Pendeteksian Keasaman Dan Kebasaan Pada Pembuburan Kertas Dengan Menggunakan ph Meter Pada Proses Bleaching (Pemutihan) (Aplikasi pt. Riau Andalan Pulp And Paper)

(1)

PENDETEKSIAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA

PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN

pH METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN)

(APLIKASI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER)

O

L

E

H

035203005

HENDRA HARTAS. S

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENDETEKSIAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA

PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN

pH METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN)

(APLIKASI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER)

O

L

E

H

035203005

HENDRA HARTAS. S

PROGRAM DIPLOMA-IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK


(3)

ABSTRAK

Pada dunia industri penggunaan peralatan instrumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses operasi produksi suatu pabrik. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan pada suatu proses. Untuk itu peralatan tersebut harus dapat menghasilkan pengukuran atau pendeteksian dengan optimal. Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran pada jalannya proses yaitu tekanan (pressure), suhu (temperature), tinggi permukaan (level) dan aliran (flow).

Salah satu aplikasi dari alat-alat instrumentasi tersebut yang di pakai pada pabrik pembuatan kertas atau pulp adalah dengan menggunakan PH meter yang berfungsi untuk mendeteksi keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar dapat menghasilkan kertas atau pulp yang kualitas baik. PH meter merupakan suatu peralatan yang terdiri dari sensor sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaana, di mana data yang diperoleh dari pendeteksian oleh sensor tersebut akan ditampilkan ke transmiter, selanjutnya transmiter mengirim data tersebut ke ruang DCS (Distribution Control System), sehingga data tersebut dapat dibaca oleh operator pada ruang kontrol.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa, atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayah handa dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan moral maupun materil dan selalu mengertai ananda dengan do’a sampai ananda menyelesaikan Karya Akhir Ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang di berikan baik materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Nasrul Abdi. MT. selaku ketua Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Rahmad Fauzi. ST. MT. sebagai sekretaris Jurusan Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya akhir ini.


(5)

memberikan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Akhir ini.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyususn membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat di diskusikan dan di pelajari bersama demi kemajuan wawasan ilmu pengetahuann teknologi. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2008


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I. 1 Latar Belakang ... 1

I. 2 Tujuan Karya Akhir ... 2

I. 3 Batasan Masalah ... 2

I. 4 Metode Pembahasan ... 3

I. 5 Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

II. 1 Teori Dasar pH ... 5


(7)

II.4 Asam ... 9

II.5 Basa ... 10

II.6 Kalorimetri ... 10

II.7 Potensiometri ... 11

II.8 Proses pengolahan kayu pada PT. RAPP ... 14

BAB III PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA PH METER ... 17

III. 1 Wood Yard ... 17

III. 2 Area Fibreline ... 19

III. 3 Pulp Machine ... 23

III. 4 Area Measurment pH ... 24

BAB IV PROSES PENDETEKSIAN BUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PH METER ... 30

VI.1 Penggunaan pH Meter pada Area Bleaching ... 30


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

V. 1 Kesimpulan ... 35

V. 2 Saran ... 35


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Skema Elektroda pH Meter ... 7

Gambar 2. 2 Skala pH untuk beberapa Zat sehari-hari ... 9

Gambar 2. 3 Elektrode Ukur dan Elektrode Referensi ... 12

Gambar 2. 4 Elektrode pH Meter Modern ... 13

Gambar 2. 5 Diagram Blok proses produksi Pulp ... 15

Gambar 2. 6 Diagram Blok proses produksi di Fibreline ... 15

Gambar 3. 1 Blok Diagram Aplikasi Alat ... 17

Gambar 3. 2 Filtrate Piston pada keterpasangan pipa ... 25

Gambar 3. 3 Sensor pH Model AP301 ... 27

Gambar 3. 4 Sensor pH Model AP303 ... 27

Gambar 3. 5 pH Meter Type TB82pH ... 29


(10)

ABSTRAK

Pada dunia industri penggunaan peralatan instrumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses operasi produksi suatu pabrik. Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada saat ini, manusia selalu berusaha untuk menemukan atau menciptakan suatu peralatan yang dapat mempermudah pekerjaan pada suatu proses. Untuk itu peralatan tersebut harus dapat menghasilkan pengukuran atau pendeteksian dengan optimal. Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran pada jalannya proses yaitu tekanan (pressure), suhu (temperature), tinggi permukaan (level) dan aliran (flow).

Salah satu aplikasi dari alat-alat instrumentasi tersebut yang di pakai pada pabrik pembuatan kertas atau pulp adalah dengan menggunakan PH meter yang berfungsi untuk mendeteksi keasaman dan kebasaan pada buburan kertas agar dapat menghasilkan kertas atau pulp yang kualitas baik. PH meter merupakan suatu peralatan yang terdiri dari sensor sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaana, di mana data yang diperoleh dari pendeteksian oleh sensor tersebut akan ditampilkan ke transmiter, selanjutnya transmiter mengirim data tersebut ke ruang DCS (Distribution Control System), sehingga data tersebut dapat dibaca oleh operator pada ruang kontrol.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Pada sebuah pabrik atau industri agar suatu proses dapat berjalan dengan sempurna dan memperoleh hasil yang baik maka harus didukung dengan instrumen atau peralatan yang baik pula. Salah satu dari alat instrumen tersebut adalah alat pendeteksi keasaman dan kebasaan pada pembuatan buburan kertas atau pulp yang terdapat pada PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Alat ini sangat berperan penting dalam menjaga kualitas kertas atau pulp yang akan dihasilkan.

PH Meter merupakan salah satu alat yang berperan penting dalam proses bleaching (pemutihan) terutama pada pabrik pembuatan kertas. PH Meter terdiri dari beberapa bagian yaitu sensor pH yang berfungsi sebagai pendeteksi keasaman dan kebasaan, serta transmitter sebagai alat yang menampikan hasil dari pendeteksian sensor tersebut supaya dapat dilihat atau dibaca berapa nilai keasaman dan kebasaan dari buburan kertas (pulp) yang akan dideteksi tersebut.

