Inheritance For The Future

(1)

INHERITANCE FOR THE FUTURE

SKRIPSI

OLEH

YENNY

100406048

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

INHERITANCE FOR THE FUTURE

SKRIPSI

OLEH

YENNY

100406048

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

INHERITANCE FOR THE FUTURE

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

YENNY

100406048

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(4)

PERNYATAAN

INHERITANCE FOR THE FUTURE

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 14 Juli 2014


(5)

Judul Skripsi : INHERITANCE FOR THE FUTURE

Nama Mahasiswa : YENNY

Nomor Pokok : 100406048

Departemen : Arsitektur

Menyetujui Dosen Pembimbing,

(Ir. Bauni Hamid, M.Des.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Ir. Bauni Hamid, M.Des.) (Ir. N. Vinky Rachman, MT.)


(6)

Telah diuji pada Tanggal: 14 Juli 2014

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Bauni Hamid, M.Des. Anggota Komisi Penguji : Wahyuni Zahrah, ST., MS.


(7)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Penghargaan dan terima kasih juga ingin penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Ir. Bauni Hamid, M.Des. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, motivasi dan waktu beliau dalam penulisan skripsi ini.

2. Ibu Wahyuni Zahrah, ST., MS. selaku Dosen Penguji I dan Bapak Hajar Suwantoro, ST., MT. selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6 yang telah memberikan pengarahan untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

4. Kedua orangtua serta saudara-saudara penulis yang tercinta, yang selalu memberikan motivasi, semangat dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi ini.

5. Teman-teman dan rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan motivasi serta dorongan selama studi dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 14 Juli 2014 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

ABSTRAK ... xiv

PROLOGUE: A RIVER RUNS THROUGH IT ... 1

BAB I. THE REALITY ... 4

BAB II. TIME TO FIX THE CURRENT STATE ... 14

BAB III. PRELUDE TOWARDS THE REVIVAL OF ‘PARIJS VAN SOEMATRA’ ... 32

BAB IV. STEPS TO ACHIEVING THAT DREAM ... 40

BAB V. TRIAL AND REVISE ... 50

BAB VI. “READY, AIM FAR AWAY!” ... 64

BAB VII. PLEASING COMBINATIONS ... 76

BAB VIII. KESIMPULAN ... 86

EPILOGUE: A PERFECT HARMONY ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 93

Lampiran 1. Laporan Pemrograman Hotel Butik ... 93

Lampiran 2. Laporan Pemrograman Apartemen ... 111


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1.1 Kesawan di masa 1930-an ... 4

1.2 Perubahan jalur aliran Sungai Deli ... 6

1.3 Lokasi tapak pembangunan ... 7

1.4 Kondisi Sungai Deli akibat abrasi ... 10

1.5 Lahan sewa tempat parkir bus Trophy Tour ... 10

1.6 Tampak atas Capella hotel, Singapore ... 12

1.7 Site Plan Capella Hotel, Singapore ... 12

1.8 Capella hotel, Singapore, dalam konstruksi ... 12

1.9 Perspektif eksterior Capella hotel, Singapore ... 12

1.10 Peta dan foto udara New Capital Quay, Greenwich ... 13

1.11 Jenis-jenis tower New Capital Quay, Greenwich ... 13

1.12 New Capital Quay, Greewich, dalam konstruksi ... 13

1.13 Perspektif eksterior New Capital Quay, Greenwich ... 13

2.1 Rumah tinggal keluarga kesultanan tanpa penjagaan ... 17

2.2 Kondisi Sungai Deli yang sangat memprihatinkan ... 18

2.3 Kondisi sistem pembuangan di lingkungan rumah tinggal keluarga kesultanan ... 18

2.4 Area parkir pengunjung Istana Maimun ... 18

2.5 Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan Istana Maimun ... 19

2.6 Draft Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan untuk Kawasan Maimun... 20

2.7 Bukti pengaruh kebudayaan negara lain pada bangunan Istana Maimun ... 21

2.8 Hasil analisa kondisi eksisting tapak proyek ... 23


(10)

2.10 Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan Istana Maimun ... 25

2.11 Hasil analisa fasad bangunan sekitar ... 26

2.12 Hasil analisa sirkulasi kendaraan ... 27

2.13 Hasil analisa kenyamanan dan keamanan di lingkungan Istana Maimun ... 28

2.14 Hasil analisa teknik finishing tapak & sistem pembuangan dan drainase ... 29

2.15 Hasil analisa pedestrian ... 30

3.1 Skema proses pengembangan tema dan konsep ... 32

3.2 Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan Kolonial Belanda ... 35

3.3 Kondisi Gedung Kerapatan Kesultanan Deli saat ini ... 36

3.4 Skema perencanaan perancangan berdasarkan penabaran tema ... 36

3.5 Kesawan di masa 1920-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari) ... 38

3.6 Gapura Cina di Kesawan selama perayaan ulang tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina ... 38

4.1 Konsep rancangan pendekatan tropis ... 44

4.2 Denah skematik bangunan Istana Maimun ... 45

4.3 Tampak banguna Istana Maimun ... 46

4.4 Tradisi dan budaya Melayu ... 49

5.1 Sketsa konsep orientasi bangunan ... 51

5.2 Skenario akses sirkulasi kendaraan ... 52

5.3 Revisi rancangan sirkulasi kendaraan ... 53

5.4 Rancangan skematik ruang dalam Lt.1 hotel butik ... 54

5.5 Rancangan skematik ruang dalam Lt.2 hotel butik ... 55

5.6 Rancangan skematik ruang dalam Lt.3 hotel butik ... 55


(11)

5.8 Denah Lt. 4-6 ... 56

5.9 Denah Lt.7 ... 56

5.10 Denah tipikal Lt. 8-10 ... 57

5.11 Denah Lt.11 ... 57

5.12 Rancangan skematik ruang dalam Lt.1 apartemen ... 59

5.13 Revisi rancangan skematik ruang dalam Lt.1 apartemen ... 59

5.14 Rancangan skematik ruang dalam Lt.2 apartemen ... 60

5.15 Rancangan skematik ruang dalam Lt.3-4 apartemen ... 61

5.16 Rancangan skematik ruang dalam Lt.5-9 apartemen ... 61

5.17 Rancangan skematik ruang dalam Lt.10 apartemen ... 62

5.18 Rancangan skematik ruang dalam Lt.11 apartemen ... 62

5.19 Rancangan skematik ruang dalam Lt.12 apartemen ... 62

6.1 Tampak depan rancangan hotel butik ... 64

6.2 Perspektif hotel butik ... 65

6.3 Tampak depan rancangan Apartemen ... 65

6.4 Istana Kerajaan Sultan Deli Pertama ... 66

6.5 Revisi tampak depan hotel butik ... 67

6.6 Bentuk jendela dan ventilasi ... 67

6.7 Dinding dengan bentuk arc ... 67

6.8 Dinding dengan bentuk arc ... 68

6.9 Ventilasi pada bangunan ... 68

6.10 Hubungan lansekap antar bangunan ... 68

6.11 Peta skematik ‘Parijs Van Sumatra’ ... 70

6.12 Hasil revisi pertama tampak depan hotel butik ... 71


(12)

6.14 Tampak depan rancangan hotel butik ... 73

6.15 Tampak samping rancangan hotel butik ... 73

6.16 Tampak depan rancangan apartemen ... 73

6.17 Tampak samping rancangan apartemen ... 73

6.18 Hubungan elevasi bangunan Istana Maimun dengan hotel butik dan

apartemen ... 74

6.19 Ilustrasi A ... 74

6.20 Ilustrasi B ... 74

6.21 Skyline ... 75

7.1 Skema 3D sistem struktur bangunan apartemen ... 76

7.2 Skema 3D sistem struktur bangunan hotel butik ... 76

7.3 Skema 3D sistem utilitas bangunan apartemen dan hotel butik ... 77

7.4 Skema 3D sistem elektrikal bangunan apartemen dan hotel butik ... 78

7.5 Skema 3D sistem kebakaran bangunan apartemen dan hotel butik ... 78

7.6 Konsep sistem kebakaran bangunan apartemen ... 79

7.7 Konsep sistem kebakaran bangunan hotel butik ... 79

7.8 Potongan bangunan apartemen dan butik hotel ... 79

7.9 Potongan prinsip bangunan apartemen dan butik hotel ... 80

7.10 Potongan detail bangunan apartemn dan butik hotel ... 80

7.11 Poster 1 ... 81

7.12 Poster 2 ... 81

7.13 Poster 3 ... 82


(13)

7.15 Poster 5 ... 82

7.16 Poster 6 ... 82

7.17 Poster 7 ... 83

7.18 Poster 8 ... 83

7.19 Poster 9 ... 83

7.20 Poster 10 ... 83

7.21 Poster 11 ... 84

7.22 Detail kamar suite (Hotel) ... 84

7.23 Ground plan ... 85


(14)

ABSTRAK

Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Konsep proyek perancangan menggunakan tema utama “Urban Heritage Tourism

dikombinasikan dengan “Riverfront Architecture” yaitu dengan mengubah modal budaya menjadi modal ekonomi serta bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi kearah muka sungai. Selain bertujuan sebagai tempat pariwisata, dan sarana pendidikan, perancangan proyek ini juga berfungsi sebagai sarana pelestarian dari kekayaan budaya Kota Medan. Penerapan tema “Inheritance for the Future” berasal dari julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang merupakan dasar pemikiran penulis dalam mengembangkan tema dan konsep sesuai dengan konteks kasus proyek.

Dengan menggunakan warisan budaya sebagai acuan untuk perancangan bangunan baru sehingga warisan bersejarah untuk saat ini akan tetap menjadi identitas untuk pengembangan pembangunan masa selanjutnya. Upaya memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ adalah dengan membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli agar tercipta “Distintion sense of place” yang menunjukkan identitas kawasan tersebut.

Melalui pendekatan arsitektur kontekstual, penulis menerapkan gaya arsitektur Melayu Kolonial dengan tujuan agar tercipta keharmonisan antar bangunan-bangunan baru dengan Istana Maimun beserta lingkungan sekitarnya.

Kata kunci: identitas, kontekstual, pariwisata, heritage, ‘Parijs Van Sumatra’

The development, which consists of boutique hotel and apartment development, are located at the Deli riverside and in adjacent to one of the historical building in Medan city - Istana Maimun. The theme for the project is “Urban Heritage Tourism” and “Riverfront Architecture”, which the idea is about transforming our heritage asset into economical advantage and at the same time introducing the new face of development that oriented at the river bank. In addition to vacation destination and educational means, the development would hope to conserve our Medan culture and heritage. The notion “Inheritance for the Future”, which originated from the phrase “Parijs Van Sumatra” is

the basic idea of the writer in developing and expanding the theme and concept for this project.

