ETIKA KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS HEDONE (Studi fenomenologi pada Komunitas Party Lovers Colors pub n’ resto Surabaya)

(1)

ETIKA KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS HEDONE

(Studi fenomenologi pada Komunitas Party Lovers Colors pub n’ resto

Surabaya)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Komunikasi

SKRIPSI

Oleh :

AMELIA SEFTIANA NIM. 07220067 Public Relations

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Amelia Seftiana NIM : 07220067 Konsentrasi : Public Relations

Judul Skripsi : Etika Komunikasi Dalam Komunitas Hedone

(Studi Fenomenologi pada Komunitas Party Lovers di

Colors pub n’ resto Surabaya)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Rabu

Tanggal : 8 Februari 2012 Tempat : Ruang 611

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si

Dewan Penguji:

1. M. Himawan Sutanto, M. Si ( ) 2. Dr. Wahyudi, M.Si ( ) 3. Drs. Farid Rusman, M.Si ( ) 4. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si ( )


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“Etika Komunikasi Dalam Komunitas Hedone (Studi Fenomenologi pada Komunitas

Party Lovers di Colors pub n’ resto Surabaya)”

Adapun tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mencapai derajat Sarjana Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya serta penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan skripsi ini, serta segala bentuk motivasi, dukungan morilnya serta kesabarannya sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dan selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi atas segala ketersediaannya untuk membimbing skripsi ini hingga tuntas.

3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan Dosen Penguji II

4. Bapak Himawan Sutanto, M.Si selaku Dosen Penguji I, Terima kasih atas pertanyaan dan masukannnya saat ujian.

5. Bapak Nurudin, S.sos, M.Si selaku Dosen Wali atas segala bentuk motivasi dan saran-sarannya.

6. Bapak Drs. Sugeng Winarno, M.Si atas ketersediannya meminjamkan buku, arahan, serta masukannya selama ini.

7. Komunitas Party Lovers, Nina Safiti, Aditya Riski dan Rendy Liverinsiano atas ketersediaannya untuk diwawancara dan telah banyak memberikan informasi kepada penulis.

8. Ayah dan Ibu atas doa dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Staf Jurusan Ilmu Komunikasi, Ella, Ayu, dan staf lainnya atas pelayanan prima dan segala bantuannya selama ini.


(4)

10.Bob Doesupasoul atas segala support luar-dalem, dikala susah dan senang serta amarah, tangis, dan canda tawa bareng, Thanks for all of everythin’.

11.“My Best Brader” Alfan atas segala doa, semangat dan support morilnya dan “My Little Sista” Ruri atas tumpangan dan ketersediaannya antar-jemput.

12.Sahabat dikala galau, dan krisis motivasi yaitu Erlisa Dewi Mayangsari, atas tumpangan tempat tinggalnya dan segala semangat dan pembelajaran hidup, tanpa kamu aku tak akan terbebas dari belenggu.

13.Sahabat terbaik Nisa Amelia, Vera, Eliza, Bowo, Wiwid, Bento, Didit makasih atas seluruh kebersamaannya dan segala perhatian, bantuan, dukungan, semangat dan doanya.

14.Semua pihak yang telah terlibat membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.


(5)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ……….... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAKSI ……….. iv

KATA PENGANTAR ……….... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

2.1 Rumusan Masalah ... 7

3.1 Tujuan Penelitian ... 7

4.1 Signifikansi Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN TEORITIS 2.1 Ruang Lingkup Komunikasi ... 9

2.1.1 Setiap Perilaku Mempunyai Potensi Komunikasi ………….. 9

2.1.2 Komunikasi sebagai Proses Sosial ... 11

2.1.3 Komunikasi sebagai Proses Budaya ... 12

2.1.4 Komunikasi Antar Budaya ... 14

2.2 Komunikasi Interpersonal Sebagai Bentuk Interaksi ... 15

2.2.1 Komunikasi Interpersonal ... 15

2.2.2 Komunikasi Organisasi sebagai Bentuk Solidarisasi ... 20

2.2.3 Komunikasi Verbal dan Nonverbal ... 22

2.2.4 Bahasa Slang di Kalangan Party Lovers ... 30

2.3 Etika (Filsafat Moral) ………... 35

2.3.1 Etika sebagai Cabang Filsafat ……….... 35

2.3.2 Etika (Dari berbagai sudut pandang) ... 39

2.3.3 Etika dengan Etiket ………... 42

2.3.4 Etika dikaitkan dengan Moralitas ………... 46


(6)

