Kaitan antara pertumbuhan dengan perkembangan kognitif dan motorikpada anak usia prasekolah di Kabupaten Bogor

i

KAITAN ANTARA PERTUMBUHAN DENGAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN MOTORIK PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR

RINDU DWI MALATEKI SOLIHIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kaitan antara
Pertumbuhan dengan Perkembangan Kognitif dan Motorik pada Anak Usia

Prasekolah di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Rindu Dwi Malateki Solihin
NIM I151114141

iv

RINGKASAN
RINDU DWI MALATEKI SOLIHIN. Kaitan antara Pertumbuhan dengan
Perkembangan Kognitif dan Motorik pada Anak Usia Prasekolah di Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh FAISAL ANWAR dan DADANG SUKANDAR.
Pertumbuhan anak salah satunya dapat dilihat dari indeks tinggi badan
menurut umur. Menurut Riskesdas (2010), stunting pada anak balita di Indonesia
mencapai 35.7%. Khusus di Provinsi Jawa Barat, prevalensi stunting pada balita

mencapai 35.4% pada tahun 2007 dan menurun menjadi 33.7% pada tahun 2010.
Angka tersebut masih dibawah angka stunting nasional yaitu 35.7% tetapi masih
tergolong masalah publik yang tinggi menurut acuan WHO karena masih diatas
30%. Stunting pada anak dapat menyebabkan berbagai gangguan perkembangan
diantaranya gangguan kognitif (Walker et al. 2005) dan motorik (Paiva et al.
2012), tetapi penelitian di Indonesia yang mengarah kepada penilaian aspek
pertumbuhan dan perkembangan masih terbatas dan hasilnya bervariasi.
Tujuan umum penelitian ini yaitu menganalisis kaitan antara pertumbuhan
(TB/U) dengan perkembangan kognitif dan motorik pada anak usia prasekolah.
Secara khusus bertujuan untuk: 1) Menganalisis karakteristik keluarga dan anak
usia prasekolah; 2) Menganalisis pengetahuan dan praktek gizi, kesehatan dan
pengasuhan anak ibu; 3) Menganalisis pola konsumsi anak usia prasekolah; 4)
Menganalisis pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik)
anak usia prasekolah; 5) Menganalisis hubungan antara pola konsumsi anak,
karakteristik anak, karakteristik keluarga, perkembangan (kognitif dan motorik)
dan status gizi anak (TB/U); 6) Menganalisis hubungan antara karakteristik
keluarga dengan pengetahuan (gizi, kesehatan, dan pengasuhan) ibu, karakteristik
keluarga dan pengetahuan ibu dengan praktek (gizi, kesehatan dan pengasuhan)
ibu, dan praktek (gizi dan kesehatan) ibu dengan tingkat kecukupan gizi anak; dan
7) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (TB/U)

dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak usia prasekolah.
Penelitian ini termasuk penelitian survei yang dilakukan terhadap 73 anak
usia 3-5 tahun di Desa Cibanteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan kriteria inklusi: 1) berusia 3-5
tahun; 2); mempunyai orang tua lengkap dan bersedia diambil data; 3) mempunyai
data berat badan dan tinggi badan saat lahir; 4) tidak mempunyai cacat bawaan.
Kriteria eksklusi penelitian adalah anak sedang menjalani pengobatan atau sedang
sakit. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer meliputi karakteristik keluarga, pengetahuan dan praktek gizi, kesehatan
dan pengasuhan anak pada ibu, karakteristik anak, perkembangan anak (kognitif
dan motorik), pertumbuhan anak (TB/U), dan pola konsumsi anak. Data sekunder
meliputi gambaran umum lokasi penelitian, jumlah dan karakteristik anak.
Analisis statistik dilakukan dengan SPSS 16 for Windows. Analisis
deskriptif menggambarkan sebaran variabel berdasarkan persen dan rataan.
Analisis korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara: 1)
karakteristik keluarga, karakteristik anak, pola konsumsi anak, perkembangan
(kognitif dan motorik) dan tinggi badan anak menurut umur; 2) karakteristik
keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak;

