Protozoa Intestinalis

1
PROTOZOA INTESTINALIS
Pendahuluan Prot ozoa int est inal t erdiri at as amebae, flagellat a, dan cilliat a.
Termasuk amebae int est inal adalah Ent amoeba hist olyt ica, Ent amoeba coli, Ent amoeba hart manni, Endol imax nana, Iodamoeba but schlii, Dient amoeba f ragilis, dan Blast ocyst is hominis. Flagellat a int est inal t ermasuk Giardia lamblia, Chil omast ix mesnili, Ent eromonas hominis, Ret ort amonas int est inalis, dan Trichoonas hominis . Ciliat a int est inal adalah Bal ant idium coli.
AMEBAE INTESTINALIS
Amebae berasal dari filum Sarcomast igophora, order Amoebida, dan Famili Amoebidae.
Amebae memiliki karakt erist ik umum berupa gerak ameboid yang dit imbulkan oleh adanya pseudopodia yang bert indak sebagai alat lokomot ornya. Hampir semua amebae memiliki dua bent uk, yakni bent uk t rofozoit dan kist a. Bent uk trofozoit adalah bent uk yang akt if bergerak, makan dan bereproduksi, namun t idak mampu bert ahan di luar t ubuh hospes. Bent uk kista adalah bent uk yang dorman, t ahan t anpa makan, dan bert anggung j awab t erhadap penularan penyakit .
Dari sekian banyak amebae int est inal, hanya Ent amoeba hist olyt ica yang bersifat pat ogen, sedangkan yang lainnya non pat ogen.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

2
Entamoeba histolytica
Morfologi Ameba ini memiliki bent uk t rofozoit dan kist a. Trofozoit nya
memiliki ciri-ciri morfologi: 1. ukuran 10-60 µm 2. sit oplasma bergranular dan mengan-dung erit rosit , yang merupakan pe-nanda pent ing unt uk diagnosisnya 3. t erdapat sat u buah int i ent amoeba, dit andai de-ngan karyosom padat yang t erlet ak di t engah int i, sert a kromat in yang t ersebar di pinggiran int i 4. bergerak progresif dengan alat gerak ekt oplasma yang lebar, disebut pseudopodia.
Kist a Ent amoeba hist olyt ica memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut :
1. bent uk memadat mendekat i bulat , ukuran 10-20 µm 2. kist a mat ang memiliki 4 buah int i ent amoba 3. t idak dij umpai lagi erit rosit di dalam sit o-plasma 4. kist a yang belum ma-t ang memiliki glikogen (chromat oidal
bodies) berbent uk sepert i cerut u, namun biasanya meng-hilang set elah kist a mat ang.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

3
Dalam peralihan bent uk t rofozoit menj adi kist a, ekt oplasma memendek dan di dalam sit oplasma t idak dij umpai lagi erit rosit . Bent uk ini dikenal dengan ist ilah prekist a (dulu disebut minut a). Bent uk prekist a dari Ent amoeba hist olyt ica sangat mirip dengan bent uk t rofozoit dari Ent amoeba coli, spesies lainnya dari ameba usus. Siklus Hidup

Siklus hidup dari seluruh ameba usus hampir sama. Bent uk yang infekt if adalah kist a. Set elah t ert elan, kist a akan mengalami eksist asi di ileum bagian bawah menj adi t rof ozoit kembali. Trofozoit kemudian memperbanyak diri dengan cara belah pasang.
Trofozoit kerap mengalami enkist asi (merubah diri menj adi bent uk kist a). Kist a akan dikeluarkan bersama t inj a. Bent uk t rofozoit dan kist a dapat dij umpai di dalam t inj a, namun t rofozoit biasanya dij umpai pada t inj a yang cair.
Ent amoeba hist olyt ica bersifat invasif, sehingga t rofozoit dapat menembus dinding usus dan kemudian beredar di dalam sirkulasi darah (hemat ogen). Penularan
Ent amoeba hist olyt ica t ersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya t erj adi karena makanan at au minuman yang t ercemar oleh kist a ameba. Penularan t idak t erj adi melalui bent uk t rofozoit , sebab bent uk ini akan rusak oleh asam lambung.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

4
Kist a Ent amoeba hist olyt ica mampu bert ahan di t anah yang lembab selama 8-12 hari, di air 9-30 hari, dan di air dingin (4ºC) dapat bert ahan hingga 3 bulan. Kist a akan cepat rusak oleh pengeringan dan pemanasan 50ºC.
Makanan dan minuman dapat t erkont aminasi oleh kist a melalui cara-cara berikut ini:
1. persediaan air yang t erpolusi 2. t angan inf ect ed f ood handler yang t erkont aminasi 3. kont aminasi oleh lalat dan kecoa 4. penggunaan pupuk t inj a unt uk t anaman 5. higiene yang buruk, t erut ama di t empat -t empat dengan
populasi t inggi, sepert i asrama, rumah sakit , penj ara, dan lingkungan perumahan Penularan yang berlangsung melalui hubungan seksual baisanya t erj adi di kalangan pria homoseksual.
Patogenesis dan Patologi Masa inkubasi dapat t erj adi dalam beberapa hari hingga
beberapa bulan. Amebiasis dapat berlangsung t anpa gej ala (asimt omat is). Penderit a kronis mungkin memiliki t oleransi t erhadap parasit , sehingga t idak menderit a gej ala penyakit lagi. Dari hal ini berkembang ist ilah sympt omless carrier.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

5
Gej ala dapat bervariasi, mulai rasa t idak enak di perut (abdominal discomf ort ) hingga diare. Gej ala yang khas adalah sindroma disent ri, yakni kumpulan gej ala gangguan pencernaan yang meliput i diare berlendir dan berdarah disert ai t enesmus.
Lesi yang t ipikal t erj adi di usus besar, yakni adanya ulkus dikarenakan kemampuan ameba ini unt uk menginvasi dinding usus. Lesi primer biasanya t erj adi di sekum, apendiks, dan bagian-bagian di sekit ar kolon asendens. Gambaran ulkusnya sepert i gaung bot ol (f laskshaped ulcer), dengan hanya sat u at au beberapa t it ik penet rasi di mukosa usus. Ulkus t erj adi di submukosa hingga lamina muskularis dari usus. Ulkus yang lebih dalam dapat melibat kan lamina serosa, sehingga dapat t erj adi perforasi hingga rongga perit oneum.
Dari ulkus primer t ersebut dapat berkembang lesi sekunder di bagian usus yang lain sert a organ dan j aringan ekst raint est inal. Kadang-kadang t erbent uk massa t umor granulomat osa (ameboma) di usus besar sebagai lanj ut an dari ulkus. Gambaran ront gen dan endoskopi menyerupai karsinoma.
Insiden t ert inggi unt uk t erj adinya lesi ekst raint est inal berlangsung di hat i melalui vena port a, dan mayorit as berkembang di lobus kanan, menimbulkan abses hat i ameba (amebic liver abscess).

Amebiasis di paru biasanya merupakan akibat dari perforasi abses hepat ik melalui diafrgama. Sedangkan amebiasis kulit t erj adi akibat penj alaran abses hingga ke kulit .
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

6
Penj alaran dapat pula t erj adi melalui j alan aliran darah (hemat ogen). Dengan j alan ini penj alaran dapat berlangsung hingga ke organ-organ yang j auh, sepert i limpa dan ot ak, sehingga menimbulkan abses di t empat -t empat t ersebut .
Abses ameba dapat t erj adi di serviks, vulva, vagina, dan penis melalui penularan secara hubungan seksual, yakni seks anal. Diagnosis
Selain menilai gej ala dan t anda, diagnosis amebiasis yang akurat membut uhkan pemeriksaan tinja unt uk mengident ifikasi bent uk t rofozoit dan kist a. Met ode yang paling disukai adalah t eknik konsent rasi dan pembuat an sediaan permanen dengan t richrom st ain. Namun yang paling sederhana dan berguna unt uk skrining adalah pembuat an sediaan basah dengan menggunakan bahan saline. Sediaan basah yang sederhana ini dapat diwarnai dengan pewarnaan Lugol (menggunakan iodin encer) agar t erlihat lebih j elas.
Unt uk menemukan bent uk t rofozoit , t inj a sebaiknya segera diperiksa. Wakt u yang paling baik adalah di bawah 30 menit . Pada t inj a encer dengan gej ala klinis yang nyat a dapat dij umpai bent uk t rofozoit , sedangkan pada sympt omless carrier dengan t inj a yang padat akan dij umpai bent uk kist a.
Selain t inj a, spesimen lain yang dapat diperiksa berasal dari enema, aspirat , dan biopsi. Pada aspirasi abses hat i adakan diperoleh
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

7
cairan berwarna coklat , dan bent uk t rofozoit dapat dit emukan pada akhir aspirasi at au di t epi ulkus.
Pemeriksaan yang lebih maj u adalah dengan prosedur serologis. Namun dipast ikan bahwa pemeriksaan ini j auh lebih mahal. Jenis-j enis pemeriksaan serologis adalah indirect hemagglut inat ion assay (IHA), enzyme-linked imunosorbent assay (ELISA), dan indirect immunof luorescent (IFA). Pengobatan
Penderit a amebiasis harus diobat i, dengan at au t anpa gej ala. Obat -obat amebisidal dibagi at as dua grup, yakni luminal amebicides dan t issue amebicides. Termasuk golongan yang pert ama adalah iodoquinol dan diloxadine furoat , dan t ermasuk golongan kedua adalah met ronidazol, klorokuin, dan dehidroemet in. Belum pernah dilaporkan resist ensi t erhadap obat -obat an ini. Pencegahan
Banyak cara dalam penularan parasit ini, dan banyak pula cara unt uk menanggulanginya.
1. Set iap penderit a harus diobat i, t ermasuk sympt omless car r i er
2. Karena media air sangat pent ing peranannya dalam penularan, maka perlu diperhat ikan kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan j arak j amban dari sumur
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006


8
3. Menj aga kebersihan perorangan dan lingkungan 4. Menghindari penggunaan pupuk t inj a unt uk t anaman 5. Hal-hal lain yang berhubungan dengan f ecal-borne
inf ect ion
Entamoeba coli
Morfologi E. coli memiliki bent uk t rofozoit dan kist a. Trofozoit dit andai
dengan ciri-ciri morfologi berikut : 1. bent uk ameboid, ukuran 15-50 µm 2. sit oplasma mengandung banyak vakuola yang berisi bakt eri, j amur dan debris (t anpa erit rosit ) 3. nukleus dengan karyosom sent ral dan kromat in mengelilingi pinggirannya 4. pseudopodia kurang lebar, sehingga t idak progresif dalam bergerak Dengan morfologi demikian, maka t rofozoit E. coli sangat mirip
dengan bent uk prekist a dari E. hist olyt ica. Kist a E. col i memiliki ciri-ciri berikut :
1. bent uk membulat dengan ukuran 10-35 µm 2. kist a mat ang berisi 8-16 int i 3. chromat oidal bodies berupa bat ang-bat ang langsing yang
menyerupai j arum
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

9 Siklus hidup dan Patogenesis
Siklus hidup E. coli menyerupai E. hist ol yt ica, namun t anpa adanya penj alaran ekst raint est inal. Penularan t erj adi karena t ermakan bent uk kist a malalui j alan yang sama dengan penularan E. hist ol yt ica. Infeksi E. coli bersifat asimt omat is dan non pat ogen. Namun parasit E. coli sering dij umpai bersamaan dengan infeksi E. hist olyt ica pada penderit a amebiasis.
Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan t inj a. Bent uk t rofozoit E. coli agak sukar dibedakan dengan bent uk prekist a E. hist olyt ica. Kist a mudah dibedakan bila t elah memiliki lebih dari 4 int i.
Pengobat an t idak diperlukan karena prot ozoa ini non pat ogen.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

10
CILIATA INTESTINALIS
Balantidium coli

Balant idium coli merupakan sat u-sat unya ciliat a usus yang pat ogen. Ciliat a ini adalah prot ozoa usus yang t erbesar yang menimbulkan gast roent erit is pada manusia.
B. coli berasal dari filum Ciliophora dan klas Kinet omast igophorea.
Morfologi B. coli memiliki bent uk t rofozoit dan kist a. Bent uk t rofozoit nya
memiliki karakt erist ik sebagai berikut : 1. bent uk oval, panj ang 30-100 µm, lebar 30-80 µm, seluruh permukaan t ubuh dit umbuhi rambut (cilia) 2. t erdapat cyt ost ome (mulut sel) pada bagian ant erior dan cyt opyge (alat pembuangan) pada bagian post erior 3. memiliki dua buah int i, makronukleus berbent uk sepert i ginj al dan mikro-nukleus berbent uk bulat , keduanya berdekat an 4. t erdapat vakuola kont rakt il pada sit oplasma Bent uk kist anya memiliki morfologi sebagai berikut : 1. bent uk bulat hingga elips dengan ukuran 45-65 µm 2. dinding dua lapis, di ant ara keduanya t erdapat cilia, namun dapat meng-hilang pada kist a yang mat ang
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

11
3. memiliki makro dan mikronukleus 4. t erdapat vakuola
Siklus hidup Infeksi B. coli t erj adi dengan memakan bent uk kist a melalui
makanan at au minuman yang t ercemar. Di dalam usus halus kist a akan mengalami eksist asi menj adi bent uk t rofozoit . Bent uk t rofozoit ini akan bermult iplikasi dengan cara belah pasang di dalam lumen ileum dan cekum. Di dalam kolon bent uk t rofozoit akan mengalami enkist asi menj adi kist a yang akan dikeluarkan bersama t inj a. Patogenesis
B. coli menimbulkan gast roent erit is yang disebut balant idiasis, dit andai dengan gej ala nyeri abdomen dan diare yang berdarah, mirip dengan infeksi oleh Ent amoeba hist olyt ica.
Pada infeksi berat dapat t imbul abses dan ulkus di mukosa dan submukosa usus besar dengan gambaran sepert i disent ri ameba. Infeksi kronis dapat t imbul t anpa t erlihat gej ala. Komplikasi ekst raint est inal bisa t erj adi di hat i, paru, dan organ lainnya, t et api hal ini j arang t erj adi.
Insiden balant idiasis cukup rendah, walaupun organisme ini t ersebar di seluruh dunia. Hospes reservoir yang pent ing adalah babi.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

12 Diagnosis dan Terapi
Diagnosis dit egakkan berdasarkan pemeriksaan t inj a, didukung oleh klinis yang sesuai.
Terapi dapat diberikan dengan obat -obat an ant imikroba sepert i met ronodazol, t et rasiklin, dan iodoquinol.
Karena penularan t erj adi dengan j alan f ecal-oral rout e, maka pencegahan yang t erbaik adalah menj aga higiene pribadi maupun lingkungan. Penularan dapat t erj adi dari babi, sehingga pent ing unt uk mencegah kont ak dengan kot oran hewan t ersebut .
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006


13
FLAGELLATA INTESTINALIS
Flagellat a t ermasuk filum Sarcomast igophora, subfilum Mast igophora. Grup ini memiliki karakt erist ik yang beragam. Beberapa organelnya menyerupai st rukt ur amebae, namun dengan t ambahan st rukt ur lain yang unik.
Berdasarkan habit at nya dikenal flagellat a int est inal, darah, urogenit al, dan oral. Free-l iving f lagell at a j uga t erdiri dari j umlah yang banyak.
Beberapa organel yang pent ing pada flagellat a ant ara lain adal ah:
1. flagella: cambuk yang keluar dari t ubuh, berfungsi sebagai alat gerak
2. axoneme: bagian flagella yang berada di dalam sit oplasma 3. undulat ing membrane: st rukt ur membranous yang
berundulasi yang melekat pada ekt oplasma 4. axost yle: t erdiri dari sepasang axoneme yang membant u
rigidit as flagella. Banyak spesies flagellat a usus yang dikenal, namun yang past i bersifat pat ogen adalah Giardia lamblia.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

14
Giardia lamblia
Giardia lamblia merupakan flagellat a usus yang paling pat ogen, hidup di usus halus (duodenum) hospes.
Morfologi Giardia lamblia memiliki bent uk t rofozoit dan kist a. Bent uk
t rofozoit memiliki ciri-ciri berikut : • pear-shaped dengan ukuran panj ang 9-20 µm dan lebar 5-15µm • bagian ant erior lebar, t erdapat sebuah sucking disc • memiliki dua buah int i yang t erlet ak simet ris, karyosom sent ral
yang besar t anpa kromat in di perifer • axost yle membagi t ubuh menj adi dua bagian simet ris • dua buah benda parabasal menyilang axost yle • memiliki 8 buah flagella; 2 di vent ral, 2 di kaudal, dan 4 di lat eral • bergerak sepert i daun j at uh
Ciri-ciri bent uk kist anya adalah: • berbent uk oval, panj ang 8-18 µm, lebar 7-10µm • kist a mat ang mengandung 4 buah int i • dapat t erlihat axost yl e dan benda parabasal
Siklus hidup dan Patogenesis

Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

15
Bent uk infekt if adalah kist a. Penularan t erj adi karena t ermakan kist a melalui f ecal -oral rout e. Di dalam duodenum kist a akan mengalami eksist asi menj adi t rofozoit , selanj ut nya bermult iplikasi dengan cara belah pasang.
Trofozoit menempel pada mukosa usus halus dengan bant uan sucking disc, sehingga mengganggu penyerapan makanan. Kelainan di saluran cerna dapat menyebabkan defisiensi nut risi, t erut ama vit amin, asam folat , prot ein dan gammaglobulin. Sindrom malabsorbsi dan st eat orrhea dapat t imbul dan merupakan penanda infeksi berat .
Diagnosis dan Terapi Diagnosis dit egakkan melalui pemeriksaan t inj a, didukung oleh
gej ala dan t anda klinis. Obat pilihan adalah met ronidazol. Pencegahan dilakukan dengan mencegah kont aminasi air. Kist a
G. lamblia biasanya resist en t erhadap pemakaian klorin, sehingga penyaringan air minum diperlukan. Hospes reservoir yang pent ing adalah sapi, sehingga pencemaran air sungai oleh pet ernakan sapi di sekit arnya dianggap pent ing dalam epidemiologi.
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Beaver, P.C.; Jung, R.C.; Cupp, E.W.: Clinical Parasit ology, Lea & Febiger, Philadelphia, 5 th edit ion, 1984, 35-220
2. Brown, H.W.; Neva, F.A.: Basic Clinical Parasit ology, Applet onCent ury-Croft s, Connect icut , 5th edit ion, 1983, 23-45
3. Cook, G.: Manson’ s Tropical Diseases, W.B. Saunders, Philadelphia, 20th edit ion, 1996, 1255-1298
4. Faust , E.C.; Russel, P.F.: Craig and Faust ’ s Clinical Parasit ology, 7th edit ion, Lea & Febiger, Philadelphia, 1964, 84-298
5. Garcia, L..S & Brucker, D.A.: Diagnost ik Parasit ologik Kedokt eran, EGC 1996, 81-96
6. Heelan, J.S.; Ingersoll, F.W.: Essent ials of Human Parasit ology, Delmar Thomson Learning, US, 2002, 39-40
7. Hlavsa, M.C.; Wat son, J.C.; Beach, M.J.: Giardiasis Surveillance – Unit ed st at es, 1998-2002, CDC MMWR, January 2005, 54: 9-15
8. Hunt er, G.W.; Frye, W.W.; Swart zwelder, J.C.: A manua of Tropical Medicine, W.B. Saunders, Philadelphia, 3rd edit ion, 1960: 253-297

9. Mak, J.W.; Choong, M.F.: At las of Medically Import ant Parasit es, Malaysia, 2004, 13-14
10. Markell, E.K.; John, D.T. & Krot oski, W.A.: Medical Parasit ology, WB Saunders, Philadelphia, 8th edit ion, 1999, 24-89
Hemma Yulfi: Protozoa Intestinalis, 2006 USU Repository©2006