Kajian Bioekonomi Perikanan Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat

KAJIAN BIOEKONOMI PERIKANAN RAWAI TUNA
DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

ADE IMAM PURNAMA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Bioekonomi
Perikanan Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Ade Imam Purnama
NIM C44090017

ABSTRAK
ADE IMAM PURNAMA. Kajian Bioekonomi Perikanan Rawai Tuna di PPN
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Dibimbing oleh NIMMI ZULBAINARNI
dan AM AZBAS TAURUSMAN.
Tingginya permintaan dan produksi ikan tuna di PPN Palabuhanratu
menyebabkan eksploitasi terhadap ikan tuna meningkat serta berpotensi
mempengaruhi kondisi biologi dan keberlanjutan usaha penangkapan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kondisi biologi, status pemanfaatan, dan
pengelolaan optimum sumberdaya ikan tuna. Indeks keragaman shannon-wiener
(H’), length at first maturity, hubungan panjang-bobot, dan model bioekonomi
digunakan dalam penelitian ini untuk analisis data. Hasil penelitian menunjukan
nilai H’ berkisar 1,60 - 2,42. Berdasarkan parameter length at first maturity, 3,8441,02% ikan tuna mata besar, 0,72% ikan tuna sirip kuning, dan 65,63% ikan
pedang-pedang lebih rendah dari ukuran layak tangkap. Hubungan panjang-bobot
ikan tuna mata besar dan ikan tuna sirip kuning besifat allometrik negatif,

sedangkan ikan pedang-pedang allometrik positif. Pengusahaan aktual perikanan
tuna di PPN Palabuhanratu tidak terindikasi kondisi biological overfishing, namun
dalam kondisi economical overfishing. Optimalisasi bioekonomi dicapai pada
upaya penangkapan 597 trip, produksi 2481,14 ton, dan rente ekonomi Rp
67.704.000.000,-.
Kata kunci: bioekonomi, tuna, rawai tuna, PPN Palabuhanratu

ABSTRACT
ADE IMAM PURNAMA. Bioeconomy Study of Tuna Longline Fishery in PPN
Palabuhanratu, Sukabumi, West Java. Supervised by NIMMI ZULBAINARNI
and AM AZBAS TAURUSMAN.
High demand and production of tuna fish in PPN Palabuhanratu has caused
exploitation of tuna increased and potentially affect the biological condition and
sustainability of fishing business. This study aimed to know biological condition,
utilization status, and optimum management of tuna fish resources. Diversity
index of shannon-wiener (H’), length at first maturity, length-weight relationships,
and bioeconomy model was used in this study for data analyses. Result of this
study show that the H’ value was 1.60-2.42. Based on the length at first maturity
parameter, 3.84 - 41.02 % for bigeye tuna, 0.72% for yellowfin tuna, and 65.63%
for swordfish was lower than unallowable catch size. The length-weight

relationships of bigeye and yellowfin tuna were indicated negative allometric
growth model, whereas swordfish positive allometry. Actual effort of tuna fishery
in PPN Palabuhanratu was not indicated a biological overfishing condition,
however it indicated an economical overfishing condition. Bioeconomy
optimalization was achieved at fishing effort of 597 trips, production of 2481.14
tons, and economic rent of Rp 67.704.000.000,-.
Keywords: bioeconomy, tuna, tuna longline, PPN Palabuhanratu

KAJIAN BIOEKONOMI PERIKANAN RAWAI TUNA
DI PPN PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT

ADE IMAM PURNAMA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Bioekonomi Perikanan Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu,
Sukabumi, Jawa Barat
Nama
: Ade Imam Purnama
NIM
: C44090017

Disetujui oleh

Dr. Nimmi Zulbainarni, S Pi, M Si.
Pembimbing I

Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si
Pembimbing II


Diketahui oleh

Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini adalah
bioekonomi perikanan tangkap, dengan judul Kajian Bioekonomi Perikanan
Rawai Tuna di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Nimmi Zulbainarni, SPi, M.Si
dan Bapak Dr. Am Azbas Taurusman, SPi, M.Si selaku pembimbing, serta Bapak
Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc selaku Ketua Departemen. Penghargaan penulis
sampaikan kepada Kepala PPN Palabuhanratu beserta staf, dan seluruh staf pusat
data statistik PPN Palabuhanratu yang telah membantu selama pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga,
atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Ade Imam Purnama

