Tingkat partisipasi dan efektivitas lembaga keuangan mikro di Posdaya Sauyunan

TINGKAT PARTISIPASI DAN EFEKTIVITAS LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO DI POSDAYA SAUYUNAN

RIZKI AINIYA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Partisipasi
dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro di Posdaya Sauyunan adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014

Rizki Ainiya
NIM I34100125

iii

ABSTRAK
RIZKI AINIYA. Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro di
Posdaya Sauyunan. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO.
Posdaya merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang
yang dibentuk sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Terkait dengan hal
tersebut, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) turut dibentuk untuk membantu
mengembangkan kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Program ini memerlukan partisipasi dari stakeholder khususnya partisipasi dari
pendamping, kader dan masyarakat. Konsep partisipasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah konsep Uphoff yang mengartikan partisipasi sebagai

keikutsertaan anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan
menikmati hasil. Hasil penelitian menunjukkan peran kader dalam memfasilitasi,
mendidik dan membimbing lebih dirasakan oleh anggota daripada peran
pendamping. Hal ini dikarenakan anggota LKM lebih dekat dan mengetahui kader
LKM daripada pendamping. Berdasarkan uji hubungan menggunakan uji ChiSquare dan Rank Spearman, tingkat partisipasi anggota hanya memiliki hubungan
terhadap karakteristik anggota pada variabel kepemilikan usaha. Peran kader lebih
terlihat hubungannya terhadap tingkat partisipasi dari pada peran pendamping,
sementara tingkat partisipasi hampir seluruhnya memiliki hubungan terhadap
efektivitas Lembaga Keuangan Mikro.
Kata kunci: lembaga keuangan mikro, tingkat partisipasi, pendamping, kader,
efektivitas

ABSTRACT
RIZKI AINIYA. Level of Participation and Effectiveness of Microfinance
Institutions in Posdaya Sauyunan. Supervised by PUDJI MULJONO.
Posdaya is one of community empowerment programs that are formed as a
poverty alleviation efforts. In this regard, Microfinance Institutions (MFIs) also
formed to help develop activities aimed at improving people's lives. This program
requires the participation of stakeholders, especially the participation of a
companion, cadres, and society. The concept of participation used in this study is

the concept that defines Uphoff participation as member participation in planning,
implementation, evaluation, and enjoy the results. The results suggest a role in
facilitating cadres, educating, and guiding more than perceived by members of the
escort role. This is because the closer the MFI members and cadres know MFI
than a companion. by testing the relationship using Chi-square test and Spearman
Rank, participation rates have only member of the characteristics of the member
variables of business ownership. The role of cadres more visible relation to the
degree of participation of the companion role, while the participation rate is
almost entirely linked to the effectiveness of Microfinance Institutions.
Keywords: microfinance institutions, participation, companion, cadres,
effectiveness

iv

TINGKAT PARTISIPASI DAN EFEKTIVITAS LEMBAGA
KEUANGAN MIKRO DI POSDAYA SAUYUNAN

RIZKI AINIYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

v

Judul Skripsi : Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro di
Posdaya Sauyunan
Nama
: Rizki Ainiya
NIM
: I34100125


Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Dosen Pembimbing

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas
rahmat, karunia dan inayahnya-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro di
Posdaya Sauyunan” sesuai dengan waktunya. Penelitian ini dilaksanakan sejak
bulan April 2014 hingga Mei 2014 di Desa Ciherang. Terima kasih penulis
ucapkan yang sebesar-besarnya kepada bapak Dr Ir Pudji Muljono, MSi selaku
pembimbing yang telah mencurahkan waktunya dalam memberikan saran dan

masukan selama proses penelitian hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik Bapak Dr Ir
Dwi Sadono, MSi yang telah membimbing penulis selama penulis berada di
departemen SKPM. Kedua orang tua tercinta, Bapak Nurullah dan Ibu Hamidah,
kakak dan adik tersayang yaitu Aminuddin dan Sayu Inayah yang selalu
mendoakan, memotivasi dan melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta
Faris Azhar Muzakkar yang memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
Tak lupa pula kepada seluruh pihak yang mendukung proses berjalannya masa
studi, yaitu Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa Program
Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) untuk menempuh pendidikan S1 di Institut
Pertanian Bogor, seluruh ustadz, guru, serta dosen yang telah mendoakan dan
memberikan ilmu-ilmunya, seluruh civitas akademika IPB khususnya FEMA dan
SKPM yang mendukung seluruh proses pembelajaran selama perkuliahan 8
semester, masyarakat baik responden responden maupun non responden dan
aparat desa yang telah bersedia memberikan berbagai informasi terkait penelitian
ini, Ibu Julaiha, Ibu Nafsiah dan Ibu Kurnia Sari yang telah menerima kehadiran
dan membantu penulis dari awal hingga akhir penelitian serta teman satu
bimbingan Fransisca Gita Anjani dan Annanur Chulafa, teman-teman SKPM 47,
teman-teman CCS MoRA IPB, dan teman-teman angkatan 2010 yang telah
memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, Agustus 2014

Rizki Ainiya

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORiTIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran

Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Wilayah Penelitian
Gambaran Umum Posdaya Sauyunan
Karakteristik Anggota LKM Posdaya Sauyunan
Peran Pendamping dan Kader LKM Posdaya Sauyunan
Tingkat Partisipasi Anggota LKM Posdaya Sauyunan
Efektivitas Program LKM Posdaya Sauyunan
Hubungan Karakteristik Terhadap Tingkat Partisipasi Anggota
LKM Posdaya Sauyunan
Hubungan Peran Pendamping dan Kader Terhadap Tingkat
Partisipasi Anggota LKM Posdaya Sauyunan
Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota terhadap Efektivitas

Program LKM Posdaya Sauyunan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
Ix
X
1
1
3
4
4
7
7
13
15

