Re-Desain Taman Tegalega Bandung Sebagai Taman Evakuasi Bencana Banjir

RE-DESAIN TAMAN TEGALEGA BANDUNG SEBAGAI
TAMAN EVAKUASI BENCANA BANJIR

CITRA HANDAYANI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Re-Desain Taman
Tegalega Bandung sebagai Taman Evakuasi Bencana Banjir” adalah benar karya
saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Citra Handayani
NIM A44100062

ABSTRAK
CITRA HANDAYANI. Re-Desain Taman Tegalega Bandung sebagai Taman
Evakuasi Bencana Banjir. Dibimbing oleh FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang berpotensi terkena
bencana banjir saat musim hujan, khususnya di daerah Bandung Selatan. Adanya
kemungkinan tersebut membuat pemerintah Kota Bandung merencanakan upaya
mitigasi berupa penyediaan ruang evakuasi di Taman Tegalega Bandung yang
tertuang dalam RTRW Kota Bandung Tahun 2011-2031. Taman evakuasi
merupakan salah satu upaya mitigasi dalam penyediaan ruang evakuasi. Taman
evakuasi memiliki fungsi sebagai taman kota pada hari-hari biasa dan dapat
menjadi tempat evakuasi saat terjadi bencana. Penelitian ini bertujuan untuk
mendesain taman evakuasi yang memenuhi kedua fungsi tersebut. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial untuk menentukan
area yang sesuai sebagai taman evakuasi, analisis deskriptif untuk menganalisis
aspek sosial dan budaya serta sejarah bencana banjir di Bandung, dan analisis

kuantitatif untuk menghitung jarak jalur evakuasi, suhu termal optimum, dan daya
dukung. Hasil akhir dari penelitian ini adalah desain Taman Tegalega dengan
stilasi Bandung Lautan Api sebagai konsep desain yang dijelaskan dalam bentuk
rencana tapak, gambar detail, dan perspektif.
Kata kunci: Taman Tegalega Bandung, Re-Desain Taman Kota, Taman Evakuasi
Banjir, Taman Kota sebagai Taman Evakuasi.

ABSTRACT
CITRA HANDAYANI. Re-Design of Tegalega Park in Bandung for Flood
Evacuation Park. Supervised by FITRIYAH NURUL H. UTAMI.
Bandung is one several the cities in Indonesia which potentially exposed
to floods during the rainy season, especially in the South of Bandung. The
existence of that possibility make the government plan to build an evacuation area
in Tegalega Park in Bandung which contained in the RTRW of Bandung City
year 2011-2031. Evacuation park is one of the mitigation measures to prepare an
evacuation area. Evacuation park has functions as a park in common for
recreation and also can be an evacuation area when disaster happen. The
research purpose is to design flood evacuation area in Tegalega Park in Bandung
which has both of these functions. The methods applied were spatial analysis to
determine the area of evacuation park in Tegalega Park, descriptive analysis to

analyze social and cultural aspect as well as history of flood disaster in Bandung,
and quantitative analysis to quantify evacuation road distance, adaptive thermal
comfort, and carrying capacity. The result of this research is design of Tegalega
Park which stilasi Bandung Lautan Api as a design concept and will be explained
by site plan, detail drawings, and perspective drawings.
Keywords: Tegalega Park in Bandung, Re-design of City Park, Flood Evacuation
Park, City Park as Evacuation Park.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

RE-DESAIN TAMAN TEGALEGA BANDUNG SEBAGAI

TAMAN EVAKUASI BENCANA BANJIR

CITRA HANDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT dipanjatkan oleh penulis karena atas berkah
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Re-desain Taman Tegalega Bandung sebagai Taman Evakuasi Bencana
Banjir” dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukugan dan bimbingan dari pihakpihak yang terkait. Ucapan terimakasih penulis persembahkan kepada:
1. Ibu Fitriyah Nurul H. Utami, ST, MT selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dan semangat selama penulisan skripsi
hingga penulis dapat menyelesaikannya;
2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan, MAgr.SC selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulis menjadi
mahasiswa;
3. Keluarga yang selalu memberikan doa, dorongan dan semangat, serta
kesabaran yang diberikan kepada penulis;
4. Pihak yang terkait dalam penelitian ini atas kesediannya dalam menyediakan
waktu dan tenaga untuk membantu penulis dalam pengumpulan data; dan
5. Keluarga Besar Arsitektur Lanskap khusunya angkatan 47 atas
kebersamaannya, Achi dan Seba yang telah membantu pengambilan data,
serta Sam teman sebimbingan yang selalu memberikan semangat.
Penelitian ini membahas mengenai re-desain Taman Tegalega Bandung
sebagai taman evakuasi bencana banjir, sehingga Taman Tegalega tidak hanya
dapat difungsikan sebagai taman kota tetapi juga sebagai tempat evakuasi bencana
banjir. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran diperlukan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

Citra Handayani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Manfaat
Kerangka Pikir
TINJAUAN PUSTAKA
Bencana Banjir
Resiko Bencana Banjir di Bandung
Upaya Mitigasi Bencana Banjir
Taman Kota

Taman Kota sebagai Taman Evakuasi Bencana
METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Batasan Penelitian
Metode Penelitian
Tahapan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kawasan Bandung Selatan
Lokasi dan Batas Kawasan Bandung Selatan
Topografi dan Kemiringan Lahan
Iklim
Sejarah Bencana Banjir di Kawasan Bandung Selatan
Sosial dan Budaya
Taman Tegalega Bandung
Aspek Fisik dan Biofisik
Lokasi dan Batas Tapak
Topografi dan Kemiringan Lahan
Iklim

Vegetasi dan Satwa
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Fasilitas dan Utilitas
Aspek Sosial
Pengguna
Pengelola
Aspek Legal
Analisis dan Sintesis
Analisis Bencana Banjir
Analisis Potensi Taman Tegalega sebagai Tempat Evakuasi
Bencana Banjir
Zona Banjir, Fasilitas Kesehatan, dan Area Berbahaya
Jalur Evakuasi
Analisis Aspek Fisik dan Biofisik Taman Tegalega

viii
viii
1
1
2

2
2
3
3
3
5
7
8
9
9
10
11
11
12
13
13
13
13
14
14

14
19
20
20
20
20
23
23
26
27
27
27
29
30
30
30
31
31
31
37


Lokasi dan Batas Tapak
Topografi dan Kemiringan Lahan
Aksesibilitas dan Sirkulasi
Hidrologi
Iklim
Vegetasi dan Satwa
Visual
Analisis Aspek Sosial
Analisis Aspek Legal
Konsep
Konsep Dasar
Konsep Desain
Pengembangan Konsep
Konsep Ruang
Konsep Sirkulasi
Konsep Vegetasi
Konsep Fasilitas dan Utilitas
Block plan
Re- Desain Taman Tegalega
Area Historis, Ekologis, dan Sosial
Area Mitigasi Bencana Banjir
Daya Tampung
Detail Desain
Bench
Sirkulasi
Rambu Evakuasi
Tenda Pengungsi, Posko Bencana, dan Posko Kesehatan
Mushola dan Toilet
Gudang Logistik
Planting Plan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