2.4 Hedonisme sebagai Gaya Hidup ... 48

2.4.1 Hedonisme sebagai Nilai ……….. 48

2.4.2 Hedonisme sebagai Teori ………... 50

2.5 Perspektif Teoritis ……….... 53

2.5.1 Fenomenologi dengan Etika ………... 53

2.5.2 Tradisi Fenomenologi ……….... 55

2.6.1 Variasi dalam Tradisi Fenomenologi ……….... 57

2.6.2 Perspektif Fenomenologi ……….... 57

2.6.3 Teori-Teori Fenomenologis ………... 64

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 71

3.2 Fokus Penelitian ... 75

3.3 Unit Analisa ... 76

3.4 Instrumen Penelitian ... 76

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 77

3.6 Subyek Penelitian ... 79

3.7 Analisa Data ... 80

BAB IV : ETIKA KOMUNIKASI DALAM KOMUNITAS HEDONE 4.1 Identitas Subyek Penelitian ... 84

4.1.1 Nina Safiti, Sosok yang Gila Party ... 84

4.1.2 Aditya Riski, Sosok KW ... 91

4.1.3 Rendy Liverinsiano, DJ n’ Music Producer ... 95

4.2 Fenomena Party Lovers sebuah Refleksi Peradaban ... 97

4.3 Etika Komunikasi Komunitas Party Lovers ... 99

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 106

5.2 Rekomendasi ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 109


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1 Sesaat di tengah-tengah party ………... 86

Gambar.2 Narsis ……….. 93

Gambar.3 Party Icon ………... 94

Gambar.4 Party Lovers ... 97

Gambar.5 Party on The Dance Floor ... 98


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adian, Gahral .D. (2011) . Pengantar Fenomenologi . Jakarta : Koekoesan.

Agus, Salim. (2001). Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana.

Aw, Suranto. (2011) . Komunikasi Interpersonal . Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bertens, K. 2004. “Etika”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Charles Lernerl ed. Social Theory of Multicultural and Classical Reading. Weslview Press. 1999, hal. 384-388.

Delfgaauw, Bernard. 1988. Filsafat Abad 20. Yogyakarta : PT.Tiara Wacana Yogya.

Dayakisni, Tri & Yuniardi, Salis. (2004). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.

DeVito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar. Edisi ke-5. Alih Bahasa Agusmaulana. Jakarta : Professional Books.

Engkus, Kuswarno. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi FENOMENOLOGI Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitian. Bandung: Widya Padjadjaran.

Fiske, John. 1997. Cultural and Communication Studies. Routledge. Alih Bahasa Idi Subandy dan Yosal Iriantara. 2007. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Yokyakarta: Jalasutra.

Hamidi. (2008) . Metode Penelitian Kualitatif . Malang : UMM Press.

Jan Jonker, Bartjan JW. Penink dkk. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

J. Jkockelroans (ed). The Philosophy of Edmund Husserl. New Yok. 1967. John W. Creswell. Qualitative Inguiry and Research Design. SAGE Publication. 1998. Hal : 53.


(9)

Koentjaraningrat. (1990) . Pengantar Ilmu Antropologi . Jakarta : PT.Rineka Cipta.

Littlejohn, (1999) , Theories of Human Communication 6th , Longman.

Magnis, Franz. 1987. Etika Dasar. Yogyakarta : Kanisius.

Magnis, Franz. 1998. 13 Model Pendekatan Etika. Yogyakarta : Kanisius.

Margaret M. Poloma. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Rajawali Pers. 1992, hal. 301-302.

Masmuh, Abdullah. 2008. Komunikasi Organisasi dalam Perspektif Teori dan Praktek. Malang : UMM Press.

Mufid, Muhammad. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Muhadjir, Noeng. (2000) . Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Myers, Gail .E & Michele T. Myers. (1992). The Dynamics Human Communications. Singapore: McGraw-Hill.

Nurudin . (2004) . Sistem Komunikasi Indonesia . Jakarta : Rajawali Pers.