15
19
19
19
19
20
20
21
21
25
31
35
43
49
53
57
67
79
79
80

81
85
101

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Jenis pemanfaatan dan persentase luas lahan di Desa Ciherang
tahun 2013
Jumlah dan presentase penduduk menurut tingkat pendidikan di
Desa Ciherang tahun 2013
Jumlah dan presentase penduduk menurut jenis mata pencaharian
di Desa Ciherang tahun 2013
Jumlah dan presentase penduduk menurut agama di Desa Ciherang
tahun 2013
Jumlah dan persentase anggota LKM menurut umur tahun 2014
Jumlah dan persentase anggota LKM menurut tingkat pendidikan
tahun 2014
Jumlah dan persentase anggota LKM Menurut tingkat pendidikan
tahun 2014
Jumlah dan persentase anggota LKM menurut kepemilikan usaha
tahun 2014
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas
pendamping dalam memfasilitasi
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas kader
dalam memfasilitasi
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas
pendamping dalam mendidik
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas kader
dalam mendidik
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas
pendamping dalam membimbing
Jumlah dan presentasi anggota LKM menurut intensitas kader
dalam membimbing
Hasil uji T atau Paired Test antara peran pendamping dan peran
kader dalam memfasilitasi, mendidik dan membimbing
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut tingkat partisipasi
pada tahap perencanaan
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut tingkat partisipasi
pada tahap pelaksanaan
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut tingkat partisipasi
pada tahap menikmati hasil
Jumlah dan presentase anggota LKM berdasarkan menurut tingkat
partisipasi pada tahap evaluasi
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut ketepatan sasaran
Jumlah dan presentase anggota LKM menurut kesesuaian tujuan

21
22
22
23
31
32
33
33
35
36
37
38
38
39
40
44
44
45
45
49
50

ix

22
23
24
25
26
27

28

29

30
31
32
33

Jumlah dan presentase anggota LKM menurut intensitas yang
dicapai
Koefisien korelasi spearman (rs) antara umur terhadap tingkat
partisipasi anggota LKM pada seluruh tahapan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat pendidikan terhadap
tingkat partisipasi anggota LKM pada seluruh tahapan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat pendapatan
terhadap tingkat partisipasi anggota LKM pada seluruh tahapan
Koefisien Chi-Square antara kepemilikan usaha terhadap tingkat
partisipasi anggota LKM pada seluruh tahapan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara intensitas pendamping dan
kader dalam memfasilitasi dengan tingkat partisipasi anggota LKM
Posdaya Sauyunan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara intensitas pendamping dan
kader dalam mendidik dengan tingkat partisipasi anggota LKM
Posdaya Sauyunan
Koefisien korelasi spearman (rs) antara intensitas pendamping dan
kader dalam membimbing dengan tingkat partisipasi anggota LKM
Posdaya Sauyunan
Koefisien Rank Spearman antara tingkat partisipasi pada tahap
perencanaan terhadap efektivitas program LKM
Koefisien Rank Spearman antara tingkat partisipasi pada tahap
pelaksanaan terhadap efektivitas LKM
Koefisien Rank Spearman antara tingkat partisipasi pada tahap
menikmati hasil terhadap efektivitas program LKM
Koefisien Rank Spearman antara tingkat partisipasi pada tahap
evaluasi terhadap efektivitas program LKM

50

53
54
55
56

57

60

63
67
70
72
75

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran
Struktur organisasi Posdaya Sauyunan tahun 2010
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap
terhadap variabel ketepatan sasaran
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap
terhadap variabel kesesuaian tujuan
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap
terhadap variabel intensitas yang dicapai
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap
terhadap variabel ketepatan sasaran

14
26
perencanaan
68
perencanaan
68
perencanaan
69
pelaksanaan
70

x

7
8
9
10
11
12
13
14

Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan
terhadap variabel kesesuaian tujuan
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan
terhadap variabel intensitas yang dicapai
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil
terhadap variabel ketepatan sasaran
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil
terhadap variabel kesesuaian tujuan
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil
terhadap variabel intensitas yang dicapai
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi terhadap
variabel ketepatan sasaran
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi terhadap
variabel kesesuaian tujuan
Hubungan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi terhadap
variabel intensitas yang dicapai

71
71
73
73
74
75
76
77

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Peta Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat
Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014
Contoh pengolahan data
Kerangka sampling
Dokumentasi penelitian