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat
Alat dan Bahan

Metode Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit Penangkapan Rawai Tuna
Metode Operasi Penangkapan Rawai Tuna
Aspek Biologi
Aspek Bioekonomi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vii
viii
viii
ix
1
1

2
2
3
3
3
3
4
4
8
8
10
12
19
26
26
27
27
30
37


viii

DAFTAR TABEL
1
2

Jenis data dan metode pengumpulannya
Rumus bioekonomi model statis (Gordon 1954 dalam Zulbainarni
2012)
3 Length at first maturity (LM) ikan tuna mata besar (Thunnus obessus)
di Samudera Hindia.
4 Length at first maturity (LM) ikan tuna sirip kuning (Thunnus
albacares) di Samudera Hindia
5 Length at first maturity (LM) ikan pedang-pedang (Xiphias gladius) di
Samudera Hindia
6 Hubungan panjang bobot ikan tuna mata besar (Thunnus obessus) di
Samudera Hindia
7 Hubungan panjang bobot ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di
Samudera Hindia
8 Hubungan panjang bobot ikan pedang-pedang (Xiphias gladius) di

Samudera Hindia
9 Produksi (ton) rawai tuna tahun 2003-2012 (PPN Palabuhanratu 2012)
10 Struktur biaya penangkapan rawai tuna di Samudera Hindia
11 Parameter biologi model algoritma fox

4
7
14
15
16
17
18
19
20
23
24

DAFTAR GAMBAR
1
2

3
4
5
6
7
8
9

10

11
12
13

Peta lokasi penelitian
Desain alat tangkap rawai tuna di Palabuhanratu
Kapal rawai tuna
Skema kapal pengangkut hasil tangkapan rawai tuna
Indeks keragaman (H’) hasil tangkapan rawai tuna tahun 2012
Frekuensi panjang cagak ikan tuna mata besar Thunnus obessus ( Juni
2013;N=156 )
Frekuensi panjang cagak ikan tuna sirip kuning Thunnus albacares
(Juni 2013;N=138)
Frekuensi panjang cagak ikan pedang-pedang Xiphias gladius (Juni
2013;N=32)
Hubungan panjang-bobot model eksponensial (a) dan linear (b) ikan
tuna mata besar (Thunnus albacares) bulan Juni 2013, N= 156 dan
kisaran panjang 82-171 cm.
Hubungan panjang-bobot model eksponensial (a) dan linear (b) ikan
tuna sirip kuning (Thunnus albacares) bulan Juni 2013, N= 138 dan
kisaran panjang 93-172 cm
Hubungan panjang-bobot model eksponensial (a) dan linear (b) ikan
Proporsi rata-rata hasil tangkapan rawai tuna tahun 2003-2012
Perbandingan produksi total (ton) dan upaya penangkapan (trip) rawai
tuna tahun 2003-2012

3
9
10
12
13
14
15
16

17

18
19
20
21

ix
14 Perbandingan upaya penangkapan (trip) dan CPUE hasil tangkapan
rawai tuna 10 tahun terakhir
15 Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan dengan produksi rawai
tuna di perairan Samudera Hindia
16 Perbandingan produksi rawai tuna pada setiap kondisi pengusahaan
tahun 2003-2012 di perairan Samudera Hindia
17 Perbandingan upaya penangkapan dan produksi rawai tuna pada setiap
kondisi pengusahaan tahun 2003-2012 di perairan Samudera Hindia
18 Perbandingan rente rawai tuna dan upaya penangkapan pada setiap
kondisi pengusahaan tahun 2003-2012 di perairan Samudera Hindia

