Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit
PENERAPAN ASAS PEMBUKTIAN SEDERHANA
DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PAILIT
TESIS
OLEH
VICTORIANUS M.H. R.ANDA PUANG
047011071 / MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit
Tesis
Victorianus M.H. Randa Puang
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Pascasarjana
Magister Kenotariatan
2006
Abstrak
Pembuktian secara sederhana lazim disebut dengan pembuktian secara sumir. Hal ini diatur
dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
menyatakan, bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana, yakni adanya fakta dua atau lebih Kreditor dan fakta utang
yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Hanya saja patut disayangkan, bahwa Undang-Undang
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini tidak memberikan penjelasan
yang rinci mengenai bagaimana pembuktian sederhana itu dilakukan dalam memeriksa permohonan
pailit. Tidak adanya definisi serta batasan yang jelas atau indikator-indikator yang dapat menjadi
pegangan apa yang dimaksud dengan pembuktian sederhana inilah, akhirnya membuka ruang
perbedaan yang lebar di antara para hakim dalam menafsirkan pengertian pembuktian sederhana
dalam menyelesaikan permohonan kepailitan. Sehingga dalam hal ini muncul permasalahan,
bagaimana sebenarnya sistem pembuktian sederhana dalam perkara kepailitan itu.
Dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah, maka penelitian bertujuan untuk
mengetahui penerapan asas pembuktian sederhana dalam praktik Peradilan Niaga, mengetahui
kendala atau hambatan yang ditemui oleh Pengadilan Niaga dalam penerapan asas pembuktian
sederhana dalam perkara kepailitan dan mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh Pengadilan
Niaga dalam mengatasi kendala atau hambatan dalam penerapan asas pembuktian sederhana dalam
perkara kepailitan. Sesuai dengan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Data
sekunder diperoleh melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan - baik Perpustakaan di USU
maupun Perpustakaan di Pengadilan Niaga - yang berupa literatur dan dokumen-dokumen yang ada
dan dibantu dengan data-data lapangan yang didapat dari dokumen-dokumen yang berupa putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan dengan mempergunakan pedoman wawancara
langsung ataupun dengan sistem pemakaian
1
Mahasiswa Magister Kenotariatan USU Medan
Staf Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan 2Staf
Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan
2
Staf Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan
2
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
daftar pertanyaan atau kuesioner dengan narasumber yang berkompeten dan dapat dipercaya.
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adanya inkonsistensi putusan
majelis hakim Pengadilan Niaga dan majelis hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa kasus-kasus
permohonan pailit, terutama dalam mengartikan terbukti secara sederhana (sumir) tersebut. Dalam
suatu kasus, Pengadilan Niaga memberikan putusan bahwa “sudah terbukti secara sederhana”, tetapi
setelah dilimpahkan ke Mahkamah Agung ternyata “dibatalkan” dan dinyatakan bahwa “tidak terbukti
secara sederhana”. Atau sebaliknya, kadang di Pengadilan tingkat pertama suatu fakta atau keadaan
adanya utang “tidak terbukti secara sederhana”, namun di tingkat Mahkamah Agung dinyatakan
“sudah terbukti secara sederhana”. Disamping itu variasi pendapat antara majelis hakim mencapai
tingkat yang luar biasa. Hambatan-hambatan yang sering kali dihadapi dalam penerapan asas
pembuktian sederhana dalam praktik di Pengadilan Niaga adalah adanya perbedaan cara pandang
yang melahirkan perbedaan putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga -baik yang setingkat maupun
dengan tingkat di atasnya - dalam memeriksa kasus-kasus permohonan kepailitan. Perbedaan tersebut
dikarenakan tidak adanya kesamaan Majelis Hakim dalam mengartikan sesuatu, misalnya pengertian
utang, pengertian utang jatuh waktu dan pengertian Kreditor. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
Pengadilan Niaga dalam mengatasi kendala atau hambatan dalam penerapan asas pembuktian
sederhana dalam penjatuhan putusan pailit selama ini, pada dasarnya Pengadilan Niaga memanggil
Saksi Ahli. Yang dimaksud dengan saksi ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus
dibidang tertentu. Tujuan pengangkatan seorang ahli tidak lain adalah untuk menghindari Hakim
salah atau keliru dalam mengambil kesimpulan yang benar dan adil. Disarankan agar para majelis
hakim mempunyai satu pandangan, pengertian dan persepsi yang sama dalam memutuskan perkara
yang sama, agar Pemerintah menambah jumlah hakim Pengadilan Niaga dan membekali mereka
dengan pengetahuan yang cukup serta terus menerus memberikan sosialisasi kepada para Hakim
tentang cara mengatasi hambatan yang ada.