85
86
87
98
99

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemiskinan yang terjadi di Indonesia merupakan masalah yang cukup
sulit diselesaikan. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya garis kemiskinan di
Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan
September tahun 2012, garis kemiskinan di Indonesia mencapai Rp 259.520, dan
jumlah penduduk miskin pada Sepetember 2012 mencapai 28.594,60 juta jiwa.
Merujuk pada Bappenas (2010) bahwa salah satu prioritas ke depan negara
Indonesia berdasarkan tujuan pembangunan milenium (MDGs) adalah
menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Prioritas untuk menurunkan
kemiskinan salah satunya dengan cara memperluas kesempatan kerja. Perhatian
khusus yang diberikan diantaranya perluasan fasilitas kredit untuk usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM), dan pemberdayaan masyarakat miskin dengan
meningkatkan akses dan penggunaan sumber daya untuk meningkatkan
kesejahteraannya. Pemerintah dalam menjalankan upaya menanggulangi
kemiskinan, membutuhkan kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak,
termasuk masyarakat, pihak swasta, dan lembaga donor. Upaya yang telah
dilakukan melalui kebijaksanaan, peraturan, serta kegiatan pembangunan yang
diarahkan untuk menunjang, merangsang, dan membuka jalan bagi kegiatan
pembangunan masyarakat, diharapkan mampu menjadi masyarakat yang lebih
mandiri. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan adalah melalui
pembangunan. Pembangunan menurut Sumodiningrat (2007) adalah sebagai
proses mewujudkan masyarakat sejahtera secara adil dan merata. Untuk
melakukan pembangunan tersebut, sejumlah kebijakan dan jaminan sosial telah
diluncurkan oleh pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, namun hal
tersebut belumlah maksimal. Hal ini sangat berkaitan dengan kurangnya
masyarakat yang terlibat dalam upaya pembangunan. Partisipasi aktif dibutuhkan
tidak hanya hadir dari pemerintah, melainkan masyarakat luas turut dihadirkan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan
prasyarat penting keberhasilan suatu pembangunan. Kesadaran masyarakat akan
pentingnya partisipasi dalam program perlu ditingkatkan agar keterlibatan dalam
pembangunan dapat dirasakan sebagai kewajiban bersama. Salah satu cara agar
masyarakat berpartisipasi adalah dengan menyelaraskan program sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Keikutsertaan masyarakat dalam program dapat
menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging), sehingga program tersebut
menjadi berkelanjutan.
Salah satu pembangunan yang melibatkan langsung masyarakat sebagai
upaya dalam pengentasan kemiskinan dan juga merupakan salah satu upaya
merespon tujuan milenium (MDGs) adalah Pos Pemberdayaan Keluarga atau
Posdaya. Posdaya atau pos pemberdayaan keluarga merupakan program
pemberdayaan yang saat ini tengah dikembangkan oleh Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (P2SDM) LPPM IPB bekerjasama dengan Yayasan
Damandiri, membangun dan mengembangkan Pos Pemberdayaan Keluarga
(Posdaya) di wilayah-wilayah yang memiliki kantong kemiskinan baik tingkat
desa, dusun atau RW. Landasan hukum pembentukan Posdaya terdapat dalam UU

2

No. 11/2009 pasal 121 tentang kesejahteraan sosial dan Inpres No. 3/2010 tentang
pembangunan yang berkeadilan dengan substansi pembangunan pro rakyat,
keadilan untuk semua, dan pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs).
Menurut Suyono dan Haryanto (2009) Posdaya adalah suatu forum
silaturrahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa
dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi
keluarga secara terpadu. Proses pemberdayaan Posdaya diprioritaskan pada
kemampuan keluarga dalam memberantas kemiskinan menuju keluarga yang
makmur dan sejahtera serta dapat melaksanakan fungsi-fungsi utamanya dengan
baik untuk membangun seluruh anggotanya. Begitu pula dengan Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang, selain pilar pendidikan, kesehatan, dan lingkungan,
pilar ekonomi menjadi salah satu pilar yang digencarkan terutama kegiatan LKM
atau lembaga keuangan mikro. Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan
lembaga yang dibangun untuk melayani mayarakat miskin dalam meningkatkan
pendapatannya melalui pengembangan usaha mikro (kecil). Dengan
memaksimalkan partisipasi dari anggota, diharapkan kegiatan LKM dapat berjalan
efektif.
Tidak hanya masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan LKM di Posdaya
Sauyunan, pendampingan dan pengkaderan turut dibentuk untuk memaksimalkan
partisipasi anggota. Pendamping sangat dibutuhkan keberdaannya sebagai seorang
yang dapat memfasilitasi kegiatan. Pendamping merupakan orang yang secara
suka rela memfasilitasi, memantau, serta mendidik anggota melalui pengetahuan
yang dimiliki dengan tujuan membantu masyarakat untuk hidup lebih mandiri
serta dapat meningkatkan taraf hidupnya. Pendamping juga diharapkan dapat
terlibat langsung dalam proses perencanaan, hingga berjalannya program.
Begitupula dengan kader, kader sangat dibutuhkan dalam program pemberdayaan
ekonomi, karena kader merupakan penggerak masyarakat untuk melakukan
perubahan dengan tujuan memberdayakan masyarakat setempat melalui
keterampilan yang dimiliki agar tersalur kepada anggota lainnya. Akan tetapi,
program LKM pada umumnya sering dihadapkan oleh masalah kurang
berhasilnya program yang dijalankan. Hal ini selain dikarenakan kurangnya
partisipasi dari anggota, juga dikarenakan tidak tepatnya sasaran program
ekonomi dan tidak sesuainya penggunaan dana. Sosialisasi yang lebih intensif
diharapkan menjadi salah satu solusi agar masyarakat menyadari pentingnya
membangun diri. Untuk itu, pendamping dan kader sangat dibutuhkan sebagai
agen pembaharu untuk memperlancar program LKM di Posdaya, sehingga
pendamping perlu dibekali materi yang memadai agar dapat mendampingi kader
Posdaya atau anggota Posdaya desa yang sangat potensial sebagai penggerak
pembangunan di bidang ekonomi khususnya LKM.
Penelitian terdahulu banyak yang telah mengkaji Posdaya, diantaranya,
Ernawati (2011) melakukan penelitian yang berfokus pada faktor internal dan
eksternal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi. Efektivitas komunikasi
yang diukur pada penelitian ini berfokus pada tiga bidang yaitu kesehatan,
pendidikan, dan ekonomi. Pamungkas (2013) juga meneliti mengenai hubungan
antara aktivitas komunikasi dengan tingkat keberdayaan kader Posdaya di Kota
dan di Kabupaten Bogor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Karakteristik
kader Posdaya di Kota Bogor yang berhubungan nyata positif dengan aktivitas
1

