Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan
KELAYAKAN BISNIS TAMBAK UDANG VANAME
TEKNOLOGI SUPRA INTENSIF DI CV DEWI WINDU
SULAWESI SELATAN
RIJAL PURWA ILMIAWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(2)
(3)
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu, Sulawesi Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Rijal Purwa Ilmiawan
(4)
(5)
ABSTRAK
RIJAL PURWA ILMIAWAN. Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO.
Udang adalah salah satu komoditas pangan perikanan unggulan di pasar global dan domestik. Permintaan pasar yang tinggi belum diimbangi oleh ketersediaan suplai produksi akibat dari produktifitas produksi yang rendah. Penelitian ini menganalisa kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif pada skala usaha kecil dan menengah. Metode analisis menggunakan analisa non finansial yaitu aspek teknis, menejemen organisasi dan dampak sosial lingkungan. Analisis finansial mengkaji kelayakan usaha berdasarkan kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback periode. Analisis sensitivitas diuji terhadap kenaikan harga pakan, benur, dan tarif dasar listrik per tahun masing- masing sebesar 14 persen, 10.7 persen dan 21.5 persen. Analisis
switching valuedilakukan untuk melihat batas maksimal kenaikan harga input dan
penurunan jumlah produksi. Hasil analisis kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif skala kecil dan menengah layak untuk dijalankan. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha tambak udang supra intensif pada skala kecil dan menengah sensitive terhadap penurunan jumlah produksi. Batas maksimal penurunan produksi pada skala kecil sebesar 43.9 persen dan 28 persen untuk skala menengah.
Kata kunci: bisnis, kelayakan udang, supra intensif, switching value, vaname
ABSTRACT
RIJAL PURWA ILMIAWAN. Business Feasibility of Vaname Shrimp Farming Using Supra Intensive Technology at CV. Dewi Windu Sulawesi Selatan. Supervised by HENY K. DARYANTO.
Shrimp was the one of leading fishery food commodities in global and domestic markets. The high market demand has not been balanced by the availability of product supplies due to the low productivity. This study is analyzed the business feasibility of vanamei shrimp farming using supra intensive technology in small and medium scale businesses. The analysis method was used non financial analysis such as technical aspects, organizational management and social environmental impacts. The financial analysis eximened the business feasibility based on criteria such as NPV, IRR, Net B/C, and payback period. The sensitivity analysis test was performed on yearly increasing prices in feed by 14 percent, fries by 10.7 percent, and base electricity tariff by 21.5 percent. The switching value analysis was carried out to see the limit on the increase in input prices and the decrease in the amount of production. The result of vaname shrimp farming using supra intensive technology in small and medium scale farming indicated that the businesses were feasible. The sensitivity test result showed that supra intensive shrimp farming of small and medium scales was sensitive to the decrease in the amount of production. The maximum limit of the production decline on small scale farming was by 43.9 percent and medium scale 28 percent. Keywords: business, feasibility shrimp, supra intensif, switching value, vannamei
(6)
(7)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
KELAYAKAN BISNIS TAMBAK UDANG VANAME
TEKNOLOGI SUPRA INTENSIF DI CV DEWI WINDU
SULAWESI SELATAN
RIJAL PURWA ILMIAWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
(8)
(9)
NIM : H34l14022
Disetujui oleh
Dr Ir Heny K. Darva to, MEc Dosen Pembimbing
(10)
(11)
PRAKATA
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa
ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kelayakan Bisnis Tambak Udang Vaname Teknologi Supra Intensif di CV Dewi Windu, Sulawesi Selatan”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc selaku dosen pembimbing, Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku pembimbing akademik, Tintin Srianti, SP. MM dan Yanti Nuraeni Muflikh, SP. MAbuss selaku penguji komisi pendidikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Hassanudin Atjo Kepala Dinas Perikanan Sulawesi Tengah sekaligus pemilik CV Dewi Windu Sulawesi Selatan dan segenap karyawan tambak. Terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS atas saran dan supportnya kepada penulis. Ucapan terimakasih juga disampakan kepada orang tua, seluruh keluarga dan Anugrah Novianti S.Gz atas segala doa dan kasih sayangnya. Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh sahabat seperjuangan yang telah senantiasa selalu memberikan motivasi, kerjasama dan persahabatan teman-teman di Departemen Agribisnis yang telah membantu selama perkuliahan dan sahabat R. Arginia SE yang telah membantu penulis selama pengolahan data.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 5
Manfaat Penelitian 5
Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
InvestasiTambak Udang 6
Pengaruh Faktor TeknisPada Biaya Produksi Tambak Udang 7
Teknologi Tambak Udang Indonesia 8
Kelayakan Aspek Non Finansial 9
KERANGKA PEMIKIRAN 10
Kerangka Pemikiran Teoritis 10
Studi Kelayakan Bisnis 11
Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis 11
Aspek Teknis 11
Aspek Menejemen dan Organisasi 11
Aspek Sosial dan Lingkungan 11
Aspek Finansial 12
Kerangka Pemikiran Operasional 13
METODE 15
Lokasi dan Waktu Penelitian 15
Jenis data dan Sumber Data 15
Metode Pengumpulan Data 16
Pengolahan Analisis Data 16
Analisis Aspek Teknis 16
Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi 17
Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan 17
Analisis Aspek Finansial 18
Asumsi Dasar 19
GAMBARAN UMUM 20
Gambaran Umum CV. Dewi Windu 20
Sejarah Pengembangan TeknologiTambak Supra Intensif 21 Fasilitas Produksi Tambak Udang Supra Intensif diCV Dewi Windu 21
Input Produksi 27
HASIL DAN PEMBAHASAN 32
Analisis Aspek Teknis 32
Analisis Aspek Menejemen dan Organisasi 41
(13)
Analisis Aspek Finansial 43 Analisis Perbandingan Usaha Tambak Udang Supra Intensif Skala Kecil dan
Menengah 56
SIMPULAN DAN SARAN 57
Simpulan 57
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN 60
(14)
DAFTAR TABEL
1. Produksi dan permintaan udang dunia tahun 2012-2013 1 2. Produksi udang budidaya dan tangkap di Indonesia 2009-2013 2 3. Volume dan nilai ekspor udang Indonesia 2009-2013 2 4. Kriteria spesifikasi teknologi tambak budidaya udang vaname 8
5. Rincian sumber data berdasarkan jenis data 15
6. Jenis dan bentuk pakan yang digunakan oleh CV Dewi Windu 28 7. Rincian dan kebutuhan jumlah pakan udang skala luas petak kecil