Kata Kunci:
Pembuktian Sederhana
Penjatuhan Putusan
Pailit
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
Application of Simple Verification Principle in Judgment of Bankruptcy
Thesis
Victorianus M.H. Randa Puang
North Sumatera University
Postgraduate School
Magister of Law
2006
Abstract
The simple verification is often called succinct. This has been regulated in the Law on
Bankruptcy and deferral of Debt Repayment stating, that the application of bankruptcy statement
should be agreed if there is a fact or a simple vericable situation, i.e., there is a fact of two or more
creditors and due debt but unpaid. But it is unfortunate, that the Law on Bankruptcy and Deferral of
Debt Repayment does not present the detailed explanation of how the simple verification is
implemented in checking for bankruptcy application. The lack of clear definition or appropriate
indicators for use to be guidence of what the simple verification is, has opened the wide gap of
difference among judges in interpreting the meaning of simple verification to complete the application
for bankruptcy. Thus in this case there is a problem, i.e., what is the appropriate system of simple
verification in the matter of bankruptcy.
To answer the question, thus the objective of this research will be to know the application of
simple verification principle in practice of commercial court, to know both obstacles and hindrances
encountered by commercial court in applying the simple verification principle in matter of
bankruptcy and to know the measures taken by commercial court to solve both obstacles and
hindrances in application of simple verification principle in matter of bankruptcy. According to the
defined problem, the research done is analytical descriptive study by using normative and yuridical
approach as method. The secondary data is gained through document study on library materials either library of North Sumatera University or library in Commercial Court - in the form of literatures
and documents supported by field data gained from documents in the form of judgements of
Commercial Court in Medan by using a direct interview as guidance or distributing the questionnaire
to competent and trustable respondents.
From the research made, it indicates that there is inconsystency between judgment of
Commercial Court judge and High Court Judge in checking the application for bakruptcy,
particularly in interpreting the simple (succinct) verification principle. In one case, the Commercial
Court make a judgment that “has been verified simply”, but after being delegated to High Court in
fact “it is cancelled” and stated that “it is not verified simply”. Or in contrast, sometimes in the Court
level I there is a fact or situation that
1
Student of Magister Program of Notariate North Sumatera University
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
there is a debt “being not verified simply”, however in High Court it is said “has been verified
simply”. In addition the variation of opinion among judges has achieved the extraordinary level. The
most common obstacle or hindrances encountered in application of simple verification principle in
Commercial Court is the difference in perspective resulting in the difference in judgement of
Commercial Court judges - either in the same level or a level upper - in checking the application for a
bankruptcy. The difference is largely due to the lack of uniformity in judges to define something, for
example the definition of debt, due debt and creditor. The measure taken by Commercial Court in
overcoming both obstacles and hindrance in applying the simple verification principle in judgment of
bankruptcy so far, is that the Commercial Court calls the expert witness. The expert witness is
someone with special knowledge in certain discipline. The goal of assigning an expert witness is
merely to prevent the fault or mistakes of Judges from occuring in taking the appropriate and equal
conclusion. It is suggested that Judges should assume the same (one) perspective, definition and
perception in judging the same matter, government should add number of judges in Commercial
Court and provide them with sufficient knowledges regularly by realizing the socialization to Judges
of how to overcome the existing obstacles and hindrances.