22
23
24
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Sebaran frekuensi panjang ikan tuna mata besar (Thunnus obessus)
Sebaran frekuensi panjang ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares)
Sebaran frekuensi panjang ikan pedang-pedang (Xiphias gladius)
Produksi (kg) bulanan rawai tuna per jenis tahun 2012
Jumlah individu bulanan hasil tangkapan rawai tuna hasil konversi dari
bobot produksi tahun 2012
6 Produksi, upaya penangkapan, dan CPUE rawai tuna tahun 2003-2012
7 Analisis bioekonomi perikanan rawai tuna
8 Perhitungan kurva yield-effort pengusahaan rawai tuna di PPN
Palabuhanratu
9 Analisis statistik model Algoritma Fox
10 Perhitungan model Algoritma Fox

31
31
31
32
33
34
34
34
35
36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan sentra
produksi perikanan tangkap terbesar di Kabupaten Sukabumi. Hal ini dapat dilihat
dari total 1200 armada penangkapan ikan yang dimiliki Kabupaten Sukabumi,
1090 armada diantaranya berkonsentrasi di PPN Palabuhanratu dengan jumlah
nelayan mencapai 5112 jiwa (PPN Palabuhanratu 2012). Sebagai sentra produksi
perikanan tangkap, PPN Palabuhanratu memiliki produksi dan nilai produksi yang
cukup besar yaitu 9918 ton/tahun untuk volume produksi rata-rata, dan Rp
104.534.256.407,- per tahun untuk nilai produksi rata-rata (PPN Palabuhanratu
2012). Unit Penangkapan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPN
Palabuhanratu diantaranya unit penangkapan payang, pancing, jaring rampus,
bagan, trammel net, purse seine, gill net, dan rawai tuna.
Hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu terdiri dari 34 jenis
ikan mulai dari ikan demersal kecil, ikan demersal besar, ikan pelagis besar, ikan
pelagis kecil, udang, serta cumi-cumi. Ikan pelagis besar seperti tuna mata besar,
madidihang, albakora, dan cakalang merupakan jenis ikan yang mendominasi
produksi PPN Palabuhanratu. Hasil tangkapan ini didominasi oleh jenis ikan tuna
dengan volume produksi 2318 ton untuk jenis tuna mata besar, 1675 ton
madidihang, dan 466 ton tuna jenis albakora (PPN Palabuhanratu 2012). Produksi
tuna di PPN Palabuhanratu mencakup 29,76 % dari total keseluruhan produksi
perikanan tangkap Palabuhanratu yang mencapai 14979 ton pada tahun 2012
(PPN Palabuhanratu 2012).
Tingginya produksi tuna di PPN Palabuhanratu dikarenakan letak Teluk
Palabuhanratu langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Subani dan Barus
(1989) menyatakan bahwa penyebaran tuna berada di wilayah timur Indonesia dan
Samudera Hindia. Alat tangkap yang banyak digunakan nelayan Palabuhanratu
untuk menangkap ikan tuna adalah rawai tuna. Rawai tuna merupakan alat
tangkap yang paling efektif menangkap ikan tuna karena dalam sekali setting
dapat menebarkan 1000-1100 mata pancing sehingga peluang ikan tertangkap
lebih besar. Ikan tuna merupakan komoditas ekspor perikanan kedua setelah
udang yang telah menyumbangkan devisa pada tahun 2006 sebesar US$ 250,57
juta dengan pertumbuhan volume ekspor 25 tahun terakhir sebesar 6,03 % (Apsari
2011). Pertumbuhan volume ekspor yang positif mengindikasikan peningkatan
permintaan dan eksploitasi tuna di wilayah penghasil tuna seperti Palabuhanratu,
karena tuna merupakan komoditas ekspor dengan nilai ekonomi tinggi.
Meningkatnya eksploitasi tuna akan berdampak pada semakin tingginya
tekanan terhadap keberadaan tuna di perairan. Pemanfaatan sumberdaya ikan
yaitu bersifat terbuka (open access) menambah peningkatan eksploitasi yang
cenderung bebas tanpa batasan selama masih ada kemungkinan memperoleh
manfaat atau keuntungan. Analisis bioekonomi perlu dilakukan dalam
pengelolaan sumberdaya tuna di Samudera Hindia, karena model bioekonomi
merupakan model yang memperhatikan aspek biologi dan aspek ekonomi dari
suatu sumberdaya, sehingga pengelolaan penangkapan ikan tuna tidak hanya

