Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Keanekaragaman hayati merupakan atribut dari suatu daerah dan secara
khusus mengacu lebih dalam pada varietas dan di antara organisme hidup,
kumpulan organisme hidup, komunitas biotik, dan proses biotik, baik yang terjadi
secara alami atau dimodifikasi oleh manusia. Keanekaragaman hayati dapat
diukur dalam hal keragaman genetik, identitas dan jenis spesies, kumpulan
spesies, komunitas biotik, dan proses biotik, dan jumlahnya (misalnya,
kelimpahan, biomassa dan lainnya) dan struktur masing-masing. Hal ini dapat
diamati dan diukur pada skala spasial mulai dari paling kecil atau mikro dan
habitat yang seadanya pada seluruh biosfer.
Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan
demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis
khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem
perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan
ekosistem pantai. Keanekaragaman Spesies, secara historis, spesies merupakan

unit dasar deskriptif dari kehidupan di dunia. Saat ini diperkirakan ada sekitar 1,7
juta spesies yang ada, perkiraan konservatif menunjukkan mungkin ada sekitar
12,5 juta spesies.
Sebagian besar terdiri dari serangga dan mikroorganisme. Umumnya tingkat
spesies dianggap sebagai yang paling alami untuk melihat keragaman seluruh
organisme. Selain itu spesies juga merupakan fokus utama dari mekanisme
evolusi, dan asal muasal. Kepunahan spesies adalah agen utama dalam mengatur
keanekaragaman hayati yang ada. Menurut definisi, organisme yang sangat
berbeda satu sama lain dalam beberapa hal memberikan kontribusi lebih untuk
keanekaragaman secara keseluruhan daripada mereka yang sangat mirip. Semakin
besar perbedaan interspesifik (misalnya, posisi terisolasi dalam hirarki
taksonomi), maka kontribusi lebih besar untuk setiap ukuran dari keseluruhan
keanekaragaman hayati global.

Universitas Sriwijaya

Sebuah situs dengan banyak taksa lebih tinggi yang berbeda dapat dikatakan
memiliki keragaman lebih tinggi dibandingkan dengan taksonomi dari situs lain
dengan sedikit jumlah taksa yang lebih tinggi tetapi lebih banyak spesiesnya.
Habitat laut sering memiliki filum lebih berbeda tetapi kurang spesies

dibandingkankan habitat darat, yaitu memiliki keragaman taksonomi yang lebih
tinggi tetapi keanekaragaman spesies yang rendah. Sebagai contoh, karang
Bunaken di lepas pantai utara Sulawesi memiliki keanekaragaman hayati tertinggi
di bumi.
Selain itu pentingnya ekologi suatu spesies dapat memiliki efek langsung pada
struktur komunitas, dan keanekaragaman hayati secara keseluruhan. Sebagai
contoh, spesies pohon hutan hujan tropis yang mendukung fauna invertebrata
endemik dari seratus spesies membuat kontribusi yang lebih besar untuk
pemeliharaan keanekaragaman hayati global daripada tanaman alpine Eropa yang
mungkin tidak memiliki spesies lain.
Keanekaragaman Ekosistem, ekosistem adalah suatu tempat, misalnya danau,
hutan, terumbu karang atau padang pasir, dimana tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme hidup bersama dan berinteraksi satu sama lain. Ekosistem
terpisah dari gen dan spesies, bahwa ekosistem secara eksplisit termasuk
komponen abiotik, yang ditentukan oleh tanah dan iklim. Ekosistem sering
dievaluasi melalui langkah-langkah dari komponen keragaman spesies. Ini
melibatkan penilaian terhadap kelimpahan relatif spesies yang berbeda serta
pertimbangan akan jenis spesies. Bahwa semakin berlimpah spesies yang sama,
maka semakin beragam daerah atau habitat. Menitik pada jumlah spesies di
ukuran kelas yang berbeda, pada tingkat trofik yang berbeda, atau dalam

kelompok taksonomi yang berbeda.
Keragaman Genetik, informasi yang terdapat di dalam setiap organisme,
mengandung cetakan tentang bagaimana bentuk suatu spesies, dimana spesies
tersebut dapat hidup dan bagaimana caranya berkembangbiak. Terdapat sedikit
perbedaan informasi genetik diantara spesies yang sama. Keragaman genetik
sangat bergantung pada variasi yang diwariskan dalam setiap organisme dan di
antara populasi organisme. Variasi genetik muncul pada individu yang bermutasi
pada susunan gen dan kromosomnya, dan organisme yang bereproduksi secara

Universitas Sriwijaya

seksual yang mana variasi terjadi melalui rekombinasi. Contoh keragaman genetik
adalah pada manusia dan lalat buah.
Jumlah kemungkinan kombinasi berbagai bentuk setiap urutan gen melebihi
jumlah atom di alam semesta. Keragaman genetik dapat diidentifikasi pada semua
tingkat organisasi, termasuk jumlah DNA per struktur sel dan kromosom. Seleksi
bertindak pada pool gen sehingga munculnya variasi genetik dalam populasi
kawin silang. Hasil survival diferensial dalam perubahan frekuensi gen dalam
pool gen, dan ini setara dengan evolusi populasi. Variasi genetik memungkinkan
kedua perubahan yaitu evolusi alami dan pembiakan buatan.