Selo, Sumardjan. (2004). Perkembangan Ilmu Sosiologi di Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Siregar, Ashadi. (2006) . Etika Komunikasi . Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.

Soerjono, Soekanto. (1998). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.


(10)

Non Buku :

www.wikipedia.com. (2006) . Hedonism (Tanggal akses 16 Juli 2011,

pukul. 14:03)

BanjarmasinPost.co.id. (2011). Hedonisme masyarakat modern (Diakses jum’at, 29 juli 2011 Pukul. 13.30)

Suarakaryaonline.com. (2006). Budaya Hedonistik (Diakses Selasa, 26 Juli 2011 Pukul. 14:30)

Tokohilmuwanpenemu.blogspot.com. (2011). Teori Humanistik (Diakses Rabu, 3Agust 2011)

http://www.scribd.com/doc/45080023/27/Teori-Humanistik (di akses 4 agust’2011 pukul : 12.49) Kolaborasi Teori Dalam Pendidikan Pragmatisme

Tim Kuepper (reviewer) Berger The Sacred Canopy : Elements of Sociological Theory of Religion, Religious Experience Resources Review of Books and Articles, http://people.bu.edu/wwil.dmao

http://www.infoskripsi.com/Article/Teori-Humanistik.html (di akses 27 Juli

2011 pukul : 13.45)

jurnalskripsi-digilib (Komunikasi Interpersonal Gay) oleh Vidia Liliana 05220108

jurnalskripsi-digilib (Perilaku Komunikasi Interpersonal dalam Perjalanan Hidup Seorang Lesbian) oleh Ika Yuniarsih 05220013


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berawal dari praktek komunikasi yang lebih menekankan mengenai keberadaan suatu etika, dimana manusia saling bereaksi dan berinteraksi. Etika komunikasi merupakan serangkaian hasil refleksi atas realitas di ruang publik (public-sphere) menurut Ashadi (2006:7), yang kemudian dikaitkan dengan proses komunikasi antarpribadi atau antar individu, supaya proses komunikasi berjalan dengan baik serta tujuan komunikasi tersebut dapat tercapai (what to say n’ how to say) tanpa menimbulkan suatu kerenggangan hubungan antar individu ataupun kelompok.

Faktanya berkomunikasi merupakan salah satu wujud kebutuhan manusia yang sangat vital. Menurut Gordon I. Zimmerman, diantara tujuan komunikasi terdapat tujuan untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain, serta menemukan satu ciri khas komunikasi dari tiap-tiap individu yang berbeda. Rudolf F. Verderber juga berpendapat demikian. Menurutnya, salah satu fungsi komunikasi adalah untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2002:4).


(12)

2

Oleh karena itu, pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dan sebagainya.

Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat, dan kemudian menghasilkan sebuah kebudayaan (Selo Sumardjan, 2004).

Dan kebudayaan itu sendiri merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Berarti, hampir seluruh tindakan manusia adalah proses “kebudayaan”. Menurut Koentjaraningrat (1990:180) Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan naluri yang terbawa oleh manusia dalam gen-nya bersama kelahirannya (seperti misalnya makan, minum atau berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan kebudayaan, dan dari budaya menciptakan suatu bahasa dari wujud cipta, rasa dan karsa manusia.

Dalam hal ini etika sangat erat hubungannya dengan filsafat budaya, etika komunikasi itu sendiri juga bisa dikaji melalui beberapa perspektif, yaitu diantaranya perspektif ekonomi, perspektif politik, dan perspektif humanistik. Melalui etika komunikasi, adapun objek yang diteliti mengenai,


(13)

3

bagaimana suatu penampilan seseorang mengkomunikasikan dirinya, baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal.

Kini cara manusia berkomunikasi sudah menjadi satu trend tersendiri, baik dalam aturan-aturannya, maupun dalam bentuk bahasa. Seperti halnya komunitas hedone yang lebih memiliki kecenderungan untuk selalu hidup berfoya-foya atau lebih mengutamakan kesenangan dan kemewahan semata (pleasure). Hal ini terlihat agak ironis di kehidupan bangsa kita yang sedang terjerat krisis ekonomi yang sangat parah ini (SuarakaryaOnline, 2011).