37
38
40
40
40
43
44
44
44
46
46
47
48
48
49
49
52
52
52
55
55
66
67
67
67
68
68
69
69
70
85
85
85
86
89

DAFTAR TABEL
1 KDH, Fasilitas, dan Vegetasi pada Taman Kota
2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
3 Kriteria Kesesuaian Aspek Fisik dan Sosial Tempat Evakuasi
4 Klasifikasi Topografi Kawasan Bandung Selatan
5 Rekapitulasi Kejadian Banjir Tahun 2013-Maret 2014
6 Perkiraan Penduduk WP. Baleendah Korban Banjir
7 Data Klimatologi Kota Bandung Tahun 2013
8 Jenis Vegetasi Eksisting di Taman Tegalega
9 Jenis Burung di Taman Tegalega
10 Jumlah Pengunjung Taman Tegalega (Januari-Februari 2014)
11 Retribusi di Taman Tegalega Bandung
12 Fasilitas dan Utilitas Saat Kondisi Normal dan Kondisi Evakuasi
13 Daya Tampung Fasilitas di Area Evakuasi Bencana
14 Daftar Tanaman yang Direncanakan Pada Area Evakuasi Bencana

7
10
11
14
15
19
23
23
26
29
29
52
66
75

DAFTAR GAMBAR
1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
2
2 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2001-2010 4
3 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2001-2010
4
4 Beberapa Sarana dan Prasarana untuk Tempat Evakuasi
6
5 Taman Evakuasi di Jepang
8
6 Peta Orientasi Lokasi Penelitian
9
7 Bagan Tahapan Penelitian
12
8 Peta Wilayah Pengembangan Baleendah
16
9 Peta Bahaya Banjir Kawasan Bandung Selatan
17
10 Peta Ancaman Banjir DAS Citarum
18
11 Peta Batas Tapak Taman Tegalega
20
12 Kondisi Umum Taman Tegalega
21
13 Peta Kontur Taman Tegalega
22
14 Vegetasi yang terdapat di Taman Tegalega
26
15 Peta Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega
27
16 Fasilitas di Taman Tegalega
28
17 Skema Ruang Evakuasi Berdasarkan Luasan Wilayah
30
18 Analisis Lokasi Taman Tegalega terhadap Zona Banjir
32
19 Analisis Taman Tegalega terhadap Rumah Sakit Terdekat
33
20 Analisis Taman Tegalega terhadap Area Industri
34
21 Posisi Taman Tegalega dan Jalur Evakuasi
35
22 Analisis Jalur Evakuasi
36
23 Jalur Evakuasi dan Aksesibilitas Menuju Taman Tegalega
37
24 Area yang Harus Dipertahankan pada Taman Tegalega
38
25 Potensi dan Kendala Taman Tegalega
39
26 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi Taman Tegalega
41
27 Analisis Hidrologi Taman Tegalega
42

28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71

Penempatan Tenda Searah Angin dan Ternaungi Pohon
Analisis Visual Taman Tegalega
Diagram Konsep Dasar
Stilasi Bandung Lautan Api
Diagram Konsep Desain
Konsep Ruang
Konsep Sirkulasi
Konsep Vegetasi
Block Plan
Siteplan
Perbesaran Siteplan AreaEvakuasi
Perspektif Area Evakuasi
Gambar Potongan
Siteplan Tempat Tenda Evakuasi
Perspektif Tempat Tenda Evakuasi
Siteplan Tempat Makan dan Dapur Umum
Perspektif Tempat Makan dan Dapur Umum
Siteplan Children Playground
Perspektif Children Playground
Siteplan Jalur Refleksi
Perspektif Jalur Refleksi
Siteplan Mushola dan Toilet
Perspekif Mushola dan Toilet
Siteplan Tempat Parkir Kendaraan
Perspektif Tempat Parkir Kendaraan
Material Bench
Material Sirkulasi
Material Rambu Evakuasi
Material Tenda Pengungsi, Posko Bencana, dan Posko Kesehatan
Material Mushola dan Toilet
Detil Bench
Detil Sirkulasi
Detil Rambu Evakuasi
Detil Tenda Pengungsi
Detil Posko Bencana
Detil Posko Kesehatan
Detil Mushola
Detil Toilet
Detil Shelter dan Gudang Logistik
Planting Plan Pohon
Planting Plan Semak 1
Planting Plan Semak 2
Planting Plan Semak 3
Planting Plan Semak 4

43
45
47
47
48
50
51
53
54
56
57
57
58
60
60
61
61
62
62
63
63
64
64
65
65
67
68
68
69
69
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara di daerah tropis memiliki sumberdaya alam yang
begitu melimpah baik di darat maupun di laut, namun Indonesia juga memiliki
banyak permasalahan yang perlu dibenahi, salah satunya adalah masalah
lingkungan. Masalah lingkungan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu bencana
akibat dari peristiwa alam atau akibat dari aktivitas dan kegiatan manusia, bahkan
bisa secara bersamaan diakibatkan oleh alam dan manusia (Kodoatie, 2013).
Sebagai negara dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan, bencana banjir merupakan salah satu bencana yang mengancam negara
ini. Indonesia merupakan negara yang sering mengalami bencana ini tiap tahunnya
setiap musim penghujan. Salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat yang berada di
peringkat ketiga berdasarkan data jumlah bencana banjir setiap provinsi di
Indonesia tahun 2002-2010 (Suprapto, 2011). Eksploitasi alam yang berlebihan,
perubahan tata guna lahan yang tak terkendali, dan menurunnya daya dukung
lingkungan akibat dari urbanisasi yang terjadi secara signifikan di Jawa Barat
mengakibatkan degradasi lingkungan, sehingga memicu bencana banjir di setiap
musim penghujan karena minimnya daerah resapan atau penampung air (Kodoatie,
2013).
Bencana banjir yang terjadi di setiap musim penghujan mengakibatkan
kerugian baik dari segi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Kerugian dan
kerusakan yang diperoleh dari bencana tersebut tiap tahunnya lebih besar
dibandingkan jika dilakukan penanganan dini untuk meminimalisir bencana banjir
tersebut. Penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan dengan upaya mitigasi,
salah satunya adalah penyediaan ruang evakuasi bencana.
Berdasarkan profil Kota Bandung tahun 2005, Kota Bandung dikelilingi
oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologinya berupa cekungan raksasa. Kota
Bandung juga dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai
Citarum. Sebelah selatan Kota Bandung merupakan kawasan dataran yang lebih
rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan daerah Bandung Selatan memiliki resiko
sebagai daerah yang rawan terhadap bencana banjir, terutama pada musim hujan.
Hal ini ditunjukkan dari data jumlah bencana banjir di setiap kota atau kabupaten
di Provinsi Jawa Barat tahun 2002-2010 yang menunjukkan Bandung berada di
peringkat pertama (Suprapto, 2011). Menindaklanjuti hal tersebut, sebagai upaya
mitigasi menghadapi bencana banjir di Bandung Selatan, Pemerintah Kota
Bandung dalam RTRW 2011-2031 berencana menjadikan salah satu taman kota,
yaitu Taman Tegalega sebagai tempat evakuasi apabila terjadi bencana banjir
(Pemerintah Kota Bandung, 2011).
Taman Tegalega merupakan taman kota yang cukup luas dan berada dekat
dengan daerah Bandung Selatan, sehingga Taman Tegalega dapat direncanakan
sebagai tempat evakuasi bila terjadi bencana banjir di daerah Bandung Selatan.
Namun kondisi Taman Tegalega yang kumuh akibat sampah yang berserakan,
penggunaan area taman oleh pedagang kaki lima ilegal, suasana yang gelap akibat
vegetasi yang terlalu rimbun serta adanya aktivitas negatif yang melanggar norma
susila menjadi suatu kendala bagi Taman Tegalega.