Semua tempat di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang berbedabeda. Oleh karena itulah perlu dilakukan kuliah lapangan untuk meninjau
kenekaragaman hayati secara langsung ditempat-tempat yang masih mempunyai
terdapat berbagai macam keanekaragaman hayati. Kuliah lapangan ini juga
diperlukan untuk dapat mengetahui seberapa banyak kenekaragaman hayati yang
dimiliki oleh suatu daerah yaitu Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang.
1.2.

Tujuan Kuliah Lapangan
Kuliah lapangan ini dilaksanakan untuk :
1.2.1. Mengetahui seberapa banyak keanekaragaman hayati di suatu daerah.
1.2.2. Mencoba mengidentifikasi beberapa hewan dan tanaman yang
ditemui.
1.2.3. Mencari tanaman dan hewan yang menjadi endemik disuatu tempat.

Universitas Sriwijaya

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia terletak pada garis 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Dengan
demikian, Indonesia terletak di daerah beriklim tropis dan dilewati oleh garis

khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi. Indonesia juga memiliki berbagai jenis ekosistem, seperti ekosistem
perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan bakau, terumbu karang, dan
ekosistem pantai. Keanekaragaman Spesies, secara historis, spesies merupakan
unit dasar deskriptif dari kehidupan di dunia. Saat ini diperkirakan ada sekitar 1,7
juta spesies yang ada, perkiraan konservatif menunjukkan mungkin ada sekitar
12,5 juta spesies.
Persebaran Tumbuhan (Flora) di Indonesia. Jenis tumbuh-tumbuhan di
Indonesia diperkirakan berjumlah 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora
dunia. Lumut dan ganggang diperkirakan jumlahnya 35.000 jenis. Tidak kurang
dari 40% dari jenis-jenis ini merupakan jenis yang endemik atau jenis yang hanya
terdapat di Indonesia dan tidak terdapat di tempat lain di dunia. Tumbuhan yang
tumbuh di Malaysia, Indonesia, Philipina sering disebut kelompok tumbuhan
Malesiana.
Beberapa jenis tumbuhan khas di Indonesia : Durian ( Durio zibethinus ), ada
beberapa varietas : Durian Petruk (Jepara), durian Simas (Bogor), durian
Sitokong (Ragunan-Jakarta). Salak ( Salacca edulis ), beberapa varietas : salak
pondoh (sleman), salak bali, salak condet (jakarta). Bunga Bangkai ( Rafflesia
arnoldi ) dari Bengkulu Pohon Jati (Tectona grandis), Mahoni (Switenia
mahagoni), Kenari


(Canarium caesius) banyak ditemukan di Jawa, keruing

(Dipterocarpus sp), Matoa (Pometia pinnata) dari Papua. Meranti (Shorea sp),
rotan (Calamus caesius) di kalimantan. Cendana (Santalumalbum), kayu putih
(Eucalyptus alba).
Persebaran Hewan (Fauna) di Indonesia. Jenis-jenis hewan yang ada di
Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis yang terdiri atas lebih
kurang 200.000 serangga (± 17% fauna serangga di dunia), 4.000 jenis ikan, 2.000
jenis burung, serta 1.000 jenis reptilia dan amphibia. Penyebaran keanekaragaman

Universitas Sriwijaya

hayati di Indonesia, khususnya hewan, sangat berkaitan erat dengan letak
geografis Indonesia. Penyebaran hewan ini secara umum terbagi menjadi dua
wilayah, yaitu kawasan timur (Benua Australia) dan kawasan barat (Benua Asia).
Hewan dan Tumbuhan endemik di Indonesia. Hewan dan tumbuhan endemik
Indonesia adalah hewan dan tumbuhan yang hanya ada di di Indonesia. Hewan
yang endemik misalnya : harimau jawa (Panthera tigris sondaicus), harimau bali
(sudah punah), jalak bali putih (Leucopsar


rothschildi) di Bali, badak bercula

satu (Rhinoceros sondaicus) di Ujung Kulon, binturong (Artictis binturong),
monyet (Presbytis thomasi), tarsius (Tarsius bancanus) di Sulawesi Utara, kukang
(Nycticebus