(1000m2) di CV Dewi Windu selama satu siklus 28
8. Dosis dan jumlah pemberian probiotik skala kecil (1 000m2) 29 9. Dosis dan jumlah pemberian probiotik skala menengah (2 500m2) 29 10.Rincian penggunaan listrik operasional tambak skala kecil (1 000m2) di
CV Dewi Windu 30
11.Rincian penggunaan listrik operasional tambak sekenario skala
menengah (2 500m2) 30
12.Parameter kualitas air untuk budidaya udang vaname 32 13.Penerimaan hasil panen tambak udang vaname supra intensif skala luas
tambak kecil dan menengah 45
14.Biaya investasi tambak udang vaname supra intensif dengan skala kecil
(1 000 m2) di CV Dewi Windu 46
15.Biaya investasi sekenario tambak udang vaname supra intensif dengan
skala luas menengah (2 500 m2) 47
16.Biaya tetap usaha tambak udang vaname supra intensif skala kecil dan
menengah 49
17.Biaya variable tambak udang supra intensif skala kecil dan menengah 50 18.Laba bersih usaha tambak udang supra intensif skala kecil dan
menengah 51
19.Kriteria kelayakan investasi tambak udang supra intensif skala usaha
kecil dan menengah 52
20.Kelayakan investasi usaha tambak skala kecil dan menengah sebelum dan setelah kenaikan harga pakan 14 persen per tahun 53 21.Kelayakan investasi usaha tambak skala kecil dan menengah sebelum
dan setelah kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun 54 22.Kelayakan investasi usaha tambak pada skala kecil dan menengah
sebelum dan setelah kenaikan harga TDL 21.5 persen per tahun 54 23.Hasil switching value usaha tambak udang supra intensif skala kecil dan
menengah 55
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran operasional penelitian 14
2. Central drain berbentuk matahari 22
3. Kincir berkekuatan 2HP (horse power) 22
4. Roots blower 23
5. Automatic feeder 23
6. Small troll (alat ukur kualitas air digital) 24
7. (a) Timbangan digital, dan (b) timbangan duduk 24
(15)
9. (a) Jaring kondom, dan (b) screen 25
10. Anco (alat ukur kontrol nafsu makan udang) 26
11. Saringan 200 mesh 26
12. (a) Gudang pakan dan (b) ruang panen 27
13. Konstruksi petak tambak udang teknologi supra intensif 35 14. Tata letak kincir (a) petak persegi 8 buah kincir dan (b) petak tambak
persegi panjang 10 buah kincir 35
15. Alur aktifitas teknis tambak udang supra intensif 40
16. Layout tambak udang supra intensif di CV Dewi Windu 41
17. Struktur organisasi di CV Dewi Windu 42
DAFTAR LAMPIRAN
1 Produksi tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 61 2 Produksi tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 62
3 Cash flow usaha tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 63
4 Cash flow tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 65
5 Laba bersih tambak tambak udang supra intensif skala kecil (1 000 m2) 67 6 Laba bersih tambak udang supra intensif skala menengah (2 500 m2) 67
7 Cash flow sensitivitas kenaikan harga pakan 14 persen per tahun pada
usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 68
8 Cash flow sensitivitas kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun pada
usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 69
9 Cash flow sensitivitas kenaikan harga TDL 12.5. persen per tahun pada
usaha tambak skala kecil (1 000 m2) 69
10 Cash flow sensitivitas kenaikan harga pakan 14 persen per tahun pada
usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 70
11 Cash flow sensitivitas kenaikan harga benur 10.7 persen per tahun pada
usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 70
12 Cash flow sensitivitas kenaikan harga TDL 21.5 persen per tahun pada
usaha tambak skala menengah (2 500 m2) 71
13 Cash flow switching value harga pakan pada usaha tambak skala kecil
(1 000 m2) 72
14 Cash flow switching value harga benur pada usaha tambak skala kecil
(1 000 m2) 72
15 Cash flow switching value harga TDL pada usaha tambak skala kecil
(1 000 m2) 73
16 Cash flowswitching value penurunan produksi pada usaha tambak skala
kecil (1 000 m2) 74
17 Cash flow switching value harga pakan pada usaha tambak skala
menengah (2 500 m2) 75
18 Cash flow switching value harga benur pada usaha tambak skala
menengah (2 500 m2) 76
19 Cash flow switching value harga listrik pada usaha tambak skala
menengah (2 500 m2) 77
20 Cash flowswitching value penurunan produksi pada usaha tambak skala
(16)
(17)
PENDAHULUAN
Latar BelakangPermintaan konsumsi pangan global semakin bertambah dan berkembang seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk serta perubahan selera masyarakat global. Tingkat pertumbuhan penduduk dunia sebesar 1.3 persen per tahun ikut menambah jumlah permintaan kebutuhan pangan global (PRB 2013). Dinamika kebutuhan pangan global berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat akan kesehatan yang beralih pada kebiasaan gaya hidup sehat dari konsumsi “red meat”
(daging sapi, kambing dsb) menjadi “white meat” (ikan & seafood). Perubahan
selera tersebut mempengaruhi jumlah konsumsi ikan per kapita penduduk dunia yang meningkat sebesar 9.37 persen dari tahun 2011 ke tahun 2012 (NMFS 2012). Konsumsi ikan per kapita terdiri dari komoditas ikan laut, termasuk udang dan ikan air tawar yang dikonsumsi oleh penduduk dunia.
Udang (Litopenaeus sp) merupakan komoditas konsumsi perikanan unggulan di pasar global, namun ketersediaan suplainya belum tercukupi. Jurnal
Agricultural Outlook (OECD-FAO) tahun 2013, menjabarkan bahwa permintaan
pasar udang dunia belum tercukupi oleh suplai udang dunia yang turun akibat
penyakit“Early Mortality Syndrome” (EMS). Penyakit tersebut melanda beberapa
negara produsen udang seperti China, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Meksiko (Listianingsih 2013). Negara konsumsi udang terbesar dunia adalah negara Amerika, Uni Eropa, dan Jepang. Jumlah total permintaan udang dunia di tahun 2013 sebesar 4.18 juta ton namun baru tercukupi oleh suplai udang dunia sebesar 3.08 juta ton. Hal tersebut menunjukkan adanya gap jumlah produksi dengan permintaan udang minus 1.10 juta ton. Jumlah produksi dan permintaan udang dunia dapat dilihat di Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Produksi dan permintaan udang dunia tahun 2012-2013
Sumber: OECD-FAO (2014)
Indonesia sebagai negara produsen udang berpeluang untuk meningkatkan ekspor udang di pasar internasional karena di tahun 2013 memiliki market share
sebesar 21.49 persen dari jumlah produksi udang dunia. Posisi tersebut dapat meningkat karena produksi udang Indonesia terbebas dari penyakit dibandingkan negara pesaing produsen udangdi Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam yang terjangkit penyakit EMS. Selain potensi pasar udang dunia, jumlah permintaan udang di pasar domestik meningkat 7.3 persen dari 205 000 ton udang di tahun 2012 menjadi 220 000 ton udang di tahun 2013 (KKP 2014).