v


3) karakteristik keluarga dan pengetahuan ibu dengan praktek ibu mengenai gizi,
kesehatan, dan pengasuhan anak); dan 4) praktek ibu mengenai gizi dan kesehatan
dengan tingkat kecukupan gizi anak. Untuk melihat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan
motorik) anak, digunakan analisis regresi berganda.
Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh balita mempunyai
karakteristik normal. Ukuran keluarga balita lebih banyak berada pada kategori
kecil dan termasuk keluarga miskin. Lebih dari separuh balita mempunyai anggota
keluarga yang tergolong perokok aktif. Rata-rata pendidikan terakhir ayah adalah
SMA dan bekerja sebagai buruh sedangkan ibu adalah SD atau SMA dan tidak
bekerja. Lebih dari separuh ibu mempunyai tinggi badan dan IMT yang tergolong
normal dan mempunyai tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan yang tergolong
sedang, sedangkan tingkat pengetahuan pengasuhan tergolong tinggi. Praktek
kesehatan ibu tergolong tinggi sedangkan praktek gizi dan pengasuhan ibu
tergolong sedang. Balita terbiasa makan tiga kali sehari dan tidak selalu
menghabiskan makanannya. Sebagian besar balita tidak mendapat ASI eksklusif
selama enam bulan dan tidak terbiasa minum susu secara teratur. Pada umumnya,
gangguan makan balita adalah kebiasaan jajan. Hampir seluruh ibu menyiapkan
dan menyuapi balita makan sambil bermain di luar rumah. lebih dari separuh

balita mempunyai TB/U normal, tetapi tingkat perkembangan kognitif dan
motorik halusnya rendah, sedangkan tingkat perkembangan motorik kasar
tergolong sedang.
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara: 1) tinggi badan ibu,
tingkat kecukupan gizi (energi, protein, besi, vitamin A, kalsium, fosfor), dan
panjang lahir balita dengan TB/U balita; 2) TB/U balita, lama mengikuti PAUD,
dan usia balita dengan tingkat perkembangan motorik (halus dan kasar) balita; 3)
TB/U balita, lama mengikuti PAUD, usia balita, dan lingkungan pengasuhan
dengan tingkat perkembangan kognitif balita; 4) lama pendidikan ibu dengan
tingkat pengetahuan gizi ibu; 5) lama pendidikan ibu dan pendapatan/kap/bulan
keluarga dengan praktek pengasuhan ibu. Terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara besar keluarga dengan praktek pengasuhan ibu. Tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara praktek gizi ibu dengan tingkat kecukupan gizi
balita.
Faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap TB/U balita adalah
tinggi badan ibu dan tingkat kecukupan gizi (energi dan protein) balita. Faktorfaktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat perkembangan motorik halus
balita adalah TB/U balita dan tingkat perkembangan motorik kasar balita. Faktorfaktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat perkembangan motorik kasar
balita adalah usia balita, perkembangan kognitif dan motorik halus balita. Faktorfaktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat perkembangan kognitif balita
adalah lama mengikuti PAUD dan perkembangan motorik kasar balita.


Kata kunci: kognitif, motorik, perkembangan, pertumbuhan, prasekolah

vi

SUMMARY
RINDU DWI MALATEKI SOLIHIN. Relationship between Growth, Cognitive
Development, and Motor Development among Preschool Children in Bogor
District. Supervised by FAISAL ANWAR and DADANG SUKANDAR.
Children growth is reflected by height for age index. According to
Riskesdas (2010), stunting among under five children in Indonesia reached
35.7%. Specifically in West Java province, the prevalence of stunting in under
five children reached 35.4% in 2007 and decreased to 33.7% in 2010. The number
was still below the national stunting prevalence, but it was a high public health
problem according to WHO reference because it was above 30%. Stunting in
under five children causes variety of developmental disorders including cognitive
(Walker et al. 2005) and motor (Paiva et al. 2012) disorders. Studies in Indonesia,
which leads to growth and development aspects are still limited and the results are
varied.
The main objective of this study was to analyze relationship between
growth, cognitive development, and motor development in preschool children.