2
terfokus pada maksimalisasi keuntungan saja namun tetap menjaga kelestarian
sumberdaya.
Aktivitas penangkapan rawai tuna tidak hanya berpengaruh pada status dan
potensi pemanfaatan tuna saja namun juga berpengaruh pada kondisi biologi tuna
di suatu perairan. Kondisi biologi ikan tuna dapat dilihat dari indeks keragaman,
indikator length at first maturiry (LM), dan hubungan panjang-bobot hasil
tangkapan. Kajian bioekonomi perikanan rawai tuna di PPN Palabuhanratu perlu
dilakukan untuk mengetahui pengelolaan ikan tuna yang tepat dan berkelanjutan
dari aspek biologi dan ekonomi.
Perumusan Masalah
Volume ekspor dan nilai ekonomi tuna yang tinggi membuat daerah-daerah
yang merupakan sentra produksi perikanan tuna di Indonesia terus meningkatkan
produksinya. PPN Palabuhanratu merupakan salah satu sentra produksi perikanan
tuna dengan 29,76 % hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu
merupakan ikan tuna. Tingginya produksi dan tingkat pemanfaatan ikan tuna
dengan menggunakan rawai tuna setiap tahunnya akan berdampak pada
penurunan kualitas biologi dan keberlanjutan usaha penangkapan ikan tuna.
International Seafood Sustainability Foundation (2012) mencatat bahwa
kelimpahan stok ikan tuna mata besar dan tuna sirip kuning di Samudera Hindia
belum terindikasi overfishing namun tuna jenis albakora sudah terindikasi
overfishing secara biologi. Melihat permasalahan tersebut, sumberdaya perikanan
memang memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki diri (renewable), namun
apabila dimanfaatkan melebihi batas kelestariannya akan mengakibatkan
kepunahan sumberdaya. Untuk itu kajian mengenai kondisi bioekonomi perikanan
rawai tuna di PPN Palabuhanratu perlu dilakukan untuk dapat mengetahui kondisi
aktual pemanfaatan ikan tuna, dan dijadikan acuan dalam pengelolaan ikan tuna
yang berkelanjutan secara biologi dan ekonomi.
Tujuan Penelitian
(1)

(2)

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui keragaan biologi sumberdaya tuna (indeks keragaman, indikator
length at first maturity (LM), dan hubungan panjang-bobot) di perairan
Samudera Hindia yang ditangkap menggunakan rawai tuna dan didaratkan
di PPN Palabuhanratu ;
Mengestimasi potensi lestari dan status pemanfaatan sumberdaya tuna di
perairan Samudera Hindia yang ditangkap menggunakan rawai tuna dan
didaratkan di PPN Palabuhanratu;
Menentukan tingkat pengelolaan optimum sumberdaya tuna di perairan
Samudera Hindia yang ditangkap menggunakan rawai tuna dan didaratkan
di PPN Palabuhanratu berdasarkan aspek biologi dan ekonomi.

3
Manfaat Penelitian
(1)

(2)
(3)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain kepada:
Pemerintah Kabupaten Sukabumi dalam merumuskan kebijakan
pengelolaan sumberdaya tuna di perairan Samudera Hindia yang ditangkap
menggunakan rawai tuna dan didaratkan di PPN Palabuhanratu;
Nelayan dalam melakukan usaha penangkapan rawai tuna yang
menguntungkan namun berkelanjutan secara ekonomi dan biologi;
Civitas akademika dalam penelitian mengenai ilmu bioekonomi untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni–Agustus 2013 bertempat di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi,
Provinsi Jawa Barat dan perairan Samudera Hindia (Gambar 1).

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran gulung dengan
ketelitian 1 cm, timbangan pegas 100 kg, alat tulis, daftar pertanyaan (kuesioner),
dan alat dokumentasi (kamera digital). Bahan yang digunakan adalah ikan pelagis
besar hasil tangkapan rawai tuna, kuesioner yang telah terisi, dan data sekunder.