(18)
Upaya peningkatan produksi telah dilakukan oleh Indonesia untuk merespon peluang pasar global dan domestik melalui produksi budidaya udang. Budidaya udang memberikan kepastian keberlanjutan usaha, karena dapat di prediksi jumlah produksi dibandingkan dengan tangkapan udang di alam. Komoditas produksi udang budidayadi Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu, Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dan Udang Windu (Litopenaeus monodon). Produksi
udang budidaya dan tangkapan di Indonesia tahun 2009 sampai2013dimuat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Produksi udang budidaya dan tangkap di Indonesia 2009-2013
Sumber
Produksi Udang
Tahun (ton) Pertumbuhan
2012-2013 (%)
2009 2010 2011 2012 2013
Budidaya 338 060 380 972 400 385 415 703 544 979 31.09
Tangkap 236 870 227 326 260 618 263 032 262 020 -0.38
Total Produksi 574 930 608 298 661 003 678 735 806 999 18.89
Sumber: Diolah dari Kelautan dan Perikanan dalam Angka, Triwulan I (KKP 2014)
Teknologi intensifikasi diperlukan untuk meningkatkan produksi udang budidaya Indonesia dalam mengejar jumlah permintaan udang global dan domestik. Peningkatan produksi budidaya udang berdampak positif pada volume dan nilai ekspor udang Indonesia yang mengalami peningkatan. Nilai ekspor udang Indonesia meningkat 665.8juta USD di tahun 2013 selaras dengan peningkatan volume ekspor udang sebesar 11 273ton (KKP 2014). Volume dan nilai ekspor udang Indonesia tahun 2009 sampai 2013 dimuat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3 Volume dan nilai ekspor udang Indonesia 2009-2013
Tahun
Volume Ekspor Nilai Ekspor Udang
Nilai (ton) Pertumbuhan (%) Nilai 1 000(USD) Pertumbuhan (%)
2009 150 989 - 1 007 481 -
2010 145 092 -3.91 1 056 399 4.86
2011 158 062 8.94 1 309 674 23.98
2012 162 068 2.53 1 304 149 -0.42
2013 173 341 6.96 1 970 000 51.06
Sumber: Diolah dari Kelautan dan Perikanan Dalam Angka, Triwulan I (KKP 2014)
Teknologiintensifikasi budidaya tambak udang supra intensif diciptakan oleh CV Dewi Windu pada tahun 2013 di Kabupaten Barru, provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilyah dari sembilan sentra produksi udang nasional. Teknologi ini lahir karena pada umumnya produktifitas tambak udang di Kabupaten Barru rendah yaitu 0.31 ton/ha (DKP SulSel 2012). Hal tersebut terjadi karena petambak pada umumnya menggunakan teknologi tradisional (ekstensif).
Teknologi intensifikasidiharapkan mampu meningkatkan produksi udang secara kuantitas dan kualitas yang berkelanjutan. Menurut (MAI 2013) teknologi supra intensif ini mampu menghasilkan produktivitas panen udang vaname
(19)
sebesar 153 ton udang/ha dari teknologi sebelumnya hanya 70 ton udang/ha. Teknologi ini menerapkan budidaya dengan padat tebar tinggi 1 000 ekor/m2, dibandingkan teknologi ekstensif dan intensif sebelumnya hanya sebesar 50 sampai 120 ekor/m2. Hal tersebut membuat teknologi supra intensif berbeda secara teknis dengan teknologi sebelumya dengan adanya perbedaan aktifitas teknis, menejerial organisasi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Berikutnya teknologi ini menggunakan luas petak tambak yang lebih kecil dibandingkan tambak konvensional pada umumnya, sehingga memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Hal tersebut menjadikan teknologi ini lebih tinggi tingkat keberhasilan SR (survival rate) yaitu 90 persen dibandingkan dengan teknologi sebelumnya yang hanya 70-80 persen. Teknologi ini baru dilakukan pada luasan petak tambak ukuran kecil 1 000 m2 dan 1 200 m2. Teknologi ini belum di analisa pada luas petak tambak ukuran menengah 2 500 m2. Karena pada umunya petambak di Indonesia dan khususnya di Sulawesi Selatan memiliki luas petak tambak berukuran menengah.
Perumusan Masalah
Modal investasi yang besar dibutuhkan untuk membangun tambak udang teknologi supra intensif. Modal tersebut digunakan untuk investasi konstruksi tambak beton, plastik HDPE, instalasi central drain, blower, instalasi blower, alat ukur kualitas air digital, dan automatic feeder. Pengadaan peralatan dan teknologi pendukung tersebut harus dipenuhi selama kegiatan budidaya pada lahan tambak yang minim dan padat penebaran tinggi.
Modal investasi CV Dewi Windu dalam pengembangan teknologi supra intensif menggunakan modal investasi yang bersumber dari modal pribadi. Analisis kelayakan finansial dan non finansial secara mendetail, belum diketahui apakah usaha ini mendatangkan keuntungan atau kerugian bagi CV Dewi Windu. Investasi yang besar dengan risiko budidaya yang tinggi dibandingkan dengan
opportunity cost of capital atau discount rate DR 12.72 persen dari return of
investment saham perusahaan go public menjadi acuan untuk melihat seberapa
layak bisnis ini. Teknologi supra intensif saat ini baru di kembangkan pada skala kecil dengan luas tambak berukuran 1 000 m2 di CV Dewi Windu yang berbeda dengan luas petak tambak pada umumnya seluas 2 500 m2 bersekala usaha menengah. Hal tersebut menunjukkan belum adanya analisis teknologi ini dapat dikembangkan dengan luas petak tambak skala kecil atau menengah. Kajian ilmiah analisis kelayakan finansial dan non finansial dilakukan mendetail terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha seperti kenaikkan harga input dan penurunan output jumlah hasil produksi.
Aspek Non Finansial penelitian ini di fokuskan pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi, dan aspek dampak lingkungan dari kegiatan tambak udang supra intensif. Aspek teknis teknologi supra intensif di kaji berdasarkan kelayakan lokasi, pemilihan teknologi, penentuan skala produksi, dan penentuan layout
produksi. Secara teknis adanya ketersediaan sumber air untuk aktifitas budidaya dan sumber energi dibutuhkan untuk menggerakan peralatan yang mendukung kegiatan budidaya. Kemudahan akses jalan dan kondisi tambak menjadi bahan pertimbangan untuk layak dari segi penentuan lokasi. Produksi teknologi ini sesuai dengan skala produksi apabila produksi dengan padat tebar maksimum
(20)
sebanyak 1 000 ekor/m2 dengan produktifitas produksi 153 ton/ha. Namun analisis penurunan maksimal produksi teknologi ini belum dianalisis lebih rinci berapa skala maksimal penurunan produksi teknologi ini. Pemilihan mesin untuk perlengkapan teknis di pilih berdasarkan kapasitas daya dan manfaat alat tersebut sesuai dengan kondisi dan skala usaha yang digunakan. Aspek menejemen organisasi kerja selama proses budidaya berlangsung diamati dari sisi pelaksanaan jadwal usaha dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Aspek sosial lingkungan dilihat dari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan.
Analisis kelayakan finansial menganalisa aspek investasi peralatan teknis yang dipakai selama proses produksi dari awal kegiatan, aktifitas pemeliharaan, hingga aktifitas panen serta mencatat kebutuhkan biaya apa saja dan berapa jumlahnya untuk keperluan biaya (biaya operasional). Hal ini dikarenakan peralatan pendukung yang di investasikan untuk teknologi supra intensif berbeda bentuk dan jumlahnya dengan alat-alat investasi teknologi intensif dan konvensional. Pengamatan aspek finansial terbatas pada biaya-biaya operasional yang diperlukan di amati sesuai dengan aktifitas teknis operasi yang dilakukan selama berjalannya teknologi supra intensif pada skala luas petak tambak kecil dan menengah. Analisis kelayakan finansial akan dinyatakan layak apabila nilai hasil uji sesuai dengan kategori kelayakan finansial (NPV, Net B/C, IRR dan
Payback periode).
Keberlangsungan teknologi ini, bergantung pada ketersediaan energi listrik, karena sebagian besar teknologi yang digunakan membutuhkan tenaga listrik untuk beroperasi. Kebutuhan listrik teknologi tambak supra intensif besarnya tidak jauh berbeda dengan tambak intensif berada dalam kategori golongan industri (14KVA- 200KVA). Trend kenaikan tarif dasar listrik dari tahun 2004 sampai 2011 mengalami kenaikan sebesar 32.5 persen dari Rp600/kwh di tahun 2004 menjadi Rp795/kwh di tahun 2011. Rata-rata kenaikan tarif dasar listrik per tahun sebesar 21.5 persen. Kepekaan terhadap biaya pakan juga di uji karena adanya fluktuasi pada harga pakan. Sejak tahun 2007, harga pakan udang semula Rp8 000/kg naik menjadi Rp12 000/kg di tahun 2012 atau mengalami kenaikan harga rata-rata per tahun sebesar 14 persen. Padat tebar benur yang tinggi membutuhkan biaya operasional pengadaan benur yang besar, kenaikan harga benur periode tahun 2011 sampai 2014 naik 35.7 persen dengan rata-rata per tahun naik 10.7 persen.
