Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI GAMBIR

(STUDI KASUS KABUPATEN PAKPAK BHARAT) Skripsi

Diajukan Oleh: MEDIAWATI SOLIN

060501028

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production

(A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find

how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.

In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.

The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.

Keywords: The wide of farm, Plants amount, Fertilizer, Labor, The gambir production.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.

Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.

Kata Kunci: Luas lahan, Jumlah pohon, Pupuk, Tenaga kerja, Jumlah produksi gambir.


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat dah hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat selesainya studi jenjang Strata 1 (S1) di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Selain itu skripsi ini merupakan laporan akhir dari penelitian yang dilakukan penulis mengenai ”Analisis Faktor

Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir.(Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat). Berkat kerja keras, doa yang dipanjatkan,

dorongan serta bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku yang sangat aku sayangi Latan Solin dan Nurayan Br Tumangger, yang telah memberikan dukungan berupa moril dan materil dan kasih sayang yang tiada henti hentinya kepada penulis. Terima kasih telah melahirkan, membesarkan, mendidik dan memberikan kasih sayang serta do’a dan dukungannya yang sangat bermakna bagi penulis, Hanya Allah yang dapat membalas semuanya.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, MEc, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Raina Linda Sari. SE.Msi, selaku Dosen Wali yang telah memberikan banyak waktu dan arahan bagi penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ekonomi Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad afifuddin,MEc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rahmad S Hasibuan C.A.E, MSi, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan saran – saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution. M.si, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, K.Leny, B.Sugi dan B.Hery ,terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari kuliah sampai selesainya penulisan skripsi ini.

9. Seluruh petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat selaku responden dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan informasi-informasi penting bagi penulis dalam melakukan penelitian skripsi ini. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih Kepada Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat yang telah membantu penulis dalam memberikan data data yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

11.Kedua adik ku yang tersayang Eva Elvianto Solin dan Suparlin Solin yang telah membantu penulis dalam melakukan riset,memberikan kasih sayang dan dukungan, kritik dan saran kepada penulis. Terima kasih atas kasih sayang dan dukungan yang telah kalian berikan semoga kita bertiga menjadi anak yang berguna, dan dapat membuat orang tua kita bangga. 12.Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan kepada penulis:

Tonga & Nantonga, Patua & Nantua, Uda & Panguda, Mbu dan Mambrru, Puhun & Nampuhun. Terima kasih atas nasehat dan semangat yang telah diberikan kepada penulis, mulai dari kuliah sampai selesai.


(6)

13. Buat Mbu Nina, terima kasih atas dukungan dan motivasi serta nasehat yang diberikan, yang sangat berharga bagi penulis saat mulai menginjakkan kaki di Medan.

14.Buat kakakku Mersiani Solin.Amd, abangku Lamri Solin, Beda Berasa, Pun Hendri, adekku Erdiani, Pirnama, Helmi, Saper, Sabar, Yuyu, Taufik, Dani, Angga, Anggi, Wandi, Irwan, Srik, Hamdan, Amir, Endra, Oka dan Rahma, terima kasih buat nasehat dan dukungan kalian semua selama ini 15.Buat teman teman seperjuanganku di EP, Rasidah Angkat, Rifany Yunika

Siregar, Khairiati dan Dosma Sihotang, terima kasih sobat atas kebersamaan yang telah kalian berikan buatku, bantuan dalam setiap kesusahanku, semoga persahabatan kita abadi selamanya.

16.Teman senasib dan seperjuanganku Rasidah Angkat, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis dalam segala hal baik di kampus maupun dikost, terima kasih sobat atas masukan masukan yang telah diberikan semoga persahabatan kita abadi selamanya.

17.Terima kasih banyak buat Lisnawati Tinendung dan Putri Cibro yang telah memberikan semangat dan masukan masukan serta telah menjadi sahabat yang baik bagi penulis.

18.Buat teman teman seperjuangan dalam Pengantar Ekonometrika, Cidah, Fany, Chery, Jhonson, Irwin, Rahmad, Azmal, Arisandi dan Andreas makasih buat kerjasamanya.

19.Teman teman Ekonomi pembangunan, Nuraini, Ririn, Friska, Wirda, Azmal, Rahmad, Aziz, Fadli, Hafaz, Rizky, Irman, Anim, Ayom, Phika, Yeni, Anita, Sherly, Devy, Reny, Charly, Donal, Julkifli, Ahmadi, Asniari, David Zulkarnain,Roma Mona, Putra, Yuni, Naskah, Putra P, B. Egi, Mira Berutu dan seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

20.Teman teman dikost G23, K.Ana, K.Intan, K.Wi2k, Ririn, Lisna, Cidah, Lina, Ina, Wina, Tiwi, Dini, Ria, Tami, Irma, Miska dan Grace, terima kasih atas kebersamaan atas bantuan yang telah kalian berikan.

21.Buat bang Arjun terima kasih atas segala dukungan baik moril maupun materil, spirit untuk bisa bertahan dalam kesusahan, pandangan pandangan


(7)

yang berguna agar dapat menjalani hidup menjadi yang lebih baik, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah di berikan.

22.Buat semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu dalam skripsi ini. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat ,mengharapakan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Medan, Juni 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan ... 8

1.3 Hipotesis ... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ekonomi Pertanian ... 11

2.2 Pembangunan Pertanian ... 12

2.3 Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian ... 14

2.4 Teori Produksi ... 16

2.4.1 Teori Produksi Dengan Satu Faktor Berubah ... 17

2.4.2 Teori Produksi Dengan Dua Faktor Berubah ... 23

2.4.3. Production Possibility curve ... 23

2.4.4. Fungsi Produksi ... 25


(9)

2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas ... 26

2.5. Faktor Faktor Produksi ... 29

2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir ... 33

2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir ... 33

2.6.2. Proses Produksi Komoditi Tanaman Gambir ... 40

2.6.3. Diagram Alir Pengolahan Daun Gambir ... 45

2.6.4. Manfaat Gambir ... 46

2.7. Wilayah Potensi Besar Pengembangan Komoditi Gambir di Indonesia ... 46

2.7.1. Provinsi Sumatera Barat ... 46

2.7.2. Provinsi Sumatera Utara ... 47

2.7.3. Provinsi Riau ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian ... 50

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 50

3.3 Penentuan Populasi dan Sampel ... 51

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5 Pengolahan Data ... 52

3.6 Model Analisis Data ... 52

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 55

3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 55


(10)

3.7.3 Uji f-statistik ... 56

3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 58

3.8.1 Multikolinearitas ... 58

3.8.2 Heteroskedastisitas ... 58

3.8.3. Cara Mengobati Heterokedastisitas ... 59

3.8.4 Normalitas ... 60

3.9 Defenisi Operasional Variabel ... 60

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat ... 62

4.1.1 Iklim ... 66

4.1.2 Demografis ... 66

4.1.3 Keadaan Sosial dan Budaya ... 67

4.1.4 Potensi Wilayah ... 67

4.1.5 Perkembangan Tanaman Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat ... 68

4.1.6 Produksi Tanaman Gambir ... 69

4.2 Karakteristik Responden ... 71

4.3 Analisis Data ... 82

4.3.1 Interpretasi Model ... 82

4.3.2 Test of Goodness of Fit ... 85


(11)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 94 5.2 Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Ekspor Komoditi Gambir Menurut Negara Tujuan Tahun 2006 ... 3

1.2 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat ………...… 4

1.3 Luas Serta Produksi Tanaman Gambir di kabupaten Pakpak Bharat .... 6

2.1 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi………. 19

2.2 Gabungan Tenaga Kerja dan Modal Untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi ………..…... 29

2.3 Daerah Sentral serta Luas Tanaman Gambir di Provinsi Sumatera Barat. ………... 47

2.4 Luas dan Produksi Gambir Perkecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 48

4.1 Kecamatan, Desa, Jumlah Penduduk dan Luas Setiap Kecamatan Kabupaten Pakpak Bharat ……….………... 64

4.2 Umur Responden ……….……… 72

4.3 Tingkat Pendidikan Responden ……….. 73

4.4 Jumlah Tanggungan Responden ………. 74

4.5 Luas Lahan Responden ………... 75

4.6 Jumlah Pohon Gambir Responden …..………...……. 76


(13)

4.8 Jumlah Tenaga Kerja ………... 78

4.9 Jumlah Produksi Gambir Responden ………. 79

4.10 Hasil Regresi Jumlah Produksi Gambir ……….. 83


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Proses Produksi………..………. 14

2.2 Kurva Tahapan Produksi ……….. 19

2.3 Kurva Production Possibility Curve ………. 22

3.1 Kurva Uji t- Statistik ……… 53

3.2 Kurva Uji F- Statistik ………... 54


(15)

ABSTRACT

This research is entitled “Determinant Analyze of Gambir Production

(A Case Study: Kabupaten Pakpak Bharat)”. This research is aimed to find

how production of gambir in Kabupaten Pakpak Bharat and how are the effect of the wide of farm, gambir plants amount, the fertilizer usage, and labor usage in Kabupaten Pakpak Bharat. The data of this research are primer data are gained from farmer gambir of Kabupaten Pakpak Bharat by interviewing the people by using question list.

