1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam era global telah menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat.Pemerintah sebagai penanggungjawab dalam menentukan setiap
kebijakan yang diterapkan pada masyarakatnya harus selalu mengembangkan kebijakan tersebut yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.Dalam dunia
pendidikan pembaharuan sistem pendidikan menjadi tanggung jawab penuh pemerintah.Salah satu tindakan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini adalah
merubah kurikulum yang berlaku.Indonesia telah beberapa kali mengganti kurikulum dengan tujuan mengikuti perkembangan jaman.
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan jaman Mulyasa, 2013: 59. Perubahan kurikulum yang berorientasi pada kompetensi competency based curriculum yang merupakan
tindak lanjut dari kurikulum berbasis kompetensi KBK yang pernah diujicobakan pada tahun 2004 memiliki konsekuensi terhadap berbagai aspek pembelajaran di
sekolah Mulyasa, 2013: 66. Perubahan suatu kurikulum akan membawa berbagai perubahan dalam implementasi kurikulum tersebut salah satunya dari proses dan
tujuan pembelajaran. Hal itu sejalan dengan pendapat Anonim, bahwa perubahan paradigma kurikulum membawa implikasi terhadap paradigma evaluasi dan
penilaian, dari penilaian dengan menggunakan acuan standar ke penilaian dengan pendekatan ilmiah Anonim, 2012: 1.Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki
pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun praktikal dalam bidang evaluasi pembelajaran untuk menentukan apakah
penguasaan kompetensi sebagai tujuan pembelajaran telah berhasil dikuasai siswa atau belum.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 57 Ayat 1, dinyatakan bahwa evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional, sebagai akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Selanjutnya pada Pasal 58 Ayat 1 dijelaskan
evaluasi proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan, sedang pada ayat 2 menjelaskan secara lebih jelas bahwa evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh
lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk mencapai standar nasional pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 Pasal 3 Ayat 1 penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau
kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dijelaskan lebih lanjut pada
Pasal 5 Ayat 3 bahwa sasaran penilaian hasil belajar oleh pendidik terhadap kompetensi pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi tingkatan
kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan
pengetahuan metakognitif. Dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran setiap guru tidak hanya menentukan tes sebagai alat evaluasi tetapi juga menggunakan non
tes dalam bentuk tugas, wawancara dan sebagainya Sanjaya, 2008: 62. Jadi dalam hal ini guru tidak hanya mengambil nilai pada saat berakhirnya suatu materi
tertentu, melainkan selama proses belajar mengajar berlangsung guru berperan aktif dalam proses penilaian.
Kurikulum 2013 secara substansial menyatakan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik,
yang mencakup penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ujian tingkat kompetensi, ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolahmadrasah Sunarti, 2014: 3. Standar penilaian pendidikan kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud
Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, yaitu kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik Sunarti,
2014: 2. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil
belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah maka pada penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik yaitu bentuk penilaian
yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada
situasi yang sesungguhnya. Penilaian autentik Authentic Assesment merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai, mulai dari proses
hingga keluaran output pembelajaran Sunarti, 2014: 28. Penilaian autentik pada dasarnya adalah proses pengumpulan informasi
tentang perkembangan dan pencapaian pemebelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai Sunarti, 2014: 27. Dalam proses authentic assessment guru akan
memperoleh potret atau profil kemampuan peserta didik dalam mencapai sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirumuskan dalam Kurikulum 2013
masing-masing sekolah. Oleh karena itu penerapan authentic assessment merupakan salah satu bagian penting dalam suatu proses pembelajaran yang terkait dengan
pencapaian hasil belajar siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah AtasMadrasah Aliyah, sejarah tergolong kedalam mata pelajaran umum kelompok A sebagaimana dimaksud pada Pasal 5
ayat 1 huruf a merupakan program kurikuler yang bertujuan mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan peserta
didik sebagai dasar dan penguatan kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu juga merupakan mata pelajaran pada peminatan
ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat 10 huruf
bsilabus mata pelajaran sejarah sebagaimana Pasal 9 ayat 1 huruf a dikembangkan oleh pemerintah.
Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dari tingkat sekolah paling dasar sampai pada tingkat satuan pendidikan menengah atas.
Proses pembelajaran sejarah di sekolah menengah menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif dan bertujuan agar penguasaan aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik terbentuk pada diri siswa. Tujuan mempelajari sejarah adalah agar peserta didik mempunyai kemampuan berfikir historis dan pemahaman sejarah.
Guru sejarah memiliki peranan penting dalam keseluruhan proses pembelajaran sejarah. Selain mengembangkan bentuk-bentuk alat bantu
pembelajaran secara mekanis dan mengembangkan pendidikan yang berfokus pada kemajuan siswa, guru sejarah juga memegang peranan penting dalam membuat
pelajaran sejarah menjadi hidup dan menarik bagi siswa. Guru sejarah bertanggungjawab menginterpretasikan konsep tersebut kepada siswa-siswanya. Hal
inilah yang kemudian menjelaskan mengapa guru berperan penting dalam pembelajaran sejarah. Sejarah haruslah diinterpretasikan subyektif dan sesederhana
mungkin Kochhar, 2008: 393 Berdasarkan hasil wawancara awal tanggal 9 Februari 2015 dengan guru
sejarah SMA NEGERI 1 SAYUNG, menyatakan bahwa penilaian pada pembelajaran sepenuhnya diserahkan kepada masing-masing guru. Selanjutnya guru
sejarah di SMA NEGERI 1 SAYUNG juga menyatakan bahwa ada suatu diskusi antar guru diluar rapat mengenai metode pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan
penilaian autentik terhadap siswa dalam pembelajaran sejarah, guru sejarah mengakui masih bingung dalam menerapkan berbagai teknik-teknik penilaian dalam
penilaian autentik Kurikulum 2013 dikarenakan kurangnya sosialisasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Demak maupun Departemen Pendidikan Nasional serta
belum adanya pelatihanworkshop terhadap guru terkait dengan implementasi Kurikulum 2013. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan kajian
secara mendalam mengenai pelaksanaan penilaian autentik dalam pembelajaran sejarah khususnya di kelas XI SMANEGERI 1 SAYUNG.
Atas dasar paradigma diatas perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran sejarah kelas XI. Untuk itu
penelitian mengambil judul
“PELAKSANAAN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KURIKULUM 2013 DI SMA
NEGERI 1 SAYUNG” B.
Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana pemahaman guru sejarah di SMA NEGERI 1 SAYUNG
mengenai penilaian autentik ? 2.
Bagaimana penerapan penilaian autentik yang dilakukan guru sejarah di SMA NEGERI 1 SAYUNG ?
3. Hambatan apa yang dialami guru sejarah di SMA NEGERI 1 SAYUNG
dalam penilaian autentik dan bagaimana upaya mengatasinya ?
4. Bagaimana tanggapan siswa di SMA NEGERI 1 SAYUNG terhadap
penilaian autentik?
C. Tujuan Penelitian