Atas dasar pengamatan dan pentingnya pemahaman tentang penggunaan pH meter pada pabrik pembuatan kertas atau pulp tersebut, maka dalam karya akhir ini akan membahas tentang


(12)

“PENDETEKSISAN KEASAMAN DAN KEBASAAN PADA PEMBUBURAN KERTAS DENGAN MENGGUNAKAN PH METER PADA PROSES BLEACHING (PEMUTIHAN). (APLIKASI PT. RAPP)”

I.2. Tujuan Karya Akhir

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan karya akhir ini adalah :

1. Memenuhi syarat untuk menyelesaikan masa studi sebagai mahasiswa program Diploma IV Teknologi Instrumentasi Pabrik.

2. Mengetahui dan memahami cara kerja dari PH Meter pada pabrik.

I.3. Batasan Masalah

Mengingat masalah yang akan diangkat sebagai karya akhir ini mempunyai ruang lingkup yang relatif luas, maka penulis membatasi masalah karya akhir ini pada :

• Memaparkan prosas kerja PH Meter sebagai alat pendeteksi keasaman dan kebasaan pada proses bleaching (pemutihan) di PT. RAPP.

• Tidak membahas rumus-rumus kimia dan senyawa-senyawa kimia secara mendetail.


(13)

I.4. Metode Pembahasan

Metode pembahasan yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini antara lain sebagai berikut :

1. Dengan mempelajari teori dan pengamatan langsung di lapangan serta melakukan diskusi dengan pembimbing dilapangan sewaktu melaksanakan kerja praktek di PT. RAPP.

2. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing.

3. Dengan mencari buku-buku referensi dari beberapa pustaka yang dapat menunjang penyusunan karya akhir.

I.5. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka penulis membuat suatu sistematika penulisan. Sistematika ini merupakan urutan bab demi bab termasuk isi dari sub-sub babnya. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah :

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan pembahasan, batasan masalah, metode pembahasan, dan


(14)

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pH Meter, dan proses pengolahan kayu pada PT. RAPP secara umum.

BAB III : PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA pH METER

Bab ini menjelaskan tentang proses pembuatan pulp dan alat pendukung pada pH Meter

BAB IV :PRINSIP KERJA PH METER

Bab ini menjelaskan tentang proses pendeteksian buburan kertas dengan menggunakan pH Meter pada area Bleaching.

BAB V : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang dapat diambil penulis dari pengamatan sewaktu berada dilapangan dan pada waktu penulisan karya akhir.


(15)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Teori Dasar pH

pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH< 7 menunjukkan keasaman. pH 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indicator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah.

Selain menggunakan kertas lakmus, indicator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari "p", lambang matematika dari negative logaritma, dan "H", lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negative logaritma dari aktivitas ion Hydrogen. pH adalah singkatan dari power of Hydrogen.


(16)

II.2. Dasar pengukuran Drajat Keasaman

Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan untuk pengolahan sesuatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-hari. Pada industri kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yamg diharapkan sampai pengendalian limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri.

Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan.


(17)

Gambar 2.1. Skema Elektroda pH Meter

II.3. Pengertian Derajat keasaman

Untuk memahami pengertian dasar keasaman dibawah ini diuraikan secara ringkas tentang ionisasi. Bila suatu atom menerima energi tambahan dari luar, electron atom itu akan meningkat energi kinetiknya. Hal itu akan memindahkan tingkat energi electron ke tingkat yang lebih tinggi. Elektron akan berpindah menuju kulit yang lebih luar yang akhirnya jika energi yang diterima cukup besar dapat memisahkan electron dari atomnya. Dari atom ini akan didapatkan dua partikel yang masing-masing partikel bermuatan positif dan negatif. Partikel atom yang melepas elektronnya itu disebut ion positif. Atom juga bisa menerima elektron sehingga akan kelebihan electron. Partikel seperti ini juga disebut ion tetapi merupakan ion negatif.

Molekul- molekul suatu zat yang dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik disebut elektrolit. Ion-ion negative bergerak menuju ke anode, oleh karena itu ion negative disebut anion. Ion positif bergerak menuju katode, oleh


(18)

karena itu ion positif disebut kation. Suatu larutan elektrolit, molekulnya terurai menjadi ion-ion. Air murni tergolong elektrolit lemah. Sebagian molekulnya terurai menjadi ion H- dan OH+

H .

2O--- H+ + OH Dari persamaan diatas, 1 ion H

-+

dan 1 ion OH- berasal dari penguraian 1 molekul H2 O. Dengan demikian, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH-. Larutan air seperti itu dinamakan dengan larutan Netral. Larutan yang mengandung ion H+ berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi OH- dan disebut larutan Asam, sedangkan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ lebih kecil dari konsentrasi ion OH

-Banyaknya larutan yang terurai menjadi ion dinamakan derajat ionisasi. Besarnya berkisar antara 0 sampai 1. Suatu elektrolit yang derajat ionisasinya besar, mendekati 1 disebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat ionisasinya kecil mendekati 0 dinamakan elektrolit lemah. Ionisasi mempunyai tetapan kesetimbangan (K). Misal untuk air, kesetimbangannya dapat dihitung dengan rumus:

disebut larutan Basa. Larutan asam dapat menerima electron bebas, sedangkan basa dapat memberikan electron bebas.