Uji sensitivitas terhadap kenaikan harga listrik, harga pakan, dan harga benur penting untuk mengetahui kenaikan input mana yang paling sensitif terhadap kelayakan bisnis pada skala petak tambak ukuran kecil dan menengah. Berikutnya, teknologi supra intensif di CV Dewi Windu belum di analisis batas maksimal penurunan produksi yang dapat merugikan usaha jika jumlah produksi turun. Analisis batas maksimal penurunan produksi berfungsi sebagai ukuran batas kelayakan bisnis terhadap jumlah hasil produksi. Nilai maksimal persentase kenaikan harga input produksi yang paling sensitif dan batas penurunan jumlah produksi menjadi informasi kelayakan usaha teknologi supra intensif terhadap pengembalian modal investasi di CV Dewi Windu.
Berkaitan dengan hal-hal diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
(21)
1. Bagaimana kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif CV Dewi Windu dilihat dari aspek non finansial seperti aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan investasi (NPV, Net B/C, IRR, dan PP) usaha tambak udang vaname supra intensif dilihat dari aspek finansial pada skala petak tambak kecil dan menengah?
3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif secara finansial pada skala petak tambak kecil dan menegah terhadap perubahan kenaikan harga per tahun input produksi (pakan, benur dan tariff dasar listrik) masing-masing 14 persen, 21.5 persen, dan 10.7 persen?
4. Berapa besar batas maksimal kenaikan harga input produksi dan batas penurunan maksimal hasil produksi udang vaname yang mempengaruhi kelayakan usaha pada skala petak tambak kecil dan menegah melalui uji
switching value?
5. Bagaimana perbandingan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menegah?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis kelayakan usaha tambak udang supra intensif CV Dewi Windu dari aspek nonfinansial dan aspek finansial yang fokus pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan.
2. Mengevaluasi kriteria kelayakan investasi teknologi supra intensif di CV Dewi Windu dilihat dari aspek finansial padaskala petak tambak kecil dan menengah.
3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha tambak udang supra intensif finansial pada skala petak tambak kecil dan menengah terhadap kenaikan harga input per tahun (pakan 14 persen, benur 21.5 persen, dan listrik 10.7 persen).
4. Mencari batas maksimal kenaikan biaya input dan batas penurunan maksimal jumlah hasil produksi usaha tambak udang supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menengah.
5. Membandingkan kelayakan usaha tambak udang vaname supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menegah.
Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis melatih kemampuan dan aplikasi ilmu kelayakan bisnis yang telah di dapat selama kuliah, dan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
2. Bagi CV Dewi Windu penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan evaluasi terhadap kelayakan investasi dan acuan batas kenaikan harga
(22)
input (pakan, tarif dasar listrik, benur), dan penurunan output (jumlah produksi).
3. Bagi pengusaha tambak udang Indonesia, menjadi informasi tambahan kelayakan investasi dan manajemen pengembangan teknologi udang supra intensif.
4. Sebagai bahan informasi, pustaka dan pengetahuan mengenai studi kelayakan bisnis tambak udang vanamei bagi peneliti selanjutnya dan masyarakat umum.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitin di fokuskan pada teknologi budidaya tambak udang vaname supra intensif di tambak CV Dwi Windu pada skala usaha kecil dengan luas petak tambak 1 000 m2 dan analisis skala petak tambak menengah dengan luas 2 500 m2. Data primer didapat melalui wawancara secara langsung dan observasi pengamatan di lapang. Data sekunder berupa harga jual dan data produksi tambak selama periode produksi tahun 2013. Studi kelayakan ini membahas kelayakan dari aspek teknis (lokasi usaha, skala produksi, pemilihan teknologi, dan layout
usaha), aspek menejemen organisasi, aspek sosial lingkungan dan aspek finansial. Aspek hukum dan pasar tidak dibahas pada penelitian ini, karena CV Dewi Windu sudah memiliki badan hukum usaha. Aspek pasar untuk udang tidak dikaji lebih dalam karena udang menjadi komoditas unggulan perikanan. Aspek finansial hanya membahas analisis kriteria investasi (perkiraan cash flow, Net
Present Value, Net Benefit Cost, IRR, dan analisis kepekaan terhadap kenaikan
harga input produksi (pakan 14 persen, benur 10.7 persen, dan tarif dasar listrik 21.5 persen). Perbandingan opportunity cost of capital atau discount rate DR nilai investasi yang digunakan sebesar 12.72 persen, berdasarkan return of investment
saham dari perusahaan go public PT Astra Agro Lestari periode tahun 2013. Hasil perhitungan pada aspek finansial menggunakan cashflow yang diolah dengan menggunakan software Microsoft Excel.
TINJAUAN PUSTAKA
Investasi Tambak UdangModal investasi usaha tambak udang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembukaan lahan, pembuatan pintu air, pembelian peralatan (Boea 2010). Persentase biaya investasi dari masing-masing komponen yang akan di keluarkan penting untuk diperhatikan pada perencanan biaya pengembangan teknologi yang akan di kembangkan. Persentasi biaya investasi terbesar pembuatan tambak udang dikeluarkan untuk pembuatan petak tambak sebesar 55.25 persen. Berikutnya disusul oleh pembelian lahan 24 persen, pemasangan instalasi listrik 3.77 persen, pembelian genset 3.24 persen, kincir 1.64 persendan selebihya perlengkapan pendukung tambahan yang besarnya persentase kurang dari 1 persen total biaya investasi (Ruslan 2004).
(23)
Investasi pembuatan konstruksi tambak beton pada budidaya intensif berfungsi untuk membuat struktur kolam tambak yang kokoh, mencegah kebocoran, dan dengan tata letak air yang sistematis. Pembuatan tambak beton membutuhkan investasi besar karena menggunakan bahan material pondasi yang kuat untuk konstruksi dinding tambak beton.
Investasi kincir dan paddle wheel berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut di dalam air pada budidaya dengan padat penebaran tinggi. Kincir juga berfungsi untuk mengaduk air tambak agar tidak terjadi stratifikasi parameter kualitas air. Berikutnya kincir berfungsi untuk menjaga kualitas air tambak dengan terbentuknya arus air mengumpulkan sendimen kotoran di dasar tambak menuju pusat pembuangan kolam central drain (Andriyanto 2013).
Usaha meningkatkan produktifitas produksi udang vaname dapat dilakukan melalui expansi lahan secara ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengembangan intensifikasi dilakukan melalui perbaikan teknis dan penggunaan metode teknologi baru. Perluasan dengan intensifikasi dilakukan salah satunya dengan meningkatkan padat penebaran, meningkatkan survival rate dan menurunkan FCR
(Feeding Conversion Rate) pada pakan dilakukan dengan teknologi budidaya
intensif (Diatin 2010).