2

Penelitian yang lebih mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi area
banjir di daerah Bandung Selatan serta potensi Taman Tegalega sebagai tempat
evakuasi bencana banjir agar Taman Tegalega dapat difungsikan sebagai tempat
evakuasi terencana dengan baik. Selain itu, Taman Tegalega dengan fungsi
utamanya sebagai taman kota juga memerlukan perbaikan desain agar dapat
memadukan fungsi Taman Tegalega sebagai taman kota dan juga sebagai tempat
evakuasi serta memperbaiki kondisi Taman Tegalega.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. mengidentifikasi area banjir di daerah Bandung Selatan,
2. menganalisis potensi Taman Tegalega Bandung sebagai taman evakuasi
bencana banjir, dan
3. mendesain Taman Tegalega Bandung sebagai taman evakuasi bencana banjir.
Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan
desain Taman Tegalega sebagai taman evakuasi bencana banjir bagi Pemerintah
Kota Bandung terkait Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2011-2031
dalam pengembangan ruang evakuasi bencana banjir di Taman Tegalega serta bagi
pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan evakuasi.
Kerangka Pikir
Salah satu program dalam RTRW Kota Bandung 2011-2031 adalah
pengembangan ruang evakuasi bencana banjir di Taman Tegalega. Proses
perancangan dilakukan secara bertahap hingga dihasilkan gambar lengkap yang
dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Kota Bandung dalam
merancang taman evakuasi di Taman Tegalega. Kerangka pikir penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
Bencana Banjir
Banjir adalah air yang melebihi kapasitas tampung di dalam tanah, saluran
air, sungai, danau, atau laut, sehingga air meluap dan mengalir cukup deras
menggenangi daratan atau daerah yang lebih rendah disekitarnya. Hal itu sesuai
dengan sifat air yang selalu mengalir dan mencari tempat-tempat yang lebih rendah
(Kristianto, 2010).
Banjir dan genangan yang terjadi di suatu lokasi dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor. Berdasarkan klasifikasi penyebab banjir oleh tindakan manusia,
diantaranya adalah perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai, pembuangan
sampah, erosi dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai atau drainase,
perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat, kapasitas sungai dan drainase
yang tidak memadai, bendungan dan bangunan air, serta kerusakan bangunan
pengendali banjir. Berdasarkan klasifikasi penyebab banjir akibat peristiwa alam,
diantaranya adalah curah hujan dalam jangka waktu yang panjang, pengaruh
fisiografi atau geofisik sungai, pengaruh air pasang, serta penurunan tanah dan rob
(Kodoatie, 2013).
Menurut Kristianto (2010), berdasarkan proses terjadinya, secara umum
banjir dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. banjir bandang, merupakan banjir yang terjadi di daerah permukaan rendah
akibat hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba,
2. banjir sungai, yaitu banjir yang diakibatkan oleh curah hujan yang terjadi di
daerah aliran sungai secara luas dan berlangsung cukup lama sehingga meluap
dan menggenangi daerah disekitarnya akibat tidak tertampung oleh sungai, dan
3. banjir pantai, yaitu banjir yang terkait dengan badai tropis yang dipicu oleh
angin kencang di sepanjang pantai.
Akibat dari bencana banjir tersebut akan menimbulkan kerusakan dan
masalah. Kerusakan dan masalah yang ditimbulkan oleh bencana banjir diantaranya
adalah kerusakan fisik, yaitu rusaknya struktur terbangun yang terdapat di suatu
daerah yang terkena bencana banjir. Selain itu, korban jiwa dan timbulnya penyakit
yang dapat menjangkiti masyarakat juga merupakan masalah yang ditimbulkan
oleh bencana banjir (Kristianto, 2010).
Resiko Bencana Banjir di Bandung
Berdasarkan data jumlah bencana banjir setiap provinsi di Indonesia tahun
2001-2010 menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat berada di urutan ketiga
dengan frekuensi kejadian sebesar 410 kali, dan berdasarkan data jumlah banjir di
setiap kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2002-2010 menunjukkan
bahwa Bandung berada di peringkat pertama dengan frekuensi kejadian sebesar 108
kali (Suprapto, 2011). Grafik jumlah bencana banjir di setiap provinsi di Indonesia
tahun 2001-2010 ditunjukkan pada Gambar 2 dan grafik jumlah bencana banjir di
setiap kabupaten atau kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2001-2010 ditunjukkan
pada Gambar 3.

4

Provinsi Jawa Barat
sebanyak 410 kali

Sumber: Suprapto (2011)

Gambar 2 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Provinsi di Indonesia Tahun
2001-2010.

Bandung
sebanyak 108 kali

Sumber: Suprapto (2011)

Gambar 3 Grafik Jumlah Bencana Banjir Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat Tahun 2001-2010.