Specifically, it was aimed to : 1)analyze the characteristics of families and
preschool children ; 2)analyze the knowledge and practice of nutrition, health and
child care; 3)analyze the consumption pattern of preschool children ; 4)analyze
growth (height for age) and development (cognitive and motor) of preschool
children; 5)analyze the relationship between consumption patterns of children,
child characteristics, family characteristics, development (cognitive and motor)
and children‟s nutritional status (height for age); 6)analyze the relationship
between family characteristics, mother‟s knowledge (nutrition, health , and child
care), mother‟s practices (nutrition, health and child care), and children‟s nutrient
adequacy level; 7)analyze the factors that influence growth (height for age) and
development (cognitive and motor) of preschool children.
This survey was conducted to 73 children aged 3-5 years in Cibanteng
village, Bogor District, West Java. Sampling was carried out with inclusion
criteria: 1)children age 3-5 years, 2); had complete parents and willing to join the
survey, 3) data of weight and height at birth were available; 4) do not have
congenital abnormalities. Exclusion criteria were: children were sick or under any
medical treatments. Data collected included primary and secondary data. Primary
data included family characteristics, knowledge and practice (nutrition, health and
child care) child characteristics, child development (cognitive and motor), child
growth (height for age), and consumption patterns of children. Secondary data

included description of the study location and children characteristics.
Statistical analysis was performed by SPSS 16 for Windows. Descriptive
analysis described the distribution of the variable based on percent and average.
Pearson correlation analysis was used to analyze the relationship between: 1)
family characteristics, child characteristics, consumption patterns of children,
development (cognitive and motor) and height for age; 2) family characteristics
and mother's knowledge (nutrition, health, and child care); 3) family
characteristics and mother‟s knowledge practices (nutrition, health, and child
care), 4) practice of mother (nutrition and health) and children‟s nutrient adequacy

vii

level. Factors that affect growth (TB/U) and development (cognitive and motor)
of children were analized by linear multiple regression.
This study showed that more than half of the children had normal
characteristics. Families size mostly were small and they were poor. More than
half children had family members that were active smokers. The average of
father‟s education level was high school and worked as labor, while the mother
was elementary or high school and not working. Mother‟s height and BMI were
relatively normal. Level of mother‟s nutrition knowledge and health were

classified as moderate, while the knowledge level of child care was high. Level of
health practices was high while the level of nutrition practices and child care were
moderate. Most children ate three times a day and did not always finish their food.
Most children were not exclusively breastfed for six months (89.0%) and did not
drink milk regularly. Snacking was a common children‟s eating disorder. Almost
all mothers prepared and fed their children by themselves. More than half of the
children had normal height for age, but level of cognitive and fine motor
development were low, while gross motor development level were moderate.
There was significant positive relationship between: 1) mother‟s height,
children‟s nutrient adequacy level (energy, protein, iron, vitamin A, calcium,
phosphorus), birth length of children, and children height for age; 2) children
height for age, early education, age of the children, and level of motor (fine and
gross) development; 3) children height for age, early education, age of the
children, psychosocial stimulation, and level of cognitive development; 4)
mother's education level and mother‟s nutrition knowledge; 5) mother's education
level, family income, and mother‟s health practices. There was significant
negative relationship between family size, nutrition knowledge level and child
care practices level of mother. There was no significant relationship between
mother‟s nutrition and health practices and children‟s nutrient adequacy level.
Factors that significantly influenced children height for age were mother‟s

height and children‟s nutrient adequacy level (energy and protein). Factors that
significantly influenced the level of fine motor development were children height
for age and gross motor development level. Factors that significantly influenced
the level of gross motor development were children‟s age, cognitive and fine
motor development level. Factors that significantly influenced the level of
cognitive development were early education and gross motor development level.