(19)

Dalam air murni dengan suhu 25°C, konsentrasi H+=10-7mol/liter, sedangkan hasil kali konsentrasi H+ dengan OH-=10-14. Konsentrasi H+= konsentrasi OH-=10-7

Basa kuat Netral Asam kuat 0 7 6 5 4 3 2 1 8 9 10 11 12 13 14

5% asam sulfat Juice jeruk 4% asam asetat bir

susu Air murni Air laut

Amoniak 10% 4% coustic soda

. Untuk menentukan asam atau basa diperlukan skala pH seperti berikut.

Gambar 2.2. Skala pH untuk beberapa zat sehari-hari

II.4. Asam

Asam (sering diwakili dengan rumus umum HA)secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam defenisi modern, asam adalah suatu zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk membentuk garam. Contoh asam adalah


(20)

asam asetat (ditemukan dalam cuka) dan asam sulfat (yang digunakan dalam baterai atau aki mobil) Asam umumnya berasa masam, walaupun demikian mencicipi rasa asam terutama asam pekat dapat berbahaya dan tidak dianjurakan.

Secara umum Asam memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

Rasa : Masam ketika dilarutkan dalam air.

Sentuhan : Asam terasa menyengat bila disentuh, terutama asam yang kuat.

Kereaktifan : Asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif terhadap logam.

II.5. Basa

Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air menghasilkan ion -OH.

Secara umum Basa memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

Rasa : Tidak masam bila dilarutkan dengan air.

Sentuhan : Tidak terasa menyengat bila disentuh.

Kereaktifan : Kebanyakan tidak bereaksi terhadap logam.

II.6. Kalorimetri


(21)

keadaan pH tertentu. Zat tersebut merupakan paduan dari asam basa lemah dan garamnya. Jika garam dari asam lemah berbeda warnanya dari asam yang terionisasi, hasil akhir warna larutan bergantung pada perbandingan dari kosentrasi kedua bentuk tadi. Cairan indikator yang biasa digunakan adalah penoftalin.

Untuk mengamati warna ini diperlukan pengalaman pengamat yang berpengalaman bisa mencapai ketelitian 0,1 pH. Larutan yang gelap dan berwarna tidak dapat diamati dengan baik. Indikator yang tidak stabil dan larutan yang kuat akan mengoksidasi atau mereduksi. Penambahan indikator dapat pula mengubah nilai pH dari sampel. Cara lain adalah dengan menggunakan kertas lakmus yang dikenakan pada cairan sample. Kertas itu akan berubah warna dan dapat dicocokkan dengan warna standar.

II.7. Potensiometri

Kalorimetri yang telah diuraikan diatas tidak dapat mengukur pH secara kontinu disamping beberapa kelemahan lainnya. Untuk mengatasinya digunakan cara elektrometri atau potensiometri. Peralatan ukur pH elektrometri secara garis besar terdiri atas electrode ukur yang sensitive, electrode referensi, electrode kompensasi suhu, dan alat ukur tegangan antara electrode ukur dan referensi.

Elektrode ukur untuk pH telah dikembangkan hingga bermacam-macam. Untuk pengukuran pH di indutri digunakan electrode ukur yang dikenal dengan electrode gelas. Elektrode gelas sensitive hanya pada ion hydrogen saja. Pada gambar 2.3. elektrode ukur terdiri atas tabung gelas yang didalamnya berisi larutan netral dengan pH tetap. Larutan ini disebut larutan Buffer. Disebelah luar


(22)

dari tabung gelas adalah larutan proses yang harus diukur. Dinding gelas dari tabung gelas mempunyai tahanan yang tinggi sekali.

Elektrode ukur

Elektrode Referensi

Gambar 2.3. Elektrode Ukur dan Elektrode Referensi

Dalam tabung gelas electrode ukur juga terdapat perak dan perak klorida yang berada dalam larutan buffer. Jika aktifitas ion hydrogen dari larutan proses lebih besar dari pada larutan yang ada di dalam tabung gelas, perbedaan tegangan menjadi positif. Jika konsentrasi ion dalam larutan proses lebih kecil akan didapat perbedaan potensial yang negative.

Hubungan antara potensial dengan aktifitas ion hydrogen dinyatakan dengan rumus Nerst :

E = Perbedaan potensial yang terukur

Eo = Konstanta Elektrode pada suhu 25o

R = Konstanta Gas


(23)

n = Muatan ion

F = Angka Faraday sebagai Konstanta

H+

Konstruksi Elektrode ukur yang lebih lengkap dapat dilihat pada gambar 2.4. = Aktifitas Hidrogen

Gambar 2.4. Elektrode pH Meter Modern

1. Bagian perasa electrode yang terbuat dari kaca yang sfesifik. 2. Larutan buffer.

3. Cairan HCL.

4. Elektroda ukur yang dilapisi perak. 5. Tabung gelas elektroda.

6. Elektroda referensi.

7. Ujung kawat yang terbuat dari keramik.

Elektrode referensi terdiri atas tabung gelas yang berisi larutan potassium Klorida (KCL). Pada bagian bawah tabung gelas terdapat lubang halus (Orifice). Larutan KCL dapat kontak langsung dengan larutan proses diluar tabung gelas itu.


(24)

Kawat penghubung adalah perak yang dibagian luarnya dilapisi perak klorida. Perak klorida berhubungan dengan potassium klorida jenuh perak klorida. KCL jenuh disebut garam jembatan karena dapat berhubungan dengan larutan proses.

Potensial antara KCL dengan larutan proses biasanya kecil dan akan bervariasi bergantung pada perubahan proses. Potensial keseluruhan dari electrode referensi dengan cara tersebut diatas, dapat dibuat konstan dan tidak terpengaruh oleh perubahan yang terjadi. Elektrode referensi membutuhkan pengulangan (Repeatability) dan ketelitian yang lebih tinggi. Elektrode referensi perlu diberi proteksi (Perlindungan) untuk mencegah terjadinya lapisan penghalang pada bagian lubang halus electrode. Kebocoran larutan proses, masuknya larutan kimia proses kedalam electrode referensi.