4
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Survei
dilakukan pada unit penangkapan rawai tuna yang mendaratkan hasil tangkapan di
PPN Palabuhanratu. Responden untuk data biaya penangkapan dan harga rata-rata
ikan hasil tangkapan merupakan pemilik kapal rawai tuna sebanyak tiga orang,
yang dipilih secara purposive sampling. Pengambilan sampel untuk data panjang
dan bobot hasil tangkapan dilakukan di delapan kapal rawai tuna secara acak.
Selengkapnya metode dan teknik pengumpulan data untuk mengetahui kondisi
bioekonomi perikanan rawai tuna disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data dan metode pengumpulannya
No
Jenis Data
1
Produksi rawai tuna 10
tahun terakhir
2
Trip rawai tuna 10 tahun
terakhir
3
Harga ikan rata- rata
4

Biaya penangkapan

5

Unit & metode
penangkapan
Panjang dan bobot ikan

6

Metode Pengumpulan
Pengumpulan dari PPN
Palabuhanratu
Pengumpulan dari PPN
Palabuhanratu
Wawancara dengan purposive
sampling
Wawancara dengan purposive
sampling
Wawancara dan pengamatan
langsung
Pengukuran sampel secara
acak

Keterangan
Data sekunder
Data sekunder
Data primer
Data primer
Data primer
Data primer

Analisis Data
Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Penghitungan indeks keragaman hasil tangkapan dalam penelitian ini
untuk mengetahui seberapa selektif alat tangkap yang menjadi obyek penelitian.
Keragaman jenis ikan hasil tangkapan dihitung dengan indeks Shannon-Wiener
menggunakan persamaan modifikasi dari Krebs (1989).

dimana :
H’
= indeks keragaman Shannon –Wiener
pi
= perbandingan antara jumlah individu ikan spesies ke-i (ni) dengan
jumlah individu ikan (N)
i
= 1,2,3,..,n
Indikator ukuran panjang ikan dan Length at first maturity
Indikator ukuran saat pertama kali matang gonad (Length at first maturity)
spesies ikan hasil tangkapan diperoleh dari studi literatur beberapa hasil penelitian
length at first maturirity ikan tuna di Samudera Hindia. Kemudian dilakukan

5
perbandingan antara panjang ikan dengan panjang saat pertama kali matang gonad
untuk mengetahui persentase ikan yang belum layak tangkap.
Hubungan Panjang-Bobot Ikan Hasil Tangkapan
Pengukuran panjang-bobot ikan hasil tangkapan dilakukan pada beberapa
kapal rawai tuna. Pengukuran panjang ikan tuna menggunakan panjang cagak
(fork length), sedangkan ikan pedang-pedang (swordfish) menggunakan lower
jaw to fork length (LJFL). Panjang cagak merupakan panjang dari ujung mulut
ikan sampai pangkal cagak ekor ikan. LJFL merupakan panjang ikan dari rahang
bawah sampai dengan pangkal cagak ekor ikan.
Persamaan umum hubungan panjang-bobot adalah W=aLb, dengan
W=bobot ikan (kg) dan L=panjang ikan (cm), sedangkan a dan b adalah konstanta
regresi hubungan panjang dan bobot ikan. Nilai a dan b didapatkan dari
persamaan ln W= ln a + b ln L. Logaritma ini menunjukan nilai yang linier. Nilai
b merupakan konstanta pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan.
Hubungan konstanta regresi panjang dan bobot memungkinkan untuk
membandingkan individu dalam satu populasi maupun antar populasi (Hile 1936
dalam Effendi 1997) :
(1) Nilai b=3 menunjukkan pola pertumbuhan bersifat isometrik, yaitu ikan
mempunyai bentuk tubuh yang tidak berubah atau pertambahan panjang ikan
seimbang dengan pertambahan bobotnya;
(2) Nilai b≠3 menunjukkan pola pertumbuhan bersifat allometrik, yaitu:
a) b>3 maka pertumbuhan bersifat allometrik positif, dengan pertumbuhan
bobot lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya, menunjukkan keadaan
ikan yang gemuk;
b) b