Sumber dari buku 101 Pengenalan Posdaya

3

komunikasi di antaranya pendidikan nonformal, pengalaman menjadi kader
Posdaya, tingkat pendapatan, motivasi dan kepemilikan media serta faktor
lingkungan yang berhubungan nyata positif dengan aktivitas komunikasi adalah
dinamika kelompok dan peran pendamping. Penelitian yang dilakukan oleh
Kurniawati (2010), menghasilkan bahwa faktor eksternal lebih berpengaruh
terhadap tingkat partisipasi pada kegiatan ekonomi dibandingkan faktor internal,
hal ini dikarenakan masyarakat selalu tergantung pada faktor eksternal khususnya
dukungan keluarga, peran tokoh masyarakat dan peran pendamping. Faktor
intenal meliputi umur, pendidikan formal, pendapatan, tanggungan keluarga,
pengalaman berwirausaha, motivasi berwirausaha dan kekosmopolitan, sementara
faktor eksternal meliputi sarana produksi, dukungan keluarga, peran tokoh
masyarakat dan peran pendamping. Penelitian ini belum mengukur sejauh mana
kegiatan di bidang ekonomi telah berjalan efektif. Rahmawati (2012) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa peran LKM Posdaya dalam memberikan
pelayanan keuangan, dengan sasaran masyarakat miskin, menggunakan prosedur
dan mekanisme fleksibel sudah tergolong baik, namun peran LKM tersebut belum
mampu meningkatkan pengembangan usaha mikro anggotanya. Hasil
penelitiannya juga menyatakan bahwa peran LKM secara keseluruhan tidak
berhubungan dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga anggota, hal ini
disebabkan oleh faktor internal seperti kualitas SDM yang terbatas, kurangnya
inovasi, keterbatasan teknologi dan informasi, kelemahan sistem prosedur,
permodalan, dan pendanaan dalam pengembangan usaha. Berdasarkan beberapa
penelitian yang telah di paparkan tersebut, beberapa diantaranya masih berfokus
pada efektivitas komunikasi yang dilakukan, baik bersifat makro maupun bersifat
mikro. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2010) dan
Rahmawati (2012) belum melihat efektivitas dari LKM yang sudah berjalan.
Berdasarkan uraian tersebut, menarik bagi penulis untuk mengkaji lebih
lanjut bagaimanakah tingkat partisipasi dan efektivitas Lembaga Keuangan
Mikro di Posdaya Sauyunan, Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat?

Masalah Penelitian
Menurut Suyono dan Haryanto (2009) Posdaya adalah suatu forum
silaturrahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, sekaligus bisa
dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi
keluarga secara terpadu. Anggota Posdaya merupakan subyek yang dirancang
sebagai pelaksana pembangunan di daerahnya masing-masing. Aktivitas dari
seorang anggota tidak terlepas dari karakteristik yang dimiliki dari anggota
Posdaya itu sendiri. Karakteristik dapat dijadikan penentu anggota masyarakat
untuk ikut berpartisipasi dalam melakukan program Posdaya khususnya di bidang
ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk menganalisis
bagaimanakah hubungan antara karakteristik anggota LKM terhadap
tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil
dan evaluasi?
Posdaya juga merupakan program yang muncul sebagai respon dari
pembangunan ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan anggota. Posdaya

4

telah mampu mensinergikan antara stakeholder dan masyarakat untuk
bekerjasama dalam mengentaskan kemiskinan. Seperti halnya yang terjadi pada
Posdaya Sauyunan yang berada di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peran pendamping dan kader Posdaya sebagai
salah satu faktor penentu partisipasi masyarakat menjadi penting keberadaannya,
karena peran yang dimilikinya mampu membantu dalam memberdayakan anggota
Posdaya. Fungsi yang dimiliki sebagai pendamping dan kader diharapkan mampu
menggali potensi yang dimiliki oleh Posdaya Sauyunan untuk selanjutnya
dikembangkan melalui pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Selain itu,
peran pendamping dan kader diharapkan mampu meningkatkan partisipasi
anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Oleh
karena itu, seorang pendamping dan kader harus mampu berperan sesuai dengan
fungsi yang dimiliki agar tujuan dari program Posdaya tercapai, sehingga penting
bagi penulis untuk menganalisis bagaimanakah hubungan antara peran
pendamping dan kader pada program LKM terhadap tingkat partisipasi
anggota?
Partisipasi dari masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat
sangatlah penting karena masyarakat memiliki peran sebagai pelaku atau subyek
pemberdayaan. Menurut Uphoff et al. (1979), partisipasi merupakan keterlibatan
masyarakat mulai pada tahap pembuatan keputusan (perencanaan), penerapan
keputusan (pelaksanaan), penikmatan hasil, dan evaluasi. Partisipasi dilakukan
agar masyarakat mampu membangun kehidupan ekonominya menjadi lebih baik
serta dapat mengefektifkan program LKM baik dari ketepatan sasaran, kesesuaian
tujuan, maupun intensitas yang dicapai anggota. Oleh karena itu, penting bagi
penulis untuk menganalisis bagaimana hubungan antara partisipasi
masyarakat terhadap efektivitas program LKM?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis hubungan antara karakteristik anggota LKM terhadap
tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil
dan evaluasi
2. Untuk menganalisis hubungan antara peran pendamping dan kader pada
program LKM terhadap tingkat partisipasi anggota
3. Untuk menganalis hubungan partisipasi masyarakat terhadap efektivitas
program LKM

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan
Mikro. Penelitian ini juga diharapkan menjadi literatur serta rujukan bagi
peneliti yang ingin melakukan penelitian secara mendalam berkaitan dengan