Hedone pada kenyataannya sudah menjadi budaya. Mau tidak mau, suka tidak suka kita tidak bisa menolak keberadaannya. Hal itu merupakan satu wujud budaya komunikasi di Indonesia yang kian merebak dari kalangan muda-mudi / mahasiswa, eksekutif muda, pejabat maupun konglomerat sampai lingkungan rumah tangga.

Apalagi berbicara soal pengaruh, budaya hedonisme sangat begitu nyata di kalangan masyarakat terutama pada remaja. Pada saat remaja sedang terhimpit arus globalisasi dan mengalami krisis identitas mengenai baik atau buruk, maupun salah atau benar, remaja sekarang akan mengenal


(14)

4

dunia mereka melalui lingkungan sekitarnya, yang terkesan dirangsang oleh pengaruh media.

Remaja juga sangat antusias terhadap adanya hal-hal baru. Gaya hidup hedonis ini dapat dikatakan sangat menarik bagi remaja, mengingat budaya hedonisme mempunyai daya pikat yang sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat banyak bermunculan fenomena- fenomena baru akibat faham ini. Fenomena yang muncul tersebut adalah, kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan berkecukupan tanpa harus bekerja keras.

Budaya hedonisme membawa kita untuk tampil instant, tidak berbelit belit dalam hal mendapatkan suatu kebahagiaan, karena dalam hal ini yang diutamakan adalah bukan proses, melainkan hasil yang dicapai. Dengan menempuh segala cara yang mudah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti halnya komunitas party lovers yang menjadi objek penelitian kali ini. Party lovers merupakan suatu komunitas yang satu sama lain saling menggilai clubbing / dunia gemerlap. Party lovers juga merupakan kumpulan orang-orang dari mulai penyaji hiburan malam sampai penikmat clubbing itu sendiri, yang berada di Colors pub n’ resto, Surabaya.

Colors pub n’resto adalah salah satu tempat hiburan dan seni– kehidupan malam yang berada di kawasan Surabaya Timur yang menyajikan beberapa menu minuman, yang juga menjadi Nu’s drinkin


(15)

5 launching. Selain itu, Konser Band Legend, Konser Band Most Wanted dan Event – Event khas Colors Pub.

Pemikiran tersebut diatas menyebabkan masuknya budaya hedonisme didalam kehidupan masyarakat. Perwujudan dari suatu budaya hedonisme telah mengakibatkan suatu fenomena-fenomena baru yang mengkhawatirkan bagi kehidupan masyarakat. Sesuatu itu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Dan pada kenyataannya, dari permasalahan tersebut jadi banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga etika dapat diartikan sebagai suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membuka wawasan tentang kebaikan dan keburukan atas tindakan seseorang (Suranto, 2011:125).

Fenomenologi Husserl memang berbeda dengan para filsuf sebelumnya.

“Ia berpendapat bahwa kita perlu melihat realitas apa adanya. Realitas perlu ditelaah secara lebih detil dan cermat. Inti dari fenomenologi adalah upaya untuk membiarkan realitas itu menyingkapkan diri, dan tampil di hadapan kita apa adanya”.

Fenomenologi adalah suatu cara untuk memahami struktur-struktur fundamental realitas yang berkaitan langsung dengan pengalaman manusia. Untuk dapat memahami struktur-struktur fundamental realitas tersebut, maka kita perlu mencermatinya dengan tanpa prasangka dan asumsi apapun.


(16)

6

Kita dituntut untuk kembali pada realitas itu sendiri, dan tidak terlebih dahulu membuat penilaian-penilaian, prasangka, praduga, atau bisa yang kita pegang dan yakini sebelumnya.

Untuk mencapai ini, kita dituntut untuk berani mencermati realitas apa adanya, dan memiliki kemampuan untuk memisahkan segala sesuatu yang menjadi penilaian kita dengan apa yang sesungguhnya menjadi karakter fundamental dari realitas tersebut. Harapannya adalah obyek dapat terbuka dan menyatakan dirinya sendiri. Husserl menyebutnya sebagai “kembali kepada benda itu sendiri”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikian bagaimana fenomena etika komunikasi dalam komunitas

hedone khususnya dalam party lovers, colors pub n’resto Surabaya, untuk memahami mereka dari kacamata subyektif, sehingga dapat memberikan wacana serta pandangan baru bagi peneliti selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana etika komunikasi komunitas hedone pada komunitas Party Lovers, Colors pub n’resto Surabaya ?”.


