Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kota Sukabumi, Jawa Barat)

PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
(STUDI KASUS: KOTA SUKABUMI, JAWA BARAT)

ANNISA TIARA

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perubahan
Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus:
Kota Sukabumi, Jawa Barat) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Annisa Tiara
NIM A14090086

ABSTRAK
ANNISA TIARA. Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang
Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kota Sukabumi, Jawa Barat). Dibimbing oleh
KHURSATUL MUNIBAH dan DYAH RETNO PANUJU.
Kedudukan Kota Sukabumi yang strategis di antara mega urban
Jabodetabek dan Bandung Raya menjadikan Kota Sukabumi mengalami proses
pembangunan yang sangat dinamis. Hal tersebut dapat berimplikasi pada
tingginya perubahan penggunaan/penutupan lahan (LUCC) di Kota Sukabumi.
Untuk mengetahui pola LUCC digunakan citra IKONOS tahun 2010 dan 2012.
Selanjutnya regresi berganda dimanfaatkan untuk mengetahui faktor-faktor
penentu LUCC. Skalogram diproses untuk mengetahui tingkat perkembangan
wilayah dan analisis deskriptif digunakan untuk melihat keterkaitan antara LUCC
dengan tingkat perkembangan wilayah, serta analisis pembandingan pemanfaatan
ruang untuk mengetahui konsistensi penggunaan/penutupan lahan tahun 2012

dengan RTRW. Hasil analisis spasial menunjukkan, dalam kurun waktu dua tahun
Kota Sukabumi mengalami peningkatan lahan terbangun sebesar 2.8% serta
penurunan lahan sawah dan lahan tidak produktif sebesar 1.2% dan 1.9%. Faktor
yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di Kota Sukabumi antara lain
ketersediaan lahan; jarak desa ke kecamatan; alokasi RTRW; jarak ke fasilitas
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan; Indeks Perkembangan Desa; serta
pertambahan jumlah penduduk. Perubahan lahan tidak produktif menjadi lahan
pertanian terjadi pada wilayah hirarki II dan III, sedangkan perubahan lahan
pertanian menjadi lahan terbangun serta lahan tidak produktif menjadi lahan
terbangun terjadi pada semua hirarki. Penggunaan/penutupan lahan tahun 2012
konsisten untuk peruntukkan lahan terbangun sebesar 36.6%, konsisten belum
terbangun sebesar 45.1%, dan inkonsisten sebesar 2.3%.
Kata kunci: perubahan penggunaan/penutupan lahan, faktor perubahan,
perkembangan wilayah

ABSTRACT
ANNISA TIARA. Land Use/Land Cover Changes and Its Affacting Factors (Case
Study: Sukabumi City, West Java). Supervised by KHURSATUL MUNIBAH and
DYAH RETNO PANUJU.
The strategic position of Sukabumi City between Jabodetabek and

Bandung Raya intensified the development in this region. It implied to the high of
land use/land cover change (LUCC) in Sukabumi City. We utilized IKONOS in
2010 and 2012 to determine LUCC pattern. Furthermore, multiple regression was
employed to find out affecting factors of LUCC. Skalogram analysis was then
utilized to find out the level of regional development, descriptive analysis to
correlate LUCC and level of regional development, and benchmarking of current
utilization to evaluate the conformity of current land use/land cover with Spatial
Plan (RTRW). The spatial analysis showed that within two years, built up area of
Sukabumi increased at 2.8% while rice field and unproductive land decreased at
1.2% and 1.9% respectively. Factors affecting of LUCC in Sukabumi City were
the availability of land; distance to CBD, allocation of Spatial Plan (RTRW);
distance to economic, education, and medical facilities; regional development
index; and the increase of population. Unproductive land change into agricultural
land occured in 2nd hierarchy and 3rd hierarchy, whereas agricultural land change
into built up area and unproductive land change into built up area occured in all of
the hierarchy. Land use/land cover in 2012 conformed with RTRW was 36.6%,
while 45.1% was undeveloped, and 2.3% was unconfirmed the plan.
Keywords : land use/land cover change, factors of change, regional development

PERUBAHAN PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN DAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
(STUDI KASUS: KOTA SUKABUMI, JAWA BARAT)

ANNISA TIARA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang
Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kota Sukabumi, Jawa Barat)
Nama