Keywords: cognitive development, growth, motor development, preschool

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


KAITAN ANTARA PERTUMBUHAN DENGAN
PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN MOTORIK PADA ANAK
USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR

RINDU DWI MALATEKI SOLIHIN

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

x

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS

xi

Judul Tesis : Kaitan Antara Pertumbuhan dengan Perkembangan Kognitif dan
Motorik pada Anak Usia Prasekolah di Kabupaten Bogor
Nama

: Rindu Dwi Malateki Solihin

NIM

: I151114141

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS
Ketua

Prof Dr Ir Dadang Sukandar, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Gizi Masyarakat

Dekan Sekolah Pascasarjana

drh M Rizal M Damanik, MRepSc PhD

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian:
(18 Desember 2013)

Tanggal Lulus:

xii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas semua rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis
yang berjudul “Kaitan Antara Pertumbuhan dengan Perkembangan Kognitif dan
Motorik pada Anak Usia Prasekolah di Kabupaten Bogor” diajukan sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar magister sains pada Program Studi Ilmu Gizi
Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Faisal Anwar, MS dan Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku
komisi pembimbing yang telah memberikan usulan, saran, kritik dan motivasi
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.
2. Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen penguji luar komisi yang telah
memberikan saran dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.
3. Kedua orang tua, Rahmat Solihin Sm.Hk (Alm) dan Dra. Titin Kusumawati
beserta semua keluarga besar penulis yang tak henti-hentinya mendoakan dan
memberikan motivasi.
4. Gugum Gumbira, S.Ik beserta keluarga yang senantiasa memberikan perhatian
dan motivasi kepada penulis.
5. Darwin Warsono, S.Sos selaku Kepala Desa Cibanteng yang telah
memberikan izin pengambilan data penelitian.
6. Nuraeni, Susanti dan seluruh kader posyandu Desa Cibanteng yang telah
memberikan bantuan selama pengambilan data penelitian.
7. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penelitian: Ima Karimah,
S.Gz; Nurlaely Fitriana, S.Gz; Siti Alvianti, S.Gz; Risma Junita, S.KPm;
Catur Dwi Anggarawati, SP; Ida Parida, SP; dan Tatit Sastrini, SP.
8. Teman-teman mahasiswa Ilmu Gizi Masyarakat yang telah memberikan
motivasi dan bantuan selama penulis melangsungkan studi di sekolah
Pascasarjana IPB.
9. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak permasalahan untuk
dikaji terutama yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak,
sehingga dibutuhkan penelitian-penelitian serupa lainnya yang lebih mendalam
untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Oktober 2013
Rindu Dwi Malateki Solihin

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian

1
1
2
2
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Determinan Stunting pada Anak
Hubungan Pertumbuhan dengan Perkembangan Anak
Peran Lingkungan Pengasuhan Terhadap Perkembangan Anak

4
4
10
16

3 KERANGKA PEMIKIRAN

19

4 METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Teknik Pemilihan Sampel
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

22
22
22
23
26
29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Karakteristik Umum Balita
Riwayat Kelahiran Balita
Riwayat PemberianASI dan MP-ASI Balita
Preferensi Makanan dan Minuman Balita
Kebiasaan Makan Balita
Tingkat Kecukupan Gizi Balita
Pertumbuhan Balita
Tingkat Perkembangan Kognitif dan Motorik Balita
Karakteristik Fisik dan Kondisi Fisiologis Ibu
Karakteristik Sosial Ekonomi Ibu
Tingkat Pengetahuan Ibu
Praktek Ibu
Praktek Pengasuhan Ibu
Karakteristik Keluarga Balita
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

31
31
34
36
38
40
42
44
46
47
48
50
51
57
61
64
66

xiv

Hubungan Praktek Ibu
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Praktek Ibu
Hubungan Tinggi Badan Balita Menurut Umur
Hubungan Tingkat Perkembangan Motorik dan Kognitif Balita
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tinggi Badan Balita
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Balita
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik kasar Balita
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif Balita