5

Bandung berada pada ketinggian rata-rata ± 768 mdpl, dengan ketinggian
tertinggi yang berada di daerah Bandung Utara, yaitu ± 1050 mdpl dan terendah
berada di daerah Bandung Selatan dengan ketinggian ± 675 mdpl. Selain morfologi
Bandung yang seperti cekungan karena dikelilingi oleh pegunungan, Bandung juga
dialiri oleh Sungai Citarum yang memiliki 12 anak sungai utama yang bermuara di
daerah Bandung Selatan, sehingga mengakibatkan daerah Bandung Selatan yang
berada pada titik terendah di Bandung beresiko terkena bencana banjir (Pemerintah
Kota Bandung, 2005). Hal ini juga diperparah dengan adanya pembangunan yang
melampaui daya dukung, ditunjukkan oleh data kerusakan hutan di kawasan
Bandung Selatan, yaitu pada 2010 kerusakan hutan mencapai 11,71 % dari
60.844,90 ha atau sekitar 7.124, 94 ha (Bapedas Citarum, 2011 dalam Pemerintah
Kabupaten Bandung, 2012).
Berdasarkan proses terjadinya banjir yang telah dijelaskan di sub bab
sebelumnya, bencana banjir yang terjadi di Bandung dapat digolongkan menjadi
banjir sungai, yaitu banjir yang terjadi akibat curah hujan di daerah aliran sungai
dan meluap akibat kurangnya kapasitas daya tampung sungai, sehingga
menggenangi daerah disekitarnya yang lebih rendah.
Upaya Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi bencana berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya untuk mengurangi resiko
bencana tersebut terbagi menjadi upaya pemerintah bersama masyarakat seperti
membangun sarana dan prasarana pengendali banjir dan upaya mitigasi dengan
kegiatan non-fisik, seperti melakukan penghijauan, mengelola daerah banjir dengan
baik, ataupun membuat peta rawan banjir serta upaya masyarakat dan perseorangan
seperti menjaga kebersihan lingkungan dengan baik (Kristianto, 2010).
Salah satu bagian dari proses mitigasi bencana banjir adalah memperkirakan
faktor resiko bencana banjir. Memperkirakan faktor resiko bencana banjir terdiri
atas tiga kegiatan, yaitu menilai kemungkinan resiko bencana, mendata prasarana
masyarakat, dan mendata jumlah rumah sakit atau klinik terdekat (Kristianto,
2010).
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan apabila bencana banjir telah
terjadi adalah melakukan evakuasi terhadap masyarakat yang menjadi korban
bencana banjir. Berdasarkan Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta
(2013) dalam Penyusunan Standar RTH Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta
sebagai Ruang Mitigasi Bencana, hal yang penting dalam kegiatan evakuasi adalah
tersedianya ruang yang berada pada lokasi yang aman dari bencana banjir serta
mampu mengakomodasi korban bencana banjir, baik dari segi kesehatan, ibadah,
maupun rekreasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2007
Tentang Pedoman Penyiapan Sarana dan Prasarana Dalam Penanggulangan
Bencana, diperlukan sarana dan prasarana penanggulangan bencana yang
merupakan alat yang dipakai untuk mempermudah pekerjaan, pencapaian maksud
dan tujuan, serta upaya yang digunakan untuk mencegah, mengatasi, dan

6

menanggulangi bencana. Sarana dan prasarana ini terbagi menjadi dua, yaitu sarana
dan prasarana umum serta sarana dan prasarana khusus.
Sarana dan prasarana umum yang terkait secara spasial meliputi:
1. posko bencana beserta perlengkapan pendukung seperti peta lokasi bencana,
alat komunikasi, tenda darurat, genset (alat penerangan), kantong-kantong
mayat dan lain-lain,
2. rute dan lokasi evakuasi pengungsi,
3. dapur umum berikut kelengkapan logistiknya,
4. pos kesehatan dengan tenaga medis dan obat-obatan,
5. tenda-tenda darurat untuk penampungan dan evakuasi pengungsi, penyiapan
valbed serta penyiapan tandu dan alat perlengkapan lainnya,
6. sarana air bersih dan sarana sanitasi/MCK di tempat evakuasi pengungsi dengan
memisahkan sarana sanitasi/MCK untuk laki-laki dan perempuan, dan
7. lokasi sementara bagi pengungsi.
Sarana dan prasarana khusus meliputi:
1. media center sebagai pusat informasi yang mudah diakses dan dijangkau oleh
masyarakat,
2. rumah sakit lapangan beserta dukungan alat kelengkapan kesehatan,
3. trauma centre oleh pemerintah daerah ataupun lembaga masyarakat peduli
bencana yang berfungsi untuk memulihkan kondisi psikologis masyarakat
korban bencana, dan
4. lokasi kuburan massal bagi korban yang meninggal.
Contoh beberapa sarana dan prasarana untuk lokasi evakuasi ditunjukkan pada
Gambar 4.

Sumber: Dokumentasi pribadi dan Google.com

Gambar 4 Beberapa Sarana dan Prasarana untuk Tempat Evakuasi

7

Taman Kota
Taman kota merupakan ruang terbuka yang menyediakan sarana rekreasi di
area terbuka bagi masyarakat perkotaan juga sebagai pembentuk karakter kota dan
memberikan keindahan visual lingkungan kota agar tercipta kesatuan antar ruang
(Nurisjah, 1995 dalam Zulfiyanita, 2011). Sedangkan taman kota menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana
kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain pada tingkat kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008
tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
di Kawasan Perkotaan, taman kota dapat dimanfaatkan penduduk untuk melakukan
berbagai kegiatan sosial pada satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini dapat
berbentuk sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi,
taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia), fasilitas
olah raga terbatas, dan kompleks olah raga. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk
umum. Tabel 1 menunjukkan Koefisien Daerah Hijau (KDH), contoh kelengkapan
fasilitas, dan vegetasi pada taman kota berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Tabel 1 KDH, Fasilitas, dan Vegetasi pada Taman Kota
Koefisien
Daerah Hijau
(KDH)
70-80%
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Fasilitas

lapangan terbuka;
unit lapangan basket (14x26 m);
unit lapangan volley (15 x 24 m);
trek lari, lebar 7 m panjang 400 m;
WC umum;
parkir kendaraan termasuk sarana kios
(jika diperlukan);
7. panggung terbuka;
8. area bermain anak;
9. prasarana tertentu: kolam retensi untuk
pengendali air larian; dan
10. kursi.

Vegetasi
1. 150 pohon
(pohon sedang
dan kecil);
2. semak;
3. perdu; dan
4. penutup tanah.