(17)

7 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diambil, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan serta mengetahui etika komunikasi dalam komunitas hedone pada komunitas Party Lovers, Colors pub n’resto

Surabaya.

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa signifikansi, antara lain :

1. Signifikansi Akademis :

a. Sebagai literatur tambahan bagi peneliti selanjutnya khususnya di jurusan ilmu komunikasi yang hendak melakukan inovasi lebih lanjut untuk pengayaan materi perkuliahan, serta yang ingin membuat karya tulis ilmiah melalui sudut pandang etika komunikasi.

b. Sebagai tambahan wacana untuk perbandingan dimasa yang akan datang terutama yang berhubungan dengan perkuliahan etika dan filsafat komunikasi. Agar tidak terus berpikir secara konservatif tradisional sehingga lebih nyata dalam wilayah sosial.


(18)

8 2. Signifikansi Praktis :

a. Dapat memberikan wacana mengenai etika komunikasi melalui paradigma konstruktivisme, culture / budaya menciptakan bahasa, hedonisme sebagai subculture. Serta menemukan satu ciri khas budaya yang terbentuk melalui proses komunikasi interpersonal, baik verbal maupun

nonverbal.

b. Sebagai bahan untuk mengukur pengaruh komunikasi khususnya dalam sudut pandang etika komunikasi.

3. Signifikansi Sosial :

Sebagai tambahan wacana bagi masyarakat dalam segi komunikasi, untuk dapat lebih berpikir realistis seputar masalah kehidupan pribadi seseorang yang memiliki orientasi hedonis yang berbeda.


(1)

bagaimana suatu penampilan seseorang mengkomunikasikan dirinya, baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun nonverbal.

Kini cara manusia berkomunikasi sudah menjadi satu trend tersendiri, baik dalam aturan-aturannya, maupun dalam bentuk bahasa. Seperti halnya komunitas hedone yang lebih memiliki kecenderungan untuk selalu hidup

berfoya-foya atau lebih mengutamakan kesenangan dan kemewahan semata (pleasure). Hal ini terlihat agak ironis di kehidupan bangsa kita yang sedang

terjerat krisis ekonomi yang sangat parah ini (SuarakaryaOnline, 2011).

Hedone pada kenyataannya sudah menjadi budaya. Mau tidak mau,

suka tidak suka kita tidak bisa menolak keberadaannya. Hal itu merupakan satu wujud budaya komunikasi di Indonesia yang kian merebak dari kalangan muda-mudi / mahasiswa, eksekutif muda, pejabat maupun konglomerat sampai lingkungan rumah tangga.

Apalagi berbicara soal pengaruh, budaya hedonisme sangat begitu nyata di kalangan masyarakat terutama pada remaja. Pada saat remaja sedang terhimpit arus globalisasi dan mengalami krisis identitas mengenai baik atau buruk, maupun salah atau benar, remaja sekarang akan mengenal


(2)

dunia mereka melalui lingkungan sekitarnya, yang terkesan dirangsang oleh pengaruh media.

Remaja juga sangat antusias terhadap adanya hal-hal baru. Gaya hidup hedonis ini dapat dikatakan sangat menarik bagi remaja, mengingat budaya hedonisme mempunyai daya pikat yang sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat banyak bermunculan fenomena- fenomena baru akibat faham ini. Fenomena yang muncul tersebut adalah, kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan berkecukupan tanpa harus bekerja keras.

Budaya hedonisme membawa kita untuk tampil instant, tidak berbelit belit dalam hal mendapatkan suatu kebahagiaan, karena dalam hal ini yang diutamakan adalah bukan proses, melainkan hasil yang dicapai. Dengan menempuh segala cara yang mudah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti halnya komunitas party lovers yang menjadi objek

penelitian kali ini. Party lovers merupakan suatu komunitas yang satu sama

lain saling menggilai clubbing / dunia gemerlap. Party lovers juga

merupakan kumpulan orang-orang dari mulai penyaji hiburan malam sampai penikmat clubbing itu sendiri, yang berada di Colors pub n’ resto,

Surabaya.