68
69
71
74
78
82
84
86

6 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

88
88
89

DAFTAR PUSTAKA

90

LAMPIRAN

104

RIWAYAT HIDUP

108

xv

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

Pondasi perkembangan motorik
Tahap perkembangan kognitif Piaget
Peubah, cara pengumpulan data, dan pengolahan data
Kategori pertumbuhan anak berdasarkan TB/U
Kriteria tingkat kecukupan energi dan protein (Depkes 1996)
Pemanfaatan lahan di Desa Cibanteng
Jumlah penduduk menurut struktur usia
Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk
Sarana dan Prasarana Desa Cibanteng
Sebaran balita menurut karateristiknya
Sebaran balita menurut riwayat kelahiran
Sebaran balita menurut riwayat pemberian ASI dan MP-ASI
Sebaran balita menurut preferensi pangan dan minuman
Sebaran balita menurut kebiasaan makan
Sebaran balita menurut tingkat kecukupan gizi
Sebaran balita menurut indeks tinggi badan menurut umur
Sebaran balita menurut tingkat perkembangan
Sebaran ibu balita menurut karakteristik fisik dan fisiologi
Sebaran ibu balita menurut karakteristik sosial ekonomi
Sebaran ibu balita menurut tingkat pengetahuan
Sebaran ibu balita menurut praktek
Sebaran balita menurut lingkungan pengasuhan
Sebaran balita menurut karakteristik keluarga
Hubungan karakteristik ibu dengan tingkat pengetahuan ibu
Hubungan karakteristik ibu dengan praktek ibu
Hubungan tingkat pengetahuan dengan praktek ibu
Hubungan TB/U balita dengan karakteristik keluarga
Hubungan TB/U balita dengan karakteristik balita
Hubungan tingkat perkembangan motorik halus balita dengan
karakteristik balita
Hubungan tingkat perkembangan motorik kasar balita dengan
karakteristik balita
Hubungan tingkat perkembangan kognitif balita dengan
karakteristik balita
Faktor-faktor yang mempengaruhi TB/U
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif

13
14
24
27
27
31
32
33
34
36
37
39
41
43
45
46
48
49
51
52
57
62
65
67
69
70
72
73
75
76
77
79
82
85
86

xvi

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran kaitan pertumbuhan dengan perkembangan kognitif
dan motorik pada anak usia prasekolah
2 Sebaran ibu balita yang menjawab pertanyaan pengetahuan gizi dengan
benar
3 Sebaran ibu balita yang menjawab pertanyaan pengetahuan kesehatan
dengan benar
4 Sebaran ibu balita yang menjawab pertanyaan pengetahuan pengasuhan
dengan benar
5 Sebaran ibu balita yang menjawab pertanyaan praktek gizi dengan benar
6 Sebaran ibu balita yang menjawab pertanyaan praktek kesehatan dengan
Benar

21
53
54
56
58
60

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Peta lokasi penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi TB/U
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik kasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
Dokumentasi kegiatan pengukuran perkembangan anak