II.8. Proses Pengolahan Kayu Pada PT. RAPP

Gambaran umum tentang proses produksi PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Riau.

PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER adalah sebuah industri yang bergerak dibidang pengolahan pulp, yang merupakan bahan baku pembuatan kertas. Adapun bahan baku pembuatan pulp itu sendiri berasal dari kayu. Didalam proses pembuatan pulp pada PT. RAPP digunakan proses kimia dengan menggunakan bahan kimia NaOH dan Na2S, dimana akan dihasilkan pulp yang kuat. Secara diagram blok proses pembuatan pulp tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini:


(25)

WOOD

YARD

FIBRELINE

PULP

MACHINE

LOGS

(Batang Kayu)

PULP KERING

Gambar 2.5. Diagram Blog Proses Produksi Pulp

1. Wood Yard

Pada unit ini dilakukan proses pemotongan kayu menjadi chip-chip yang berasal dari potongan kayu yang panjang.

2. Proses Fibreline

Proses di Fiberline dapat digambarkan sebagai berikut:

DIGESTER

WASHING/

SCREENING

BLEACHING

CHIPS BLEACHEAD

PULP

Gambar 2.6. Diagram Blok Proses Produksi di Fibreline

Unit ini merupakan unit pengolahan dari chip. Chip yang dikirim kedalam chipple dimasukkan kedalam digester dengan kapasitas 140 ton chip.

a. Digester

Digister adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia dengan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (Chip) dengan proses Kraft (sulfat) digunakan larutan pemasak yang disebut Lindi Putih (White


(26)

Liquor). Senyawa kimia yang aktif yang terkandung dalam lindi puth adalah NaOH dan Na2S. Pemasakan dilakukan pada suhu 165 °C sampai 170 °C.

b. Washing And Screening

Didalam discharge tank dilakukan pencucian (washing) untuk menghilangkan sisa bahan kimia dalam pulp dengan menggunakan air pencucian seminimal mungkin.

c. Bleaching Plan

Bleaching Plant adalah area proses pemutihan yang bertujuan untuk menghasilkan derajat putih (Brightness) pulp dengan cara menghilangkan lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan Delignifikasi Oxigen, dimana dalam area ini berlangsung empat tahap proses pemutihan sesuai bahan kimia yang digunakan

3. Pulp Machine

Pulp Machine dirancang yang fungsinya untuk memisahkan air dari buburan pulp hingga kadar air pada pulp tinggal 10%. Setelah melalui proses pemutihan, maka pulp diproses kembali pada unit pulp machine dimana pada unit ini dilakukan proses pengeringan dan membentuknya menjadi sheet (lembaran-lembaran) dengan ukuran tertentu yang tujuannya untuk mempermudah penanganan pengangkutannya.


(27)

BAB III

PRINSIP KERJA ALAT YANG DIGUNAKAN PADA pH METER

Prinsip Kerja

Dibawah ini dapat kita lihat diagram aplikasi alat yang digunakan pada pH Meter, disini dapat kita lihat bahwa chip-chip kayu yang masuk kebagian Digester Plant menuju bagian Washing (pencucian) lalu ke Bleaching (pemutihan) dan kemudian ke bagian pulp Machine. Pada bagian Bleaching inilah pH Meter dipasang untuk mendeteksi/mengukur keasaman ataupun kebasaan dari pulp agar menghasilkan pulp yang berkualitas baik (Berwarna Putih).


(28)

III.1. Wood Yard

Pada unit ini dilakukan proses pemotongan kayu menjadi chip-chip yang berasal dari potongan kayu yang panjang. Proses pembuatan chip tahapannya sebagai berikut :

a. Kayu yang telah diambil dari hutan dikumpulkan dan kemudian dipotong

potong oleh mesin Slaser hingga panjangnya menjadi 2,5 meter.

b. Setelah diperoleh potongan kayu yang sesuai dengan ukurannya, maka kayu tersebut dimasukkan kedalam mesin Barking Drum, dimana mesin tersebut

akan membersihkan kulit dari kayunya. Kulit kayu yang telah terkumpul kemudian dimasukkan kedalam Boiler sebagai bahan bakar untuk menghasilkan steam.

c. Kayu yang telah bersih (dikuliti), kemudian dimasukkan kedalam mesin pembuat chip yang disebut dengan mesin Chipper. Mesin Chipper ini memotong kayu hingga menjadi chip dengan ukuran 16 mm sampai dengan 22 mm dengan tebal 3mm.

d. Setelah menjadi chip, maka chip-chip tersebut dikirimkan ke mesin chip Screen (mesin penyaring chip) dimana mesin ini memisahkan chip sesuai dengan ukurannya.


(29)

Tahap penyaringan melalui dua tingkat :

a. Tingkat 1

Pada tingkat ini, chip yang disaring adalah yang berukuran lebih besar dari ukuran yang standartnya atau yang disebut Oversize. Chip yang tersaring atau melewati tingkat ini akan disaring kembali pada tingkat kedua. Sedangkan chip berukuran besar tadi akan dikirim kembali pada mesin Chipper guna dilakukan pemotongan kembali.

b. Tingkat 2

Pada tingkat ini, chip yang lolos dari tingkat satu akan disaring kembali pada tingkat ini, penyaringan chip yang berukuran lebih kecil dari ukuran standart, sehingga chip tersebut akan tersaring. Adapun chip yang tertinggal pada tingkat dua ini merupakan chip dengan ukuran standart. Dengan belt conveyor akan dikirimkan kedalam chippile guna pengolahan selanjutnya.

III.2. Area Fibreline a. Digester

Digister adalah merupakan bejana yang digunakan untuk memasak pulp kimia dengan proses sulfat. Dalam pemasakan serpihan kayu (chip) dengan proses Kraft (sulfat) digunakan larutan pemasak yang disebut Lindi Putih (White Liquor). Senyawa kimia yang aktif yang terkandung dalam lindi putih adalah NaOH dan Na2S. Pemasakan dilakukan pada suhu 165 °C sampai 170 °C.