In analyzing the effects of independent variables toward dependent variables is used econometric model by regression all variables by using Ordinary Least Square Method. The regression result shows that the variables of the wide of farm has negatif effect and is statistically don.t toward the number of the gambir production, gambir plants amount has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production. The fertilizer usage has positive effect and is statistically significant toward the number of the gambir production and the variables of the labor usage is positive effect and in statistically significant towards the number of the gambir production.

The coefficient determining (R2) the result shows that the variables of the number of the gambir production as dependent variable can be described by the independent variables, the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labour usage variables for 57.52% and the rest 42.48% is described by the other variables out of the model. The overall test use F where F sums (22.00) > F table (2.75) which means that the variables of the gambir plants amount, the fertilizer usage and the labor usage are significantly effective towards the gambir production. The deviation test with classic assumption uses the multicollinearity, normalitas and the heterocedasticity test. These test show that there is any deviation towards classic assumption is heterocedasticity.

Keywords: The wide of farm, Plants amount, Fertilizer, Labor, The gambir production.


(16)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Gambir (Studi Kasus: Kabupaten Pakpak Bharat)”. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah produksi gambir, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan, jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Data yang digunakan adalah data primer yaitu data yang diperoleh dari petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan.

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel variabel yang ada menggunakan metode kuadrat terkecil (ordinary least Square). Dari hasil regresi ,variabel luas lahan berpengaruh negative terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik tidak berpengaruh signifikan, variabel jumlah pohon gambir berpengaruh positip terhadap jumlah produksi gambir dan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir, variabel pengeluaran pupuk berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikaan terhadap jumlah produksi gambir dan variabel penggunanaan tenaga kerja berpengaruh positip serta secara statistik berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi gambir.

Hasil uji koofisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa jumlah produksi gambir sebagai variiabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel variabel independen yaitu jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja sebesar 57.52% dan sisanya 42.48% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam model estimasi. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F hitung (22.00) > F tabel (2.75) artinya variabel jumlah pohon gambir, penggunaan pupuk dan penggunaan tenaga kerja berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah produksi gambir. Uji penyimpangan asaumsi klasik menggunakan uji multikolinearits, uji normalitas dan uji heterokedastisitas, dari uji tersebut dalam penelitian ini terdapat penyimpangan asumsi klasik yaitu terdapat gejala heterokedastisitas.

Kata Kunci: Luas lahan, Jumlah pohon, Pupuk, Tenaga kerja, Jumlah produksi gambir.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional. Pertanian merupakan sektor terbesar pada setiap ekonomi Negara berkembang. Sektor ini menopang sebagian besar perekonomian penduduknya melalui penyediaan pangan dan juga memberikan lapangan pekerjaan.

Hingga saat ini, sektor pertanian masih memegang peranaan penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari jumlah penduduk dan tenaga kerja yang diserap dalam sektor pertanian, mencapai 42,3 juta orang atau 44,5% dari total tenaga kerja nasional.

Bila dilihat dari kondisi perekonomian propinsi Sumatera Utara, sektor pertanian mempunyai peranaan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi. Dimana sektor pertanian memberikan kontribusi bagi PDRB yakni sebesar 24,94%. Serta penyerapan tenaga kerja sebesar 56,03%. Tujuan pembangunan di sektor pertanian selain untuk meningkatkan produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pertanian.

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas 1.218.30 km2 terdiri dari 8 kecamatan, yakni kecamatan Salak, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng Getteng Sengkut, Kecamatan Siempat rube, Kecamatan Kerajaan dan Kecamatan Tinada. Berdasarkan keadaan alam dan topografi kabupaten Pakpak


(18)

Bharat, sektor pertanian merupakan potensi yang terbesar mendukung perekonomian masyarakat. Hasil pendataan rumah tangga sensus pertanian 2008, terdapat 8.292 rumah tangga pertanian di kabupaten Pakpak Bharat. Mencakup kegiatan bertani dan berkebun. Dari seluruh jumlah rumah tangga pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat 80% adalah merupakan petani pengguna lahan dengan produksi jenis tanaman padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat dan hortikultura. (BPS: Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Angka: 2008).

Salah satu tanaman perkebunan rakyat yang saat ini memberikan kontribusi yang cukup besar untuk menopang kehidupan petani di kabupaten Pakpak Bharat adalah tanaman Gambir. Gambir merupakan tanaman menjalar sebangsa kopi kopian (uncaria gambir roxb). Dalam perdagangan gambir dikenal dengan berbagai nama sebagai berikut yakni:kateku kuning, kacu terra dan cutch. Di Samping itu dikenal beberapa nama gambir di daerah seperti Gambe (Nias), Gambie (Minangkabau), Kacu (Gayo), Sontang (Batak Toba), Gaambir (Pakpak), Ghambir (Madura). Tanaman gambir pada umumnya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup banyak. Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu vegetative dan generative.

Indonesia adalah Negara pengekspor gambir utama dunia. Negara tujuan ekspor gambir adalah Bangladesh, India, Singapura, Malaysia, Jepang dan beberapa Negara Eropa. Pengembangan tanaman gambir di Indonesia pada prinsipnya sangat prospektif. Pada tahun 2006, volume ekspor tercatat 7.975.891 ton dan perolehan devisa sebesar 8.281.991 ribu Dolar AS. Sejalan dengan berkembangnya jenis-jenis barang industri yang memerlukan bahan baku gambir,


(19)

maka kebutuhan akan gambir dalam industri semakin meningkat. India membutuhkan 6.712.037 kg gambir kering setiap tahun. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Ekspor Komoditi Gambir Tahun 2006 Menurut Negara Tujuan

No

Negara Tujuan

Tahun 2006

Volume (kg) Nilai (USD)

1 Australia 40.000 78.721

2 Hongkong 324.000 277.100

3 Bangladesh 1.610 2.508

4 India 6.712.037 7.030.879

5 Jepang 7.000 41.300

6 Malaysia 5.000 6.000

7 Nepal 250.000 366.509

8 Pakistan 499.294 328.822

9 Filiphina 88.000 5.500

10 Saudiarabia 5.000 10.059

11 Singapura 37.790 120.928

12 Taiwan 5.000 9.775

13 Thailand 1.160 3.890

Total 7.975.891 8.281.991

Sumber:Dinas Pertanian 2006

Gambir telah lama dikenal sebagai campuran bahan makanan sirih. Gambir juga digunakan sebagai bahan ramuan obat, bahan pembatik, ramuan cat, pewarna tekstil dan industri bir. Gambir dapat menghambat pertumbuhan jamur

phytophora cinnamomi dan cukup berpotensi sebagai anti bakteri dan anti jamur.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ekstrak gambir digunakan sebagai bahan aktif pada pasta gigi dan biopestisida. Di Jepang gambir dipakai dalam


(20)

pembuatan permen khusus bagi perokok yang fungsinya dapat menetralisir nikotin.

Provinsi Sumatera Barat adalah penghasil komoditi gambir terbesar di Indonesia, yakni di Kabupaten Lima Puluh Kota. Berdasarkan data dinas perkebunan Provinsi Sumatera Barat, total luas areal tanaman gambir di Sumatera Barat adalah 13.749.75 Ha dengan daerah penghasil utama Kabupaten Lima Puluh Kota dan produksi pertahun berjumlah 8.166.40 ton dalam bentuk gambir mentah. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2. Luas Serta Produksi Komoditi Gambir di kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat.

No Kecamatan

Luas Lahan

(Ha) Produksi (Ton)

1 Bukit Barisan 2.581.75 1.452.00

2 Guguak 31.00 9.80

3 Mungka 862.00 439.50

4 Payakumbuh 85.00 35.00

5

Lareh Sago

Halaban 656.00 345.80

6 Harau 442.00 232.40

7

Pangkalan

Koto Baru 3.705.00 1.99.20

8 Kapur IX 5.429.00 3.605.70

Jumlah

13.749.75 8.166.40

Sumber:Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota 2005

Kabupaten Pakpak Bharat merupakan penghasil gambir terbesar kedua setelah Provinsi Sumatera Barat. Di kabupaten Pakpak Bharat, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe dan Kecamatan Kerajaan adalah penghasil produksi gambir terbesar dibandingkan enam kecamatan lainnya.


(21)

Pengolahan gambir dilakukan dengan perebusan atau pengukusan daun gambir, lalu diperas dengan sapik/kapiten (alat tradisional untuk memeras getah gambir). Hasil perasan berupa getah/filtrate akan dikentalkan dalam suatu wadah seperti ember atau bak kayu sehingga mengeras dan menjadi pasta gambir. Lalu dilakukan penirisan/ditingtingi dengan karung dan ditindih dengan batu atau cora semen selama sehari, sehingga serupa dengan adonan kue.

Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan silinder bambu dan membentuk bulatan sebesar kepalan tangan, pencetakan dengan silinder bambu biasanya dijual perbuah sedangkan pencetakan dengan membentuk seperti bulatan bulatan sebesar kepalan tangan dijual per kilogram. Dan yang paling terahir dilakukan pengeringan sampai kadar air dibawah 17%. Kualitas gambir sangat ditentukan oleh proses pengolahan getah gambir dan mutu daun gambir. Daun gambir yang diolah sebaiknya daun gambir yang tidak muda dan tidak terlalu tua. Karena apabila daun gambir masih muda belum banyak menghasilkan getah dan apabila terlalu tua daunnya sudah kekuning-kuningan sehingga getah yang dihasilkan tidak berkualitas. Pada proses pengolahan daun gambir menjadi getah, ketelitian pemetikan daun serta pemerasan daun, kebersihan peralatan pengolah, lingkungan pengempaan dan tempat penjemuran serta pengaruh cuaca dapat mempengaruhi kualitas gambir, biasanya waktu untuk pengeringan gambir dilakukan selama satu minggu.

Berdasarkan data departemen pertanian Kabupaten Pakpak Bharat, luas areal tanaman gambir di kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.036.14 Ha, total luas tanaman gambir dari 8 kecamatan di kabupaten Pakpak Bharat. Dan jumlah produksi pertahunnya adalah 1.524.12 ton. (Dinas Pertanian dan Perkebunan


(22)

Kabupaten Pakpak Bharat:2009). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.3. Luas serta Produksi Komoditi Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

No Kecamatan

Luas Area (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata Produksi (Kg/Ha/Thn)

1 Salak 34.5 1550 53.48

2 Sitellu Tali Urang Jehe 116.81 1600 174.1

3 Pagindar 574 1750 873.25

4 Sitellu Tali Urang Julu 12 1550 18.6 5 Pergetteng G. Sengkut. 98 1600 115.2

6 Kerajaan 8 1600 12.8

7 Tinada 80.3 1600 120.48

8 Siempat Rube 112.53 1575 156.21

Jumlah 1.036.14 12.582 1.524.12

Sumber:Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat.

Perkembangan pasar getah gambir pada tiga tahun terakhir relatif menguntungkan bagi petani gambir, hal ini dapat dilihat dari tingginya harga gambir dan setiap tahun mengalami peningkatan. Harga getah gambir kering per kilogram saat ini adalah sebesar Rp.25.000/kg, sedangkan gambir yang masih cair (sering disebut gambir bubur) Rp.3.000/kg, dan gambir yang cara penjualannya perbuah, harga jualnya adalah 1 buah Rp.1.000,00 tetapi cara pengolahan gambir yang dijual perbuah berbeda dengan cara pengolahan getah gambir per kilogram. Pengolahan gambir dengan cara ini proses pengolahannya harus bersih, warnanya tidak terlalu merah, pengeringannya harus benar benar kering dan terasa sangat ringan saat diangkat. Serta proses pembentukannya


(23)

memakai cetakan tertentu. Dan bentuknya biasanya sudah ditentukan oleh agen atau pedagang pengumpul.

Penelitian mengenai masalah tingkat produksi gambir di Indonesia belum memperoleh perhatian yang cukup. Terutama penelitian yang mengkaji aspek ekonominya. Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dan yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Pembangunan pertanian berusaha untuk meningkatkan hasil produksi dan diikuti dengan peningkatan pendapatan petani.

Hasil produksi suatu komoditi dipengaruhi oleh berbagai hal, yang disebut dengan faktor produksi. Menurut pengertiannya, faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa. Atau jika dikaitkan dengan tanaman, faktor produksi adalah semua pengorbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produk pertanian yang baik.

Di dalam pengusahaan dan pengolahan tanaman gambir diperlukan faktor faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman tersebut, sebagai sarana produksi, seperti luas lahan, jumlah pohon gambir, jumlah tenaga kerja, pupuk\ kompos, pestisida, peralatan pengolahan dan lain lain yang turut serta mempengaruhi tingkat produksi tanaman gambir. Dan diperlukan juga bidang usaha yang mempergunakan getah gambir tersebut sebagai bahan baku dari suatu produk.

Kabupaten Pakpak Bharat sangat cocok untuk dijadikan pusat pertanian gambir yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah tersebut. Dan sesuai dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti


(24)

dan menulis skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Produksi Gambir dengan Studi Kasus pada Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perlu dibuat rumusan masalah agar pelaksanaan penelitian dapat dilakukan dengan baik.

Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

2. Bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

3. Bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

4. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat?

1.3. Hipotesis.

Hipotetis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka untuk keperluan penelitian dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Luas lahan berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris paribus.

2. Jumlah pohon gambir berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris paribus.


(25)

3. Penggunaan pupuk berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.

4. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh positif terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat, ceteris Paribus.

1.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh luas lahan terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah pohon gambir terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bhatat

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan pupuk terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten PakpakBharat.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan tenaga kerja terhadap tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

5. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi gambir di kabupaten Pakpak Bharat.

1.5. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan referensi bagi petani gambir di Kabupaten Pakpak

Bharat dalam mengambil keputusan terkait pengembangan produksi

gambir di daerah tersebut.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah, terutama para


(26)

merumuskan perencanaan dan kebijakan pembangunan daerah khususnya yang berkaitan dengan peningkatan produksi gambir.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperbanyak dan menambah sumbangan terhadap ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu ekonomi.

4. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Ekonomi Pertanian.

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dan ilmu pertanian, ilmu ekonomi adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat juga dikatakan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari suatu proses yang terjadi pada masyarakat, yang bertujuan untuk mendapatkan materi yang cukup. (Daniel mohar.2002.pengantar ekonomi pertanian: 8). Ilmu pertanian dapat dibedakan berdasarkan arti luas dan arti sempit, pertanian dalam arti luas mencakup:

1. Pertanian rakyat atau sering disebut sebagai pertanian dalam arti sempit. 2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan

besar). 3. Kehutanan. 4. Peternakan.

5. Perikanan (dalam perikanan dibagi menjadi dua bagian yaitu perikanan darat dan perikanan laut).

Pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana diproduksi bahan makanan utama seperti, beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian) dan tanaman tanaman hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Usaha tani ini pada umumnya diusahakan dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan (subsistensi) petani dan keluarganya. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa


(28)

hasilnya sebagian besar untuk memenuhi konsumsi keluarga dan faktor faktor produksi atau modal yang dipergunakan sebagian besar berasal dari usaha tani itu sendiri (Mubyarto.1985: pengantar ekonomi pertanian: 15).

Dengan demikian ilmu ekonomi pertanian adalah ilmu yang mempelajari prilaku petani serta fenomena fenomena dan persoalan persoalan yang berhubungan dengan pertanian baik secara mikro maupun makro. Mencakup prilaku petani dalam kehidupan pertaniannya, proses pengolahan hasil hasil pertanian, perdagangan internasional atas hasil hasil pertanian, kebijaksanaan pertanian, hukum hukum dan hak hak pertanahan. (Mubyarto:1985: pengantar pertanian:4)

2.2. Pembangunan Pertanian.

Berbagai hal dapat dilakukan untuk dapat mengembangkan pertanian sejak saat ini. Kesejahteraan petani dan keluarganya merupakan tujuan utama yang harus menjadi prioritas dalam melakukan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan pertanian. Sektor pertanian menjadi prioritas pertama bagi Negara negara berkembang karena sektor ini ditinjau dari berbagai segi merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Misalnya kontribusi terhadap pendapatan nasional, peranaannya dalam penyerapan tenaga kerja pada penduduuk bertambah dengan cepat, serta kontribusinya dalam menghasilkan devisa.

Tujuan pembangunan akan tercapai apabila memperhatikan kaidah usaha dalam usaha tani dan dukungan pangan yang kuat bagi masyarakat. Kaidah usaha tani meliputi prinsip usaha yakni: keuntungan, sementara pangan yang kuat adalah


(29)

jaminan bahwa seluruh warga terjaga keamanan pangannya. Model pengembangan pertanian yang digunakan oleh Depertemen Pertanian selama ini dapat dijadikan acuan.

Dalam mengembangkan usaha tani kegiatan utama yang harus dilakukan adalah peningkatan produksi barang pertanian yang dihasilkan petani, meningkatkan produktivitas pertanian serta mendorong pengembangan komoditas yang sesuai dengan potensi wilayah. Peningkatan produksi pertanian apabila ingin meningkatkan pendapatan petani merupakan keharusan dalam pembangunan pertanian. Kualitas dan kuantitas yang baik dari produk pertanian yang dihasilkan petani sangat mempengaruhi pendapatan petani. Pasar sangat menuntut kualitas produk sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan tingkat pendapatan masyarakat.

Program program pembangunan pertanian pada hakikatnya adalah rangkaian upaya untuk memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem pertanian dan usaha-usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisir untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program pembangunan pertanian diarahkan kepada tujuan pembangunan pertanian jangka panjang yaitu sektor pertanian sebagai andalan dalam pembangunan nasional.

Ketangguhan perekonomian nasional dengan basis agraris sebagaimana Indonesia tidak ada pilihan lain kecuali meningkatkan ketangguhan sektor pertanian. Sangat relevan apabila visi, misi, tujuan dan strategi pembangunan


(30)

pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian dalam mendukung perekonomian nasional. (Hanani, dkk:2003:75).

