruh). Nelayan pemilik adalah orang yang
memiliki sarana penangkapan seperti kapal/perahu, jaring, dan alat tangkap
lainnya. Nelayan pekerja atau buruh adalah orang yang menjual jasa tenaga kerja
sebagai buruh dalam kegiatan penangkapan ikan di laut atau sekarang lebih
dikenal dengan anak buah kapal (ABK).
Kelas Nelayan adalah suatu kelas yang dibentuk berdasarkan jenis mata
pencaharian atau profesi yaitu sebagai nelayan. Setiap kelas nelayan memiliki
identitas atau karakter tersendiri. Identitas tersebut merupakan cerminan kondisi
internal dari suatu kelas.
Menurut Kinseng (2011) nelayan dapat dibagi menjadi 4 kelas. Keempat
kelas tersebut adalah buruh nelayan, atau biasa disebut dengan nelayan buruh,
nelayan kecil yakni nelayan yang memiliki kapal dan bekerja sendiri atau
mempekerjakan satu sampai tiga orang buruh, nelayan sedang yakni nelayan yang
memiliki kapal dan mepekerjakan sampai 10 buruh, dan nelayan besar atau
kapitaslis yang mempekerjakan lebih dari 10 buruh.
Konsep Karakteristik Nelayan

5

Menurut Imron (2003) nelayan adalah suatu kelas masyarakat yang
kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan
penangkapan ataupun budidaya. Nelayan pada umumnya tinggal di pinggir pantai,
sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.
Karakteristik Nelayan merupakan atribut yang melekat pada tiap individu nelayan,
dan berbeda-beda pada tiap individu. Adapun karakteristik nelayan dapat dilihat
dari:
1. Waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan
(Direktorat Jendral Perikanan Tangkap 2001) dapat dibagi atas:
a. Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan/ binatang air
lainnya/tanaman air.
b. Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan
ikan/binatang air lainnya/tanaman air. Nelayan kategori ini dapat pula
mempuyai pekerjaan lain disamping melakukan penangkapan ikan.
c. Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan penangkapan ikan.
2. Jenis armada, daya jangkau serta lokasi penangkapan (Widodo 2008):
a. Nelayan pantai atau biasa atau yang biasa disebut perikanan pantai untuk
usaha perikanan skala kecil dengan armada yang umum digunakan adalah
perahu tanpa motor atau kapal motor tempel.
b. Nelayan perikanan lepas pantai dengan wilayah perikanan lepas pantai
untuk perikanan dengan kapasitas perahu rata-rata 30 GT.
c. Nelayan perikanan samudera didominasi oleh kapal-kapal ukuran besar
misalnya 100 GT dengan target perikanan tunggal seperti ikan tuna.
Secara umum penggolongan nelayan berdasarkan armada, alat tangkap dan
wilayah penangkapan dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 1 Penggolongan nelayan berdasarkan daerah penangkapan
Aspek

Pantai

Lepas Pantai

Laut Lepas

Kedalaman

0-2,5 m

2,5-25 m

>25 m

Jenis Sasaran

Nener, Bener,
Ikan Demersal

Udang, ikan
demersal, ikan
karang

Ikan-ikan pelagis

Macam Armada

Tanpa Armada,
Perahu Kecil

Perahu berukuran
sedang, bagan

Perahu berukuran
besar

Alat Tangkap

Jala, Perangkap,
Serok kail

Jaring insang,
bagan, pukat
cincin, mini,
jaring kantong

Jaring insang,
pukat cincin,
payang

Sumber: Sajogyo, 1996

Respon untuk mengantisipasi tingginya risiko dan ketidakpastian (Satria 2002):