(30)

a. Pengisian Chip.

Chip Filling adalah proses pengisian serpihan kayu (chip) yang dikirim dari chip storaging atau dari chip screening dengan menggunakan belt conveyor ke chip Silo, dari chip Silo serpihan dimasukkan ke Digester dengan menggunakan screw conveyor pada waktu pengisian chip, udara yang ada dalam Digester dihilangkan (Dievaluasi) melalui saringan sirkulasi dengan menggunakan Blower.

b. Pengisian Warm Black Liquor

Setelah pengisian chip dilakukan dengan level dan berat yang ditargetkan Imperegnasi Warm Black Liquor dipompakan ke dasar Digester dan diisi secara continiu sampai overflow (melimpah) yang fungsinya menyempurnakan udara di dalam rongga-rongga chip kayu dan udara di dalam Digester.

Warm Black Liquor merupakan pemanasan awal pemasakan yang tujuan utamanya adalah untuk penetrasi dan difusi chip agar didapatkan reaksi kimia antara serpihan kayu dengan alkali aktif terdispersi secara homogen dan pemasakan pulp yang dihasilkan memiliki kematangan yang tidak bervariasi.

c. Pengisian Hot Black Liquor dan Hot White Liquor

Pada proses pengisian Hot Black Liquor yang tujuannya untuk menaikkan panas dari warm black liquor pada suhu dibawah ±100 °C digantikan oleh Hot Black Liquor pada suhu ±140 °C pada siklus pemasakan di dalam Digester. Setelah Hot Black Liquor dipompakan ke digester 50 m³ berikutnya secara bersama Hot White


(31)

d. Heating and Cooking.

Setelah Hot Liquor diisikan, suhu di dalam digester hampir mendekati suhu pemasakan. Tujuan dari fase disini untuk menaikkan suhu sampai ±170 °C dengan steam yang dimasukkan langsung melalui steam nozle di dalam jalur sirkulasi Digester. Pada fase cooking yaitu mempertahankan suhu pemasakan pada ±170 °C sampai pada target faktor H yang diperlukan.

e. Displacement dan Discharging

Bila fase pemasakan sudah dilakukan selanjutnya fase Displacement. Dalam fase ini akan menghentikan reaksi pemasakan dan merupakan pencucian awal. Black liquor yang digunakan adalah Filtrat dari washing plant yang sudah didinginkan pada suhu ±85 °C, dimasukkan ke dalam Digester menggantikan Black Liquor di dalam Digester, pada akhir fase ini temperatur pamasakan ±100 °C. Discharging merupakan proses pemompaan pulp yang sudah dimasak di Digester ke Discharging tank, untuk mempermudah pemompaan pulp tersebut diencerkan- (Delution) pulp hasil pemasakan ditampung di Charging tank yang selanjutnya dikirim ke proses pencucian dan penyaringan.

b. Washing (Pencucian)

Pulp hasil pemasakan di Digester yang dikirim ke sistem pembersihan berwarna coklat yang disebut Brown Stock. Tujuan dari Brown Stock Washing dan Screening adalah untuk memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat dalam pulp. Sebagai persiapan sebelum proses Delignifikasi Oksigen. Dalam proses ini secara kontiniu memisahkan kotoran-kotoran dari hasil


(32)

pemasakan dari Digester yang diikuti emulsi (Black Liquor) berdasarkan dimensi maupun berupa berat jenis.

c. Bleaching (Pemutihan)

Pulp Sulfat yang sebelumnya diputihkan berwarna coklat karena adanya gugus Lignin serta turunanya. Proses pemutihan (Bleaching) tujuannya untuk menghasilkan derajat putih (brightness) pulp, dengan cara menghilangkan Lignin yang tersisa pada proses pemasakan dan Delignifikasi Oxigen. Proses ini terdiridari 4 tahap sesuai dengan bahan kimia yang digunakan serta untuk menghindari Degredasi Selulosa.

Tahap 1 Chlorine Dioxida (D)

Proses Pemutihan pada tahap pertama ini bahan kimia yang digunakan dengan jenis Elemen Chlorine Free (ECF), dimana tidak menggunakan unsur Chlor (Cl2). Tujuan tahap ini untuk merusak dan memisahkan struktur Lignin yang terdapat dalam selulosa.

Tahap 2 Ekstraksi & Oxidasi (EO)

Pada tahap ini merupakan reaksi Ekstraksi dan Oxidasi yang tujuannya untuk melarutkan dan mengoksidasi lignin dan resin yang dipisahkan. Pada tahap pertama, bahan kimia yang digunakan adalah NaOH (ekstraksi) dan Oxigen (oxidasi).


(33)

Tahap 3 Dioxidasi I ( D1 )

Pada tahap ini merupakan tahap utama reaksi yang terjadi antara Chlor Dioxida dan Lignin yang tujuannya untuk meningkatkan derajat putih pulp. Bahan kimia yang digunakan Chlordioxida.

Tahap 4 Dioxida (D2)

Pada tahap ini bertujuan untuk lebih meningkatkan Derajat Putih hingga 89 – 90 GE°. Bahan kimia yang digunakan Chlor Dioxida dan SO2. SO2 digunakan untuk menetralkan Residual Chlordioksida yang selanjutnya disuplai ke pulp machine untuk dibuat lembaran pulp.

III. 3. Pulp Machine

Setelah melalui proses pemutihan, maka pulp diproses kembali pada unit pulp machine dimana pada unit ini dilakukan proses pengeringan dan membentuknya menjadi sheet (lembaran-lembaran) dengan ukuran tertentu. Proses pengeringan ini melalui beberapa tahapan antara lain :

Tahap 1

Dengan mengunakan alat Centricleanir dilakukan pembersihan pulp dari partikel-partikel berat seperti pasir dan lain-lain berdasarkan berat jenisnya.

