Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI
DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT
PESERTA POSDAYA SAUYUNAN
DESA CIHERANG

TRI NURYANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Antara
Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan
Desa Ciherang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Tri Nuryanti
NIM I34090103

ii

iii

ABSTRAK
TRI NURYANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang. Dibimbing oleh PUDJI

MULJONO.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat
partisipasi dengan kemandirian masyarakat peserta Posdaya Sauyunan beserta
faktor internal dan eksternal yang mengarahkannya. Penelitian ini melibatkan
sebanyak 72 orang masyarakat peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
perencanaan dan evaluasi program Posdaya sangat rendah, tetapi pada
pelaksanaan program tingkat partisipasi cukup tinggi. Kemandirian masyarakat
baik dalam kemandirian intelektual, material dan manajemen sudah tergolong
tinggi. Baik tingkat partisipasi maupun kemandirian masyarakat lebih dipengaruhi
oleh faktor internal masyarakat. Selain itu, tingkat partisipasi berhubungan sangat
nyata dengan kemandirian intelektual, namun pada kemandirian material dan
manajemen tidak berhubungan nyata.
Kata kunci: partisipasi, kemandirian, pemberdayaan masyarakat, dan Posdaya
Sauyunan

ABSTRACT
TRI NURYANTI. Relationship between levels of participation with community
independence participant Posdaya Sauyunan in Ciherang Village. Supervised by
PUDJI MULJONO.

This study aimed to analyze the relationship between the level of
participation in community self-reliance and its participants Posdaya Sauyunan
internal and external factors that steer. The study involved 72 people as
participants Posdaya Sauyunan Ciherang village District Dramaga Bogor
Regency. Level of community participation in the planning and evaluation of
programs Posdaya very low, but the program has a high level of participation.
Independence of the community both in intellectual independence, material and
management are relatively high. External factors have more influence on the level
of community participation, while the independence of the community are more
influenced by internal factors. The participation rate in touch with the very real
intellectual independence, but the independence material and management is not
significant correlated.
Keywords: participation, independence, community empowerment, and Posdaya
Sauyunan

iv

v

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI

DENGAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT
PESERTA POSDAYA SAUYUNAN
DESA CIHERANG

TRI NURYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vi


Judul Skripsi: Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang
: Tri Nuryanti
Nama
: 134090103
NIM

Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Pembimbing

MS

Tanggal Lulus:

16

v


T 201 3

vii

Judul Skripsi : Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang
Nama
: Tri Nuryanti
NIM
: I34090103

Disetujui oleh

Dr Ir Pudji Muljono, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

viii

ix

PRAKATA
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan ke hadirat Allah swt. yang
telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat Peserta Posdaya Sauyunan Desa Ciherang” dengan lancar. Penulisan
skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Pudji
Muljono, MSi yang telah membimbing, mengarahkan, serta memberikan saran
dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan skripsi ini. Tanpa
bimbingan dan saran beliau laporan skripsi ini mungkin tidak akan terselesaikan.

Terima kasih kepada Ibu Juju (Neni Hapiyudin), Ibu Nurjanah, anggota Posdaya
Sauyunan, serta seluruh masyarakat Desa Ciherang khususnya warga Kampung
Rawakalong RW 08 Desa Ciherang yang telah membantu, mendukung, dan
memberikan saran dan informasi selama proses penelitian di lapang. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua (Bapak Nur Chadiq dan Ibu
Aminah), keluarga dan teman-teman yang senantiasa mendukung dan
memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang terkait.

Bogor, September 2013
Tri Nuryanti

x

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga)
Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya
Kemandirian
Partisipasi
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program
Posdaya
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Validitas dan Reliabilitas
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Gambaran Umum Posdaya Sauyunan
Faktor Internal Responden
Faktor Eksternal Responden
PARTISIPASI MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA
Partisipasi Masyarakat dalam Program Posdaya
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya
Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya
Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya
Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Masyarakat dengan Tingkat
Partisipasi dalam Program Posdaya
Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

ix
x
x
1

1
3
3
3
5
5
6
8
9
10
11
13
14
15
19
19
19
19
20
20
23
23
25
34
36
39
39
39
39
40
41
41

xii

dalam Program Posdaya
Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat
dalam Program Posdaya
KEMANDIRIAN MASYARAKAT PESERTA PROGRAM POSDAYA
Kemandirian Masyarakat dalam Program Posdaya
Kemandirian Intelektual Masyarakat dalam Program Posdaya
Kemandirian Material Masyarakat dalam Program Posdaya
Kemandirian Manajemen Masyarakat dalam Program Posdaya
Hubungan Antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Kemandirian
Masyarakat dalam Program Posdaya
Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam
Program Posdaya
Hubungan Faktor Internal dengan Kemandirian Masyarakat dalam
Program Posdaya
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian Masyarakat
dalam Program Posdaya
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat dalam Perencanaan Program Posdaya
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Posdaya
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Kemandirian
Masyarakat dalam Evaluasi Program Posdaya
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

44
47
47
47
47
48
48
49
51
53
53
53
54
57
57
57
59
61

xiii

DAFTAR TABEL
1

Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor internal masyarakat
peserta program Posdaya
Kategori, jumlah, dan persentase berdasarkan faktor eksternal
masyarakat peserta program Posdaya

34

3

Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya
dalam perencanaan program