2.3. Syarat – Syarat Pembangunan Pertanian.

Berhasilnya pembangunan ditentukan oleh beberapa syarat yang berbeda- beda antar Negara atau daerah. Kondisi tersebut meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial , budaya dan lain lain. A.T.Mosher dalam bukunya Getting

Agriculture Moving (1965) yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia

telah menganalisis syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak Negara dan menggolongkannya menjadi syarat syarat mutlak dan syarat syarat pelancar. Menurut Mosher ada lima syarat yang harus ada untuk adanya pembangunan pertanian. Kalau satu syarat saja tidak ada maka terhentilah pembanguanan pertanian, pertanian dapat berjalan terus tapi statis. Syarat syarat mutlak tersebut adalah:

1.Adanya pasar untuk hasil hasil usaha tani. 2.Teknologi yang senantiasa berkembang.

3.Tersedianya bahan bahan dan alat alat produksi secara lokal. 4.Adanya perangsang produksi bagi petani.

5.Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontiniu.

Disamping kelima syarat syarat mutlak di atas , menurut Mosher ada lima syarat lagi yang keberadaannya tidak harus ada, akan tetapi kalau ada akan sangat memperlancar pembangunan pertanian.


(31)

1. Pendidikan dan pembangunan. 2. Kredit produksi.

3. Kegiatan gotong royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian.

5. Perencanaan nasional daripada pembagunan pertanian.

Analisa yang lebih mendalam atas kesepuluh syarat-syarat diatas berdasarkan pengalaman pembangunan pertanian di negara kita, bahwa iklim pembangunan yang merangsang adalah kunci utama. Iklim yang merangsang bagi pembangunan pertanian telah dapat tercipta dengan pelaksanaan Repelita mulai 1969/1970 yang secara tegas memberi prioritas pada sektor pertanian.

Di samping adanya repelita yang sifatnya merangsang itu pemerintah menciptakan kebijaksanaan kebijaksanaan khusus yang sifatnya merangsang pula. Misalnya kebijakan harga beras minimum (floor price), subsidi harga pupuk, kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian yang intensif, perlombaan perlombaan dengan hadiah yang menarik pada petani teladan dan lain lain.

Pendidikan pembangunan pada para petani di desa, baik mengenai teknik-teknik baru dalam pertanian maupun mengenai ketrampilan ketrampilan lainnya juga sangat membantu menciptakan iklim yang menggiatkan usaha pembangunan. Kebijaksanaan dalam bidang tata niaga yang berupa pemberian premi pada mutu komoditi yang terbaik merupakan contoh lain dalam pemberian perangsang, misalnya dalam hal harga gambir dan harga nilam. Akhirnya kebijaksanaan harga pada umumnya yang menjamin stabilisasi harga-harga hasil pertanian merupakan contoh yang dapat meningkatkan rangsangan pada petani untuk bekerja lebih giat


(32)

dan mereka akan lebih pasti dalam usaha untuk meningkatkan produuksi. (Mubyarto:1985: pengantar ekonomi pertanian:194).

2.4. Teori Produksi

Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor faktor produksi (input). Atau dengan kata lain menunjukkan sifat hubungan diantar faktor faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan.

Gambar 2.1. Proses Produksi

Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi dituliskan sebagai berikut:

Q= f(K, L, R.T)

Dimana: K= Jumlah stok modal.

L= Jumlah tenaga kerja. Meliputi berbagai jenis tenaga kerja dan keusahawanan.

R= Kekayaan alam.

T= Tekhnologi ysng digunakan.

Q= Jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor Input(modal, tenaga

kerja, bahan baku dan lain-lain

Fungsi produksi (dengan tekhnologi tertentu)

Output (barang/ jasa)


(33)

Persamaan tersebut merupakan suatu pernyataan matematik yang pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada jumlah modal, jumlah tenaga kerja, jumlah kekayaan alam, dan tingkat tekhnologi yang digunakan.

Fungsi produksi untuk setiap komoditi juga diartikan sebagi suatu persamaan tabel atau grafik yang menunjukkan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi perunit waktu untuk setiap kombinasi input alternative, bila menggunakan teknik produksi yang tersedia. Fungsi produksi pertanian yang sederhana diperoleh dengan menggunakan berbagai alternative jumlah tenaga kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah tertentu yang tetap mencatat alternative output yang dihasilkan per unit waktu. Sebagai contoh fungsi produksi gambir menunjukkan jumlah getah ( filtrate) yang dihasilkan dari luas areal tanaman gambir, jumlah pohon gambir yang ditanam, banyaknya tenaga kerja yang digunakan, banyaknya pupuk dan obat obatan yang digunakan dan lain lain.

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan berikut:

1. Teori produksi dengan satu faktor berubah. 2. Teori produksi dengan dua faktor berubah.

2.4.1. Teori Produksi dengan Satu Faktor Berubah.

Teori produksi dengan satu faktor berubah yaitu teori produksi sederhana yang menggambarkan tentang hubungan diantara tingkat produksi suatu barang dengan julah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat


(34)

produksi barang tersebut. Dalam analisis ini dimisalkan bahwa faktor faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan, teknologi juga dianggap tidak mengalami perubahan, satu-satunya faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya adalah tenaga kerja.

Hukum Hasil Lebih Yang Semakin Berkurang.

Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari hubungan diantara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya ( tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak satu unit , pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, akan tetapi jika sudah mencapai tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya akan mencapai nilai negative. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya mencapai tingkat yang maksimum dan kemudian menurun.

Dengan demikian hukum hasil lebih yang semakin berkurang dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama: produksi total mengalami pertambahan yang semakin kuat.

b. Tahap kedua: produksi total pertambahannya semakin lambat. c. Tahap ketiga: produksi total semakin lama semakin berkurang.


(35)

Tabel 2.1

Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dan Jumlah Produksi Tanah (hektar) 1 Tenaga kerja (orang) 2 Produks i total (unit) 3 Produksi marginal (unit) 4 Produksi rata rata (unit) 5 Tahap 6 (Unit) (6) 1 1 1 1 2 3 150 400 810 150 250 410 150 200 270 Pertama 1 1 1 1 1 4 5 6 7 8 1080 1290 1440 1505 1520 270 210 150 65 15 270 258 240 215 180 Kedua 1 1 9 10 1440 1300 -80 -140 160 130 Ketiga

Dalam tabel 2.1. dijelaskan suatu gambaran mengenai produksi suatu barang pertanian diatas sebidang tanah yang tetap jumlahnya , tetapi jumlah tenaga kerjanya berubah- ubah. Dalam gambaran itu ditunjukkan dalam kolom (3) mengalami pertambahan yang semakin cepat apabila tenaga kerja ditambah 1 menjadi 2 dan 2 menjadi 3. Maka dalam kegiatan ini produksi mencapai tahap pertama. Dalam tahap ini setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan tambahan


(36)

produksi yang semakin besar dari yang dicapai pekerja sebelumnya. Dalam analisis ekonomi produksi ini disebut sebagai produksi marginal pekerja yang semakin bertambah. Data dalam kolom ke empat yaitu data produksi marginal pada tahap pertama, menggambarkan keadaan tersebut.

Apabila tenaga kerja ditambah dari tiga menjadi empat, kemudian dari empat menjadi lima, dari lima menjadi 6 selanjutnya menjadi 7. Produksi total tetap bertambah, tetapi jumlah pertambahannya semakin lama semakin sedikit. Maka dalam keadaan ini produksi mencapai tahap kedua, yaitu keadaan dimana produksi marginal semakin berkurang. Maksudnya setiap pertambahan pekerja akan menghasilkan tambahan produksi kurang daripada tambahan produksi pekerja sebelumnya.

Pada tahap ketiga, pertambahan tenaga kerja tidak akan menambah produksi total yaitu produksi total berkurang. Pada waktu tenaga kerja bertambah dari 7 menjadi 8 , produksi total masih mengalami peningkatan, yakni sebanyak 15 unit. Akan tetapi apabila satu lagi tenaga kerja ditambah dari 8 pekerja menjadi 9 pekerja, maka produksi totalnya menurun. Produksi total berkurang lebih lanjut apabila tenaga kerja menjadi 10.(Sadono sukirno:2005:mikro ekonomi teori pengantar:196).

Produksi Total, Produksi rata rata dan Produksi marginal.

Kolom empat pada tabel 2.1 menunjukkan nilai produksi marginal yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang


(37)

pertambahan produksi total maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

L TP MP

∆ ∆ =

Besarnya produksi rata rata yaitu produksi yang secara rata rata yang dihasilkan oleh setiap pekerja ditunjukkan kolom 5. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

L TP

AP=

TAHAPAN PRODUKSI

Gambar 2.2: kurva tahapan produksi

TPL

APL

MPL

I II III

X


(38)

Hubungan hubungan antara produksi total, produksi rata rat a dan produksi marginal dapat digambarkan secara grafik. Dapat ditunjukkan oleh grafik di atas. Kurva TP adalah kurva produksi total.