Pengaruh Faktor Teknis Pada Biaya Produksi Tambak Udang
Modal kerja tambak udang difungsikan untuk biaya operasional, kebutuhan input produksi yang terdiri dari tenaga kerja, biaya pengadaan benur, biaya pakan, biaya pupuk, biaya pestisida dan biaya bahan bakar. Variabel produksi tersebut tidak saling dipengaruhi satu sama lain, melainkan mempengaruhi faktor produksi. Apabila ada peningkatan faktor produksi salah satunya, padat penebaran dan jumlah pakan yang diberikan akan memperbesar hasil produksi (Andriyanto 2013). Ling (2012) mengklasifikasikan persentase biaya-biaya produksi sesuai dengan teknologi budidaya tambak semi intensif dan intensif udang vaname. Teknologi budidaya intensif membutuhkan komposisi persentase biaya produksi yang lebih besar di bandingkan dengan teknologi semi intensif. Persentasi biaya produksi yang terbesar digunakan untuk biaya pakan, benih dan listrik. Persentase biaya pakan sebesar 63 persen, biaya benih dan listrik sebesar 8 persen.
Biaya pakan menjadi elemen terbesar pada biaya produksi tambak udang vaname. Persentase biaya produksi pada teknologi intensif udang windu menunjukkan biaya pakan sebesar 69.24 persen, benur 8.12 persen, dan biaya
listrik 0.45 persen (Ruslan 2004). Biaya operasional produksi tambak
sewaktu-waktu dapat meningkat akibat oleh adanya perubahan kenaikan harga pakan,
sehingga berpengaruh pada kelangsungan bisnis.
Biaya pengadaan benur menjadi biaya produksi terbesar ke dua setelah
biaya pakan. Meinugraheni (2004) pada penelitian kelayakan bisnis tambak udang
windu meneliti sensitivitas kelayakan bisnis terhadap kenaikan harga benur udang windu. Uji sensitivitas dilakukan pada kenaikan harga benur sebesar 10 persen dan 46 persen dengan skenario modal pribadi dan modal pinjaman. Hasil uji sensitivitas usaha tambak udang windu terhadap kenaikan harga benur 10 persen tetap layak dengan modal pribadi maupun modal pinjaman dari bank. Namun usaha dinyatakan tidak layak saat kenaikan benur sebesar 46 persen pada kondisi
(24)
modal pinjaman dari bank. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya sensitifitas perubahan harga input dari kenaikan harga benur.
Teknologi tambak udang modern menggunakan padat penebaran tinggi membuat kebutuhan biaya energi listrik besar. Hal ini menurut Ling (2012) biaya listrik menjadi urutan terbesar ke tiga setelah biaya pakan dan benur. Hasil penelitian Taparhudee (2009) menyebutkan bahwa dalam penggunaan aerator
paddle wheel satu kali siklus tambak udang intensif memerlukan biaya energi
listrik sebesar Rp21 648 000/ha. Kebutuhan industri tambak udang masuk ke dalam kategori golongan industri (14KVA- 200KVA). Kenaikan tarif dasar listrik di Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 32.5 persen dengan rata-rata kenaikan TDL per tahun sebesar 10.4 persen. Hal ini menjadikan listrik sebagai salah satu aspek produksi yang sensitif terhadap perubahan harga.
Teknologi Tambak Udang Indonesia
Pengembangan teknologi perikanan budidaya tambak dirancang dalam upaya optimalisasi pemanfaatan lingkungan pesisir untuk mendapatkan manfaat dari potensi yang dimanfaatkan. Menurut (Triyatmo 2013) dalam disertasinya pemanfaatan area pesisir dengan teknologi budidaya udang vanamei secara tradisional hanya memanfaatkan pasang-surut air laut dengan menghasilkan produktivitas jumlah panen yang cukup rendah karena belum adanya aktifitas pengamatan dan perawatan air secara terkontrol. Sebaliknya budidaya tambak secara intensif dan semi intensif menggunakan tambahan investasi teknologi. Berdasarkan perbedaan spesifikasi teknologi budidaya udang vanamei secara tradisional, semi intensif, dan ekstensif, kriteria budidaya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Kriteria spesifikasi teknologi tambak budidaya udang vaname
Paramenter Spesifikasi Teknologi
Intensif Semi Intensif Ektensif
Luas petak ≤ 0.5 ha > (0.5-1.0) > 0.1
Bentuk petakan bujur sangkar/ pesegi
panjang
bujur sangkar/
pesegi panjang tidak ada persyaratan
Pembuangan Caren (central drain) (central drain) saluran/ parit keliling
Pematang tanah/ beton tanah tanah
Pintu Air 2 (terpisah, pintu
buang di tengah)
2 (terpisah, pintu
buang di tengah) 1 atau 2
Kedalaman air(Cm) 100-120 100-120 60-80
Sistem irigasi close system semi close system open system
Aerator 1 PK/600 kg udang 1 PK 1000kg utang -
Pompa air mutlak mutlak tidak tersedia
Padat tebar(ekor/ 2) 100-125 25-50 5-10
Pakan pakan buatan pakan buatan alami pakai alami
Produksi (kg/ha/MT) >8.000 2.400-4.000 800-1600
(25)
Kelayakan Aspek Non Finansial
Kelayakan aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum, aspek menejemen organisasi, dan aspek sosial lingkungan. Kelayakan aspek non finansial pada penelitian ini fokus membahas pada aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan. Aspek teknis usaha tambak udang yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan sumber daya dan jarak sumber daya produksi dengan lokasi usaha, sumber air serta sumber listrik. Hal tersebut dikemukaan oleh Wiranto (2010) pada penelitiannya bahwa ketersediaan sumber air yang tepat sesuai dengan kriteria hidup udang memudahkan secara teknis pemeliharaan dan keberlangsungan budidaya. Berikutnya penelitian Wicaksono (2010) membahas efisiensi rantai pasok udang yang akan efisien dari segi biaya apabila tambak udang dekat dengan sumber bahan baku. Oleh karena itu sebaiknya jarak antara lokasi usaha dengan sumber bahan baku tidak terlalu jauh sehingga efisien dalam segi biaya pengadaannya.
Aspek menejemen dan organisasi dinyatakan layak jika usaha dijalankan sesuai dengan perencanaan, pencatatan data, terdapat kesiapan tenaga kerja untuk menjalankan bisnis, dan bisnis tersebut dapat dibangun sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan (Suliyanto 2010). Pernyataan tersebut dapat dibuktikan oleh Simatupang (2013) dengan adanya ketersediaan tenaga kerja yang kompeten dan struktur organisasi yang ramping, pembagian tugas dan wewenang jelas pada usaha ikan hias neon tetra berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Aspek sosial dan lingkungan, usaha yang dilakukan harus dapat memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. Hal tersebut dibuktikan oleh Simatupang (2013) bahwa adanya usaha perikanan memberikan kontribusi positif terhadap warga sekitar dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Sebaliknya dampak negatif hasil produksi budidaya dapat di minimalisir melalui pengendapan limbah hasil budidaya di kolam reservoir.
Kelayakan Aspek Finansial
Aspek finansial usaha yang akan dan sedang dijalankan dinyatakan layak secara finansial apabila memenuhi 4 kriteria investasi yaitu Net B/C >1, NPV >0, IRR diatas discount rate dan payback periode yang kurang dari umur bisnis atau proyek. Penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh perubahan investasi teknologi tambak udang tradisional ke teknologi intensif diteliti oleh Lawaputri (2011) yang menunjukkan hasil nilai NPV Rp1 795 791 822 lebih besar dari nol, nilai Net B/C sebesar 1.18 yang lebih besar dari 1 dengan IRR sebesar 26 persen yang lebih besar dari discount rate suku bunga pinjaman bank 8 persen saat itu layak untuk dijalankan. Penelitian kelayakan investasi dengan ada atau tidaknya perbaikan teknis pada skala petak tambak yang berbeda diteliti oleh Diatin (2010) menunjukkan hasil kelayakan investasi dengan adanya perbaikan teknis lebih besar nilai NPV, Net B/C dan IRR tingkat pengembalian investasi modal.