Tahap 2

Setelah dibersihkan, maka Wire Part melakukan pemisahan air dengan pulp dengan mengunakan Wire (lembaran saringan), kemudian dihisap dengan mengunakan vacum sehingga berbentuk lembaran-lembaran (sheet).


(34)

Tahap 3

Pada tahap ini dilakukan pemisahan air dari pulp dengan mengunakan Presspart (silinder press) sehingga kadar air berkurang dari 70% menjadi 50%.

Tahap 4

Merupakan tahap pengeringan dengan menggunakan steam sebagai bahan bakarnya, sehingga kadar air kembali berkurang dari 50% menjadi 10%.

Tahap 5

Selanjutnya pulp yang telah kering dan berbentuk lembaran, kemudian dipotong dengan alat potong (cutter) sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan, dan selanjutnya pulp tersebut ditumpuk membentuk ball dan kemudian diikat serta dilakukan pengepakan, dan siap untuk dikirimkan kekonsumen.

Sisa dari bahan kimia yang telah digunakan dari proses produksi tidaklah terbuang percuma, akan tetapi diolah kembali, ada yang digunakan sebagai bahan bakar ada pula yang didaur ulang menjadi air yang dimamfaatkan kembali untuk proses produksi.

III. 4. Area Measurmen pH

Pada tahap Bleaching (pemutihan) inilah perlu diketahui atau dideteksi keasaman dan kebasaan dari pulp untuk menjaga agar pulp yang dihasilkan memiliki warna putih yang berkualitas baik, dibagian inilah pentingnya pH Meter digunakan untuk mengetahui apakah terjadi kekurangan atau kelebihan asam dan


(35)

1. Filtrate piston

Filtrate Piston digunakan untuk mengatasi tekanan dan suhu yang tinggi pada pipa aliran pulp sebelum di deteksi/ukur dengan sensor pH, karena dapat merusak gelas sensor pH (bisa pecah), dan juga berfungsi sebagai penyaring atau untuk memisahkan cairan pH (asam/basa) dari pulp (bubur kertas) agar cairan yang akan dideteksi/ukur keasaman dan kebasaanya tersebut dapat lebih mudah di diketahui nilai keasaman dan kebasaannya dengan menggunakan sensor pH. Cairan yang akan diukur atau di deteksi keasaman dan kebasaanya harus bersih dan suhunya tidak boleh terlalu tinggi, karena akan mempengaruhi keakuratan dari kerja sensor pH.


(36)

2. pH Meter

pH meter yang digunakan pada PT.RAPP adalah type TB82pH dengan merk ABB buatan Jerman. Tampilan yang terdapat pada pH meter adalah nilai pH yaitu skala 0-14 dan juga menampilkan suhu dari cairan pulp tersebut.

pH Meter terdiri dari 2 bagian, yaitu :

a. Sensor pH

Sensor pH adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi cairan pulp agar diketahui nilai keasaman dan kebasaannya dan menampilkannya ke transmitter. Sensor pH memiliki dua elektroda didalamnya, yaitu elektroda ukur dan elektroda referensi, dan didalam elektroda gelas terdapat larutan potassium klorida (KCL). Pada potensial elektro kimia yang terjadi antara larutan yang terdapat didalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hydrogen yang ukurannya relative kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektro kimia dari ion hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. Berdasarkan perbedaan teganga tersebut maka dapat diketahui besar pH dari cairan pulp tersebut.


(37)

Gambar 3.3 Sensor pH Model AP301

Gambar 3.4 Sensor pH Model AP303

b. Transmitter

Transmitter yang digunakan pada pH Meter adalah Transmitter elektrik. Transmitter elektrik adalah salah satu peralatan kontrol yang pengaruhnya sangat besar terhadap jalanya proses pengontrolan, karena transmitter ini fungsinya menerima sinyal elektrik dari alat ukur yang akan dikirim ke kontroller. Standarisasi sinyal yang keluar dari transmitter elektrik adalah ada dalam dua bentuk sinyal arus atau tegangan. Dimana skala kerja


(38)

sinyal arus selalu 4-20 mA atau sinyal 10-50 mA, dan skala kerja sinyal tegangan ada yang bervariasi sebesar 1-5 VDC dan ada juga yang 0-10 VDC

Untuk pengendali yang bersifat remote biasanya digunakan alat bantu sebagai penguat dan penterjemah output dari sensor kedalam bentuk sinyal standart. Peralatan semacam inilah yang dalam sistem instrumentasi pengendali proses yang kita kenal dengan ”Transmitter”. Dimana tergantung besaran fisik yang diukur dan lebih populer dengan sebutan proses variabel (Prosess Variable) oleh transmitter tersebut, bila besaran yang diukur adalah tekanan maka disebut transmitter tekanan (pressure transmitter), berkenaan dengan itu dikenal juga level transmitter, flow transmitter dan sebagainya. Menurut bentuk sinyal energi yang digunakan transmitter dibedakan menjadi pneumatik dan elektrik.

, atau skala-skala yang lain tergantung pada kerja unit transmitter. Transmitter adalah salah satu elemen dari sistem pengendali proses. Seperti yang sudah diketahui bahwa untuk mengukur besaran fisik suatu proses digunakan alat ukur yang sering disebut sebagai sensor/primary elemen (bagian yang berhubungan langsung dengan medium yang diukur), keluaran (output) dari sensor tersebut dapat disuplaykan/ditampilkan dimana tempat sensor tersebut dipasang pada lokal indikator, atau bisa juga langsung dikirim melalui ruangan pengendali (control room) secara remote.