Tahap I: Menunjukkan hubungan antara jumlah produksi dan jumlah

tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan produksi suatu barang. TP cekung keatas apabila tenaga kerja yang digunakan masih sedikit. Hal ini berarti masih terjadi kekurangan tenaga kerja dibandingkan dengan faktor produksi lain misalnya tanah yang dianggap tetap jumlahnya. Dalam keadaan seperti ini produksi marginal bertambah tinggi,dapat dilihat pada kurva MP yang semakin menaik.

Tahap II: Lalu dilakukan penambahan tenaga kerja. Pada tahap ini

penambahan tenaga kerja tidak menambah produksi total seperti sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh kurva produksi marginal yang menurun dan kurva produksi total yang semakin cembung ke atas. Produksi marginal akan lebih tinggi daripada produksi rata rata, yaitu kurva AP akan bergerak keatas. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin tinggi. Maka kurva produksi marginal akan memotong kurva produksi rata rata. Sesudah perpotongan tersebut maka kurva produksi rata rata menurun kebawah yang menggambarkan bahwa produksi rata rata semakin merosot. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP menggambarkan peermulaan pada tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata rata mencapai tingkat paling tinggi.

Tahap III : dimulai ketika dilakukan laagi penambahan tenaga kerja. Pada


(39)

dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka yang negatif. Kurva produksi total TP mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak tenaga kerja yang digunakan.

2.4.2. Teori Produksi dengan Dua Faktor Berubah

Dalam analisis ini dimisalkan terdapat dua jenis faktor produksi yang dapat di ubah jumlahnya. Misalnya yang dapat diubah adalah tenaga kerja dan modal. Dimisalkan bahwa kedua faktor produksi tersebut dapat dipertukarkan kegunaannya, yaitu tenaga kerja dapat menggantikan modal ataupun sebaliknya modal dapat menggantikan tenaga kerja. Apabila harga tenaga kerja dan pembayarannya perunit kepada faktor modal diketahui, analisis tentang bagaimana perusahaan akan meminimumkan biaya dalam usaha untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu dapat ditunjukkan.

2.4.3 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternative, apakah alternative dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan

output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan

berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep

production possibility curve atau disebut production frontier dapat


(40)

Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa penggunaan berbagai sumber daya yang tersedia dalam kegiatan produksi secara keseluruhan dengan alternative output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternative pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. (Nasution, S.H, 2007:55).

Gambar 2.3. Kurva Production Possibility Curve.

Berdasarkan uraian diatas, produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:

Output = f (input. Q

P

R

Production Possibility C

S T

0

P

roduk (

A

)

pe

runi

t

Ui

Produk (B) per Unit


(41)

2.4.4. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi, lebih jelasnya fungsi produksi dapat diartikan sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan prediksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan atau industri. Fungsi produksi memberikan output maksimum dalam pengertian fisik.

Pengertian fungsi produksi merupakan hubungan antara jumla input yang diperlukan dan jumlah output yang dihasilkan. Fungsi produksi menentukan

output maksimum yang dapat dihasilkan dari sejumlah input tertentu, dalam

kondisi keahlian dan pengetahuan teknis yang tertentu. (Samuelson dan Nordhaus: Ekonomi Mikro: Edisi Keempat belas:200:125).

Juga disebutkan bahwa fungsi produksi merupakan hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya (Sadono Sukirno, 1994:193).

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:


(42)

 Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

 Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1,)

Dengan fungsi produksi seperti tersebut diatas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,X2 dan lainnya juga dapat diketahui.

2.4.5. Beberapa Bentuk Fungsi Produksi

Fungsi produksi terdiri dari tiga bentuk, yaitu

1. Fungsi produksi Leontief, fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh Wasilly Leontief.

2. Fungsi produksi Cobb Douglas 3. Fungsi produksi CES.

2.4.6. Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Coob, C.W. dan Douglas, P. H. pada tahun 1928 melalui artikelnya yang berjudul “A


(43)

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan:

Q = AKα Lβ

Keterangan: Q = output K = input modal L = input tenaga kerja

A = parameter efisiensi/koefisien teknologi a = elastisitas input modal

b = elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLnK + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan diatas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas substitusi menggambarkan return to scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti

constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale, dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return


(44)

Fungsi produksi Cobb Douglas:

Q = AKα Lβ

Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka: Q2 = A (2K1)α. (2L1) β

= A2αK1α .2βL1β

= 2 α+ βAK1α. L 1β = 2 α+β Q1

Jadi, bila α+β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constan return to scale

bila α+β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale

bila α+β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreing return to scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale ( Nicholson : 1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa substitusi antar faktor-faktor produksinya adalah substitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit input K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquat linear. Dapat dilihat dengan jelas pada tabel dibawah:


(45)

Tabel 2.2.

Gabungan Tenaga Kerja dan Modal untuk Menghasilkan 1000 Unit Produksi

Gabungan Tenaga Kerja (Unit)

Modal (Unit)

A 1 6

B 2 3

C 3 2

D 6 1

Misalkan seorang pengusaha ingin memproduksi barang sebanyak 1000 unit. Untuk memproduksikan barang tersebut ia menggunakan tenaga kerja dan modal yang penggunaanya dapat dipertukarkan. Gabungan A menunjukkan bahwa 1 unit tenaga kerja dan 6 unit modal dapat menghasilkan produksi yang diinginkan tersebut. Gabungan B menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 2 unit tenaga kerja dan 3 unit modal. Gabungan C menunjukkan yang diperlukan adalah 3 unit tenaga kerja dan 2 unit modal. Akhirnya gabungan D menunjukkan bahwa yang diperlukan adalah 6 unit tenaga kerja dan 1 unit modal. (Sadono Sukirno:1994: Mikro Ekonomi, Teori Pengantar:199.120).

2.5. Faktor-Faktor Produksi.

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya waktu, kecukupan faktor produksi juga turut serta sebagai penentu pencapaian prroduksi.


(46)

Masing masing faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. Jika salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan berjalan. Faktor produksi tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Tanah

Tanah merupakan salah satu faktor produksi pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil produksi dihasilkan. Dalam pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya. (Mubyarto:1984:pengantar ekonomi pertanian:76).

Faktor produksi tanah terdiri dari beberapa faktor alam lainnya, seperti air, udara, temperatur sinar matahari dan lain-lain. Semuanya secara bersama-sama menentukan jenis tanaman yang dapat diusahakan atau jenis tanaman tertentu agar dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Pada faktor produksi tanah itu sendiri diperlukan lagi subfaktor seperti keadaan fisik dan kekayaan kimianya yang menentukan tingkat kelenggasan dan kesuburannya. (Moehar daniel: 2001: Pengantar Ekonomi Pertanian: 55).

Keberadaan faktor produksi tanah tidak hanya dilihat dari segi luas atau sempitnya saja, akan tetapi juga dari segi yang lain seperti: jenis tanah, tujuan penggunaan lahan, topografi, pemilikan tanah, nilai tanah fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah.(Moehar daniel:2001:pengantar ekonomi pertanian:56).


(47)

Unsur-unsur sosial ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:

1. Kekuatan atau kemampuan potensil dan aktual dari tanah

2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah 3. Produktivitas tanah.

4. Nilai sosial ekonomis dari tanah.

2. Tenaga Kerja

Menurut pakar ekonomi pertanian, tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu yang berumur 15-64 tahun, merupakan penduduk potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. Tenaga kerja tidak hanya dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat mempengaruhi hasil produksi usaha yang bersangkutan.

Tenaga kerja dalam pertanian di Indonesia dibedakan kedalam persoalan tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar. Tetapi bagi petani yang memiliki lahan yang luas akan membutuhkan tenaga kerja dari luar. (Mubyarto :1984: pengantar ekonomi pertanian :104).

Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama pada setiap cabang produksi juga dalam satu cabang produksi itu sendiri. Keadaan ini tergantung kepada usaha produksi itu sendiri. Apakah padat karya (labor intensive) atau padat modal (capital intensive).


(48)

3. Modal.

Modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan. (Mubyarto: 1984: pengantar ekonomi pertanian:91).

Modal dapat dibagi menjadi dua yaitu: modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah barang barang yang digunakan dalam proses produksi yang dapat digunakan beberapa kali. Seperti: mesin, pabrik, gedung dan lain lain. Sedangkan modal bergerak adalah barang barang yang digunakan hanya sekali pakai. Yakni barang barang yang habis dipergunakan untuk proses produksi. Misalnya: bahan mentah, pupuk, bahan bakar dan lain-lain. (Moehar Daniel:2001: pengantar ekonomi pertanian:74). Modal dapat terbentuk karena:

1.Produksi.

2.Penabungan dari produksi.

3.Pemakaian tabungan untuk produksi selanjutnya.

Makin tinggi modal per unit usaha digunakan maka usaha tersebut dinamakan makin padat modal atau makin intensif.


(49)

2.6. Tinjauan Umum Mengenai Komoditi Gambir 2.6.1. Morfologi Tanaman Gambir

Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan yang berasal dari ekstrak rebusan daun dan ranting tumbuhan, yang sering juga disebut dengan uncaria

gambir roxb. Tanaman gambir merupakan tumbuhan menjalar sebangsa

kopi-kopian keluarga rubiaceae tumbuhan perdu setengah merambat dengan percabangan memanjang, batang tegak sampai 100 cm.