105
106
106
106
107
107

1

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Gizi berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi
terlibat dalam berbagai reaksi matabolisme pada berbagai sistem tubuh yang
diantaranya bertanggung jawab terhadap perkembangan fisik dan mental.
Malnutrisi pada anak merupakan masalah yang kompleks, multidimensi, dan
saling berhubungan. Di Indonesia, spektrum malnutrisi sangat luas yang tersebar
di seluruh tahap kehidupan, diantaranya dalam bentuk Kurang Energi Protein
(KEP), kekurangan zat gizi mikro, berat bayi lahir rendah, dan gangguan
pertumbuhan yang dilihat dari indikator tinggi badan menurut umur (Atmarita
2005).
Pertumbuhan anak salah satunya tercermin dari indeks tinggi badan
menurut umur. Berdasarkan indeks tersebut maka anak dikelompokan menjadi
stunting atau normal. Stunting merupakan kondisi kurang gizi menurut indeks
tinggi badan menurut umur (TB/U). Stunting mengindikasikan pertumbuhan yang
rendah dan efek kumulatif dari kekurangan atau ketidakcukupan asupan energi,
zat gizi makro atau zat gizi mikro dalam jangka panjang atau hasil dari infeksi
kronis atau infeksi yang terjadi berulang kali (Umeta et al. 2003). Menurut
Riskesdas (2010), stunting pada anak balita di Indonesia mencapai 35.7%. Khusus
di Provinsi Jawa Barat, prevalensi stunting pada balita mencapai 35.4% pada
tahun 2007 dan menurun menjadi 33.7% pada tahun 2010. Angka tersebut masih
dibawah angka stunting nasional yaitu 35.7% tetapi masih tergolong masalah
publik yang tinggi menurut acuan WHO karena masih diatas 30%. Stunting dapat
menyebabkan gangguan perkembangan diantaranya gangguan kecerdasan
(Walker et al. 2005) dan perkembangan motorik (Pollit 2000)
Gangguan pertumbuhan yang dicirikan dengan rendahnya tinggi badan
menurut umur (stunting) sering dihubungkan dengan kualitas anak tersebut. Pada
anak stunting seringkali mengalami penurunan kinerja sistem syaraf yang
berimplikasi pada rendahnya kecerdasan anak. Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa kurang gizi pada usia dini, salah satunya tercermin dari
keadaan stunting, berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif dan nilai IQ
yang dicirikan dengan rendahnya kemampuan belajar dan pencapaian prestasi di
sekolah. Menurut World Bank (2006), stunting dapat menyebabkan kehilangan IQ
sebesar 5-11 poin. Stunting pada anak usia dini dikaitkan dengan kemampuan
kognitif yang rendah di akhir masa remaja, yang dapat dikoreksi dengan stimulasi
pada usia muda (Walker et al. 2005).
Selain itu, stunting dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan
sistem motorik baik pada anak yang normal maupun pada anak yang mengidap
penyakit tertentu. Anak stunting yang terekspos oleh HIV mempunyai skor
kemampuan motorik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan anak normal
(McDonald et al. 2012). Penurunan fungsi motorik pada anak stunting yang tidak
mempunyai kelainan bawaan dikaitkan dengan rendahnya kemampuan mekanik
dari otot tricep surae, sehingga lambatnya kematangan fungsi otot tersebut
menyebabkan kemampuan motorik anak stunting terhambat (Paiva et al. 2012).

2

Pada umumnya, peneliti hanya meneliti aspek pertumbuhan dan
perkembangan secara terpisah. Penelitian-penelitian di Indonesia yang mengarah
kepada penilaian aspek pertumbuhan sekaligus perkembangan anak masih terbatas
dan hasilnya masih bervariasi. Penelitian Marlina (2012) menyebutkan tidak ada
hubungan signifikan antara stunting dengan perkembangan kognitif anak usia
prasekolah. Sebaliknya, sebuah penelitian terhadap kelompok stunting dan normal
menunjukan bahwa kelompok stunting mempunyai skor perkembangan bahasa
dan kognitif yang lebih rendah secara signifikan jika dibandingkan dengan
kelompok normal, dan terdapat hubungan yang nyata antara kejadian stunting
dengan perkembangan bahasa dan kognitif anak (Hanum 2012). Penelitian ini
dilakukan untuk melengkapi hasil penelitian-penelitian sebelumnya dengan
melihat pengaruh stunting baik terhadap perkembangan kognitif maupun terhadap
dimensi perkembangan yang lain yaitu perkembangan motorik pada anak usia
prasekolah.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang ingin diteliti
adalah: 1) bagaimana hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak,
tingkat kecukupan gizi anak, perkembangan (kognitif dan motorik) dan
pertumbuhan anak berdasarkan tinggi badan menurut umur; 2) bagaimana
hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu mengenai gizi,
kesehatan, dan pengasuhan anak; 3) bagaimana hubungan antara karakteristik
keluarga dan pengetahuan ibu mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak
dengan praktek gizi, kesehatan, dan pengasuhan ibu; 4) bagaimana hubungan
antara praktek gizi dan kesehatan ibu dengan tingkat kecukupan gizi anak usia
prasekolah; dan 5) faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
(TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak usia prasekolah.

Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis kaitan antara
pertumbuhan (TB/U) dengan perkembangan kognitif dan motorik pada anak usia
prasekolah.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis karakteristik keluarga dan karakteristik anak usia prasekolah
2. Menganalisis pengetahuan dan praktek ibu mengenai gizi, kesehatan dan
pengasuhan anak
3. Menganalisis pola konsumsi anak usia prasekolah
4. Menganalisis pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan
motorik) anak usia prasekolah
5. Menganalisis hubungan antara tingkat kecukupan gizi anak, karakteristik
anak, karakteristik keluarga, perkembangan (kognitif dan motorik) dan
pertumbuhan anak berdasarkan tinggi badan menurut umur

3

6. Menganalisis hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan
(gizi, kesehatan, dan pengasuhan) ibu, karakteristik keluarga dan
pengetahuan ibu dengan praktek (gizi, kesehatan dan pengasuhan) ibu, dan
praktek (gizi dan kesehatan) ibu dengan tingkat kecukupan gizi anak.
7. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
(TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak usia prasekolah.

Hipotesis
1. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga, karakteristik anak,
tingkat kecukupan gizi anak, perkembangan (kognitif dan motorik) dan
pertumbuhan anak berdasarkan tinggi badan menurut umur.
2. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dengan pengetahuan ibu
mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak.
3. Terdapat hubungan antara karakteristik keluarga dan pengetahuan ibu
mengenai gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak dengan praktek gizi,
kesehatan, dan pengasuhan ibu.
4. Terdapat hubungan antara praktek gizi dan kesehatan ibu dengan tingkat
kecukupan gizi anak usia prasekolah.
5. Terdapat pengaruh dari karakteristik keluarga dan anak terhadap
pertumbuhan (TB/U) dan perkembangan (kognitif dan motorik) anak usia
prasekolah.

Manfaat
Memberikan informasi kepada orang tua akan pentingnya menjaga status
gizi dan memberikan stimulasi psikososial pada anak agar mencapai kematangan
perkembangan kognitif dan motorik yang optimal. Selain itu, dapat pula menjadi
bahan rujukan bagi para pembuat kebijakan dalam merencanakan program
intervensi gizi pada anak usia prasekolah sehingga program intervensi gizi lebih
difokuskan pada penurunan prevalensi stunting pada kelompok anak usia di
bawah lima tahun.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Determinan Stunting pada Anak
Pertumbuhan pada anak merupakan cerminan dari keadaan sosial ekonomi
masyarakat karena erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi dalam waktu yang
lama seperti kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang, kesehatan
lingkungan yang kurang baik, pola asuh yang kurang baik dan rendahnya tingkat
pendidikan (Depkes 2009). Stunting merupakan gangguan pertumbuhan yang
tercermin dari keadaan tubuh yang pendek sehingga melewati defisit 2SD
dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi
internasional (Manary & Solomons 2009). Hasil studi kohort di Brazil,
Guatemala, India, Filipina, dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa stunting
dalam dua tahun pertama kehidupan merupakan faktor risiko untuk konsentrasi
glukosa yang tinggi, tekanan darah, dan profil lipid yang merugikan setelah
dewasa (Victora et al. 2008). Walaupun demikian, penyebab dan etiologi stunting
pada anak jauh kurang dipahami jika dibandingkan dengan konsekuensinya.
Stunting dapat terjadi secara luas di lingkungan yang miskin (Reyes et al. 2004;
Khomsan et al. 2013), bahkan di lingkungan yang relatif surplus bahan pangan
(Teshome et al. 2009). Dalam suatu populasi, seorang anak dapat menjadi stunted
atau tidak, atau secara lebih luas, suatu populasi dapat menjadi lebih stunted
dibandingkan populasi lainnya. Hal ini berarti bahwa diperlukan pemahaman yang
baik tentang mengapa dan bagaimana anak-anak menjadi stunting baik pada
tingkat individu maupun ekologi.
Jenis Kelamin Anak
Jenis kelamin anak sering dijadikan faktor risiko dalam menganalisis
masalah stunting di beberapa wilayah atau negara. Pada tahun 2006, sebuah
penelitian cross sectional dilakukan oleh Teshome et al. terhadap 622 pasang ibubalita (usia 0-59 bulan). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa anak laki-laki
mempunyai risiko menjadi stunting 1.5 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan
anak perempuan. Teshome et al. mengkaitkan hal tersebut dengan sex preference
yang dilakukan oleh ibu atau caregiver dimana anak laki-laki relatif dirugikan
dengan pola asuh gizi yang berbeda dengan anak perempuan. Oleh sebab itu,
Teshome et al. menyarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
perbedaan pola asuh pada anak laki-laki dan perempuan. Melengkapi hal tersebut,
penelitian Nzala et al. (2011) terhadap 6142 anak balita di Zambia menunjukan
bahwa anak laki-laki mempunyai risiko menjadi stunted yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan anak perempuan dikarenakan adanya kebudayaan di zambia
dimana anak laki-laki terbiasa makan dengan ayahnya, yang berati lebih sedikit
makanan yang didapat, sementara anak perempuan terbiasa makan dengan ibu
mereka dan mendapat makanan yang lebih banyak. Selain itu, pengeluaran energi
anak laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan anak perempuan karena anak
laki-laki lebih aktif bermain. Walaupun kedua penelitian tersebut memasukkan
jenis kelamin sebagai faktor risiko stunting, tapi dalam penelitian lain jenis
kelamin tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian stunting
(Schoenbaum et al. 1995; Kshatryia & Ghosh 2008; Ekpo et al. 2008).