: Annisa Tiara
NIM
: A14090086

Disetujui oleh

Dr. Khursatul Munibah, M.Sc
Pembimbing I

Dyah Retno Panuju, S.P, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Baba Barus, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah
perubahan penggunaan lahan, dengan judul Perubahan Penggunaan/Penutupan
Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus: Kota Sukabumi, Jawa
Barat).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dr. Khursatul Munibah, M.Sc dan Dyah Retno Panuju, S.P, M.Si selaku
pembimbing skripsi atas teladan, bimbingan, ide, kritik, saran, kesabaran,
motivasi, dan ilmu yang diajarkan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Komarsa Gandasasmita, M.Sc selaku dosen penguji, yang telah
bersedia memberi masukan dan saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
3. Dr. Ir. Suwardi, M.Agr selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama masa studinya.
4. Mama dan Papa yang selalu berada di samping penulis, senantiasa
mencurahkan kasih sayangnya, perhatian, motivasi, dan mendo’akan
penulis setiap waktu. Kakakku tersayang Savira Adelia dan Twosan
Syahbani, serta keponakanku Callia Ramadhani, kalian semua merupakan
motivasi terbesar penulis.
5. Rangga Saputra atas perhatian, kesabaran, semangatnya, serta do’a yang

tak pernah putus kepada penulis.
6. Teman-teman seperjuangan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi
Spasial: Paping, Sulis, Esti, Dini, Lusy, Ega, Vita, dan Athu. Terima kasih
atas bantuan dan motivasinya.
7. Rekan-rekan MSL’46, Abang dan Kakak MSL’45, terima kasih untuk
kebersamaan dan dukungannya.
8. Staf tata usaha dan studio yang senantiasa membantu penulis dalam
menyelesaikan penelitian.
9. Pak Ujang dan keluarga, terima kasih atas bantuannya selama di Sukabumi.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan karya
ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dan
bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan.

Bogor, Mei 2014
Annisa Tiara

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi

DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Kota
2
Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan
3
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang Mempengaruhinya 3
Perkembangan Wilayah dan Dinamika Perubahan Penggunaan Lahannya
4
Peranan Penginderaan Jauh dan SIG dalam Kajian Perubahan Penggunaan

Lahan
5
METODOLOGI PENELITIAN
7
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Bahan dan Alat
7
Metode Penelitian
7
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
13
Kondisi Geografis dan Administratif
13
Kondisi Iklim
14
Kondisi Topografi dan Ketinggian Wilayah
14
Kondisi Tanah dan Penggunaan Lahan
15

Kondisi Kependudukan
15
Kondisi Ekonomi
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
16
Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2010 dan 2012
16
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2010-2012
25
Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
29
Tingkat Perkembangan Wilayah
33
Keterkaitan Antara Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dengan Tingkat
Perkembangan Wilayah
37
Konsistensi/Inkonsistensi Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2012 dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2011-2031
38

SIMPULAN DAN SARAN
41
Simpulan
41
Saran
42
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
44
RIWAYAT HIDUP
50

DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Data Sekunder yang Digunakan untuk Penelitian
7
2. Variabel Bebas dan Tak Bebas untuk Mengidentifikasi
Faktor Penentu Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
10
3. Variabel untuk Menentukan Tingkat Perkembangan Wilayah
dengan Analisis Skalogram
11
4. Teknik Analisis dan Hasil yang Diharapkan
12
5. Pembagian Luas Wilayah Kecamatan di Kota Sukabumi
14
6. Luas Penggunaan/Penutupan Lahan Tiap Kecamatan
22
7. Matriks Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Tahun 2010-2012
27
8. Pola Dominan Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
28
9. Hasil Analisis Regresi Berganda untuk Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Lahan Tidak Produktif menjadi Lahan Pertanian
31
10. Hasil Analisis Regresi Berganda untuk Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Lahan Pertanian menjadi Lahan Terbangun
32
11. Hasil Analisis Regresi Berganda untuk Faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Lahan Tidak Produktif menjadi Lahan Terbangun
33
12. Nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) Tiap Kelurahan Tahun 2009 34
13. Nilai Indeks Perkembangan Desa (IPD) Tiap Kelurahan Tahun 2012 34
14. Tingkat Hirarki di Kota Sukabumi
35
15. Alokasi Rencana Tata Ruang Kota Sukabumi Tahun 2011-2031
39
16. Matriks Penggunaan Lahan Tahun 2012 dengan RTRW
Tahun 2011-2031
40

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Diagram Alir Penelitian
8
2. Peta Administrasi Kota Sukabumi
13
3. Kenampakan Obyek Kebun Campuran Pada Citra IKONOS (Kiri)
dan Pengamatan Lapang (Kanan)
16
4. Kenampakan Obyek Kolam Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
17
5. Kenampakan Obyek Ladang Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
17
6. Kenampakan Obyek Lahan Terbangun (Pemukiman Teratur)
Pada Citra IKONOS (Kiri) dan Pengamatan Lapang (Kanan)
18
7. Kenampakan Obyek Lahan Terbuka Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
19
8. Kenampakan Obyek Semak Belukar Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
19