39

4

Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya
dalam pelaksanaan program
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi masyarakat peserta Posdaya
dalam evaluasi program
Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarkat
Hubungan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarkat
Jumlah dan persentase kemandirian intelektual masyarakat peserta
program Posdaya
Jumlah dan persentase kemandirian material masyarakat peserta
program Posdaya
Jumlah dan persentase kemandirian manajemen masyarakat peserta
progam program Posdaya
Hubungan faktor internal dengan tingkat kemandirian masyarakat
Hubungan faktor eksternal dengan tingkat kemandirian masyarakat
Hubungan tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat

40

2

5
6
7
8
9
10
11
12
13

36

40
41
44
47
3
48
48
49
51
53

xiv

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Kerangka pemikiran
Kelompok usia dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun 2012
Mata pencaharian dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun
2012
Tingkat pendidikan dan persentase penduduk Desa Ciherang Tahun
2012
Struktur kepengurusan Posdaya Sauyunan

14
23
24
24
33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Peta lokasi penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian
Jumlah responden
Hasil uji validitas dan reliabilitas
Hasil uji Rank Spearman
Kuesioner penelitian
Riwayat hidup

62
63
64
67
68
85
91

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan partisipatif erat hubungannya dengan pemberdayaan
masyarakat. Pada pembangunan partisipatif maupun pemberdayaan masyarakat
diperlukan upaya untuk mempersiapkan masyarakat dalam mewujudkan
kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan agar mampu melepaskan diri dari
kemiskinan dan keterbelakangan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu konsep
pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini
mencerminkan paradigma baru pembangunan yang bersifat “people centered,
participatory, empowering, and sustainable” (Chambers dalam Hadi 2010).1
Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999), pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat
dalam perencanaan pembangunan, ikut serta dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan
(Slamet 2003). Dalam pelaksanaan program diperlukan partisipasi aktif dari
seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan syarat utama untuk
mencapai keberhasilan suatu program pemberdayaan yang berbasis masyarakat
agar tetap berkelanjutan. Partisipasi ini tidak hanya sebagai pengerahan tenaga
masyarakat untuk melaksanakan kegiatan, tetapi lebih dari itu masyarakat harus
ikut menyumbangkan pikiran, ide, pendapat, dan kreativitasnya dalam kegiatan
tersebut. Masyarakat bukan sebagai obyek, melainkan harus menjadi subyek
utama dari pembangunan
untuk memperbaiki kehidupannya, memiliki
kemampuan, dan keterampilan, sehingga mereka dapat mengatasi masalah atau
kesulitan hidupnya secara mandiri.
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan sebuah gerakan untuk
membangkitkan kembali budaya gotong royong di masyarakat dalam membangun
kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya dengan harapan masyarakat
dapat mandiri (P2SDM LPPM IPB). Menurut Yayasan Damandiri, Posdaya
adalah suatu forum silaturahmi advokasi, komunikasi, informasi, edukasi,
sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan
fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Posdaya merupakan wahana pemberdayaan
8 fungsi keluarga terpadu, utamanya fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha
Esa, fungsi budaya, fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi
pendidikan, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Muljono et al.
2011).
Pembentukan Posdaya bertujuan untuk menghidupkan kembali semangat
kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat, sehingga
anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi
masalah yang dialami warganya terutama bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
1

Agus Purbathin Hadi. Konsep pemberdayaan, partisipasi, dan kelembagaan dalam
pembangunan.

2

dan lingkungan. Posdaya sebagai sebuah gagasan pemberdayaan dari, oleh, dan
untuk masyarakat adalah sebuah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang
mengimplementasikan nilai-nilai kegotongroyongan di masyarakat. Posdaya
adalah sebuah gerakan dengan ciri khas “bottom up program”, kemandirian, dan
pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber segala solusi
(Muljono et al. 2009)
Pemberdayaan masyarakat merupakan tahap awal untuk menuju kepada
partisipasi masyarakat, khususnya dalam pengambilan keputusan untuk
menumbuhkan kemandirian masyarakat. Kemandirian juga dapat diartikan
sebagai perwujudan kemampuan seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan
kebebasan menentukan perilaku yang terbaik (Hubies 1992). Dengan kata lain,
pemberdayaan dilakukan agar masyarakat mampu berpartisipasi untuk mencapai
suatu kemandirian.
Desa Ciherang merupakan salah satu desa yang memiliki Pos Pemberdayaan
Keluarga (Posdaya). Posdaya di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten
Bogor ini dikenal dengan nama Posdaya Sauyunan. Posdaya Sauyunan itu sendiri
dibentuk pada bulan Juni tahun 2010 dengan swadaya dari masyarakat dan
berbagai pihak terkait seperti Yayasan Damandiri dan LPPM IPB. Posdaya ini
memiliki empat bidang utama yaitu bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang
ekonomi, dan bidang lingkungan. Berbagai macam kegiatan sudah aktif
dilaksanakan di Posdaya Sauyunan, seperti adanya PAUD, Posyandu, LKM
Posdaya, daur ulang sampah menjadi kerajinan tangan, pembuatan usaha telur
asin, dan lain sebagainya.
Posdaya Sauyunan ini sudah berjalan hampir tiga tahun dengan pelaksanaan
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat di Desa Ciherang. Oleh sebab itu,
berdasarkan latar belakang tersebut maka sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut
mengenai hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian masyarakat
peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Masalah Penelitian

1.
2.
3.

4.

Masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimanakah tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang?
Bagaimanakah tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan Desa Ciherang?
Bagaimana hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan tingkat
partisipasi dan tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang?
Bagaimanakah hubungan antara tingkat partisipasi dengan tingkat
kemandirian masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa
Ciherang?