Colors pub n’resto adalah salah satu tempat hiburan dan seni–

kehidupan malam yang berada di kawasan Surabaya Timur yang menyajikan beberapa menu minuman, yang juga menjadi Nu’s drinkin


(3)

launching. Selain itu, Konser Band Legend, Konser Band Most Wanted dan

Event – Event khas Colors Pub.

Pemikiran tersebut diatas menyebabkan masuknya budaya hedonisme didalam kehidupan masyarakat. Perwujudan dari suatu budaya hedonisme telah mengakibatkan suatu fenomena-fenomena baru yang mengkhawatirkan bagi kehidupan masyarakat. Sesuatu itu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Dan pada kenyataannya, dari permasalahan tersebut jadi banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga etika dapat diartikan sebagai suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai buruk. Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membuka wawasan tentang kebaikan dan keburukan atas tindakan seseorang (Suranto, 2011:125).

Fenomenologi Husserl memang berbeda dengan para filsuf sebelumnya.

“Ia berpendapat bahwa kita perlu melihat realitas apa adanya. Realitas perlu ditelaah secara lebih detil dan cermat. Inti dari fenomenologi adalah upaya untuk membiarkan realitas itu menyingkapkan diri, dan tampil di hadapan kita apa adanya”.

Fenomenologi adalah suatu cara untuk memahami struktur-struktur fundamental realitas yang berkaitan langsung dengan pengalaman manusia. Untuk dapat memahami struktur-struktur fundamental realitas tersebut, maka kita perlu mencermatinya dengan tanpa prasangka dan asumsi apapun.


(4)

Kita dituntut untuk kembali pada realitas itu sendiri, dan tidak terlebih dahulu membuat penilaian-penilaian, prasangka, praduga, atau bisa yang kita pegang dan yakini sebelumnya.

Untuk mencapai ini, kita dituntut untuk berani mencermati realitas apa adanya, dan memiliki kemampuan untuk memisahkan segala sesuatu yang menjadi penilaian kita dengan apa yang sesungguhnya menjadi karakter fundamental dari realitas tersebut. Harapannya adalah obyek dapat terbuka dan menyatakan dirinya sendiri. Husserl menyebutnya sebagai “kembali kepada benda itu sendiri”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mendeskripsikian bagaimana fenomena etika komunikasi dalam komunitas hedone khususnya dalam party lovers, colors pub n’resto Surabaya, untuk

memahami mereka dari kacamata subyektif, sehingga dapat memberikan wacana serta pandangan baru bagi peneliti selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana etika komunikasi komunitas hedone pada komunitas Party Lovers, Colors pub n’resto


(5)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diambil, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan serta mengetahui etika komunikasi dalam komunitas hedone pada komunitas Party Lovers, Colors pub n’resto

Surabaya.

D. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa signifikansi, antara lain :

1. Signifikansi Akademis :

a. Sebagai literatur tambahan bagi peneliti selanjutnya khususnya di jurusan ilmu komunikasi yang hendak melakukan inovasi lebih lanjut untuk pengayaan materi perkuliahan, serta yang ingin membuat karya tulis ilmiah melalui sudut pandang etika komunikasi.

b. Sebagai tambahan wacana untuk perbandingan dimasa yang akan datang terutama yang berhubungan dengan perkuliahan etika dan filsafat komunikasi. Agar tidak terus berpikir secara konservatif tradisional sehingga lebih nyata dalam wilayah sosial.


(6)

2. Signifikansi Praktis :

a. Dapat memberikan wacana mengenai etika komunikasi melalui paradigma konstruktivisme, culture / budaya

menciptakan bahasa, hedonisme sebagai subculture. Serta

menemukan satu ciri khas budaya yang terbentuk melalui proses komunikasi interpersonal, baik verbal maupun

nonverbal.

b. Sebagai bahan untuk mengukur pengaruh komunikasi khususnya dalam sudut pandang etika komunikasi.

3. Signifikansi Sosial :

Sebagai tambahan wacana bagi masyarakat dalam segi komunikasi, untuk dapat lebih berpikir realistis seputar masalah kehidupan pribadi seseorang yang memiliki orientasi hedonis yang berbeda.