5

topik dari penelitian ini atau bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan
dalam membuat kebijakan berkaitan dengan Tingkat Partisipasi dan
Efektivitas Lembaga Keuangan Mikro
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
pengetahuan mengenai Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keuangan
Mikro, khususnya bagi masyarakat umum yang membacanya.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Efektivitas Program
Efektivitas merupakan konsep yang sering digunakan dalam mengukur
tujuan yang dicapai dari suatu organisasi atau kelompok. Martuti (2011)
mendefinisikan efektivitas sebagai kemampuan suatu organisasi untuk mengelola
sumberdaya maupun sumber dananya untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Suatu program pembangunan akan efektif apabila tujuan
dan sasaran program pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.
Budiani (tidak ada tahun) dalam penelitiannya menjabarkan variabel yang
digunakan untuk mengukur efektivitas adalah ketepatan sasaran, tingkat
sosialisasi, tujuan program, serta pemantauan. Penelitiannya menunjukkan bahwa
variabel yang efektif dalam mengukur efektivitas program penanggulangan
pengangguran Karang Taruna “Eka Taruna Bhakti” Desa Sumerta Kelod
Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar adalah ketepatan sasaran, tingkat
sosialisasi, tujuan program. Samsudin et al. (2014) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dalam
penyaluran bantuan sosial diantaranya, kinerja aparatur, kompetensi administratur,
sarana dan prasarana, dan pengawasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap efektivitas. Muttakin et al. (2013) dalam penelitiannya menjelasakan
bahwa indikator yang digunakan dalam menentukan efektivitas PNPM dalam
pembangunan pertanian adalah tujuan PNPM-MP, baik tujuan umum maupun
tujuan khusus, sementara variabel yang berhubungan nyata dengan efektivitas
adalah pengetahuan anggota, peran Fasilitator Kecamatan (FK) dan Tim
Pengelola Kegiatan (TPK) dan jumlah dana PNPM-MP. Rizna dan Rusli (2012)
dalam penelitiannya menggunakan indikator untuk menentukan efektivitas
program berdasarkan teori yang dikemukakan oleh David Krech, Ricard S.
Cruthfied dan Egerton L. Ballachey, indikator tersebut antara lain jumlah hasil
yang dikeluarkan, tingkat kepuasan yang diperoleh, produk kreatif dan intensitas
yang akan dicapai.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa efektivitas program dapat diukur
menggunakan beberapa indikator sesuai dengan tujuan program. Sehubungan
dengan penelitian ini, indikator efektivitas yang akan diamati adalah
1. Ketepatan Sasaran
Sasaran adalah target yang dijadikan sebagai pelaku pemberdayaan,
sementara ketepatan sasaran merupakan ketepatan penetapan kelompok
masyarakat yang dijadikan peserta program pemberdayaan masyarakat. Ketepatan
sasaran dijadikan indikator dalam menentukan efektivitas program pemberdayaan
karena berkaitan dengan ketepatan program pemberdayaan yang diperuntuhkan
bagi individu atau kelompok yang perlu diberdayakan, sehingga semakin tepat
sasaran program maka program berjalan semakin efektif.

8

2. Kesesuaian tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh sebuah program,
sementara kesesuaian tujuan merupakan sesuainya tujuan sebelum dilaksanakan
kegiatan dan setelah kegiatan tersebut dijalankan. Kesesuaian tujuan digunakan
sebagai indikator dalam menentukan efektivitas karena LKM bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat. Dengan adanya kegiatan LKM diharapkan mampu
memberdayakan masyarakat yang memerlukan bantuan dana untuk membangun
atau mengembangkan usaha secara mikro.
3. Intensitas yang akan dicapai
Intensitas yang akan dicapai, artinya memiliki ketaatan yang tinggi dalam
suatu tingkatan intens tertentu, dimana adanya rasa saling memiliki dengan kadar
yang tinggi (Rizna dan Rusli 2012). Intensitas yang akan dicapai digunakan
sebagai indikator dalam menentukan efektivitas karena kegiatan LKM diberikan
dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Hal ini ditujukan agar anggota
memiliki kesadaran dalam mengembalikan dana tersebut dan menggunakannya
sesuai dengan ketentuannya.

Lembaga Keuangan Mikro
Lembaga Keuangan Mikro atau yang lebih dikenal dengan LKM
merupakan program berbasis perekonomian yang kini tengah meramaikan
pembangunan ekonomi. LKM lebih dipusatkan kepada masyarakat pedesaaan
yang memiliki pendapatan di bawah rata-rata. Menurut Wijono (2005), LKM
sudah banyak dibentuk dan tersebar mulai dari perkotaan sampai pedesaan, atas
prakarsa pemerintah, swasta maupun kalangan lembaga swadaya masyarakat
dalam bentuknya yang formal, nonformal, sampai informal dengan
karakteristiknya masing-masing. Undang-undang No.1 Tahun 2013 tentang
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang
khusus didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan
masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro
kepada anggota dan masyarakat, pengelola simpanan, maupun pemberian jasa
konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan
(Baskara 2013). Definisi tersebut menyiratkan bahwa LKM merupakan sebuah
institusi profit motive yang juga bersifat social motive, yang kegiatannya lebih
bersifat community development dengan tanpa mengesampingkan perannya
sebagai lembaga intermediasi keuangan (Baskara 2013).
Baskara (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa jenis-jenis LKM
yang ada di Indonesia dan langsung bersentuhan dengan kelompok pemerintahan
paling kecil yakni desa meliputi Badan Kredit Desa (BKD), Lembaga Dana Kredit
Pedesaan (LDKP), Badan Kredit kecamatan (BKK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LKP), Lumbung Pitih Negari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa
(LPD), Lembaga Dana Kredit Pedesaan lain di Indonesia dan Baitul Maal wat
Tamwil (BMT). Wijono (2005) menyatakan bahwa berdasarkan bentuknya secara
umum LKM dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Lembaga formal seperti bank desa dan
koperasi, 2) Lembaga semi formal misalnya organisasi non pemerintahan dan 3)
Sumber-sumber informal, misalnya pelepasan uang.