Hasil penelitian mengenai pengaruh kenaikan harga input pakan pada tambak udang windu telah diteliti oleh Ruslan (2004) di CV Surya Putra Agroindustri Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas kenaikan harga pakan sebesar 68.89 persen dari harga normal Rp8 000 per kg menjadi
(26)
Rp12 000 per kg menghasilkan nilai NPV positif, Net B/C > 1 dan IRR lebih besar dari suku bunga yang berlaku masih layak untuk dijalankan. Namun kenaikan harga pakan menjadikan NPV turun yang semula Rp1 625 456 413 menjadi Rp758 934 791. Nilai net B/C pun ikut turun yang semula 2.28 menjadi 1.58 setelah adanya kenaikan pakan. Nilai IRR pun ikut turun menjadi 33.57 persen yang semula 51.84 persen sebelum adanya kenaikan harga pakan.
Analisis switching value di uji untuk mencari skala maksimal kenaikan harga input dan menunjukkan seberapa kuat usaha mesih dapat bertahan hingga keuntungan sama dengan 0. Penelitian udang dengan menggunakan analisis
switching value sebelumnya belum dilakukan, sehingga belum ada tinjauan
pustaka sebagai rujukan penelitian.
Ke tiga penelitian terdahulu memberikan gambaran pada penulis untuk meneliti kelayakan bisnis tambak udang vaname teknologi supra intensif dengan skala luas petak tambak kecil dan menengah di CV Dewi Windu Sulawesi Selatan mengenai analisis biaya dan manfaat serta laba rugi. Kesamaan dari peneliti terdahulu dengan penelitian penulis adalah alat analisis kelayakan finansialNPV
(Net Present Value), IRR (Inernal Rate Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio),
PP (Payback Period). Selain kajian terhadap aspek kelayakan, penelitian ini juga
menganlisis switching value. Analisis ini berguna untuk mengetahui batasan kenaikan variabel-variabel input (pakan, benur, TDL) dan batas penurunan jumlah produksi, terhadaptingkat kelayakan usaha teknologi supra intensif pada skala petak tambak kecil dan menengah.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran TeoritisBisnis didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan, baik barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan (Suliyanto 2010). Berdasarkan definisi tersebut, dilihat dari tujuan bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Bisnis yang berorientasi keuntungan (Profit Oriented)
didirikan untuk memperoleh keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan pemilik dan karyawan serta untuk mengembangkan usaha lebih lanjut. Contohnya perusahaan pembuat benih, perusahaan pembesaran udang vaname, perusahaan pengolahan hasil pertanian dan sejenisnya. Sebaliknya, bisnis yang tidak berorientasi pada keuntungan (Non Profit Oriented) didirikan dengan tujuan utama kepentingan sosial. Contohnya seperti Yayasan Sosial Jompo dan sejenisnya.
Menurut Suliyanto (2010) kondisi lingkungan usaha sangat dinamis dan intensitas persaingan semakin kuat membuat pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi dalam memulainya. Namun daripada itu dibutuhkan studi kelayakan bisnis yang dijalankan untuk mengambil keputusan apakah suatu bisnis layak untuk dijalankan atau tidak agar tidak terjadi keterlanjuran investasi yang tidak membawa manfaat bagi suatu usaha.
(27)
Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak. Sebuah ide bisnis dinyatakan layak dilaksanakan apabila ide tersebut dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak (stakeholder) dibandingkan dampak negatif yang ditimbulkan (Suliyanto 2010). Beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial dan diantara aspek-aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis dibagi kedalam aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan) dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2009).
Aspek- Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Aspek kelayakan bisnis non finansial pada penelitian ini mengkaji aspek teknis, aspek menejemen organisasi dan aspek sosial lingkungan pada tambak udang supra intensif. Berikutnya aspek finansial penelitian ini akan mengkaji rugi laba suatu proyek investasi terhadap usaha tambak udang vaname supra intensif skala luas tambak kecil dan menengah dilihat dari kelayakan investasi melalui kajian nilai NPV (Net Present Value), Net B/C (Benefit Cost), IRR (Internal Rate
of Return), Payback Periode, analisa sensitivitas dan switching value.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Teknik juga merupakan penerapan ilmu dan teknologi untuk menyelesaikan permasalahan melalui pengetahuan, dan pengalaman praktis dalam mendesain bisnis. Aspek ini dianalisis dengan tujuan memberi jawaban kelayakan secara teknis dan pilihan teknologi yang tepat untuk diterapkan. Melalui kajian aspek teknis ini akan terungkap berbagai kebutuhan dalam pelaksanaan bisnis, bagaimana proses produksi dilakukan, kapasitas produksi, mesin produksi, jenis teknologi yang digunakan dan layout usaha (Suliyanto 2010). Aspek ini dibutuhkan dalam menentukan jenis teknologi yang digunakan. Kegagalan bisnis di masa yang akan datang dapat diantisipasi melalui pemahaman aspek teknis. Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya (Nurmalina et al.2009).
Aspek Menejemen dan Organisasi
Pelaksanaan pembangunan bisnis harus direncanakan dengan baik agar tidak terjadi hal-hal yang menghambat berjalanya bisnis. Kegiatan perencanaan pembangunan bisnis berkaitan dengan kesiapan tenaga kerja, perencanaan dan penjadwalan proyek, analisis jabatan pekerja, proyeksi kebutuhan tanaga kerja, dan struktur organisasi kerja. Oleh karena itu aspek menejemen dan organisasi diperlukan untuk melihat apakah bisnis dapat dijalankan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan apakah tersedia sumber daya manusia mumpuni untuk menjalankan bisnis (Suliyanto 2010).