9. Kenampakan Obyek Sawah Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
10. Kenampakan Obyek Sungai Pada Citra IKONOS (Kiri) dan
Pengamatan Lapang (Kanan)
11. Luas Penggunaan/Penutupan Lahan tahun 2010 dan 2012
12. Sebaran Spasial Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2010
dan 2012
13. Luas Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2010-2012
14. Sebaran Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan Tahun 2010-2012
15. Sebaran Spasial Hirarki Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2009
16. Sebaran Spasial Hirarki Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2012
17. Luas Rata-Rata Perubahan Pada Tiap Hirarki Wilayah
18. Sebaran Alokasi Ruang Berdasarkan RTRW Kota Sukabumi
19. Sebaran Spasial Konsistensi/Inkonsistensi Penggunaan/Penutupan
Lahan Tahun 2012 dengan RTRW Tahun 2011-2031

20
20
21
24
26
29
36
36
37
39
41

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Citra Ikonos Kota Sukabumi Tahun 2010
2. Citra Ikonos Kota Sukabumi Tahun 2012
3. Tabel Penggunaan/Penutupan Lahan di Lapang
4. Tingkat Perkembangan Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2009
5. Tingkat Perkembangan Wilayah Kota Sukabumi Tahun 2012

Halaman
44
45
46
48
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota merupakan tempat dengan konsentrasi penduduk lebih padat dari
wilayah sekitarnya karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan
dengan aktivitas penduduknya (Pontoh dan Kustiawan, 2009). Perkembangan
wilayah di perkotaan cenderung lebih pesat bila dibandingkan dengan wilayah
pedesaan. Hal ini karena aktivitas manusia di kawasan perkotaan berlangsung
lebih dinamis.
Seiring dengan perkembangan suatu kota, berkembang pula beberapa
masalah, salah satunya adalah semakin intensifnya perubahan penggunaan lahan.
Perubahan penggunaan lahan diartikan sebagai proses pertambahan luas suatu
penggunaan lahan diikuti dengan berkurangnya luas tipe penggunaan lahan yang
lain, atau berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda (Martin,
1993 dalam Wahyunto et al., 2001).
Lingkungan kota cenderung berkembang secara ekonomis dan mengalami
penurunan fungsi-fungsi ekologis dimana pembangunan fisik seperti
pembangunan sarana dan prasarana semakin meluas. Pada tahap awal
perkembangan kota, sebagian besar lahan merupakan ruang terbuka. Namun
seiring meningkatnya taraf hidup, kemampuan, dan kebutuhan hidup manusia,
maka ruang terbuka tersebut banyak dialihfungsikan menjadi kawasan terbangun
seperti pemukiman, industri, jaringan jalan, perkantoran, perdagangan, dan lahan
terbangun lainnya.
Kota Sukabumi merupakan kota yang memiliki posisi strategis yaitu
berada diantara pusat pertumbuhan mega urban Jabodetabek dan Bandung Raya
dan menjadi salah satu kawasan andalan dalam bidang perdagangan dan jasa dari
8 kawasan andalan di Jawa Barat (RTRW Jawa Barat tahun 2009-2029). Kondisi
tersebut berimplikasi pada tingginya perubahan penggunaan lahan di Kota
Sukabumi. Peningkatan lahan terbangun di Kota Sukabumi akan mengakibatkan
ruang terbuka khususnya lahan pertanian di Kota Sukabumi menjadi semakin
berkurang. Hal ini berpotensi menurunkan kemampuan pemasokan kebutuhan
pangan masyarakat dari produksi lokal.
Mudhofir (2010) menyatakan bahwa lahan terbangun di Kota Sukabumi,
dalam kurun waktu 1999-2006 mengalami peningkatan sebesar 14%. Sementara
kawasan hijau mengalami penurunan sebesar 10% untuk persawahan dan 2%
untuk kebun dan RTH. Hal ini menunjukkan dinamika kota yang menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
konversi yang terjadi dalam kurun waktu 2 tahun di Kota Sukabumi. Besar
harapan bahwa lahan pertanian yang ada dapat terus dipertahankan dan perubahan
penggunaan lahan dapat terus diawasi dengan tidak mengesampingkan nilai
ekologis dari suatu lahan.
Fenomena perubahan penggunaan/penutupan lahan tersebut, dapat
dideteksi dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh yang mampu
memberikan gambaran perubahan penggunaan/penutupan lahan di Kota Sukabumi
secara menyeluruh. Citra IKONOS merupakan salah satu citra satelit