Daun tunggal berhadapan, bentuk oval, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung meruncing, panjang 8-10 cm, lebar 4 – 7 cm, warna daun hijau, tangkai daun pendek, bunganya tersusun majemuk dengan bentuk lonjong diketiak daun, mahkota berwarna merah muda, kelopak bunga pendek, mahkota bunga berbentuk corong seperti bunga kopi. Buahnya berbentuk polong, semi berpenampang hingga 2 cm dan penuh dengan biji-biji halus yang berukuran ±1 - 2 cm. Pada bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar karena angin. Di dalam inti biji terdapat calon akar radicula, calon batang cauliculus, dan daun lembaga cotyledone

A. Syarat Tumbuh Tanaman Gambir.

Tanaman gambir dapat tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 900 meter diatas permukaan laut dan memerlukan cahaya matahari yang cukup banyak dengan curah hujan antar 2.500 - 3000 mm/tahun, maksimum 400 – 450 mm pada bulan basah dan minimum 100 - 200 mm pada bulan kering serta merata setiap tahun. Sekalipun tanaman gambir tidak menghendaki tanah yang subur


(50)

namun biasanya dipergunakan lahan dipinggir hutan yang baru buka atau belum pernah dipergunakan sebelumnya yang letaknya miring / lereng bukit dan mudah meresapkan air, karena tanaman gambir tidak dapat hidup/ berkembang pada air yang tergenang.

B. Teknis Budidaya Gambir

Tanaman gambir dapat diperbanyak dengan dua cara,yaitu vegetative dan

generative. Perbanyakan vegetative, dilakukan dengan stek dari bagian tanaman.

Dan biasanya tanaman gambir dapat tumbuh dengan cara ini apabila masa penyetekannya dilakukan pada musim hujan. Dan apabila dilakukan pada musim kemarau maka cara menanam dengan cara seperti ini menghasilkan bibit dalam jumlah yang terbatas dan hasilnya belum tentu sempurna. Akan tetapi cara penanaman seperti ini dipakai oleh sebahagian besar petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat.

Adapun yang menggunakan pembibitan dengan cara generative jumlahnya hanya sedikit. Namun di Kabupaten Lima Puluh Kota Provinsi Sumatera Barat, lebih banyak menggunakan pembibitan dengan cara generative. Sebaiknya untuk perbanyakan bibit gambir untuk tujuan budidaya yang lebih luas dipakai cara generative dengan menggunakan biji. Cara ini cukup murah biayanya dan mudah dilaksanakan ditingkat petani.


(51)

C. Bibit Tanaman

• Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman gambir 16 kali kebutuhan normal, karena daya kecambahnya dibawwah 60%

• Kebutuhan bibit untuk satu hektar dengan jarak tanaman 2 x 2 m adalah 2.500 batang, maka diperlukan benih 16 x 2.500 = 40.000 biji (± 10 mg = 2 kotak korek api)

• Kemungkinan hidup pada tingkat pembibitan 50%, pada tingkat pemindaha ke polybag 50%, tingkat lapangan 50%.

D. Persiapan Benih

1. Benih atau biji diambil langsung dari pohon gambir yang tidak pernah dipanen daunnya.

2. Buah yang diambil telah masak fisiologis yang dicirikan dengan warna polong kuning kecoklatan atau sudah ada satu atau dua polong yang pecah, dipetik lalu dijemur 2 - 3 hari.

3. Wadah tempat penjemuran perlu ditutup dengan kain kasa, agar buah yang bijinya pecah tidak terbang.

4. Biji yang berwarna terang coklat dianggap baik, sedangkan yang berwarna hitam gelap dibuang, bila ada biji yang belum yang belum lepas dari kulit buahnya, supaya dilepaskan dengan tangan.

5. Setelah benih yang terkumpul cukup , dilakukan seleksi ulang, benih yang baik siap untuk disemai.


(52)

E. Persemaian dan Pelumpuran.

• Lokasi persemaian harus dekat dengan sumber air, untuk memudahkan dalam melakukan penyiraman.

• Lokasi yang memenuhi syarat dibersihkan dan diolah, kemudian dibuat bedengan dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 30 cm.

• Antar bedengan dibuat selokan selebar 30 – 50 cm

• Bedengan yang telah siap dilapisi dengan lumpur setebal 1-3cm agar benih tidak masuk terlalu jauh kedalam tanah, disamping itu untuk merekatkan benih agar tidak hanyut atau diterbangkan angin.

• Bedengan diberi peteduh dari daun alang alang atau daun kelapa yang tinggi dibagian timur dan rendah dibagian barat.

• Untuk 10 mg benih (2 kotak korek api) diperlukan persemaian 4 – 6 m2.

F. Penebaran Benih

• Bedengan yang telah diberi lumpur dibasahi sambil dilicinkan denagn menggosok gosokkan tangan kepermukaan lumpur.

• Benih yang telah disiapkan langsung ditabur dengan ayakan akan langsung merekat dipermukaan lumpur.

G. Pengairan dan Penyiraman.

• Setelah benih ditabur, selokan terus menerus diairi atau digenangi air agar tanah tetap lembab atau dilakukan penyiraman dengan sprayer sesering mungkin agar tanah tetap lembab


(53)

H. Pemeliharaan Bibit

• Setelah penaburan benih dilakukan, permukaan bedengan diisemprot denga pestisida untuk mengatasi semut semut yang akan merusak bibit. • Setelah benih tumbuh, dilakukan penyiangan, supaya tidak terjadi

persaingan bibit dengan gulma.

I. Pemindahan Bibit ke Polybag.

Bibit sudah dapat dipindahkan ke polybag pada umur 2 bulan dan telah mempunyai 2-4 pasang daun.

Polybag yang telah diisi tanah lapisan atas (humus) dicampur dengan

pupuk kadang, disusun dan diberi naungan dengan daun alang alang atau daun kelapa.

• Pemindahan bibit dengan sekop kecil, jangan dicabut, bibit dengan tanah yang terbawa langsung ditanamkan ke polybag.

Bibit di polybag disemprot dengan zat perangsang tumbuh, seperti atonik, sampai basah baik tanaman maupun tanahnya supaya bibit yang baru dipindahkan tidak stagnasi.

J. Pemeliharaan Bibit dalam Polybag.

• Selama dipolybag, bibit disemprot dengan pestisida cukup satu kali saja, setelah penyemprotan dengan atomic.


(54)

• Setelah berumur satu bulan, naungan dikurangi 25% dan limabelas hari berikutnya menjadi 15%, berikutnya menjadi 50% dan 15 hari kemudian tidak ada naungan lagi.

• Setelah bibit berumur 6 - 7 bulan, sudah dapat dipindahkan kelapangan.

K. Penanaman

Bibit ditanam dalam lobang tanam berukuran 30x30x30cm,yang sudah dipersiapkan sebelumnya dengan jarak tanam 1-2 meter.

L. Pemeliharaan Tanaman Gambir

Penyiangan dilakukan dua kali setahun, untuk pemupukan dapat digunakan ampas daun, sisa pemerasan yang ditaburkan disekitar batang tanaman. Untuk mempertahankan produktivitasnya, perlu diberikan pupuk kandang atau kompos. Untuk penanaman kecil kecilan , gambir biasanya bebas dari penyakit dan hama serius. Akan tetapi pada pertanaman monokultur yang luas, serangan hama ulat dan kumbang banyak terjadi.

Ada sejenis kutu yang dapat menyebabkan tumbuhnya perbungaan yang luar biasa besarnya, dan juga menyerang daun. Bagian tanaman gambir yang diserang hama biasanya adalah daunnya. Dimana daun menjadi berlobang lobang dan rusak sehingga produksi getah menjadi berkurang. Sedangkan serangan hama yang berbahaya adalah jenis penghisap yang mengakibatkan pucuk muda atau titik tumbuh menjadi kering dan mati. Akibatnya pertumbuhan cabang terhenti sehingga tanaman menjadi kerdil dan tidak rimbun. Hama yang sering ditemui pada tanaman gambir adalah lundi (larva kumbang dalam tanah) dan ulat daun,


(55)

hama daun (glypodes psittatulis/ oreta ekstensa), hama kepik (helopeltis

sumatranus roepke/hyalopeplus), tinggana gambir dan hama belalang (sitanju).

M.Pemupukan

Untuk mendapatkan produksi gambir yang optimal perlu adanya pemupukan, karena kandungan hara dalam tanah sangat terbatas dan cenderung habis bila diserap tanaman terus menerus.

Penggunaan pupuk pada tanaman gambir mempunyai dua tujuan utama yaitu:

1. Menambah unsur hara untuk berproduksi.

2. Memperkecil penurunan kesuburan tanah di daerah perakaran tanaman.

N. Hama dan Penyakit Tanaman Gambir.

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman gambir sampai saat ini dapat dikatakan tidak ada, kalaupun ada hal tersebut belum merupakan suatau bahaya yang mengancam pertumbuhan tanaman gambir. Serangan hama yang pernah dijumpai menyerang tanaman gambir ada tiga jenis yaitu: hama penggulung daun, kumbang pemakan daun daan wereng batang. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan pestisida.