3

Tujuan Penelitian

1.
2.
3.

4.

Tujuan dari penulisan proposal penelitian ini yaitu:
Menganalisis tingkat partisipasi masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang
Menganalisis tingkat kemandirian masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang
Menganalisis faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi dan kemandirian masyarakat peserta program Posdaya
Sauyunan di Desa Ciherang
Menganilisis hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemandirian
masyarakat peserta program Posdaya Sauyunan di Desa Ciherang

Manfaat Penelitian

1.

2.

3.

Penelitian ini dapat digunakan oleh beberapa pihak sebagai berikut:
Bagi akademisi dan civitas akademika
Penelitian ini merupakan sarana pembelajaran bagi penulis sehingga
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk disempurnakan
pada penelitian di masa mendatang.
Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi instansi terkait dan
sumber informasi bagi pemerintah guna peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan mengurangi tingkat kemiskinan melalui program Posdaya
(Pos Pemberdayaan Keluarga).
Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dalam
melihat rendahnya partisipasi masyarakat dalam program sebagai suatu
permasalahan, bermanfaat dalam memberikan evaluasi program yang telah
berjalan sehingga masyarakat dapat memperbaiki diri dalam berpartisipasi
di program Posdaya.

4

5

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give
authority to and to give ability to or enable”. Dalam pengertian pertama,
pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan
mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Pada pengertian kedua, pemberdayaan
memiliki arti upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman
1992 dalam Ernawati 2011). Selanjutnya, Friedman (1992) seperti yang dikutip
oleh Ernawati (2011) juga menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat diartikan
sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengkaitkannya dengan kemampuan
golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumberdaya yang menjadi dasar
dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses tersebut digunakan untuk
mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian,
golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki
untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan
kolektifnya.
Menurut Nasdian (2003) pemberdayaan masyarakat memiliki dua elemen
pokok, yaitu kemandirian dan partisipasi. Dalam hal ini yang berorientasi
memperkuat kelembagaan komunitas, maka pemberdayaan komunitas merupakan
tahap awal untuk menuju partisipasi warga komunitas, khususnya dalam proses
pengambilan keputusan untuk menumbuhkan kemandirian komunitas. Oleh
karena itu, pemberdayaan dilakukan agar warga komunitas mampu berpartisipasi
untuk mencapai kemandirian. Selain itu, Nasdian (2003) juga menjelaskan bahwa
pemberdayaan masyarakat juga memiliki dua dimensi pokok, yaitu dimensi
struktural dan kultural. Dimensi struktural meliputi upaya perbaikan struktur
sosial yang memungkinkan terjadinya mobilisasi sosial vertikal. Sedangkan
dimensi kultural meliputi upaya untuk melakukan perubahan perilaku ekonomi,
peningkatan pendidikan sikap terhadap pengembangan teknologi, dan kebiasaan
masyarakat setempat.
Konsep tentang instrumen proses pemberdayaan dapat dipakai untuk
menilai apakah program pendampingan telah berbasis pemberdayaan atau belum.
Verhagen (1996) yang dikutip oleh Hikmat (2004) merumuskan instrumen untuk
menilai implementasi dari kegiatan pemberdayaan masyarakat. Instrumen tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kelompok sasaran
Setiap calon sasaran program pemberdayaan diseleksi agar tepat sasaran.
2. Penelitian dan perencanaan usaha secara partisipatoris
Masyarakat (tidak terkecuali perempuan) dilibatkan dalam identifikasi
masalah dan perencanaan kegiatan usaha. Hal ini dilakukan agar perencanaan
yang dilaksanakan dapat bermanfaat karena telah sesuai dengan kebutuhan,
kondisi, serta potensi yang dimiliki.
3. Pendidikan dan pelatihan timbal balik
Salah satu penyebab masyarakat tidak berdaya adalah kurangnya
pengetahuan serta keterampilan. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan dan

6

4.

5.

6.

7.

8.

pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat,
serta lebih memperhatikan potensi dan sumberdaya lokal.
Mobilisasi dan pemberian sumberdaya secara seimbang
pelayanan dan kemudahan akses terhadap sumberdaya diperlukan untuk
mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan. Selian itu, masyarakat
hendaknya juga dibimbing untuk menghimpun modal atau sumberdaya secara
mandiri.
Konsultasi manajemen dan administrasi atau pembukuan
Salah satu kelemahan dari sektor usaha kecil adalah lemahnya
manajemen dan administrasi usaha sehingga mereka tidak berkembang. Oleh
karena itu, pembinaan dan pengarahan di dalam mengelola kegiatan usaha
harus dilakukan. Dengan demikian mereka akan belajar bagaimana mengatur
manajemen usahanya.
Pengembangan gerakan dan perluasan proses
Kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menjangkau
banyak sasaran. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak.
Pengembangan jaringan dan pihak ketiga di luar LSM dan kelompok
Pembinaan hubungan kemitraan dengan pihak lain diperlukan agar usaha
kelompok sasaran dapat berkembang.
Evaluasi terus-menerus sebagai upaya menciptakan mekanisme umpan balik
Evaluasi baik terhadap strategi, metode dan kinerja sangat
diperlukan karena dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses perencanaan,
pelaksanaan, efek, dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian dapat
diketahui hal penting yang seharusnya diperbaiki dalam perencanaan
selanjutnya.