2
penginderaan jauh yang dapat memberikan informasi secara detail sehingga
perubahan penggunaan/penutupan lahan dalam kurun waktu 2 tahun dapat
terdeteksi. Sebagai penunjang dalam penyimpanan, analisis, serta penampilan
kembali kondisi-kondisi alam Kota Sukabumi digunakan teknologi Sistem
Informasi Geografis yang mampu mengolah data spasial dan atribut secara lebih
efektif dan efisien.
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Mengidentifikasi perubahan penggunaan/penutupan lahan periode tahun
2010-2012.
Menganalisis faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan/penutupan
lahan.
Menganalisis keterkaitan antara perubahan penggunaan/penutupan lahan
dengan tingkat perkembangan wilayah.
Menganalisis konsistensi/inkonsistensi penggunaan/penutupan lahan dengan
RTRW.

TINJAUAN PUSTAKA
Kota
Definisi kawasan perkotaan menurut Keppres No. 114 Tahun 1999
merupakan sebuah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Kota merupakan bagian dari ruang muka bumi yang menjadi tempat
pengharapan penduduk untuk tumpuan kehidupan.
Jayadinata (1992) menyatakan bahwa suatu hal yang khas bagi sebuah
kota adalah bahwa kota umumnya mandiri atau serba lengkap (self-contained),
yang berarti penduduk kota bukan hanya bertempat tinggal di dalam kota, tetapi
juga bekerja mencari nafkah di dalam kota itu, sekaligus juga dapat melakukan
aktivitas rekreasi di dalamnya. Hal ini berbeda dengan keadaan di pedesaan
dimana penduduk desa umumnya pergi keluar desa untuk mencari nafkah.
Kota sebagai tempat pemukiman adalah suatu lingkungan yang sangat
penting untuk selalu dipelihara kualitas dan daya dukungnya. Laju pertumbuhan
penduduk perkotaan yang tinggi menyebabkan meningkatnya proporsi penduduk
yang tinggal di perkotaan. Pada tahun 2025 diperkirakan 55% penduduk tinggal di
perkotaan (Kombaitan, 1995 dalam Somaatmadja, 2007). Hal tersebut membawa
dampak terhadap pembangunan dan kualitas lingkungan hidup kota. Kebutuhan
lahan meningkat sejalan dengan pertumbuhan kegiatan sosial ekonomi penduduk
kota. Oleh karena luas lahan kota terbatas, maka timbul persaingan antar
penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan lahan
dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya (Somaatmadja, 2007).

3
Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan
Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutupan
lahan (land cover). Sutanto (1997) mendefinisikan penggunaan lahan
berhubungan dengan kegiatan manusia pada suatu bidang lahan, sedangkan
penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi
lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut.
Sistem penggunaan lahan dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu
penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan
lahan pertanian antara lain tegalan, sawah, ladang, kebun, padang rumput, hutan
produksi, hutan lindung dan sebagainya. Penggunaan lahan non pertanian antara
lain penggunaan lahan perkotaan atau pedesaaan, industri, rekreasi, pertambangan
dan sebagainya (Arsyad, 1989).
Identifikasi, pemantauan, dan evaluasi penggunaan lahan perlu selalu
dilakukan pada setiap periode tertentu, karena hal tersebut dapat menjadi dasar
untuk penelitian yang mendalam mengenai perilaku manusia dalam
memanfaatkan lahan. Dengan demikian, penggunaan lahan menjadi bagian yang
penting dalam usaha melakukan perencanaan dan pertimbangan dalam
merumuskan kebijakan keruangan di suatu wilayah. Prinsip kebijakan terhadap
lahan perkotaan bertujuan untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan
pengadaan lahan untuk menampung berbagai aktivitas perkotaan. Dalam
hubungannya dengan optimalisasi penggunaan lahan, kebijakan penggunaan lahan
diartikan sebagai serangkaian kegiatan tindakan yang sistematis dan terorganisir
dalam penyediaan lahan, serta tepat pada waktunya, untuk peruntukan
pemanfaatan dan tujuan lainnya sesuai dengan kepentingan masyarakat
(Suryantoro, 2002).
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dan Faktor yang
Mempengaruhinya
Perubahan penggunaan lahan adalah perubahan penggunaan atau aktivitas
terhadap suatu lahan yang berbeda dari aktivitas sebelumnya, baik untuk tujuan
komersial maupun industri (Kazaz dan Charles, 2001 dalam Munibah, 2008).
Perubahan penggunaan/penutupan lahan pada umumnya dapat diamati dengan
menggunakan data spasial dari peta penggunaan/penutupan lahan dari titik tahun
yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra satelit, radar, dan foto udara
sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan /penutupan lahan.
Nasoetion (1991) menyatakan beberapa hal yang diduga sebagai penyebab
proses perubahan penggunaan lahan antara lain :
1. Besarnya tingkat urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan di pedesaan.
2. Peningkatan jumlah kelompok golongan berpendapatan menengah hingga atas
diwilayah perkotaan yang berakibat tingginya permintaan terhadap pemukiman
(komplek-komplek perumahan).
3. Transformasi struktur perekonomian yang akan menggeser kegiatan
pertanian/lahan hijau khususnya di perkotaan.
4. Fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang
secara ekonomi tidak efisien.