Keywords:
Simple Verification
Judging
Bankruptcy
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
DALAM PENJATUHAN PUTUSAN PAILIT
TESIS
OLEH
VICTORIANUS M.H. R.ANDA PUANG
047011071 / MKn
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2006
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit
Tesis
Victorianus M.H. Randa Puang
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Pascasarjana
Magister Kenotariatan
2006
Abstrak
Pembuktian secara sederhana lazim disebut dengan pembuktian secara sumir. Hal ini diatur
dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang
menyatakan, bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana, yakni adanya fakta dua atau lebih Kreditor dan fakta utang
yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Hanya saja patut disayangkan, bahwa Undang-Undang
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini tidak memberikan penjelasan
yang rinci mengenai bagaimana pembuktian sederhana itu dilakukan dalam memeriksa permohonan
pailit. Tidak adanya definisi serta batasan yang jelas atau indikator-indikator yang dapat menjadi
pegangan apa yang dimaksud dengan pembuktian sederhana inilah, akhirnya membuka ruang
perbedaan yang lebar di antara para hakim dalam menafsirkan pengertian pembuktian sederhana
dalam menyelesaikan permohonan kepailitan. Sehingga dalam hal ini muncul permasalahan,
bagaimana sebenarnya sistem pembuktian sederhana dalam perkara kepailitan itu.
Dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah, maka penelitian bertujuan untuk
mengetahui penerapan asas pembuktian sederhana dalam praktik Peradilan Niaga, mengetahui
kendala atau hambatan yang ditemui oleh Pengadilan Niaga dalam penerapan asas pembuktian
sederhana dalam perkara kepailitan dan mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh Pengadilan
Niaga dalam mengatasi kendala atau hambatan dalam penerapan asas pembuktian sederhana dalam
perkara kepailitan. Sesuai dengan masalah yang telah ditentukan, maka penelitian yang dilakukan
adalah penelitian deskriptif analitis dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Data
sekunder diperoleh melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan - baik Perpustakaan di USU
maupun Perpustakaan di Pengadilan Niaga - yang berupa literatur dan dokumen-dokumen yang ada
dan dibantu dengan data-data lapangan yang didapat dari dokumen-dokumen yang berupa putusan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Medan dengan mempergunakan pedoman wawancara
langsung ataupun dengan sistem pemakaian
1
Mahasiswa Magister Kenotariatan USU Medan
Staf Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan 2Staf
Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan
2
Staf Pengajar Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana USU Medan
2
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
daftar pertanyaan atau kuesioner dengan narasumber yang berkompeten dan dapat dipercaya.
Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa adanya inkonsistensi putusan
majelis hakim Pengadilan Niaga dan majelis hakim Mahkamah Agung dalam memeriksa kasus-kasus
permohonan pailit, terutama dalam mengartikan terbukti secara sederhana (sumir) tersebut. Dalam
suatu kasus, Pengadilan Niaga memberikan putusan bahwa “sudah terbukti secara sederhana”, tetapi
setelah dilimpahkan ke Mahkamah Agung ternyata “dibatalkan” dan dinyatakan bahwa “tidak terbukti
secara sederhana”. Atau sebaliknya, kadang di Pengadilan tingkat pertama suatu fakta atau keadaan
adanya utang “tidak terbukti secara sederhana”, namun di tingkat Mahkamah Agung dinyatakan
“sudah terbukti secara sederhana”. Disamping itu variasi pendapat antara majelis hakim mencapai
tingkat yang luar biasa. Hambatan-hambatan yang sering kali dihadapi dalam penerapan asas
pembuktian sederhana dalam praktik di Pengadilan Niaga adalah adanya perbedaan cara pandang
yang melahirkan perbedaan putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga -baik yang setingkat maupun
dengan tingkat di atasnya - dalam memeriksa kasus-kasus permohonan kepailitan. Perbedaan tersebut
dikarenakan tidak adanya kesamaan Majelis Hakim dalam mengartikan sesuatu, misalnya pengertian
utang, pengertian utang jatuh waktu dan pengertian Kreditor. Upaya-upaya yang dilakukan oleh
Pengadilan Niaga dalam mengatasi kendala atau hambatan dalam penerapan asas pembuktian
sederhana dalam penjatuhan putusan pailit selama ini, pada dasarnya Pengadilan Niaga memanggil
Saksi Ahli. Yang dimaksud dengan saksi ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus
dibidang tertentu. Tujuan pengangkatan seorang ahli tidak lain adalah untuk menghindari Hakim
salah atau keliru dalam mengambil kesimpulan yang benar dan adil. Disarankan agar para majelis
hakim mempunyai satu pandangan, pengertian dan persepsi yang sama dalam memutuskan perkara
yang sama, agar Pemerintah menambah jumlah hakim Pengadilan Niaga dan membekali mereka
dengan pengetahuan yang cukup serta terus menerus memberikan sosialisasi kepada para Hakim
tentang cara mengatasi hambatan yang ada.