coucang),

maleo

(hanya

di

Sulawesi),

komodo

(Varanus


komodoensis) di Pulau Komodo dan sekitarnya.
Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia misalnya Rafflesia
arnoldii (endemik di Sumatra Barat, Bengkulu, dan Aceh), Rafflesia borneensis
(Kalimantan), Rafflesia cilliata (Kalimantan Timur), Rafflesia horsfilldii (Jawa),
Rafflesia patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), Rafflesia rochussenii (Jawa
Barat), dan Rafflesia contleyi (Sumatra bagian timur). Bedali (Radermachera
gigantean), Kepuh (Stereula foetida), Bungur (Lagerstroemia spesiosa), Nangka
celeng (Arthocarpus heterophyllus), Mundu (Garcinia dulcis), Sawo kecik
(Manilkara kauki), Winong (Tetrameles nudiflora), Kluwak (Pingium edule),
Gandaria (Bouea macrophylla).
Namun, semua keanekaragaman hayati yang meliputi folra dan fauna diatas
tidak kesemuanya dapat dijumpai di Taman Wisata Alam Punti Kayu. Karena
tanaman-tanaman tertentu yang dapat tumbuh didareah tersebut, termasuk hewan.
Pada setiap taman wisata harus mampu merawa, menjaga serta dapat melestarikan
apa yang telah ada didalamnya. Dengan tujuan keanekaragaman hayati tersebut
dapat terjaga dan bisa seimbang sehingga kepunahan endemik disuatu daerah
dapat dihindari. Kepunahan adalah suatu ancaman bagi kita semua. Karena
kepunahan ini meyebabkan segala sesuatu baik ekosistem, hewan dan
tumbuhannya pun menjadi tidak seimbang.

Kepunahan spesies adalah agen utama dalam mengatur keanekaragaman
hayati yang ada. Menurut definisi, organisme yang sangat berbeda satu sama lain
dalam beberapa hal memberikan kontribusi lebih untuk keanekaragaman secara

Universitas Sriwijaya

keseluruhan daripada mereka yang sangat mirip. Semakin besar perbedaan
interspesifik (misalnya, posisi terisolasi dalam hirarki taksonomi), maka
kontribusi lebih besar untuk setiap ukuran dari keseluruhan keanekaragaman
hayati global.
Taman Wisata Alam Punti Kayu merupakan satu-satunya hutan wisata di kota
Palembang. Kawasan Taman Puntikayu merupakan kawasan konservasi yang
konsep

pengembanganya

berdasarkan

pada


prinsip-prinsip

perlindungan

keanekaragaman jenis tumbuhan hayati dan satwa. Potensi Punti Kayu berupa
panorama hutan pinus (pinus mercussi) yang memiliki nilai estetika pemandangan
menarik, serta adanya kebun binatang mini dengan hewan liar yaitu : kera ekor
panjang (Macaca Fasicicularis), Beruk (Macaca Nemistriana), dan lain-lain.
Setelah melakukan kuliah lapangan ini dapat ditemukan beberapa tanaman
yang terdapat di Taman Wisata Alam Punti Kayu seperti : bambu kuning, pinus,
bambu hijau, tanaman puding, peai cina, jeruk, mengkudu, jengkol, akasia, serta
jarak. Tidak hanya itu hewan yang ada di Taman Wisata Alam Punti Kayu seperti :
gajah, monyet, kupu-kupu, kelinci, burung kakak tua, burung kutilang, burung
cendrawasih dan masih banyak lagi. Dari sekian banyak keanekaragaman hayati
ini kita seharusnya mampu mempertahankan dan meningkatkan kelestarian dari
setiap jenis spesiesnya. Sebagai salah satu tempat yang memiliki Taman Wisata
Alam, ini menjadi kepentingan bersama dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana
pendidikan untuk mengetahui keanekaragaman hayati didalamnya.

Universitas Sriwijaya


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Kuliah lapangan ini dilaksanakan pada Hari Sabtu, 21 Maret 2015 pukul
08.00-13.00 WIB di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada kuliah lapangan ini adalah insecting net,
kamera dan toples.
3.3. Cara Kerja
Digambar morfologi dan deskripsikan sampel spesies. Diindentifikasi
spesies dan tentukan klasifikasinya.

Universitas Sriwijaya

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Bambusa vulgaris schrad
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Poales

Famili

: Gramineae

Genus

: Bambusa

Spesies

: Bambusa vulgaris schrad

Nama lokal : Bambu kuning
Deskripsi
Jenis ini diyakini sebagai bambu yang paling banyak dibudidayakan di
seluruh penjuru kawasan tropis dan sub-tropis. Di kawasan Asia Tenggara, bambu
jenis ini banyak dibudidayakan, sering dijumpai di desa-desa, di pinggir-pinggir
sungai, dan sebagai tanaman ornamnetal di perkotaan. Bambu Kuning dapat
diperbanyak dengan cara rhizoma, stek rumpun atau cabang, cangkok dan kultur
jaringan.
Habitus bambu kuning adalah pohon, tahunan, dan memiliki tinggi 5-10 m.
Batang dari pohon bambu kuning yaitu berkayu, bulat, berlubang, beruas-ruas,
kuning, bergaris hijau rnembujur. Berdaun tunggal, berseting, berpelepah, lanset,
ujung rneruncing, tepi rata, pangkal membulat, panjang 15-27 cm, lebar 2-3 cm,
pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di batang, ungu
kehitaman. Dan memiliki akar serabut, putih kotor.
Pohon bambu kuning berkhasiat sebagai obat sakit kuning dan obat bengkak.
Pada tumbuhan dengan senyawa metabolit sekunder seperti terpenoid, steroid,
kumarin, flavanoid seta alkaloid merupakan senyawa kimia yang umumnya
mempunyai kemampuan bioaktivitas yang dapat berfungsi sebagai perlindungan
tumbuhan terhadap organisme pengganggu.
2. Morinda citrifolia L.