4
Kebutuhan lahan untuk kegiatan non pertanian cenderung terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur
perekonomian. Alih fungsi lahan pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan
tersebut. Beberapa kasus menunjukkan jika di suatu lokasi terjadi alih fungsi
lahan, maka dalam waktu yang relatif cepat lahan di sekitarnya juga beralih fungsi
secara progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu
lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin
kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong
meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah, sehingga
harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya
dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan. Wibowo (1996)
menambahkan bahwa pelaku pembelian tanah biasanya bukan penduduk setempat,
sehingga mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara umum
rentan terhadap proses alih fungsi lahan.
Barlowe (1986) menyatakan bahwa dalam menentukan penggunaan lahan
terdapat empat faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu: faktor fisik lahan,
faktor ekonomi, faktor kelembagaan, serta faktor kondisi sosial dan budaya
masyarakat setempat. Pertambahan jumlah penduduk berarti pertambahan
terhadap makanan dan kebutuhan lain yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya
lahan. Permintaan terhadap hasil-hasil pertanian meningkat dengan adanya
pertambahan penduduk. Demikian pula permintaan terhadap hasil non pertanian
seperti kebutuhan perumahan dan sarana prasarana wilayah. Peningkatan
pertumbuhan penduduk dan peningkatan kebutuhan material ini cenderung
menyebabkan persaingan dalam penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan
dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi
karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk
yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya
tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Carolita (2005) menganalisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan di
Jabotabek berdasarkan faktor fisik lahan seperti ketinggian, kemiringan lahan,
jenis tanah, dan jenis penggunaan lahan sebelumnya; faktor sosial ekonomi seperti
jarak dari pusat CBD ke pusat desa dan kepadatan penduduk; dan faktor arahan
penggunaan lahan (RTRW). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor
tingkat kelerengan 0 – 3%, ketinggian 250 – 400 m, jenis tanah, jarak dari pusat
CBD ke pusat desa, penggunaan lahan sebelumnya, dan arahan penggunaan lahan
secara statistik signifikan sebagai faktor penyebab perubahan penggunaan lahan
menjadi urban, sedangkan kepadatan penduduk berpengaruh tidak nyata terhadap
perubahan penggunaan lahan menjadi urban. Adapun Niin (2010) menyimpulkan
bahwa faktor fisik lahan merupakan variabel yang paling konsisten mempengaruhi
perubahan penggunaan lahan hutan menjadi penggunaan lainnya diikuti faktor
kebijakan penggunaan lahan dan faktor sosial ekonomi.
Perkembangan Wilayah dan Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan
Jayadinata (1999) mendefinisikan wilayah dalam pengertian geografis
sebagai kesatuan alam yaitu alam yang serba sama atau homogen, yaitu