The writer adopts culture and heritage as the base design of this project with hope that it will become the identity for the concept architectural design for the next surrounding development in future. By developing based on the phrase ‘Parijs Van Sumatra’, the writer hopes that it will rebuild the identity of the area and create the “Distinction sense of place” which will create sense of belonging for the people. The writer adopts Malay

Colonial architectural design style with the purpose to create the balance and integration between new development with Istana Maimun and surroundings.


(15)

PROLOGUE

A RIVER RUNS THROUGH IT

Air merupakan salah satu elemen yang berperan sangat penting dalam kehidupan manusia, juga dikenal sebagai simbol kemurnian, keabadian dan penyembuhan. Peran air tidak dapat dilepaskan dalam segala aspek kehidupan manusia. Dalam wujud apapun air mempunyai karakter dan potensi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Salah satu kumpulan aliran air alami yang dapat ditemui di konteks perkotaan adalah sungai. Sungai adalah tempat lahirnya peradaban. Sungai sangat berpotensi untuk menyediakan sumber air yang dapat memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan menunjang meningkatkan nilai pembangunan suatu daerah.

Arsitektur muka sungai “Riverfront Architecture” bermula dari pemikiran

seorang “Urban Visioner”, James Rouse berkebangsaan Amerika pada tahun 1970-an untuk memulihkan Kota Baltimore dari proses permukiman kumuh yang mengkhawatirkan. Kemudian terciptalah suatu konsep penataan daerah, kawasan, ataupun kota yang disebut dengan “Waterfront Development”, yang mana hasil pembangunan memiliki kontak visual dan fisik dengan air. Secara fisik alamnya berada dekat dengan air dan bentuk pengembangan pembangunan wajah kota yang terjadi berorientasi ke arah muka sungai yang pertama kali dikembangkan pada akhir 1950 dan awal 1960 (Turnbridge 1993: 290-296).

Pada kasus proyek ini, lokasi tapak pembangunan terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Istana Maimun merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli yang terletak di pusat Kota Medan sesuai dengan fungsinya sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Deli pada masa kejayaannya.


(16)

Istana Maimun sengaja dibangun berdekatan dengan Sungai Deli yang bermuara ke Selat Malaka dan merupakan jalur transportasi serta akses perdagangan yang sangat penting pada saat lintasan sumber ekonomi masyarakat masih berfokus pada transportasi air. Namun saat ini kondisi situs bersejarah dan juga sungai sangat memprihatinkan. Ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan sungai yang dimanfaatkan sebagai “daerah belakang”, banyaknya sampah yang mencemari, sehingga Sungai Deli menjadi dangkal, tidak bisa dilayari kapal dan permukiman di bantaran Sungai Deli identik dengan kawasan kumuh.

Hal ini sangat disayangkan karena keberadaan Sungai Deli pada kawasan situs bangunan bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun sangat berpotensi untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas hidup lingkungan kota dan masyarakat sekitar, menambah daya tarik wisatawan, memulihkan alam dan juga menambah area rekreasi di Kota Medan.

Membangkitkan kembali identitas warisan bersejarah menjadi salah satu dasar pengembangan konsep perancangan pada kasus proyek ini. Warisan dalam kasus proyek ini yaitu Istana Maimun yang telah berdiri lama di situs tersebut dan menyatu dengan lingkungan sekitar, seperti terlahir dari alam dan juga sungai Deli yang terbentuk secara alami di kawasan tersebut. Warisan tempat, nilai dan bangunan bersejarah harus dipertahankan, terutama julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat pada Kota Medan. Hal ini disebabkan karena identitas arsitektur Kota Medan yang telah diukir sejarah sebelumnya tidak dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan arsitektur kawasan tertentu sehingga banyak bangunan yang terbentuk tidak mewakili identitas arsitektur kawasannya.

Penting untuk suatu kota dikenal dan dilindungi, serta disorot tempat – tempat bersejarahnya sebagai bagian dari perencanaan pembangunan dan arahan untuk


(17)

pembangunan yang lebih baik ke depannya, sehingga warisan bersejarah untuk saat ini akan tetap menjadi warisan sebagai acuan untuk pengembangan pembangunan masa selanjutnya. Oleh karena itu, tema untuk rancangan dalam konteks ini, adalah “Inheritance for The Future”.

Lingkungan bangunan bersejarah memiliki nilai estetis dan historis yang harus dilindungi karena dapat meningkatkan nilai budaya dan ekonomi pada rancangan baru yang diletakkan di dalamnya, begitu juga bangunan baru yang dirancang dengan baik akan meningkatkan latar belakang lingkungan bersejarah tersebut. Mempertahankan identitas kawasan dan menciptakan suasana serta tempat yang berbeda dari tempat lainnya “Distinction sense of place” yang hanya bisa dinikmati di kawasan ini adalah

tidak dengan hanya mengikuti detil sejarahnya, namun dengan menerapkan roh “spirit

dan inti “essence" dari situs bersejarah tersebut. Pendekatan yang juga dilakukan untuk membangkitkan kembali gaya arsitektural yang menunjukkan identitas kawasan tersebut berupa pendekatan arsitektur tropis yang bersifat kontekstual sehingga mampu menciptakan suatu keharmonisan arsitektur pada lingkungan preservasi tersebut.


(18)

ABSTRAK

Lokasi tapak proyek pembangunan hotel butik dan apartemen terletak di bantaran Sungai Deli dan berada pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun. Konsep proyek perancangan menggunakan tema utama “Urban Heritage Tourism

dikombinasikan dengan “Riverfront Architecture” yaitu dengan mengubah modal budaya menjadi modal ekonomi serta bentuk pengembangan pembangunan wajah kota berorientasi kearah muka sungai. Selain bertujuan sebagai tempat pariwisata, dan sarana pendidikan, perancangan proyek ini juga berfungsi sebagai sarana pelestarian dari kekayaan budaya Kota Medan. Penerapan tema “Inheritance for the Future” berasal dari julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang merupakan dasar pemikiran penulis dalam mengembangkan tema dan konsep sesuai dengan konteks kasus proyek.

Dengan menggunakan warisan budaya sebagai acuan untuk perancangan bangunan baru sehingga warisan bersejarah untuk saat ini akan tetap menjadi identitas untuk pengembangan pembangunan masa selanjutnya. Upaya memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ adalah dengan membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli agar tercipta “Distintion sense of place” yang menunjukkan identitas kawasan tersebut.

Melalui pendekatan arsitektur kontekstual, penulis menerapkan gaya arsitektur Melayu Kolonial dengan tujuan agar tercipta keharmonisan antar bangunan-bangunan baru dengan Istana Maimun beserta lingkungan sekitarnya.

Kata kunci: identitas, kontekstual, pariwisata, heritage, ‘Parijs Van Sumatra’

The development, which consists of boutique hotel and apartment development, are located at the Deli riverside and in adjacent to one of the historical building in Medan city - Istana Maimun. The theme for the project is “Urban Heritage Tourism” and “Riverfront Architecture”, which the idea is about transforming our heritage asset into economical advantage and at the same time introducing the new face of development that oriented at the river bank. In addition to vacation destination and educational means, the development would hope to conserve our Medan culture and heritage. The notion “Inheritance for the Future”, which originated from the phrase “Parijs Van Sumatra” is

the basic idea of the writer in developing and expanding the theme and concept for this project.

The writer adopts culture and heritage as the base design of this project with hope that it will become the identity for the concept architectural design for the next surrounding development in future. By developing based on the phrase ‘Parijs Van Sumatra’, the writer hopes that it will rebuild the identity of the area and create the “Distinction sense of place” which will create sense of belonging for the people. The writer adopts Malay

Colonial architectural design style with the purpose to create the balance and integration between new development with Istana Maimun and surroundings.


(19)

BAB I THE REALITY

Kota Medan, kota terbesar Pulau Sumatera merupakan kota multikultur yang memiliki berbagai budaya serta obyek wisata bersejarah yang unik. Seiring dengan sejarah perjalanan Kota Medan, sekitar 600-an bangunan bersejarah yang berdiri rata– rata memiliki usia lebih dari 100 tahun. Keberadaan bangunan–bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang mengawali pembangunan infrastruktur untuk industri perkebunan tembakau Deli merupakan kebanggaan Kota Medan.

Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, kondisi ini pernah mengangkat derajat dan martabat Kota Medan sehingga menjadi sorotan negara-negara di dunia. Keindahan pola dan estetika arsitektural, kondisi sungai yang bersih, tersedianya akses lebar sepanjang jalan pejalan kaki, serta tata kota teratur yang dimiliki pada masa pemerintahan kolonial Belanda membuat Kota Medan disebut sebagai kota terindah di Pulau Sumatera yang identik dengan Kota Paris (Perancis). Sungai Deli yang melintas juga menjadi suatu pemandangan yang menarik. Oleh karena itu, Kota Medan pernah mendapat julukan ‘Parijs Van Sumatra’1.

1 Dirk Aedsge Buiskool, 1992, mengutip tulisan W Feldwick dalam buku “Present Day

Impressions of The Far East and Prominent & Progressive Chinese at Home and Abroad. The History, People, Commerce, Industries and Resources of China, Hongkong, Indo-China, Malaya and Netherlands India (1917). Seperti diungkap Dirk, di buku itu di halaman 1.185, Feldwick

menulis, “Medan is the queen city of the island of Sumatra, and is, moreover, the chief trading centre on the east coast, which is the most important and progressive quarter of the island.”

Gambar 1.1: Kesawan di masa 1930-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari) Sumber: Website Badan Warisan Sumatera


(20)

Namun julukan kebanggaan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat di Kota Medan sekarang hanya tinggal kenangan. Kondisi kebersihan lingkungan, jalanan, ketimpangan bangunan dan kondisi sungai yang dahulu berperan sangat penting di Kota Medan sekarang begitu memprihatinkan dan tidak bisa dibanggakan. Roh “spirit” dan inti “essence” Kota Medan yang menjadi identitas masing–masing kawasan mulai menghilang. Banyak bangunan bersejarah peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda dihancurkan dan diganti oleh bangunan–bangunan dengan fungsi baru. Hal ini disebabkan karena lokasi bangunan bersejarah berada di tempat yang strategis dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Menurut Norberg-Schulz (1980), hubungan manusia dengan suatu tempat “place

bukan hanya sekedar orientasi terhadap lingkungan, seperti yang disebutkan oleh Kevin Lynch2, namun lebih memiliki keterkaitan dengan proses identifikasi yang lebih dalam dan menjadi bagian dalam lingkungan tertentu. Syarat untuk identifikasi manusia dengan tempat adalah karakter dan ciri khas yang menjadi perbedaan suatu tempat dengan yang lainnya sebagai kehadiran unik setiap tempat atau Genius Loci3.