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Rubiales

Famili

: Rubiaceae

Genus

: Morinda

Spesies

: Morinda citrifolia L.

Nama lokal : Menkudu
Deskripsi
Pohon mengkudu tdk demikian besar, tingginya pada 4-6 m. batangnya
bengkok-bengkok, memiliki dahan yang kaku, kasar, serta mempunyai akar
tunggang yang tertancap dlm. Kulit batang berwarna cokelat keabu-abuan atau
berwarna cokelat kekuning-kuniangan, berbelah dangkal, tdk berbulu, anak
cabangnya berbentuk bersegai empat (Saputra, 2013).
Daun mengkudu memiliki kandungan antraquinon, asam amino, glikosida,
senyawa fenolik, dan asam ursulat. Kandungan alkaloid, fenol, glikosida, dan
antraquinon ini merupakan suatu zat aktif yang bersifat antimikrobia, antibakteri
dan antiinflamasi (Max, 1986) dalam (Taryati et al., 2012).Kandungan senyawa
aktif dalam ekstrak daun mengkudu sebagai feed additive herbal alternatif
pengganti antibiotik dapat ditinjau dari kondisi fisiologis puyuh, diantaranya
profil darah berupa eritrosit, hemoglobin, hematokrit dan leukosit dan sebagainya
(Taryati et al., 2012).
Bunga Buah Mengkudu tersusun majemuk, perbungaan bertipe bongkol
bulat, bertangkai antara 1-4 cm, tumbuh di ketiak daun penumpu yang mana
berhadapan dengan daun yang tumbuh dengan normal. Bunga banci, mahkota
bunga berwarna putih, berupa corong, panjangnya dapat meraih 1, 5 cm. Benang
sarinya tertancap di mulut mahkota. Kepala putik memiliki puting dua. Bunga itu
mekar dari kelopak dan bentuknya seperti tandan. Bunganya berwarna putih, dan
juga harum (Saputra, 2013).
3. A. mangium

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Acacia

Spesies

: A. mangium

Nama lokal : Akasia
Deskripsi
Akasia termasuk dalam keluarga Fabaceae serta genus Acacia. Pohon ini
berasal dari benua Amerika bagian utara. Akasia berasal dari kata Yunani ‘akis’
yang berarti duri. Sebagaimana jenis tanaman lainnya, akasia pun sebenarnya ada
banyak jenisnya. Begitu juga dengan manfaatnya. Manfaat tumbuhan akasia ini
terhitung banyak. Akasia bahkan sudah dijadikan sebagai tanaman herbal sejak
lama. Seorang herbalis dari abad ke-16, Henry IV merupakan orang yang pertama
memasukkan tumbuhan ini sebagai salah satu tanaman obat. Selain sebagai obat ia
juga digunakan sebagai tanaman hias dan parfum (Safitri, 2013).
Pada umumnya Acacia mangium mencapai tinggi lebih dari 15 meter, kecuali
pada tempat yang kurang menguntungkan akan tumbuh lebih kecil antara 7 - 10
meter. Pohon A. mangium yang tua biasanya berkayu keras, kasar,
beralur longitudinal dan warnanya bervariasi mulai dari coklat gelap sampai
terang. Dapat dikemukakan pula bahwa bibit Acacia mangium yang baru
berkecambah memiliki daun majemuk yang terdiri dari banyak anak daun (Situs
Dinas Pertanian Palembang: Acacia Mangium).
Dulunya manfaat tanaman akasia adalah sebagai salah satu peneduh di tepitepi jalan. kegunaan akasia juga adalah untuk penahan banjir di lereng-lereng
tandus. Tumbuhan ini memang dapat tumbuh dengan cepat sekalipun tidak
dirawan. Namun, tumbuhan ini termasuk tumbuhan yang rapuh karena cabangnya
mudah patah. Lalu tanaman ini kemudian digantikan dengan tanaman lain yang
lebih bisa bertahan di segala musim (Safitri, 2013).
4. Jatropha curcas
Klasifikasi :

Universitas Sriwijaya

Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Malpighiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas

Nama lokal : Jarak pagar
Deskripsi
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Meksiko dan Amerika
Tengah dan tersebar baik secara alami maupun oleh manusia ke Amerika Latin,
Afrika, India, dan Asia Tenggara. Jatropha berasal dari bahasa Yunani yaitu
“Jatros” yang berarti dokter dan “Trophe” yang berarti nutrisi. (Kaushik dan
Kumar, 2006) dalam (Ekawati et al., 2013).
Jarak pagar berbentuk pohon kecil atau belukat besar dengan tinggi tanaman
mencapai 5 meter dan bercabang tidak teratur. Batang berkayu, berbentuk
silindris, dan bergetah. Daun jarak pagar berupa daun tunggal, berwarna hijau
mudah sampai hijau tua, permukaa bawah lebih pucat daripada bagian atasnya.
Bunga berwarna kuning kehijauan , berupa bunga majemuk berbentuk malai.buah
berbentuk bunga kendaga, oval, berupa buah kotak, berdiameter 2-4 cm. berwarna
hijau ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Biji berbentuk bulat
lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm, dan
berat 0,4-0,6 gram/biji (Laksamana, 2013).
Jarak pagar adalah tanaman yang memiliki banyak kegunaan seperti
mencegah dan mengendalikan erosi, memperbaiki struktur tanah, sebagai pagar
hidup, dan lain-lain. Hama dan penyakit yang dapat menyerang tanaman ini
sedikit. Jarak pagar dapat tumbuh dengan curah hujan 200 sampai 1500 mm atau
lebih per tahun (Syuri, 2007) dalam (Ekawati et al., 2013).Sejak dahulu, seluruh
bagian dari jarak pagar sudah digunakan untuk pengobatan tradisional pada
manusia maupun hewan ternak (Ekawati et al., 2013).
5. Pithecollobium lobatum Benth
Klasifikasi :

Universitas Sriwijaya

Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Pithecollobium

Spesies

: P. lobatum Benth

Nama lokal : Jengkol
Deskripsi
Tanaman Jengkol (Jering) berupa pohon dengan tinggi mencapai 10-26 meter.
Buahnya berupa polong berbentuk gepeng dan berbelit. Warna buah Jengkol
lembayung tua. Setelah tua, bentuk polong buahnya menjadi cembung dan di
tempat yang mengandung biji ukurannya membesar. Tiap polong dapat berisi 5-7
biji Jengkol. Bijinya berkulit ari tipis dan berwarna cokelat mengilap (Anonim a,
2015)
Tanaman ini berupa pohon yang tingginya dapat mencapai 26 m, dan cabangcabangnya sering menyebar. Daunnya bersirip ganda dua,tunas dan daunnya
berwarna antara ungu-coklat-lembayung yang dalam pertumbuhan berangsurangsur berubah menjadi hijau.Bunganya membentuk malai, terdapat pada ketiakketiak daun yang sudah rontok. Buah muda berupa polong berbentuk gepeng,
berbelit tidak beraturan, warna kulit polongnya lembayung tua. Berguna untuk
pengganti sumba, sebagai lalapan. Sedangkan cabang ranting dimanfaatkan
sebagai kayu besar. Arang kayunya digunakan sebagai bahan bakar. Menanam
jengkol dapat dengan cara vegetatif dan generativ (Pitojo, 1992).
Pohon jengkol merupakan tanaman yang dapat tumbuh dimana saja. Di
pedesaan pun tanaman jengkol terkadang sering tumbuh dengan sendirinya di
lahan pekarangan rumah atau hutan. Sebagai tanaman asli daerah tropis, tanaman
jengkol lebih pantas ditanam di tanah dataran rendah. Tanaman jengkol
membutuhkan kadar penyinaran yang tinggi sepanjang hari (Anonimb, 2015).
6.

Bambusa sp
Klasifikasi :

Universitas Sriwijaya

Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Poales

Famili

: Gramineae

Genus

: Bambusa

Spesies

: Bambusa sp

Nama lokal : Bambu hijau
Deskripsi
Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Padahal
dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter atau perdu. Tanaman bambu
yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial,
yaitu batang-batangnya

cenderung

mengumpul didalam rumpun

karena

percabangan rhizomnya di dalam tanah cenderung mengumpul. Batang bambu
yang lebih tua berada di tengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam
proses penebangannya. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang
memanjat dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya
agak menjuntai dan daun-daunya seakan melambai. Tanaman ini dapat mencapai
umur panjang dan biasanya mati tanpa berbunga (Anonimc, 2015).
Tanaman bambu di Indonesia ditemukan mulai dari dataran rendah sampai
pegunungan. Pada umumnya ditemukan di tempat-tempat terbuka dan daerahnya
bebas dari genangan air. Tanaman bambu hidup merumpun, mempunyai ruas dan
buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran jauh lebih kecil
dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini tumbuh akar-akar
sehingga pada bambu dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari
potonganpotongan ruasnya, disamping tunas-tunas rumpunnya. Jenis bambu yang
sering digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bambu tali, bambu andong,
bambu petung dan bambu hitam (Batubara, 2002).