5
masyarakat serta kebudayaannya yang serba sama yang mempunyai ciri yang khas,
sehingga wilayah tersebut dapat dibedakan dari wilayah lain.
Suatu wilayah yang luas dapat mempunyai beberapa inti dengan hirarki
tertentu. Wilayah dengan hirarki yang lebih tinggi merupakan pusat bagi beberapa
wilayah dengan hirarki yang lebih rendah. Secara teoritis, hirarki wilayah
sebenarnya ditentukan oleh tingkat kapasitas pelayanan wilayah secara totalitas
yang tidak terbatas ditunjukkan oleh kapasitas infrastruktur fisiknya saja tetapi
juga kapasitas kelembagaan, sumberdaya manusia serta kapasitas-kapasitas
perekonomiannya. Sumberdaya yang paling mudah dinilai dalam penghitungan
kapasitas pelayanan adalah sumberdaya buatan (sarana dan prasarana). Secara
sederhana, kapasitas pelayanan infrastruktur atau prasarana wilayah dapat diukur
dari jumlah sarana pelayanan, jumlah jenis sarana pelayanan yang ada, serta
kualitas sarana pelayanan. Semakin banyak jumlah dan jenis sarana pelayanan
serta semakin tinggi aktivitas sosial ekonomi mencerminkan hirarki yang lebih
tinggi (Rustiadi et al., 2009).
Suatu wilayah akan berkembang seiring dengan berjalannya waktu.
Komponen perkembangan wilayah akan berkembang sejalan dengan
perkembangan wilayahnya. Perkembangan wilayah terutama di pusat-pusat
pelayanan akan menjadi faktor potensial yang mempengaruhi kecepatan
perubahan penggunaan lahan selama kurun waktu tertentu (Utoyo, 2012).
Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya aktivitas pembangunan
dan perekonomian akan mengakibatkan permintaan terhadap lahan semakin
meningkat. Luas lahan yang relatif tetap di satu sisi dan permintaan lahan yang
terus meningkat di sisi lain menyebabkan alih fungsi lahan di suatu wilayah tidak
terelekkan. Oleh karenanya, makin tinggi tingkat perkembangan wilayahnya
menuntut alokasi penggunaan lahan yang semakin berdaya guna. Tingginya
ketersediaan sarana prasarana pelayanan dan jumlah penduduk menyebabkan
makin pentingnya fungsi suatu lahan. Kondisi tersebut mengakibatkan lahan yang
kurang produktif dialihkan menjadi lahan yang lebih produktif (Utoyo, 2012).
Kusnitarini (2006) menganalisis keterkaitan antara perkembangan wilayah
dengan konversi lahan pertanian. Hubungan antara indikator perkembangan
wilayah dengan perubahan penggunaan lahan ditunjukkan oleh keterkaitan positif
antara indeks aksesibilitas ke fasilitas pendidikan dengan differential shift sawah
serta indeks aksesibilitas ke fasilitas ekonomi dengan perubahan luas tegalan. Hal
ini dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya perkembangan wilayah
menyebabkan semakin banyak lahan pertanian yang dikonversi ke penggunaan
lain (non pertanian).
Peranan Penginderaan Jauh dan SIG dalam Kajian Perubahan Penggunaan
Lahan
Penginderaan jauh atau remote sensing adalah ilmu yang mempelajari
tentang peralihan informasi suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis
data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek,
daerah, atau fenomena yang dikaji (Sutanto, 1997). Biasanya teknik ini
menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diinterpretasi
guna membuahkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian,
arkeologi, kehutanan, geografi, perencanaan, dan bidang-bidang lainnya.

6
Teknologi penginderaan jauh berkembang pesat seiring peranannya yang
semakin diperlukan dalam proses pengambilan dan pengumpulan informasi
mengenai objek yang diamati. Murai (1996) mengklasifikasikan tipe-tipe
informasi yang bisa diekstrak melalui data penginderaan jauh, seperti tipe
klasifikasi (land cover, vegetasi), deteksi perubahan (perubahan land cover),
ekstraksi kualitas fisik (temperatur, komponen atmosfer, elevasi), ekstraksi indeks
(indeks vegetasi, indeks kekeruhan), dan tipe identifikasi feature spesifik
(identifikasi bencana alam seperti kebakaran hutan atau banjir, deteksi feature
arkeologi). Beberapa contoh manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah
untuk mengidentifikasi penutupan lahan (land cover), untuk mengidentifikasi dan
memonitor pola perubahan lahan, dan menjadi bahan pertimbangan dalam
manajemen dan perencanaan wilayah.
Di dalam pembahasan perkembangan ekonomi suatu wilayah, penggunaan
lahan merupakan salah satu indikator mengenai pertumbuhan suatu daerah baik di
pedesaan maupun di perkotaan. Pemotretan udara yang berturutan memungkinkan
seorang penafsir menilai pola penggunaan lahan pada dua atau beberapa tempat
yang berbeda (Soenardi, 1989).
Seiring dengan makin berkembangnya teknologi, dikembangkan pula
teknik manajemen data yang sangat membantu pekerjaan penafsir, yakni Sistem
Informasi Geografis (SIG). SIG merupakan suatu sistem berbasis komputer yang
mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi, yaitu
pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali),
manipulasi dan analisis serta keluaran (Aronoff, 1989). Tujuan pokok dari
pemanfaatan sistem informasi geografis adalah untuk mempermudah
mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu
lokasi atau obyek.
Penggunaan lahan di permukaan bumi dari waktu ke waktu selalu
mengalami perubahan. Perubahan penggunaan lahan tersebut dapat dipetakan
dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mampu
mengelola data yang bersifat spasial. Untuk memanfaatkan teknologi ini
dibutuhkan satu metode analisis tertentu untuk memperoleh informasi sesuai
kebutuhan. Pada studi ini, metode yang digunakan melalui proses tumpangsusun
dengan menggunakan analisis perbandingan (Deliar, et al. 2000).