Keberadaan warisan bersejarah seperti bangunan–bangunan pada masa kolonial Belanda hingga saat ini masih dapat dirasakan walaupun secara perlahan terancam hilang. Banyak bangunan tua yang hanya ditempati tetapi tidak dirawat dan diterlantarkan sehingga menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan hilang satu per satu. Pengaruh modernitas dan bentuk bangunan yang kemudian dirancang mengutamakan fungsi (form follows function) juga merupakan faktor utama hilangnya identitas arsitektur Kota Medan.

2 Kevin A. Lynch (1960) dalam bukunya “Image of the city” menyatakan bahwa sebuah citra lingkungan (kota) dapat dianalisis kedalam komponen yang meliputi identitas, pola citra objek dan makna atau arti tertentu bagi pengamat baik secara fungsinya maupun emosi yang ditimbulkan. 3 Norberg Schulz (1980) mendefinisikan: “Genius loci sebagai suatu konsep dibalik aspek fisik dan kultural yang dapat diketahui melalui pemahaman yang mendalam terhadap faktor-faktor yang


(21)

Identitas arsitektur Kota Medan yang telah diukir sejarah sebelumnya tidak dipergunakan sebagai acuan dalam perencanaan arsitektur kawasan tertentu sehingga banyak bangunan yang terbentuk saat ini tidak mewakili identitas kawasannya. Keberadaan Sungai Deli yang melintas di beberapa sisi kawasan bersejarah ini seharusnya juga dapat menjadi magnet dan memiliki nilai positif bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. Hal ini sangat disayangkan, padahal julukan ‘Parijs Van Sumatra’

merupakan sebuah episode sejarah yang unik bagi Kota Medan selama perjalanannya sampai saat ini.

Ironisnya melihat kondisi Kota Medan saat ini sepertinya tidak mungkin jika Kota Medan ini dahulu pernah memiliki keidentikan dengan Kota Paris. Proses modernisasi dalam pembangunan Kota Medan mengancam warisan bersejarah dan pengembangan pariwisata, bahkan jalur aliran air Sungai Deli diubah demi kepentingan pembangunan beberapa pihak (lihat gambar 1.2). Rasanya sangat berat untuk membangkitkan kembali kharisma yang dibanggakan Kota Medan sebagai ‘Parijs Van Sumatra’ tempo dulu di masa kini. Untuk itu, julukan nostalgia “Parijs Van Sumatra”

harus dibangkitkan kembali.

Gambar 1.2: Perubahan jalur aliran Sungai Deli Sumber: Leushuis (2011)


(22)

Dimulai dari skala mikro, Medan Municipal Office (MMO) bekerja sama dengan konsorsium terkemuka pengembang real estate di Kota Medan yaitu PT Twin Rivers Development (PT TRD) menunjuk Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara untuk mengembangkan kembali area muka Sungai Deli dan Babura. Pada konteks proyek revitalisasi kawasan muka Sungai Deli dengan tema utama “Urban Heritage Tourism” yang berlokasi di belakang kawasan preservasi yaitu Istana Maimun, Departemen Arsitektur USU telah menugaskan salah satu kelompok “Studio PA6 Design

Group” yaitu kelompok D untuk mengembangkan perencanaan dan perancangan proposal

proyek ini.

Kasus proyek merupakan revitalisasi kawasan preservasi dengan penambahan pembangunan fungsi - fungsi baru namun tetap mempertahankan eksistensi bangunan peninggalan bersejarah. Kawasan ini akan menjadi magnet baru bagi masyarakat dan menghidupkan kembali julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang sangat dirindukan masyarakat Kota Medan.

Gambar 1.3: Lokasi tapak pembangunan Sumber: Google Earth

Area tapak yang boleh dibangun


(23)

Pembangunan bangunan-bangunan baru ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi dan budaya, menyediakan pariwisata yang khas dan ruang publik bagi masyarakat kota ataupun wisatawan lokal dan mancanegara, menghidupkan kembali kawasan preservasi sebagai cagar budaya Kota Medan, dan menumbuhkan ketertarikan masyarakat dengan sejarah Kota Medan.

Strategi perencanaan dan perancangan proyek ini adalah pembangunan hotel dan apartemen yang dibatasi pada lingkungan rumah tinggal keluarga Kesultanan Deli yang berlokasi di belakang bangunan Istana Maimun dengan garis tepian Sungai Deli. Menyelaraskan desain bangunan baru dengan kondisi eksisting Istana Maimun dan keberadaan Sungai Deli sebagai acuan agar tercipta suatu keharmonisan arsitektur pada lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik sebagai generator aktivitas yang dapat menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung dan melakukan aktivitas. Untuk memaksimalkan fungsi bangunan Istana Maimun sebagai cagar budaya Kota Medan, maka keluarga Kesultanan Deli yang tinggal di dalam dan di belakang Istana Maimun akan direlokasi ke apartemen baru. Sebagian unit apartemen akan tersedia untuk kepemilikan publik dengan persetujuan dari keluarga sultan sebagai salah satu cara meningkatkan perekonomian masyarakat lingkungan tersebut.

Proses penyelesaian proposal perencanaan dan perancangan proyek ini diawali dengan pengumpulan informasi dan data. Ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami nilai–nilai budaya dan sejarah yang merupakan identitas kawasan, terutama pada konteks proyek ini, karena lokasi tapak proyek merupakan salah satu kawasan konservasi Kota Medan. Nilai–nilai budaya dan sejarah serta kondisi lingkungan sekitar yang diteliti bertujuan sebagai evaluasi dalam pembelajaran struktur, karakter dan elemen penting lain yang dapat membantu dalam membuat keputusan desain dan strategi dalam perencanaan perancangan.


(24)

Pengumpulan informasi dan data dapat dicapai melalui beberapa kegiatan, yaitu kegiatan studi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi banding. Kegiatan studi lapangan yang dilakukan yaitu mengamati berbagai kondisi pada tapak dan lingkungan sekitarnya seperti kondisi sungai, vegetasi, drainase, sirkulasi, kondisi dan sistem pengolahan sampah, eksisting bangunan–bangunan sekitar terutama bangunan bersejarah, perilaku manusia baik yang dalam ataupun diluar lokasi proyek, kontur tapak, hukum dan peraturan tapak (GSB dan DAS), kondisi ekonomi masyarakat, iklim dan struktur bangunan eksisting.

Informasi dan data yang diperoleh dari pengamatan beberapa kondisi di lapangan, kemudian dijabarkan menjadi dua hal, yaitu hal–hal positif yang berpotensi menambah daya tarik serta hal–hal negatif yang harus diperbaiki. Hal-hal positif seperti kekayaan nilai budaya yang dimiliki Istana Maimun, pohon–pohon rindang yang ada pada tepi sungai dan lingkungan istana, serta bangunan bersejarah lain seperti mesjid raya yang sampai sekarang masih memiliki hubungan erat dengan Istana Maimun. Keberadaan bangunan–bangunan bersejarah di sekitar lingkungan tapak sangat membantu dalam pemulihan identitas kawasan.

Namun semua hal positif yang dimiliki tertutupi oleh banyaknya hal negatif yang terlihat, seperti rumah-rumah keluarga Kesultanan Deli yang kurang tertata rapi, pengolahan limbah atau sampah yang tidak sesuai standar, bangunan Istana Maimun yang sayap kiri dan kanan dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sebagian keluarga Kesultanan Deli yang mengakibatkan fungsi bangunan sebagai salah satu warisan nasional Kota Medan tidak berfungsi maksimal sebagai tempat wisata.


(25)

Hal yang paling memprihatinkan adalah kondisi Sungai Deli yang tidak layak dengan genangan sampah–sampah disekitarnya, serta abrasi yang terjadi di bantaran sungai. Hal ini disebabkan karena pembangunan tembok penahan (retaining wall) oleh komplek Multatuli yang menyebabkan aliran sungai menghempas ke tepi dinding sungai di sisi lain, yaitu sisi Istana Maimun, serta kurangnya kesadaran dan tindakan masyarakat yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, sehingga permukiman di bantaran Sungai Deli identik dengan kawasan kumuh (lihat gambar 1.4).

Wawancara yang dilakukan dengan salah satu perwakilan Kesultanan Deli,

Sekretaris Umum Yayasan Ma’moen Al Rasyid, Tengku Moharsyah sebagai narasumber,

memberikan informasi dan data cukup mengejutkan. Lahan Istana Maimun yang disewakan untuk sebagian bangunan Rumah Sakit Martha Friska selama 5 tahun mulai dari tahun 2011, serta lahan yang juga disewakan sebagai tempat parkir bus pariwisata salah satu operator jasa perjalanan dan pariwisata yaitu Trophy Tour (lihat gambar 1.5).

Gambar 1.5: Lahan sewa tempat parkir bus Trophy Tour Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 1.4: Kondisi Sungai Deli akibat abrasi Sumber: Dokumentasi pribadi


(26)

Ironisnya, hal ini disadari dan disetujui oleh pengelola Istana Maimun yang juga merupakan bagian dari keluarga Kesultanan Deli. Menurut penulis ini merupakan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan karena akan mencemari identitas kawasan sebagai salah satu ikon dan tempat pariwisata yang dikenal di Kota Medan.

Pencarian informasi dan data juga dilaksanakan melalui studi literatur dan studi banding untuk mencari referensi teori yang relevan dengan konteks kasus proyek. Studi literatur yang dicari adalah nilai budaya, roh dan inti yang dimiliki serta mencerminkan identitas kawasan Istana Maimun, dan studi literatur bangunan baru yaitu hotel butik dan apartemen yang sesuai dengan konteks proyek.

Contoh studi banding untuk bangunan hotel yang penulis kutip adalah Capella Hotel, Singapore. Mengintegrasikan dua bangunan militer Tanah Merah yang telah berdiri dari tahun 1880 dan mengubahnya menjadi tempat rekreasi dan mengubah fungsinya menjadi bangunan hotel, vila, dan spa. Penerapan tema “Restoration and intervention in historical buildings” bertujuan untuk menyatukan gaya lama dan baru dalam konteks tropis. Desain bangunan baru dengan pencampuran gaya tropis dan kontemporer sebagai wujud penghormatan terhadap bangunan eksisting.