Aspek Sosial dan Lingkungan
Menurut Nurmalina et al. (2010) pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut dapat memberikan
(1)
Lampiran 16
Cash flow
switching value
penurunan produksi pada usaha tambak skala kecil (1 000 m
2
)
URAIAN1 2 3 4 5 6 7 8 9
Siklus INFLOW Produksi
Tambak 1.200m2
Siklus 1 953,930,000 953,930,000 953,930,000 953,930,000 953,930,000 953,930,000 953,930,000 953,930,000 Siklus 2 947,514,000 947,514,000 947,514,000 947,514,000 947,514,000 947,514,000 947,514,000 947,514,000 Siklus 3 949,314,000 949,314,000 949,314,000 949,314,000 949,314,000 949,314,000 949,314,000 949,314,000 Tambak 1.000m2
Siklus 1 940,204,000 940,204,000 940,204,000 940,204,000 940,204,000 940,204,000 940,204,000 940,204,000 Siklus 2 976,335,000 976,335,000 976,335,000 976,335,000 976,335,000 976,335,000 976,335,000 976,335,000 Siklus 3 992,204,000 992,204,000 992,204,000 992,204,000 992,204,000 992,204,000 992,204,000 992,204,000
Pinjaman Bank 3,152,623,500 19,750,000 12,200,000
Hasil Panen 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255
TOTAL INFLOW 3,152,623,500 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,250,693,255 3,230,943,255 3,230,943,255 3,243,143,255 OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
TOTAL BIAYA INVESTASI
3,152,623,500
955,000
3,327,000
955,000
275,530,000
4,282,000
-
425,099,000
2. BIAYA PRODUKSI
A. Biaya Tetap
Total Biaya tetap
85,899,942
85,899,942
85,899,942
85,899,942
85,899,942
85,899,942
85,899,942
85,899,942
B. Biaya variabelTotal Biaya variabel
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
2,431,466,690
TOTAL BIAYA PRODUKSI
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
2,517,366,632
TOTAL OUTFLOW
3,152,623,500
2,517,366,632
2,518,321,632
2,520,693,632
2,518,321,632
2,792,896,632
2,521,648,632
2,517,366,632
2,942,465,632
NET BENEFIT
-3152623500
713,576,624
712,621,624
710,249,624
712,621,624
457,796,624
709,294,624
713,576,624
300,677,624
DISCOUNT FACTOR 12.72%
0.89
0.787
0.698
0.619
0.550
0.488
0.433
0.384
0.340
PV COST/TAHUN
2,796,862,580
1,981,273,866
1,758,361,863
1,561,407,078
1,383,905,054
1,361,598,241
1,090,630,681
965,914,377
1,001,619,055
PV BENEFIT/TAHUN
-
2,542,888,808
2,255,934,003
2,001,360,897
1,775,515,345
1,584,784,115
1,397,405,570
1,239,713,955
1,103,970,102
PV BERSIH /TAHUN
(2,796,862,580)
561,614,942
497,572,141
439,953,819
391,610,291
223,185,875
306,774,889
273,799,577
102,351,047
NPV
0
IRR
12.72%
JUMLAH PV positif
Rp
2,796,862,580
JUMLAH PV negatif
Rp
(2,796,862,580)
NET B/C
1.00
JUMLAH PV BENEFIT
Rp
13,901,572,795
JUMLAH PV COST
Rp
13,901,572,795
GROSS B/C
1.00
PAYBACK PERIOD
5.66
(2)
Lampiran 17
Cash flow
switching value
harga pakan pada usaha tambak skala menengah (2 500 m
2
)
URAIAN1 2 3 4 5 6 7 8 9
Siklus INFLOW Produksi
TOTAL INFLOW 6,481,331,500 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,359,092,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,337,842,000 OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
TOTAL BIAYA INVESTASI
6,481,331,500
955,000
8,319,000
955,000
380,407,000
9,274,000
-
893,143,000
2. BIAYA PRODUKSI
A. Biaya Tetap
Total Biaya tetap
1,575,492,073
1,575,492,073
1,575,492,073
1,575,492,073
1,584,679,573
1,575,492,073
1,575,492,073
1,579,367,073
B. Biaya variabelBiaya Perbaikan Pengeringan 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Kaporit 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 Benur 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 Transportasi Benur 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 Biaya Pakan 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 6,714,579,499 Transportasi Pakan 671,457,950 671,457,950 671,457,950 671,457,950 671,457,950 671,457,950 671,457,950 671,457,950 Probiotik
-BactoGrow 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 -SoilGrow 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 -Fitogrow 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 -MinGrow 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 Transportasi Probiotik 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 Pelumas Blower 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 Pelumas Dinamo Kincir 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 Panen Parsial
-Borongan Pekerja 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 -Konsumsi Pekerja 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 Panen Total
-Borongan Pekerja 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 -Konsumsi Pekerja 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Variabel Listrik 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 Thiosulfat 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 Solar Genset 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000
Total Biaya variabel
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
9,296,908,794
TOTAL BIAYA PRODUKSI
10,872,400,868
10,872,400,868
10,872,400,868
10,872,400,868
10,881,588,368
10,872,400,868
10,872,400,868
10,876,275,868
TOTAL OUTFLOW
6,481,331,500
10,872,400,868
10,873,355,868
10,880,719,868
10,873,355,868
11,261,995,368
10,881,674,868
10,872,400,868
11,769,418,868
NET BENEFIT
-6481331500
1,449,941,132
1,448,986,132
1,441,622,132
1,448,986,132
1,097,096,632
1,440,667,132
1,449,941,132
568,423,132
DISCOUNT FACTOR 12.72%
0.89
0.787
0.698
0.619
0.550
0.488
0.433
0.384
0.340
PV COST/TAHUN
5,749,939,230
8,557,038,704
7,592,078,007
6,739,903,971
5,975,286,061
5,490,469,252
4,706,400,536
4,171,743,671
4,006,325,198
PV BENEFIT/TAHUN
-
9,698,203,617
8,603,800,228
7,632,895,873
6,771,554,181
6,025,327,875
5,329,499,153
4,728,086,545
4,199,817,157
PV BERSIH /TAHUN
(5,749,939,230)
1,141,164,913
1,011,722,221
892,991,902
796,268,120
534,858,622
623,098,617
556,342,874
193,491,959
JUMLAH PV positif
5,749,939,230
JUMLAH PV negatif
(5,749,939,230)
NPV
(0)
IRR
12.72%
NET B/C
1.00
(3)
URAIAN
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Siklus INFLOW Produksi
Tambak 1.200m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000
Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000
Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000
Tambak 1.000m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000
Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000
Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000
Investasi modal 6,481,331,500
Nilai Sisa 36,750,000 15,500,000
TOTAL INFLOW 6,481,331,500 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,359,092,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,337,842,000 OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
TOTAL BIAYA INVESTASI 6,481,331,500 955,000 8,319,000 955,000 380,407,000 9,274,000 - 893,143,000
2. BIAYA PRODUKSI
A. Biaya Tetap
Total Biaya tetap 1,575,492,073 1,575,492,073 1,575,492,073 1,575,492,073 1,584,679,573 1,575,492,073 1,575,492,073 1,579,367,073
B. Biaya variabel
Biaya Perbaikan Pengeringan 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000
Kaporit 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000
Benur 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864 3,620,217,864
Transportasi Benur 362,021,786 362,021,786 362,021,786 362,021,786 362,021,786 362,021,786 362,021,786 362,021,786
Biaya Pakan 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635
Transportasi Pakan 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163
Probiotik
-BactoGrow 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000
-SoilGrow 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000
-Fitogrow 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000
-MinGrow 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Transportasi Probiotik 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000
Pelumas Blower 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000
Pelumas Dinamo Kincir 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000
Panen Parsial
-Borongan Pekerja 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000
-Konsumsi Pekerja 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000
Panen Total