Sumber: Direktorat Jendral Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum (2008)

Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tahun 2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan adalah sebagai berikut:
1. tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak
mengganggu pondasi;
2. tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
3. ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
4. perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
5. kecepatan tumbuh sedang;

8

6. berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
7. jenis tanaman tahunan atau musiman;
8. jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
9. tahan terhadap hama penyakit tanaman;
10. mampu menjerap dan menyerap cemaran udara; dan
11. sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.
Taman Kota sebagai Taman Evakuasi Bencana
Taman kota yang dikembangkan menjadi tempat evakuasi bencana
merupakan suatu konsep taman kota yang telah banyak berkembang di berbagai
dunia yang memiliki potensi terhadap terjadinya bencana, salah satunya adalah
Negara Jepang yang memiliki resiko bencana seperti gempa bumi dan tsunami.
Contoh taman evakuasi yang terdapat di Negara Jepang ditunjukkan pada Gambar
5. Taman kota untuk evakuasi bencana merupakan sebuah lanskap kota yang
dibangun dengan mengalokasikan lebih banyak ruang terbuka baik hijau maupun
non hijau, mengakomodasi kepentingan perlindungan, evakuasi atau pertahanan
hidup atas bencana (Joga dan Antar, 2007).
Menurut Joga dan Antar (2007) model taman evakuasi bencana sebenarnya
dilatarbelakangi oleh pengembangan konsep taman bale kambang yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat tradisional Jawa dan Bali. Konsep ini dikembangkan
sesuai kebutuhan antisipasi bencana karena memiliki kelenturan dan kemudahan
modifikasi sesuai kondisi dan bentuk lahan di setiap lokasi.
Taman evakuasi dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan aspekaspek dan berbagai hal yang dibutuhkan oleh warga saat mengungsi. Penyediaan
fasilitas dan utilitas yang dibutuhkan saat evakuasi menjadi hal penting yang harus
disediakan. Berdasarkan Pedoman Penyusunan Sistem peringatan Dini dan
Evakuasi untuk Banjir Bandang yang dikeluarkan oleh Kementerian Pekerjaan
Umum (2012), desain tempat evakuasi harus mempertimbangkan kapasitas,
ketersediaan logistik seperti makanan atau minuman, pakaian, obat-obatan dan
peralatan medis, keperluan tidur, peralatan kebersihan, bahan bakar, serta
ketersediaan fasilitas umum.
Berdasarkan Zutphen, dkk (2011) dalam standar minimum dari Sphere
Project tahun 2011, vegetasi yang terdapat pada tempat evakuasi sebaiknya dapat
meningkatkan retensi air, meminimalkan erosi pada tanah, dan memberikan
naungan. Penggunaan vegetasi penaung harus memiliki perakaran serta batang
yang kuat sehingga tidak membahayakan pengungsi.

Sumber: www.mlit.go.jp (2013)

Gambar 5 Taman Evakuasi di Jepang

9

METODOLOGI
Waktu dan Lokasi
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Taman Tegalega, Kelurahan
Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Taman Tegalega memiliki luas area
160.630 m2 yang didalamnya terdapat kolam renang, sarana olahraga dan tempat
rekreasi, lapangan pertunjukan, area penanaman pohon Konferensi Asia Afrika
tahun 2005, dan yang paling utama adalah Monumen Bandung Lautan Api. Peta
lokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.

Sumber: Google Map (2013)

Gambar 6 Peta Orientasi Lokasi Penelitian

10

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah alat untuk
inventarisasi, yaitu digital camera, alat tulis, Global Positioning System (GPS), dan
meteran, serta beberapa software untuk mengolah data dan mendesain seperti
Microsoft Word 2007, Adobe Photoshop CS3, AutoCad 2013, SketchUp 8, dan
lainnya. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah peta tapak,
data fisik, data biofisik, data sosial dan budaya, data legal, dan data rencana ruang
evakuasi. Jenis, bentuk, dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jenis, Bentuk, dan Sumber Data
No.
1.

Jenis Data
Fisik
Batas &
Aksesibilitas

Fasilitas &
Utilitas

2.

Biofisik
Topografi &
Kemiringan
Lahan
Iklim
Hidrologi

Vegetasi &
satwa

Visual
Rawan bencana
banjir

3.

Sosial & Budaya
Demografi &
jumlah
penduduk yang
berpotensi
terkena
bencana banjir
Perilaku &
keinginan
pengguna
terhadap tapak

Bentuk Data

Sumber Data

Peta, Deskripsi
batas dan
aksesibilitas pada
tapak
Peta, Deskripsi,
Data eksisting dan
perencanaan ke
depan

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Survei lapang dan
wawancara

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Survei lapang dan
wawancara

Peta topografi dan
kemiringan lahan

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung
BMKG Kota Bandung

Studi pustaka

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Studi pustaka dan
survei lapang

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Survei lapang,
wawancara, dan studi
pustaka

Lapang

Survei lapang

Bappeda Kota
Bandung, Badan
Penanggulangan
Bencana Daerah Kota
Bandung

Studi pustaka dan
wawancara

Bappeda Kota
Bandung

Studi pustaka dan
wawancara

Lapang, pengguna
tapak, dan Dinas
Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Survei lapang dan
wawancara

Deskripsi dan
tabular data iklim
Deskripsi keadaan
hidrologi, sistem
drainase, dan
sumber air
Deskripsi dan
tabular jenis
vegetasi dan
satwa
Deskripsi kualitas
visual
Peta rawan
bencana banjir
Kota Bandung,
data tingkat resiko
banjir, dan data
daerah aman
Peta demografi,
deskripsi dan
tabular jumlah
penduduk yang
berpotensi terkena
bencana banjir
Deskripsi perilaku
dan keinginan
pengguna
terhadap tapak

Cara Perolehan Data

Studi pustaka

11

No.
4.

5.

Jenis Data
Legal

Rencana
Ruang
Evakuasi

Bentuk Data
Deskripsi
kebijakan
pengembangan
taman, RTRW
Kota Bandung
2011-2031
Deskripsi rencana
ruang evakuasi

Sumber Data
Bappeda Kota
Bandung, Dinas
Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung

Cara Perolehan Data
Studi pustaka dan
wawancara

Dinas Pemakaman dan
Pertamanan Kota
Bandung, Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Bandung, dan Dinas
Kesehatan Kota
Bandung

Studi pustaka

Batasan Penelitian
Lokasi penelitian adalah Taman Tegalega Bandung. Desain Taman
Tegalega yang akan didetilkan difokuskan pada area yang difungsikan sebagai area
evakuasi saat terjadinya bencana banjir. Hasil desain yang direkomendasikan
merupakan gambar lengkap yang terdiri dari siteplan, planting plan, gambar
potongan, gambar detil, dan perspektif.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial, analisis
deskriptif, dan analisis kuantitatif.
1. Analisis spasial dilakukan untuk menganalisis potensi Taman Tegalega
sebagai taman evakuasi bencana banjir dengan menggunakan kriteria
kesesuaian berdasarkan aspek fisik dan sosial yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria Kesesuaian Aspek Fisik dan Sosial Tempat Evakuasi
Aspek
Zona banjir
Jalur
evakuasi

Keterangan
Sesuai
Tidak Sesuai
Tidak berada pada
Berada pada zona banjir
zona banjir
Berada dekat dengan
Tidak berada dekat
jalur evakuasi
dengan jalur evakuasi

≥ 1,6 km dari area
< 1,6 km dari area
industri
industri
≤ 8 km dari rumah
> 8 km dari rumah sakit
sakit atau puskesmas
atau puskesmas
1
American Red Cross, 2Federal Emergency Management Agency
Keamanan
lokasi
Fasilitas
kesehatan