7

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian berlokasi di wilayah Kota Sukabumi. Secara geografis Kota
Sukabumi terletak antara 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur
Timur, serta 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan. Luas
Kota Sukabumi adalah ± 48 km2. Waktu penelitian selama 8 (delapan) bulan,
terhitung sejak bulan April hingga Desember 2013. Analisis data dilakukan di
Laboratorium Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah
dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan penelitian yang digunakan adalah citra IKONOS tahun 2010 dan
2012, peta administrasi, peta RTRW tahun 2011-2031, serta potensi desa tahun
2009 dan 2012. Alat yang digunakan untuk mengolah data adalah perangkat
komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak ArcView 3.2, ArcGIS 9.3,
Statistica 7, Microsoft Office 2007, serta Global Positioning System (GPS) dan
kamera digital untuk pengecekan lapang. Semua jenis data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Sekunder yang Digunakan untuk Penelitian
No
1.

Jenis Data
Citra IKONOS Tahun
2010 dan 2012

Sumber
Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan

Keterangan
Untuk membuat Peta
Penggunaan/Penutupan
Lahan tahun 2010 dan 2012.

2.

Potensi Desa Tahun
2009 dan 2012

Badan Pusat Statistik

Untuk mengetahui hirarki
wilayah Kota Sukabumi dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan
penggunaan/penutupan lahan.

3.

RTRW Kota Sukabumi
Tahun 2011-2031

BAPPEDA Kota Sukabumi

Untuk mengetahui alokasi
ruang menurut rencana tata
ruang wilayah.

4.

Peta Administrasi

Tata Pemerintahan Setda
Kota Sukabumi

Untuk mengetahui batas
wilayah administrasi Kota
Sukabumi.

Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pengumpulan data, dan tahap analisis data. Tahapan penelitian digambarkan
secara diagramatis pada Gambar 1.

8

Citra IKONOS
2010

Citra IKONOS
2012

Interpretasi dan
Klasifikasi

Pengecekan
Lapang

Peta Penggunaan Lahan
Tahun 2010

Peta Penggunaan Lahan
Tahun 2012

Tumpang Susun

Peta Perubahan Penggunaan
Lahan

Regresi Berganda

Potensi Desa Tahun
2009 & 2012

RTRW
2011-2031

Analisis Skalogram

Hirarki Wilayah

Faktor yang
Mempengaruhi
Perubahan
Penggunaan
Lahan

Keterkaitan
Perubahan
Penggunaan Lahan
dengan Tingkat
Perkembangan
Wilayah

Perubahan
Penggunaan
Lahan Tahun
2010-2012

Analisis Akhir

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Konsistensi/
Inkonsistensi
Penggunaan
Lahan dengan
RTRW

9
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi penyusunan proposal dan studi literatur untuk
menambah informasi yang berkaitan dengan penelitian dan memperdalam
pemahaman tentang kajian perubahan penggunaan/penutupan lahan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Data penelitian dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi interpretasi penggunaan/penutupan lahan
dari citra IKONOS tahun 2010 dan 2012, serta pengecekan lapang guna
memperoleh informasi yang tidak terdapat dalam citra seperti jenis tanaman, pola
tanam, pola usaha tani, penguasaan lahan, dan lain-lain.. Data sekunder meliputi
data potensi desa tahun 2009 dan 2012, serta data peruntukan lahan yang
bersumber dari RTRW tahun 2011-2031.
3. Tahap Analisis Data
Analisis Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan
Analisis citra IKONOS tahun 2010 dan 2012 dilakukan melalui
interpretasi visual. Identifikasi obyek merupakan bagian pokok dalam interpretasi
citra yang mendasarkan pada karakteristik dari masing-masing obyek. Berikut
delapan unsur interpretasi, yaitu :
1. Rona. Rona adalah warna atau kecerahan relatif obyek pada citra. Rona cerah
mengisyaratkan daerah dengan topografi tinggi dan kering sedangkan rona
gelap daerah dengan topografi rendah dan basah (Sutanto, 1997).
2. Bentuk. Bentuk adalah kofigurasi atau kerangka suatu obyek (Sutanto, 1997).
3. Ukuran. Ukuran suatu obyek yang harus dipertimbangkan sehubungan
dengan skala citra (Sutanto, 1997).
4. Tekstur. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi
(Sutanto, 1997).
5. Pola. Pola adalah hubungan susunan spasial obyek. Pengulangan bentuk
umum tertentu merupakan karakteristik bagi banyak obyek alamiah dan akan
membantu penafsir untuk mengenali obyek tersebut (Sutanto, 1997).
6. Bayangan. Bentuk bayangan dapat memberikan gambaran suatu obyek
(membantu interpretasi) dan obyek di bawah bayangan hanya dapat
memantulkan sedikit cahaya dan sukar diamati (menghalangi interpretasi)
(Sutanto, 1997).
7. Situs. Situs adalah lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek lain, yang
dapat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek (Sutanto, 1997).
8. Asosiasi. Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek satu dengan obyek yang
lain (Sutanto, 1997).
Berdasarkan hasil interpretasi yang dilakukan dengan digitasi on screen
dan pengecekan lapang, didapatkan beberapa penggunaan/penutupan lahan, yaitu
(1) kebun campuran, (2) kolam, (3) ladang, (4) pemukiman teratur, (5)
pemukiman tidak teratur, (6) kawasan industri, (7) kawasan pendidikan dan
perkantoran, (8) lahan tidak produktif, (9) sawah, dan (10) sungai. Pengecekan
lapang digunakan untuk memperkuat hasil analisis dengan melihat penggunaan
lahan yang ada dan dibandingkan dengan peta penggunaan/penutupan lahan hasil
interpretasi. Selain itu pengecekan lapang berguna untuk memperoleh informasi