9

Partisipasi
Program pemberdayaan masyarakat merupakan
program yang
memerlukan partisipasi baik dari masyarakat maupun dari berbagai stakeholder.
Partisipasi dimaksudkan agar program dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Nasdian (2006) menyatakan bahwa partisipasi adalah proses aktif,
inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir
mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme), dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Muljono
(2009) dalam penelitianya menyatakan bahwa selama ini warga hanya terlibat
sebagai sasaran pembangunan, namun setelah adanya program Posdaya, warga
lebih banyak berperan sebagai perancang, pelaksana dan pengevaluasi
pembangunan di wilayahnya. Uphoff et al. (1979) mendefinisikan partisipasi
sebagai keterlibatan masyarakat mulai dari pembuatan keputusan, penerapan
keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi. Keempat tahapan partisipasi
sebagaimana yang didefinisikan Uphoff et al. (1979) tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang
dimaksud disini yaitu pada perencanaan suatu kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata
partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam
bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk
tindakan sebagai anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi
masyarakat pada tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan proyek. Selain
itu dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan, maka
semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil
mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi dianggap penting karena partisipasi masyarakat pada tahap
ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi
perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

Posdaya
Posdaya merupakan salah satu program pembangunan yang dibentuk
sebagai upaya untuk mengentaskan kemiskinan sebagaimana yang termuat dalam
tujuan pembangunan millenium atau MDGs. Menurut Suyono dan Haryanto
(2009) Posdaya adalah suatu forum silaturrahmi, advokasi, komunikasi, informasi,
edukasi sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan
penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya juga dapat menjadi
wadah pelayanan keluarga secara terpadu, yaitu pelayanan pengembangan
keluarga secara berkelanjutan, dalam berbagai bidang, utamanya agama,
pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga keluarga secara
harmonis bisa tumbuh mandiri di desanya. Satriani dan Muljono (2012)
menyatakan bahwa Posdaya merupakan pemberdayaan dari, oleh dan untuk
masyarakat. Pengertian ini memiliki maksud bahwa Posdaya sebagai sebuah
program yang dibentuk oleh masyarakat, dijalankan oleh masyarakat dan

10

diperuntukkan untuk masyarakat sehingga merupakan program yang bersifat
bottom up atau bottom up programe. Posdaya juga dibentuk untuk menumbuhkan
kembali semangat gotong royong masyarakat yang telah memudar. Keterlibatan
secara langsung dari masyarakat atau pihak-pihak yang berkepentingan sangat
dibutuhkan agar kegiatan dalam Posdaya dapat berjalan dan menumbuhkan
kemandirian masyarakat. Ciri utama Posdaya sebagaimana yang dijelaskan oleh
Muljono et al. (2010) dalam penelitiannya adalah kemandirian dan keswadayaan.
Posdaya semata-mata mengandalkan nilai kuat semua elemen masyarakat untuk
maju bersama, sehingga suksesnya Posdaya sangat bergantung pada kesadaran,
kemauan dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Posdaya merupakan program
pemberdayaan yang diberikan kepada masyarakat untuk menumbuhkan kembali
semangat gotong royong antar masyarakat dengan prinsip kemandirian dan
keswadayaan, sehingga suksesnya program Posdaya sangat bergantung dari
kesadaran, kemauan dan kemampuan dari masyarakat, serta adanya pendamping
yang mendukung keberhasilan sebuah program.

Pendamping dalam Posdaya
Pendamping sangat erat kaitannya dengan peran yang diberikan seseorang
untuk membuat orang yang didampingi menjadi lebih mandiri. Pendamping
memiliki pengaruh besar terhadap berjalannya suatu program, karena peranan
penting yang dimiliki oleh pendamping memberikan stimulus yang besar untuk
menarik partisipasi masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh
Profesor Budiono dalam pidato pengukuhan guru besarnya yang menyatakan
bahwa keberhasilan demokrasi ditentukan oleh keberadaan kelompok pembaharu
(Sumodiningrat 2007). Pendampingan sosial menurut Suharto (2005) merupakan
satu strategi yang sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan
masyarakat. Definisi ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Satriani dan Muljono (2012) bahwa keberhasilan dalam program tidak terlepas
dari peran pendamping sebagai fasilitator serta pendamping yang mampu
menempatkan dirinya sebagai pendamping bagi program yang didampinginya.
Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa seorang pendamping lebih
ditekankan sebagai seorang fasilitator. Pendamping memiliki peran serta fungsi
yang sesuai untuk tujuan program, diantara fungsi yang diperlukan mengutip
pendapat Muljono (2013) bahwa aktivitas pendamping Posdaya diperlukan
sebagai katalis, motivator, fasilitator dalam membentuk dan mengembangkan
kegiatan pembangunan. Peran ini harus dimiliki oleh pendamping agar mampu
meningkatkan partisipasi anggota Posdaya. Muchlis (2009) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa aktivitas fasilitator PNPM tidak dapat menjalankan peran
fasilitasi dan pendidikan secara optimal dan hanya dominan menjalankan peran
teknik. Hal ini disebabkan oleh jenis kegiatan yang juga dominan pada aspek
teknis yaitu pembangunan infrastruktur. Walaupun di lapangan dipersiapkan dua
orang fasilitator yaitu fasilitator pemberdayaan dan fasilitator teknik, tetapi karena
volume dan cakupan lokasi pekerjaan pada aspek teknis sangat besar serta dituntut
oleh target dan waktu maka fasilitator pemberdayaanpun ikut terjebak pada kerja
teknis sehingga peran fasilitasi dan pendidikan sebagai ruh dari pemberdayaan
menjadi terabaikan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2012)