Konsep Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga)
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) muncul untuk merespon Instruksi
Presiden No. 3 tahun 2010 yang menekankan pada pelaksanaan program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat dan keluarga.
Menurut Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia LPPM IPB, Posdaya adalah
sebuah gerakan untuk membangkitkan kembali budaya gotong royong di
masyarakat dalam membangun kehidupan berkeluarga, dilakukan secara swadaya
dengan harapan masyarakat dapat mandiri. Selain itu, menurut Yayasan
Damandiri Posdaya adalah suatu forum silaturahmi, advokasi, komunikasi,
informasi, edukasi, sekaligus bisa dikembangkan menjadi wadah koordinasi
kegiatan yang dijadikan wahana pemberdayaan delapan fungsi keluarga secara
terpadu, terutama fungsi agama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi budaya,
fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi
ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Muljono et al. 2011). Posdaya
memiliki program utama yang terbagi dalam empat bidang yaitu bidang
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Program tersebut diharapkan
dapat menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan kegotongroyongan
dalam suatu wadah di masyarakat, sehingga seluruh anggota masyarakat dapat
berpartisipasi dan saling membantu dalam mengatasi masalah mereka (Muljono et
al. 2011).

7

Pengembangan Posdaya menurut Suyono dan Haryanto (2009) ditujukan
untuk tercapainya hal-hal sebagai berikut:
1. Dihidupkannya dukungan sosial budaya atau modal sosial seperti budaya
hidup gotong royong dalam masyarakat untuk saling peduli sesama anak
bangsa, saling tolong menolong antar keluarga dengan keluarga lain, saling
mengulurkan bantuan pemberdayaan secara terpadu atau bersama-sama
memecahkan masalah kehidupan yang kompleks, melalui wadah atau forum
yang memungkinkan setiap keluarga untuk saling asah, asih dan asuh, dalam
memenuhi kebutuhan membangun keluarga bahagia dan sejahtera.
2. Terpeliharanya insfrastruktur sosial kemasyarakatan yang terkecil dan solid
yaitu keluarga, yang dapat menjadi perekat atau kohesi sosial sehingga
tercipta suatu kehidupan yang rukun, damai dan memiliki dinamika yang
tinggi.
3. Terbentuknya lembaga sosial keanggotaan dan partisipasi keluarga di desa
atau kelurahan yang dinamis dan menjadi wadah atau wahana partisipasi
sosial, dimana setiap keluarga dapat memberi dan menerima pembaharuan
yang bisa membantu proses pembangunan kehidupan.
Metode pengembangan Posdaya dilakukan melalui beberapa bentuk
kegiatan yaitu (1) Pelatihan, dilakukan untuk membekali pengurus dan kader
Posdaya dengan program motivasi dan keterampilan, (2) Rapat koordinasi,
dilakukan untuk mengetahui perkembangan masing-masing Posdaya, saling
berbagi antar pengurus atau kader dan sosialisasi program, dan (3) Pendampingan,
dimaksudkan untuk mengadakan teman diskusi bagi Posdaya, sumber informasi
dan motivator pengembangan Posdaya (Suyono dan Haryanto 2009).
Dalam penelitian Muljono et al. (2009) analisis kinerja Posdaya dilakukan
untuk mengukur dampak keberadaan Posdaya sebagai gerakan pemberdayaan
masyarakat terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Kinerja Posdaya
dapat dikategorikan baik, karena telah menghasilkan beberapa perubahan yaitu (1)
Posdaya mampu mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap bentuk-bentuk
intervensi pembangunan, (2) Posdaya mampu mendinamisasikan kehidupan
masyarakat melalui meningkatnya partisipasi dan komitmen masyarakat dalam
pembangunan, (3) kualitas keluarga-keluarga miskin yang ada di wilayah Posdaya
mengalami perubahan yang cukup signifikan seperti mampu mengubah mindset
bahwa pendidikan itu penting, berani mengemukakan ide atau pendapat dalam
musyawarah, pentingnya kesehatan, dan jumlah balita kurang gizi berkurang.
Selain itu, perubahan ke (4) mulai muncul kegiatan ekonomi masyarakat seperti
usaha-usaha kecil di bidang pangan, kerajinan, maupun jasa, dan yang terakhir (5)
masyarakat mulai menilai penting menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan. Berdasarkan analisis kinerja dan identifikasi masalah pengelolaan
Posdaya, maka rencana program aksi pengembangan Posdaya yang harus
dilakukan antara lain: (1) pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM
pengurus dan kader Posdaya, (2) resosialisasi Posdaya secara vertikal dan
horizontal keseluruh pihak, (3) membangun jejaring usaha produktif untuk
meningkatkan pertumbuhan usaha ekonomi masyarakat, (4) pembelajaran dan
pemotivasian pengurus/kader Posdaya melalui kegiatan study banding dan
bechmarking ke Posdaya lain, dan (5) merintis dan membangun koperasi Posdaya
sebagai wadah ekonomi masyarakat.