(56)

O. Pemanenan

Pada umur 12 14 bulan tanaman gambir tingginya sudah mencapai 1.5 -1.8 m. Panen gambir dilakukan dengan cara memangkas ranting beserta daun setinggi ± 5cm dari pangkal ranting gambir. Panen pertama dapat dilakukan pada umu 1.5 tahun atau lebih cepat tergantung pertumbuhan tanaman. Selanjutnya panen dapat dilakukan 3 sampai 4 kali setahun. Tanaman gambir dapat produktif sampai selama lamanya apabila selalu dirawat dan tidak ada tanaman lain yang melindunginya dari cahaya matahari. Apabila pertumbuhan tanaman gambir baik, tanaman gambir dapat menghasilkan 5 kg daun ditambah ranting muda sekali panen pertanaman.

Ciri ciri tanaman gambir yang sudah dapat dipanen adalah:

1. Daun sudah berwarna hijau muda atau hijau tua dan apabila dirasakan dengan tangan sudah agak keras.

2. Ranting berwarna hijau kecoklatan.

3. Daun bila diremas sedikit saja dengan tangan sudah mengeluarkan getah.

2.6.2. Proses Produksi Komoditi Gambir

Semua daun yang sudah dipetik harus segera diolah, sebab setelah 24 jam dipetik dari batang daun menjadi layu maka akan berkurang getahnya. Untuk itu banyaknya daun yang dipetik harus disesuaikan dengan kemampuan untuk mengolah. Akan tetapi untuk mengatasi agar daun menjadi tidak layu biasanya para petani memetik daun gambir pada sore hari, lalu disiram dengan air, lalu goni


(57)

penampungan daun dibiarkan terbuka agar daun terkena udara malam yang dingin, sehingga keesokan harinya daun tetap segar.

A. Peralatan dalam Pengolahan

1. Tungku (dalikan), kayu bakar (sebban) dan dandang besar sebagai tempat untuk merebus daun gambir sehingga dapat diperoleh getahnya.

2. Keranjang dari rotan (kirang) atau goni sebagai tempat untuk membawa daun gambir dari kebun ke tempat pengolahan.

3. Sapik (kapiten). Sapik (kapiten) adalah alat tradisional untuk memeras daun gambir untuk mendapatkan getah. Alat ini dapat memuat 40 kg daun gambir setiap kali pemerasan.

4. Palu. Alat ini digunakan untuk memasang baji pada alat kapiten/sapik. Palu tersebut memiliki berat 15-20 kg.

5. Peraku tanam. Alat ini berupa wadah dari kayu untuk menampung cairan hasil pemerasan daun gambir.

6. Peraku panjang. Alat ini digunakan untuk solidifikasi getah gambir sehingga berupa pasta.

7. Alat pres semi mekanis. Alat ini memeras gambir dengan kombinasi pres hidrolik dan pres ulir. Dianjurkan menggunakan pres hidrolik (dongkrak) berkekuatan 50 ton. Bisanya alat seperti ini digunakan oleh pabrik yang mengolah daun gambir secara besar besaran, bukan untuk petani gambir yang mengolah secara kecil kecilan.

8. Ember atau baskom yang berukuran besar untuk menampuh perasan getah gambir . Biasanya alat ini digunakan oleh petani yang mengolah gambir


(58)

secara kecil kecilan. Sedangkan pabrik pengolahan daun gambir menggunakan peraku tanam.

9. Cetakan. Berbentuk tabung silinders dan ada juga yang dibentuk dengan tangan.

B. Cara Pengolahan Gambir.

Pada usaha tani dan proses pengolahan daun gambir, tahap yang paling penting adalah tahap pengolahan. Proses pengolahan daun menjadi pasta gambir dilakukan di lahan/ kebun petani yang berlokasi umumnya jauh dari rumah petani. Pada umumnya petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat masih menggunakan alat pengolahan sederhana/tradisional berupa kempa/ kapiten /sapik yang terbuat dari dua bilah kayu besar berbentuk huruf V dengan panjang kayu sekitar 3 meter. Selain hasilnya bermutu rendah, dibutuhkan waktu relatif lama, biaya lebih tinggi dan agak sulit mencari tenaga kerja spesifik seperti tukang kempa tersebut. Seorang tukang kempa sebaiknya mempunyai postur tubuh yang memadai, kuat tenaganya serta kuat bekerja karena pengoperasian alat kempa tersebut disamping menguras tenaga juga beresiko terhadap keselamatan kerja dan harus mempunyai sedikit keterampilan dalam memproses getah gambir tersebut.

Cara pengolahan gambir dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Perebusan.

Daun direbus/belgang selama 60 - 90 menit. Selama perebusan dilakukan pembalikan daun agar matangnya rata, dibolak balik sambil


(59)

ditusuk tusuk dengan kayu gulungan daun dengan maksud untuk memberi jalan air panas agar perebusan merata.

2. Pengempaan/Pemerasan Getah.

Tahap ini dianggap masyarakat sebagai tahap yang terpenting karena pada tahap tersebut diharapkan adalah banyaknya hasil getah gambir setelah pengempaan. Setelah daun selesai direbus, dan diangkat kemudian dimasukkan kedalam goni kemudian dililit kembali dengan rajut agar padat, air bekas rebusan disiramkan kembali kedaun yang akan dikempa karena banyak asam samak yang terlarut dalam proses perebusan, selanjutnya diletakkan diantara kedua belah kayu tersebut, kemudian dirapatkan menggunakan pasak kayu pada sisi kanan dan kiri serta getah hasil pemerasan daun ditampung dengan ember dibawah alat kempa. Dengan merapatnya kayu balok tersebut keluarlah getah daun dan ranting gambir. Proses pengempaan membutuhkan waktu sekitar 60 menit sampai 80 menit.

3. Pengendapan

Getah gambir yang diperoleh dari proses pengempaan atau pengepresan dimasukkan kedalam sebuah tempat pengendapan yang terdiri dari kayu mirip perahu (peraku) atau dapat juga berupa ember berukuran besar. Pengendapan memerlukan waktu sekitar 8 - 12 jam. Endapan yang diperoleh berbentuk kristal kristal seperti pasta tetapi lebih encer lagi.


(60)

4. Penirisan.

Alat penirisan dapat berupa kain blacu atau goni, tali dan alat pemberat seperti batu, kayu dan lain lain. Getah dalam bentuk pasta encer dimasukkan kedalam kain blacu atau goni, diikat dan dipres lagi dengan alat pemberat batu tersebut agar pasta menjadi lebih pekat dan dapat segera dicetak. Penirisan biasanya menggunakan waktu 10 - 20 jam. Tergantung pada banyaknya getah yang ditiriskan.

5. Pencetakan.

Ada dua macam bentuk cetakan gambir, untuk konsumsi dalam negeri/ makan sirih gambir dicetak berbentuk bulatan bulatan. Sedangkan untuk tujuan ekspor atau industri batik penyamak dan lain lain gambir dicetak berbentuk coin dan silinders. Setiap kilogram bahan baku gambir mampu dicetak dalam waktu sekitar 25-30 menit perorang.

6. Pengeringan.

Pengeringan merupakan proses terakhir dalam pengolahan gambir. Hasil cetakan getah gambir kemudian diletakkan diatas tempat yang dinamakan dengan rimpi/baki, dijemur dengan menggunakan cahaya matahari. Bila cuaca mendung, dikeringkan diatas tungku perebusan daun (dalam bahasa pakpak dikenal dengan sebutan para). Pengeringan memerlukan waktu 5 - 7 hari, atau tergantung cuaca yang sedang barlangsung. Gambir yang sudah kering diangkut kerumah pemilik, biasanya menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga.


(61)

2.6.3. Diagram Alir Pengolahan Daun Gambir.

Sumber:Wawancara dengan Responden DAUN GAMBIR

PEREBUSAN

PEMERASAN AMPAS

FILTRATE

PENGENTALAN

PASTA GAMBIR

PENIRISAN

PENCETAKAN


(62)

2.6.4. Manfaat Gambir.

Kegunaan utama gambir adalah sebagai komponen dalam menyirih yang sudah dikenal masyarakat kepulauan Nusantara sejak 2500 tahun yang lalu. Beberapa zat kimia penting terdapat dalam gambir yaitu catekhin dan asam tannin

cartekhu yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri,seperti industri

farmasi, kosmetik, batik, cat, penyamak kulit, bio pestisida, hormon pertumbuhan, pigmen dan sebagai bahan campuran pelengkap makanan.(Nazir: 2001: Gambir,budidaya,pengolahan dan prospek diversifikasinya).

Fungsi gambir yang tengah dikembangkan saat ini adalah sebagai perekat kayu lapis atau papan partikel. Produk ini masih harus bersaing dengan sumber perekat kayu lain, seperti kulit kayu acacia mearnsi, kayu schinopsis balansa, serta kulit polong caesalpinia spinosa yang dihasilkan negara lain.