Pembangunan pada hotel di rancang memanjang dari kedua sisi bangunan dan membentuk kurva di sekitarnya. Atap bangunan hotel sejajar dengan bagian atas bangunan preservasi, dan bentuk kanopi yang melengkung di rancang untuk mengalirkan air hujan (lihat gambar 1.6).


(27)

Pendekatan ini berupaya untuk menyoroti bangunan bersejarah tersebut, menciptakan bangunan baru dengan fungsi baru tanpa menghilangkan nilai bersejarah yang ada di dalamnya (Gambar 1.9).

Bangunan eksisting (bangunan militer) yang tetap dipertahankan dan menjadi sumbser acuan untuk rancangan hotel dan vila di sekitarnya.

Bangunan hotel yang dirancang memanjang dari kedua sisi bangunan eksisting. Bagian atap bangunan hotel memiliki tinggi yang sama dengan bangunan lama.

Gambar 1.6: Tampak atas Capella hotel, Singapore

Sumber: Capella Singapore Gallery

Gambar 1.7: Site Plan Capella hotel, Singapore

Sumber: Capella Singapore Gallery

Gambar 1.8: Capella hotel, Singapore, dalam konstruksi

Sumber: Capella Singapore Gallery

Gambar 1.9: Perspektif eksterior Capella hotel, Singapore Sumber: Capella Singapore Gallery


(28)

Studi banding lainnya adalah New Capital Quay yang merupakan bangunan apartemen yang berlokasi di kawasan bersejarah Greenwich juga di muka sungai bersejarah yaitu Sungai Thames. Bangunan ini memiliki posisi yang unik, tiga sisi bangunannya memiliki pemandangan panorama yang bagus, yaitu arah pandang ke The City, Canary Wharf dan The Millennium Dome yang merupakan kawasan bersejarah terkenal di dunia.

Gambar 1.10: Peta dan foto udara New Capital Quay, Greenwich Sumber: New Capital Quay Brochure

Gambar 1.11: Jenis-jenis tower New Capital Quay, Greenwich

Sumber: New Capital Quay Brochure

Gambar 1.12: New Capital Quay, Greenwich, dalam konstruksi Sumber: New Capital Quay Brochure

Gambar 1.13: Perspektif eksterior New Capital Quay, Greenwich Sumber: New Capital Quay Brochure

New Capital Quay

The Royal Observatory Millenium Dome

Canary Wharf


(29)

BAB II

TIME TO FIX THE CURRENT STATE

Arsitektur adalah penyeimbang dan pengatur antara ketiga unsur, yaitu keindahan ‘Venusitas’, kekuatan ‘Firmitas’, dan fungsi ‘Utilitas’ (Vitruvius). Yang dimaksud

dengan fungsi adalah bangunan sebagai wadah dari kegiatan (container of activities) yang berfungsi untuk menampung aktivitas - aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, dalam suatu perencanaan perancangan, arsitek membutuhkan panduan (guidance) untuk memulainya. Panduan yang dimaksud adalah pemrograman arsitektur yang berdasarkan pada kasus proyek.

Suatu proses perancangan selalu diawali dengan pemrograman (programming). Pemrograman merupakan proses pengumpulan, pendefinisian, identifikasi, pengaturan, pengorganisasian, analisa, dan pemaparan informasi serta data yang relevan dengan proyek yang sedang direncanakan. Pemrograman membantu arsitek mengumpulkan dan mengidentifikasi kebutuhan informasi yang spesifik. Tujuan dari pemrograman adalah untuk menginvestigasi dan menganalisis kebutuhan – kebutuhan yang harus dipertimbangkan dalam rancangan, mengurangi kesalahan dan meningkatkan ketelitian pada desain, proses perancangan menjadi lebih sistematis, prosedur rancangan lebih terarah, mempermudah pengambilan keputusan, waktu desain lebih singkat, pemecahan masalah perancangan lebih jelas dan akurat, serta mampu menghasilkan alternatif desain.

Dalam membuat pemrograman perencanaan suatu rancangan, arsitek harus menggunakan keahlian analisa, logika dan matematika, teknik pemrograman (matrik interaksi, grafik hubungan, pengembangan program, diagram dan sebagainya). Arsitek juga harus mempertimbangkan hal – hal yang dapat mempengaruhi rancangan seperti iklim, bahan material, keadaan tanah, dan lingkungan. Teknologi menyangkut


(30)

kemampuan untuk membangun, agama dan kepercayaan yang merupakan kebudayaan masyarakat di sekitar tapak juga merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui dan dipertimbangkan dalam perencanaan rancangan.

Menurut Clovis Heimsath, pola kegiatan dan aktivitas dibentuk oleh perilaku manusia.4 Pemrograman dapat berhasil jika terdapat informasi dan data mengenai perilaku manusia di dalamnya. Pada dasarnya, dalam rentang waktu tertentu, manusia memiliki peran dan aktivitas. Pengetahuan akan peran ini kemudian membentuk pola. Selanjutnya pertemuan peran antar individu ini yang menciptakan kegiatan. Karenanya pola hubungan antar manusia sangat penting untuk diperhatikan sebagai ekspresi dari norma budaya.

Setiap peranan dan aktivitas manusia memiliki ketentuan atau kebutuhan yang beragam dan berbeda. Maka pemrograman yang merupakan kumpulan program dibuat untuk memudahkan tugas arsitek dalam perencanaan perancangannya. Program merupakan rangkuman informasi spesifik, kesimpulan dari kebutuhan dan persyaratan ruang atau bangunan yang menjadi tugas arsitek untuk menerjemahkan dalam rancangan. Hasil rancangan arsitektur tersebut diharapkan dapat memenuhi segala kebutuhan dan aktivitas pengguna, juga mengkomunikasikan aspek – aspek dan faktor manusia, faktor fisik dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi rancangan.

Menurut John W Wade, perancang harus mendapatkan informasi penting dari sejumlah data yang ia miliki, baru setelahnya ia dapat memulai membuat program (Wade dalam Snyder & Catanese, 1984). Hal ini disetujui oleh Antonio Saggio. Ia menyatakan: “…information also makes up the “production infrastructure” for multidisciplinary development of projects and the future management of buildings…” (Sagio dalam Gausa

et al., 2003: 343). Dengan pengertian bahwa informasi merupakan bahan bagi perancang

4Clovis Heimsath (1986:56) “Behavioral Architecture”, suatu bangunan akan menghasilkan perilaku tertentu. Perilaku tertentu terjadi karena elemen-elemen dari kegiatan sosial berada di dalam keteraturan, yaitu norma sosial yang dilestarikan.


(31)

untuk menentukan apa saja yang diperlukan dalam melaksanakan produksi bagi pengembangan perancangan.

Kembali pada konteks proyek, setelah penulis melakukan kegiatan pengumpulan informasi dan data dari berbagai sumber dan kegiatan seperti studi lapangan, wawancara, studi literatur, dan studi banding konteks kasus yang relevan, proses pengembangan proyek dilanjutkan dengan kegiatan analisa dan pemrograman. Banyak faktor – faktor yang harus dianalisa secara terperinci. Seperti faktor manusia, fungsi tapak, bangunan, utilitas, dan faktor luar lain yang harus diketahui untuk menghindari dan mengurangi timbulnya masalah rancangan di lapangan.

Manusia merupakan pelaku utama dalam suatu perancangan arsitektur yang membutuhkan wadah, tidak hanya untuk menampung aktivitas – aktivitas mereka, namun juga untuk memenuhi kriteria estetika akibat pengaruh psikologinya. Interaksi antar manusia yang terjadi di lokasi proyek merupakan salah satu faktor yang wajib diperhatikan. Salah satu fakta dari hasil analisa interaksi manusia yang didapatkan adalah tidak terdapat pungutan biaya sewa bagi keluarga Kesultanan Deli yang memiliki ritel atau tempat berjualan di dalam lingkungan Istana Maimun, baik yang berperan sebagai penjual makanan ataupun souvenir. Hal ini dikarenakan mereka adalah keluarga Kesultanan Deli yang memiliki hak terhadap kepemilikan tanah di lingkungan Istana Maimun.

Jadwal pertunjukan kesenian seperti nyanyian lagu dan tari Melayu juga dilakoni oleh keluarga Kesultanan Deli untuk pengunjung Istana Maimun. Semua kegiatan yang berlangsung di lingkungan Istana Maimun oleh anggota keluarga Kesultanan Deli dikelola oleh suatu yayasan yaitu Yayasan Sultan Ma’moen Al Rasyid. Berdasarkan pada informasi dan data hasil wawancara dengan perwakilan Kesultanan Deli yang dilakukan


(32)

di lapangan, dikatakan bahwa tidak ada faktor yang membedakan tempat tinggal keluarga kesultanan di lingkungan Istana Maimun.5

Setelah menganalisa lokasi proyek, penulis menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan faktor keselamatan, keamanan, dan kenyamanan antara keluarga kesultanan yang tinggal di sayap kiri dan kanan bangunan Istana Maimun dengan keluarga Kesultanan Deli yang tinggal di belakang bangunan Istana. Untuk keluarga kesultanan yang bertempat tinggal di dalam bangunan Istana Maimun tergolong aman dan nyaman, karena akses dari dalam bangunan menuju ke sisi kiri dan kanan ditutup serta tidak berdekatan dengan Sungai Deli yang kondisinya sangat memprihatinkan.

Sementara untuk privasi, keamanan, dan kenyamanan keluarga yang tinggal di belakang Istana Maimun sangat kurang karena tidak ada penjagaan untuk akses ke daerah tersebut sehingga dapat dimasuki oleh siapa saja, juga berada di bantaran sungai yang tergolong kumuh.

Saat melakukan studi lapangan, juga ditemukan bahwa kondisi sungai yang memprihatinkan disebabkan karena kurangnya sistem pengolahan sampah dan drainase di lingkungan tersebut. Tidak terdapat akses yang sewajarnya untuk dilalui menuju ke Sungai Deli yang memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas dan daya tarik kawasan tersebut. Kondisi kontur tanah yang menurun sekitar 6.5 meter dari titik permukaan tanah

5 Namun berdasarkan pada hasil wawancara salah satu anggota keluarga kesultanan, beliau mengatakan bahwa yang tinggal dalam bangunan Istana Maimun merupakan keturunan langsung dari pihak raja, sementara untuk keturunan pihak perempuan dan yang lain tinggal di belakang bangunan Istana.

Gambar 2.1: Rumah tinggal keluarga kesultanan tanpa penjagaan Sumber: Dokumentasi pribadi


(33)

rumah tinggal keluarga kesultanan ke daerah sungai. Berdasarkan informasi masyarakat yang tinggal di belakang Istana Maimun, titik banjir tertinggi yang pernah terjadi di kawasan tersebut yaitu sekitar 4.5 meter dari permukaan air sungai dan belum pernah memasuki bangunan Istana Maimun.

Kegiatan analisa yang dilakukan berdasarkan pada faktor fungsi dan pengolahan tapak, ditemukan permasalahan parkir pada tapak lingkungan Istana Maimun yaitu area parkir yang tidak tertata dan terorganisir, sehingga menyebabkan parkir kendaraan terlihat berantakkan. Kondisi ini sangat mengecewakan karena Istana Maimun merupakan tempat wisata Kota Medan yang masih menjadi perhatian pengunjung lokal, domestik ataupun internasional.

Gambar 2.4: Area parkir pengunjung Istana Maimun Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.3: Kondisi sistem pembuangan di lingkungan rumah tinggal keluarga kesultanan Sumber: Dokumentasi pribadi

Gambar 2.2: Kondisi Sungai Deli yang sangat memprihatinkan Sumber: Dokumentasi pribadi


(34)

Seiring berjalannya waktu, arsitektur Kota Medan terus mengalami penurunan. Banyaknya bangunan bersejarah tidak dipertahankan identitas asli bangunannya. Masalah kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) juga menjadi salah satu permasalahan karena hanya sekitar 7% dari luas Kota Medan terdapat taman kota. Pohon-pohon yang ditanam di sepanjang jalan Kota Medan dirusak oleh masyarakat sendiri. Pada lingkungan Istana Maimun terdapat Ruang Terbuka Hijau (RTH), dan tidak ada generator aktivitas yang berlangsung di daerah tersebut. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini berpotensi menghasilkan udara bersih di tengah polusi Kota Medan. Vegetasi berupa tanaman dan pohon, terutama pohon palem yang ditanam sepanjang jalur pejalan kaki menuju bangunan Istana Maimun merupakan nilai positif yang berpotensi.

Perubahan yang terjadi di Kota Medan memiliki dampak negatif. Untuk mencapai impian “Kota Medan Kota Metropolitan”, dituntut untuk menjadi kota yang maju baik dari segi perekonomian, pariwisata, dan kelengkapan infrastruktur. Hilangnya bangunan-bangunan bersejarah yang memiliki ciri-ciri estetika arsitekturalnya menjadi contoh kegagalan pemerintah dalam melestarikan kebudayaan pengembangan pariwisata. Padahal bangunan-bangunan bersejarah tersebut merupakan peninggalan bukti sejarah berdirinya Kota Medan.

Berdasarkan pada hasil analisa lingkungan dan sekitar Istana Maimun, terdapat beberapa bangunan bersejarah Kota Medan di kawasan Istana Maimun yang memiliki hubungan erat dengan masa kejayaan Kesultanan Deli yaitu Mesjid Al-Mashun Medan

Gambar 2.5: Ruang Terbuka Hijau (RTH) di lingkungan Istana Maimun Sumber: Dokumentasi pribadi


(35)

dan Taman Sri Deli. Namun Taman Sri Deli yang memiliki kolam dan dahulu berfungsi sebagai fasilitas komplek istana anak sultan pada masa kejayaannya, kini telah hancur dan diambil alih oleh Pemko Medan. Setiap bulan puasa, Taman Sri Deli akan digunakan sebagai kawasan kuliner atau biasa disebut Ramadhan Fair yang merupakan acara penting tahunan Kota Medan. Sirkulasi kendaraan pada saat acara tersebut berlangsung juga merupakan salah satu faktor kemacetan kendaraan yang harus sangat diperhatikan dalam perancangan kasus proyek ini, mengingat banyaknya volume kendaraan yang melintas di jalanan membuat badan jalan tidak mampu menampung kepadatan kendaraan.

Faktor lain yang harus diperhatikan dalam perancangan adalah peraturan garis sempadan Sungai Deli berdasarkan pada Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Medan adalah 15 meter. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Jalan Brigjen Katamso yaitu sekitar 14 meter. Perhitungan untuk koefisien dasar bangunan (KDB) hotel butik dan apartemen adalah sama, yaitu 40% atau sekitar 4.000M2, dan tinggi maksimal bangunan berdasarkan pada KKOP adalah 45M.

Gambar 2.6: Draft Peraturan Daerah (Perda) Kota Medan untuk Kawasan Maimun Sumber: Peraturan daerah Kota Medan (2008-2028)

Peraturan DAS berdasarkan RTRW (2008-2028)

Peraturan GSB berdasarkan RTRW (2008-2028)


(36)

Bangunan Istana Maimun menjadi faktor terpenting yang tidak boleh ditinggalkan dan harus diperhatikan sebagai bagian dari perencanaan perancangan, karena salah satu tujuan utama bangunan baru adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat lingkungan Istana Maimun. Istana Maimun merupakan salah satu ikon di Kota Medan. Bangunan Istana Maimun berorientasi Timur – Barat, dan muka bangunan menghadap Timur. Bangunan bersejarah ini dikenal dengan ciri simetris, serta paduan unsur – unsur warisan kebudayaan Melayu dengan ciri arsitektur Moghul, Italia, Spanyol, India dan Belanda (lihat gambar 2.7).

Gambar 2.7: Bukti pengaruh kebudayaan negara lain pada bangunan Istana Maimun.


(37)

Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi, namun beberapa pintu menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada lengkungan atap dan bentuk lengkungan ini menunjukkan ciri arsitektur kawasan Timur Tengah seperti India dan Turki. Bangunan Istana Maimun bertingkat dua ini ditopang oleh tiang kayu dan batu.

Tujuan dari kegiatan analisa seperti yang telah dijelaskan di paragraf-paragraf sebelumnya adalah untuk mengidentifikasi serta mendefinisikan masalah dengan membuat laporan pemrograman sebagai sistem dari perancangan. Pemrograman ini berupaya untuk memecahkan masalah dalam kaitan fisik, psikologi, sosial dan cultural. Laporan pemrograman kasus proyek ini meliputi pengenalan proyek yang menceritakan latar belakang dari perencanaan proyek, pemaparan permasalahan perancangan, dan peraturan yang harus diperhatikan dalam merancang.

Deskripsi proyek juga dicantumkan untuk menjelaskan kondisi lahan yang ada di sekitar dan di dalam lingkungan Istana Maimun, peraturan teknis seperti Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan sungai, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), tabel program kebutuhan dan aktivitas. Menjelaskan kajian teori dan pedoman teknis perancangan bangunan hotel butik dan apartemen, serta kondisi eksisting tapak proyek dan sekitarnya. Membuat tabel program kebutuhan dan aktivitas, studi literatur hotel butik dan apartemen. Kemudian mencantumkan analisa yang telah dilakukan dalam bentuk presentasi gambar. Analisa yang dilakukan antara lain analisa kondisi eksisting tapak (lihat gambar 2.8), kondisi di lingkungan sekitar tapak (lihat gambar 2.9), kondisi eksisting lingkungan bangunan Istana Maimun (lihat gambar 2.10), fasad lingkungan sekitar (lihat gambar 2.11), sirkulasi kendaraan (lihat gambar 2.12), kenyamanan dan keamanan di lingkungan Istana Maimun (lihat gambar 2.13), teknik finishing tapak, sistem pembuangan dan drainase (lihat gambar 2.14), dan pedestrian (lihat gambar 2.15).


(38)

Gambar 2.8: Hasil analisa kondisi eksisting tapak proyek Sumber: Studi lapangan


(39)

Gambar 2.9: Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan sekitar Istana Maimun Sumber: Studi lapangan


(40)

Gambar 2.10: Hasil analisa kondisi eksisting lingkungan Istana Maimun Sumber: Studi lapangan


(41)

Gambar 2.11: Hasil analisa fasad bangunan sekitar Sumber: Studi lapangan


(42)

Gambar 2.12: Hasil analisa sirkulasi kendaraan Sumber: Studi lapangan


(43)

Gambar 2.13: Hasil analisa kenyamanan dan keamanan di lingkungan Istana Maimun Sumber: Studi lapangan


(44)

Gambar 2.14: Hasil analisa teknik finishing tapak & sistem pembuangan dan drinase Sumber: Studi lapangan


(45)

Gambar 2.15: Hasil analisa Pedestrian Sumber: studi lapangan


(46)

Perencanaan perancangan suatu proyek harus melalui analisa yang terperinci. Ini bermaksud untuk menghindari dan meminimalisir timbulnya permasalahan pada lapangan. Program ruang dibuat berdasarkan pada kesimpulan dari hasil analisis pengidentifikasian jenis ruang, hubungan organisasi ruang, pengguna, dan sifat – sifat ruang.

Dalam penyusunan laporan pemrograman hotel butik, data dan keterangan penting yang harus dicantumkan adalah hasil dari kegiatan analisa yang kemudian dipresentasikan dalam bentuk tabel dan diagram agar mudah dimengerti. Pada umumnya, data analisa yang dicantumkan yaitu analisa pengguna, aktivitas, sirkulasi, penzoningan, parkir, sistem bangunan, dan persyaratan yang diperlukan dalam merancang hotel butik.

Perhitungan area parkir pengunjung dan karyawan, jumlah karyawan dan unit kamar yang harus disediakan, jumlah lift pengunjung dan servis yang diperlukan serta informasi lain yang dibutuhkan dalam hotel butik juga harus dicantumkan. Informasi yang terdapat dalam laporan pemrograman juga harus menjelaskan keterangan penanganan masalah berdasarkan konteks proyek seperti informasi cara mengantisipasi air pasang dan banjir Sungai Deli yang bisa terjadi kapan saja (lihat lampiran 1).

Perbedaan rancangan bangunan apartemen dengan hotel butik ditemukan pada tingkat privasi pengguna bangunan dan jenis-jenis serta jumlah unit kamar yang harus disediakan. Data studi lapangan yaitu rasio jumlah anggota dalam masing - masing keluarga Kesultanan Deli yang menjadi prioritas untuk direlokasi ke apartemen menjadi acuan dalam menentukan jenis dan menghitung jumlah unit kamar apartemen (lihat lampiran 2).


(47)

BAB III

PRELUDE TOWARDS THE REVIVAL OF ’PARIJS VAN SUMATRA

Pada proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur, salah satu hal yang penting untuk dibahas setelah pemrograman dan analisis data adalah “Tema dan Konsep”, karena tema dan konsep ini selalu muncul dan mengikuti jalannya proses perencanaan dan perancangan, bahkan sepanjang proses perencanaan dan perancangan ini dilakukan. Elaborasi tema merupakan pembelajaran informasi dan data yang didapatkan, analisa, serta studi literatur, studi banding kasus proyek dengan konteks yang mendekati. Ini dilakukan guna mengembangkan tema dan konsep untuk perencanaan perancangan.

Pencarian informasi dengan memperhatikan kata kunci yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam konteks perancangan sehingga tercipta tema yang sesuai dengan konteks proyek. Elaborasi tema menjelaskan tentang pengertian tema yang dipilih, latar belakang pemilihan tema, tujuan dan bahan pertimbangan untuk penerapan konsep pada rancangan bangunan.

KONSEP

Muncul saat proses sintesa

Analisis Sintesis

DESAIN MASALAH

Pemecahan masalah menjadi khusus

TEMA

Selalu mengikuti tahap dari awal sampai akhir Gambar 3.1: Skema proses pengembangan tema dan kosnsep


(48)

Tema utama kasus proyek adalah “Urban Heritage Tourism”. Menurut Martana (2007), “Urban Heritage Tourism” merupakan suatu konsep pariwisata6 yang sebenarnya sederhana dengan memanfaatkan citra dari lingkungan binaan ataupun alam yang memiliki nilai historis yang telah terukir di kota tersebut. Dengan mentransformasikan modal budaya berupa warisan dan pusaka budaya (cultural capital) menjadi modal ekonomi (economic capital). Umumnya para pengunjung diajak untuk mengapresiasi dan menginterpretasi objek warisan, baik yang bisa diamati ataupun tidak. Dengan menggunakan panca indera yang dimiliki manusia untuk menikmati objek tersebut.

Objek yang diamati dapat berupa benda (mati atau hidup), suasana dan perasaan maupun aktivitas yang ada di dalamnya. Selain berfungsi sebagai sarana pendidikan dan rekreasi, konsep ini juga sebagai upaya untuk mensejahterakan dan melestarikan warisan budaya yang dimiliki kota itu sendiri. Dikombinasikan dengan arsitektur muka sungai “Riverfront Architecture”, dimana pembangunan wajah bangunan yang terjadi

berorientasi ke arah sungai, dalam konteks ini yaitu Sungai Deli.

Warisan budaya (heritage) 7 merupakan bukti sejarah yang menjadi salah satu aspek penting bagi bangsa, generasi selanjutnya dan modal bagi pengembangan pariwisata. Kota Medan terkenal dengan multikultur yang menjadikan kota ini unik dari kota lain. Ragam budaya yang dimiliki mewarnai latar belakang kehidupan dan memberikan nuansa berbeda bagi sejarah perkembangan Kota Medan, sehingga membuat

heritage patut untuk dilestarikan bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah dimiliki juga merupakan suatu kebanggaan yang

6Organisasi pariwisata sedunia (WTO) mendefinisikan pariwisata (tourism) sebagai “activities of

person traveling to and staying in places outside their usual environment for not more than one consecutive year for leisure, business and other purposes”.

7 John Nurick (2006) mengartikan heritage sebagai segala sesuatu yang diwariskan dari masa lalu, khususnya: Kebudayaan asli dan materi alam; lingkungan binaan; sumber-sumber arkeologi; warisan yang tidak dapat diraba dan kita lihat secara kasat mata (berupa norma-norma dan peraturan tidak tertulis dalam masyarakat); sumber daya alam; dimana heritage merupakan warisan budaya kita sebagai masyarakat multicultural, memiliki kualitas atau makna, sehingga membuat heritage patut untuk dilestarikan.


(49)

mampu mendongkrak “Urban Heritage Tourism” sebagai tema utama dalam perencanaan

perancangan kawasan proyek sebagai tempat pariwisata di Kota Medan.

Pada konteks proyek ini, lokasi tapak pembangunan fungsi – fungsi baru yaitu hotel butik dan apartemen terletak pada salah satu situs bersejarah Kota Medan yaitu Istana Maimun8 dan dilintasi oleh Sungai Deli9 yang merupakan salah satu pemandangan menarik dan sangat dibanggakan pada masa dahulu. Istana Maimun merupakan salah satu bangunan bersejarah yang sampai saat ini masih berfungsi dan menjadi salah satu tempat pariwisata Kota Medan. Sejarah dan campuran beberapa kebudayaan Eropa, Arab dan Melayu, estetika arsitektural, kekayaan nilai kultur dan budaya yang dimiliki bangunan bersejarah ini menjadi magnet yang menarik perhatian pengunjung untuk mencari tahu dan mempelajarinya.

Penulis mengambil julukan ‘Parijs Van Sumatra’ sebagai dasar pemikiran untuk

pengembangan tema dan konsep sesuai konteks kasus proyek. Julukan ‘Parijs Van Sumatra’ yang pernah melekat pada Kota Medan sangat menarik perhatian penulis. Saat di mana Kota Medan menjadi inspirasi dan dikenal sampai ke penjuru dunia sebagai kota terindah di pulau Sumatera dengan keindahan dan tata kota teratur seperti Kota Paris di Perancis. Namun kondisi Kota Medan saat ini sangat bertolak belakang dengan sejarah tersebut. Proses modernisasi10 yang mengubah pemikiran masyarakat terutama pemerintah menyebabkan warisan bersejarah yang menjadi identitas Kota Medan perlahan – lahan menghilang. Rancangan yang mengutamakan fungsi daripada acuan penanda identitas yang tersedia, menyebabkan bangunan – bangunan Kota Medan saat ini

8 Istana Maimun adalah istana kebesaran Kesultanan Deli dengan warna kuningnya (kuning sebagai warna kerajaan Melayu) dan khas gaya seni bina Melayu di pesisir timur. Ia merupakan salah satu mercu tanda (icon) yang terkenal di Kota Medan, Sumatera Utara.

9 Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Sungai ini merupakan urat nadi perdagangan pada masa kerajaan Deli.

10 Schoorl (1991:1) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan masyarakat dalam segenap aspeknya. Sehingga menurut Schoorl modernisasi masyarakat itu secara umum boleh jadi dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada ke dalam semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat.


(50)

tidak jelas identitasnya. Spesifikasi yang berbasis bangunan bersejarah justru mengalami pengabaian sehingga mengancam warisan budaya dan menghambat pengembangan pariwisata Kota Medan.

Padahal potensi Kota Medan sebagai kota pariwisata sangatlah besar karena bangunan – bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda berfungsi sebagai penanda kawasan dan menjadi basis kawasan pariwisata untuk Kota Medan. Pelestarian bangunan – bangunan bersejarah dan benda budaya lain berpotensial dikembangkan sebagai modal pariwisata budaya. Seharusnya pemerintah dan masyarakat sama – sama bekerja membela pelestarian warisan budaya, bukan dengan mengorbankan warisan budaya yang dimiliki dan menghancurkan serta membangun fungsi baru ataupun mengalih fungsikan bangunan bersejarah namun tidak dirawat. Mungkin pada masa ini terdapat masyarakat Kota Medan yang tidak mengetahui sejarah yang membanggakan itu atau bahkan tertawa dengan julukan yang bisa juga dikatakan mustahil melihat kondisi Kota Medan saat ini.

Gambar 3.2: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli pada masa pemerintahan kolonial Belanda


(51)

Oleh karena itu, penulis berupaya untuk memunculkan kembali sebutan ‘Parijs Van Sumatra’ dimulai dari skala mikro melalui perencanaan perancangan proyek ini. Menggunakan warisan budaya sebagai acuan dalam perancangan bangunan dengan fungsi baru untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan generasi masa depan, sehingga rancangan baru tidak meninggalkan identitas kawasan yang telah terukir pada masa dahulu. Maka tema untuk perencanaan perancangan dalam konteks kasus proyek ini adalah “Inheritance for the Future” (lihat gambar 3.4).

INHERITANCE FOR THE FUTURE

Gambar 3.3: Kondisi Gedung kerapatan Kesultanan Deli saat ini Sumber: Dokumentasi pribadi

SUNGAI DELI ISTANA

MAIMUN

PARIJS VAN SUMATRA

IDENTITAS KONTEKSTUAL

AKTIVITAS/ TRADISI

ROH/ JIWA

OBJEK-OBJEK Gambar 3.4: Skema perencanaan perancangan berdasarkan penjabaran tema


(52)

Konsep membangkitkan kembali identitas kawasan dengan mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah yaitu Istana Maimun dan Sungai Deli (dalam kasus proyek ini, Sungai Deli dianggap bersih) sebagai pertimbangan dan acuan dalam perancangan fungsi – fungsi baru yang telah ditetapkan, sehingga mampu menciptakan keharmonisasian arsitektur pada lingkungan tersebut. Menyediakan ruang publik (public space)11 dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)12 sebagai generator aktivitas13 dan area rekreasi seperti magnet untuk menarik pengunjung melakukan aktivitas disana.

Menciptakan suasana dan pengalaman (experience) yang berbeda “Distinction sense of place” dengan estetika arsitektural yang menunjukkan identitas kawasan

tersebut. Penerapan elemen –elemen serta roh “spirit” dan inti “essence” yang merupakan

nilai kultur dan budaya untuk memunculkan suasana dan pengalaman berbeda pada keseluruhan lingkungan Istana Maimun.

Contoh spirit dan essence yaitu makna bangunan kolonial megah bercat putih masa peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang melambangkan semangat keras bangsa kulit putih yang berhasil dan pantas dikagumi. Bangunan-bangunan di sepanjang jalan Ahmad Yani dulunya merupakan bangunan yang memiliki arcade yang banyak dilewati oleh pejalan kaki. Bangunan peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda yang megah seperti gedung bekas kantor Depnaker (sekarang menjadi AMPI), rumah-rumah bergaya khas Eropa, Melayu dan China dapat menjadi magnet bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas.

11 (Ching, 1992). Public merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja, dan space atau ruang merupakan suatu bentukan tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya.

12 Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, “Ruang Terbuka Hijau adalah area memanjang/ jalur dan/ atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja

ditanam”.

13 Schoorl (1991:1) mengemukakan bahwa modernisasi adalah suatu transformasi perubahan masyarakat dalam segenap aspeknya. Sehingga menurut Schoorl modernisasi masyarakat itu secara umum boleh jadi dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah yang ada ke dalam semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek masyarakat.


(53)

Pendekatan arsitektur kontekstual yang tanggap terhadap iklim, lingkungan sekitar bantaran sungai, kontur tanah, titik banjir sungai, material, proporsi bangunan, langgam dan simbol, serta kondisi lingkungan sekitar juga dapat memperkuat identitas kawasan. Penulis mempertimbangkan penerapan gaya arsitektur Melayu Kolonial dalam bangunan hotel butik dan apartemen dengan menjaga skala antara bangunan baru dengan bangunan Istana Maimun, tower, menyesuaikan bangunan dengan iklim yaitu menyediakan ventilasi, dan lainnya. Sehingga rancangan bangunan dengan fungsi baru

Gambar 3.5: Kesawan di masa 1920-an (repro koleksi Dr. Phil Ichwan Azhari) Sumber : Website Badan Warisan Sumatera

Gambar 3.6: Gapura Cina di Kesawan selama perayaan ulang tahun pemerintahan Ratu Wilhelmina


(54)

mampu menciptakan lingkungan Istana Maimun yang memiliki keindahan, keselarasan, tata bangunan yang teratur, akses sirkulasi yang jelas dan nyaman, serta adanya ruang terbuka hijau dan generator aktivitas yang memunculkan kembali julukan ‘Parijs Van Sumatra’ walaupun dalam skala mikro.


(55)

BAB IV

STEPS TO ACHIEVING THAT DREAMS

Bagian penting dalam proses desain pengembangan tema dan konsep adalah rancangan konseptual itu sendiri. Konsep merupakan langkah sulit dalam proses desain yang berisi gagasan atau ide dengan memadukan berbagai unsur ke dalam satu kesatuan. Konsep mengintegrasikan tapak (site), program dan berbagai aspek yang ditemui dengan ide atau visi dan mengacu pada konteks kasus proyek. Dalam arsitektur, konsep mengemukakan bahwa syarat-syarat suatu rencana, konteks dan keyakinan dapat dikombinasikan bersama.14 Suatu konsep harus mampu menunjang visi dan misi dari suatu proyek dan memperhatikan karakter serta keterbatasan dari setiap proyek. Konsep akan menjadi acuan dan memandu semua keputusan rancangan ke depannya. Sumber konsep dapat berasal dari mana saja, dari alam, teknologi, budaya, sastra, seni, lingkungan dan sebagainya baik secara langsung atau pun tidak langsung (abstrak).

Dalam dunia desain, gagasan harus dapat disampaikan secara cepat, jelas dan sederhana. Gagasan-gagasan dalam bidang arsitektur umumnya disampaikan dalam bentuk sketsa atau menggunakan komunikasi grafis yang menunjang untuk mempermudah pemahaman dari pengamat. Penggunaan komunikasi grafis merupakan salah satu cara yang efektif bagi seorang arsitek untuk menunjukkan kaitan antara desain bangunan yang akan dirancang dengan lingkungan sekitarnya. Pada kasus proyek ini adalah kaitan antara desain bangunan hotel butik dan apartemen dengan Istana Maimun dan lingkungan sekitarnya. Penggunaan ilustrasi sketsa dalam suatu konsep perancangan menggambarkan permulaan dari proses desain. Konsep perancangan menyajikan sketsa-sketsa yang menggambarkan data dan informasi, pemecahan masalah dan ide-ide kreatif

14 Sebelum menciptakan sebuah desain, konsep dituangkan melalui gagasan ide awal yang ada pada proses pra-desain. Konsep adalah gagasan yang memadukan berbagai unsur ke dalam suatu kesatuan.


(56)

si arsitek. Biasanya sketsa konsep dibuat dalam beberapa alternatif desain sebagai dasar dari pengembangan desain selanjutnya.

Sebuah karya arsitektur bukan merupakan penjumlahan dari deretan solusi pemecahan masalah pada suatu perancangan, melainkan merupakan sebuah konstruksi dari sebuah proses mental yang mengintegrasi berbagai aspek pertimbangan desain. Hal tersebut membutuhkan pemikiran yang kreatif dari seorang arsitek (creative thinking). Berbagai aspek seperti fungsi, struktur, pemilihan bahan, lingkungan, dan estetika menjadi bahan pertimbangan dalam merancang sebuah kesatuan komposisi pada suatu karya arsitektur. Menghubungkan berbagai aspek-aspek ini menjadi satu kesatuan secara simultan membuat komposisi karya arsitektur menjadi begitu kompleks. Kompleksitas arsitektur juga tergambar dari karya-karya arsitektur yang tidak hanya mengingatkan manusia pada masa lalu namun juga membuat manusia berpikir akan masa depan. Penilaian dan tanggapan manusia terhadap suatu karya arsitektur juga sangat personal dan relatif.

Karya seni berbeda dengan karya arsitektur. Bentuk arsitektur dikembangkan dan diciptakan oleh pikiran manusia. Oleh karena itu bentuk-bentuk arsitektur sangat terkait pada pengalaman dan konsep perseptual perancangnya. Komposisi arsitektur sebagai suatu objek yang dipahami dan dianggap oleh penggunanya atau pengamat sebagai suatu bentuk fisik. Sehingga manusia mengalami komposisi arsitektur sebagai hasil pembentukan yang dimana seseorang dapat belajar membaca adanya sentuhan desain pada bagian tertentu. Sama seperti saat kita mendengarkan lantunan musik sebagai suatu kesatuan, namun juga tetap dapat memfokuskan pendengaran pada bagian atau tema tertentu saja, seperti misalnya mendengarkan lirik-lirik penyanyi vokal, mendengarkan irama, peran instrumen musik tertentu, dan sebagainya, tanpa harus kehilangan keutuhan musiknya.


(57)

Kembali pada kasus proyek, penulis mengangkat teori dan sejarah julukan ‘Parijs

Van Sumatra’ yang pernah melekat pada Kota Medan sebagai dasar pemikiran dalam pengembangan tema dan konsep sesuai dengan penjelasan yang telah dicantumkan pada draf skripsi sebelumnya. Tema pada umumnya selalu berada di awal sampai akhir proses, sifat dan fungsinya adalah sebagai roh “spirit” pada sebuah rancangan, tidak dapat dilihat namun dapat dirasakan. Sementara konsep umumnya berada pada proses sintesa yang memiliki pengertian sebagai integrasi antara dua atau beberapa elemen, sifatnya dapat terlihat (bentuk/desain).

Tema “Inheritance for the future” yang menekankan kata Inheritance (warisan budaya) dan Future (masa depan) dengan pengertian melestarikan warisan budaya yang telah ada di lingkungan binaan sebagai acuan perancangan untuk rancangan-rancangan fungsi baru tanpa meninggalkan identitas kawasan. Dimana kondisi Kota Medan saat ini tidak memiliki suatu kawasan yang memiliki identitas tersendiri, semua bangunan ruko (rumah toko) yang berbentuk sama dapat kita lihat di sepanjang perjalanan mengelilingi Kota Medan. Hal ini dikarenakan mindset masyarakat dan pemerintah Kota Medan lebih

menerapkan prinsip “Form follow function” daripada mempertahankan dan

mengembangkan identitas suatu kawasan sehingga banyak bangunan-bangunan bersejarah dihancurkan dan diganti dengan bangunan fungsi baru yang mungkin dianggap lebih menguntungkan oleh pihak-pihak tertentu.

Untuk menciptakan keharmonisasian arsitektur pada lingkungan Istana Maimun dengan bangunan hotel butik dan apartemen yang akan dirancang, penulis menggunakan konsep membangkitkan kembali (revival) identitas kawasan yaitu dengan mempertahankan warisan budaya (Istana Maimun) dan Sungai Deli. Penulis merencanakan peletakan rancangan bangunan hotel butik dan apartemen di ujung sisi kiri dan kanan lokasi tapak yang boleh dirancang untuk menghormati bangunan Istana


(58)

Maimun, seperti pengawal dan bangunan Istana Maimun akan di kelilingi oleh ruang terbuka publik (public open space) dan Ruang terbuka hijau (RTH). Dengan begitu warisan budaya ini akan tetap menjadi sorotan, acuan dan diprioritaskan di lingkungannya dalam perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan apartemen, serta bisa dinikmati keseluruhan keindahan bangunan bersejarah Istana Maimun yang masih berdiri kokoh sebagai warisan budaya Kota Medan.

Revitalisasi Sungai Deli juga sangat berpotensi menjadi magnet untuk menarik perhatian pengunjung. Pada daerah bantaran Sungai Deli, penulis akan merancang

amphitheatre yang konturnya menurun menuju ke sungai dan river walkway sebagai salah satu generator aktivitas pengunjung untuk berjalan menyusuri sambil menikmati keindahan Sungai Deli, dimana dalam kasus proyek ini, Sungai Deli dianggap bersih, juga pembangunan turap (retaining wall) di sepanjang Sungai Deli lingkungan tersebut untuk memperkuat dan memperbaiki kondisi tebing Sungai Deli yang buruk dan tidak mengesankan karena abrasi. Pembangunan retaining wall ini juga berupaya untuk mengantisipasi banjir saat air pasang.

Pendekatan arsitektur kontekstual penulis gunakan sebagai pertimbangan berbagai aspek yang memiliki potensi baik itu positif ataupun negatif untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik. Penulis pikir pendekatan arsitektur kontekstual sangat cocok digunakan sebagai referensi perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan apartemen, selain itu Kota Medan beriklim tropis basah, dimana memiliki permasalahan iklim tropis pada umumnya, yaitu terik matahari, suhu tinggi, hujan dan kelembaban tinggi. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis bukan hanya dilihat dari sekedar “bentuk” atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik yang ada di dalam bangunan, seperti suhu ruang yang rendah, kelembaban tidak terlalu tinggi, kecukupan pencahayaan alami, sirkulasi udara (angin)


(59)

yang memadai dan juga terhindar dari hujan. Sehingga bangunan yang dirancang, diharapkan mampu memodifikasi iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia menjadi iklim dalam bangunan yang lebih sesuai dan tanpa disadari perencanaan perancangan juga menggunakan pendekatan arsitektur tropis.

Pendekatan tropis yang penulis terapkan dalam perencanaan perancangan bangunan penulis adalah penggunaan ventilasi pada koridor tower bangunan hotel butik dan apartemen sebagai sirkulasi pencahayaan dan pengkondisian udara alami ke dalam bangunan. Material ventilasi yang digunakan adalah kaca insulasi (double glazed) dan sebagian kisi-kisi (shading) untuk memodifikasi sinar matahari dan udara yang masuk. Koridor yang lebar untuk sirkulasi pertukaran udara yang melintasi. Oleh karena itu, perencanaan perancangan koridor pada tower bangunan hotel butik dan apartemen tidak menggunakan sistem pengkondisian udara buatan (AHU system). Pada dinding core

tangga kebakaran yang tersedia untuk tower bangunan hotel butik dan apartemen akan dibuat bukaan (opening) kecil seperti ventilasi untuk pencahayaan dan pengkondisian udara alami, sehingga tidak memerlukan sistem elektrikal (pressure shaft). Penulis memanfaatkan bagian side back dari tower untuk menanam tanaman hijau.

Rancangan skematik

tower apartemen

Rancangan skematik tower hotel butik

Gambar 4.1: Konsep rancangan pendekatan tropis Konsep ventilasi

Kisi-kisi (shading) Kaca


(60)

Good architecture is like a piece of beautifully composed music crystallized in space that elevates our spirits beyond the limitation of time” – Tao Ho.

Ruang yang baik adalah ruang yang dapat menampung dan mewadahi segala aktivitas di dalamnya. Dengan adanya aktivitas yang berlangsung di dalamnya, makan sebuah space dapat dikatakan sudah menjadi tempat (place) yang memiliki roh (spirit).

Berikut sedikit pemaparan sejarah dan analisa dari bangunan Istana Maimun. Pada masa dahulu, Belanda berusaha menarik simpati raja dengan menghadiahkan Istana sebagai imbalan balas jasa kepada sultan yang sudah memberikan tanah untuk ditanami tembakau yang hasilnya memuaskan sampai ke negeri Eropa. Pada interior bangunan Istana Maimun, terlihat pola ruang simetris dengan perletakan tiang, pintu, jendela dan motif pada dinding kanan dan kiri yang sama (lihat gambar 4.2). Dimensi pintu, jendela dan tiang yang besar dan tinggi untuk menunjukkan pengaruh Belanda yang sangat kuat saat menguasai Kerajaan Deli di Pesisir Timur Sumatera dahulu kala.

Gambar 4.2: Denah skematik bangunan Istana Maimun15

15 Hasil draft mahasiswa Teknik Arsitektur stambuk 2010 untuk memenuhi tugas mata kuliah Konservasi Bangunan dan Kawasan tahun 2013. Gambar kerja merupakan koleksi UNIMED.

Lantai 1

Lantai 2

KETERANGAN:

1. GUDANG

2. R. DAYANG

3. PENJARA

4. TOILET


(61)

Gambar 4.3: Tampak bangunan Istana Maimun16

Gaya arsitektur Melayu yang bercapur dengan Islam terlihat pada ekspresi ruang yang ditampilkan. Dengan penerapan lengkungan–lengkungan seperti mihrab yang diambil dari lengkungan yang terdapat pada bangunan mesjid. Itu menunjukkan karakter Islam yang kuat. Orientasi dan posisi letak bangunan Istana Maimun menghadap ke arah Timur-Barat. Ini adalah satu identity orang-orang Melayu yang sangat mementingkan unsur-unsur keagamaan karena memudahkan untuk mengetahui arah kiblat untuk melakukan ibadah sholat. 17

Pada eksterior bangunan Istana Maimun, terlihat bahwa lengkungan (arc) digunakan pada lantai dasar bangunan sebagai arcade, sementara penggunaan kolom-kolom kuat yang bergaya kolonial untuk mendukung dan menahan struktur bagian atas bangunan (lihat gambar 4.3).

Kontekstualisme lahir dari perlawanan dan penolakan terhadap arsitektur modern yang kurang memperhatikan kondisi bangunan dan lingkungan sekitarnya. Kontekstualisme selalu berhubungan dengan preservasi. Ini dikarenakan upaya mempertahankan bangunan lama yang memiliki nilai historis dan menciptakan arsitektur

16 Lihat catatan kaki gambar 4.2

17Kutipan informasi dari “Pembudayaan Berkonsepkan Kepercayaan Agama” dengan judul Pembudayaan Nilai Islam Dalam Rekabentuk Rumah Tradisional Masyarakat Melayu.

Tampak depan


(62)

yang tidak hanya berdiri sendiri, namun juga mampu memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitarnya.

Dalam bukunya, Architecture in Context, Brent C. Brolin (1980) menjelaskan bahwa kontekstualisme adalah kemungkinan perluasan bangunan dan keinginan untuk menghubungkan bangunan baru dengan lingkungan sekitarnya. Pemahaman kontekstualisme sering disalah artikan sebagai pola pemikiran yang hanya mempertimbangkan konteks sebagai unsur penting dalam pendekatan desain baru. Sebenarnya kontekstualisme memiliki arti lebih spesifik. Bangunan kontekstual tidak berdiri sendiri dan berteriak “Lihatlah aku!” tetapi bahkan cenderung menjadi latar belakang bangunan preservasi.18

Saya menerapkan teori kontekstual seperti yang dipaparkan di atas.

Pendekatan kontekstual pada perencanaan perancangan bangunan hotel butik dan

apartemen, saya tunjukkan dari penerapan gaya Melayu Kolonial pada bangunan.

Dengan mengambil konsep bangunan kolonial yang berwarna putih dan berdiri

kokoh di kedua sisi bangunan preservasi sehingga tidak terkesan lebih menonjol

dari Istana Maimun. Di samping itu, saya juga menerapkan gaya Melayu

bercampur Islam yang terlihat dari lengkung-lengkungan (

arc

) yang menjadi salah

satu karakter Islam yang kuat dan identitas khas arsitektur Melayu pada

rancangan.

Sehingga terlihat memiliki keterkaitan, serta keharmonisan bangunan hotel

butik dan apartemen dengan bangunan preservasi (Istana Maimun) bisa tercipta.

Walaupun memiliki perbedaan skala yang signifikan, namun ini tidak mengurangi

nilai identitas lingkungan. Peletakan patung (

sculpture

) dan pola lantai yang

18Kutipan informasi dari “Architecture journals” dengan judul arsitektur kontekstual sebagai pembahasan.


(63)

menunjukkan identitas melayu, selain sebagai ornamen pada Ruang Terbuka

(

open space

), juga berfungsi untuk menciptakan suasana nostalgia dan

experience

pada masa kejayaan kerajaan Kesultanan Deli.

Orientasi bangunan hotel butik dan apartemen dirancang berdasarkan

pertimbangan pada konteks lokasi tapak, dimana

tower

dan

podium

bangunan

fungsi baru dirancang untuk menghormati bangunan preservasi (Istana Maimun)

dan Sungai Deli yang menjadi fokus pada kasus proyek ini. Konsep rancangan

orientasi bangunan hotel butik dan apartemen bertujuan untuk menciptakan dan

mendapatkan jarak pandang (

view)

yang luas ke segala arah, baik itu Istana

Maimun, Sungai Deli, Ruang terbuka publik, juga pemandangan Kota Medan dan

lingkungan sekitarnya.

Dalam perencanaan rancangan, penulis memperbaiki dan mempertahankan

pola area terbuka hijau (

landscape

) yang merupakan bagian sakral dari identitas

Istana Maimun. Pengembalian penghijauan dengan penambahan pohon-pohon

seperti pohon palem di sekitar akses sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan agar

tercipta suasana rindang dan nyaman untuk dilalui. Juga rancangan sirkulasi

kendaraan yang dibatasi agar tidak mencemari area sakral dari Istana Maimun.

Ruang terbuka hijau pada bagian belakang Istana Maimun akan dirancang

menjadi generator aktivitas untuk menarik perhatian pengunjung. Generator

aktivitas yang terdapat pada ruang terbuka tersebut antara lain yaitu tempat

berkumpul (sesuai dengan

spirit

orang Melayu, yaitu senang berkumpul), area

makan sambil menikmati kondisi Sungai Deli, suasana nostalgia yang tercipta dari

ornamen dan patung (

sculpture

), serta terdapat panggung untuk pertunjukkan


(1)

Apartment Unit

Room

Requirements

Sub-room Standard Source Capacity Large (m2)

Total (m2)

Type 1 (1 - 2 Person)

Living Room and Dining Room

3

m2/person

NAD 4 12 36

Kitchen 3

m2/person

NAD 1 3

Toilet 3

m2/person

NAD 1 3

Bedroom 6

m2/person

NAD 2 12

Service Area

2

m2/person

NAD 2 4

Total 36

Circulation 30% 10.8

Total + Circulation 46.8

Room

Requirements

Sub-room Standard Source Capacity Large (m2)

Total (m2)

Type 2 (3 - 4 Person)

Living Room

1,5 m2/person

NAD 4 6 46.3

Dining Room

0,875 m2/person

NAD 4 3,5

Kitchen 2,8 m2/person

NAD 1 2,8

Toilet 3 m2/unit NAD 2 6

Bedroom 1 6

m2/person

NAD 2 12

Bedroom 2 6

m2/person

NAD 1 6

Service Area

5

m2/person

NAD 2 10

Total 46.3

Circulation 30% 13.9


(2)

Room

Requirements Sub-Requireme nt Room

Standart Source Capacity Large (m2)

Total (m2)

Type 3 (5 - 6 Person)

Living Room

1,1 m2/person

NAD 5 6 61.48

Dining Room

1,08 m2/person

NAD 6 6.48

Kitchen 3

m2/person

NAD 1 3

Toilet 3 m2/unit NAD 2 6

Bedroom 1 6

m2/person

NAD 2 12

Bedroom 2 6

m2/person

NAD 2 12

Bedroom 3 6

m2/person

NAD 1 6

Service Area

5

m2/person

NAD 2 10

Total 61.48

Circulation 30% 18.4

Total + Circulation 79.8

NOTE:

NAD: Neufert Architect Data

AS: Assumption

TSS: Time Saver Standart

AJM: A.J METRIC

Total Large of Apartment Unit

Apartement Unit

Rooms Large of Type Total

Type Studio 32 46.8 1497.6

Type 2 (3-4 person) 137 60.2 8247.6

Type 3 (5-6 person) 90 79.8 7128

TOTAL 16927

Total Large of Apartment (Whole)

Facilities

Total + Circulation (m2)

Business and Commercial Facilities 1621.75 Supporting Facilities 1466.27


(3)

(4)

(5)

(6)