8

Pemberdayaan Masyarakat dalam Posdaya
Konsep pemberdayaan sebagai salah satu prinsip pengembangan masyarakat
sering digunakan dalam mengkaji program-program yang berbasis masyarakat.
Menurut Kartasasmita (1996) dalam Sumodiningrat (1999) pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk
mengembangkannya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu sebagai
sebuah program dari bawah “bottom up program” yang menggunakan
kemandirian dan pemanfaatan sumberdaya serta potensi lokal sebagai sumber
segala solusi (Muljono et al. 2009). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya
mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan
masyarakat agar rakyat mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan
kesejahteraan dalam suasana keadilan sosial yang berkelanjutan. Untuk itu, upaya
pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan (Kurniawati 2010).
Menurut Suharto (2005) yang dikutip Rahmawati (2012) menjelaskan
bahwa pemberdayaan (empowerment) menunjuk pada kemampuan seseorang,
khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki
kebebasan, bukan hanya bebas mengemukakan pendapat melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan; menjangkau sumbersumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang dan jasa yang mereka perlukan; serta
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pelaksanaan
program Posdaya Bina Sejahtera dapat memberdayakan masyarakat dan berjalan
yang baik. Masyarakat dapat memanfaatkan dan merasa terbantu dengan kegiatan
yang dilakukan di Posdaya, seperti PAUD, pustaka keliling, Posyandu Balita,
Posbindu Lansia, Bina Keluarga Balita, LKM, Pengelolaan limbah keluarga,
usahatani ramah lingkungan, dan usaha keterampilan kelompok. Kegiatan yang
paling dirasakan manfaatnya oleh masyarakat adalah pada bidang pendidikan dan
kesehatan. Program Posdaya merupakan program yang sangat bermanfaat dan
mampu meningkatkan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat. Oleh karena
itu, diharapkan agar program Posdaya tersebut dapat berlanjut hingga masa yang
akan datang.
Pemberdayaan dapat pula diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat (miskin, marginal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat atau
kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan
mengelola kelembagaannya secara bertanggung-gugat (accountable) demi
perbaikan hidupnya (Mardikanto 2010 dalam Rahmawati 2012). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya Posdaya menggunakan komunikasi
partisipatif untuk mendidik masyarakat menjadi kritis dan aktif dalam
menyampaikan ide, pendapat, maupun pemikirannya.

9

Kemandirian
Verhagen (1996) seperti yang dikutip oleh Hikmat (2004) mengemukakan
bahwa swadaya adalah suatu sarana untuk mencapai kemandirian. Arti dari
kemandirian itu sendiri adalah suatu suasana atau kondisi tertentu membuat
seseorang individu atau sekelompok manusia yang telah mencapai kondisi itu
tidak lagi tergantung pada bantuan atau kedermawanan pihak ketiga untuk
mengamankan kepentingan-kepentingan individu atau kelompok. Suatu kelompok
yang mandiri berarti kelompok tersebut telah mengembangkan kemampuan
organisasional, produktif dan analitik yang memadai sehingga mampu merancang
dan melaksanakan suatu strategi yang dapat memberikan sumbangan secara
efektif.
Menurut Sumodiningrat (1999) kemandirian dapat diartikan sebagai proses
pembangunan diciptakan dari, oleh, dan untuk setiap anggota masyarakat.
Kemandirian dikategorikan menjadi tiga, yaitu kemandirian material, kemandirian
intelektual, dan kemandirian manajemen. Kemandirian material merupakan
kemampuan produktif guna memenuhi materi dasar untuk bertahan pada waktu
kritis. Kemampuan intelektual adalah pembentukan dasar pengetahuan yang
memungkinkan menanggulangi bentuk-bentuk dominasi dari pihak luar.
Sedangkan kemandirian manajemen adalah kemampuan untuk membina diri dan
menjalani serta mengelola kegiatan kolektif.
Kemandirian juga dapat diartikan sebagai perwujudan kemampuan
seseorang untuk memanfaatkan potensi dirinya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, yang dicirikan oleh kemampuan dan kebebasan menentukan perilaku
yang terbaik (Hubies 1992). Menurut BPSK, PKM, dan LPM Unibraw (2001)
dalam Kurniawati (2010) menjelaskan bahwa kemandirian mencakup empat
elemen pokok sebagai berikut:
(1) Kemandirian material
Kemampuan produktif guna memenuhi kebutuhan materi dasar serta
cadangan dana mekanisme untuk dapat bertahan pada waktu kritis.
(2) Kemandirian intelektual
Pembentukan dasar pengetahuan otonom oleh masyarakat yang
emmungkinkan mereka menanggulangi bentuk-bentuk dominasi yang lebih
halus muncul di luar kontrol terhadap pengetahuan itu.
(3) Kemandirian sikap
Kemampuan otonom dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul
dalam kaitan dengan kehidupan. Kemampuan otonom menentukan sikap ini
merupakan “sintesa” dari kesadaran diri, inisiatif, motivasi dan kepercayaan
diri pengambilan keputusan untuk bertindak dan sejauh mana kemampuan
untuk menolong dirinya sendiri.
(4) Kemandirian manajemen
Kemampuan otonom untuk membina diri dan menjadi serta mengelola
kegiatan kolektif agar ada perubahan dalam situasi kehidupan usahatani
petani.

10

Partisipasi
Dalam pelaksanaan program Posdaya tidak semua program dapat berjalan
dengan baik, karena untuk mencapai keberlanjutan setiap program pemberdayaan
dalam hal ini Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) tidak lepas dari faktor
masyarakat itu sendiri, baik pengurus kader anggota maupun warga masyarakat
sekitar. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi juga sangat diperlukan dalam menjalankan program Posdaya agar tetap
berkelanjutan.
Menurut Nasdian (2003) partisipasi adalah proses aktif dimana inisiatif oleh
masyarakat sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
melakukan kontrol secara efektif. Partisipasi dapat dikategorikan menjadi dua,
yaitu (1) dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang dan
dikontrol oleh orang lain, dan (2) partisipasi merupakan proses pembentukan
kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Definisi tersebut memberikan
pengertian bahwa masyarakat diberi
kemampuan untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan permasalahan, serta kemampuan untuk mengelola potensi yang
dimiliki secara mandiri.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah ikutsertanya masyarakat
dalam perencanaan pembangunan, ikutserta dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan, ikutserta memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan
(Slamet 2003). Cohen dan Uphoff (1977) dalam Kurniawati (2010) membagi
partisipasi ke dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan
masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
adalah pada perencanaan suatu kegiatan.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan,
karena inti pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk
sumbangan pemikiran, bentuk sumbnagan materi, dan bentuk tindakan
sebagai anggota program
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek pembangunan,
maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut
berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan
pelaksanaan program selanjutnya.