(39)

Gambar 3.5 pH Meter TypeTB82pH

3. DCS (Distributed Control System)

DCS (Distributed Control System) sesuai dengan namanya adalah sebuah Sistem Pengontrolan yang bekerja menggunakan beberapa controller dan mengkoordinasikan kerja semua controller tersebut. Masing-masing controller tersebut menangani sebuah plant yang terpisah. Controller yang dimaksud tersebut adalah PLC (Programmable Logic Controller). Hampir semua pengontrolan pada PT. RAPP dapat dilakukan diruang DCS seperti membuka dan menutup control valve, mengatur putaran motor dan mengontrol alat-alat instrument lainya.


(40)

BAB IV

PROSES PENDETEKSIAN BUBURAN KERTAS

DENGAN MENGGUNAKAN pH METER

IV.1 Penggunaan pH Meter Pada Area Bleaching

pH Meter dipasang pada Area Bleaching pada tahap pemutihan pulp untuk mendeteksi berapa nilai keasaman dan kebasaan (pH) dari pulp dan untuk mengetahui apakah perlu dilakukannya penambahan asam/basa (pH) pada proses ini, agar pulp yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. pH Meter dipasang pada pipa aliran pulp/buburan kertas pada area Bleaching. Berikut dapat kita lihat blok diagaram keterpasangan pH Meter pada Area Bleaching :


(41)

Dari gambar blok diagram dapat kita lihat proses kerja pH Meter yang dipasang pada area bleaching (Proses Pemutihan). Berikut langkah kerja dari pH Meter yang terdapat pada area bleaching :

Pulp yang mengalir pada pipa dari bagian proses yang masih memiliki kadar air yang tinggi (berbentuk bubur kertas) diambil dan disaring dengan menggunakan Filtrate Piston agar cairan pulp yang akan dideteksi keasaman dan kebasaanya tidak bercampur dengan pulpnya dan juga untuk mengurangi tekanan yang tinggi dari pipa aliran pulp tersebut, karena akan mempengaruhi keakuratan pendeteksiannya dari sensor pH yang terdapat pada pH meter. Hanya cairan dari pulpn itu saja yang diambil dari pipa aliran pulp tersebut.

Selanjutnya cairan dari pulp yang telah disaring dengan menggunakan filtrate piston tersebut mengalir ke tempat dimana sensor pH tersebut dipasang. Sebelum cairan tersebut dideteksi/diukur keasaman atau kebasaannya dengan sensor pH, cairan tersebut didinginkan terlebih dahulu dengan air (cooler) untuk menurunkan suhu dari cairan pulp tersebut karena cairan pulp yang diambil tadi masih memiliki suhu yang tinggi dan itu dapat merusak sensor pH.

Selanjutnya cairan pulp yang telah diturunkan suhunya tadi kemudian ditampung pada tempat dimana sensor pH dipasang. Kemudian sensor pH akan bekerja mendeteksi/mengukur nilai pH (asam/basa) dari cairan pulp tersebut. Hasil dari pendeteksian tersebut kemudian ditampilkan pada transmitter, dari hasil tampilan tersebut sudah dapat diketahui cairan tersebut asam atau basa.

Hasil pendeteksian/pengukuran yang ditampilkan pada transmitter kemudian dikirim langsung kebagian DCS (Distribution Control System). Dari


(42)

sini operator dapat mengetahui apakah perlu dilakukan penambahan pH (asam/basa) pada pulp pada proses bleaching (pemutihan). Pada pH meter skala yang ditampilkan 0-14 (>7 basa dan <7 asam), sedangkan pembacaan pada DCS (Distribution Control System) 4-20 mA. Maka jika pembacaan pada transmitter pH 0 maka setelah dikirim ke DCS sinyal yang dibaca 4 mA.

Data pemeriksaan pH yang diperoleh dilapangan

pH Temperatur (oC)

6,5 60

8 29

5,5 70

4 65

10 20

Dari data yang diperoleh dilapangan dapat di ketahui bahwa nilai pH dan suhu pada pH Meter, pada proses bleaching tidak dijaga pada nilai tertentu (tidak harus konstan), dan tidak boleh juga kurang dari pH 4 dan lebih dari pH 11. pH meter hanya mengidikasikannya saja bila terjadi kelebihan atau kekurangan, maka dilakukan penambahan asam/basa (pH) pada bagian proses agar kwalitas pulp tetap terjaga.


(43)

IV. 2. Pengkalibrasian pH Meter

Pengkalibrasian pH meter pada PT.RAPP dilakukan apabila telah terjadi kesalahan (error) pada pendeteksian/pengukuran keasaman dan kebasaan pada cairan pulp. Sebelum di lakukan pengkalibrasian data yang ada pada transmitter tersebut harus di hold (simpan) terlebih dahulu agar data yang ada sebelumnya tidak hilang dan tempratur pada transmitter diatur pada suhu 25°C (Suhu Normal) Kemudian dilakukan langkah-langkah seperti berikut :

Langkah 1

Sensor pH dicuci dengan air, kemudian sensor dimasukkan ke cairan asam pekat (pH 14) secara berulang hingga respon yang ditampilkan cepat oleh sensor dan data yang ditampilkan pada trasmiter juga harus pH 14 (nilai pH yang ditampilkan sama dengan pH yang diukur).

Langkah 2

Sensor pH dicuci kembali dengan air untuk menghilangkan bekas cairan asam tersebut, kemudian dimasukkan kembali kecairan basa pekat (pH 0) secara berulang hingga respon yang ditampilkan juga cepat oleh sensor, dan data yang ditampilkan pada transmitter juga harus pH 0.

Langkah 3

Sensor pH dicuci kembali dengan air, kemudian dimasukkan kecairan dengan pH 7. Tampilan nilai di trasmitter minimal harus pH 6,5 kemudian sensor dicuci kembali dengan air, dan dimasukkan kembali kecairan dengan pH 4 maka tampilan nilai pada trasmiter minimal pH 3,5. Jika nilai yang ditampilkan pada


(44)

transmitter lebih rendah dari yang diatas tersebut maka slopenya tidak bagus, kemungkinan pH meter tersebut telah rusak.


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PT. RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) mengenai pH meter pada proses bleaching (pemutihan), maka dapat diambilkesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunana pH meter pada proses bleaching sangat penting dalam menjaga kualitas dari pulp untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik, terutama terhadap kwalitas putih tidaknya kertas yang diproduksi.

2. Dapat disimpulkan bahwa nilai pH pada proses bleaching tidak diharuskan dijaga pada suatu nilai tertentu atau dengan kata lain tidak harus konstan.

3. Pengukuran pH (Drajat keasaman/kebasaan) dengan menggunakan pH Meter lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode kertas lakmus.

V.2. Saran

1. Untuk meningkatkan kinerja dari pH meter di PT. RAPP sebaiknya pH meter type TB82pH diganti dengan pH meter type ASPS 1111 hal ini dikerenakan pH meter type ASPS 1111 ini lebih tahan terhadap


(46)

suhu dan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan type TB82pH.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

A.C. Srivastava Susanto, Teknik Instrumentasi, Universitas Indonesia, 1987.

Djudju Djumhadi, Teknik Pengukuran Besaran Proses II, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.

Ir. H. Mansyur, Msi, Instrumentasi Pabrik II, Departemen Perindustrian R.I.

PTKI - Medan, 2006.

PT. Riau Andalan Pulp And Paper, DLP Training Module Instument Riau Pulp, 2007.


(1)

sini operator dapat mengetahui apakah perlu dilakukan penambahan pH (asam/basa) pada pulp pada proses bleaching (pemutihan). Pada pH meter skala yang ditampilkan 0-14 (>7 basa dan <7 asam), sedangkan pembacaan pada DCS (Distribution Control System) 4-20 mA. Maka jika pembacaan pada transmitter pH 0 maka setelah dikirim ke DCS sinyal yang dibaca 4 mA.

Data pemeriksaan pH yang diperoleh dilapangan

pH Temperatur (oC)

6,5 60

8 29

5,5 70

4 65

10 20

Dari data yang diperoleh dilapangan dapat di ketahui bahwa nilai pH dan suhu pada pH Meter, pada proses bleaching tidak dijaga pada nilai tertentu (tidak harus konstan), dan tidak boleh juga kurang dari pH 4 dan lebih dari pH 11. pH meter hanya mengidikasikannya saja bila terjadi kelebihan atau kekurangan, maka dilakukan penambahan asam/basa (pH) pada bagian proses agar kwalitas pulp tetap terjaga.


(2)

IV. 2. Pengkalibrasian pH Meter

Pengkalibrasian pH meter pada PT.RAPP dilakukan apabila telah terjadi kesalahan (error) pada pendeteksian/pengukuran keasaman dan kebasaan pada cairan pulp. Sebelum di lakukan pengkalibrasian data yang ada pada transmitter tersebut harus di hold (simpan) terlebih dahulu agar data yang ada sebelumnya tidak hilang dan tempratur pada transmitter diatur pada suhu 25°C (Suhu Normal) Kemudian dilakukan langkah-langkah seperti berikut :

Langkah 1

Sensor pH dicuci dengan air, kemudian sensor dimasukkan ke cairan asam pekat (pH 14) secara berulang hingga respon yang ditampilkan cepat oleh sensor dan data yang ditampilkan pada trasmiter juga harus pH 14 (nilai pH yang ditampilkan sama dengan pH yang diukur).

Langkah 2

Sensor pH dicuci kembali dengan air untuk menghilangkan bekas cairan asam tersebut, kemudian dimasukkan kembali kecairan basa pekat (pH 0) secara berulang hingga respon yang ditampilkan juga cepat oleh sensor, dan data yang ditampilkan pada transmitter juga harus pH 0.

Langkah 3

Sensor pH dicuci kembali dengan air, kemudian dimasukkan kecairan dengan pH 7. Tampilan nilai di trasmitter minimal harus pH 6,5 kemudian sensor dicuci kembali dengan air, dan dimasukkan kembali kecairan dengan pH 4 maka tampilan nilai pada trasmiter minimal pH 3,5. Jika nilai yang ditampilkan pada


(3)

transmitter lebih rendah dari yang diatas tersebut maka slopenya tidak bagus, kemungkinan pH meter tersebut telah rusak.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di PT. RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper) mengenai pH meter pada proses bleaching (pemutihan), maka dapat diambilkesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunana pH meter pada proses bleaching sangat penting dalam menjaga kualitas dari pulp untuk memperoleh hasil produksi yang berkualitas baik, terutama terhadap kwalitas putih tidaknya kertas yang diproduksi.

2. Dapat disimpulkan bahwa nilai pH pada proses bleaching tidak diharuskan dijaga pada suatu nilai tertentu atau dengan kata lain tidak harus konstan.

3. Pengukuran pH (Drajat keasaman/kebasaan) dengan menggunakan pH Meter lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode kertas lakmus.

V.2. Saran

1. Untuk meningkatkan kinerja dari pH meter di PT. RAPP sebaiknya pH meter type TB82pH diganti dengan pH meter type ASPS 1111 hal ini dikerenakan pH meter type ASPS 1111 ini lebih tahan terhadap


(5)

suhu dan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan type TB82pH.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A.C. Srivastava Susanto, Teknik Instrumentasi, Universitas Indonesia, 1987.

Djudju Djumhadi, Teknik Pengukuran Besaran Proses II, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992.

Ir. H. Mansyur, Msi, Instrumentasi Pabrik II, Departemen Perindustrian R.I.

PTKI - Medan, 2006.

PT. Riau Andalan Pulp And Paper, DLP Training Module Instument Riau Pulp, 2007.