11

menyatakan bahwa pendamping program sebagai fasilitator, pendidik, perwakilan
dan teknikal sudah menjalankan peranannya sudah cukup baik, meskipun peran
yang lebih tinggi dijalankan oleh pendamping adalah peran keterampilan teknis.
Hasil penelitian dari Muchlis (2009) dan Yusuf (2012) memberikan hasil yang
sama bahwa peran sebagai teknis lebih ditunjukkan dalam penelitian tersebut.
Pendampingan dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pendampingan secara langsung dapat dilakukan dengan cara
mengunjungi langsung ketempat kegiatan (program dijalankan), sementara
pendampingan tidak langsung dapat dilakukan melalui monitoring yang dapat
dilakukan melalui jaringan sosial seperti facebook dan HP (SMS atau telpon).
Pendampingan yang dilakukan secara tidak langsung cenderung kurang efektif,
karena pendamping tidak melihat secara langsung program yang sedang
dijalankan dan tidak melihat praktek secara langsung. Mengutip pendapat Sadono
et al. (2013) bahwa pendampingan yang dianggap efektif adalah pendamping
yang tidak hanya memberikan materi secara lisan, tetapi sekaligus dengan praktek
yang nyata, dilakukan secara rutin, dan dilakukan pemantauan ke lokasi untuk
memastikan bahwa hal yang dilakukan sudah sesuai atau untuk melakukan
perbaikan jika masih diperlukan, sehingga pendampingan pada suatu program
harus dilakukan secara rutin untuk mendapatkan program pemberdayaan yang
maksimal. Sadono et al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
pendampingan Posdaya dilakukan dengan komunikasi tatap muka dengan cara
mengunjungi Posdaya binaan, para pengurus Posdaya bertemu di salah satu
Posdaya, atau berkumpul di kantor pendamping. Pendampingan dilakukan antara
satu-dua jam, dengan materi informasi tentang kegiatan Posdaya, penyelesaian
permasalahan Posdaya, penguatan kelembagaan Posdaya dan pemberian motivasi.
Pendampingan tidak ditujukan agar masyarakat bergantung kepada
pendamping dalam menjalankan program. Pendamping diharapkan mampu
memberikan pelatihan kepada sejumlah orang yang ditunjuk untuk menjadi kader
sebuah program sehingga keberadaan pendamping tidak selalu digantungkan oleh
masyarakat, melainkan pendamping diharapkan mampu memberi masukan serta
pendapat agar masyarakat bekerja lebih mandiri. Seperti yang dinyatakan oleh
Satriani dan Muljono (2012), bahwa pendampingan dapat dicermati bukan untuk
membuat masyarakat terus bergantung kepada pendamping, melainkan upaya
menciptakan akselerasi dan mempertahankan semangat masyarakat dalam
menghidupkan kembali modal sosial yaitu kegotongroyongan guna terciptanya
pemberdayaan yang berkesinambungan.

Kader dalam Posdaya
Kader merupakan orang-orang dari golongan masyarakat yang diharapkan
mampu membawa golongannya agar mau bersama-sama melakukan
pemberdayaan secara mandiri. Pamungkas (2013) mendefinisikan kader sebagai
tenaga sukarela yang dipilih oleh, dari masyarakat dan bertugas mengembangkan
seperti kader posyandu, kader PKK maupun kader lainnya. Kader juga dapat
didefinisikan sebagai orang-orang dari golongan masyarakat yang secara sukarela
memiliki kemauan dalam melakukan pengembangan masyarakat. Kader dibentuk
dari anggota yang dianggap mampu melakukan pemberdayaan dan mampu
menggerakkan masyarakat. Simanjuntak (2012) dalam penelitiannya menyatakan

12

bahwa kinerja kader Posyandu dapat diperbaiki dengan meningkatkan insentif dan
memperbanyak pelatihan untuk kader. Untuk itu, perlunya memberikan pelatihan
kepada kader agar mampu meningkatkan keterampilan dan kemampuan kader
dalam mendampingi anggota. Kader Posdaya dapat pula disebut sebagai
pendamping, namun dalam hal ini, pendamping yang berasal dari anggota itu
sendiri atau pendamping internal, seperti yang didefinisikan oleh Dinkes Jatim
(2006) dalam Pamungkas (2013) bahwa kader Posyandu sebaiknya mampu
menjadi pengelola Posyandu, karena merekalah yang paling memahami
masyarakat di wilayahnya. Kader pula harus mampu memberikan penyuluhan
kepada anggota, memfasilitasi, membagi informasi dan pengetahuan yang
diperoleh, serta memberikan keterampilan atau mampu membimbing anggota.

Karakteristik Anggota Posdaya
Penerapan pemberdayaan masyarakat dengan model Posdaya tidak akan
berjalan lancar apabila tidak diimbangi dengan partisipasi aktif anggota Posdaya.
Partisipasi anggota ditentukan berdasarkan karakteristik yang melekat pada
anggota. Menurut Far-Far (2011), karakteristik individu merupakan salah satu
faktor penting untuk diketahui dalam rangka mengetahui kecenderungan perilaku
seseorang atau masyarakat dalam kehidupannya. Karakteristik individu tersebut
meliputi: umur, pendidikan, pendapatan, pengalaman dan luas lahan petani
merupakan karakteristik yang berhubungan nyata dan sangat nyata dengan
perilaku komunikasi interpersonal. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi umur, pendidikan, pendapatan dan luas lahan yang dimiliki petani,
cenderung komunikasi interpersonal semakin tinggi dan baik. Hadi et al. (2013)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa KPMD hampir kesemuanya
berpendidikan tinggi sehingga dapat dengan mudah memahami pedoman teknis
operasional program PNPM-MP. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
pendidikan KPMD maka pengetahuan yang dimiliki pula semakin tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2012) menghasilkan bahwa
karakteristik kader Posdaya di Kota Bogor yang berhubungan nyata positif dengan
aktivitas komunikasi di antaranya pendidikan nonformal, pengalaman menjadi
kader Posdaya, tingkat pendapatan, motivasi dan kepemilikan media serta pada
faktor lingkungan yang berhubungan nyata positif dengan aktivitas komunikasi
adalah dinamika kelompok dan peran pendamping. Berbeda dengan faktor
karakteristik kader Posdaya di Kabupaten Bogor yang berhubungan nyata dengan
aktivitas komunikasi meliputi pendidikan nonformal, tingkat kekosmopolitan,
motivasi dan kepemilikan media massa, serta pada faktor lingkungan yang
berhubungan nyata dengan aktivitas komunikasi hanya pada peran pendamping.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seseorang atau kelompok
mempunyai karakteristik tertentu untuk dapat terlibat dalam program
pembangunan. Sehubungan dengan penelitian ini, karakteristik anggota Posdaya
yang akan diamati adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan
kepemilikan usaha.
1. Umur
Umur merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan
hingga tahun saat ini ia hidup. Umur diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi
individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Umur juga