11

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi dalam Program
Posdaya
Menurut Pangestu (1995) dalam Pratiwi (2008) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang antara lain:
a. Faktor internal dari individu yang mencakup karakteristik individu yang
meliputi: umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, luas lahan,
pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan.
b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang
meliputi hubungan antara pengelola dengan masyarakat, kebutuhan
masyarakat, pelayanan pengelola, dan kegiatan penyuluhan.
Menurut Slamet (2003) ada tiga faktor yang berhubungan atau mendukung
partisipasi yaitu (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan. Keberadaan
kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan manusia
yang saling berinteraksi satu dengan yang lain. Dalam hal ini terutama faktorfaktor psikologis individu (needs, motif, harapan, reward), terpaan informasi,
pendidikan (formal dan nonformal), keterampilan, kondisi permodalan yang
dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal dan informal),
kepemimpinan (formal dan informal) dan struktur dan stratifikasi sosial, budaya
lokal (norma, tradisi dan adat istiadat) serta pengaturan dan pelayanan pemerintah.
Nasdian (2003) mengemukakan bahwa selain faktor pendukung juga
terdapat faktor penghambat partisipasi masyarakat. Faktor penghambat partisipasi
masyarakat tersebut adalah masalah struktural dan budaya. Masalah struktural
mengalahkan masyarakat lapisan bawah terhadap interest pribadi akibat aparatur
pemerintah yang lebih kuat. Selain itu, faktor lain yang menghambat partisipasi
adalah budaya yang tumbuh dalam masyarakat, yaitu masyarakat yang pasrah
terhadap nasib dan terlalu tergantung kepada pemimpin sehingga masyarakat
menjadi kurang kreatif. Budaya tersebut secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan.
Berdasarkan hasil penelitian Naufal (2009) pada studi kasus Posdaya Bina
Sejahtera mengidentifikasi faktor-faktor pendukung keberhasilan program antara
lain: gotong royong masyarakat cukup tinggi, rasa kebersamaan yang kuat,
lamanya tinggal, kesiapan SDM untuk melaksanakan program, mempunyai lahan
kosong, serta sarana dan prasarana yang sudah ada meskipun tidak sepenuhnya
memadai. Sedangkan faktor penghambat yang dihadapi yaitu belum adanya
pembinaan khusus dari instansi, sebagian masyarakat belum sepenuhnya
mengetahui adanya Posdaya, dan keterbatasan waktu.
Menurut Muljono et al. (2009) permasalahan dalam pengelolaan Posdaya
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kendala fisik dan kendal nonfisik. Kendala
fisik yang dihadapi yaitu keberadaan sekretariat Posdaya yang belum mempunyai
tempat khusus, tempat kegiatan usaha produktif (aula/workshop) dan ruang
belajar siswa PAUD yang belum tersedia. Sedangkan kendala nonfisik yang
dihadapi Posdaya antara lain pemahaman masyarakat yang menganggap program
pemerintah selalu bersifat “top down” berpengaruh pada kondisi Posdaya yang
perkembangannya belum baik. Selain itu kendala manajemen Posdaya
ditunjukkan dengan belum adanya jadwal pertemuan koordinasi antara pengurus

12

Posdaya untuk membahas perkembangan Posdaya. Kendala kualitas SDM juga
dirasakan oleh sebagian Posdaya dengan kurangnya ide-ide pengembangan
kegiatan yang muncul dari pengurus dan kurangnya inisiatif untuk konsultasi dan
komunikasi dengan pihak luar. Dukungan pihak luar juga sangat diperlukan
karena sebagai salah satu penentu keberhasilan Posdaya, selain itu dukungan
masyarakat sendiri juga diperlukan untuk kelancaran program.