6

a. Nelayan Besar (large scale fishermen), dicirikan dengan besarnya
kapasistas teknologi penangkapan maupun jumlah armada. Nelayan besar
berorientasi pada keuntungan dan melibatkan buruh nelayan sebagai anak
buah kapal (ABK) dengan organisasi kerja yang kompleks.
b. Nelayan Kecil (small scale fishermen), beroperasi di daerah kecil yang
bertumpang tindih dengan kegiatan budidaya dan bersifat padat karya.
Nelayan kecil juga dapat dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan
armada) maupun budaya yang keduanya sangat terkait satu sama lain.
Selain itu, ciri lain dari nelayan kecil adalah ketiadaan kemampuan untuk
memberi pengaruh pada kebijakan publik karena nelayan selalu dalam
posisi dependen dan marjinal.
Konsep Strategi Adaptasi
Adaptasi dapat dikatakan sebagai sebuah tingkah laku yang merujuk pada
strategi bertahan hidup (Bennet 1978 dalam Mulyadi 2007). Dalam kajian
adaptabilitas manusia terhadap lingkungan, ekosistem adalah keseluruhan situasi
di mana adaptabilitas berlangsung atau terjadi. Karena populasi manusia tersebar
di berbagai belahan bumi, konteks adaptabilitas akan sangat berbeda-beda. Suatu
populasi di suatu ekosistem tertentu menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan dengan cara-cara yang spesifik. Ketika suatu populasi masyarakat
mulai menyesuaikan diri terhadap suatu lingkungan yang baru, suatu proses
perubahan akan dimulai dan mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat menyesuaikan diri (Moran 1982). Sahlins (1968) menekankan bahwa proses
adaptasi sangatlah dinamis karena lingkungan dan populasi manusia.
Adaptasi perubahan iklim dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk
mengatasi dampak perubahan iklim baik yang sifatnya reaktif maupun antisipatif.
Dalam melakukan adaptasi, terdapat tiga konsep penting (Bennet 1976 dalam
Saharudin 2007), yakni:
1. Adaptasi perilaku (adaptive behaviour) yang merujuk pada cara aktual dalam
menemukan suatu pemecahan masalah dengan mempertimbangkan biaya
dengan hasil yang akan dicapai.
2. Adaptasi proses (adaptive process) merujuk suatu bentuk perubahan-perubahan
yang dilakukan dengan melalu proses yang panjang dengan menyesuaikan
bentuk strategi yang dipilih.
3. Strategi adaptasi (adaptive strategies) merupakan suatu bentuk pola dalam
merespon permasalan yang telah terbentuk melalui berbagai proses
penyesuaian dengan melakukan evaluasi terhadap alternatif dan
konsekuensinya.
Dalam masyarakat nelayan, adaptasi dilakukan dalam beberapa bentuk, yakni:
1. Diversifikasi (Wahyono 2001), yaitu dengan melukan perluasan alternatif mata7
pencarian yang dilakukan baik dalam sektor perikanan, maupun sektor non
perikanan.
2. Intensifikasi (Wahyono 2001) dengan melakukan investasi pada teknologi
penangkapan ikan untuk meningkatkan hasil tangkapan.

7

3. Jaringan sosial (Kusnadi 2007) dengan membentuk ikatan atau suatu bentuk
hubungan khusus yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan nelayan dalam
pengangkapan ikan.
4. Mobilisasi anggota keluarga (Kusnadi 2007) dengan mengikutsertakan istri dan
anak dalam mencari nafkah.
5. Menggadaikan atau menjual barang-barang berharga (Kusnadi 2007)
Konsep Persepsi
Persepsi didefinisikan oleh Rakhmat (1999) sebagai pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan. Persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi,
mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera
atau data. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa persepsi adalah suatu proses
aktif komunikasi, menyerap, mengatur, dan menafsirkan pengalamannya secara
selektif. Beberapa orang dapat mempunyai persepsi yang berbeda dalam melihat
suatu objek yang sama, hal ini dipengaruhi oleh faktor antara lain tingkat
pengetahuan dan pendidikan seseorang, kombinasi penglihatan, penciuman,
pendengaran serta pengalaman masa lalu. Persepsi dapat diartikan juga sebagai
proses pengorganisasian stimulus yang diterima oleh indra individu, kemudian
diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diterima oleh indera itu. Persepsi merupakan keadaan yang terpadu dari individu
terhadap stimulus yang diterimanya, maka apa yang ada dalam diri individu,
pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi individu.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa persepsi adalah
suatu hal yang sangat memberikan pandangan pada seseorang individu atau
masyarakat tentang keadaan yang sebenarnya terjadi dalam lingkungannya. Dalam
memberikan tanggapan terhadap hal tersebut individu atau masyarakat tidak
hanya memandang dengan indera penglihatan dan pikiran tetapi juga dengan
perasaan sehingga individu atau masyarakat dapat mengenal dan tahu tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat sekarang.
Faktor pihak pelaku persepsi dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti
sikap, motivasi, kepentingan atau minat, pengalaman dan pengharapan. Variabel
lain yang ikut menetukan persepsi adalah umur, tingkat pendidikan, latar belakang
sosial ekonomi, budaya, lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman
hidup individu. Kesamaan persepsi akan mendorong terbentuknya motivasi yang
mendukung makna dari perubahan yang terjadi, dengan kata lain bahwa kesamaan
persepsi akan mendorong terciptanya motivasi yang optimal bagi pelaksanaan
pencapaian tujuan dan misi yang dihadapinya.

8

Kerangka Pemikiran
Perubahan iklim menyebabkan terjadinya pemanasan global yang
berdampak pada terjadinya kenaikan permukaan air laut, kenaikan suhu
permukaan air laut, penurunan salinitas air laut dan perubahan curah hujan, pola
hidrologi dan pola angin. Perubahan yang terjadi menyebabkan terjadinya
perubahan ekologis pada ekosistem laut dan pesisir. Perubahan yang terjadi adalah
intrusi air laut ke daratan, gelombang ekstrim dan peningkatan frekuensi badai,
erosi pantai, kerusakan terumbu karang perubahan proses upwelling, gerombolan
ikan, perubahan pola migrasi ikan serta peningkatan salinitas air laut.
Perubahan pola hidrologi, pola angin disertai kenaikan permukaan air laut
menyebabkan intensitas dan frekuensi badai serta gelombang ekstrim yang terjadi
di lautan. Perubahan tingkat keasaman air laut, kenaikan suhu permukaan air laut
serta perubahan salinitas air laut dapat memicu kerusakan terumbu karang.
Rusaknya terumbu karang menyebabkan perubahan dan terganggunya sistem
rantai makanan yang ada di daerah tersebut, sehingga dampak lanjut yang
ditimbulkan adalah ikan akan bermigrasi mencari tempat yang memiliki terumbu
karang yang lebih baik. Migrasi ikan akibat rusaknya terumbu karang
menyebabkan daerah penangkapan ikan mengalami penurunan jumlah pasokan
ikan dalam skala besar.
Berbagai dampak perubahan iklim yang terjadi tersebut berpotensi
menganggu dan bahkan menghambat proses penangkapan ikan oleh nelayan di
laut. Terganggunya proses penangkapan ikan berimplikasi pada menurunnya hasil
tangkapan nelayan dan berakibat pada menurunnya tingkat pendapatan nelayan.
Penurunan pendapatan yang terjadi berkali-kali dan dalam jangka waktu yang
lama meyebabkan nelayan melakukan suatu bentuk adaptasi.
Nelayan di Pelabuhanratu terbagi atas tiga kelas, yakni nelayan juragan,
nelayan tradisional dan nelayan buruh. Nelayan juragan adalah nelayan pemilik
armada kapal yang digunakan untuk melakukan proses penangkapan ikan dilaut
lepas. Umumnya kapal yang dimiliki oleh nelayan pada kelas ini berkisar 50 GT –
150 GT. Kuantitas penangkapan ikan yang besar membuat nelayan juragan
mempekerjakan tenaga bantuan, yaitu nelayan buruh. Nelayan buruh merupakan
tenaga bantuan yang diupah oleh nelayan juragan berdasarkan pembagian hasil
penjualan dari tangkapan ikan yang didapat. Nelayan tradisional adalah kelas
nelayan yang pada umumnya bekerja secara perorangan, yang memiliki perahu
dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan yang lebih sederhana seperti
pancing dan jaring.
Pada setiap kelas nelayan, terdapat karakteristik yang berbeda.
Karakteristik berupa umur, tingkat pendidikan, pengalaman melaut serta
pendapatan berperan penting dalam menentukan bentuk strategi adaptasi yang
akan dilakukan oleh nelayan berdasarkan kelasnya masing-masing.

9

1.
2.
3.
4.

Fenomena Perubahan Iklim
Kenaikan permukaan air laut
Kenaikan suhu permukaan air laut
Penurunan salinitas air laut
Perubahan curah hujan, pola
hidrologi dan pola angin

Penurunan Hasil Tangkapan Ikan

Strategi Adaptasi Sosial Ekonomi
Nelayan

Kelas Nelayan
1. Nelayan buruh
2. Nelayan tradisional
3. Nelayan juragan

Keterangan:
pengaruh
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat ditarik beberapa
hipotesis penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Diduga kelas nelayan dengan modal yang kecil cenderung lebih banyak
melakukan strategi adaptasi.
Defiisi Konseptual
1. Perubahan iklim adalah perubahan unsur-unsur iklim yang mempengaruhi
berbagai perubahan pada atmosfer (udara), hidrosfer (air), kriosfer (bagian
bumi yang membeku), permukaan tanah dan biosfer (bagian bumi yang
terdapat kehidupan).
2. Dampak perubahan iklim pada ekosistem laut adalah perubahan abiotik dan
biotik yang terdapat dalam cakupan ekosistem laut sebagai dampak langsung
dan tidak langsung dari perubahan iklim.
3. Masyarakat nelayan adalah masyarakat yang memiliki ketergantungan
ekonomi terhadap sumberdaya kelautan dan secara aktif melakukan kegiatan
penangkapan ikan/ binatang air atau tanaman air lainnya serta membentuk