5

Usia Anak
Stunting merupakan proses kumulatif yang berlangsung lama bahkan sejak
masih dalam kandungan. Oleh sebab itu, faktor usia menjadi berpengaruh
terhadap kejadian stunting dalam beberapa penelitian di Ethiopia (Teshome et al.
2009; Yimer 2000) dan negara berkembang lainnya (Kumar et al. 2006). Pada
penelitian Teshome et al. (2009), risiko stunting meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, dimana anak dengan usia 13-24 bulan berisiko lebih tinggi
mengalami stunting dibandingkan dengan anak dengan usia yang lebih muda (< 7
bulan). Hasil penelitian Teshome et al. (2009) menggarisbawahi pentingnya dua
tahun pertama kehidupan sebagai masa paling kritis untuk intervensi gizi sehingga
diperlukan program-program yang meningkatkan status gizi pada anak-anak yang
rentan. Anak dengan usia kurang dari 24 bulan merespon jauh lebih cepat
terhadap perbaikan pertumbuhan dibandingkan anak dengan usia lebih tua.
Setelah anak mencapai 2 tahun, sangat sulit untuk mengembalikan kondisi
stunting yang telah terjadi sebelumnya.
Status Kesehatan Anak
Status kesehatan pada anak juga turut berperan dalam menimbulkan
masalah stunting khususnya diare (El Taguri et al. 2007; Teshome et al. 2009;
Nzala et al. 2011). Diare berhubungan positif dan signifikan dengan stunting
dimana anak-anak yang mengalami diare berisiko 2,3 kali menjadi stunting
dibandingkan dengan anak-anak tanpa diare, sementara prevalensi malaria lebih
besar pada mereka yang stunting akan tetapi tidak ditemukan hubungan yang
signifikan (Teshome et al. 2009). Selain diare, infeksi pernapasan akut juga
ditemui pada anak stunting walaupun tidak setingi insiden diare (Nzala et al.
2011). Menurut Eastwood (2003) infeksi dan diare berkontribusi terhadap
kejadian stunting karena dapat mengganggu proses metabolisme dalam tubuh
sehingga menyebabkan pertumbuhan anak tidak optimal, akan tetapi dalam
penelitian Nasikhah (2012) infeksi pernapasan akut tidak terbukti berhubungan
secara signifikan dengan kejadian stunting.
Status Kelahiran Anak
Status kelahiran berkonribusi terhadap kejadian stunting pada anak (Ricci
& Becker 1996; Kusharisupeni 2002; Santos et al. 2009). Berdasarkan penelitian
kohort prospektif selama 12 bulan yang dilakukan Kusharisupeni (2002), ukuran
tubuh pada saat lahir mampu memprediksi pertumbuhan janin, dimana pada saat
usia 12 bulan kelompok bayi yang lahir dengan berat badan rendah (