13

menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dinggap
memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga mereka cenderung memberi
pendapat lebih besar.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang
memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal
maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi karena
pengetahuan yang luas yang dimiliki individu, cenderung memberikan pendapat
yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk
berpartisipasi.
3. Tingkat pendapatan
pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah melakukan
kerja. Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan.
Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat
penghasilan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana,
sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut
berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki
pendapatan rendah cenderung memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam
kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterkan dirinya.
4. Kepemilikan Usaha
Pamungkas (2013) dalam penelitiannya mendefinisikan kepemilikan media
sebagai segala bentuk media massa (media cetak, media elektronik dan media
terbaru) yang dipunyai atau dimiliki oleh kader. Berdasarkan pengertian tersebut,
dalam penelitian ini kepemilikan usaha didefinisikan sebagai ada tidaknya usaha
yang ditekuni oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, dimana usaha
tersebut merupakan usaha yang dibangun sendiri. Kepemilikan usaha
berhubungan dengan partisipasi, hal ini dikarenakan masyarakat yang
membutuhkan modal untuk menggembangkan usaha cenderung ikut dalam
kegiatan peminjaman.

Kerangka Pemikiran
Posdaya merupakan program yang lahir untuk mengembalikan kembali
semangat gotong royong bangsa Indonesia yang semakin memudar. Menurut
Sulaeman et al. (2010), Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut
anjuran pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara
aktif yang diperioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja
keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas.
Posdaya terbagi ke dalam empat bidang yaitu, bidang kesehatan, pendidikan,
ekonomi dan lingkungan. Salah satu bidang yang menjadi fokus penelitian adalah
bidang ekonomi. Posdaya sejalan dengan pembangunan ekonomi yang memiliki
tujuan untuk mensejahterakan masyarakat penting untuk ditindaklanjuti. Lembaga
Keuangan Mikro dianggap efektif untuk membantu masyarakat yang ingin
meningkatkan kesejahteraannya.
Penelitian yang berjudul “Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga
Keuangan Mikro di Posdaya Sauyunan”, mengacu pada beberapa konsep,
diantaranya merujuk hasil penelitian Budiani (tidak ada tahun), Muttakin et al.

14

(2013), serta Rizna dan Rusli (2012), sehingga diperoleh indikator dalam
menentukan efektivitas LKM diantaranya ketepatan sasaran, kesesuaian tujuan
dan intensitas yang dicapai. Muljono et al. 2011, yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa indikator yang menentukan keberhasilan Posdaya yaitu jumlah
warga yang berpartisipasi banyak dan kegiatannya kontinue. Tingkat partisipasi
yang digunakan merujuk pada teori Uphoff et al. (1979) yang mendefinisikan
partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Peran pendamping dan kader merujuk
pada pendapat Ife (1995), yang dilihat melalui tiga indikator, yaitu intensitas
memfasilitasi, intensitas mendidik, dan intensitas membimbing. Pendapat Ife
(1995), didukung pula oleh beberapa penelitian terdahulu. Begitu pula
karakteristik anggota LKM merujuk dari beberapa hasil penelitian, sehingga
karakteristik yang dilihat adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
dan kepemilikan usaha. Efektivitas kegiatan lembaga keuangan mikro (LKM)
dilihat hubungannya antara karakteristik anggota berupa umur, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan dan kepemilikan usaha terhadap tingkat partisipasi
anggota. Peran pendamping dan kader dalam memfasilitasi, mendidik dan
membimbing dilihat hubungannya terhadap tingkat partisipasi anggota pada tahap
perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Selanjutnya tingkat
partisipasi anggota pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan
evaluasi dilihat hubungannya terhadap efektivitas program LKM dengan
pengukuran efektivitas berupa ketepatan sasaran, kesesuaian tujuan dan intensitas
yang dicapai. Berdasarkan uraian tersebut, kerangka penelitian yang diusulkan
oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Karakteristik Anggota
Posdaya
 Umur

 Tingkat Pendidikan
 Tingkat Pendapatan
 Kepemilikan Usaha

Peran Pendamping dan
Kader Posdaya
 Intensitas
memfasilitasi
 Intensitas mendidik
 Intensitas
membimbing

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Tingkat Partisipasi
Anggota
 Tahap Perencanaan
 Tahap Pelaksanaan
 Tahap Evaluasi
 Tahap Menikmati
hasil

Efektivitas LKM
 Ketepatan Sasaran
 Kesesuaian
Tujuan
 Intensitas yang
akan dicapai

Keterangan
: Berhubungan

15

Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan antara karakteristik anggota (umur, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan dan kepemilikan usaha) terhadap tingkat partisipasi
anggota (tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi)
2. Terdapat hubungan antara peran pendamping dan kader (intensitas
memfasilitatsi, intensitas mendidik dan intensitas membimbing) terhadap
tingkat partisipasi anggota (tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati
hasil dan evaluasi)
3. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi anggota (tahap perencanaan,
pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi) terhadap efektivitas LKM
(ketepatan sasaran, kesesuaian tujuan dan intensitas yang dicapai)

Definisi Operasional
1. Karakteristik Anggota Posdaya
Karakteristik merupakan sifat atau ciri yang melekat pada diri seseorang.
Karakteristik tersebut terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan dan kepemilikan usaha.
a. Umur adalah lama hidup seseorang dari lahir hingga sekarang
(dilakukannya penelitian). Umur diukur menggunakan skala ordinal yang
selanjutnya digolongkan menjadi tiga, yaitu umur muda antara 21-32
tahun (skor 1), umur sedang antara 33-44 tahun (skor 2) dan umur tua >45
tahun (skor 3).
b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidik