4
BAB I THE REALITY
Kota Medan, kota terbesar Pulau Sumatera merupakan kota multikultur yang memiliki berbagai budaya serta obyek wisata bersejarah yang unik. Seiring dengan
sejarah perjalanan Kota Medan, sekitar 600-an bangunan bersejarah yang berdiri rata –
rata memiliki usia lebih dari 100 tahun. Keberadaan bangunan –bangunan bersejarah
peninggalan Belanda yang mengawali pembangunan infrastruktur untuk industri perkebunan tembakau Deli merupakan kebanggaan Kota Medan.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kondisi ini pernah mengangkat derajat dan martabat Kota Medan sehingga menjadi sorotan negara-negara di dunia.
Keindahan pola dan estetika arsitektural, kondisi sungai yang bersih, tersedianya akses lebar sepanjang jalan pejalan kaki, serta tata kota teratur yang dimiliki pada masa
pemerintahan kolonial Belanda membuat Kota Medan disebut sebagai kota terindah di Pulau Sumatera yang identik dengan Kota Paris Perancis. Sungai Deli yang melintas
juga menjadi suatu pemandangan yang menarik. Oleh karena itu, Kota Medan pernah mendapat julukan
‘Parijs Van Sumatra’
1
.
1
Dirk Aedsge Buiskool, 1992, mengutip tulisan W Feldwick dalam buku “Present Day
Impressions of The Far East and Prominent Progressive Chinese at Home and Abroad. The History, People, Commerce, Industries and Resources of China, Hongkong, Indo-China, Malaya
and Netherlands India 1917. Seperti diungkap Dirk, di buku itu di halaman 1.185, Feldwick
menulis, “Medan is the queen city of the island of Sumatra, and is, moreover, the chief trading
centre on the east coast, which is the most important and progressive quarter of the island.” Gambar 1.1: Kesawan di masa 1930-an repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari
Sumber: Website Badan Warisan Sumatera
Universitas Sumatera Utara
5
Namun julukan kebanggaan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat di Kota Medan sekarang hanya tinggal kenangan. Kondisi kebersihan lingkungan, jalanan,
ketimpangan bangunan dan kondisi sungai yang dahulu berperan sangat penting di Kota Medan sekarang begitu memprihatinkan dan tidak bisa dibanggakan. Roh
“spirit” dan inti
“essence” Kota Medan yang menjadi identitas masing–masing kawasan mulai menghilang. Banyak bangunan bersejarah peninggalan masa pemerintahan kolonial
Belanda dihancurkan dan diganti oleh bangunan –bangunan dengan fungsi baru. Hal ini
disebabkan karena lokasi bangunan bersejarah berada di tempat yang strategis dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Menurut Norberg-Schulz 1980, hubungan manusia dengan suatu te mpat “place”
bukan hanya sekedar orientasi terhadap lingkungan, seperti yang disebutkan oleh Kevin Lynch
2
, namun lebih memiliki keterkaitan dengan proses identifikasi yang lebih dalam dan menjadi bagian dalam lingkungan tertentu. Syarat untuk identifikasi manusia dengan
tempat adalah karakter dan ciri khas yang menjadi perbedaan suatu tempat dengan yang lainnya sebagai kehadiran unik setiap tempat atau Genius Loci
3
. Keberadaan warisan bersejarah seperti bangunan
–bangunan pada masa kolonial Belanda hingga saat ini masih dapat dirasakan walaupun secara perlahan terancam hilang.
Banyak bangunan tua yang hanya ditempati tetapi tidak dirawat dan diterlantarkan sehingga menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan hilang
satu per satu. Pengaruh modernitas dan bentuk bangunan yang kemudian dirancang mengutamakan fungsi form follows function juga merupakan faktor utama hilangnya
identitas arsitektur Kota Medan.
2
Kevin A. Lynch 1960 dalam bukunya “Image of the city” menyatakan bahwa sebuah citra lingkungan kota dapat dianalisis kedalam komponen yang meliputi identitas, pola citra objek dan
makna atau arti tertentu bagi pengamat baik secara fungsinya maupun emosi yang ditimbulkan.
3
Norberg Schulz 1980 mendefinisikan: “Genius loci sebagai suatu konsep dibalik aspek fisik dan kultural yang dapat diketahui melalui pemahaman yang mendalam terhadap faktor-faktor yang
membentuknya”.
Universitas Sumatera Utara
6
Identitas arsitektur Kota Medan yang telah diukir sejarah sebelumnya tidak dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan arsitektur kawasan tertentu sehingga
banyak bangunan yang terbentuk saat ini tidak mewakili identitas kawasannya. Keberadaan Sungai Deli yang melintas di beberapa sisi kawasan bersejarah ini
seharusnya juga dapat menjadi magnet dan memiliki nilai positif bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. Hal ini sangat disayangkan
, padahal julukan ‘Parijs Van Sumatra’ merupakan sebuah episode sejarah yang unik bagi Kota Medan selama perjalanannya
sampai saat ini. Ironisnya melihat kondisi Kota Medan saat ini sepertinya tidak mungkin jika
Kota Medan ini dahulu pernah memiliki keidentikan dengan Kota Paris. Proses modernisasi dalam pembangunan Kota Medan mengancam warisan bersejarah dan
pengembangan pariwisata, bahkan jalur aliran air Sungai Deli diubah demi kepentingan pembangunan beberapa pihak lihat gambar 1.2. Rasanya sangat berat untuk
membangkitkan kembali kharisma yang dibanggakan Kota Medan sebagai ‘Parijs Van
Sumatra ’ tempo dulu di masa kini. Untuk itu, julukan nostalgia “Parijs Van Sumatra”
harus dibangkitkan kembali.
Gambar 1.2: Perubahan jalur aliran Sungai Deli Sumber: Leushuis 2011
Universitas Sumatera Utara
7
Dimulai dari skala mikro, Medan Municipal Office MMO bekerja sama dengan konsorsium terkemuka pengembang real estate di Kota Medan yaitu PT Twin Rivers
Development PT TRD menunjuk Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk mengembangkan kembali area muka Sungai Deli dan Babura. Pada
konteks proyek revitalisasi kawasan muka Sungai Deli dengan tema utama “Urban Heritage Tourism
” yang berlokasi di belakang kawasan preservasi yaitu Istana Maimun, Departemen Arsitektur USU telah menugaskan salah satu kelompok “Studio PA6 Design
Group” yaitu kelompok D untuk mengembangkan perencanaan dan perancangan proposal proyek ini.
Kasus proyek merupakan revitalisasi kawasan preservasi dengan penambahan pembangunan fungsi - fungsi baru namun tetap mempertahankan eksistensi bangunan
peninggalan bersejarah. Kawasan ini akan menjadi magnet baru bagi masyarakat dan menghidupkan kembali julukan
‘Parijs Van Sumatra’ yang sangat dirindukan masyarakat Kota Medan.
Gambar 1.3: Lokasi tapak pembangunan Sumber: Google Earth
Area tapak yang boleh dibangun
Universitas Sumatera Utara
8
Pembangunan bangunan-bangunan baru ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya, menyediakan
pariwisata yang khas dan ruang publik bagi masyarakat kota ataupun wisatawan lokal dan mancanegara, menghidupkan kembali kawasan preservasi sebagai cagar budaya Kota
Medan, dan menumbuhkan ketertarikan masyarakat dengan sejarah Kota Medan. Strategi perencanaan dan perancangan proyek ini adalah pembangunan hotel dan
apartemen yang dibatasi pada lingkungan rumah tinggal keluarga Kesultanan Deli yang berlokasi di belakang bangunan Istana Maimun dengan garis tepian Sungai Deli.
Menyelaraskan desain bangunan baru dengan kondisi eksisting Istana Maimun dan keberadaan Sungai Deli sebagai acuan agar tercipta suatu keharmonisan arsitektur pada
lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik sebagai generator aktivitas yang dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung dan melakukan aktivitas. Untuk
memaksimalkan fungsi bangunan Istana Maimun sebagai cagar budaya Kota Medan, maka keluarga Kesultanan Deli yang tinggal di dalam dan di belakang Istana Maimun
akan direlokasi ke apartemen baru. Sebagian unit apartemen akan tersedia untuk kepemilikan publik dengan persetujuan dari keluarga sultan sebagai salah satu cara
meningkatkan perekonomian masyarakat lingkungan tersebut. Proses penyelesaian proposal perencanaan dan perancangan proyek ini diawali
dengan pengumpulan informasi dan data. Ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami nilai
–nilai budaya dan sejarah yang merupakan identitas kawasan, terutama pada konteks proyek ini, karena lokasi tapak proyek merupakan salah satu kawasan konservasi Kota
Medan. Nilai –nilai budaya dan sejarah serta kondisi lingkungan sekitar yang diteliti
bertujuan sebagai evaluasi dalam pembelajaran struktur, karakter dan elemen penting lain yang dapat membantu dalam membuat keputusan desain dan strategi dalam
perencanaan perancangan.
Universitas Sumatera Utara
9
Pengumpulan informasi dan data dapat dicapai melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan studi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi banding. Kegiatan studi
lapangan yang dilakukan yaitu mengamati berbagai kondisi pada tapak dan lingkungan sekitarnya seperti kondisi sungai, vegetasi, drainase, sirkulasi, kondisi dan sistem
pengolahan sampah, eksisting bangunan –bangunan sekitar terutama bangunan bersejarah,
perilaku manusia baik yang dalam ataupun diluar lokasi proyek, kontur tapak, hukum dan peraturan tapak GSB dan DAS, kondisi ekonomi masyarakat, iklim dan struktur
bangunan eksisting. Informasi dan data yang diperoleh dari pengamatan beberapa kondisi di lapangan,
kemudian dijabarkan menjadi dua hal, yaitu hal –hal positif yang berpotensi menambah
daya tarik serta hal –hal negatif yang harus diperbaiki. Hal-hal positif seperti kekayaan
nilai budaya yang dimiliki Istana Maimun, pohon –pohon rindang yang ada pada tepi
sungai dan lingkungan istana, serta bangunan bersejarah lain seperti mesjid raya yang sampai sekarang masih memiliki hubungan erat dengan Istana Maimun. Keberadaan
bangunan –bangunan bersejarah di sekitar lingkungan tapak sangat membantu dalam
pemulihan identitas kawasan. Namun semua hal positif yang dimiliki tertutupi oleh banyaknya hal negatif yang
terlihat, seperti rumah-rumah keluarga Kesultanan Deli yang kurang tertata rapi, pengolahan limbah atau sampah yang tidak sesuai standar, bangunan Istana Maimun yang
sayap kiri dan kanan dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sebagian keluarga Kesultanan Deli yang mengakibatkan fungsi bangunan sebagai salah satu warisan nasional Kota
Medan tidak berfungsi maksimal sebagai tempat wisata.
Universitas Sumatera Utara
10
Hal yang paling memprihatinkan adalah kondisi Sungai Deli yang tidak layak dengan genangan sampah
–sampah disekitarnya, serta abrasi yang terjadi di bantaran sungai. Hal ini disebabkan karena pembangunan tembok penahan retaining wall oleh
komplek Multatuli yang menyebabkan aliran sungai menghempas ke tepi dinding sungai di sisi lain, yaitu sisi Istana Maimun, serta kurangnya kesadaran dan tindakan masyarakat
yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, sehingga permukiman di bantaran Sungai Deli identik dengan kawasan kumuh lihat gambar 1.4.
Wawancara yang dilakukan dengan salah satu perwakilan Kesultanan Deli, Sekretaris Umum Yayasan Ma’moen Al Rasyid, Tengku Moharsyah sebagai narasumber,
memberikan informasi dan data cukup mengejutkan. Lahan Istana Maimun yang disewakan untuk sebagian bangunan Rumah Sakit Martha Friska selama 5 tahun mulai
dari tahun 2011, serta lahan yang juga disewakan sebagai tempat parkir bus pariwisata salah satu operator jasa perjalanan dan pariwisata yaitu Trophy Tour lihat gambar 1.5.
Gambar 1.5: Lahan sewa tempat parkir bus Trophy Tour Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 1.4: Kondisi Sungai Deli akibat abrasi Sumber: Dokumentasi pribadi
Universitas Sumatera Utara
11
Ironisnya, hal ini disadari dan disetujui oleh pengelola Istana Maimun yang juga merupakan bagian dari keluarga Kesultanan Deli. Menurut penulis ini merupakan
tindakan yang tidak seharusnya dilakukan karena akan mencemari identitas kawasan sebagai salah satu ikon dan tempat pariwisata yang dikenal di Kota Medan.
Pencarian informasi dan data juga dilaksanakan melalui studi literatur dan studi banding untuk mencari referensi teori yang relevan dengan konteks kasus proyek. Studi
literatur yang dicari adalah nilai budaya, roh dan inti yang dimiliki serta mencerminkan identitas kawasan Istana Maimun, dan studi literatur bangunan baru yaitu hotel butik dan
apartemen yang sesuai dengan konteks proyek. Contoh studi banding untuk bangunan hotel yang penulis kutip adalah Capella
Hotel, Singapore. Mengintegrasikan dua bangunan militer Tanah Merah yang telah berdiri dari tahun 1880 dan mengubahnya menjadi tempat rekreasi dan mengubah
fungsinya menjadi bangunan hotel, vila, dan spa. Penerapan tema “Restoration and
intervention in historical buildings” bertujuan untuk menyatukan gaya lama dan baru dalam konteks tropis. Desain bangunan baru dengan pencampuran gaya tropis dan
kontemporer sebagai wujud penghormatan terhadap bangunan eksisting. Pembangunan pada hotel di rancang memanjang dari kedua sisi bangunan dan
membentuk kurva di sekitarnya. Atap bangunan hotel sejajar dengan bagian atas bangunan preservasi, dan bentuk kanopi yang melengkung di rancang untuk mengalirkan
air hujan lihat gambar 1.6.
Universitas Sumatera Utara
12
Pendekatan ini berupaya untuk menyoroti bangunan bersejarah tersebut, menciptakan bangunan baru dengan fungsi baru tanpa menghilangkan nilai bersejarah
yang ada di dalamnya Gambar 1.9. Bangunan
eksisting bangunan
militer yang tetap dipertahankan dan menjadi
sumbser acuan
untuk rancangan
hotel dan
vila di
sekitarnya. Bangunan hotel yang dirancang
memanjang dari kedua sisi bangunan eksisting. Bagian atap bangunan hotel
memiliki tinggi yang sama dengan bangunan lama.
Gambar 1.6: Tampak atas Capella hotel, Singapore
Sumber: Capella Singapore Gallery
Gambar 1.7: Site Plan Capella hotel, Singapore
Sumber: Capella Singapore Gallery Gambar 1.8: Capella hotel, Singapore, dalam
konstruksi Sumber: Capella Singapore Gallery
Gambar 1.9: Perspektif eksterior Capella hotel, Singapore Sumber: Capella Singapore Gallery
Universitas Sumatera Utara
13
Studi banding lainnya adalah New Capital Quay yang merupakan bangunan apartemen yang berlokasi di kawasan bersejarah Greenwich juga di muka sungai
bersejarah yaitu Sungai Thames. Bangunan ini memiliki posisi yang unik, tiga sisi bangunannya memiliki pemandangan panorama yang bagus, yaitu arah pandang ke The
City, Canary Wharf dan The Millennium Dome yang merupakan kawasan bersejarah terkenal di dunia.
Gambar 1.10: Peta dan foto udara New Capital Quay, Greenwich Sumber: New Capital Quay Brochure
Gambar 1.11: Jenis-jenis tower New Capital Quay, Greenwich
Sumber: New Capital Quay Brochure Gambar 1.12: New Capital Quay,
Greenwich, dalam konstruksi Sumber: New Capital Quay Brochure
Gambar 1.13: Perspektif eksterior New Capital Quay, Greenwich Sumber: New Capital Quay Brochure
New Capital Quay
The Royal Observatory
Millenium Dome Canary Wharf
The City
Universitas Sumatera Utara
14
BAB II TIME TO FIX THE CURRENT STATE