2.7. Wilayah Potensi Besar Pengembangan Komoditi Gambir di Indonesia 2.7.1. Provinsi Sumatera Barat.

Daerah penghasil gambir yang utama di Indonesia adalah provinsi Sumatera Barat. Sumbanganya terhadap devisa di provinsi tersebut sangat besar. Sekitar 90% produksi gambir di Indonesia dihasilkan dari provinsi Sumatera Barat. Sehinggan Sumatera Barat dijadikan barometer produksi gambir Indonesia. Adapun daerah yang menjadi pusat produksi gambir di Kabupaten Sumatera Barat adalah sebagai berikut:


(63)

Tabel 2.3.

Daerah Sentral Serta Luas Tanaman Gambir di Provinsi Sumatera Barat.

No Daerah Luas Area

(Ha)

Produksi (Ton)

1 Kabupaten Pasaman. 755 444

2 Kabupaten Lima Puluh Kota 13.749 8.166

3 Kabupaten Tanah Datar. 15 29

4 Kabupaten Padang

Pariaman. 147 20

5 Kabupaten Pesisir Selatan. 3.053 1.545

6 Kabupaten Sawah Lunto. 98 22

7 Kodya Padang. 74 10

8 Kodya S. Lunto 34 9

Jumlah 1.139.802 543.711 Sumber: BPS:Sumatera Barat dalam Angka: 2005

2.7.2. Provinsi Sumatera Utara.

Di Provinsi Sumatera Utara penghasil gambir terdiri dari dua Kabupaten yakni Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat, namun luas tanaman dan hasil gambir dari Kabupaten Dairi tidak begitu banyak dan sangat sedikit masyarakat yang bermata pencaharian budidaya tanaman dan pengolahan daun gambir menjadi getah. Sangat berbeda dengan Kabupaten Pakpak Bharat yang dimekarkan dari Kabupaten Dairi. Kabupaten Pakpak Bharat merupakan daerah penghasil gambir kedua setelah Provinsi Sumatera Barat. Saat ini sebagian besar penduduk yang berprofesi sebagai petani, menggantungkan kehidupannya pada usaha bertanam dan mengolah daun gambir getah. Potensi pengembangan gambir di kabupaten Pakpak Bharat masih sangat besar mengingat wilayah tersebut


(64)

dikelilingi hutan yang luasnya mencapai 87% dari total luas wilayah seluas 121.830 Ha. Pada umumnya masyarakat di setiap Kecamatan memiliki usaha tanaman budidaya dan pengolahan daun gambir menjadi getah, akan tetapi yang menjadi pusat pertanian gambir adalah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Pagindar, Kecamatan Siempat Rube dan Kecamatan Tinada, di kecamatan tersebut bertanam dan mengolah daun gambir menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk. Dan menurut keterangan penduduk uasaha tersebut dapat memenuhi kebutuhan mereka jika dirawat dan diusahakan terus menerus. Dan hal tersebut sangat didukung oleh masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat yang selama ini sudah mengembangkan tanaman tersebut. Adapun daerah yang menjadi sentral gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4.

Luas dan Produksi Gambir Perkecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat

No Kecamatan Luas Area (Ha)

Produksi (Ton)

Rata-Rata Produksi (Kg/Ha/Thn)

KK

1 Salak 34.5 1550 53.48 64

2 Sitellu Tali Urang

Jehe 116.81 1600 174.1 185

3 Pagindar 574 1750 873.25 503

4 Sitellu Tali Urang

Julu 12 1550 18.6 12

5 Pergetteng G.

Sengkut. 98 1600 115.2 124

6 Kerajaan 8 1600 12.8 98

7 Tinada 80.3 1600 120.48 80

8 Siempat Rube 112.53 1575 156.21 249

Jumlah 1.036.14 12.582 1.524.12 1.315 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Pakpak Bharat 2009.


(65)

2.7.3. Provinsi Riau

Tidak banyak orang mengetahui bahwa provinsi Riau yakni Kabupaten Singkap mempunyai potensi komoditi unggulan yakni perkebunan gambir. Saat ini terdapat ribuan Ha kebun gambir yang terbentang di kawasan lembah Gubung Lanjut Raya, Kecamatan Singkep Barat. Kebun gambir di Kecamatan Singkep merupakan kebun gambir terbesar di Riau dan mampu memproduksi ribuan ton gambir pertahun. Hasil gambir dari getah gambir dari kabupaten singkep di ekspor ke Cina, Jepang dan Taiwan.


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris, agar diketahui pokok permasalahan apa yang sedang dihadapi dan bagaimana memecahkan permasalahan tersebut. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk penyusunan skripsi penulis

menggunakan cara sebagai berikut:

3.1. Ruang Lingkup Penelitian dan Daerah Penelitian.

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak bharat. Yakni kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, kecamatan Kerajaan dan kecamatan Tinada. Dengan alasan, karena di Kecamatan tersebut sebagian besar penduduk nya bermata pencaharian usaha tanaman dan pengolahan daun gambir. Sehingga sangat mendukung untuk dilakukan penelitian di Kabupaten tersebut.

3.2. Jenis Data dan Sumber Data.

Dalam pengumpulan data dan informasi tentang berbagai hal yang menyangkut luas lahan, jumlah tanaman gambir, jumlah tenaga kerja yang digunakan, banyaknya pupuk yang digunakan dan informasi lain yang berkaitan dengan tanaman gambir tersebut tentunya diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani gambir di Kabupaten Pakpak Bharat. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder.

Data primer dalam penulisan skripsi ini adalah data-data yang diperoleh langsung dari lapangan yaitu data dari masyarakat yang memiliki usaha tanaman


(1)

(2)

(3)

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI GAMBIR.

STUDI KASUS KABUPATEN PAKPAK BHARAT

I.Identitas Responden. 1. Nama:

2. Alamat: 3. Umur:

4. Jenis Kelamin : 5. Pendidikan :

A. Tidak pernah sekolah B. Tidak tamat SD. C. Tamat SD. D. Tamat SLTP E. Tamat SMA F. Sarjana

6. Jumlah tanggungan ………... Orang. 7. Pekerjaan sampingan selain petani gambir: II. Identitas Lahan.

1. Sejak tahun berapa usaha bertanam dan mengolah daun gambir menjadi getah?

…………...


(4)

A, Milik sendiri B. Bagi hasil C. Menyewa. D.Lain lain, sebutkan………...

3. jika menyewa, berapa sewa per Ha?

Rp………...

4. Luas lahan yang ditanami dengan gambir saat ini.

A. 0.5 Ha B. 1 Ha

C. 2 Ha D. 3 Ha

E. Lain lain, Sebutkan………... 5. Tanaman gambir yang sudah menghasilkan.

A. 0.5 Ha B. 1Ha

C. 2 Ha D. 3Ha

E. Lain lain, sebutkan………... 6. Jumlah populasi tanaman gambir dalam 1 Ha.

A. 1000 B.2000

C. 3000 D.4000

E. Lain lain, sebutkan………... III. Identitas Produksi

1. Dalam setahun, berapa kali gambir dapat diolah?

A. 2 kali C. 4 kali

B. 3 kali D. 5 kali

E. Lain lain, sebutkan

2. Berapa jumlah tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah daun Gambir dan perawatan tanaman gambir dalam 1 Ha.

A. 2 orang C. 3 orang


(5)

E. Lain lain, sebutka………... 3. Berapa upah perharinya yang diberikan kepada pekerja? Rp……… 4. Kalau bukan perhari,berapa upah yang diberikan kepada pekerja dalam

1Ha?

Rp………... .

5. Dalam satu tahun berapa kali diberikan pupuk/kompos terhadap gambir

A. 2 kali C. 4 kali

B. 3 kali D. 5 kali

E. Lain lain, sebutkan ... 6. Dalam pemberian pupuk, pupuk apa yang digunakan?

A……….. sebanyak…………...kg Harga per kg nya? Rp…………/kg B……… sebanyak……….kg Harga per kg nya? Rp…………/kg

7. Berapa rata rata produksi produksi getah gambir/minggu?

A. 15 kg C. 25 kg

B. 20 kg D. 30 kg

E. Lain lain, sebutkan…………...

7. Berapa harga jual per kg 3 bulan yang lalu? Rp………... Berapa harga jualper kg 6 bulan yang lalu? Rp………... Berapa harga jual per kg 1 tahun yang lalu? Rp………... 8. Kepada siapa dijual?

A.Pabrik B.Agen(toke/pedagang pengumpul) 11. bagaimana sistem pembayarannya?

A.Tunai B. Perminggu/Perbulan

C. Lain lain, sebutkan………... 12. Berasal dari manakah sumber modal usaha tanaman gambir anda sekarang?


(6)

A. Dana sendiri B.Kredit Perbankan C.Agen(pedagang pengumpul/toke)

13. Jenis bibit yang digunakan?

A.Stek B.Semai

 Bagaimana menurut bapak/ibu masa depan usaha tanaman gambir dikabupaten Pakpak Bharat?

A. Baik, karena………....

B. Kurang baik, karena………...

 Hambatan hambatan dalam mengelola usaha tanaman gambir.

1. Hambatan apa saja yang dihadapi dalam pengelolaan tanaman gambir?

- -

2. Bagaimana cara bapak/ibu mengatasi masalah tersebut? -

-