Kata Kunci:
Pembuktian Sederhana
Penjatuhan Putusan
Pailit
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
Application of Simple Verification Principle in Judgment of Bankruptcy
Thesis
Victorianus M.H. Randa Puang
North Sumatera University
Postgraduate School
Magister of Law
2006
Abstract
The simple verification is often called succinct. This has been regulated in the Law on
Bankruptcy and deferral of Debt Repayment stating, that the application of bankruptcy statement
should be agreed if there is a fact or a simple vericable situation, i.e., there is a fact of two or more
creditors and due debt but unpaid. But it is unfortunate, that the Law on Bankruptcy and Deferral of
Debt Repayment does not present the detailed explanation of how the simple verification is
implemented in checking for bankruptcy application. The lack of clear definition or appropriate
indicators for use to be guidence of what the simple verification is, has opened the wide gap of
difference among judges in interpreting the meaning of simple verification to complete the application
for bankruptcy. Thus in this case there is a problem, i.e., what is the appropriate system of simple
verification in the matter of bankruptcy.
To answer the question, thus the objective of this research will be to know the application of
simple verification principle in practice of commercial court, to know both obstacles and hindrances
encountered by commercial court in applying the simple verification principle in matter of
bankruptcy and to know the measures taken by commercial court to solve both obstacles and
hindrances in application of simple verification principle in matter of bankruptcy. According to the
defined problem, the research done is analytical descriptive study by using normative and yuridical
approach as method. The secondary data is gained through document study on library materials either library of North Sumatera University or library in Commercial Court - in the form of literatures
and documents supported by field data gained from documents in the form of judgements of
Commercial Court in Medan by using a direct interview as guidance or distributing the questionnaire
to competent and trustable respondents.
From the research made, it indicates that there is inconsystency between judgment of
Commercial Court judge and High Court Judge in checking the application for bakruptcy,
particularly in interpreting the simple (succinct) verification principle. In one case, the Commercial
Court make a judgment that “has been verified simply”, but after being delegated to High Court in
fact “it is cancelled” and stated that “it is not verified simply”. Or in contrast, sometimes in the Court
level I there is a fact or situation that
1
Student of Magister Program of Notariate North Sumatera University
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Teaching Staff of Magister Program of Notariate Sumatera University
2
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007
there is a debt “being not verified simply”, however in High Court it is said “has been verified
simply”. In addition the variation of opinion among judges has achieved the extraordinary level. The
most common obstacle or hindrances encountered in application of simple verification principle in
Commercial Court is the difference in perspective resulting in the difference in judgement of
Commercial Court judges - either in the same level or a level upper - in checking the application for a
bankruptcy. The difference is largely due to the lack of uniformity in judges to define something, for
example the definition of debt, due debt and creditor. The measure taken by Commercial Court in
overcoming both obstacles and hindrance in applying the simple verification principle in judgment of
bankruptcy so far, is that the Commercial Court calls the expert witness. The expert witness is
someone with special knowledge in certain discipline. The goal of assigning an expert witness is
merely to prevent the fault or mistakes of Judges from occuring in taking the appropriate and equal
conclusion. It is suggested that Judges should assume the same (one) perspective, definition and
perception in judging the same matter, government should add number of judges in Commercial
Court and provide them with sufficient knowledges regularly by realizing the socialization to Judges
of how to overcome the existing obstacles and hindrances.
Keywords:
Simple Verification
Judging
Bankruptcy
Victorianus M.H. Randa Puang : Penerapan Asas Pembuktian Sederhana dalam Penjatuhan Putusan Pailit, 2006
USU Repository © 2007