Sumber
ARC1 2002,
FEMA2 2006
Cova dan
Church, 1997,
FEMA2 2006
ARC1 2002
Kar dan
Hodgson, 2008

2. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui data pada beberapa aspek
fisik di tapak, aspek sosial dan budaya yang meliputi data demografi dan
jumlah penduduk yang berpotensi terkena bencana banjir, perilaku dan
keinginan penduduk terhadap tapak serta data bencana banjir, aspek legalitas,
dan aspek rencana ruang evakuasi.
3. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis jalur evakuasi,
menentukan suhu termal optimum, dan daya tampung tapak. Daya tampung

12

tapak digunakan sebagai indikator penting dalam merencanakan kebutuhan
ruang dan kebutuhan fasilitas pada tapak berdasarkan jenis aktivitas saat
digunakan sebagai tempat evakuasi. Secara umum rumus daya tampung
(Boulon dalam Nurisjah dkk, 2003):
Daya tampung =

luas area (m2)

standar kebutuhan (m2/orang)
Analisis jalur evakuasi dilakukan untuk menghitung jarak maksimum
yang dapat ditempuh menuju tempat evakuasi dengan menggunakan rumus
evacuation calculator (Blom, 2013) berikut,
Dmax
a
Tmin

: Jarak maksimum yang dapat ditempuh (km)
: Kecepatan pengungsi menuju tempat evakuasi (4 km/jam)
: Waktu peringatan minimum (jam)

Analisis untuk menentukan suhu termal optimum pada tempat evakuasi
(Brager dan deDear, 2000 dalam Pontangaroa, 2007) dengan menggunakan
rumus sebagai berikut,
Suhu Termal Optimum = 17,8 + (0,31 x Ta(out))
Ta(out) : rata-rata suhu udara per bulan
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yang mengacu pada Booth
(1983), yaitu project acceptance, reasearch/analysis, concept, dan contruction
drawing. Penjelasan tahapan penelitian secara detil, adalah sebagai berikut:
1. project acceptance, yaitu terdiri dari kegiatan persiapan untuk penelitian
seperti pembuatan surat serta perijinan terhadap pihak-pihak yang terkait untuk
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian;
2. reasearch/analysis, yaitu terdiri dari kegiatan pengumpulan data primer dan
sekunder, inventarisasi tapak, analisis terhadap tapak sehingga menghasilkan
sintesis;
3. concept, yaitu pembuatan diagram konsep, konsep dasar, konsep desain, dan
pengembangan konsep; dan
4. contruction drawing, yaitu pembuatan gambar detil seperti siteplan, planting
plan, gambar potongan, dan perspektif.
Secara ringkas tahapan dalam metode penelitian ini disajikan pada Gambar 7.
Project Acceptance

Persiapan untuk penelitian, yaitu perijinan terhadap
pihak-pihak yang terkait.

Reasearch/Analysis

Pengumpulan data, inventarisasi tapak, analisis, dan
sintesis.

Concept

Diagram konsep, konsep dasar, konsep desain, dan
pengembangan konsep.

Construction
Drawing

Siteplan, Planting plan, potongan, gambar detil, dan
perspektif.

Gambar 7 Bagan Tahapan Penelitian

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Kawasan Bandung Selatan
Kawasan Bandung Selatan merupakan daerah yang rawan terhadap bencana
banjir. Identifikasi area bencana banjir di Kawasan Bandung Selatan yang terkait
dengan desain taman evakuasi di Taman Tegalega dilakukan dengan
menginventarisasi Kawasan Bandung Selatan yang terdiri dari lokasi dan batas
tapak, topografi dan kemiringan lahan, iklim, serta sejarah bencana banjir.
Lokasi dan Batas Kawasan Bandung Selatan
Kawasan Bandung Selatan merupakan wilayah yang posisinya berada di
sebelah selatan Kota Bandung. Secara administrasi Kawasan Bandung Selatan
berada pada wilayah Kabupaten Bandung. Kawasan Bandung Selatan terdiri dari
beberapa kecamatan yang dikelompokkan dalam beberapa wilayah pengembangan,
yaitu:
1. Wilayah Pengembangan Soreang terdiri dari Kecamatan Soreang, Kecamatan
Kutawaringin, Kecamatan Katapang, Kecamatan Rancabali, Kecamatan
Pasirjambu, dan Kecamatan Ciwidey;
2. Wilayah Pengembangan Baleendah terdiri dari Kecamatan Baleendah,
Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang;
3. Wilayah Pengembangan Banjaran terdiri dari Kecamatan Banjaran, Kecamatan
Pangalengan, Kecamatan Cangkuang, Kecamatan Cimaung, Kecamatan
Arjasari, dan Kecamatan Pameungpeuk;
4. Wilayah Pengembangan Majalaya terdiri dari Kecamatan Majalaya, Kecamatan
Ciparay, Kecamatan Pacet, Kecamatan Kertasari, Kecamatan Paseh,
Kecamatan Ibun, dan Kecamatan Solokan Jeruk; dan
5. Wilayah Pengembangan Margaasih-Margahayu terdiri dari Kecamatan
Margaasih dan Kecamatan Margahayu.
Kawasan Bandung Selatan pada penelitian ini lebih dipersempit dengan
dibatasi berdasarkan kecamatan di Kabupaten Bandung yang sering mengalami
bencana banjir serta berada dekat dengan Kota Bandung, yaitu Kecamatan
Dayeuhkolot, Kecamatan Baleendah, dan Kecamatan Bojongsoang. Ketiga
kecamatan tersebut berada dalam satu wilayah pengembangan, yaitu Wilayah
Pengembangan Baleendah. Batas Wilayah Pengembangan Baleendah adalah
sebagai berikut:
a. sebelah Utara
: Kota Bandung,
b. sebelah Selatan : Wilayah Pengembangan Banjaran,
c. sebelah Timur
: Wilayah Pengembangan Majalaya, dan
d. sebelah Barat
: Wilayah Pengambangan Margaasih-Margahayu.
Luas masing-masing kecamatan di Wilayah Pengembangan Baleendah
adalah sebagai berikut, Kecamatan Dayeuhkolot 11,029 km² yang terdiri dari 6
desa, Kecamatan Baleendah 41,555 km² yang terdiri dari 8 desa, dan Kecamatan
Bojongsoang 27,812 km² yang terdiri dari 6 desa. Peta Wilayah Pengembangan
Baleendah ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Wilayah Pengembangan Baleendah

1

14

Gambar 9 Peta Bahaya Banjir Kawasan Bandung Selatan

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2012)