7. Citrus sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae

Universitas Sriwijaya

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Sapindales

Famili

: Rutaceae

Genus

: Citrus

Spesies

: Citrus sp.

Nama lokal : Jeruk
Deskripsi
Tanaman ini banyak tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini termasuk
tanaman perdu. Sistem perakarannya tunggang. Batang terkadang berduri.
Daunnya majemuk , dan duduk daunnya tersebar. Perbungaanya yaitu tunggal.
Buahnya berbentuk bulat dengan bagian atas agak meruncing dan bagian bawah
mendatar. Umumnya jumlah biji pada jeruk sedikit bahkan ada yang tidak berbiji.
Citrus sp banyak dimanfaatkan sebagian orang misalkan buahnya yang
mengandung Vitamin C. Citrus sp yang kita lihat banyak dikonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan vitamin dalam tubuh dan mencegah sariawan. Selain itu
dapat pula dijadikan sebagai pengharum ruangan karena aroma jeruk yang harum
dan khas.

8. Petai Cina (Leucaena leucocephala)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae

Universitas Sriwijaya

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Leucaena

Spesies

: Leucaena leucocephala

Nama lokal : Petai Cina
Deskripsi
Petai cina adalah tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran
tidak besar. Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya
yang berjambul warna putih sering disebut cengkaruk. Buahnya mirip dengan
buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang
lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang
jumlahnya cukup banyak. Petai cina oleh para petani di pedesaan sering ditanam
sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok hidup di
dataran rendah sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di
Indonesia hampir musnah setelah terserang hama wereng. Pengembangbiakannya
selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga dapat dilakukan dengan cara
stek batang.

9. Pinus (Pinus merkusii)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae

Universitas Sriwijaya

Divisi

: Coniferophyta

Kelas

: Pinopsida

Ordo

: Pinales

Famili

: Pinaceae

Genus

: Pinus

Spesies

: Pinus merkusii

Nama lokal : Pinus
Deskripsi
Tanaman pinus (Pinus merkusii) berperawakan pohon dengan ketinggian 1
hingga 40 meter. Sistem perekaran dari Pinus merkusii berupa akar tunggang
(radix primaria). Batang pada Pinus merkusii berupa batang berkayu berbentuk
bulat (teres) dengan permukaan batang beralur (sulcatus). Arah tumbuh tegak
lurus (erectus) dengan percabangan monopodial. Daun berbentuk jarum dalam
berkas terdiri dari 2 daun, pada pangkal berkas dikelilingi oleh sarung sisik berupa
selaput tipis. Duduk daun tersebar (folia sparsa). Bunga pada Pinus merkusii
berkelamin satu (uniseksualis) berumah satu (monoecus). Bunga jantan dan betina
dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobilus (silindris). Strobilus betina
berbentuk kerucut, tumbuh di ujung dahan. Ujungnya runcing, bersisik dan
biasanya berwarna coklat. Pada tiap bakal bijinya terdapat dua sayap.

10. Puding (Codiaeum variegatum)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Universitas Sriwijaya

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Codiaeum

Spesies

: Codiaeum variegatum

Nama lokal : Puding
Deskripsi
Tanaman pinus (Pinus merkusii) berperawakan pohon dengan ketinggian 1
hingga 40 meter. Sistem perekaran dari Pinus merkusii berupa akar tunggang
(radix primaria). Batang pada Pinus merkusii berupa batang berkayu berbentuk
bulat (teres) dengan permukaan batang beralur (sulcatus). Arah tumbuh tegak
lurus (erectus) dengan percabangan monopodial. Daun berbentuk jarum dalam
berkas terdiri dari 2 daun, pada pangkal berkas dikelilingi oleh sarung sisik berupa
selaput tipis. Duduk daun tersebar (folia sparsa). Bunga pada Pinus merkusii
berkelamin satu (uniseksualis) berumah satu (monoecus). Bunga jantan dan betina
dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobilus (silindris). Strobilus betina
berbentuk kerucut, tumbuh di ujung dahan. Ujungnya runcing, bersisik dan
biasanya berwarna coklat. Pada tiap bakal bijinya terdapat dua sayap.

11. Crocodylus porosus

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Crocodylia

Famili

: Crocodylidae

Genus

: Crocodylus

Spesies

: Crocodylus porosus

Nama lokal : Buaya Muara

Deskripsi
Merupakan jenis buaya yang terbesar di dunia, pertumbuhannya mencapai
lebih dari 6,1 meter. Panjang dan berat sampai 1 ton. Panjang untuk jantan
dewasa 4 – 5 meter, dan yang betina dewasa mencapai 3 – 3,5 meter. Buaya
Muara bisa berwarna hitam, coklat gelap, atau kekuning-kuningan pada bagian
dorsal. Di sisi bagian bawah berwarna putih atau kekuningan. Ciri khasnya adalah
bahwa sisik belakang kepalanya tidak ada atau berukuran sangat kecil. Pada
moncongnya, antara mata dengan hidung terdapat sepasang lunas.