13

Kerangka Pemikiran
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) merupakan suatu program yang
diprakarsai oleh Yayasan Damandiri yang bertujuan sebagai forum silaturahmi,
advokasi, komunikasi, informasi, edukasi, dan berupaya dikembangkan menjadi
wadah kegiatan pemberdayaan masyarakat. Posdaya juga merupakan gerakan
yang digunakan untuk membangkitkan kembali budaya kegotongroyongan di
masyarakat, dilakukan secara swadaya agar masyarakat dapat mandiri dan
sejahtera. Tujuan pembentukan Posdaya adalah untuk menghidupkan kembali
semangat kebersamaan dan kegotongroyongan dalam suatu wadah di masyarakat
sehingga anggota masyarakat dapat berpartisipasi dan saling membantu dalam
mengatasi masalah yang dialami warganya terutuma dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, pelaksanaan program
Posdaya diharapkan dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat memotivasi atau
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup mandiri.
Pemberdayaan merupakan upaya untuk membangun kemampuan
masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi diri yang dimilikinya. Hal tersebut selaras dengan konsep Posdaya yaitu
sebagai sebuah gerakan dengan ciri khas dari bawah “bottom up program”, yang
menggunakan kemandirian, pemanfaatan sumberdaya dan potensi lokal sebagai
sumber segala solusi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi masyarakat, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
yang mempengaruhi tingkat partisipasi adalah umur, tingkat pendidikan formal,
tingkat penghasilan, pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan
kekosmopolitan. Sedangkan, faktor eksternal yang mempengaruhi adalah peran
media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran pendamping.
Kemandirian merupakan suatu kondisi tertentu yang membuat individu atau
sekelompok orang yang telah mencapai kondisi itu tidak lagi tergantung oleh
pihak lain untuk mengamankan kepentingannya. Seorang individu maupun
kelompok yang telah mandiri berarti sudah mampu mengembangkan
kemampuannya dengan baik, sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan
kegiatannya secara efektif. Kemandirian dalam hal ini akan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kemandirian intelektual, kemandirian material, dan kemandirian
manajemen
Partisipasi yang akan diukur dalam penelitian ini merupakan partisipasi
dalam hal perencanaan program, pelaksanaan program, dan evaluasi program.
Dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat, maka diharapkan masyarakat
tersebut dapat berdaya dan mandiri. Untuk lebih jelasnya alur kerangka pemikiran
dalam penelitian ini tersaji pada Gambar 1.

14

Faktor Internal :
 Umur
 Tingkat pendidikan
 Tingkat penghasilan
 Pengalaman
berposdaya
 Motivasi berposdaya
 Kekosmopolitan

Faktor Eksternal
 Peran media massa
 Peran tokoh
masyarakat
 Peran pendamping

Tingkat

Tingkat

Partisipasi

Kemandirian

 Perencanaan

 Intelektual

 Pelaksanaan

 Material

 Evaluasi

 Manajemen

Keterangan:
: berhubungan
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pengalaman
berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan) berhubungan dengan
tingkat partisipasi (pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) masyarakat
peserta program Posdaya
2. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran
pendamping) berhubungan dengan tingkat partisipasi (pelaksanaan,
perencanaan, dan evaluasi) masyarakat peserta program Posdaya
3. Faktor internal (umur, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan,
pengalaman berposdaya, motivasi berposdaya, dan kekosmopolitan)
berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual, material,
manajemen) masyarakat peserta program Posdaya.
4. Faktor eksternal (peran media massa, peran tokoh masyarakat, dan peran
pendamping) berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian (intelektual,
material, manajemen) masyarakat peserta program Posdaya
5. Tingkat partisipasi berhubungan nyata dengan tingkat kemandirian
masyarakat peserta program Posdaya.

15

Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Umur yaitu usia responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur
dengan skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori:
a) Dewasa awal: jika umur responden antara 23 – 34 tahun (1)
b) Dewasa pertengahan: jika umur responden antara 35 – 46 tahun (2)
c) Dewasa tua: jika umur responden antara 47 -62 tahun (3)
2. Tingkat pendidikan yaitu jenjang pendidikan sekolah formal tertinggi yang
pernah diikuti responden pada saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan
skala rasio kemudian dikelompokkan menjadi kategori:
a) Rendah: jika responden tidak sekolah sampai dengan pendidikan SD
(1)
b) Sedang : jika pendidikan renponden sampai dengan SMP (2)
c) Tinggi: jika pendidikan renponden sampai dengan SMA (3)
3. Tingkat penghasilan yaitu besarnya penghasilan yang diterima keluarga
dalam satu bulan (Rp/bulan). Tingkat penghasilan diukur dengan skala
rasio yang disesuaikan dengan data lapangan. Data pendapatan responden
akan digolongkan menjadi:
a) Rendah: jika penghasilan responden kurang dari Rp1 000 000 (1)
b) Sedang: jika penghasilan responden antara Rp1 000 000 – Rp2 000
000 (3)
c) Tinggi : jika penghasilan responden lebih dari Rp2 000 000 (3)
4. Pengalaman berposdaya yaitu lamanya responden terlibat dalam program
Posdaya saat penelitian dilaksanakan. Diukur dengan skala rasio yang
kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika responden terlibat dalam Posdaya selama satu tahun (1)
b) Sedang: jika responden terlibat dalam Posdaya selama dua tahun (2)
c) Tinggi: jika responden terlibat dalam Posdaya selama tiga tahun atau
lebih (3)
5. Motivasi berposdaya yaitu alasan atau dorongan yang mendasari
responden yang berasal dari dalam maupun dari luar. Dorongan dari
dalam meliputi dorongan untuk meningkatkan pendapatan, pengetahuan,
pengalaman, mengisi waktu luang. Sedangkan dorongan dari luar yaitu
mengikuti jejak teman, dorongan tokoh masyarakat, saudara dan tetangga).
Motivasi berusaha akan diukur dengan skala rasio kemudian dikategorikan
menjadi:
a) Rendah: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari luar diri (1)
b) Tinggi: jika motivasi responden mengikuti Posdaya dari dalam diri (2)
6. Kekosmopolitan yaitu keterbukaan responden terhadap berbagai sumber
informasi yang diamati pada penelitian ini bekaitan dengan orang lain.
Kekosmopolitan responden akan dilihat dari frekuensi responden
berinteraksi dengan berkunjung keluar desa, konsultasi dengan
pendamping, konsultasi dengan tokoh masyarakat, tukar menukar
informasi, mencari informasi melalui media radio, televisi, atau media
cetak dalam satu bulan terakhir. Kekosmopolitan akan diukur dengan skala
ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: tidak pernah (1)