10
dari masyarakat sekitar yang tidak bisa didapat dari citra. Untuk mengetahui
perubahan yang terjadi, dilakukan proses tumpang tindih antara peta
penggunaan/penutupan lahan tahun 2010 dengan peta penggunaan/penutupan
lahan tahun 2012.
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan/Penutupan
Lahan
Perubahan penggunaan/penutupan lahan yang dianalisis yaitu perubahan
dari lahan tidak produktif menjadi lahan pertanian, perubahan dari lahan pertanian
menjadi lahan terbangun, dan perubahan dari lahan tidak produktif menjadi lahan
terbangun pada periode tahun 2010-2012. Analisis menggunakan regresi berganda
dengan metode forward stepwise pada perangkat lunak Statistica 7. Pada Tabel 2
disajikan variabel data yang digunakan dalam analisis regresi berganda.
Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah:
Y
dimana, Y
Xi
Ai

= A0 + A1X1 + A2X2 + … + AnXnb
= Peubah penjelas
= Peubah penduga ke i, dengan i=1,2,..,16
= Koefisien regresi peubah ke-i

Tabel 2. Variabel Bebas dan Tak Bebas untuk Mengidentifikasi Faktor Penentu
Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan

Y1
Y2
Y3
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7

Simbol Variabel
Luas Lahan Tidak Produktif  Lahan Pertanian
X8
Luas Lahan Pertanian  Lahan Terbangun
X9
Luas Lahan Tidak Produktif  Lahan Terbangun X10
Jarak Desa ke Kecamatan
X11
Jarak Desa ke Walikota
X12
Luas Lahan Pertanian 2010
X13
Luas Lahan Tidak Produktif 2010
X14
Luas Lahan Terbangun 2010
X15
Alokasi Lahan Terbangun
X16
Alokasi Lahan Pertanian

Indeks Perkembangan Desa
Pertambahan Jumlah Penduduk
Jarak ke Fasilitas Pendidikan
Jarak ke Fasilitas Kesehatan
Jarak ke Fasilitas Ekonomi
Pertumbuhan Fasilitas Pendidikan
Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan
Pertumbuhan Fasilitas Ekonomi
Pertumbuhan Fasilitas Sosial

Analisis Keterkaitan Perubahan Penggunaan/Penutupan Lahan dengan
Tingkat Perkembangan Wilayah
Tingkat perkembangan (hirarki) wilayah Kota Sukabumi tahun 2009 dan
2012 ditentukan dengan analisis skalogram. Hirarki ditentukan atas dasar jumlah
fasilitas umum, yang dikelompokkan menjadi fasilitas ekonomi, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas sosial. Pada Tabel 3 disajikan
variabel yang digunakan dalam analisis skalogram. Penentuan tingkat
perkembangan wilayah di bagi menjadi tiga yaitu :
Hirarki I
Hirarki II
Hirarki III

: Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih besar dari nilai stdev
dan rata rata [IPD>(Stdev+Average)]
: Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih besar sama dengan
rata-rata (IPD>=Average)
: Jika nilai Indeks Perkembangan Desa lebih kecil dari rata-rata
(IPD