10

kebudayaan yang khas terkait dengan ketergantungan akan pemanfaatan
sumberdaya pesisir.
4. Penurunan hasil tangkapan ikan adalah dampak lanjutan yang dialami oleh
nelayan berupa berkurangnya hasil tangkapan ikan sehingga membuat hasil
penjualan ikan menurun dan menyebabkan pendapatan yang didapat oleh
nelayan berkurang.
5. Strategi adaptasi sosial ekonomi nelayan adalah upaya untuk mengatasi
dampak perubahan iklim yang mempengaruhi aktivitas penangkapan ikan baik
secara reaktif maupun antisipatif.
Definisi Operasional
1. Fenomena Perubahan iklim adalah persepsi nelayan terhadap terjadinya
perubahan iklim yang ditandai dengan adanya fenomena:
a. Kenaikan permukaan air laut, adalah persepsi nelayan mengenai perubahan
ketinggian air laut.
b. Perubahan suhu permukaan air laut, adalah persepsi nelayan berkaitan
dengan dampak perubahan suhu air laut berupa terjadinya keruakan
terumbu karang dan perubahan daerah gerombolan ikan.
c. Menurunnya salinitas air laut, adalah persepsi nelayan akibat perubahan
tingkat keasinan air laut yang ditandai oleh berubahnya pola penyebaran
ikan.
d. Perubahan pola cuaca, adalah persepsi nelayan mengenai pergantian cuaca
yang sulit diprediksi.Gelombang tinggi, adalah persepsi nelayan mengenai
perubahan frekuensi serta ketinggian gelombang air laut.
2. Karakteristik nelayan adalah ciri-ciria atau atribut yang melekat pada diri
nelayan
a. Usia adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai pada saat
dilakukannya penelitian. Diukur dengan menggunakan skala ordinal.
Dibedakan kedalam kategori-kategori yang berbeda dengan menggunakan
perhitungan standar deviasi:
1) Muda (25 tahun -35 tahun)
2) Dewasa awal (36 tahun - 46 tahun)
3) Dewasa akhir (47 tahun – 57 tahun)
b. Pendidikan adalah tingkat belajar yang pernah dilalui oleh responden.
Tingkat belajar ini meliputi pendidikan formal. Diukur dengan
menggunakan skala ordinal. Dibedakan kedalam kategori-kategori yang
berbeda dengan menggunakan perhitungan standar deviasi:
1) Rendah, jika tamat SD/ sederajat.
2) Sedang, jika tamat SMP/ sederajat.
3) Tinggi, jika tamat SMA/ sederajat.
c. Pengalaman melaut adalah lamanya responden bekerja sebagai nelayan.
Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dibedakan kedalam kategorikategori yang berbeda dengan menggunakan perhitungan standar deviasi:
1) Rendah, jika responden bekerja sebagai nelayan selama 7 tahun –16
tahun

11

2) Sedang, jika responden bekerja sebagai nelayan selama > 16 tahun 25 tahun
3) Tinggi, jika responden bekerja sebagai nelayan > 25 tahun – 36 tahun.
d. Pendapatan nelayan adalah total uang yang didapatkan nelayan selama
sebulan penuh. Diukur dengan menggunakan skala ordinal. Dibedakan
kedalam kategori-kategori yang berbeda dengan menggunakan
perhitungan standar deviasi:
1) Rendah, jika responden memiliki total pendapatan Rp700,000 –
Rp4000,000,000 perbulan
2) Sedang, jika responden memiliki total pendapatan > Rp4,000,000 –
Rp7,300,000 per bulan.
3) Tinggi, jika responden memiliki total pendapatan > Rp7300,000 Rp10,500,000 perbulan
3. Kelas nelayan adalah pembagian nelayan berdasarkan kepemilikan kapal dan
alat tangkap. Responden dibagi menjadi tiga kelas1, yaitu:
a. Nelayan juragan, jika responden memiliki kapal dan mempekerjakan
sedikitnya satu orang tenaga tambahan.
b. Nelayan tradisional, jika responden memiliki perahu dan tidak
mempekerjakan tenaga tambahan.
c. Nelayan buruh, jika responden tidak memiliki kapal dan perahu.
4. Strategi adaptasi merupakan tindakan yang dilakukan nelayan dalam
menyiasati dampak negatif perubahan iklim yang dibagi atas:
a. Diversifikasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan
dalam menambah jenis kegiatan penghasilannya dalam menghadapi
dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim. Dikategorikan
dalam:
1) Melakukan (kode 1), jika responden melakukan bentuk diversifikasi
sebagai bentuk strategi adaptasi.
2) Tidak melakukan (kode 2),
jika responden tidak melakukan
diversifikasi sebagai bentuk strategi adaptasi.
b. Intensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan nelayan dalam rangka
meningkatkan kualitas kapasitas usaha penangkapan ikan dalam
menghadapi dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim.
Dikategorikan dalam:
1) Melakukan (kode 1), jika responden melakukan bentuk intensifikasi
sebagai bentuk strategi adaptasi.
2) Tidak melakukan (kode 2), jika responden tidak melakukan
intensifikasi sebagai bentuk strategi adaptasi.
c. Jaringan sosial adalah hubungan yang dijalin nelayan dalam menghadapi
dampak langsung dan tidak langsung perubahan iklim. Dikategorikan
dalam:
1) Melakukan (kode 1), jika responden memiliki jaringan sosial sebagai
bentuk strategi adaptasi.
1

Kelas nelayan didasarkan atas kebiasaan dari masyarakat nelayan lokal Pelabuhanratu
yang membagi nelayan atas 3 kelas, yakni nelayan juragan, nelayan tradisional dan nelayan buruh.

12

2) Tidak melakukan (kode 2), jika responden tidak memiliki jaringan
sosial sebagai bentuk strategi adaptasi.
d. Mobilisasi anggota rumah tangga adalah mengikutsertakan anggota rumah
tangga nelayan untuk bekerja, baik di sektor perikanan maupun di luar
sektor perikanan dalam menghadapi dampak langsung dan tidak langsung
perubahan iklim. Dikategorikan dalam:
1) Melakukan (kode 1), jika responden melakukan bentuk mobilisasi
anggota rumah tangga sebagai bentuk strategi adaptasi.
2) Tidak melakukan (kode 2), jika responden tidak melakukan mobilisasi
anggota rumah tangga sebagai bentuk strategi adaptasi.
e. Menggadaikan atau menjual barang berharga, adalah usaha strategi
adaptasi nelayan dengan menjual atau menggadaikan aset yang mereka
memiliki untuk tetap mendapat penghasilan. Dikategorikan dalam:
1) Melakukan (kode 1), jika responden melakukan menggadaikan atau
menjual barang berharga sebagai bentuk strategi adaptasi.
2) Tidak melakukan (kode 2),
jika responden tidak melakukan
menggadaikan atau menjual barang berharga sebagai bentuk strategi
adaptasi.

13

PENDEKATAN LAPANG
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan
pendekatan kualitatif dalam pengumpulan datanya. Pendekatan kuantitatif
dilakukan melalui penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang
pokok (Singarimbun & Effendi 1987). Pengumpulan data kuantitatif dalam
penelitian ini dilakukan melalui metode survei kepada masyarakat dengan
menggunakan kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dilakukan melalui teknik observasi dengan terlibat langsung
kepada yang diteliti. Melalui pendekatan ini dilakukan observasi, pengambilan
dokumen dan wawancara mendalam kepada informan. Pendekatan kuantitatif dan
kualitatif ini berguna untuk mengetahui bentuk strategi adaptasi sosial ekonomi
yang dilakukan nelayan sebagai dampak perubahan iklim, pengaruh perubahan
iklim terhadap strategi adaptasi masyarakat nelayan serta pengaruh kelas nelayan
terhadap strategi adaptasi nelayan sebagai dampak perubahan iklim. Observasi
adalah melakukan pengamatan secara langsung ke obyek penelitian untuk melihat
aktivitas yang dilakukan.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini baik secara kuantitatif maupun
kualitatif diolah dengan cara mereduksi bagian-bagian terpenting sehingga
menjawab masalah penelitian yang diajukan. Data yang diperoleh dari hasil
kuesioner responden diolah dan kemudian dianalisa secara deskriptif. Menurut
Riduwan dan Sunarto (2011), analisis deskriptif adalah analisis yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelas.
Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara
deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pelabuhanratu, Sukabumi, Jawa
Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena
dianggap sesuai dan dapat menjawab tujuan penelitian yang memiliki karakteristik
profesi pekerjaan sebagai nelayan sangat banyak. Pemilihan lokasi ini dianggap
sesuai dan dapat menjawab tujuan dari penelitian karena ditempati oleh penduduk
yang berproesi sebagai nelayan dan terpengaruh langsung dengan adanya
perubahan iklim, sehingga dapat diasumsikan masyarakat Pelabuhanratu telah
melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim. Pengumpulan data primer dan data
sekunder dilakukan pada bulan Maret – April 2013. Kegiatan penelitian meliputi
penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal, pengumpulan data
lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik
skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

14

Populasi dan Sampel
Populasi sampling dari penelitian ini adalah nelayan yang beraktifitas di
ruang lingkup Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhanratu serta nelayan yang
berdomisili di sekitar Pelabuhanratu. Pemilihan responden dilakukan dengan
metode pengambilan sampel acak yang terlebih dahulu dikelaskan (stratified
random sampling) agar dapat secara tepat mengidentifikasi sifat-sifat populasi
yang keterogen, sehingga populasi dibagi dalam kelas-kelas pada kelas tertentu,
dan dari setiap kelas diambil sampel secara acak. Kerangka sampling diambil dari
anggota kelompok nelayan Pelabuhanratu yang berjumlah 133 orang nelayan
(dapat dilihat pada lampiran 5) yang terdiri dari kelas nelayan juragan, kelas
nelayan tradisional dan kelas nelayan buruh. Penggunaan metode ini untuk
mengantisipasi perbedaan sifat antar kelas. Responden dibagi dalam tiga kelas,
yakni nelayan juragan, nelayan tradisional serta nelayan buruh. Pada setiap kelas
diambil 12 orang responden, sehingga jumlah keseluruhan responden untuk
penelitian ini adalah 36 orang responden. Pengambilan jumlah responden yang
sama pada ketiga kelas nelayan didasarkan atas pertimbangan jumlah populasi
pada ketiga kelas tidak jauh berbeda. Responden diambil secara acak melalui
sistem pengocokan, dimana nama responden didapat dari data kelas nelayan
Pelabuhanratu.
Tabel 2 Jumlah responden pada setiap kelas nelayan
Kelas

Jumlah Responden

Nelayan Juragan

12

Nelayan Tradisional

12

Nelayan Buruh

12

Total

36

Sumber: Laporan Tahunan TPI Pelabuhanratu, 2013

Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh melalui berbagai metode pengumpulan data,
baik itu data kuantitatif maupun kualitatif, selanjutnya diproses guna mendapat
jawaban atas tujuan dari peneltian ini. Tipe data yang digunakan yaitu data
ordinal. Pengujian pada tiap-tiap hipotesis menggunakan metode tabel frekuensi.
Data kuantitatif yang telah diperoleh ditabulasi menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan diolah dengan softwere SPSS for Windows. Selain menggunakan
SPSS for Windows. Data ini selanjutnya dikuatkan dengan hasil wawancara
mendalam dengan beberapa informan sebagai data kualitaitif. Data kualitatif yang
didapat diolah langsung di lapangan dengan 3 tahapan, yakni reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus 1998).

15

Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan analisis statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pada setiap kelas nelayan, serta
hubungan karakteristik yang melekat pada kelas nelayan dengan bentuk strategi
adaptasi sosial ekonomi yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan
langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke
dalam berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabel silang. Ketiga
mengedit yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca
tabel frekuensi atau tabel silang. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan
teknik tabel frekuensi, untuk menganalisis data primer, yaitu karakteristik nelayan
berupa usia, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan serta pengalaman melaut,
serta hubungan antara karakteristik kelas nelayan dengan frekuensi strategi
adaptasi yang dilakukan. Data yang didapat dari hasil tabel frekuensi dijabarkan
secara deskriptif. Pengolahan data dapat dilihat pada hadil uji diversifikasi, data di
jabarkan dalam bentuk tabel frekuensi dimana data jumlah nelayan yang
melakukan diversifikasi dibandingkan dengan jumlah nelayan yang idak
melakukan, setiap data dipisahkan berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan
seperti nelayan juragan, nelayan tradisional dan nelayan buruh. Pengolahan data
yang dilakukan akan menggambarkan tingkat dari masing-masing kelas nelayan
dalam melakukan diversifikasi.

16

17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis dan Kondisi Alam
Kecamatan Pelabuhanratu termasuk ke dalam wilayah administratif
Kabupaten Sukambumi, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Pelabuhanratu
merupakan pusat pemerintahan ibukota Kabupaten Sukabumi dengan batas-batas
wilayah sebagi berikut:
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Sebelah Timur

: Kecamatan Cikidang
: Kecamatan Simpenan
: Kecamatan Cikakak
: Kecamatan Bantar Gadung

Kecamatan Pelabuhanratu berjarak 0.5 kilometer dari pusat kota
kabupaten, 156 kilometer dari ibukota provinsi dan 175 kilometer dari ibukota
negara. Perjalan menuju Pelabuhanratu dapat dilakukan dari terminal
Baranangsiang, Bogor. Waktu tempuh yang digunakan sekitar 5 jam perjalanan.
Kecamatan Pelabuhanratu memiliki luas wilayah 10.287.985 Ha, yang terdiri dari
8 desa, yakni Pelabuhanratu, Citepus, Cibodas, Buniwangi, Citarik, Cikadu,
Tonjong dan Pasiruren. Pusat pemerintahan kecamatan Pelabuhanratu terletak di
desa Pelabuhanratu, dan juga di desa ini terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara
dan tempat pelelangan ikan. Beberapa kantor pemerintahan juga terdapat di
wilayah ini, sehingga dengan banyaknya titik vital pemerintahan membuat
Pelabuhanratu menjadi salah satu minipolis di Jawa Barat.
Kondisi topografi Kecamatan Pelabuhanratu didominasi oleh dataran
rendah dan berikisar pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut. Curah hujan
di Pelabuhanratu berkisar antara 2000 – 3000 mm pertahun, dengan kisaran suhu
18 – 36 derajat celcius. Tingginya tingkat curah hujan dan suhu yang hangat
membuat kawasan ini sering terkena badai dan banjir. Tingginya frekuensi badai
dan banjir membuat beberapa daerah di Pelabuharatu mengalami abrasi.
Potensi Alami
Letak Pelabuhanratu yang memiliki banyak pantai dan berbatasan dengan
Laut Indonesia menyebabkan masyarakat yang berada di kawasan Pelabuhanratu
memanfaatkan potensi dari perairan dan kelautan sebagai mata pencarian utama.
Tingginya angka penduduk yang bekerja sebagai nelayan, yakni sebanyak 3.297
jiwa membuat nelayan menjadi salah satu pekerjaan yang paling banyak
dilakukan oleh masyarakaat Pelabuhanratu. Penduduk yang berprofesi sebagai
nelayan di Kecamatan Pelabuhanratu terpusat di Desa Pelabuhanratu, yakni
sebanyak 1.621 jiwa. Tingginya jumlah nelayan yang ada di Desa Pelabuhanratu
disebabkan karena lokasinya yang berdekatan dengan garis pantai dan Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu. Untuk mendapatkan gambaran dapat dilihat
tingkat produksi perikanan tangkap Pelabuhanratu pada table 3.

18

Tabel 3 Produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
No.

Tahun

Jumlah Produksi dan Nilai Produksi Ikan
Pelabuhanratu
Produksi (Kg)

Nilai (Rp)

1

2002

3,875,468

15,335,105,315

2

2003

4,625,763

18,335,560,568

3

2004

6,404,179

31,566,769,254

4

2005

12,473,099

66,185,976,723

5

2006

9,933,719

61,648,109,620

6

2007

13,546,684

88,619,812,654

7

2008

8,836,943

78,151,806,675

8

2009

8,716,777

109,655,164,610

9

2010

11,897,548

198,724,195,500

10

2011

13,814,120

212,838,920,819

Sumber: Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, 2012

Kependudukan
Jumlah penduduk di Kecamatan Pelabuhanratu adalah sebanyak 101.036
jiwa pada tahun 2012. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 51.515 jiwa atau
sekitar 52 persen, sedangkan jumlah penduduk wanita sebesar 49.521 jiwa atau
sekitar 48 persen dari total penduduk Kecamatan Pelabuhanratu. Mayoritas
penduduk Pelabuhanratu berprofesi sebagai petani yakni sebanyak 11.199 jiwa
dan nelayan 3.297 jiwa. Jumlah penduduk menurut data statistik demografi
kecamatan Pelabuhanratu tahun 2011 yaitu sebesar 101.022 jiwa. Jumlah ini
tersebar di 8 desa yang ada di Kecamatan Pelabuhanratu. Jumlah penduduk desa
terbanyak berada di Kelurahan Pelabuhanratu yakni sebesar 31.275 jiwa. Hal ini
disebabkan olehterkonsentrasinya kegiatan perekonomian di Kelurahan
Pelabuhanratu. Dari total jumlah penduduk di Kecamatan Pelabuhanratu sebanyak
50,99% berjenis kelamin laki-laki.
Sarana dan Prasarana
Dalam rangka menunjang kegiatan pembangunan suatu wilayah tidak bisa
lepas dari keberadaan sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang terdapat di
Pelabuhanratu diantaranya adalah sarana pendidikan, sarana peribadatan, dan
sarana kesehatan. Jumlah sarana pendidikan yang terdapat di Pelabuhanratu pada
tahun 2013 adalah sembilan unit yang terdiri dari Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah Pertama dan Sekolah Menengah atas yang tersebar di 8 Desa di
Kecamatan Pelabuhanratu.

19

Tabel 4 Sarana pendidikan di Pelabuhanratu
Sarana Pendidikan
PAUD
TK
SD
MI
SMP
MTs
SMA
SMK
MA

Jumlah (unit)
63
9
31
14
8
10
4
6
3

Sumber: Profil Kecamatan Pelabuhanratu tahun 2011

Sarana lainnya yang ada di Kecamatan Pelabuhanratu adalah sarana
kesehatan, dimana terdapat Rumah Sakit umum Daerah Pelabuhanratu. Berikut
jumlah sarana kesehatan yang ada di Pelabuhanratu:
Tabel 5 Sarana kesehatan di Pelabuhanratu
Sarana Kesehatan
Rumah Sakit
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Posyandu

Jumlah (unit)
1
2
3
4
101

Sumber: Profil Kecamatan Pelabuhanratu tahun 2011

Di daerah ini juga terdapat pasar tradisional, serta terminal yang menjadi jalur
transportasi antar kota. Beberapa kantor pemerintahan juga terdapat di wilayah
Kecamatan Pelabuhanratu karena statusnya sebagai ibukota Kabupaten Sukabumi.

20

Konteks Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pelabuhanratu termasuk kedalam
wilayah administratif Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pelabuhan
Perikanan Nusantara Pelabuhanratu adalah salah satu pelabuhan yang dibangun
pemerintah pusat guna menunjang aktivitas perikanan yang memanfaatkan
sumberdaya perikanan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 9
Samudra Hindia, dan melayani kapal-kapal yang sedang melakukan operasi
penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan (fishing ground) dengan
menyampaikan informasi yang dibutuhkan nelayan. Layanan yang biasa diberikan
seperti penyampaian informasi mengenai prakiraan potensi daerah penangkapan
ikan, harga ikan, kondisi cuaca melalui radio komunikasi atau alat elektronik
lainnya, melakukan pelayanan terhadap kapal-kapal perikanan baik pada saat
keberangkatan maupun pada saat kedatangan dan saat berada di pelabuhan,
memfasilitasi kegiatan pengolahan ikan guna mempertahankan mutu ikan yang
didaratkan sehingga layak konsumsi, memfasilitasi kegiatan pemasaran ikan
sehingga memperoleh harga yang wajar melalui kegiatan pelelangan ikan di
Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhanratu. Selain itu fungsi PPN Pelabuhanratu
adalah untuk memperlancar kegiatan distribusi ikan ke daerah konsumen,
melakukan pembinaan terhadap nelayan melalui pelatihan-pelatihan dan
pembinaan usaha nelayan.
PPN Pelabuhanratu mulai beroperasi pada tahun 1993,. Sejak
pengembangannya pada periode 1993 – 2008, PPN Pelabuhanratu telah
mengalami dua tahap pembangunan yakni pembangunan tahap pertama pada
tahun1993 dan beroperasi sampai pada tahun 2002, kemudian dilanjutkan dengan
pembangunan tahap kedua selama periode 2003 – 2005 yang merupakan
pengembangan pembangunan tahap pertama. Pembangunan Pelabuhan tahap
pertama dilakukan untuk menunjang aktifitas perikanan terutama untuk
penangkapan ikan dengan ukuran kapal mencapai 30 GT. Pembangunan tahap
kedua pelabuhan perikanan ditujukan untuk menunjang aktifitas penangkapan
ikan oleh kapal berukuran 30 GT sampai dengan 150 GT.
Dana pengembangan Pelabuhan Perikana Nusantra (PPN) Pelabuhanratu
pada tahap awal bersumber pada dana APBN, Asian Develpoment Bank (ADB)
dan Islamic Development Bank (ISDB). Pembanguna