16

b) Sedang: 1-2 kali per minggu (2)
c) Tinggi: ≥ 3 kali per minggu (3)
7. Peran media massa yaitu bentuk peran media yang mampu memberikan
informasi dan pengetahuan masyarakat tentang kegiatan Posdaya, seperti
media cetak (koran, majalah, buku) dan media elektonik (siaran TV, radio,
internet). Peran media massa akan diukur dengan skala ordinal kemudian
dikategorikan menjadi:
a) Rendah: tidak pernah (1)
b) Sedang: 1-2 kali dalam satu bulan terakhir (2)
c) Tinggi: > 3 kali dalam satu bulan terakhir (3)
8. Peran tokoh masyarakat yaitu bentuk peran seseorang yang mempunyai
kemampuan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat berkaitan
pemberi berbagai informasi, pemberi motivasi dan penggerak, serta
pemberi bimbingan berkaitan kegiatan Posdaya. Peran tokoh masyarakat
akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: tidak berpengaruh (1)
b) Sedang: cukup berpengaruh (2)
c) Tinggi: sangat berpengaruh (3)
9. Peran pendamping yaitu bentuk peran seseorang baik atas nama individu
maupun kelompok berkaitan dengan kemampuan pemercepat perubahan,
perantara, pendidik, tenaga ahli, perencana sosial dan advokat dalam
masyarakat berkaitan dengan kegiatan Posdaya. Peran pendamping akan
diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: tidak berpengaruh (1)
b) Sedang: cukup berpengaruh (2)
c) Tinggi: sangat berpengaruh (3)
10. Tingkat partisipasi yaitu keikutsertaan responden dalam setiap kegiatan
Posdaya yang mencakup proses:
a. Perencanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari
perencanaan obyek kegiatan, tempat kegiatan, waktu, modal dan
perencanaan peralatan yang digunakan dalam kegiatan. Perencanaan
akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 8 – 23 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 24 – 40 (2)
b. Pelaksanaan yaitu tingkat keikutsertaan responden baik dari persiapan
penentuan obyek kegiatan, persiapan lokasi kegiatan, penyediaan modal
kegiatan dan penyediaan sarana produksi dalam kegiatan Posdaya.
Pelaksanaan akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan
menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 6 – 17 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 18 – 30 (2)
c. Evaluasi yaitu tingkat keikutsertaan dalam mengevaluasi berupa
mengidentifikasi kendala dan memberikan solusi permasalahan dalam
kegiatan. Evaluasi akan diukur dengan skala ordinal kemudian
dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 4 – 11 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 12 – 20 (2)

17

11. Tingkat Kemandirian yaitu tingkat kemampuan responden memanfaatkan
potensi yang ada dalam diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di lihat
dengan tiga kategori berikut:
a. Kemandirian intelektual yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan
memanfaatkan waktu, memanfaatkan jenis kegiatan dan kemampuan
mengatasi masalah kegiatan Posdaya. Kemandirian intelektual akan
diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 5 – 7 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 8 – 10 (2)
b. Kemandirian material yaitu tingkat kemampuan berkaitan penyediaan
dan menggunakan peralatan, menyediakan dan menggunakan modal,
serta penyediaan bahan-bahan kegiatan Posdaya. Kemandirian material
akan diukur dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 5 – 7 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 8 – 10 (2)
c. Kemandirian manajemen yaitu tingkat kemampuan berkaitan dengan
pembinaan diri, melaksanakan kegiatan dan mengelola kegiatan secara
kolektif atau bersama orang lain. Kemandirian manajemen akan diukur
dengan skala ordinal kemudian dikategorikan menjadi:
a) Rendah: jika skor responden 5 – 7 (1)
b) Tinggi: jika skor responden 8 – 10 (2)

18

19

METODE PENELITIAN

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif untuk pengambilan data yang bersifat
deskriptif berupa gejala-gejala yang dikategorikan ataupun dalam bentuk lainnya,
seperti foto, dokumen, dan catatan-catatan lapangan pada saat penelitian. Data
kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi lapang secara
partisipatif, dan penelusuran dokumen. Pendekatan kuantitatif diperlukan untuk
pengambilan data berupa angka. Data kuantitatif diperoleh melalui metode sensus,
yaitu pengambilan data dari responden yang informasinya dikumpulkan dari
seluruh populasi dengan menggunakan kuesioner (Singarimbun, 1989). Unit
analisis dari penelitian ini adalah individu. Penelitian ini juga bersifat eksplanatori
karena menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa
(Singarimbun dan Effendi 2006).

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampung Rawakalong RW 08 Desa Ciherang
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1).
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan lokasi tersebut merupakan salah satu desa yang dikembangkan
Posdaya (Pos Pemberdayaan Keluarga) oleh P2SDM IPB sejak tahun 2010 dan
telah mendapatkan berbagai penghargaan serta menjadi lokasi percontohan
Posdaya untuk kegiatan OST (Observation Study Tour) dari berbagai daerah lain
di luar Pulau Jawa. Penelitian ini dilakukan dalam waktu delapan bulan yaitu dari
bulan Maret sampai dengan September 2013 (Lampiran 2).

Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan langsung dari sumbernya di lokasi penelitian. Data sekunder
dikumpulkan melalui Studi Pustaka dan kajian dokumen terhadap sumber-sumber
sekunder melalui data monografi kantor Desa Ciherang, serta berbagai literatur
yang relevan dengan penelitian ini, yakni buku, tesis, skripsi, jurnal penelitian,
dan website.
Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang