Kesimpulan Saran Latar Belakang Masalah

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Persentase karakteristik pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu berdasarkan daerah asal, yaitu : Kota Palembang sebesar 69 persen. kedatangan mereka umumnya merupakan tujuan utama sebesar 72 persen, cara berkunjung dengan cara berkelompok sebesar 48 persen, dengan maksud untuk berpiknik sebesar 95 persen dan pulang pada hari itu juga sebesar 95 persen. Kondisi sosial ekonomi pengunjung adalah tingkat pendidikan terakhir yaitu SLTA sebesar 70 persen dan tingkat pendapatan perbulan Rp 500.000,00 — Rp 750.000,00, yaitu : sebesar 28 persen. 2. Biaya perjalanan rata-rata pengunjung Taman Wisata Alam Punti Kayu berkisar antara Rp 44.913,04 — Rp172.000,00. 3. Penilaian pengunjung terhadap Taman Wisata Alam Punti Kayu dilihat dari kondisi jalan menuju objek wisata, segi aksebilitas, keanekaragaman hayati, fasilitas rekreasi adalah baik, sedangkan keadaan keamanan dan pelayanan petugas informasi adalah buruk. 4. Total nilai kesediaan membayar pengunjung WTP Taman Wisata Alam Punti Kayu untuk biaya rehabilitasi hutan dan lahan adalah sebesar Rp 876.070.734,00 tahun.

B. Saran

1. Dengan mempertimbangkan karakteristik pengunjung yang ada, pengelolaan yang lebih baik terhadap potensi wisata yang ada perlu dilakukan seperti peningkatan pelayanan dan fasilitas kepada pengunjung, misalnya dengan pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana serta pelayanan petugas yang lebih baik kepada pengunjung. 2. Perlu dilakukan pengembangan jenis rekreasi baru misalnya membangun taman kupu-kupu, karena jenis rekreasi ini belum ada di Kota Palembang dan dapat menambah daya tarik bagi Taman Wisata Alam Punti Kayu. 3. Perlu dilakukan kegiatan reboisasi bersama antara pihak pengelola, pemerintah, dan pengunjung misalnya pada hari gerakan one man one tree agar keberadaan Taman Wisata Alam Punti Kayu tetap lestari. I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumberdaya hutan di Indonesia merupakan anugerah Tuhan yang dapat memberikan berbagai manfaat yang dapat dirasakan pada tingkatan lokal, nasional, maupun global. Manfaat tersebut terdiri atas manfaat nyata yang terukur tangible berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu seperti rotan, bambu, damar dan lain-lain, serta manfaat tidak terukur intangible berupa manfaat perlindungan lingkungan, keragaman genetik dan wisata alam. Saat ini berbagai manfaat yang dihasilkan tersebut masih dinilai secara rendah, sehingga menimbulkan terjadinya eksploitasi sumberdaya hutan yang berlebih. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pihak yang belum memahami nilai dari berbagai manfaat sumberdaya hutan secara komperehensif Susilawati, 2000. Oleh karena itu perlu adanya tindakan konservasi yang dilakukan secara bijaksana, dengan melakukan kegiatan pelestarian flora dan fauna di kawasan hutan konservasi khususnya Taman Wisata Alam. Taman Wisata Alam dalam hal ini adalah Taman Wisata Alam Punti Kayu. Taman Wisata Alam Punti Kayu dapat dijangkau dengan kendaraan umum trayek km 12 yang letaknya sekitar 7 km dari pusat kota dengan luas + 50 ha. Sejak tahun 1986 hasil kesepakatan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Departemen Kehutanan, Taman Wisata Alam Punti Kayu menjadi Hutan Wisata. Taman Wisata Alam Punti Kayu ditumbuhi beraneka pohon khas tropis yang cukup lebat dan rindang diantaranya pohon pinus Pinus mercussi. Sebagian hutannya menjadi habitat bagi sekelompok kera ekor panjang Macaca fasicicularis dan beruk Macaca nemistriana. Kegiatan pengusahaan di Taman Wisata Alam Punti Kayu yang berkembang saat ini belum sepenuhnya mengacu pada prinsip dasar pengembangan pariwisata alam, yaitu berbasis pada alam, berkelanjutan, bermanfaat untuk masyarakat lokal, mengutamakan kepuasan wisatawan, dan memiliki unsur pendidikan lingkungan, sehingga menjadi kendala pengembangan pariwisata alam. Produk pariwisata alam yang ada belum dikemas dalam paket wisata yang menarik, kurangnya promosi dan informasi kepada publik, terbatasnya sarana dan prasarana penunjang serta minimnya pelatihan dan pendidikan bidang perencanaan, penyelenggaraan dan pemantauan pariwisata alam merupakan beberapa permasalahan yang menghambat perkembangan di Taman Wisata Alam Punti Kayu terdapat juga sejumlah satwa di kebun binatang mini terbengkalai sebagian satwa langka yang dilindungi diberi makanan yang tidak sesuai dengan habitat aslinya dan kondisi beberapa kandang satwa yang sangat memprihatinkan. Kandang beruang madu Helarcetos malayanus misalnya yang berukuran 2,5 x 2,5 meter hanya berupa ruang kosong tanpa persediaan air minum. Di lantai kandang itu terdapat beberapa butiran nasi sisa makanan. Padahal, makanan mamalia yang dilindungi itu adalah serangga dan buah-buahan. Penilaian secara kuantitatif terhadap manfaat hutan yang bersifat tidak langsung merupakan kendala bagi pembangunan dan pengembangan hutan sebagai tempat rekreasi alam sebagai bagian dari industri pariwisata, pengembangan rekreasi alam memerlukan modal, tenaga kerja, dan manajemen yang baik. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif terhadap suatu manfaat rekreasi dengan mengetahui karakteristik dan biaya perjalanan pengunjung terhadap manfaat rekreasi yang pada akhirnya berguna sebagai pertimbangan untuk menentukan alternatif pengembangan dan pembangunan serta perhitungan besarnya investasi yang realistis dan juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan konservasi di taman wisata alam alam tersebut.

B. Tujuan Penelitian