15

16

Topografi dan Kemiringan Lahan
Secara umum topografi Kawasan Bandung Selatan dapat dibedakan
kedalam tiga jenis topografi, yaitu dataran, lereng atau punggung bukit, dan lembah
atau DAS dengan ketinggian antara 500-1.812 m di atas permukaan laut. Selain itu,
wilayah Kawasan Bandung Selatan merupakan wilayah yang berada dalam
Kawasan Cekungan Bandung. Kondisi alam tersebut mengakibatkan Kawasan
Bandung Selatan khususnya di daerah Wilayah Pengembangan Baleendah rentan
dengan bencana banjir. Berdasarkan klasifikasi topografi, masing-masing
kecamatan di Wilayah Pengembangan Baleendah berada pada daerah dataran.
Klasifikasi topografi di Kawasan Bandung Selatan secara rinci dicantumkan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Klasifikasi Topografi Kawasan Bandung Selatan
No

Wilayah
Pengembangan

1

WP Soreang

2

WP Baleendah

3

WP Banjaran

4

WP Majalaya

5

WP MargaasihMargahayu

Kecamatan

Topografi Wilayah

Kec. Soreang
Kec. Kutawaringin
Kec. Katapang
Kec. Rancabali
Kec. Pasirjambu
Kec. Ciwidey
Kec. Baleendah
Kec. Dayeuhkolot
Kec. Bojongsoang
Kec. Banjaran
Kec. Pangalengan
Kec. Cangkuang
Kec. Cimaung
Kec. Arjasari
Kec. Pameungpeuk
Kec. Majalaya
Kec. Ciparay
Kec. Pacet

Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/ Punggung Bukit
Dataran
Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran
Dataran
Dataran
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/ Punggung Bukit
Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran
Dataran
Dataran
Dataran, Lereng/Punggung Bukit,
Lembah/ DAS
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran, Lereng/Punggung Bukit
Dataran
Dataran
Dataran

Kec. Kertasari
Kec. Paseh
Kec. Ibun
Kec. Solokan Jeruk
Kec. Margaasih
Kec. Margahayu

Ketinggian
(mdpl)
700-825
500-1.100
675-700
1.200-1.550
1.000-1.200
700-1.200
600-715
600
681-687
750-800
984-1571
700-710
765-1.057
550-1.000
650-675
681-796
678-805
700-1.116
1.250-1.812
600-800
700-1.200
671-700
600
700

Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka (2012) dalam Pokja Pembangunan Sanitasi Permukiman
Kabupaten Bandung (2013)

Iklim
Iklim di Kawasan Bandung Selatan secara umum merupakan iklim tropis
yang dipengaruhi oleh iklim muson dengan curah hujan rata-rata antara 1.500 mm
hingga 4.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 14°C - 37°C dengan
kelembaban antara 75% pada musim hujan dan 60% pada musim kemarau.
Sejarah Bencana Banjir di Kawasan Bandung Selatan
Bencana banjir merupakan salah satu bencana di Kawasan Bandung Selatan
yang sering terjadi. Persebaran daerah bahaya banjir di Kawasan Bandung Selatan

17

ditunjukkan pada Gambar 9. Berdasarkan peta tersebut, daerah yang berwarna hijau
adalah daerah yang memiliki indeks bahaya banjir rendah, sedangkan daerah yang
berwarna kuning adalah yang daerah yang memiliki indeks bahaya banjir sedang,
dan daerah yang berwarna merah adalah daerah yang memiliki indeks bahaya banjir
tinggi.
Penilaian bahaya untuk bencana banjir di Kawasan Bandung Selatan
berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Bandung (2014), menunjukkan bahwa probabilitas dan dampak untuk bencana
banjir lebih tinggi dibandingkan dengan bencana lainnya, sehingga dari tiga skala
tingkat ancaman, yaitu ancaman ringan, sedang, dan berat, bahaya untuk bencana
banjir di Kawasan Bandung Selatan tergolong dalam tingkat ancaman berat.
Data mengenai kejadian bencana banjir yang pernah terjadi di kecamatan
yang berada di Kawasan Bandung Selatan ditunjukkan pada Tabel 5. Berdasarkan
tabel tersebut, Wilayah Pengembangan Baleendah merupakan wilayah yang
memiliki korban menderita dan mengungsi dengan jumlah lebih banyak.
Tabel 5 Rekapitulasi Kejadian Banjir Tahun 2013-Maret 2014
Lokasi
WP Soreang
Kec. Soreang
Kec. Kutawaringin
Kec. Katapang
Kec. Rancabali
Kec. Pasirjambu
Kec. Ciwidey
WP Baleendah
Kec. Baleendah
Kec. Dayeuhkolot
Kec. Bojongsoang
WP Banjaran
Kec. Banjaran
Kec. Pangalengan
Kec. Cangkuang
Kec. Cimaung
Kec. Arjasari
Kec. Pameungpeuk
WP Majalaya
Kec. Majalaya
Kec. Ciparay
Kec. Pacet
Kec. Kertasari
Kec. Paseh
Kec. Ibun
Kec. Solokanjeruk
WP Margaasih
Kec. Margaasih
Kec. Margahayu

Penyebab
Kejadian

Ketinggian
Air (cm)

Menderita
(Kepala
Keluarga)

Mengungsi
(Kepala
Keluarga)

Hujan Deras
Hujan Deras
Tanggul Jebol
Hujan Deras
Hujan Deras

40
30-150
30-100

3
254
10
8

-

Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Meluap Sungai
Citarum

20-200
50-200
80-100

8628
21635
942

677
884
45

50-200

3,657

-

Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras

30-150
20-250
50-100
20-50

3520
30
1491
143
6

-

Hujan Deras
Hujan Deras

45-300
10-200
20-100
100-200

4489
2160
-

-

20-120

2131

-

-

49,107

1606

Hujan Deras
Hujan Deras
Meluap Sungai
Citarum
Hujan Deras
Total

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung (2014)

-

18

Selain posisi Kawasan Bandung Selatan yang sebagian besar berada pada
daerah cekungan Bandung, DAS Citarum yang mengalir di Kawasan Bandung
Selatan khususnya di Wilayah Pengembangan Baleendah juga menjadi salah satu
penyebab terjadinya bencana banjir. Berdasarkan data kajian karakter DAS Citarum
tahun 2011 (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011), menunjukkan
bahwa sekitar 39% wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitar 94% wilayah
Kecamatan Dayeuhkolot beresiko terkena banjir setiap tahun, akibat luapan DAS
Citarum. Gambar 10 menunjukkan peta ancaman banjir DAS Citarum di Kawasan
Bandung Selatan.

Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2011)

Gambar 10 Peta Ancaman Banjir DAS Citarum
Berdasarkan Rencana Kontijensi Banjir Kabupaten Bandung tahun 2013
dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung (2013), apabila
terjadi bencana banjir hingga ketinggian sekitar 3 m di Kawasan Bandung Selatan,
terdapat beberapa desa atau kelurahan di Kecamatan Baleendah, Kecamatan
Dayeuhkolot, dan Kecamatan Bojongsoang yang terdampak banjir. Desa atau
kelurahan di setiap kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Baleendah: Andir, Baleendah, Bojongmalaka, dan Rancamanyar,

19

2. Kecamatan Dayeuhkolot: Dayeuhkolot, Citeureup, Pasawahan, dan Cangkuang
Wetan, dan
3. Kecamatan Bojongsoang: Bojongsoang, Bojongsari, Tegal Luar, Cipagalo,
Lengkong, dan Buah Batu.
Sosial dan Budaya
Berdasarkan data jumlah penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten
Bandung tahun 2013 untuk Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhklot, dan
Kecamatan Bojongsoang, menunjukkan bahwa Kecamatan Baleendah memiliki
jumlah penduduk total sebesar 248.024 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki
121.985 jiwa dan perempuan 126.039 jiwa, Kecamatan Dayeuhkolot 112.901 jiwa
dengan jumlah penduduk laki-laki 57.364 jiwa dan perempuan 55.537 jiwa, serta
Kecamatan Bojongsoang 117.309 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 59.106
jiwa dan perempuan 58.203 jiwa. Mata pencaharian penduduk yang paling dominan
berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung tahun 2013 di
Kecamatan Baleendah dan Kecamatan Dayeuhkolot adalah di bidang industri
pengolahan, sedangkan mata pencaharian penduduk yang paling dominan di
Kecamatan Bojongsoang adalah bidang pertanian, perdagangan, dan jasa.
Berdasarkan Rencana Kontijensi Banjir Kabupaten Bandung (Badan
Penanggulangan Bencana Daerah, 2014), perkiraan penduduk yang menjadi korban
apabila terjadi bencana banjir hingga ketinggian 3 m di Kawasan Bandung Selatan,
khususnya di Wilayah Pengembangan Baleendah, yaitu sebanyak 64.520 jiwa
terancam, 10.223 jiwa mengungsi, dan 54.100 jiwa pindah. Secara lebih rinci, data
tersebut ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Perkiraan Penduduk WP. Baleendah Korban Banjir
Kecamatan
Baleendah
Dayeuhkolot
Bojongsoang
Total

Terancam
(jiwa)
33.232
17.837
13.451
64.520

Mengungsi
(jiwa)
7.186
931
2.106
10.223

Pindah/Lain-lain
(jiwa)
26.009
16.893
11.198
54.100

Sumber: Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung (2014)

Selama ini apabila terjadi bencana banjir dan diperlukan tindakan evakuasi
terhadap masyarakat, lokasi yang digunakan sebagai tempat evakuasi diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kecamatan Baleendah: GOR Kelurahan Baleendah dan INKANAS Baleendah,
2. Kecamatan Dayeuhkolot: kantor RW Cangkuang Wetan, GOR Kelurahan
Pesawahan, dan kantor RW Kelurahan Pesawahan, dan
3. Kecamatan Bojongsoang: kantor Desa Bojongsoang dan GOR Bulu tangkis
Desa Bojongsari.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap masyarakat yang sering mengalami
banjir di Kecamatan Baleendah, Kecamatan Dayeuhkolot, dan Kecamatan
Bojongsoang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat enggan untuk
diungsikan ke Taman Tegalega. Hal ini dikarenakan jaraknya yang cukup jauh dari
tempat tinggal mereka, kecuali apabila terjadi bencana banjir yang cukup parah di
daerah mereka.

20

Taman Tegalega Bandung
Hasil inventarisasi pada Taman Tegalega Bandung terdiri dari beberapa
aspek. Secara lebih rinci aspek-aspek tersebut dijelaskan dalam sub bab aspek fisik
dan biofisik, aspek sosial, dan aspek legal.
Aspek Fisik dan Biofisik
Lokasi dan Batas Tapak
Taman Tegalega merupakan salah satu taman yang tepatnya berada di
Kelurahan Ciateul, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Berdasarkan letak
geografisnya, Taman Tegalega berada pada 06°56’06”LS dan 107°36’16”BT.
Taman Tegalega Bandung memiliki batas sebagai berikut:
utara : Jalan Ibu Inggit Ganarsih,
selatan : Jalan Badan Keamanan Rakyat (BKR),
timur : Jalan Moh. Toha, dan
barat : Jalan Otto Iskandar Dinata.
Lokasi dan batas tapak ditunjukkan pada Gambar 11. Sesuai dengan
namanya tegal yang berarti lapangan dan lega yang berarti luas, Taman Tegalega
memiliki luas 160.630 m2. Taman Tegalega merupakan taman kota yang cukup
terkenal dan sering dikunjungi oleh masyarakat Kota Bandung dan sekitarnya.
Kondisi umum tapak ditunjukkan pada Gambar 12.
Jln. Ibu Inggit Ganarsih

Jln. Otto Iskandar
Jln. Moh. Toha

Dinata

Jln. BKR
Sumber: Google Map (2013)

Gambar 11 Peta Batas Tapak Taman Tegalega
Topografi dan Kemiringan Lahan
Taman Tegalega berada pada ketinggian sekitar 691 mdpl. Taman Tegalega
memiliki kontur yang cukup landai dengan interval kontur sebesar 0,5 m dan posisi
topografi yang semakin landai ke arah selatan. Peta kontur Taman Tegalega
disajikan pada Gambar 13.

Gambar 12 Kondisi Umum Taman Tegalega

2

21

22

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung (2009)

Gambar 13 Peta Kontur Taman Tegalega

23

Iklim
Iklim di Taman Tegalega dipengaruhi oleh iklim Kota Bandung karena
lokasinya yang berada di Kota Bandung, sehingga Taman Tegalega memiliki iklim
yang sama dengan iklim di Kota Bandung. Secara umum iklim di Kota Bandung
tidak terlalu berbeda jauh antara Bandung bagian Utara, Selatan, Timur, maupun
Barat. Data klimatologi Kota Bandung pada tahun 2013 menunjukkan bahwa suhu
udara rata-rata adalah 23,5°C dan curah hujan rata-rata adalah 223,4 mm. Data
klimatologi berupa suhu udara dan curah hujan rata-rata per bulan di Kota Bandung
pada tahun 2013 tertera pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Data Klimatologi Kota Bandung Tahun 2013
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Suhu Udara Rata-Rata (°C)
23,4
23,4
23,8
23,7
23,5
23,6
22,5
23,2
23,7
23,7
23,8
23,1

Curah Hujan (mm)
216,9
250,0
305,0
286,0
171,0
231,5
159,0
74,0
171,7
233,9
164,0
418,0

Sumber: BMKG Bandung (2013)

Vegetasi dan Satwa
Taman Tegalega yang memiliki fungsi sebagai ruang terbuka, memiliki
vegetasi yang cukup banyak. Vegetasi keseluruhan yang terdapat