Panjang

moncong sekitar satu setengah sampai dua kali lebarnya atau lebih. Giginya
berjumlah sekitar 17 – 19 buah, yang keempat, kedelapan dan Sembilan umumnya
jauh lebih besar (Grzimek, 2003)
Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah
perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India)
hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia
dan Australia serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu
saja perairan Indonesia dan Australia. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua
terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan
dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak
berwarna hitam.Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah
tumbuhan, dan dedaunan (Hardjianto, 2003).
12. Phyton raticulatus

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas

: Chordata

Kelas

: Reptilia

Ordo

: Squamata

Famili

: Serpentes

Genus

: Phyton

Spesies

: Phyton raticulatus

Nama lokal : Ular Sanca Batik
Deskripsi
Sanca Kembang berbentuk langsing untuk ukurannya dan berkembang dengan
lingkar tubuh yang berotot yang cendrung tetap membulat dari pada memipih
seperti ular pembelit lainnya. Sanca raksasa ini sangat bermacam-macam, dengan
motif jaring atau rantai dengan warna dasar perak (abu-abu) atau perak coklat.
Motif punggungnya adalah ciri khas warna dasar dari ular ini dan bergaris tepi
warna hitam dan kuning, oranye atau coklat. Bintik-bintik di samping badannya
berwarna terang. Seluruh tubuhnya memantulkan warna “hologram” (seperti
pelangi) (Soejtipto, 1990).
Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap. Ular ini bergantung
pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti
sungai, kolam dan rawa. Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan
reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan.
Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa,
bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa. Ular ini lebih
senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena ukuran tubuhnya
yang besar menghabiskan banyak energi (Mattison, 1999)

13. Haliastur indus
Klasifikasi :

Universitas Sriwijaya

Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

: Falconiformees

Famili

: Accipitridae

Genus

: Haliastur

Spesies

: Haliastur indus

Nama lokal : Burung Elang Bondol
Deskripsi
Burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna
putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung,
ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam.
Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah
menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa
sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria
pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera
abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram (Farb, 1980).
Biasanya hidup soliter (sendiri), tetapi di daerah yang makanannya melimpah
dapat membentuk kelompok sampai 35 individu. Ketika berada di sekitar sarang,
sesekali memperlihatkan perilaku terbang naik dengan cepat diselingi gerakan
menggantung di udara, kemudian menukik tajam dengan sayap terlipat dan
dilakukan secara berulang-ulang. Terbang rendah di atas permukaan air untuk
berburu makanan, tetapi terkadang juga menunggu mangsa sambil bertengger di
pohon dekat perairan, dan sesekali terlihat berjalan di permukaan tanah mencari
semut atau serangga-serangga kecil (Fatmahwati, 2012)

14. Pharatelphusa convexa

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Parathelphusidae

Genus

: Pharatelphusa

Spesies

: Pharatelphusa convexa

Nama lokal : Yuyu

Deskripsi
Ketam/ Yuyu (Parathelphusa convexa) yang memiliki ciri-ciri ujung kaki
yang cenderung lancip dan karapasnya berwarna coklat gelap atau bahkan hitam.
Gonopor kedua seperti bentuk sendok yang memegang struktur seperti batang
corong, akhir dari alurnya membentuk invaginasi lateral dan menunjukkan batas
ventro dan dorsolateral. Pada hewan jantan perutnya sangat kecol dan batas
lateralnya berliku-liku. Ketam jenis ini juga memiliki kornea mata yang kecil
(Brandis & Sharma 2005).
Kepiting darat dan air tawar, tabu, keujeup.Sebagai imago, kepiting darat
menghabiskan kehidupan di daratan atau air tawar, bernapas melalui insang
eksternal. Kepiting darat lebih merusak daripada kepiting laut karena tidak
bermigrasi. Kepiting menyerang padi di pembibitan maupun padi yang baru
ditanam. Kepiting makan banyak pada malam hari dan bergerak lebih bebas
dalam air daripada di darat. Kepiting mungkin menggali lubang dengan
kedalaman 4 m. Liang ini tegak lurus dan memiliki tepi bundar lumpur
pembukaan (Roback, 1974).

15. Macaca nemestrima

Universitas Sriwijaya

Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Mamalia

Ordo

: Primata

Famili

: Cercopithecidae

Genus

: Macaca

Spesies

: Macaca nemestrima

Nama lokal : Beruk
Beruk mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan Macaca pada umumnya.
Tubuh Beruk berukuran panjang 47.0 -58.5 cm, dengan panjang ekor 14-23cm
dan berat tubuh kisaran 3.5 - 9 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut
berwarna coklat keabu-abuan dan kemerah-merahan. Di bagian kepala, leher,
punggung sampai ekor berwarna gelap dan dibagian lain berwarna terang, muka
dari samping nampak moncong ke depan sedang jika dilihat dari depan nampak
bulat, di bagian atas nampak rambut membentuk setengah lingkaran berwarna
coklat kemerahan (Junaidi, 2014).
Macaca nemestrina merupakan jenis primata yang agresif. Agresivitas ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya oleh gen. Gen yang berperan yaitu
5-HTT yang merupakan penyandi transporter serotonin yang bekerja meregulasi
sistem serotonergik dan reseptornya melalui modulasi konsentrasi serotonin di
dalam cairan ekstraselular. Variasi yang terjadi pada daerah promotor dan intron
dapat mengubah regulasi transkripsi gen 5-HTT. Variasi ini terutama dapat
mengurangi ekspresi dari transporter dan pengambilan serotonin. Perubahan
ekspresi dari transporter dapat berpengaruh terhadap agresivitas, emosi, fungsi
motorik dan beberapa sifat kognitif pada primata (Jasin, 1999).

BAB 5

Universitas Sriwijaya

KESIMPULAN
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilaksanakan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada Taman Wisata Alam Puntikayu Palembang, memiliki berbagai
karakteristik setiap lingkungannya seperti ekosistem danau, ekosistem hutan
pinus.
2. Mempunyai Taman Wisata khusus hewan-hewan yang dilindungi.
3. Pada taman wisata alam Punti Kayu kebanyakan tumbuh tanaman pinus, serta
tanaman bambu.
4. Sama seperti tumbuhan ciri khas pada taman wisata Punti Kayu banyak
terdapat monyet-monyet liar, kupu-kupu beranekaragam dan sebagainya.
5. Taman Wisata Alam Puntikayu dapat dijadikan wisata pendidikan dan wisata
kawasan lindung untuk berbagai keanekaragaman hayati didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sriwijaya

Anonima.2015. Jengkol. http://alamendah.org/2011/03/13/jengkol-atau-jeringarchidendron-pauciflorum-si-bau-yang-disuka/. Diakses pada tanggal 10
april 205 pukul 20.12 WIB.
Anonimb. 2015. Budidaya Jengkol. http://1001budidaya.com/budidaya-jengkol/.
Diakses pada tanggal 10 april 205 pukul 21.56 WIB.
Anonimc.2015. Banbu. http://klasifikasi tanaman. blogspot. com/ 2013/ 05/
klasifikasi-tanaman-bambu.html diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul
21.30 WIB.
Batubara.R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesi. Sumatra Utara: USU digital
library.
Farb, P. 1980. Ekologi( edisi bahasa Indonesia). Jakarta : Tira pustaka
Fatmahwati, I. 2012. Pembagian Flora Dan Fauna Di Indonesia Menurut Garis
Wallace
Dan Weber,
http://ika11fatmahwati.wordpress.com/
2012/10/04/pembagian-flora-dan-fauna-di-indonesia-menurut-garis-wallacedan-weber/. Diakses pada tanggal 12 April 2015.
Grzimek, B. 2003. Animal Life Encyclopedia, Second Edition. Volume 7: Reptiles.
Schlager Group Inc. American.
Harjianto, Dodhi. 2003. Skripsi: Studi Prilaku Makan Buaya Muara (Crocodilus
porosus) di Penangkaran, Kelurahan Teritip Kota Balikpapan. Fakultas
Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda
Laksamana.D. 2013. Jarak. http://www.petanihebat.com/2013/12/klasifikasi-danmorfologi-tanaman-jarak.html diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul
20.10 WIB.
Jasin, M. 1999. Zoologi Vertebrata. Surabaya. Sinar Wijaya. hal. 137.
Junaidi, dkk, 2014 Invertasisasi Jenis-jenis Mamalia, Jurnal Biologi (Padang :
Universitas Andalas, 2(1), hal. 29.
Pitojo.S. 1992. Budidaya dan Pemanfaatannya Jengkol. Kanisius. Jakarta: ii-70
hml.
Roback, S.S. 1974. Insect (Arthropoda insect) In Pollution Ecology Of
Freshwater Invertebrates. London : Academic Press Inc.
Soejtipto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Yogyakarta: Universitas Gadah
mada.

Universitas Sriwijaya

Safitri.A. 2013. Akasia. http://rumahsehat4.blogspot.com/2013/12/manfaattumbuhan-akasia-untuk-kesehatan.htm diakses pada tanggal 10 April 2015
pukul 20.00 WIB.
Saputra. 2013. Mengkudu. www.satwa. net/674/mengenal-buah-mengkudu.html
diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 19.50 WIB.
Retnani.Y dan Taryati. 2012. Pengaruh Ekstrak Daun
Mengkudu Terhadap Profil Darah Puyuh Starter. JITP 2(2): 110-120.

Wardiny.T.M,

Mattison, C. 1999. Snake. New York, NY: DK publishing, Inc.

Universitas Sriwijaya