-Borongan Pekerja 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 -Konsumsi Pekerja 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Variabel Listrik 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845 1,101,385,845
Thiosulfat 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500
Solar Genset 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000
Total Biaya variabel 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794 9,296,908,794
TOTAL BIAYA PRODUKSI 10,872,400,867 10,872,400,867 10,872,400,867 10,872,400,867 10,881,588,367 10,872,400,867 10,872,400,867 10,876,275,867
TOTAL OUTFLOW 6,481,331,500 10,872,400,867 10,873,355,867 10,880,719,867 10,873,355,867 11,261,995,367 10,881,674,867 10,872,400,867 11,769,418,867
NET BENEFIT -6481331500 1,449,941,133 1,448,986,133 1,441,622,133 1,448,986,133 1,097,096,633 1,440,667,133 1,449,941,133 568,423,133
DISCOUNT FACTOR 12.72% 1.00 0.887 0.787 0.698 0.619 0.550 0.488 0.433 0.384
PV COST/TAHUN 6,481,331,500 9,645,494,027 8,557,790,329 7,597,219,755 6,735,342,448 6,188,856,941 5,305,054,684 4,702,389,466 4,515,929,763
PV BENEFIT/TAHUN - 10,931,815,117 9,698,203,617 8,603,800,228 7,632,895,873 6,791,749,580 6,007,411,445 5,329,499,153 4,734,033,899
PV BERSIH /TAHUN (6,481,331,500) 1,286,321,090 1,140,413,288 1,006,580,473 897,553,425 602,892,639 702,356,761 627,109,687 218,104,137
JUMLAH PV positif 6,481,331,500
JUMLAH PV negatif (6,481,331,500)
NPV 0
IRR 12.72%
NET B/C 1.00
PAYBACK PERIOD 5.63
Tahun
(4)
URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Siklus INFLOW Produksi
Tambak 1.200m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 Tambak 1.000m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000
Investasi Modal 6,481,331,500
Nilai Sisa 36,750,000 15,500,000
TOTAL INFLOW 6,481,331,500 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,359,092,000 12,322,342,000 12,322,342,000 12,337,842,000 OUTFLOW
1. BIAYA INVESTASI
TOTAL BIAYA INVESTASI 6,481,331,500 955,000 8,319,000 955,000 380,407,000 9,274,000 - 893,143,000 2. BIAYA PRODUKSI
A. Biaya Tetap
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 7,026,300 7,026,300 7,026,300 7,026,300 7,026,300 7,026,300 7,026,300 7,026,300
Gaji Teknisi 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000
Gaji Operator Tambak 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000 21,600,000
Gaji Ibu Dapur 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
Fixed Listrik 6,842,768 1,691,442 1,691,442 1,691,442 1,691,442 1,691,442 1,691,442 1,691,442
Saluran TV Berlangganan 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000 1,200,000
Biaya Konsumsi 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Biaya Pulsa 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000 2,400,000
Pemeliharaan Bangunan 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000 12,000,000
Tunjangan Hari Raya 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000
Pajak Penghasilan 25% 1,485,774,331 1,485,774,331 1,485,774,331 1,485,774,331 1,494,961,831 1,485,774,331 1,485,774,331 1,489,649,331 Total Biaya tetap 1,580,643,399 1,575,492,073 1,575,492,073 1,575,492,073 1,584,679,573 1,575,492,073 1,575,492,073 1,579,367,073
B. Biaya variabel
Biaya Perbaikan Pengeringan 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 Kaporit 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 15,795,000 Benur 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 570,000,000 Transportasi Benur 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 57,000,000 Biaya Pakan 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 3,664,361,635 Transportasi Pakan 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 366,436,163 Probiotik
-BactoGrow 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 2,925,000 -SoilGrow 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 4,425,000 -Fitogrow 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 -MinGrow 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 Transportasi Probiotik 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 885,000 Pelumas Blower 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 1,080,000 Pelumas Dinamo Kincir 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 4,320,000 Panen Parsial
-Borongan Pekerja 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 -Konsumsi Pekerja 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 Panen Total
-Borongan Pekerja 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 -Konsumsi Pekerja 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000 Variabel Listrik 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 4,455,682,275 Thiosulfat 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 1,930,500 Solar Genset 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000 118,125,000
Total Biaya variabel 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574 9,295,965,574
TOTAL BIAYA PRODUKSI 10,876,608,973 10,871,457,647 10,871,457,647 10,871,457,647 10,880,645,147 10,871,457,647 10,871,457,647 10,875,332,647
TOTAL OUTFLOW 6,481,331,500 10,876,608,973 10,872,412,647 10,879,776,647 10,872,412,647 11,261,052,147 10,880,731,647 10,871,457,647 11,768,475,647
NET BENEFIT -6481331500 1,445,733,027 1,449,929,353 1,442,565,353 1,449,929,353 1,098,039,853 1,441,610,353 1,450,884,353 569,366,353
DISCOUNT FACTOR 12.72% 0.07 0.787 0.698 0.619 0.550 0.488 0.433 0.384 0.340
PV COST/TAHUN 472,400,255 8,560,350,661 7,591,419,424 6,739,319,706 5,974,767,728 5,490,009,412 4,705,992,586 4,171,381,757 4,006,004,124
PV BENEFIT/TAHUN - 9,698,203,617 8,603,800,228 7,632,895,873 6,771,554,181 6,025,327,875 5,329,499,153 4,728,086,545 4,199,817,157
PV BERSIH /TAHUN (472,400,255) 1,137,852,956 1,012,380,804 893,576,167 796,786,453 535,318,463 623,506,567 556,704,788 193,813,033
NPV 5,277,538,975
IRR 12.72%
JUMLAH PV positif Rp 5,749,939,230
JUMLAH PV negatif Rp (472,400,255)
NET B/C 12.17
JUMLAH PV BENEFIT Rp 52,989,184,629
JUMLAH PV COST Rp 47,711,645,654
GROSS B/C 1.11
Tahun
(5)
URAIAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Siklus INFLOW Produksi
Tambak 1.200m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 Tambak 1.000m2
Siklus 1 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 2,061,055,000 Siklus 2 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 2,048,433,000 Siklus 3 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000 2,051,683,000
Investasi Modal 6,481,331,500 19,750,000 12,200,000
Hasil Panen 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 TOTAL INFLOW 6,481,331,500 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,989,041,829 8,969,291,829 8,969,291,829 8,981,491,829 OUTFLOW
TOTAL BIAYA INVESTASI
6,481,331,500
955,000
8,319,000
955,000
380,407,000
9,274,000
-
893,143,000
2. BIAYA PRODUKSI
A. Biaya TetapTotal Biaya tetap
1,575,492,073
1,575,492,073
1,575,492,073
1,575,492,073
1,584,679,573
1,575,492,073
1,575,492,073
1,579,367,073
B. Biaya variabel
Total Biaya variabel
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
5,941,669,143
TOTAL BIAYA PRODUKSI
7,517,161,217
7,517,161,217
7,517,161,217
7,517,161,217
7,526,348,717
7,517,161,217
7,517,161,217
7,521,036,217
TOTAL OUTFLOW
6,481,331,500
7,517,161,217
7,518,116,217
7,525,480,217
7,518,116,217
7,906,755,717
7,526,435,217
7,517,161,217
8,414,179,217
NET BENEFIT
-6481331500
1,452,130,613
1,451,175,613
1,443,811,613
1,451,175,613
1,082,286,113
1,442,856,613
1,452,130,613
567,312,613
DISCOUNT FACTOR 12.72%
0.89
0.787
0.698
0.619
0.550
0.488
0.433
0.384
0.340
PV COST/TAHUN
5,749,939,230
5,916,323,382
5,249,356,820
4,661,549,475
4,131,465,536
3,854,716,481
3,255,235,905
2,884,337,150
2,864,197,340
PV BENEFIT/TAHUN
-
7,059,211,509
6,262,607,797
5,555,897,620
4,928,936,852
4,382,354,650
3,879,281,488
3,441,520,128
3,057,311,277
PV BERSIH /TAHUN
(5,749,939,230)
1,142,888,126
1,013,250,977
894,348,144
797,471,316
527,638,170
624,045,583
557,182,978
193,113,937
NPV
0
IRR
12.72%
JUMLAH PV positif
Rp
5,749,939,230
JUMLAH PV negatif
Rp
(5,749,939,230)
NET B/C
1.00
PAYBACK PERIOD
5.63
Tahun
(6)